referensi esai

32
7/23/2019 referensi esai http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 1/32 korupsi  /ko·rup·si/  n penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk k euntungan pribadi atau orang lain; -- waktu cak  penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi; mengorupsi /me·ngo·rup·si / menyelewengkan atau menggelapkan (uang dsb) budaya /bu·da·ya/  n 1 pikiran; akal budi: hasil --; 2 adat istiadat: menyelidiki bahasa dan --; 3 sesuatu mengenai kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --; 4 cak  sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudah sukar diubah; -- global budaya yg salah satu atau sejumlah unsurnya memiliki kemiripan atau serupa antara satu wilayah budaya (biasanya mengacu pd batas wilayah kedaulatan negara) dan wilayah budaya yg lain; -- malu 1 cak  sikap bawahan yg kurang berani mengatakan keadaan yg sebenarnya thd atasan; 2 sikap pegawai (karyawan dsb) yg merasa malu jika berbuat tidak terpuji atau tidak senonoh; -- pemilikan kecenderungan manusia mencari, memperoleh, menggunakan, dan menyimpan barang; -- politik pola sikap, keyakinan, dan perasaan tertentu yg mendasari, mengarahkan, dan memberi arti kpd tingkah laku dan proses politik dl suatu sistem politik, mencakup cita-cita politik ataupun norma yg sedang berlaku dl masyarakat politik; -- wilayah kecenderungan manusia mendapat ruang hidup yg sepadan, baik yg berbentuk fisik, psikologis, maupun keorganisasian; moral  /mo·ral/  n 1 (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila: --mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain  perempuan; 2 kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yg tinggi;  3 ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita; bermoral /ber·mo·ral/   1 mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik: mana ada penjahat yg -; 2 sesuai dng moral (adat sopan santun dsb): ia melakukan perbuatan yg tidak - waris 1   /wa·ris /  n orang yg berhak menerima harta pusaka dr orang yg telah meninggal; -- asli waris yg sesungguhnya, msl anak dan istri; -- karib waris yg dekat hubungan kekerabatannya; -- sah penerima warisan yg sah berdasarkan hukum (agama, adat); mewarisi  /me·wa·risi/   1 memperoleh warisan dr: krn anak satu-satunya, dialah yg akan ~ seluruh harta kekayaan orang tuanya; 2ki  memperoleh sesuatu yg ditinggalkan oleh orang tuanya dsb: ia tidak saja memperoleh harta kekayaan, tetapi ia juga ~ utang-utang yg ditinggalkan almarhum; mewariskan /me·wa·ris·kan/   1 memberikan harta warisan kpd; meninggalkan sesuatu kpd: gurunya ~ ilmu silat kepadanya; 2menjadikan orang lain menjadi waris; warisan /wa·ris·an/  n sesuatu yg diwariskan, spt harta, nama baik; harta pusaka: ia mendapat ~ yg tidak sedikit  jumlahnya; pewaris /pe·wa·ris/  n orang yg mewariskan; pewarisan /pe·wa·ris·an/  n proses, cara, perbuatan mewarisi atau mewariskan; kewarisan /ke·wa·ris·an/  n hal yg berhubungan dng waris atau warisan http://hukum.kompasiana.com/2013/10/13/hukum-indonesia-melestarikan- budaya-korupsi-598501.html Hukum ndonesia !elestarikan "udaya #orupsi $%& ' 13 $ctober 2013 ' 15:15 (ibaca: 583 #omentar: 5 1 Sebagaimana pesan yang disampaikan ketika reformasi hukum di Indonesia bahwa akan menempatkan hukum sebagai raja dan menempatkannya di atas segala-galanya. Sehingga diharapkan hukum dapat mewakili dan melindungi masyarakat dalam memperoleh keadilan.  Namun apalah dikata harapan adanya reformasi dalam hukum ternyata justru sebaliknya  bukannya sebagai alat pengadil bagi masyarakat kecil tapi justru dibuat dan dimanfaatkan

Transcript of referensi esai

Page 1: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 1/32

korupsi /ko·rup·si/  n penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi

atau orang lain;

-- waktu cak  penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi;

mengorupsi /me·ngo·rup·si / v  menyelewengkan atau menggelapkan (uang dsb)

budaya /bu·da·ya/  n 1 pikiran; akal budi: hasil --; 2 adat istiadat: menyelidiki bahasa dan --; 3 sesuatu mengenai

kebudayaan yg sudah berkembang (beradab, maju): jiwa yg --; 4 cak  sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yg sudahsukar diubah;

-- global budaya yg salah satu atau sejumlah unsurnya memiliki kemiripan atau serupa antara satu wilayah budaya(biasanya mengacu pd batas wilayah kedaulatan negara) dan wilayah budaya yg lain;

-- malu 1 cak  sikap bawahan yg kurang berani mengatakan keadaan yg sebenarnya thd atasan; 2 sikap pegawai(karyawan dsb) yg merasa malu jika berbuat tidak terpuji atau tidak senonoh;

-- pemilikan kecenderungan manusia mencari, memperoleh, menggunakan, dan menyimpan barang;

-- politik pola sikap, keyakinan, dan perasaan tertentu yg mendasari, mengarahkan, dan memberi arti kpd tingkah lakudan proses politik dl suatu sistem politik, mencakup cita-cita politik ataupun norma yg sedang berlaku dl masyarakatpolitik;

-- wilayah kecenderungan manusia mendapat ruang hidup yg sepadan, baik yg berbentuk fisik, psikologis, maupunkeorganisasian;

moral /mo·ral/  n 1 (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi

pekerti; susila: --mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan; 2 kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau

keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yg tinggi; 3 ajarankesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita;

bermoral /ber·mo·ral/  v  1 mempunyai pertimbangan baik buruk; berakhlak baik: mana ada penjahat yg -; 2 sesuai dngmoral (adat sopan santun dsb): ia melakukan perbuatan yg tidak -

waris 1  /wa·ris /  n orang yg berhak menerima harta pusaka dr orang yg telah meninggal;

-- asli waris yg sesungguhnya, msl anak dan istri;

-- karib waris yg dekat hubungan kekerabatannya;

-- sah penerima warisan yg sah berdasarkan hukum (agama, adat);

mewarisi /me·wa·risi/  v  1 memperoleh warisan dr: krn anak satu-satunya, dialah yg akan ~ seluruh harta kekayaanorang tuanya; 2ki  memperoleh sesuatu yg ditinggalkan oleh orang tuanya dsb: ia tidak saja memperoleh hartakekayaan, tetapi ia juga ~ utang-utang yg ditinggalkan almarhum;

mewariskan /me·wa·ris·kan/  v  1 memberikan harta warisan kpd; meninggalkan sesuatu kpd: gurunya ~ ilmu silatkepadanya; 2menjadikan orang lain menjadi waris;

warisan /wa·ris·an/  n sesuatu yg diwariskan, spt harta, nama baik; harta pusaka: ia mendapat ~ yg tidak sedikit jumlahnya;

pewaris /pe·wa·ris/  n orang yg mewariskan;

pewarisan /pe·wa·ris·an/  n proses, cara, perbuatan mewarisi atau mewariskan;

kewarisan /ke·wa·ris·an/  n hal yg berhubungan dng waris atau warisan

http://hukum.kompasiana.com/2013/10/13/hukum-indonesia-melestarikan-

budaya-korupsi-598501.html

Hukum ndonesia !elestarikan "udaya #orupsi

$%& ' 13 $ctober 2013 ' 15:15 (ibaca: 583 #omentar: 5  1

Sebagaimana pesan yang disampaikan ketika reformasi hukum di Indonesia bahwa akan

menempatkan hukum sebagai raja dan menempatkannya di atas segala-galanya. Sehingga

diharapkan hukum dapat mewakili dan melindungi masyarakat dalam memperoleh keadilan.

 Namun apalah dikata harapan adanya reformasi dalam hukum ternyata justru sebaliknya

 bukannya sebagai alat pengadil bagi masyarakat kecil tapi justru dibuat dan dimanfaatkan

Page 2: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 2/32

sebagai alat untuk melenggangkan kekuasaan serta tidak menghakimi tindak kejahatan akan

tetapi malah dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki rupiah dan kekuasaan.

Selain tidak menjadi corong keadilan bagi semua, justru hukum memang dibentuk sebagai

tameng dan hanya mengadili orang-orang yang lemah secara materi. Hal ini terlihat ketika

hukum dihadapkan pada pemilik kebijakan rata-rata hukum ini menjadi mandul dan lemah

tak berdaya akan tetapi begitu tajam merobek sebuah masalah ketika mengadili masyarakat

 bawah.

Bukti kongkrit misalnya ketika hukum hendak mengadili para koruptor cenderung diplintir 

dan diplesetkan bahkan seperti tidak mempan karena begitu mudahnya mereka melenggang

 bebas dengan kemewahan tanpa tersentuh hukum, ditambah lagi mereka bisa menggunakan

uangnya untuk menyuap hakim dan membayar pengacara demi meloloskan kasus yang kini

tengah menimpa mereka.

ndaikan pelakunya ditangkap dan dihukum ternyata tidak setimpal dengan apa yang mereka

lakukan, ibarat mereka sudah membunuh jutaan nyawa tapi mendapat perlakuan yang

istimewa ketika di dalam jeruji besi. danya ruang khusus bercinta ada juga yang berupa

fasilitas mewah yang dapat mereka pesan selayaknya tinggal di dalam hotel dengan fasilitas

yang serba ada termasuk begitu mudahnya mereka melakukan transaksi bisnis terlarang.

Seperti yang dirasakan oleh rtalita Suryani beberapa waktu lalu.

Begitu lemahnya hukum di tanah air membuktikan bahwa hukum Indonesia memang

memanjakan pelaku-pelaku korupsi, serta seabrek remisi yang meringankan ditambah lagi

 begitu mudahnya mereka keluar masuk tahanan selayaknya tahanan adalah rumah singgah

yang memanjakan dan mereka dapat begitu leluasanya keluar masuk bui tanpa halangan

seperti yang telah dinikmati oleh !ayus "ambunan.

"api, bagaimana jadinya ketika hukum itu dihadapkan pada seorang pencuri ayam, atau

 pencuri mentimun# $awabannya pasti berbeda dengan harga ayam yang tidak seberapa

mereka dijatuhi hingga % tahun bahkan lebih dan mereka tinggal di bui bersama kecoa tanpa

alas dan bantal tapi bagi pencuri uang rakyat bermilyard-milyard mereka hanya dihukum &

tahun penjara belum lagi ditambah remisi dan fasilitas yang memanjakan.

'ondisi penegakan hukum inilah sepertinya yang membuat pelaku kejahatan e(traordinary

crime ini tidak juga berkurang dan jera malah merajalela bak cendawan yang tumbuh

dimusim hujan.)iris memang, tapi inilah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa era

reformasi hukum masih terbatas wacana dan belum sepenuhnya terlaksana.

*emahnya hukum pada koruptor bisa jadi karena sistem yang sudah ada memang sudah

lemah dan tidak memiliki kredibilitas dan integritas dalam menegakkan hukum bahkan yang

lebih naif ketika mereka pelaku penegak hukum berani melanggar sumpah 'itab Suci yang

 jelas-jelas keadilan "uhan yang akan mengadili mereka. palagi sudah jelas bahwa siapa saja

yang menegakkan hukum mereka diibaratkan berada di antara surga dan neraka, jika mereka

Page 3: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 3/32

mengadili dengan adil maka surgalah balasannya tapi jika sebaliknya maka nerakalah yang

akan menjadi tempat tinggalnya.

'embali pada persoalan hukum Indonesia yang memanjakan para pelaku korupsi, di mana

saat ini memang hukum Indonesia semestinya dirubah dan diamandemen serta memasukkan

hukuman mati ke dalam '+H bagi pelaku korupsi karena dua pelanggaran hukum ini

mengandung delik kejahatan yang tidak dapat dianggap remeh. 'enapa demikian#

'orupsi merupakan kejahatan yang terorganisir dan sistematis, tidak hanya satu orang yang

menjadi korbannya tapi seluruh masyarakat akan menikmati penderitaan akibat ulah culas ini.

Bagaimana tidak# +ang yang bermilyar-milyar mereka korupsi semestinya sudah dapat

dimanfaatkan untuk membangun fasilitas umum yang dapat dinikmati masyarakat kecil,

sekolah-sekolah dan biaya pendidikan gratis, fasilitas kesehatan gratis dan banyak lagi bagian

yang dapat memanfaatkan uang hasil korupsi.

alam delik kejahatan lain mungkin masih ada alasan ketidak sengajaan tapi dalam korupsi

tidak mungkin orang korupsi karena tidak sengaja atau terpaksa, melainkan atas kesadaran

dan prilaku culas karena ingin mengambil keuntungan secara pribadi. an tentu saja efek 

yang ditimbulkan akan berdampak hingga beberapa generasi, seperti korupsi era !olkar yang

imbasnya sampai saat ini masih dirasakan. aitu masih menumpuknya hutang negara lantaran

uang yang semestinya untuk kas negara harus diambil dengan cara /alim oleh orang-orang

yang tidak bertanggung jawab.

Hanya dengan sanksi yang berat tersebut akan menjadikan pelaku kejahatan ini berfikir dua

kali antara mencuri uang negara atau kehilangan nyawa. ang secara otomatis akan

mencegah tindakan kejahatan yang sudah akut ini.

$ika dalam '+H sudah tercamtum sanksi hukuman mati tentu saja tidak alasan lagi para

 pembela koruptor untuk berkilah bahwa undang-undang tentang hukuman mati tidak ada

dasarnya yang mengakibatkan pelaku kejahatan ini dapat melenggang bebas dengan fasilitas

yang memanjakan.

http://belane)arari.com/2009/11/05/membon)kar-*e*ak-se*arah-budaya-korupsi-

di-indonesia/

!embon)kar +e*ak ,e*arah "udaya #orupsi (i ndonesia

Page 4: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 4/32

• 21 #omentar

Oleh: Herdiansyah Hamzah

“Korupsi yang semakin subur dan seakan tak pernah ada habisnya, baik ditingkat pusat

sampai daerah ; merupakan bukti nyata betapa bobroknya moralitas para pejabat

 pemerintahan kita. Namun apakah korupsi hanya diakibatkan oleh persoalan moralitas

belaka?. Kita akan tahu dengan belajar dari sejarah”.

Ungkapan tersebut di atas terasa sangat keliru meski ada kebenarannnya yang dikandung di

dalamnya. 'ita tidak boleh serta merta melihat segi moral sebagai aspek tunggal dari praktek

korupsi di Indonesia. )oralitas seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan dan pergaulan

sosialnya. "inggi rendahnya moralitas yang terbangun dalam diri seseorang, tergantung

seberapa besar dia menyerap nilai 0per1ade 1alue2 yang diproduksi oleh lingkungannya.

Selama 3% tahun 4rde Baru berkuasa, moralitas masyarakat direduksi oleh kepentingan

 politik dominan ketika itu. Negara melalui pemerintah telah secara sengaja membangun

stigma dan prilaku yang menyimpang 0abuse of power2, dengan melegalkan praktek korupsi

dikalangan pejabat-pejabat pemerintahan. Hal tersebut dikarenakan oleh bentuk serta pola

 praktek kekuasaan yang cenderung menindas sehingga secara terang-terangan telah

melegalkan praktek korupsi, meski di depan mata masyarakat kita sendiri.

5aman itu, mungkin saja semua orang tahu 0bahkan tak jarang yang pura-pura tak tahu2,

 bahwa telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan penggunaan uang rakyat dalam bentuk korupsi yang dilakukan oleh penguasa 4rde Baru dan kroni-kroninya. kan tetapi, budaya

 politik bisu yang dihegemonisasi oleh pemerintah, membuat masyarakat terkesan diam dan

acuh akibat ketakutan-ketakutan mereka yang oleh pemerintah sengaja diproduksi secara

sistematis ketika itu. Bersuara berarti berhadapan dengan kekuasaan, yang tentu akan

 berujung tekanan dan represi bagi yang berani menyuaraknnya.

Moralitas vs Sentralisme Kekuasaan

'orupsi merupakan sebuah masalah ekonomi yang berakar pada struktur sosial-politik

masyarakat Indonesia. 'orupsi bukanlah sebuah masalah moral semata, seperti yang

dikatakan oleh sebagian besar orang yang meyakininya. Sekalipun tentu saja masalah moral

Page 5: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 5/32

memiliki peran penting dalam menyuburkan praktek korupsi di Negara kita, akan tetapi peran

tersebut tidak tidak terlepas dari struktur politik kekuasaan yang memberikan ruang untuk

munculnya masalah korupsi ini. Belakangan ini, begitu banyak terdengar upaya kampanye

sederhana 0soft campaigne2, baik pemerintah, tokoh masyarakat, N!46*S), hingga tokoh-

toko agama tentang seruan serta imbauan kepada masyarakat untuk terus memperbaiki akhlak dan nilai-nilai moral yang selama ini dianggap biang terjadinya korupsi di Indonesia. )edia

yang digunakan beragam, mulai dari iklan "7, 'oran, )ajalah, "abloid hingga pamflet dan

selebaran, yang intinya adalah menekankan kepada masyarakat bahwa, 8jika ingin korupsi

dibasmi, maka perbaikilah moral dan akhlak dasar kita, sebab moral yang bobrok merupakan

akar penyebab korupsi di Indonesia9. +paya tersebut bukan salah, namun keliru memandang

 persoalan secara objektif dan komprehensif. Bahkan kekhawatiran terbesar masyarakat

adalah, 8jangan sampai upaya kampanye anti korupsi yang terus menerus menyudutkan

masalah moral sebagai biang keladi menjamurnya korupsi, hanya dijadikan sebagai upaya

8cuci tangan9 dan 8pengalihan isu9 dari para pejabat korup, sehingga dengan demikian,

masyarakat kian lupa dengan faktor utama yang mendorong lahirnya praktek korupsi

tersebut, yakni : Bangunan kekuasan yang otoriter, menindas dan terpusat kepada segelintir

orang saja9. ;endahnya moralitas seseorang, memang menjadi salah satu 1arian penyebab

korupsi, namun masih ada hal yang lebih penting dari akar persoalan membudayanya praktek

korupsi, yang tentu lebih substansial dari sekedar alasan moralitas.

Salah satu di antara banyak faktor yang berperan menyuburkan korupsi adalah 8sentralisme

kekuasaan9, atau struktur pemerintahan yang memusatkan kekuasaan di tangan segelintir elit

saja. Bayangkan, jika kekuasaan dijalankan dengan tangan besi, betapa mudahnya praktek

korupsi ini dilakukan atas nama kepentingan bersama. Sama persis dengan praktek kekuasaanyang dijalankan oleh pemerintahan 4rde Baru Soeharto, dimana pemerintah dengan begitu

mudahnya menghisap pajak dan uang rakyat atas nama dan untuk pembangunan. Siapa yang

menghalang-halangi, dicap sebagai anti pemerintah, membahayakan stabilitas Negara, hingga

tuduhan komunis gaya baru dan lain sebagainya. Hakekatnya, kekuasaan Negara yang

terpusat kepada segelintir orang saja, tentu akan mengakibatkan dominasi dan hegemoni yang

kuat terhadap mayoritas rakyat Indonesia. Hal inilah yang menjadi factor penting mengapa

korupsi begitu sangat mudahnya tumbuh subur dan berkembang di Indonesia.

ada sisi lain, secara sosiologis dapat kita analisis bahwa kecenderungan korupsi yang

menyebar dan menjamur dikalangan masyarakat umum, juga tidak lepas dari bangunan

kekuasaan yang dipraktekkan oleh 4rde Baru Soeharto. emikiran masyarakat telah secara

otomatis terhegemoni dan tercekcoki oleh lingkungan social yang terbentuk dari bangunan

kekuasaan yang sentralistik dan otoriter tersebut. <ajar kemudian ketika sebahagian besar

 pejabat-pejabat pemerintahan hingga tingkat daerah 0!ubernur, Bupati, <alikota, =amat,

*urah hingga kepala dusun sekalipun2, juga ikut bertindak sama dengan prilaku yang

diterapkan oleh kekuasaan 4rde Baru yang otoriter dan sewenang-wenang. ejabat lokal

 pemerintahan inipun, tak segan untuk menggunakan otoritasnya demi memperkaya diri

sendiri dengan menghisap serta menindas masyarakat. "oh pada akhirnya, masyarakat

terkesan diam dan tak berani bertanya apalagi melakukan protes akibat dominannyakekuasaan yang terjadi. kibatnya, budaya politik yang terbangun ditengah masyarakat

Page 6: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 6/32

cenderung prematur dan prakmatis. Semisal, banyaknya masyarakat yang berlomba-lomba

untuk menjadi Bupati atau =amat meski harus menghabiskan biaya yag tak sedikit dalam

 pemilihannya dengan satu pemikiran, 8Bukankah biaya yang saya keluarkan ini tak seberapa

 jika dibandingkan dana yang akan saya dapatkan di pemerintahan jika berkuasa nanti#

Bahkan bisa berlipat-lipat jumlahnya9. Sungguh situasi yang sangat menyedihkan ditengahkondisi dan kehidupan masyarakat yang semakin terpuruk.

Warisan Masa Lalu

alam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang telah mengakar dan

membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak jarang yang menganggap

korupsi sebagi sesuatu yang 8lumrah dan <ajar9. Ibarat candu, korupsi telah menjadi barang

 bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka akan membuat 8stress9 para penikmatnya.

'orupsi berawal dari proses pembiasan, akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada

sesuatu yang sudah terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat Negara. "ak urungkemudian, banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakan

hukum untuk menumpas koruptor di Negara kita. $ika dikatakan telah membudaya dalam

kehidupan, lantas darimana awal praktek korupsi ini muncul dan berkembang#. "ulisan ini

akan sedikit memberikan pemaparan mengenai asal-asul budaya korupsi di Indonesia yang

 pada hakekatnya telah ada sejak dulu ketika daerah-daerah di Nusantara masih mengenal

system pemerintah feodal 04ligarkhi bsolut2, atau sederhanya dapat dikatakan,

 pemerintahan disaat daerah-daerah yang ada di Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan

yang dipimpin oleh kaum bangsawan 0;aja, Sultan dll2.

Secara garis besar, budaya korupsi di Indonesia tumbuh dan berkembang melalu 3 0tiga2 fase

sejarah, yakni : /aman kerajaan, /aman penjajahan hingga /aman modern seperti sekarang

ini. )ari kita coba bedah satu-persatu pada setiap fase tersebut. Pertama, >ase 5aman

'erajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar belakangi oleh adanya

kepentingan atau motif kekuasaan dan kekayaan. *iteratur sejarah masyarakat Indonesia,

terutama pada /aman kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan )ataram, )ajapahit,

Singosari, emak, Banten dll, mengajarkan kepada kita bahwa konflik kekuasan yang

disertai dengan motif untuk memperkaya diri 0sebagian kecil karena wanita2, telah menjadi

faktor utama kehancuran kerajaan-kerajaan tersebut. =oba saja kita lihat bagaimana 'erajaan

Singosari yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga tujuh turunan saling

membalas dendam berebut kekuasaan, mulai dari rabu nusopati, rabu ;anggawuni,

hingga rabu )ahesa <ongateleng dan seterusnya. Hal yang sama juga terjadi di 'erajaan

)ajapahit yang menyebabkan terjadinya beberapa kali konflik yang berujung kepada

 pemberontakan 'uti, Nambi, Suro dan lain-lain. Bahkan kita ketahui, kerajaan )ajapahit

hancur akibat perang saudara yang kita kenal dengan 8erang aregreg9 yang terjadi

sepeninggal )aha atih !ajah )ada. *alu, kerajaan emak yang memperlihatkan

 persaingan antara $oko "ingkir dengan Haryo enangsang, ada juga 'erajaan Banten yang

memicu Sultan Haji merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya sendiri, yaitu Sultan

geng "irtoyoso 0mien ;ahayu SS, $ejak Sejarah 'orupsi Indonesia-nalis Informasi*II2. Hal menarik lainnya pada fase /aman kerajaan ini adalah, mulai terbangunnya watak

Page 7: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 7/32

opurtunisme bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah posisi orang suruhan dalam

kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan 8abdi dalem9. bdi dalem dalam sisi kekuasaan

/aman ini, cenderung selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja atau sultan. Hal

tersebut pula yang menjadi embrio lahirnya kalangan opurtunis yang pada akhirnya juga

memiliki potensi jiwa yang korup yang begitu besar dalam tatanan pemerintahan kitadikmudian hari.

 Kedua, >ase 5aman enjajahan. ada /aman penjajahan, praktek korupsi telah mulai masuk

dan meluas ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa kita. Budaya korupsi telah dibangun

oleh para penjajah colonial 0terutama oleh Belanda2 selama 3&? tahun. Budaya korupsi ini

 berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut politik oleh penjajah,

untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu, semisal demang 0lurah2, tumenggung

0setingkat kabupaten atau pro1insi2, dan pejabat-pejabat lainnya yang notabene merupakan

orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi daerah territorial

tertentu. )ereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk memperkaya diri dengan

menghisap hak dan kehidupan rakyat Indonesia. Sepintas, cerita-cerita film semisal Si itung,

$aka Sembung, Samson @ elila, dll, sangat cocok untuk menggambarkan situasi masyarakat

Indonesia ketika itu. ara cukong-cukong suruhan penjajah Belanda 0atau lebih akrab degan

sebutan 8'ompeni92 tersebut, dengan tanpa mengenal saudara serumpun sendiri, telah

menghisap dan menindas bangsa sendiri hanya untuk memuaskan kepentingan si penjajah.

Ibarat anjing piaraan, suruhan panjajah Belanda ini telah rela diperbudak oleh bangsa asing

hanya untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan posisi dan kedudukan yang

layak dalam pemerintahan yang dibangun oleh para penjajah. Secara eksplisit, sesungguhnya budaya penjajah yang mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang

Indonesia juga tak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku dan praktek korupsi-nya.

"ak ubahnya seperti drakula penghisap darah yang terkadang memangsa kaumnya sendiri

demi bertahan hidup 0Sur1i1al2.

 Ketiga, >ase 5aman )odern. >ase perkembangan praktek korupsi di /aman modern seperti

sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.

kan tetapi budaya yang ditinggalkan oleh penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu

saja. salah satu warisan yang tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi dan nepotisme 0''N2.

Hal tersebut tercermin dari prilaku pejabat-pejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai

di era 4rde lama Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur di

 pemerintahan 4rde Baru Soeharto hingga saat ini. Sekali lagi, pola kepemimpinan yang

cenderung otoriter, anti-demokrasi dan anti-kritik, membuat jalan bagi terjadi praktek korupsi

dimana-mana semakin terbuka. Indonesia tak ayal pernah menduduki peringkat & 0besar2

 Negara yang pejabatnya paling korup, bahkan hingga saat ini.

Korupsi ; Kekerasan Struktural Terhadap Rakyat

Secara hakiki, korupsi merupakan bentuk kekerasan struktural yang dilakukan oleh Negaradan pejabat pemerintahan terhadap masyarakat. Betapa tidak, korupsi yang kian subur akan

Page 8: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 8/32

semakin membuat beban de1isit anggaran Negara semakin bertambah. Hal ini kemudian akan

mengakibatkan sistem ekonomi menjadi 8colaps9 dan berujung kepada semakin tingginya

inflasi yang membuat harga-harga kebutuhan masyarakt kian melambung tinggi. Aknomi

 biaya tinggi ini berakibat terjadinya ketidakseimbangan antara daya beli masyarakat dengan

tingkat harga komoditas terutama komoditas bahan pokok. )asyarakat cenderung dipaksauntuk menerima keadaan ini, meski ambruknya sistem ekonomi kita ini, adalah akibat dari

ulah para pejabat yang mengkorupsi uang Negara demi kepentingan pribadi, kelompok dan

golongan masing-masing. Intinya, masyarakat dipakda untuk menanggung beban yang tidak

dilakukannya. 'ita tentu masih ingat dengan 8krisis moneter9 yang terjadi antara tahun

CCD6CCE laluFFF. enyebab utama dari terjadinya krisis yang melanda Indonesia ketika itu

adalah beban keuangan Negara yang semakin menipis akibat ulah pemerintahan 4rde Baru

Soeharto yang sangat korup.

'orupsi dikatakan sebaga bentuk kekerasan struktural, sebab korupsi yang dilakukan oleh

 para pejabat merupakan bentuk penyelewengan terhadap kekuasaan Negara, dimana korupsilahir dari penggunaan otoritas kekuasaan untuk menindas, merampok dan menghisap uang

rakyat demi kepentingan pribadi. kibatnya, fungsi Negara untuk melayani kepentingan

rakyatnya, berubah menjadi mesin penghisap bagi rakyatnya sendiri. ;elasi politik yang

terbangun antara masyarakat dan Negara melalui pemerintah sungguh tidak seimbang. Hal ini

 berakibat kepada munculnya aristokrasi baru dalam bangunan pemerintahan kita. Negara

dituding telah dengan sengaja menciptakan ketimpangan sosial dalam kehidupan masyarakat.

'emiskinan yang semakin meluas, antrian panjang barisan pengangguran, tidak memadainya

gaji dan upah buruh, anggaran social yang semakin kecil akibat pencabutan subsidi

0endidikan, kesehatan, listril, BB), telepon dll2, adalah deretan panjang persoalan yangmenghimpit masyarakat sehingga membuat beban hidup masyarakat semakin sulit. Bukankah

ini akibat dari praktek kongkalikong 0'orupsi, 'olusi dan Nepotisme2 yang dilakukan oleh

 pejabat-pejabat pemerintah kita yang korup#. Salah satu fakta penitng yang bisa kita saksikan

adalah bagaimana pemerintah dengan lapang dada telah suka rela melunasi hutang-hutang

 Negara yang telah dikorup oleh pemerintah 4rde Baru dulu. i dalam nggaran endapatan

Belanja Negara 0BN2, pemerintah mengalokasi anggaran kurang lebih G? 0empat puluh2

 persen untuk mebayar utang-utang luar negeri melalui I)>, Bank unia, aris =lub, =!I,

serta lembaga donor lainnya. Belum lagi dana penggunaan Bantuan *ikuiditas Bank

Indonesia 0B*BI2 yang harus ditanggung oleh Negara. lokasi pemabayaran utang-utang

 Negara akibat korupsi ini, akan menuai konsekuensi, yakni : membebankan pembayaran

utang tersebut kepada rakyat indoensia yang sama sekali tidak pernah menikmati utang-utang

tersebut. )embebankan dengan memilih mencabut anggaran dan subsidi social bagi

masyarakat. )embebankan dengan semakin terpuruknya nasib dan kehidupan masyarakat.

Sungguh tidak adil, 8'oruptor yang menikmati, rakyat yang dikorbankan9FFF. ari

 pemaparan tersebut, maka sangatlah wajar jika dikatakan bahwa praktek korupsi merupakan

sebuah bentuk tindakan kekerasan secara sistemik, yang telah sengaja dibangun dan

diciptakan oleh struktur kekuasaan negara terhadap masyarakat sendiri.

Mengembalikan Kepercayaan Masyarakat

Page 9: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 9/32

"idak bisa kita pungkiri bahwa tingkat praktek korupsi dikalangan pejabat-pejabat Negara,

menjadikan masyarakat menarik dukungannya terhadap pemerintah. 'epercayaan serta

harapan masyarakat 0e(pectation2 terhadap pemerintah bisa dikatakan semakin menurun,

 bahkan senderung apatis terhadap pemerintah beserta aparatur-aparatur hukumnya 0polisi,

 jaksa, hakim, dan lain sebagainya2. Selama ini, pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah terkesan berjalan dengan lamban. Berbelit-belit dan sangat birokratisnya upaya

 pemberantasan korupsi yang dilakukan, menjadi salah satu factor mendasar penyelesaiaan

sebuah kasus. Semisal, pemeriksaan seorang pejabat legislatif 0anggota ;2 yang harus

menunggu i/in dan keputusan dari )enteri alam Negeri, atau pejabat pemerintahan daerah

yang harus menunggu persetujuan presiden, dll, menjadi salah satu kendala utama yang harus

mampu pemerintah carikan solusi yang tepat. emerintah dalam hal ini dituntut untuk

membuat kebijakan 0policy2 yang bertujuan untuk mempelancar proses pemberantasan

korupsi sehingga daapt berjalan cepat, efisien dan efektif tanpa harus dihalangi oleh aturan-

aturan yang telampau birokratis.

Sejak periode kepemimpinan Susilo Bambang udoyono dan $usuf 'alla, program

 pemberantasan korupsi menjadi prioritas utama dalam program kerja pemerintahannya.

+paya ini harus kita apresiasi dengan memberikan bentuk penghargaan yang tinggi atas

upaya yang dilakukan tersebut. Namun patut kita catat bahwa, meskipun pemerintahan SB-

$' telah berhasil mengungkap kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat-pejabat Negara

0semisal kasus '+, kasus Bulog, kasus bdullah uteh di ceh, serta kasus-kasus yang

melibatkan pejabat pemerintah di beberapa daerah2, namun upaya pemberantasan korupsi ini

 belum mampu menyentuh para koruptor-koruptor kakap 0dari era Soeharto sampai sekarang2

yang hingga saat ini masih bebas berkeliaran tanpa pernah sedikitpun tersentuh oleh hukum.$ika pemerintah mampu memberikan bukti nyata dari komitmen pemberantasan korupsi,

maka kpercayaan masyarakatpun akan kembali pulih, bahkan lebih partisipatif dalam setiap

masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa dan Negara. Namun sebaliknya, jika

 pemerintah lamban dan gagal dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya untuk

menuntaskan kasus-kasus korupsi yang ada, maka rakyat akan jauh semakin jauh

meninggalkannya. pa jadinya sebuah pemrintahan tanpa dukungan dari masyarakatnya#

Upaya Hukum emberantasan Korupsi ; !ntara Mitos dan Realitas

+paya yang harus dilakukan untuk memberantas dan membasmi korupsi ini bukan hanya

sekedar menggiatkan pemeriksaan, penyelidikan, dan penangkapan koruptor. +paya

 pemberantasan korupsi juga bukan hanya sekedar dengan menggiatkan kampanye

 peningkatan nilai-nilai moral seseorang. Namun upaya korupsi harus secara mendalam

menutup akar peneybabnya melalui : Pertama, Negara melalui pemerintah harus melakukan

 perbaikan kondisi hidup masyarakat secara menyeluruh, terutama dalam konteks perbaikan

ekonomi. Negara dalam hal ini bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidup masyarakat, baik secara bathin maupun lahiriah, primer maupun sekunder, fisik dan

non-fisik secara seimbang. $ika kehidupan masyarakat terus menerus didera dengan

kemiskinan, maka keinginan untuk mencari jalan pintas demi memperkaya diri, akan terusmuncul dan berkembang dalam pikiran masyarakat kita. Sebab masalah korupsi bukan hanya

Page 10: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 10/32

masalah penegakan dan kepastian hukum saja, namun masalah korupsi juga integral dengan

masalah sosial, ekonomi dan politik.

 Kedua, )embangun sistem kekuasaan yang demokratis. Seperti yang telah ditegaskan pada

 bagian awal tulisan ini, bahwa prilaku korup juga turut ditopang oleh sistem yang

mendorongnya. $ika kekuasaan berwujud sentralistik, otoriter dan menindas, maka bukan

tidak mungkin korupsi akan terus menerus terjadi. 'ita memerlukan sebuah sistem

 pemerintahan yang demokratis, transparan, tidak anti kritik, serta meemiliki wujud

 penghormatan yang tinggi terhadap masyarakat sipil 0ci1il society2.

 Ketiga, )embangun akses control dan pengawasan masyarakat terhadap pemerintah.

enanganan masalah korupsi ini tidak bisa dilakukan dengan cara memusatkan kendali pada

satu badan atau menyerahkan penanganannya pada pemerintah saja. Sebab hal tersebut

cenderung berjalan linear dan non-sturktural. alam arti, apakah mungkin pemerintah akan

efektif memeriksa pejabatnya sendiri. )asalah klasik yang kemudian muncul adalah, 8siapayang akan bertanggung jawab untuk mengawasi pengawas#9. ersoalan ini hanya akan

terakomodasi dalam konteks kekuasan otoritarian. alam sebuah struktur kekuasaan Negara

yang egaliter, masyarakat dberikan akses control terhadap kekuasaan, sehingga fungsi

 pengawasan secara horisontal antar struktur yang sejajar, maupun pengawasan akan berjalan

seimbang dengan control yang tajam terhadap penyelewengan.

 Keempat , enguatan institusi-institusi aparatur penegak hukum. 'ejujuran penegak hukum

0fair trial2, harus mulai dibangun secara kuat. Hal ini dimaksudkan agar proses penanganan

korupsi dapat berjalan secara efisien. 'redibilitas aparatur hukum kita dituntut untuk lebih

 berlaku adil, objektif dan tidak berpihak dalam memandang serta memilih-milih kasus. 'asus

seorang koruptor harus diproses dan dapat diselesaikan secara cepat, layaknya penyelesaiaan

kasus seorang pencuri ayam yang relati1e tidak membutuhkan waktu yang lama. isinilah

dituntut keprofesionalan para penegak hukum kita, jika pemerintah menginginkan

 penyelesaiaan kasus korupsi secara efektif.

 Kelima, erbaikan sistem dan mutu pendidikan. Hal ini memungkinkan untuk menamankan

 prilaku yang bersih, jujur dan bertanggung jawab bagi siswa-siswa sekolah sedari dini.

rilaku pengajar para 0dosen, guru, dll2 juga harus ikut diperbaiki. Selama ini, tak jarang dari

 para pengajar tersebut memberikan contoh yang buruk kepada anak didiknya yang bisa jadikelak akan diadopsinya dalam kehidupan sehari-hari. Semisal jual ija/ah dan nilai, bisnis

 buku6modul pelajaran, pungutan liar hingga cara mengajar yang kaku, otoriter dan cenderung

menekan anak-anak didiknya. $ika hal tersebut di atas tidak mampu kita praktekkan secara

serius, maka tidak ada jaminan bahwa prilaku korup masyarakat Indonesia akan hilang

dengan sendirinya. Bisa jadi justru akan semakin subur tanpa dapat kita hentikan bersama-

sama.

Page 11: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 11/32

http://uharsputra.ordpress.com/artikel-2/budaya-korupsi-dan-pendidikan/

"udaya #orupsi dan %endidikan

"U#!$! K%RUS& #!' K%RUS& "U#!$! (

T!'T!')!' "!)& #U'&! *'#&#&K!'

Oleh : Dr. har !uharsaputra, ".#d 

1. 1. Pendahuluan

>enomena korupsi bukan hal yang baru, mungkin telah ada sejak awal sejarah manusia

kecuali pada masa yang sangat primitif 0latas, CE32, dimana secara konsep prilaku belum

dikenal meskipun gejalanya bisa saja sudah ada. 'orupsi secara historis merupakan konsep

dan prilaku menyimpang secara hukum, ketika secara sosial polotik telah terjadi pemisahanantara kepentingan pribadi dengan kepentingan publik, namun pada masa kekuasaan

Page 12: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 12/32

dikaitkan dengan hereditas dan pelimpahan wewenang dari yang maha kuasa 0kekuatan

supranatural2 dan atau karena kepahlawanan 0knight2 yang diikuti dengan perasaan berhak

atas keistimewaan 0dengan dukungan diam-diam dari rakyat2 maka terdapat kecenderungan

untuk melihat bahwa pemanfaatan berbagai sumberdaya finansial dan non finasial untuk

kepentingan penguasa atau 'night sebagai hal yang wajar meskipun at the expense of the people, karena keluarbiasaan historis dan kekuasaannya yang bukan berasal dari rakyat.

4nghokham 0CE32 telah mencoba mengkaji masalah korupsi dalam kontek Indonesia,

dimana menurut dia fenomena korupsi telah ada sejak jaman kerajaan-kerajan di indonesia

melalui venality of power, dimana kedudukan diperjualkan kepada orang atau kelompok yang

mampu membayar untuk kemudian mereka diberi kedudukan yang berhak melakukan

 pemungutan pajak yang tanpa kontrol hukum sehingga penyimpangan yang terjadi 0abuse of

 power 2 sulit diperbaiki karena lemahnya kontrol pemerintah6kerajaan serta pendiaman oleh

masyarakat,. Bahkan 74= juga melakukan hal ini pada daerah-daerah yang dikuasainya

melalui para demang dan atau bupati6penguasa daerah. 'ondisi ini jelas menunjukan bahwa baik secara uni1ersal maupun keindonesiaan, korupsi memppunyai akar historis yang cukup

kuat dalam kehidupan masyarakat, dan makin meningkat seiring dengan upaya pembangunan

yang massif yang menggunakan dana besar dalam bentuk pinjaman *uar Negeri sebagai

 bagian inheren bagi hampir semua negara berkembang untuk meningkatkan mutu hidup

masyarakat melalui re/im e1elopmentalist.

1. 2. Budaya korupsi dan korupsi budaya

pakah korupsi telah menjadi budaya#, jawabannya pasti akan ber1ariasi tergantung apa

yang dimaksud dengan budaya serta kekuatan ikatannya dalam menentukan pola dan norma

kehidupan sosial masyarakat. )oh Hatta pernah menyatakan bahwa korupsi di indonesia

telah menjadi budaya dengan melihat fenomena yang terjadi, namun bila budaya itu

diwariskan apakah nenek moyang kita mengajarkan korupsi atau suatu perbuatan yang

kemudian dalam masa modern disebut korupsi #, masalahnya jelas jadi rumit oleh karena itu

 penyebutan tersebut perlu dilakukan hati-hati atau harus dengan referensi pemaknaan budaya

yang spesifik dengan selalu memperhatikan continuity and change.

alam periode awal pada setiap daerah6bangsa termasuk Indonesia umumnya melalui fase-

fase kehidupan sosial 0ugust =omte2 dari mulai fase teologis, metafisik dan positif. Budayadalam arti nilai yang umum dijalankan dalam fase animisme 0teologi, metafisik2 guna

mengendalikan berbagai kejadian yang merugikan6merusak kehidupan masyarakat,

 pemberian sesajen menjadi salah satu instrumen penting untuk menenangkan dan

memperkuat posisi kehidupan manusia, dengan sesajen diharapkan penguasa supranatural

dapat melindungi kehidupan mereka. Nah kalau demikian apakah manusia berprilaku

menyogok 0bribery2 kepada kekuatan adi kuasa#, jawabannya bisa ya dan bisa tidak dari

sudut pandang indi1idu itu tergantung niat, namun dari sudut sosial hal itu dimaksudkan

sebagai upaya menjaga keseimbangan kehidupan dengan penguasa supranatural yang

dipandang besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia.

Page 13: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 13/32

engan demikian prilaku menaklukan atau mengendalikan fihak yang menguasai melalui

 berbagai upaya pemberian6sesajen telah menjadi bagian dari nilai kehidupan pada masa

animismen, dan jika demikian maka bentuk bentuk korupsi yang terjadi dewasa ini bisa saja

di rujukan pada budaya tersebut, sehingga masalahnya nampak jadi kompleks dalam konteks

 perkembangan dunia modern dewaswa ini.

 Namun demikian, hal yang jelas adalah bahwa korupsi yang terjadi dalam le1el manapun

merupakan hal yang dapat menghancurkan nilai-nilai etika serta norma sosial dan nilai

agama, sehingga dapat menjadi prilaku yang mengkorupsi budaya, dan ketika secara bertahap

atau sekaligus diterima oleh masyarakat sebagai sesuatu yang wajar, maka disitu telah terjadi

korupsi budaya yang kemudian membentuk budaya korupsi. engan demikian jika pun benar 

ada budaya korupsi, maka itu sebenarnya terjadi karena korupsi budaya akibat makin

lemahnya kontrol sosial6pengabaian terhadap upaya mementingkat pribadi diatas kepentingan

 publik pada saat mereka mempunyai kedudukan6jabatan atas mandat publik baik langsung

maupun tak langsung.

1. 3. Apa itu korupsi ?

"he word corrupt 0)iddle Anglish, from *atin corruptus, past participle of corrumpere, to

destroy com-, intensi1e pref. and rumpere, to break2 when used as an adjecti1e literally

means 8utterly broken9 Korupsi 0 bahasa *atin corruptio dari kata kerja corrumpere yang

 bermakna busuk, rusak , menggoyahkan, memutarbalik, menyogok2. Secara harfiah, korupsi

adalah perilaku pejabat publik, baik politikus6politisi maupun pegawai negeri, yang secara

tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat

dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka

0<ikipedia2

Secara istilah Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari

struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai

makna yang sama. Bras/ 0CJ3. dalam *ubis,CE&2 menyatakan bahwa korupsi merupakan

 penggunaan yang korup dari derived power  atau sebagai penggunaan secara diam-diam

kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat pada kekuasaan itu atau

 berdasarkan kemampuan formal, dengan merugikan tujuan tujuan kekuasaan asli dan dengan

menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan kekuasaan itu dengan syah.

<ertheim 0dalam *ubis, CD?2 menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan

tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya

agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. 'adang-

kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa juga termasuk dalam

korupsi. Selanjutnya, <ertheim menambahkan bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang

diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada keluarganya atau

 partainya6 kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya,

 juga dapat dianggap sebagai korupsi. alam keadaan yang demikian, jelas bahwa ciri yang

 paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar a/as

Page 14: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 14/32

 pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan

 pribadi dengan masyarakat.

Sementara itu latas 0CE32 menyatakan bahwa korupsi secara umum adalah apabila seorang

 pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang swasta dengan maksud

mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada kepentingan si pemberi. *ebih

lanjut latas menyebutkan tiga fenomena yang termasuk dalam korupsi yaitu bribery,

extortion dan nepotism engan demikian korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah

urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus dan kesewenangan terhadap

sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang6kekuasaan dan kekuatan

kekuatan formal 0misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata2 untuk memperkaya

diri sendiri. 'orupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan

 jabatan6kekuaasaan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan

mengatasnamakan pribadi dan atau keluarga, sanak saudara dan teman.

1. 4. Apa penyebab korupsi ?

'orupsi selalu terjadi dalam suatu konteks sosial yang membentuk konsep diri dan definisi

situasi seseorang yang ketika terjadi proses soaial akan mendorng berbagai kecenderungan

muncul sejalan dengan kebiasaan yang ada baik yang terbuka maupun tertutup. 'orupsi

cenderung terjadi secara tertutup dan kalaupun terbuka selalu ada upaya untuk menutupinya.

)enurut <ang n Shih tokoh besar =ina yang hidup pada aban , korupasi terjadi karena

buru!nya hu!um dan buru!nya manusia ang pertama terkait dengan atribut kelembagaan

"institutional attributes# dan yang kedua dengan atribut masyarakat 0societal attributes2, dan

secara lebih rinci latas 0CE32 menyebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi

adalah

1. #etiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi posisi kunci yan))mampu memberikan ilham dan mempen)aruhi tin)kah laku yan)men*inakan korupsi

2. #elemahan pen)a*aran pen)a*aran a)ama dan etika

3. #olonialisme

. #uran)nya pendidikan

5. #emiskinan

. iadanya tindak hukum yan) keras

. #elan)kaan lin)kun)an yan) subur untuk prilaku anti korupsi

8. ,truktur pemerintahan

9. %erubahan radikal

10.#eadaan masyarakat

Page 15: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 15/32

enyebab penyebab tersebut ada yang bersifat kelembagaan, ekonomi, sosial dan indi1idual

serta ada yang bersifat mandiri dan yang bersifat kausal, namun demikian hal yang dapat

dicatat adalah bahwa menghilangkan penyebab secara parsial akan suit untuk menjamin

korupsi akan hilang, paling tidak hanya mengurangi tingkat kemerajalealaannya dalam

kehidupan bangsa.

1. 5. Apa kondisi yang kondusif bagi munulnya korupsi ?

>aktor-faktor penyebab terjadinya korupsi ada yang bersifat aktual dan potensial dalam arti

 bisa saja terjadi perubahan dalam penyebab tidak serta merta dapat menjadi pengurang

terjadinya korupsi karena bila trigger nya menguat. an hal ini terkait dengan kondisi-kondisi

yang kondusif bagi terjadinya korupsi. 'indisi tersebut mencakup hal-hal berikut

1. #onsentrasi kekuasan di pen)ambil keputusan yan) tidak bertan))un) *aab lan)sun) kepada rakyat seperti yan) serin) terlihat di reim-reimyan) bukan demokratik.

2. #uran)nya transparansi di pen)ambilan keputusan pemerintah

3. #ampanye-kampanye politik yan) mahal den)an pen)eluaran lebih besardari pendanaan politik yan) normal.

. %royek yan) melibatkan uan) rakyat dalam *umlah besar.

5. 4in)kun)an tertutup yan) mementin)kan diri sendiri dan *arin)an temanlama6.

. 4emahnya ketertiban hukum.

. 4emahnya pro7esi hukum.

8. #uran)nya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.

9. a*i pe)aai pemerintah yan) san)at kecil.

10.akyat yan) cuek  tidak tertarik atau mudah dibohon)i yan) )a)almemberikan perhatian yan) cukup ke pemilihan umum.

11.#etidakadaannya kontrol yan) cukup untuk mence)ah penyuapan atausumban)an kampanye6. ;ikipedia<

4leh karena itu disamping diperlukan menghilangkan penyebab-penyebabnya, diperlukan

 juga upaya mempersempit ruang gerak atau kondisi yang dapat memicu terjadinya korupsi,

agar upaya pemberantasan korupsi dapat berjalan efektif dan signifikan bagi penguatan

kehidupan berbangsa.

1. !. Apa akibat"dampak korupsi ?

Page 16: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 16/32

)eskipun terdapat beberapa pakar seperti Nathaniel *ef, dan Bayley "mening!at!an

investasi, fle!sibilitas administrasi, percepatan penyelesaian pe!er$aan ter!ait biro!rasi# 

yang melihat ada dampak positif dari korupsi, namun secara uni1ersal korupsi lebih banyak

dipandang sebagai prilaku yang berakibat pada keruksakan tatanan sosial ekonomi dan

 budaya serta mutu kehidupan masyarakat suatu bangsa. Nye dalam ;e1ida 0%??32menyatakan bahwa akibat-akibat korupsi adalah

1. %emborosan sumber-sumber modal yan) lari )an))uan terhadappenanaman modal terbuan)nya keahlian bantuan yan) lenyap.

2. ketidakstabilan re=olusi sosial pen)ambilan alih kekuasaan oleh militermenimbulkan ketimpan)an sosial budaya.

3. pen)uran)an kemampuan aparatur pemerintah pen)uran)an kapasitasadministrasi hilan)nya keibaaan administrasi.

Selanjutnya )c )ullan 0CJ2 menyatakan bahwa akibat korupsi adalah ketidak efisienan,

ketidakadilan, rakyat tidak mempercayai pemerintah, memboroskan sumber-sumber negara,

tidak mendorong perusahaan untuk berusaha terutama perusahaan asing, ketidakstabilan

 politik, pembatasan dalam kebijaksanaan pemerintah dan tidak represif. Berdasarkan

 pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan akibatakibat korupsi diatas adalah sebagai

 berikut

1. ata ekonomi seperti larinya modal keluar ne)eri )an))uan terhadapperusahaan )an))uan penanaman modal.

2. ata sosial budaya seperti re=olusi sosial ketimpan)an sosial.

3. ata politik seperti pen)ambil alihan kekuasaan hilan)nya bantuan luarne)eri hilan)nya keibaaan pemerintah ketidakstabilan politik.

. ata administrasi seperti tidak e>sien kuran)nya kemampuanadministrasi hilan)nya keahlian hilan)nya sumber-sumber ne)araketerbatasan kebi*aksanaan pemerintah pen)ambilan tindakan-tindakanrepresi7. e=ida 2003<

engan demikian Secara umum akibat korupsi adalah merugikan negara dan merusak sendi-

sendi kebersamaan serta memperlambat tercapainya tujuan nasional seperti yang tercantum

dalam embukaan +ndang-undang asar CG&.

1. #. Bagaimana menanggulangi korupsi ?.

'alau korupsi dibiarkan secara terus menerus tanpa upaya menanggulanginya, maka akan

terbiasa dan menjadi subur dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang selalu mencari

 jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara 0the end justifies the means2.

)eskipun berbagai upaya belum tentu dapat menghilangkan korupsi, tapi paling tidak dapat

menguranginya. +ntuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawabdan masif dengan pendekatan simultan. da beberapa upaya penggulangan korupsi yang

Page 17: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 17/32

ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan.

=aiden 0dalam Soerjono, CE?2 memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi korupsi

sebagai berikut

1. !embenarkan transaksi yan) dahulunya dilaran) den)an menentukanse*umlah pembayaran tertentu.

2. !embuat struktur baru yan) mendasarkan ba)aimana keputusan dibuat.

3. !elakukan perubahan or)anisasi yan) akan mempermudah masalahpen)aasan dan pence)ahan kekuasaan yan) terpusat rotasi penu)asaneenan) yan) salin) tindih or)anisasi yan) sama birokrasi yan) salin)bersain) dan penun*ukan instansi pen)aas adalah saran-saran yan)secara *elas diketemukan untuk men)uran)i kesempatan korupsi.

Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi # dengan jalan meningkatkan ancaman.

'orupsi adalah persoalan nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi dibatasi,

tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban korupsi organisasional

maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu pembaharuan struktural,

 barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan dorongan untuk korupsi dengan

adanya perubahan organisasi. =ara yang diperkenalkan oleh =aiden di atas membenarkan

0legali/ed2 tindakan yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal

dengan adanya pungutan resmi. i lain pihak, celah-celah yang membuka untuk kesempatan

korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur organisasi haruslah membantu

kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan dalam pelaksanaan

 pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman hukuman kepada pelaku- pelakunya. Selanjutnya, )yrdal 0dalam *ubis, CED2 memberi saran penaggulangan korupsi

yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang

menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas,

 pengadakan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan

kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah harus dinaikkan

dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan pengamanan

termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-pejabat yang korupsi

dapat lebih cepat diambil. 4rang-orang yang menyogok pejabat-pejabat harus ditindak pula.

ersoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara pengkajiannya pun

 bermacam-macam pula. 'orupsi tidak cukup ditinjau dari segi deduktif saja, melainkan perlu

ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah praktisnya 0practical problems2,

 juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya korupsi. 'artono 0CE32 menyarankan

 penanggulangan korupsi sebagai berikut

1. ?danya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tan))un) *aab )unamelakukan partisipasi politik dan kontrol sosial den)an bersi7at acuh takacuh.

2. !enanamkan aspirasi nasional yan) positi7 yaitu men)utamakan

kepentin)an nasional.

Page 18: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 18/32

3. para pemimpin dan pe*abat memberikan teladan memberantas danmenindak korupsi.

. ?danya sanksi dan kekuatan untuk menindak memberantas danmen)hukum tindak korupsi.

5. eor)anisasi dan rasionalisasi dari or)anisasi pemerintah melaluipenyederhanaan *umlah departemen beserta *aatan dibaahnya.

. ?danya sistem penerimaan pe)aai yan) berdasarkan achie=ement6 danbukan berdasarkan sistem ascription6.

. ?danya kebutuhan pe)aai ne)eri yan) non-politik demi kelancaranadministrasi pemerintah.

8. !enciptakan aparatur pemerintah yan) *u*ur

9. ,istem bud)et dikelola oleh pe*abat-pe*abat yan) mempunyai tan))un) *aab etis tin))i dibaren)i sistem kontrol yan) e>sien.

10.Herre)istrasi pencatatan ulan)< terhadap kekayaan peroran)an yan)mencolok den)an pen)enaan pa*ak yan) tin))i.

1. 8. Apa Peran Pendidikan dalam menanggulangi korupsi ?.

endidikan merupakan instrumen penting dalam pembangunan bangsa baik sebagai

 pengembang dan peningkat produkti1itas nasional maupun sebagai pembentuk karakter

 bangsa. "erlepas dari masalah korupsi itu sebagai budaya atau bukan yang jelas peran pendidikan akan dapat membantu meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi

dan memberantas korupsi. Buruknya manusia dapat ditranformasikan ke dalam hal yang

 positif melalui pendidikan, karena pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

endidikan merupakan upaya normatif yang mengacu pada nilai-nilai mulia yang menjadi

 bagian dari kehidupan bangsa, yang dengannya nilai tersebut dapat dilanjutkan melalui peran

transfer pendidikan baik aspek kognitif, sikap maupun ketrampilan. endidikan membimbing

manusia menjadi manusia manusiawi yang makin dewasa secara intelektual, moral dan

sosial, dalam konteks ini pendidikan merupakan pemelihara budaya. Namun demikian dalam

konteks perubahan yang cepat dewasa ini pendidikan tidak cukup berperan seperti itu namun

 juga harus mampu melakukan transformasi nilai dalam tataran instrumental sesuai dengan

tuntutan perubahan dengan tetap menjadikan nilai dasar sebagai fondasi.

engan demikian secara umum pendidikan dapat dipandang sebagai upaya pre1entif bagi

 berkembangnya sikap dan prilaku korup meskipun secara empiris jelas tidak cukupmengingat faktor pressure sosial politik yang dapat juga mendistorsi peran normatif tersebut.

Page 19: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 19/32

Belakangan ini memang berkembang wacana akan perlunya pendidikan karakter, namun jika

dilihat secara substantif pendidikan kita seperti tertuang dalam +ndang-undang no %? th %??3

sebenarnya adalah pendidikan karakter, jadi pendidikan karakter ya pendidikan. ang lebih

 penting adalah bagaimana menciptakan karakter pendidikan bangsa dapat diselenggarakan

dengan menjunjung tinggi kemandirian dan kejujuran, beberapa kasus yang terjadi justrukebijakan pendidikan tertentu 0seperti +N2 telah banyak mendorong sikap dan prilaku

ketidak jujuran yang dapat menjadikan orang terbiasa dengan kecurangan yang nota bene

merupakan potensi bagi berkembangnya korupsi atau paling tidak pengabaian terhadapnya.

 engan demikian pendidikan merupakan sarana atau bisa juga dipandang sebagai suatu

respon yang tepat untuk meningkatkan ketahanan etika bangsa melalui reformasi sosial yang

 pada gilirannya dapat menjadi pemicu bagi terjadinya reformasi kelembagaan, sebab ossible

responses to these underlying causes of corruption include institutional re+orms to limit

authority, impro1e accountability, and realign incenti1es, as well as societal e+orms to change

attitudes and mobili/e political will for sustained anti-corruption inter1entions. <hile the

handbook offers detailed descriptions of different types of institutional and societal reforms, a

strategy to fight corruption cannot and need not contain each of the institutional and societal

reforms discussed. Strategy choices must be made after taking into account the nature of the

corruption problem and the opportunities and constraints for addressing it. ;eformasi

kelembagaan dapat memagari secara eksternal kemungkinan prilaku korupsi, dan reformasi

masyarakat dapat memagari secara internal kemungkinan tumbuh dan berkembangnya

 prilaku korupsi, dan semua ini dapat memperbaiki hukum 0aspek kelembagaan2 dan

memperbaiki serta meningkatkan mutu manusia, dalam konteks inilah pendidikan menjadi

amat penting.

1. $. Penutup

'orupsi, apakah sudah jadi budaya atau bukan, adalah penyalahgunaan wewenang yang ada

 pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya,

 baik dalam bentuk Bribery, e(tortion, maupun nepotism. %. 'orupsi menghambat

 pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan

menghianati cita-cita perjuangan bangsa. =ara penaggulangan korupsi adalah bersifat

re1entif dan ;epresif. encegahan 0pre1entif2 yang perlu dilakukan adalah dengan

menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang

 jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan 0gaji2, menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap

 jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam

memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol

sosial dan sanksi sosial,dan pendidikan dapat menjadi instrumen penting bila dilakukan

dengan tepat bagi upaya pencegahan tumbuh dan berkembangnya korupsi. Sementara itu

untuk tindakan represif penegakan hukum dan hukuman yang berat perlu dilaksanakan dan

apabila terkait dengan implementasinya maka aspek indi1idu penegak hukum menjadi

dominan, dalam perspektif ini pendidikan juga akan berperan penting di dalamnya.

#!,T!R UST!K!

Page 20: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 20/32

1. "ellone @arl.1980.$r)aniation heory and he &e %ublic?dministration. Anited ,tates $7 ?merica.?llyn and "acon nc. "oston/4ondon ,ydney/ oronto.

2. $n)hokham radisi dan #orupsi %risma no 2 tahun B pebruari 1983

3. Crederickson eor)e H. 198. ?dministrasi &e)ara "aru. er*emahan. +akarta. 4%3D,. @etakan %ertama.

. #artono #artini. 1983. %atholo)i ,osial. +akarta. Ddisi "aru. @E. a*aali%ress.

5. 4amintan) %?C dan ,amosir (*isman. 1985. Hukum %idana ndonesia."andun). %enerbit ,inar "aru.

. 4ubis !ochtar. 19. "un)a ampai Dtika %e)aai &e)eri. +akarta."hratara. #arya ?ksara.

. ,imon Herbert. 1982. ?dministrati=e "eha=ior. er*emahan ,t. (ian*un). +akarta. %. "ina ?ksara.

8. 4ubis !ochtar 1985. "un)a ampai #orupsi 4%3D, +akarta

9. ?latas ,yed Hussein 1983. ,osiolo)i #orupsi 4%3D, +akarta

10.ie #ik #ian 2003. %emberantasan #orupsi

11.@enter 7or (emocracy and o=ernance 1999. ? Handbook $n Ci)htin)

@orruption. ;ashin)ton (.@. 20523-3100

12.Eaknin ,am.F 2003. @rime and @orruption 1st D($&. ? &arcissus%ublications mprint ,kop*e 2003

3. ;e1ida, Arika. %??3. 'orupsi i Indonesia )asalah an Solusinya, >akultas Ilmu

Sosial an Ilmu olitik +ni1ersitas Sumatera +tara

Page 21: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 21/32

http://boyyendratamin.blo)spot.com/2013/09/otonomi-daerah-membuka-

peluan)-ba)i.html

• Home 

•  eknolo)i 

o ad)et

o e=ie

o Har)a

• ,epakbola 

o 4i)a n))ris

o 4i)a ,panyol

o 4i)a talia

• Dntertainment 

o osip

o "iodata ?rtis

o Coto ?rtis

• !enu 

o ,ubmenu1

o ,ubmenu2

o ,ubmenu3

Page 22: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 22/32

• ,tatis 

• Drror 

Home G Hukum %emda G $tonomi (aerah !embuka %eluan) "a)i #epala (aerah

Antuk #orupsi

$tonomi (aerah !embuka %eluan) "a)i #epala (aerah Antuk #orupsi 

?dd @omment

Hukum %emda 

Oleh: Endrian Edward, SH

Mahasiswa Magister Ilmu ukum !rogram !ascasarjana "niv #ung atta

!  "endahuluan!

Dengan telah diundangkannya Undang Undang omor !! "ahun #$$$ tentang

%emerintahan Daerah maka terjadi berbagai perubahan mendasar dalam pengaturan

%emerintahan daerah di &ndonesia' ebagai konsekuensi logis adalah perlunya dilakukan

pendataan terhadap berbagai elemen yang berkaitan dengan %emerintah Daerah sebagai

manifestasi dari otonomi daerah'

Undang Undang nomor !! "ahun #$$$ ini adalah UU pertama kalinya yang mengatur 

susunan dan kedudukan pemerintahan daerah di &ndonesia' Dimana secara umum

&ndonesia memiliki dua jenis daerah berotonomi yaitu : daerah otonom biasa dan daerah

otonom khusus yang disebut yang disebut daerah &stimewa' Daerah otonom khusus yang

diberi nomenklatur sedangkan Daerah &stimewa adalah daerah kerajaan atau kesultanan

dengan kedudukan elfbesturende landschappen*kooti* daerah swapraja yang telah ada

sebelum &ndonesia +erdeka dan masih dikuasai oleh dinasti pemerintahannya'i

 

Page 23: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 23/32

#orupsi

amum dengan dire.isinya Undang Undang omor !! "ahun #$$$ tidak berlaku lagi

dengan ditetapkan Undang Undang omor /! "ahun !001 tentang %emerintahan Daerah

maka UU ini mengalami perubahan yang sinigfikan terutama masalah kewenangan 2epala

Daerah dibatasi dan berkoordinasi dengan pemerintahan yang lebih tinggi'

ejak otonomi daerah bergulir #1 tahun lalu, kasus korupsi menimpa kepala daerah dan

mantan kepala daerah terus meningkat saban tahun' Data ini diterima dari 2omisi

%emberantasan 2orupsi (2%2) menyebut saat ini ada /1 nama kepala dan mantan kepala

daerah masuk dalam jerat korupsi' 2asus ini malah terus bertambah bahkan sudah bersifat

putusan tetap (in kracht)'

2egagalan yang sangat nyata adalah nampak dari terdesentralisasikannya korupsi ke

daerah, sehingga banyak kepala daerah yang terlibat kasus korupsi' +emang tidak bisa

dipungkiri bahwa UU o !!*#$$$ yang kemudian diubah menjadi UU o /!*!001 tentang

%emerintah Daerah memicu kegairahan baru yang membuka ruang kebebasan lebih bagi

masyarakat dan elite lokal' amun, kebebasan itu justru dipahami berbeda oleh para elite

lokal sebagai kebebasan dalam berbagai hal'

&ndonesian 3orruption 4atch (&34) akhir tahun lalu melansir !1 nama kepala daerah

terkena kasus korupsi' Data itu dari 5aporan 6asil %enyidikan (5%6) 2omisi %emberantasan

2orupsi (2%2), 2ejaksaan 7gung, dan +arkas 8esar 2epolisian 9epublik &ndonesia' ama-

nama itu terus bertambah sampai hari ini, bahkan masih ada yang akan menyusul lagi'

ebut saja 8upati +andailing atal 6idayat 8atubara, ditangkap 2%2 pertengahan bulan

lalu' "erus 8upati 2epulauan 7ru "eddy "engko dieksekusi kejaksaan dan menghebohkan'

4ali 2ota 8andung Dada 9osada masih dalam tahap pemeriksaan oleh 2%2' Di samping

masih banyak lagi beberapa kepala Daerah atau pejabat daerah yang akan ditetapkan

sebagai tersangka dalam kasus korupsi

'

Page 24: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 24/32

!  "ermasalahan!

Di dalam %elaksanaan tonomi Daerah selama ini banyak muncul permasalahan terutama

bagi penyelenggara pemerintahan di daerah ubernur, 4alikota dan 8upati yang

tersandung kasus korupsi' %enyimpangan ini disebabkan karena kewenangan pemerintah

daerah sangat besar bahkan sebagian ahli dan praktisi mengatakan bahwa UU nomor !!

"ahun #$$$ merupakan semi negara federal'ii

Dengan begitu banyak kewenangan pemerintah daerah maka otonomi daerah tidak lain

merupakan refleksi dari power sharing yang dilakukan pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah' ecara teoritis terdapat 1 urusan pusat yang tidak dapat diserahkan ke daerah yaitu

; pertanahan, keamanan, urusan diplomatik luar negari, urusan peradilan dan urusan

keuangan dalam pengertian mencetak uang' Di luar itu pada dasarnya urusan-urusanpemerintah pusat dapat didesentralisasikan ke daerah'

"imbul korupsi ini akibab kewenangan yang diberikan kepada kepala daerah pada

kenyataannya banyak disimpangi' 8erdasarkan data yang dikemukakan 4akil +enteri

6ukum dan 67+ Denny &ndrayana selaku pembicara dalam kuliah umum tersebut, per <uni

!0#! terdapat kurang lebih #=/ kepala daerah mulai dari gubernur, walikota dan bupati

tersangkut kasus korupsi'iii

Dari data itu, >? persen kepala daerah terlilit masalah pengadaan barang dan jasa' 2asus

lain adalah makelar anggaran dan periinan khususnya sumber daya alam' 5ebih lanjut,

Denny memaparkan bahwa penyimpangan tersebut tidak terlepas dari masalah

desentralisasi, politik, dan juga masalah penegakan hukum'

+enurut %rof Dr aldi &sra (!00$), menjamurnya korupsi di daerah dapat dilihat melalui tiga

persoalan penting' pertama, sadar atau tidak, program otonomi daerah yang digulirkan oleh

pemerintah hanya terfokus pada pelimpahan wewenang dalam pembuatan kebijakan,

keuangan dan administrasi dari pemerintah pusat ke daerah, tanpa disertai pembagian

kekuasaan kepada masyarakat'i.

8erdasarkan itu penulis mencoba mengangkat suatu permasalahan dengan judul @tonomi

Daerah +embuka %eluang Untuk 2epala Daerah untuk 2orupsiA

!  "endekatan'

Page 25: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 25/32

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan secara empiris yang bersifat pada

fakta hukum atau pengalaman kenyataan yang terjadi di tengah tengah masyarakat'dan

metode yang digunakan yuridis sosiologis'

 7rtinya terjadinya korupsi di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tak terlepas dari

fakta fakta bahwa, masalah korupsi sudah sangat mengancam seluruh lapisan kehidupan

dan aspek aspek kita berbangsa dan bernegara, sehingga membahayakan kelanjutan

pembangunan daerah yang amat berdampak terhadap pembangunan ekonomi dan

kelangsungan nasib orang banyak'

ecara kemasyarakan juga pelaksanaan otonomi daerah ikut mempengaruhi proses setiap

keputusan atau kebijakan yang diambil oleh seorang 2epala Daerah, sehingga masyarakat

merasa perbuatan korupsi adalah suatu perbuatan yang merusak seluruh sendi sendikehidupan bermasyarakat' Untuk perlu penegakan hukum yang jelas bagi penyelenggara

pemerintahan daerah yang terkait kasus korupsi sesuai dengan Undang Undang /# "ahun

#$$$ "entang %emberantasan "indak %idana 2orupsi!

#!  "embahasan

ebelum kita masuk pada pokok bahasan perlu juga apa apa saja yang menjadi urusan

urusan pemerintah daerah'7dapun urusan urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat

ke pemerintahan daerah seperti %ajak 2endaraan dan "2, pajak 8umi dan 8angunan,

pajak 6otel dan 9estoran, 9itribusi &in +endirikan 8angunan, hasil retribusi perusahaan

daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya'

ebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah dilaksanakan oleh 2%D propinsi, berdasarkan penetapan dari gubernur'

ebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dilaksanakan

oleh 2%D propinsi atau kabupaten*kota berdasarkan penetapan dari gubernur atau

bupati*wali kota' ebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah desa

dilaksanakan oleh kepala desa' Urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur 

sebagai wakil pemerintah tidak boleh dilimpahkan kepada bupati*wali kota' Urusan

pemerintahan yang ditugaskan kepada perintah propinsi tidak boleh ditugaskan kepada

pemerintah kabupaten*kota' Urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah

kabupaten*kota tidak boleh ditugaskan kepada pemerintah desa' (%asal 1 ayat #-/ dan

%asal ? ayat #-/ %% o'=*!00>)'.

8erkaitan dengan itulah maka dalam hal terjadinya korupsi oleh 2epala Daerah dalam

pelaksanaan otonomi daerah seperti penyimpangan keuangan di daerah' &ni disebabkan

Page 26: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 26/32

adanya kewenangan yang besar di satu sisi menumbuhkan tantangan untuk kreatif dan

ino.atif dalam pengelolaan keuangan' Di sisi lain, terdapat ekses negatif berupa

penyimpangan dibidang keuangan yang berindikasi untuk memperkaya diri atau

pengelolaan yang tidak tepat sasaran'

2asus penyelewengan dana 7%8D tahun !00/ olehketua D%9D kota +agelang , atau

8upati arut yang diduga menyelewengkan dana 7%8D tahun !001-!00=, ini merupakan

rangkaian peristiwa penyimpangan keuangan sebagai ekses penerapan desentralisasi

Biskal' telah menyadarkan kita tentang berbagai hal'8ahwa persoalan pengalihan

kewenangan dari pusat ke daerah tidak semata persoalan hak daerah yang menuntut

keadilan distribusi pendapatan secara lebih adil, tapi jugakewajiban daerah untuk dapat

mengelola keuangan daerah secara tepat sasaran sesuai tujuan desentralisasi fiskal ini'

.i 6al yang perlu ditekankan disini adalah bahwa prinsip otonomi yang sering dikaitkan

dengan auto money atau penggalian sumber-sumber %7D, berimplikasi negatif dalam hal

seperti penciptaan pajak dan retribusi daerah yang justru menimbulkan masalah yang

kontra-produktif terhadap iklim in.estasi, ekonomi biaya tinggi, dan memberatkan

+asyarakat menengah ke bawah'rientasi yang tepat dalam memandang Desentralisasi

Biskal adalah penyerahan kewenangan bidang keuangan dari pusat pada daerah

untukmengelola pembangunan di daerah dengan menggunakan sumber dana sendiri'

9eorientasi 7spek %elaksanaan 2ewenangan Dan %ertanggungjawaban Dalam hal

pertanggungjawaban keuangan, psl #>1 UU /! "hn !001 +enyatakan bahwa

pertanggungjawaban pelaksanaan 7%8D dilaksanakan oleh 2epala Daerah kepada D%9D

berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh 8%2 %aling lambat C bulan setelah

tahun anggaran berakhir' %ada pasal #$! ayat 1 2epala Daerah, wakil kepala daerah,

pimpinan D%9D Dan %ejabat 5ainya dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran

belanja daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam 7%8D'

+enurut 6'D tout mengatakan (dalam bahasa &ndonesia) 4ewenang adalah pengertian

yang berasal dari hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai

keseluruhan aturan yang yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang

wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik'.ii

edangkan menurut B'B'3'5 "onnaer mengatakan kewenangan pemerintah dalam kaitan ini

dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat

diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara'.iii

8erdasarkan persoalan kewenangan dan pertanggungjawaban dari pemerintahan daerah

sudah jelas batasannya' "endensi ke arah 2orupsi'%engertian korupsi secara politis adalah

adanya transaksi antara sektor publik dan pri.at sedemikian rupa sehingga barang-barang

Page 27: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 27/32

kolektif ecara illegal dirubah menjadi hak yang dianggap sebagai hak pri.at' (bersambung

ke $%$ &S') 

http://boyyendratamin.blo)spot.com/2013/09/keenan)an-yan)-besar-

pemerintah-daerah.html

• Home 

•  eknolo)i 

o ad)et

o e=ie

o Har)a

• ,epakbola 

o 4i)a n))ris

o 4i)a ,panyol

o 4i)a talia

• Dntertainment 

o osip

o "iodata ?rtis

o Coto ?rtis

• !enu 

o ,ubmenu1

o ,ubmenu2

o ,ubmenu3

• ,tatis 

• Drror 

Page 28: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 28/32

Home G Hukum %emda G #eenan)an an) "esar %emerintah (aerah (apat

!emunculkan !odus #orupsi

#eenan)an an) "esar %emerintah (aerah (apat !emunculkan !odus #orupsi 

1 @omment

Hukum %emda 

Oleh: Edrian Edward, SH

Mahasiswa Magister Ilmu ukum !rogram !ascasarjana "niv #ung atta

 7danya kewenangan yang besar dari pemerintah di daerah dapat memunculkan modus

modus 2orupsi eperti 2orupsi %engadaan 8arang; modus : mark up (penggelembungan)

nilai barang dan jasa, kolusi dengan kontraktor dalam proses tender, penghapusan barang

in.entaris dan aset negara (tanah); modus : memboyong in.entaris kantor untukkepentingan pribadi, menjual in.entaris 2antor untuk kepentingan pribadi pungli penerimaan

pegawai, pembayaran gaji, kenaikan pangkat dansebagainya; modus : memungut biaya

tambahan di luar ketentuan resmi'

#ekuasaan dan korupsi%emotongan uang bantuan sosial dan subsidi sekolah, rumah sakit dan sebagainya' +odus:

pemotongan dana bantuan sosial, dilakukan secara bertingkat*tiap meja, bantuan fiktif;

modus : membuat surat permohonan fiktif seolah-olah adabantuan dari pemerintah ke pihak

luar; dan lain-lain&ndikasi penyimpangan tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya

kewenangan yang besar dari pemerintahan daerah, baik pemerintah Daerah yaitu 2epala

Daerah dan perangkatnya maupun D%9D'

Page 29: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 29/32

Dalam hal kewenangan di bidang keuangan maupun bidang lain yang secara "idak

langsung berimplikasi pada keuangan seperti 8idang 2epegawaian dan sebagainaya'8ila

hal ini tidak dipahami dalam konteks kesejahteraan masyarakat, tentu menimbulkan

permasalahan berupa kecenderungan penyalahgunaan kewenangan dan korupsi sebagai

akibat kewenangan yang mereka miliki

+enurut 3heema mengatakan, korupsi ditimbulkan oleh kewenangan birokratik yang

meningkat serta kurangnya sistem tranparansi dan akuntabilitas yang memadai' 6al ini

menunjukkan adanya istem Eang alah dalam manajemen negara, mengindikasikan

bahwa keberadaan institusi yangseharusnya bisa menjembatani kepentingan pemerintah

dan masyarakatnya menjadi institusi yang menjadi wahana untuk memperkaya diri'

+ekanisme 2ontrol dan F.aluasi untuk meminimalkan penyimpangan di daerah, diperlukan

suatu mekanisme yang dapat melakukan fungsi kontrol dan e.aluasi terhadap kewenangan

birokratik, adanya sistem transparan yang dapat diakses oleh publik, dan adanya

akuntabilitas yang mencerminkan tanggung jawab pemerintah, dengan dukungan dan

partisipasi publik

8erkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa langkah langkah Eang perlu diperhatikan :

#' 5angkah pre.entif : melalui tindakan pencegahan untuk meminimalkan kemungkinan

terjadinya penyimpangan'

a. %erbaikan truktur 6ukum dan pemerintahan dalam memodifikasi hukum yangefektif untuk menjerat praktek korupsi atau prosedur birokrasi pemerintahan yanglebih sederhana untuk meminimalkan kontak person* perorangan dalam prosedur birokrasi'

b. 2epastian hak-hak yang harus diperoleh masyarakat pengguna layanan publik ketikaberhadapan dengan birokrasi pemerintahan sehingga indikasi, sehingga indikasipenyimpangan pleh aparat birikrasi dapat dideteksi sejak awal' %emamfaatanteknologi informasi misalnya proses tender melalui media elektronik diharapkandapat meminimalkan kemungkinan penyimpangan diatas'

c. %erbaikan penghasilan aparat pemerintah atau kompensasi penghasilan yang layakbagi para pegawai termasuk adanya reward and punishment di harapkan akansedikit membantu langkah langkah pre.entif atau pencegahan sedini mungkin'

d. Dalam praktek di lapangan, misalnya pengadaan barang jasa diperlukan unsur kompetitif diantara penyedia barang jasa (rekanan), sehingga diharapkan akanmengurangi monopoli atau 22 yang berujung pada praktek korupsi'

!'  %elaksanaan : diperlukan mekanisme yang dapat menjamin hak pri.asi dan keamanan bagi

pihak yang berinisiatif melaporkan adanya praktek yang berindikasi korupsi (whistle-blower)'

+eski tidak selamanya data atau isu yang dilemparkan adalah benar, namun sebagai

langkah pre.entif dalam menganut asas praduga tak bersalah, usaha para Gpeniup peluitH ini

harusdihormati dan ditindaklanjuti dengan proses penyidikan oleh pihak yang terkait dan

dapat sebagai awal mengantisipasi tindak korupsi'

Page 30: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 30/32

/'  Dukungan dan kesadaran publik'

a.  7danya dukungan publik melalui media massa yang dapat membantu kemajuangerakan anti korupsi, atau informasi hukum yang dapat membangkitkan dukungandan kesadaran publik'

b.  7danya edukasi yang bersifat independen dan tidak bertendensi pada suatu pihakatau golongan atau kelompok'

1'  %engembangan 2elembagaan :

a. Diperlukan adanya komisi independen anti korupsi yang memiliki kewenanganin.estigasi dan edukasi terhadap publik yang memerlukan dukungan politis daripemerintah dan bergerak independen berdasarkan fakta yang ada'

b. Diperlukan juga peningkatan kualitas layanan publik melalui reformasi birokrasitermasuk pengembangan merit system dan adanya transparansi misalnya dalamseleksi, pemindahan, pengangkatan, atau promosi pejabat daerah'

c. +emperkuat kapasitas kepolisian dalam fungsi in.estigatif dan mampu bekerjasamadengan institusi penyidik lainnya'

d.  7kses pada hukum, dengan memperkuat kapasitas dan independensi fungsikehakiman' %rinsip akuntabilitas juga diperlukan sebagai wujud tanggung jawabpengelola pemerintahaan terhadap masyarakat'i Untuk itu akuntabilitas inidapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a' 7kuntabilitas Binansial; berupa kewajiban stakeholder untuk melaporkan penggunaan

dana yang menjadi tanggung jawabnya

b' 7kuntabilitas %olitik; adanya metode yang regular dan terbuka berkaitan dengan reward Ipunishment para stakeholder melalui sistem check dan balance unsur-unsur legislatif-

eksekutif dan yudikatif'

c' 7kuntabilitas 7dministratif; adanya sistem kontrol internal pemerintahan dalam hal

standard pelayanan, kode etik, dan administrati.e re.iew di setiap penyelenggaraan otonomi

daerah'

elain hal-hal di atas, yang sangat diperlukan adalah adanya politicalwill dari pemerintah

pusat untuk menjamin adanya transparansi danakuntabilitas pelaksanaan desentralisasifiskal'

%aling tidak ada beberapa indikator adanya political will ini yaitu :

#'   7danya pemahaman tentang sebab dan konteks korupsi, sehingga bisa diuji dan dipahami

secara akurat'

!'   7danya desain strategi pemberantasan korupsi yang bersifat partisipatori, inkorporasi dan

mobilisasi kepentingan para stakeholder'

Page 31: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 31/32

Page 32: referensi esai

7/23/2019 referensi esai

http://slidepdf.com/reader/full/referensi-esai 32/32

?'  www, google, com' 5ukman antoso 7, !0##, tonomi Daerah dan +enjamurnya 2orupsi

di Daerah'

C'  www' google'com, 7rifin itiyono,!0#/, %enyimpangan 2euangan Daerah, adjah +ada

Uni.ersity'

='  tout, 6'D, #$$1, De 8etekenissen .an 4et, 4'F'<' "jeenk 4illink Jwolle'

>'  9idwan 69, !0#0, 6ukum 7dministrasi egara, <akarta, 9ajawali %ers, hal'>0'

*!  3heema, ' habbir, !00?, 8uilding Democratic &nstitutions-o.ernance 9eform in

De.eloping 3ountries, 2umarian %ress, &nc, U7'