JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi,...

21
JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis Semiotika terhadap Makna Dampak Bencana Asap dalam Esai Foto Jurnalistik “Riau Lautan Asap” dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2015) Oleh: RADITYO KUSWIHATMO D0212086 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

Transcript of JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi,...

Page 1: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

JURNAL

BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO

(Studi Analisis Semiotika terhadap Makna Dampak Bencana Asap dalam

Esai Foto Jurnalistik “Riau Lautan Asap” dalam Majalah National

Geographic Indonesia edisi September 2015)

Oleh:

RADITYO KUSWIHATMO

D0212086

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016

Page 2: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

1

BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO

(Studi Analisis Semiotika terhadap Makna Dampak Bencana Asap dalam

Esai Foto Jurnalistik “Riau Lautan Asap” dalam Majalah National

Geographic Indonesia edisi September 2015)

Radityo Kuswihatmo

Hamid Arifin

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This study aims to determine the meaning of disaster impact in the

photojournalistic essay titled “Riau Lautan Asap‖ in the National Geographic

Indonesia Magazine September 2015 edition using the semiotics analysis method

and theory. Semiotic analysis in this research uses Roland Barthes‟s model of

semiotic analysis, using the „order of signification‟ in the form of withdrawal the

denotation and connotation meaning, and also uses the stage of „connotation

procedure‟ that include the procedure of trick effect, objects, pose, photogenia,

aestheticism, and syntax to delve the meaning in every aspect in each of the

photograph.

The results of this study concluded that the meaning of the impacts of

disasters appears varies in different aspects of life in Riau smoke catastrophic

events in past 2015. There is not just negative impacts that shown in this photo

essay, but also indirectly display positive values that appear in Riau smoke haze

problem.

Keywords: semiotics, roland barthes, photojournalistic, Riau smoke disaster

Page 3: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

2

Pendahuluan

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang telah cukup lama

memiliki masalah dengan asap. Penduduk setempat menyebutnya jerebu; suatu

kondisi udara saat diliputi pekatnya asap, abu, atau debu akibat kebakaran lahan.

Kondisi penuh jerebu inilah yang dialami oleh masyarakat Riau dan sekitarnya

pada setiap musim kemarau, selama 18 tahun terakhir.1)

Masalah asap yang dihadapi Riau dipengaruhi oleh kondisi geografisnya

yang merupakan wilayah bergambut terbesar di Sumatera. Berdasarkan data dari

website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun

2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran yang terjadi di Riau. Jumlah tersebut

merupakan yang terbesar dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, disusul

dengan kebakaran Jambi seluas 2.217 hektare dan Kalimantan Tengah dengan

luas 1.220,40 hektare.2)

Secara ilmiah, penyebab dari kebakaran hutan dan lahan gambut tersebut

dipicu oleh fenomena el nino dan dipole mode yang keduanya menyebabkan

kekeringan yang sering kali disinyalir menjadi pemicu kebakaran. Di sisi lain,

investigasi lapangan dan badan-badan terkait menemukan fakta lain, terdapat

unsur-unsur kesengajaan dengan berbagai modus operandi pada sebagian besar

peristiwa kebakaran hutan di Indonesia. Hal tersebut mengubah pandangan

masyarakat luas terhadap kebakaran yang telah terjadi di tanah Sumatera selama

bertahun-tahun.

Peristiwa kabut asap dan kebakaran hutan yang berulang terjadi terus

menjadi sorotan dari berbagai media, baik media lokal maupun media

internasional. Besaran dampak tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat yang

tidak berada dalam lingkungan terdampak. Mereka ingin menyaksikan mengenai

1 Irma Tambunan, ―Riau Lautan Asap‖, Majalah National Geographic Indonesia edisi

September (2015), hlm. 23. 2 SiPongi: Data Luas Kebakaran, Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan (Ha) Per Provinsi di

Indonesia. http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran, diakses pada 14 Maret 2016, pukul

21.05 WIB.

Page 4: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

3

peristiwa yang tidak mereka alami. Aspek visual menjadi aspek yang dapat

memuaskan keinginan masyarakat tersebut.

Aspek visual dalam media elektronik terdapat dalam media televisi,

sedangkan dalam pemberitaan tertulis, aspek visual dihadirkan dengan adanya

foto-foto jurnalistik. Hal tersebut membuat fotografi jurnalistik tetap memiliki

eksistensi tersendiri.

Roland Barthes dalam Camera Lucida menuliskan, ―The Photograph does

not necessarily say „what is no longer‟, but only and for certain „what has

been‟.‖3)

Pandangan ini menjelaskan bahwa fotografi (terutama fotografi

jurnalistik) memiliki kemampuan untuk menjadi representasi dari sebuah

peristiwa. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan dalam fotografi jurnalistik.

Banyak media yang telah menyadari kekuatan foto jurnalistik akhirnya turut

mengembangkan kemampuan pewartanya dalam bidang fotografi untuk dapat

memberikan liputan yang lebih lengkap dengan tambahan foto jurnalistik terutama

dalam membingkai isu-isu besar.

Di Indoensia, salah satu media yang memiliki fokus dalam hal foto

jurnalistik adalah National Geographic Indonesia yang merupakan versi lokal dari

majalah National Geographic. Majalah tersebut juga turut menyoroti peristiwa

bencana asap yang terjadi dalam edisi September 2015. Tidak seperti kebanyakan

media lain yang menyajikan visual bencana berupa foto peristiwa, National

Geographic Indonesia membingkai esai foto dengan sudut pandang yang lebih

luas. Beberapa foto diambil dengan sudut pandang dampak bencana asap dalam

aspek-aspek yang berbeda.

Dari latar belakang tersebut, penelitian ini berusaha menggali makna

dampak bencana yang terkandung dalam esai foto jurnalistik ―Riau Lautan Asap‖.

Untuk dapat menemukan makna tersebut, penelitian ini menggunakan metode

studi analisis semiotika untuk mengungkap dan menguraikan makna yang

dihasilkan dari tiap elemen yang terdapat di dalam foto.

3 Roland Barthes, (1982), Camera Lucida: Reflections on Photography, New York: Hill and

Wang, hlm. 85.

Page 5: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

4

Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak dijawab penelitian ini adalah makna

dampak bencana asap apakah yang dapat dibangun dari foto jurnalistik dalam esai

foto ―Riau Lautan Asap‖ di majalah National Geographic Indonesia edisi

September 2015?

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna dampak bencana

asap yang dapat dibangun dari foto jurnalistik dalam esai foto ―Riau Lautan Asap‖

di majalah National Geographic Indonesia edisi September 2015.

Tinjauan Pustaka

1. Proses Komunikasi

Nawiroh Vera dalam bukunya mengutip pernyataan L.E. Sarbaugh

yaitu: ―Communication is the process of using signs and symbols which elicit

meanings in another person or persons”.4)

Atau dikatakan bahwa komunikasi

merupakan sebuah proses dalam menggunakan tanda atau simbol yang

mendatangkan makna pada orang atau orang-orang lain.

Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the

behavior of other individuals).5)

Maksudnya, komunikasi merupakan sebuah

proses atau alur yang tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki tahap-

tahapan tertentu, dan tujuan dari komunikasi yang utama adalah mengubah

perilaku orang lain.

Penjelasan mengenai tahapan dari komunikasi dapat dilihat dari aspek

komunikasi yang dikemukakan oleh Harold D. Laswell, seorang pakar ilmu

4 Nawiroh Vera, (2014), Semiotika dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, hlm. 1.

5 Onong Uchjana Effendy, (2003), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya,

hlm. 10.

Page 6: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

5

komunikasi yang terkemuka. Laswell menjelaskan ilmu komunikasi dengan

sebuah pertanyaan yakni; ―Who Says What In Which Channel To Whom With

What Effect?”6)

Dari pertanyaan tersebut maka dapat dijabarkan lima unsur

komunikasi yaitu, komunikator (communicator, source, sender), pesan

(message), media (channel, media), komunikan (communicant, receiver,

audience), dan efek (effect, impact, influence). Jika kelima unsur komunikasi

terpenuhi bisa dikatakan komunikasi telah berjalan dengan baik. Namun

dalam praktiknya, dalam proses komunikasi terjadi hambatan-hambatan atau

yang biasa disebut dengan noise. Hambatan yang kerap terjadi salah satunya

adalah perbedaan penaftisan pesan, hambatan tersebut terjadi karena

penyampaian pesan oleh komunikatior kurang efektif sehingga makna sulit

ditangkap komunikan atau penerima.

Perbedaan penafsiran pesan yang terjadi karena kesalahan pemaknaan

bisa dikategorikan sebagai hambatan atau gangguan sematik. Gangguan jenis

ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi

rusak.7)

Pada dasarnya untuk dapat dikatakan efektif maka komunikan harus

dapat menangkap makna dari komunikator.

2. Foto Jurnalistik

Wilson Hick, menjelaskan bahwa foto jurnalistik adalah media

komunikasi yang menggabungkan elemen verbal dan visual.8)

Perkataan Hick

tersebut memperlihatkan bahwa foto jurnalistik tidak berdiri sendiri namun

terdiri dari dua elemen penting yakni foto (visual) dan teks keterangan

(verbal). Elemen verbal tersebut dalam foto jurnalistik biasa disebut caption.

Fred S. Parrish dalam bukunya, Photojournalism An Introduction,

mendefinisikan bahwa caption membantu mengarahkan persprektif sebuah

6 Ibid.

7 Onong Uchjana Effendy, (1993), Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya

Bakti, hlm. 46. 8 Pernyataan Wilson Hick seperti dikutip oleh Taufan Wijaya, (2014), Foto Jurnalistik, Jakarta:

Gramedia, hlm. 17.

Page 7: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

6

foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar,

membingungkan atau tidak jelas.9)

Wijaya membagi jenis foto jurnalistik ke dalam tiga bagian besar,

yakni foto spot, feature, foto cerita dan foto olahraga.10)

Foto spot yakni foto

yang membingkai kejadian utama sebuah peristiwa, foto feature pada

dasarnya adalah foto dengan menggambarkan sisi lain dari sebuah peristiwa,

sedangkan foto cerita adalah serangkaian foto tunggal yang berfungsi untuk

menampilkan keutuhan cerita.

Dalam media massa, foto cerita tampil berupa rangkaian empat foto

atau lebih dalam satu terbitan yang sama. Dalam level internasional, foto

cerita terbagi menjadi tiga macam11)

:

a. Descriptive – fotografer menampilkan hal yang menarik dari sudut

pandangnya berupa kompilasi foto hasil observasinya. Susunan

foto descriptive bisa diubah atau dibalik tanpa mengubah isi cerita.

b. Narrative – foto cerita yang memiliki tema dan penggambaran

situasi atau struktur yang spesifik. Foto cerita narrative memiliki

alur dan penanda yang tidak bisa sembarangan diubah susunannya.

c. Photo Essay – adalah sebuah cerita dengan sudut pandang tertentu

menyangkut pertanyaan atau rangkaian argumen. Bisa juga berupa

analisis.

3. Semiotika

Menurut Preminger, ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau

masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari

sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-

tanda tersebut mempunyai arti.12)

Sedangkan tanda disebutkan oleh Danesi

adalah segala sesuatu—warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus

9 Fred S. Parrish dalam Taufan Wijaya, Ibid., hlm. 53.

10 Taufan Wijaya, Ibid., hlm. 69.

11 Ibid., hlm. 76.

12 Rachmat Kriyantono, (2007), Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, hlm. 261.

Page 8: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

7

matematika, dan lain-lain—yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain

dirinya.13)

Penelitian ini mencoba menggunakan pemikiran Roland Barthes.

Proses penandaan Barthes memiliki ciri khas lain dibanding semiolog lainnya,

yakni ada aspek penandaan lain yang dilihatnya, yakni ―mitos‖. Mitos disini

bukan memiliki makna seperti arti klasiknya.

Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan.14)

Tingkat kedua yang dimaksudkan adalah tingkatan di atas penandaan tanda-

penanda-petanda. Penandaan tingkat pertama disebutkannya sebagai sebuah

bahasa, dan konstruksi penandaan kedua adalah mitos. Barthes menyebut

konstruksi penandaan tingkat kedua ini sebagai metabahasa (metalanguage).15)

Konsep penandaan dua tahap tersebutlah yang nantinya lebih dikenal sebagai

penandaan (signifikasi) dua tahap atau order of signification.

Dalam konsep order of signification, Barthes memperkenalkan konsep

konotasi (connotation), dan denotasi (denotation). Denotasi menjelaskan

makna objek secara gamblang, atau bisa disebut sebagai makna kamus dari

sebuah kata atau terminologi atau objek.16)

Sedangkan makna konotasi adalah

makna-makna kultural yang melekat pada sebuah terminologi.17)

Makna

denotasi dihasilkan dari penanda dan petanda, dan makna konotasi diambil

dari tanda denotatif dan petanda yang bisa berupa tanda-tanda yang terdapat di

masyarakat maupun tanda-tanda historis.

Dalam bukunya Imaji Musik Teks (Image Music Text), Barthes

menjabarkan bagaimana menganalisis foto dalam tahap konotasi, hal ini

disebut Barthes dengan connotation procedures atau tahap-tahap konotasi.

Didalamnya terdapat enam tahapan, yakni efek tiruan, pose atau sikap, objek,

13 Marcel Danesi, (2010), Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika

dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, hlm. 7. 14

Danesi, Op.Cit., hlm. 22. 15

Ibid., hlm. 23. 16

Rachmat Kriyantono, (2007), Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, hlm. 268. 17

Ibid.

Page 9: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

8

fotogenia, estetisme, dan sintaksis.18)

Keenamnya dijelaskan seperti berikut

ini:

1. Efek tiruan (trick effect) berarti manipulasi foto, seperti penggabungan dua

foto atau lebih, menambah atau mengurangi objek di dalam foto dengan

tujuan-tujuan tertentu.

2. Pose atau sikap, adalah bentuk gerakan atau gestur, sikap, ekspresi atau

bisa disebut sebagai tanda non-verbal. Pose atau sikap objek di depan

kamera menentukan makna dari foto.

3. Objek yang dimaksud di sini adalah sesuatu (baik benda maupun objek)

yang dikomposisikan sedemikian rupa untuk dapat menimbulkan makna

tertentu.

4. Fotogenia (Photogenia) adalah teknik dalam memotret, di dalam fotogenia

pesan yang dikonotasikan adalah foto itu sendiri. Salah satu fokus dalam

telaah fotogenia adalah mengenai penggunaan lensa. Dalam sebuah foto,

pemilihan lensa serta peletakan dan jarak objek dari kamera menentukan

dimensi dari gambar. Paul menyebutkan pemlihan lensa memiliki makna

tertentu, yaitu:

“A standard lens gives balanced image, connoting

everydayness and normality, a telephoto lens allows us to

get closer to an object and therefore become more intimate

(it also has connotations with voyeurism). Finally the wide

angle lens makes the image more dramatic as the distance

between objects is exaggerated.”19)

Selain dari pemilihan lensa, bagaimana aspek komposisi yang digunakan

oleh fotografer pada saat memotret juga akan menghasilkan makna-makna

tertentu, hal itu dijelaskan oleh Lovelance dengan mengutip Messaris

seperti ini:

“According to Messaris (1994), some aspects of the

composition can communicate different meanings to the

audience. The audience is more likely to identify with a

18 Roland Barthes, (2010), Imaji Musik Teks, Jakarta: Jalasutra, hlm. 6.

19 Paul Charter, (April 2000), Jurnal: A Semiotic Analysis of Newspaper Front-Page

Photographs, hlm. 4.

Page 10: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

9

subject that is in the foreground of a photo rather than in

the background. The more a subject is turned to the

camera, the more open they are to being understood by the

viewer. And lastly, a subject taken from a high angle is

considered powerless while those taken from a low angle

tend to be viewed as having more power.”20)

5. Estetisme atau estetika dalam hal ini berhubungan dalam komposisi dalam

foto serta aspek-aspek visual dalam fotografi. Barthes memberi catatan

khusus mengenai estetisme, bahwa sefasih apa pun orang berbicara

tentang estetisme dalam foto, penjelasan-penjelasannya pasti masih

ambigu.21)

6. Sintaksis dapat ditemukan dalam rangkaian foto yang terbentuk dari

rangkaian yang bersambung dengan foto lain. Sintaksis juga terkait dengan

elemen tambahan lainnya yakni berupa judul foto dan juga caption.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan metode

analisis semiotika. Penelitian ini mengambil sebuah esai foto dengan judul ―Riau

Lautan Asap‖ yang terdapat dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi

September 2015 yang membahas mengenai bencana asap Riau sebagai data

primer dalam penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini

menggunakan dari wawancara, buku-buku, jurnal, artikel, majalah, surat kabar,

portal berita online yang relevan dengan objek penelitian yang diamati.

Triangulasi data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber, yakni

membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh dari sumber yang berbeda.22)

Validitas data dalam penelitian ini

menggunakan interteks sebagai referen dari berebagai literatur pendukung serta

dilakukan wawancara untuk menggali bagian data yang diperlukan. Teknik

20 Messaris Paul dalam Angie Lovelance, (2010), Jurnal: Iconic Photos of The Vietnam War

Era: A Semiotic Analysis as a Means of Understanding, Elon University, hlm. 35. 21

Roland Barthes, (2010), Imaji Musik Teks, Jakarta: Jalasutra, hlm. 10. 22

Rachmat Kriyantono, (2007), Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana, hlm. 71.

Page 11: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

10

analisis data didasarkan kepada model semiotika Roland Barthes, yakni

menggunakan tahapan dalam order of signification serta telaah tiap foto dengan

connotation procedures.

Sajian dan Analisis data

Sajian dan Analisis data yang dilakukan menggunakan prosedur yang

dikemukakan oleh Barthes. Meski demikian, dalam jurnal ini analisis data

dirangkum dalam format penyajian denotasi – konotasi untuk lebih mudah

memperlihatkan hasil dari analisis yang telah dilakukan.

1. Korpus pertama

a. Makna Denotasi

Sebuah foto yang diambil dari udara yang menggambarkan sebuah

foto mengenai kondisi kebakaran yang terjadi tepat berseberangan dengan

sebuah perkebunan kelapa sawit. Foto ini memperlihatkan tiga bagian

utama foto; perkebunan kelapa sawit, hamparan hutan yang tegah terbakar,

serta hutan yang masih hijau.

b. Makna Konotasi

Dalam foto ini terdapat asosiasi antar objek berupa perkebunan

kelapa sawit, hutan yang terbakar, serta hutan yang masih hijau yang

menyiratkan perluasan lahan perkebunan. Komposisi sepertiga ruang

dalam foto juga memperkuat asosiasi antar objek tersebut. Teknik bird‟s

eye view dan penggunaan extreme long shot juga difungsikan untuk

Page 12: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

11

memperlihatkan lingkungan secara luas sehingga foto tersebut dapat

tercipta. Caption foto dalam foto juga memperkuat adanya konotasi makna

tersebut. Selain itu caption foto juga membuat makna yang benar-benar

baru yang belum terdapat dalam foto, yakni: ―...juga menghadirkan

julukan baru bagi Indonesia di mata dunia: negara pengekspor asap.‖23

Fotografer atau Redaktur foto terlihat berusaha memasukan makna

sampingan yakni dampak bencana asap bagi nama baik Indonesia.

2. Korpus kedua

a. Makna Denotasi

Helikopter BNPB sedang melakukan pengeboman air di atas

pepohonan yang terlihat diselimuti asap yang membumbung. Terlihat

perubahan format foto berwarna menjadi monokrom dalam foto ini.

b. Makna Konotasi

Meski tidak ada api, tapi asap yang ditampilkan merepresentasikan

kebakaran. Objek helikopter dalam foto ini memberi beberapa makna

yakni sulitnya pemadaman kebakaran hutan yang terjadi dan sebagai

gambaran dampak ekonomi yang dikeluarkan dalam proses pemadaman.

Pengubahan format warna menjadi monokrom menurut pamungkas

23 Irma Tambunan, Op.Cit., hlm. 18.

Page 13: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

12

memperkuat kesan dramatis dalam usaha pemadaman tersebut.24)

Di sisi

lain, pengambilan gambar dengan memberi perbandingan ukuran antara

helikopter dan pepohonan yang terbakar menandakan pemadaman yang

tengah dilakukan tidak efektif dalam menanggulangi bencana asap yang

sedang terjadi.

3. Korpus ketiga

a. Makna Denotasi

Seorang perempuan menemani seorang anak yang sedang dirawat.

Terlihat beberapa perlengkapan medis seperti selang infus yang berada di

tangan sang anak, serta nebulizer yang berada di hidung anak tersebut.

b. Makna Konotasi

Dihadirkannya objek ibu dan anak dalam foto ini berusaha

mengangkat sisi emosional dan simpati. Pose sang ibu yang membungkuk,

menghadap dan menatap si anak memperlihatkan perhatian. Baju sang ibu

berwarna hitam, yang memiliki asosiasi dengan berkabung atau

kesedihan.25)

Peralatan medis nebulizer menandakan kondisi pernafasan

yang serius. Foto ini berusaha menyampaikan dampak bencana bagi

24 Wawancara dengan Pamungkas W.S., tanggal 10 November 2016, di Fakultas Seni Media

Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pukul 10.06 WIB. 25

Kompasiana: Pakaian Hitam Saat Melayat Budaya atau Kebiasaan?

http://www.kompasiana.com/sitifatimahnasutionikom/pakaian-hitam-saat-melayat-budaya-atau-

kebiasaan_551fa83ca33311d42bb6728d , diakses pada 19 Juli 2016, pukul 20.34 WIB.

Page 14: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

13

kesehatan, di sisi lain dipilihnya objek anak menurut pamungkas berusaha

menyampaikan bahwa dampak bencana asap juga memiliki dampak bagi

suatu generasi.26)

4. Korpus keempat

a. Makna Denotasi

Korpus keempat merupakan foto usaha pemadaman langsung oleh

dua orang dengan seragam yang berbeda. Terlihat pemadaman dilakukan

dengan selang air yang di semprotkan ke arah bawah.

b. Makna Konotasi

Objek dan pose adalah yang ditonjolkan dalam foto ini. Terlihat

makna kerja sama dalam usaha pemadaman kebakaran, terlihat dari pose

dari objek manusia yang memberi arahan kepada rekannya. Dua seragam

yang berbeda menandakan mereka berada dalam dua instansi berbeda,

memberi makna bahwa terdapat kerja sama antar instansi dalam kejadian

pemadaman. Di sisi lain, terdapat kritik dalam foto ini, di mana detail dari

objek memperlihatkan kelengkapan keselamatan seadanya. Namun foto ini

berusaha menonjolkan makna kerja sama yang terjalin dalam usaha

pemadaman kebakaran dalam bencana asap. Pamungkas memaknainya

26 Wawancara dengan Pamungkas W.S., tanggal 10 November 2016, di Fakultas Seni Media

Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pukul 10.06 WIB.

Page 15: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

14

sebagai respon ketika terjadi bencana, bahwa bencana bukan hanya

tanggung jawab perseorangan maupun kelompok tertentu, namun

tanggung jawab semua.27

5. Korpus kelima

a. Makna Denotasi

Foto kelima memperlihatkan adanya kanal air di sebuah lahan yang

tidak terlihat tertata. Kanal tersebut membelah lahan di dalam foto

tersebut. Terlihat seorang pria berpakaian muslim melintasi sekat kanal

yang terlihat besar.

b. Makna Konotasi

Secara visual, foto ini kurang dapat bercerita, tetapi dapat memberi

kesan-kesan tertentu. Yakni pepohonan mati di sekitar kanal air,

menandakan pembangunan kanal air yang tidak mengindahkan keberadaan

alam. Objek manusia dalam foto terlihat sebagai pembanding,

memperlihatkan seberapa besar kanal air tersebut. Pose manusia tersebut

sedang berjalan dengan pandangannya tertuju pada arah yang akan

dilaluinya, memberi kesan kehati-hatian. Dimunculkannya objek manusia

27 Wawancara dengan Pamungkas W.S., tanggal 10 Januari 2017, di Fakultas Seni Media

Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pukul 10.20 WIB.

Page 16: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

15

dengan pakaian muslim juga berusaha memberi kesanr religius pada objek

manusia tersebut.

Jika dikaitkan dengan caption, foto lebih bercerita mengenai sekat

kanal (yang dilalui objek manusia) yang dibangun oleh masyarakat

berfungsi menjaga ketersediaan air bagi lahan. korpus ini dapat dimaknai

sebagai kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat sekitar untuk turut

mengatasi bencana yang terjadi.

6. Korpus keenam

a. Makna Denotasi

Foto ini memperlihatkan asap terlihat mengepul di sekitar area

perumahan memberi suasana gelap di latar belakang menutupi pepohonan

di bagian belakang perumahan. Terlihat sesosok manusia hadir dalam foto

ini. Kesan suram dan sepi hadir dalam foto ini.

b. Makna Konotasi

Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. berupa

perumahan yang terdampak asap bermakna bahwa dampak bencana telah

menyentuh langsung kepada kehidupan manusia. Sedangkan objek

manusia memiliki pose berjalan biasa, memberi kesan normalitas atau

rutinitas. Diperkuat dengan atribut atau pakaian yang dikenakan oleh objek

manusia yang menyiratkan pakaian sehari hari. Dengan hadirnya satu

manusia dalam foto juga turut menghadirkan kesan sepi.

Page 17: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

16

Asap yang berada sangat dekat pada perumahan juga merupakan

ulah manusia, dalam caption tertulis bahwa asap berasal dari lahan yang

sengaja dibakar. Hal tersebut menimbulkan ironi dalam foto ini. Namun

sekaligus memperlihatkan bahwa kebakaran adalah sebuah normalitas

yang terjadi di Riau.

7. Korpus ketujuh

a. Makna Denotasi

Banyak orang dari berbagai kalangan melakukan salat Idul Fitri di

Masjid Agung An-Nur. Pada baris-baris depan dalam bingkai foto, wajah

mereka terekam memperlihatkan sikap khusyuk dan bersungguh-sungguh

dalam menjalankan ibadah.

b. Makna Konotasi

Secara teori, penggunaan high angle dalam foto memberi kesan

tidak berdaya.28)

Namun dibanding tidak berdaya makna yang timbul lebih

mengarah kepada sikap berserah diri, dikaitkan dengan posisi objek yang

sedang melakukan rangkaian ibadah. Pengambilan gambar subjek sedang

menjalankan ibadah tersebut dapat dimaknai sebagai suatu bentuk

kepasrahan serta kesabaran dalam menghadapi bencana asap. Dari segi

pose, terlihat sikap menunduk dan berdiri atau qiyam dalam salat yang

28 Louis D. Giannetti, (2008), Understanding Movies, Eleventh Edition, New Jersey: Pearson,

hlm. 17.

Page 18: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

17

memiliki makna ketiadaan kesombongan serta kerendahan hati.29)

Dalam

bukunya, Berger juga menyebutkan mengenai modifikasi tanda,

diantaranya adalah intensifier atau penguatan yang digunakan unetuk

memperkuat elemen tanda. Salah satu bentuk intensifier adalah

digunakannya pengulangan terhadap tanda.30)

Penggunaan pola berulang

dalam foto ini juga dapat diklasifikasikan sebagai sebuah penguatan tanda.

Foto ini menyiratkan rasa sabar serta penyerahan diri dari seluruh lapisan

masyarakat kepada Tuhan dalam menghadapi bencana.

8. Korpus kedelapan

a. Makna Denotasi

Foto ini memperlihatkan dua orang yang sedang berboncengan

menggunakan skuter roda dua melintas di sebelah area yang tengah

terbakar. Tampak asap berwarna putih dan api yang membumbung.

b. Makna Konotasi

Objek dan pose dari objek dalam foto memberi kesan atau

keseharian yang terjadi di masyarakat. Seringnya kebakaran terjadi

membuat manusia acuh tak acuh terhadap dampak bencana asap terhadap

alam, serta sense of crisis masyarakat dalam menghadapi bencana sudah

29 HakikatIslam.com: Apa Makna Gerakan-gerakan dalam Sholat,

http://www.hakikatislam.com/pertanyaan-jawaban/ibadah/apa-makna-gerakan-gerakan-dalam-

sholat , diakses pada 7 September 2016 pukul 10.40 WIB. 30

Arthur Asa Berger, (2010), Pengantar Semiotika: Tanda-tanda Dalam Kebudayaan

Kontemporer, Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm. 177.

Page 19: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

18

mulai terkikis. Foto ini juga memberi gambaran bahwa lokasi kebakaran

tidak hanya di hutan-hutan yang jauh dari masyakarat, namun juga terjadi

dekat dengan kehidupan manusia.

9. Korpus kesembilan

a. Makna Denotasi

Foto kesembilan kembali menghadirkan foto udara yang

memperlihatkan sebuah sungai yang lebar beserta pemandangan hutan

yang hijau. Pemandangan yang indah tersebut tampak terganggu dengan

adanya kabut putih yang merupakan kabut asap yang menyelimuti bagian

belakang foto, hingga horizon menjadi tak tampak.

b. Makna Konotasi

Dari segi objek, baik hutan dan sungai dalam foto ini bermakna

kehidupan serta kekayaan alam. Segi fotogenia, objek hutan dan sungai

ditempatkan di bagian tengah yang menandakan objek itu penting.

Sementara itu kabut asap ditempatkan di bagian atas bidang foto,

penempatan di atas yang memberi kesan berkuasa. Estetisme dalam korpus

ini tampil dengan komposisi leading line yang mengarahkan pandangan

dari sungai menuju ke arah asap. Hal ini memperlihatkan bahwa fotografer

berusaha mengarahkan pandangan ke horizon yang tertutup asap.

Page 20: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

19

Kesimpulan

Berdasarkan tahapan analisis yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa makna dampak bencana tampil dominan hampir pada tiap

korpus dengan berbagai aspek yang meliputi dampak negatif maupun positif.

Makna negatif dimunculkan dalam beberapa aspek seperti aspek kesehatan, yang

digambarkan membahayakan kesehatan pernafasan manusia; memberi label buruk

bagi Indonesia sebagai negara pengekspor asap; kebakaran hutan dan bencana

asap menguras anggaran negara; dampak asap yang mengganggu aktivitas sehari-

hari manusia; bencana asap juga membahayakan kelestarian keanekaragaman

hayati Riau. Selain itu bencana asap dalam esai foto ini juga menggambarkan

dampak positif yakni timbulnya kerja sama antar instansi dalam memecahkan

persoalan asap; timbulnya kesadaran pada masyarakat untuk turut mengatasi

permasalahan tersebut; memupuk kesabaran dan sikap religiusitas dari masyarakat

Riau.

Saran

Bagi penelitian selanjutnya, penelitian semiotika bersifat subjektif

sehingga perlu bagi peneliti untuk memperluas referensi sehingga dapat

mempertajam analisis semiotik yang dihasilkan. Pada penelitian selanjutnya dapat

digunakan tahapan analisis semiotika Roland Barthes yang lebih dalam untuk

membedah makna hingga taraf etis-ideologis.

Karena adanya keterbatasan peneliti untuk mendapatkan informan dalam

penelitian ini, dalam penelitian selanjutnya pada validitas data, jika wawancara

dirasa perlu dilakukan, peneliti menyarakan untuk melakukan wawancara pada

beberapa informan dengan keberagaman latar belakang karena analisis semiotika

memiliki subjektivitas yang tinggi yang muncul dari persepsi yang dipengaruhi

oleh latar belakang manusia.

Page 21: JURNAL BENCANA ASAP DALAM ESAI FOTO (Studi Analisis ... KUSWIHATMO_D021… · website SiPongi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2015, terdapat 2.643 hektare kebakaran

20

Daftar Pustaka

Barthes, Roland. (2010). Imaji Musik Teks. Jakarta: Jalasutra.

_____________. (1982). Camera Lucida: Reflections on Photography. New

York: Hill and Wang.

Charter, Paul. (April 2000). Jurnal: A Semiotic Analysis of Newspaper Front-Page

Photographs.

Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

_____________________. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Rosdakarya.

Giannetti, D. Louis. (2008). Understanding Movies, Eleventh Edition. New

Jersey: Pearson.

HakikatIslam.com: Apa Makna Gerakan-gerakan dalam Sholat.

http://www.hakikatislam.com/pertanyaan-jawaban/ibadah/apa-makna-

gerakan-gerakan-dalam-sholat , diakses pada 7 September 2016 pukul 10.40

WIB.

Irma Tambunan. (2015). ―Kala Jerebu Menyerbu”. Majalah National Geographi

Indonesia. Edisi September.

Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh

Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi,

Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Kompasiana: Pakaian Hitam Saat Melayat Budaya atau Kebiasaan?

http://www.kompasiana.com/sitifatimahnasutionikom/pakaian-hitam-saat-

melayat-budaya-atau-kebiasaan_551fa83ca33311d42bb6728d , diakses pada

19 Juli 2016, pukul 20.34 WIB.

Lovelance, Angie. (2010). Jurnal: Iconic Photos of The Vietnam War Era: A

Semiotic Analysis as a Means of Understanding. Elon University.

Parrish, Fred S.. (2002). Photojournalism An Introduction. Belmont:

Wadsworth/Thomas Learning.

Wijaya, Taufan. (2014). Foto Jurnalistik. Jakarta: Gramedia.

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia

Indonesia.

SiPongi: Data Luas Kebakaran, Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan (Ha) Per

Provinsi di Indonesia. http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran.

Diakses pada 14 Maret 2016, pukul 21.05 WIB.