Jun 2008 - Wahyudi Mukti · pohon kakao yang sudah tua; penyakit VSD dan Phytophthora spp....

14
AgroCulture Juni 2008 | 1 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388 Meningkatkan produktifitas, memperbaiki mutu, mengakses pasar yang lebih baik untuk pemangku kepentingan agribisnis Indonesia Puskud NTT Menerima Penghargaan ‘Praja Mukti Satwa Nugraha’ Puskud NTT belum lama ini mendapatkan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha, yang diwakili oleh Direktur Utamanya, Bpk. Beni Subagyo. SE. baca artikel lengkap di halaman 11 Membantu PT Aceh Windu Lestari Memperluas Pasar Udang Windu Udang windu telah menjadi kisah sukses bagi perikanan Indonesia pada tahun 90-an di Indonesia. baca artikel lengkap di halaman 8 Laporan dari SULAWESI Peserta pelatihan mempelajari teknik baru dalam menangani ancaman kakao Pelatihan Teknik Okulasi di Kelompok Tani EDISI INI berfokus pada: 1 Kerjasama Gapkindo Kalselteng dalam Penyediaan 40.180 Bibit Karet Payung Satu (Opas) dan Pasar 2 Berbagi Pembelajaran Dari Pengalaman AMARTA di Bidang Hortikultura 3 Pondok Pengepakan Pisang Pertama Dibangun di Desa Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang 4 Perubahan Industri Carrageen Membawa Angin Segar serta Resiko bagi Petani Rumput Laut Indonesia 5 Memproduksi Kopi Arabika Berkualitas Dua jenis teknik yang merupakan komponen penting dalam modul pelatihan terakhir yang ditambahkan ke program pelatihan kakao AMARTA yaitu okulasi dini dan sambung pucuk. Pengembangan materi ini merupakan respon dari ancaman yang sedang dihadapi industri kakao di Sulawesi khususnya masalah penyakit Vascular Streak Dieback atau VSD (Oncobasidium theobromae). Bagaimanapun, VSD hanyalah salah satu masalah yang menyebabkan penurunan produktivitas kakao dibanyak lokasi di Sulawesi terutama produksi ditingkat petani. Beberapa masalah yang berkembang dan mempengaruhi produksi kakao Sulawesi ditingkat petani seperti: materi klon kakao yang kurang berkualitas; umur pohon kakao yang sudah tua; penyakit VSD dan Phytophthora spp. (menyebabkan busuk buah dan kanker batang). Permasalahan yang dihadapi dan peningkatkan produksi merupakan tantangan bagi petani yang saat ini perlu mepertimbangkan bagaimana meremajakan kembali kebun kakao; apakah dengan penanaman kembali ataupun dengan usaha-usaha rehabilitasi. Untuk tahap pertama dalam proses ini tim AMARTA mengusulkan materi pelatihan berseri yang menggunakan konsep sebuah evaluasi kebun sebagai dasar informasi pengambilan keputusan dan pengembangan sebuah tindakan sesuai rencana dan nantinya memudahkan petani dalam mengambil keputusan. Ditahun terakhir ini kebanyakan inisiatif pelatihan kakao yang telah dilakukan berfokus pada sambung samping dengan tujuan untuk merehabilitasi kebun kakao, meskipun sambung samping belum tentu metode yang tepat, atau mungkin tidak didesain dengan tujuan mengatasi masalah produktivitas secara keseluruhan kebun kakao di tingkat petani. Ketika teknik sambung pucuk dan sambung samping belum dikombinasikan secara keseluruhan dari program pelatihan ASKA maka staf ASKA diberi pelatihan program keberlanjutan kakao AMARTA yang dilakukan ditingkat petani dibeberapa lokasi, di Sulawesi Barat. 06 Jun 2008

Transcript of Jun 2008 - Wahyudi Mukti · pohon kakao yang sudah tua; penyakit VSD dan Phytophthora spp....

AgroCulture Juni 2008 | 1Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Meningkatkan produktifitas, memperbaiki mutu, mengakses pasar yang lebih baik untuk pemangku kepentingan agribisnis Indonesia

Puskud NTT Menerima Penghargaan ‘Praja Mukti Satwa Nugraha’

Puskud NTT belum lama ini mendapatkan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha, yang diwakili oleh Direktur Utamanya, Bpk. Beni Subagyo. SE. baca artikel lengkap di halaman 11

Membantu PT Aceh Windu Lestari Memperluas Pasar Udang Windu

Udang windu telah menjadi kisah sukses bagi perikanan Indonesia pada tahun 90-an di Indonesia.baca artikel lengkap di halaman 8

Laporan dari SULAWESI

Jun 2008

Peserta pelatihan mempelajari teknik baru dalam menangani ancaman kakao

Pelatihan Teknik Okulasi di Kelompok Tani

EDISI INI berfokus pada:1 Kerjasama Gapkindo Kalselteng dalam Penyediaan 40.180 Bibit Karet Payung Satu (Opas) dan Pasar

2 Berbagi Pembelajaran Dari Pengalaman AMARTA di Bidang Hortikultura

3 Pondok Pengepakan Pisang Pertama Dibangun di Desa Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang

4 Perubahan Industri Carrageen Membawa Angin Segar serta Resiko bagi Petani Rumput Laut Indonesia

5 Memproduksi Kopi Arabika Berkualitas

Dua jenis teknik yang merupakan komponen penting dalam modul pelatihan terakhir yang ditambahkan ke program pelatihan kakao AMARTA yaitu okulasi dini dan sambung pucuk. Pengembangan materi ini merupakan respon dari ancaman yang sedang dihadapi industri kakao di Sulawesi khususnya masalah penyakit Vascular Streak

Dieback atau VSD (Oncobasidium theobromae). Bagaimanapun, VSD hanyalah salah satu masalah yang menyebabkan penurunan produktivitas kakao dibanyak lokasi di Sulawesi terutama produksi ditingkat petani. Beberapa masalah yang berkembang dan mempengaruhi produksi kakao Sulawesi ditingkat petani seperti: materi klon kakao yang kurang berkualitas; umur pohon kakao yang sudah tua; penyakit VSD dan Phytophthora spp. (menyebabkan busuk buah dan kanker batang). Permasalahan yang dihadapi dan peningkatkan produksi merupakan tantangan bagi petani yang saat ini perlu mepertimbangkan bagaimana meremajakan kembali kebun kakao; apakah dengan penanaman kembali ataupun dengan usaha-usaha rehabilitasi. Untuk tahap pertama dalam proses ini tim AMARTA mengusulkan materi pelatihan berseri yang menggunakan konsep sebuah evaluasi kebun sebagai dasar informasi pengambilan keputusan dan pengembangan sebuah tindakan sesuai rencana dan nantinya memudahkan petani dalam mengambil keputusan.

Ditahun terakhir ini kebanyakan inisiatif pelatihan kakao yang telah dilakukan berfokus pada sambung samping dengan tujuan untuk merehabilitasi kebun kakao, meskipun sambung samping belum tentu metode yang tepat, atau mungkin tidak didesain dengan tujuan mengatasi masalah produktivitas secara keseluruhan kebun kakao di tingkat petani. Ketika teknik sambung pucuk dan sambung samping belum dikombinasikan secara keseluruhan dari program pelatihan ASKA maka staf ASKA diberi pelatihan program keberlanjutan kakao AMARTA yang dilakukan ditingkat petani dibeberapa lokasi, di Sulawesi Barat.

06Jun 2008

2 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Perubahan Industri Carrageen Membawa Angin Segar serta Resiko bagi Petani Rumput Laut Indonesia

Laporan dari SULAWESI

AgroCulture

AMARTA telah menjalin kerja sama dengan 15 kelompok tani rumput laut di Kabupaten Pohuwatu dan Gorontalo Utara. Para petani di kelompok-kelompok tersebut menanam rumput laut dengan spesies Kappaphycus alvarezii (atau cottonii). Petani menjual cottonii kering kepada eksportir dan pengolah, dan mereka akan melakukan ekstraksi kandungan kappa carrageenan dari rumput laut tersebut. Kappa carrageenan adalah gel larut air yang digunakan untuk berbagai produk daging, susu, gula dan produk perawatan tubuh. AMARTA membantu kelompok-kelompok tani untuk membangun usaha pembibitan, yang akan menjamin ketersediaan bibit untuk petani-petani baru.

Para petani tersebut sudah mengalami peningkatan dua kali lipat “harga pantai” cottonii kering dalam 18 bulan terakhir ini, yang mencapai hampir Rp12.500 (US$1,38) per kilogram. Trend yang sama terjadi diseluruh wilayah produksi rumput laut Indonesia. Para pengamat industri yakin bahwa harga tinggi ini terjadi karena dua faktor:• Rendahnya produksi di Filipina, karena perubahan pola cuaca. • Tingginya permintaan di Cina dan negara-negara berkembang lainnya.

Harga yang tinggi menguntungkan petani dalam jangka pendek, dimana petani juga harus menghadapi tingginya biaya produksi seperti bahan bakar untuk perahu mereka. Namun, para konsumen akhir carrageenan dapat merubah formulasi mereka dan menggunakan getah dan gel jenis lain bila kappa carrageenan menjadi terlalu mahal, atau tidak tersedia secara konsisten.

Permasalahan lain adalah menurunnya kualitas rumput laut, seperti telah dilaporkan oleh para pelaku bisnis. Produsen kappa carrageenan terbesar di dunia, yang berbasis di Filipina, menyatakan bahwa kekuatan gel (yang adalah pengukuran kualitas utama) rumput laut Indonesia mengalami penurunan hingga sebesar 20%. Hal ini mungkin terjadi karena para petani, yang ingin segera menikmati harga yang tinggi atau karena kurangnya pengetahuan, memanen tanaman mereka terlalu dini, sebelum carrageenan berkembang

penuh. Adanya pembeli-pembeli baru yang kurang berpengalaman dalam melakukan penilaian kualitas juga mempengaruhi sektor ini.

Namun demikian, industri rumput laut Indonesia memiliki potensi besar. Data usaha menunjukkan bahwa Indonesia menjadi produsen terbesar cottonii pada tahun 2006, dengan produksi tahunan sebanyak 100.000 ton rumput laut kering. Filipina, yang menduduki posisi teratas pada tahun sebelumnya, mengalami penurunan produksi hanya sebanyak 60.000 ton. Walaupun ada perbedaan jumlah produksi, nilai ekonomi ekspor rumput laut dari ke dua negara hampir sama, sekitar US$60 juta per tahun. Hal ini dikarenakan Filipina mengekspor carrageenan yang sudah diolah, sedangkan hampir keseluruhan ekspor Indonesia berupa rumput laut kering.

Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas produksi rumput lautnya, karena pertanian rumput laut saat ini hanya menempati 0,6% dari garis pantai yang ada. Juga masih ada peluang untuk menambahkan nilai atas hasil panen, melalui pengekstraksian carrageenan untuk ekspor.

Untuk menciptakan pembibitan yang stabil, AMARTA melatih petani untuk panen pada waktu yang tepat dan mengeringkan rumput laut secara efisien.

Karung-karung bibit rumput laut sedang dikumpulkan untuk pembibitan

Kelebihan dari kesusksesan AMARTA pada program AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) tidak hanya dirasakan manfaatnya bagi petani kakao di wilayah sasaran, namun juga staf Balai Besar Penyuluh Pertanian (BBPP) yang berlokasi di Batangkaluku, Sulawesi Selatan.

Sewaktu berkunjung ke kabupaten Pinrang, Ibu Wiwik (salah satu staf BBPP) mendapat informasi kegiatan AMARTA/ASKA dari petani yang berpartisipasi dalam program pelatihan dan yang telah membangun akses langsung ke PT. OLAM (mitra AMARTA) di kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Sekembalinya dari lapangan, Mrs Wiwik menindaklanjuti informsi tersebut dengan mengunjungi kantor AMARTA Makassar, dimana beliau begitu terkesan dengan metodologi dan tekhnologi pelatihan kakao AMARTA. Setelah itu, BPPP mengundang AMARTA untuk mempresentasikan topik tentang penanganan panen dan pasca panen serta berbagi pengalaman dalam memfasilitasi dan mentransfer tekhnologi ke petani kakao, pada lokakarya Pelatihan untuk Pelatih yang

berlangsung antara tanggal 25 - 31 Mei. Pada tanggal 27 Mei, staf teknis AMARTA memberikan pelatihan tentang topik tersebut untuk sekitar 30 penyuluh pertanian yang berpartisipasi (9 diantaranya adalah perempuan). Mereka mewakili propinsi Sulawesi Selatan, Barat, Tengah, Utara dan Tenggara.

Para peserta sangat tertarik dengan berbagai alat dan metode pelatihan yang AMARTA miliki, terutama pada VCD kakao. AMARTA mengajak semua partisipan untuk menggunakan materi pelatihan AMARTA. Pada bagian akhir pelatihan, BBPP mengungkapkan rasa terima kasihnya dan meminta agar AMARTA bisa terus memberi bantuan pada kegiatan pelatihan untuk para penyuluh BBPP.

Tim Kakao AMARTA Melatih Penyuluh Perkebunan Tentang Penanganan Pasca Panen

Laporan dari SULAWESI

Presentasi pelatihan kakao

AgroCulture Juni 2008 | 3Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCulture

Dalam upaya untuk mengantisipasi permintaan konsumen terhadap strawberi yang memiliki kualitas baik seperti rasa yang manis, ukuran, dan warna mera yang cerah serta meningkatkan daya saing dengan produsen strawberi dari luar Bali, AMARTA menyelenggarakan Pelatihan mengenai pengemasan strawberi di kebun yang menggunakan sistim kendali kualitas pasca panen, yang dikenal dengan sebutan Sistim PHQC Strawberi AMARTA. Pelatihan dilakukan di sentra pengembangan strawberi yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Desa Pancasari, di Kabupaten Buleleng. Pada tanggal 9-12 Juni, para petani dan pengusaha strawberi berpartisipasi untuk meluangkang waktunya mengikuti pelatihan secara langsung di kebun-kebun mereka dan tempat penyimpanan.

Konsultan AMARTA, yaitu Lisa Kitinoja dan Jeff Gucker memberikan pelatihan kepada peserta mengenai sistem pascapanen strawberi bagi pemetik, pengumpul, dan pengemas sehingga di dalam pengirimannya dapat menghasilkan buah strawberi yang berkualitas baik seperti:1. Manis, matang, dan dingin 2. Memiliki masa simpan yang lebih panjang dibandingkan dengan strawberi yang didinginkan secara kurang baik3. Memiliki nilai jual yang lebih baik di pasar eceran

Diharapkan kedepan bahwa strawberi yang dikemas menggunakan Sistim PHQC AMARTA akan memiliki informasi penelusuran produk yang membuat produk dapat dijual di berbagai supermarket di Indonesia, yang memenuhi standar keamanan dan kualitas makanan, dan bahkan menyiapkan produk untuk pasar ekspor yang lebih ketat. Pada akhirnya, akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi untuk petani dan pemasar.

Beberapa aspek praktis yang dilatihkan kepada peserta pelatihan adalah meliputi:1. Strawberi dipetik dalam tingkat kematangan tidak kurang dari 80%2. Memar buah akan berkurang bila strawberi dikemas dalam keranjang- keranjang kecil (punnet) di lapangan 3. Memar buah akan berkurang bila dipetik dengan hati-hati, dikemas dengan cepat dan ditangani dengan hati-hati.4. Sistim informasi mengenai penelusuran balik tanggal panen, pertanian, pemetik, dan grade akan disusun dan digunakan.5. Panen akan dilakukan dini hari ketika suhu udara lebih rendah.6. Resiko keamanan makanan akan berkurang bila menggunakan wadah yang bersih dan tangan yang bersih7. Peningkatan masa simpan dan kualitas lebih tinggi akan dapat dipertahankan dengan mendinginkan strawberi sebelum pengiriman

Pelatihan Pengemasan Strawberi di Kebunyang Menggunakan Sistim Kendali Kualitas

Laporan dari BALI

1. Lisa K memberikan pelatihan di ruang kelas2. David menyampaikan arahannya kepada peserta 3. Latihan di lapangan tentang cara memetik 4. Lisa K mengajarkan tentang teknik mengepak strawberi di ruang penyeleksian

1

1

2

3

4

4 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Memproduksi Kopi Arabika BerkualitasLaporan dari JAKARTA

Kualitas kopi merupakan komponen utama untuk dapat menjangkapu pasar ekspor. AMARTA, bekerja sama dengan sejumlah koperasi dan Asosiasi Kopi Special Indonesia (SCAI), berusaha untuk meningkatkan kualitas dan memperbesar jangkauan ekspor kopi Indonesia yang sudah terkenal luas di dunia. Untuk dapat memahami standar-standar pengukuran kualitas kopi yang diakui dunia, AMARTA menyusun panduan dasar dibawah ini.

Ada tiga pengukuran kualitas kopi ArabikaUkuran biji kopi: Pengukuran ini dilakukan dengan menapis biji-biji kopi menggunakan beberapa tapisan (ayakan) berukuran tertentu. 16 untuk biji kopi berukuran sedang dan 18 untuk biji berukuran besar adalah pengukuran untuk grade-grade pada umumnya. Kopi yang ditanam di dataran tinggi biasanya menghasilkan biji-biji kopi yang berukuran lebih besar dan lebih padat, walaupun tidak selalu terjadi demikian. Keseragaman bentuk jauh lebih penting daripada ukuran biji kopi, karena biji-biji kopi yang berbeda-beda ukuran tidak dapat disangrai dengan rata.

Cupping: Menyangrai sejumlah kecil kopi dan melakukan cupping atau pencicipan ditujukan untuk mengukur jenis-jenis kecacatan yang akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini, atau untuk mengukur sifat-sifat positif, yang menjadi ciri-ciri khas kopi spesial. Topik ini akan dibahas lebih mendalam pada artikel lain di newsletter yang akan datang.

Pengukuran jenis-jenis kecacatan: Ada beberapa cara untuk mengukur kecacatan, yang dapat menimbulkan aroma tidak menyenangkan pada seduhan kopi atau membuat kopi menjadi tidak menarik untuk dipandang. Kecacatan yang paling serius adalah:

• Biji hitam: Ini adalah jenis kecacatan yang paling umum terjadi pada biji kopi. Hal ini diakibatkan oleh sejenis jamur yang berkembang

pada biji kopi yang berasal dari buah kopi yang dipungut dari tanah atau dipanen terlalu dini. Biji-biji kopi ini akan menghasilkan aroma berjamur/bulukan atau apak pada seduhan kopi. Untuk menghindari terjadinya kecacatan ini, petani harus melakukan panen hanya pada buah kopi yang sudah matang dan melakuan sortasi dengan teliti.

• Biji asam: Kecacatan ini terjadi ketika biji-biji

kopi difermentasi terlalu lama. Biji-biji kopi akan berwarna coklat muda atau kemerahan, dan akan menghasilkan rasa asam pada seduhan kopi. Petani harus

mengeringkan biji-biji kopi mereka dengan hati-hati untuk menghindari permasalahan ini.

• Kerusakan akibat serangga: Terutama ditimbulkan oleh Coffee Cherry Borer (CCB) Hypthenemus Hampei. Serangga tersebut melubangi

buah kopi sebagai tempat untuk menaruh telur, dan menimbulkan lubang-lubang kecil pada biji kopi. Biji-biji kopi yang mengalami kerusakan akibat serangga ini akan cenderung menyusut, dan menimbulkan aroma-aroma apak, alkali, dan asin. Petani dapat mengurangi kerusakan akibat CCB ini dengan menggunakan Broca Traps, yang mengandung bahan penarik serangga. Penelitian yang telah dilakukan oleh AMARTA menunjukkan bahwa Broca Traps tersebut dapat mengurangi jumlah kerusakan akibat serangga dari rata-rata 27% menjadi hanya 7% dari buah-buah kopi.

Bahan-bahan asing: Termasuk sebagai bahan-bahan asing adalah kayu dan batu, yang akan mengurangi berat bersih kopi, merusak peralatan dan membuat biji kopi tidak menarik untuk dipandang. Pecahan-pecahan kulit ari dan kulit buah juga dihitung sebagai kecacatan.

Quakers: Biji-biji kopi yang belum matang, seringkali memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Biji-biji kopi seperti ini tidak akan dapat disangrai dengan baik, dan akan tetap berwarna kuning.

Floaters: Biji-biji kopi yang belum berkembang penuh, kosong dan rusak akibat CCB. Buah kopi akan terapung di air dan akan dihanyutkan pada saat pengolahan basah. Pada kopi yang dicuci, hal ini merupakan tanda kurang tepatnya proses grading pada saat pengolahan basah.

Sistim grading yang digunakan oleh pembeli-pembeli informalPembeli-pembeli berskala kecil di Indonesia menggunakan sistim yang disebut sebagai “triage 15%” untuk menentukan harga yang harus mereka bayarkan. Pertama, kandungan air dalam biji kopi tidak boleh lebih dari 15%. Kemudian, pembeli akan mengambil sampel

100gr biji kopi. Dari sampel tersebut dihitung jumlah biji hitam, biji pecah, biji rusak karena serangga dan bahan-bahan asing. Bila jumlah totalnya kurang dari 15%, maka biji kopi tersebut mendapatkan harga sesuai harga pasar. Bila jumlah totalnya lebih dari 15%, maka harga biji kopi akan dikurangi sebesar kelebihan poin persentase.

Sistim grading yang digunakan oleh pemerintah IndonesiaPembeli-pembeli formal menerapkan sistim grading yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Dalam sistim tersebut, dilakukan pemeriksaan terhadap sejumlah sampel biji kopi yang lebih besar, 300gr. Untuk kopi Arabika berukuran sedang, biasanya berisi 600- 650 biji kopi. Sistim ini menentukan beberapa tingkatan kecacatan yang diperbolehkan untuk kopi Grade 1, 2, dan 3 dari setiap kawasan. Contohnya, Kopi Mandheling Grade 1 hanya boleh memiliki 0-11 kecacatan. Kopi Mandheling Grade 2 boleh memiliki 12-25 kecacatan, sedangkan Grade 3 memiliki 26-44 kecacatan.

Satu “kecacatan” dihitung sebagai lima biji kopi yang mengalami kerusakan atau potongan-potongan bahan asing. Contohnya, dalam satu sampel 300 gram biji kopi ditemukan 55 biji kopi yang rusak akibat serangga (dan tidak ada permasalahan lain). Itu artinya hanya ada 11 kecacatan, dan karenanya masih dapat dijual sebagai Grade 1. Berdasarkan sampel 600 biji kopi, ini artinya 9,2% dari biji-biji kopi tersebut mengalami kerusakan akibat serangga. Mengingat bahwa Broca Trap dapat mengurangi kerusakan akibat serangga hingga kurang dari 7%, maka alat tersebut sangat penting untuk menjaga kualitas kopi.

Pembeli dapat menolak kopi yang mengandung sejumlah kecacatan tertentu, atau membelinya dengan harga yang lebih rendah. Harga transaksi untuk kopi Grade 2 umumnya 10% lebih rendah dari Grade 1. Beberapa eksportir biasanya mensortasi kopi mereka secara manual sebanyak tiga kali untuk menghindari permasalahan tersebut. Industri kopi menyebut proses ini sebagai proses triple pick.

Sistim grading Specialty Coffee Association of America (SCAA)SCAA memiliki sistim grading yang memperhitungkan keseragaman ukuran biji kopi, kecacatan, dan profil seduhan. Sistim ini menggunakan sistim yang lebih rumit dalam menentukan kecacatan. Seperti terlihat dibawah, ada beberapa jenis kecacatan primer dan

AgroCulture

AgroCulture Juni 2008 | 5Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCulture

Laporan dari JAKARTA

Sosialisasi Pembelajaran dari Pengalaman dan Keberhasilan AMARTA dalam Bidang Agribisnis Hortikultura

Sebagai bagian dari upaya sosialisasi guna mendorong replikasinya oleh instansi pemerintah terkait, di Bogor pada tanggal 30 Juni AMARTA bekerjasama dengan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) melakukan lokakarya paket, hasil dan pelajaran yang dapat dipetik dari kegiatan AMARTA dalam bidang agribisnis hortikultura. Paket kegiatan yang disosialisasikan ialah: (1) Standar Operasi

Prosedur (SOP) budidaya jeruk di Kabupaten Karo; (2) Pemakaian Pestisida yang Aman pada Usahatani Hortikultura di Jabipaten Karo; (3) Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Pisang Barangan di Kabupaten Deli Serdang; (4) Pembentukan Aliansi Daya Saing Agribisnis Kawasan.

Lokakarya dihadiri 86 orang peserta yang mencakup pimpinan, peneliti dan penyuluh dari BBP2TP dan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian (BPTP); Penelitian Hortikultura, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tananaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pusat Analisis Sosial Ekonopmi dan Kebijakan Pertanian, International Potato Center (CIP), UN-CAPSA, dan Institut Pertanian Bogor serta Direkturat Jenderal Hortikultura, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.

Para peserta lokakarya bependapat bahwa dari segi ragam kegiatan, kuantitas dan luas sebaran obyek sasaran, dan hasil yang telah diraih AMARTA tergolong sangat memuaskan. Untuk itu, peserta berharap agar AMARTA terus bekerja sama dengan lembaga pemerintah terkait guna menjamin keberlanjutan dan replikasi paket kegitan yang telah terbukti unggul dan berhasil. AMARTA juga diminta untuk membuat semacam buku panduan yang memuat secara rinci, lengkap dan mudah dipahami uraian paket kegiatan unggulan tepat guna tersebut.

Menanggapi hal itu, AMARTA menawarkan kerjasama dengan pihak yang berminat untuk replikasi dan pelanjutan dari kegiatan tersebut. AMARTA dapat menyediakan bantuan tehnis (ahli), pelatihan dan peralatan sesuai kesepakatan pembagian peran. AMARTA juga bersedia membuat panduan pelaksanaan dari setiap paket kegiatan berdasarkan permintaan dan peruntukan yang jelas.

sekunder, dan jenis kecacatannya ditentukan berdasarkan tingkat keparahan permasalahan.

Grade kopi ditentukan berdasarkan jumlah dan jenis kecacatan, keseragaman ukuran biji kopi dan profil seduhan kopi sebagai berikut:

Specialty Grade Green Coffee (1): Kopi grade ini hanya boleh memiliki kurang dari lima kecacatan dalam 300 gram biji kopi. Tidak boleh memiliki kecacatan primer. Toleransi diberikan hanya pada maksimal 5% dari biji yang berukuran lebih besar atau lebih kecil dari ukuran tapisan yang telah ditentukan. Kopi

spesial harus memiliki paling sedikit satu ciri khas dalam body, rasa, aroma, atau keasaman. Kopi ini sama sekali tidak boleh memiliki kerusakan dan pencemaran, serta quakers. Kadar air antara 9-13%. Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (SCAI) juga menggunakan standar ini untuk kopi spesial.

Premium Coffee Grade (2): Kopi premium hanya boleh memiliki 8 kecacatan penuh dalam 300gr biji kopi. Boleh memiliki kecacatan primer. Toleransi diberikan hanya pada maksimal 5% dari biji yang telah ditentukan. Kopi harus memiliki paling sedikit satu ciri khas dalam body,

rasa, aroma, atau keasaman. Kopi ini juga harus bebas dari kerusakan dan pencemaran, dan tidak boleh memiliki quakers. Kadar air antara 9-13%.

Exchange Coffee Grade (3): Kopi grade exchange ini hanya boleh memiliki 9 - 23 kecacatan penuh dalam 300gr biji kopi. Tidak boleh memiliki lebih dari 50% biji kopi yang berukuran diatas ukuran tapisan 15, dan tidak boleh memiliki lebih dari 5% biji kopi yang berukuran dibawah ukuran tapisan 14. Tidak boleh memiliki kerusakan seduhan dan hanya maksimal lima quakers yang diperbolehkan. Kadar air antara 9 – 13%.

Biji kopi hitam penuh Kecacatan primer 1 biji kopi = 1 kecacatanBiji kopi asam penuh Kecacatan primer 1 biji kopi = 1 kecacatanBuah kopi Kecacatan primer 1 biji kopi = 1 kecacatanRanting kayu atau batu berukuran sedang atau besar Kecacatan primer 2 hingga 5 biji kopi = 1 kecacatanKulit ari Kecacatan sekunder 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatanKulit buah Kecacatan sekunder 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatanBiji kopi pecah atau tidak utuh Kecacatan sekunder 5 = 1 biji kopi kecacatanBiji kopi rusak akibat serangga Kecacatan sekunder 2 hingga 5 = 1 biji kopi kecacatanBiji kopi hitam sebagian Kecacatan sekunder 2 hingga 3 = 1 biji kopi kecacatanBiji kopi asam sebagian Kecacatan sekunder 2 hingga 3 biji kopi = 1 kecacatanBiji kopi yang mengapung Kecacatan sekunder 5 biji kopi = 1 kecacatanPotongan kulit Kecacatan sekunder 5 biji kopi = 1 kecacatanRanting kayu atau batu kecil Kecacatan sekunder 1 biji kopi = 1 kecacatanBiji kopi rusak akibat air Kecacatan sekunder 2 hingga 5 biji kopi = 1 kecacatan

Para pembicara pada lokakarya AMARTA

6 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCulture

AMARTA – LembangPelatihan Penanganan Sayuran Segar

Laporan dari JAWA

Sifat sayuran yang mudah rusak menyebabkan harga sangat berfluktuasi serta menurunnya pendapatan petani. Dilaporkan bahwa di negara-negara berkembang kerusakan hasil karena penanganan pasca panen yang tidak tepat berkisar antara 30-40%.Dalam upaya menangani masalah tersebut AMARTA-BALITSA bekerjasama dengan Asosiasi Peritel Indonesia (APRINDO) menyelenggarakan Pelatihan Penanganan Sayuran Segar, selama dua hari dengan mengacu kepada standar kualitas produk yang dibutuhkan oleh supermarket.

Hari pertama diselenggarakan dalam bentuk pelatihan di kelas meliputi teori:• Penangan sayuran Kyuuri• Teknik penangan pasca panen untuk mengurangi susut serta memelihara kualitas produk• Panen dan pasca panen sayuran daun• Penanganan sayuran segar menggunakan ozonisasi

• Dinamika dan penguatan kelompok.

Hari kedua dilakukan dalam bentuk praktek sortasi, grading, pendinginan, sterilisasi dan pengemasan dengan melibatkan instruktur dari APRINDO. Pelatihan ini diselenggarakan di Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang-Bandung dan diikuti oleh 48 peserta.

Baik alat sterilisasi mapun pengemas relatip murah dan terjangkau oleh kemampuan petani, kelompok tani maupun pemasok supermarket skala kecil. Alat ozonisasi dengan skala kecil sekitar Rp. 2,500,000 ($ 260) sementara alat pengemas sekitar Rp. 4,000,000 ($ 450). Selain membunuh bakteri, sterilisasi menggunakan ozonisasi juga mengurangi residu pestisida yang melekat pada buah maupun sayuran.

Laporan dari MEDAN

Sebuah iklim bisnis yang kondusif adalah suatu syarat kunci dari suatu agribisnis yang perkembangan dan pertumbuhan daya saingnya berkelanjutan.Hubungan yang terbentuk baru-baru ini diantara pemerintah, pengusaha dan masyarakat harus ditingkatkan karena hal ini memiliki dampak infrastruktur, pelaynanan dan pemasaran yang kurang baik yang menyentuh petani-petani pisang. Infrastruktur seperti jalan masuk ke kebun petani untuk mengantar pupuk dan transportasi untuk mengangkut hasil produksi pisang dari kebun petani memegang suatu peranan yang sangat penting.

Dalam usaha untuk mendukung para petani pisang barangan di Talun Kenas dan desa-desa lainnya di Deli Serdang, AMARTA mengadakan sebuah Lokakarya yang berjudul: “Menciptakan Sustu Iklim Usaha Rantai Nilai Buah Tropis yang berdaya saing di Kabupaten Deli Serdang” pada tanggal 29 Mei di Medan. Acara lokakarya dibuka oleh Bupati Deli Serdang dan Kepala Dinas Pertanian dan Buah Tropis. Lokakarya ini dihadiri oleh 319 peserta yang terdiri dari 64 wanita dan 255 petani pria. Selain dari petani-petani yang hadir ada juga PPL, staff dinas pertanian dan perkebunan, dosen Universitas dan mahasiswa dan para pengusaha. Ada tiga

topik utama yang dibahas antara lain: Transfer Teknologi dan akses; Infrastruktur,Suplai Pertanian dan yang ketiga: Akses Keuangan dan Penanganan Paska Panen, Pemrosesan dan Pasar.

Lokakarya tersebut berhasil membentuk komite masyarakat petani pisang sebagai sebuah forum dialog kebijakan agribisnis yang melibatkan pembuat kebijakan dan masyarakat yang memerlukan dukungan dari pemerintah. Bapak Josep Barus, 45 tahun, seorang petani pisang dari Talun Kenas dipilih sebagai Ketua yang memimpin komite ini untuk memberikan pelayanan kepada petani-petani pisang barangan dengan mempromosikan agenda yang dimiliki oleh komite ini kepada pemerintah Kabupaten Deli Serdang.

1 2 3

RACA – Lokakarya di Deli Serdang

1. Pembicara pada lokakarya RACA di Deli Serdang2. Para peserta lokakarya RACA di Deli Serdang

1 2

1. Sterilisasi (mengggunakan Ozon)2. Pengemasan3. Produk yang telah dikemas

AgroCulture Juni 2008 | 7Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCultureLaporan dari MEDAN

Pondok Pengepakan Pisang Pertama Dibangun di Desa Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang

Produksi pisang barangan dari Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara mengalami peningkatan volume sejak USAID dan AMARTA melaksanakan kegiatannya di daerah ini. Sejak bulan Mei, Asosiasi Pisang Mandiri telah menjual 15.000 sisir per minggu dari Kabupaten ini yaitu: 11.000 sisir kepada pembeli dari Jakarta, PT. Sewu Segar Nusantara, sebuah perusahaan rekanan AMARTA dan kepada pembeli lainnya.

Sebanyak 4.000 sisir per minggu dijual ke pembeli dari kota Medan. AMARTA memberi tanggapan terhadap kebutuhan petani pisang di Kabupaten Deli Serdang yang berasal dari 12 desa dalam dua Kecamatan: STM Hulu dan STM Hilir.

Pada bulan Mei 2008, USAID dan AMARTA telah menyelesaikan pembangunan pondok pengepakan pisang pertama di desa Tiga Juhar

untuk mendukung peningkatan kwalitas dan kwantitas produksi pisang barangan di desa Tiga Juhar dimana desa ini memroduksi sekitar 7.000 sisir per bulan. Pondok pengepakan ini berukuran 5x12 meter dibangun diatas tanah seluas 10x30 meter dengan lokasi dipinggir jalan raya Kecamatan STM Hulu, Kabupaten Del Serdang. Ada lebih dari 30 hektar tanah dengan sekitar 170 orang petani pisang yang ada di desa Tiga Juhar. Hampir semua petani pisang di desa Tiga Juhar sudah mendapat pelatihan tentang penanaman pisang sistim dua jalur dengan teknologi maju yang diawali pada bulan Februari 2008 sampai sekarang.

AMARTA akan membangun pondok pengepakan tambahan di desa-desa seperti Talun Kenas, Negara, Kuta Jurung dan Biru-Biru.

Laporan dari PAPUA

1. Meja dua tingkat yang akan dilapisi plywood 2. Pondok pengepakan pisang tampak depan

Projek Kopi Arabika di Desa Kamu Moanemani, Papua

Proyek Papua Agribusiness Development Alliance (PADA) di Kamu Valley, Papua, berfokus pada peningkatan kualitas dan peningkatan produksi Kopi Arabika. Proyek ini juga bertujuan untuk menciptakan jalur suplai yang berkesinambungan pada pasar kopi spesial internasional. Selain penting untuk membantu kelompok-kelompok tani dengan peralatan yang sesuai dan pelatihan, proyek AMARTA-PADA menilai bahwa untuk menciptakan sistem manajemen di Papua adalah vital. Manajemen yang sesuai untuk koperasi kopi akan meningkatkan potensial untuk kesinambungan jangka panjang ekspor kopi Arabika ke pasar dunia. Namun yang terpenting adalah standard kualitas dan pemahaman pasar yang sesuai bagi petani-petani untuk mempertahankan pendapatan yang konsisten, dimana selanjutnya mendukung pertumbuhan ekonomi di Desa Kamu dan desa-desa maupun kota-kota sekitarnya.

Proyek AMARTA - PADA berkolaborasi dengan koperasi Santo Isodorus, Gereja Katolik Diocese, menciptakan sistem manajemen dan menyediakan staff untuk membantu menjalankan proyek ini. Diocese adalah pilihan yang paling tepat sebagai partner mengingat perannya sebagai kelompok masyarakat satu-satunya yang paling berpengaruh dalam agama dan akan tetap ada setelah bantuan AMARTA selesai. Anggota kelompok meliputi Pastor Gereja Katolik Moanemani, Parish Manager Moanemani dan sekretaris Parish. Sementara itu kepala kelompok petani lokal yang memiliki latar belakang pendidikan Pertanian, Didimus Tebay adalah yang bertanggung jawab pada fasilitas pemrosesan kopi dan dengan bantuan dari 2 pegawai pemerintah akan melakukan quality control (pengawasan mutu) secara langsung ke desa - desa. Pertemuan pada tanggal 17 Juni telah membentuk kesepakatan ini. Sosialisasi akan dilakukan untuk memberikan informasi kepada petani petani mengenai keuntungan untuk bergabung dengan koperasi dan mendorong semua kopi Arabika milik petani di Desa Kamu untuk menjadi anggota.

1

2

1. Fasilitas produksi kopi Koperasi Santo Isodorus di Moanemani2. Pertemuan AMARTA dengan pejabat Papua mengenai rencana ekspor kopi

1 2

8 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Laporan dari ACEH

AgroCulture

Membantu PT Aceh Windu Lestari Memperluas Pasar Udang Windu

Sebagai seorang pemilik tambak udang di Bireun selama 20 tahun terakhir, Azwari Asyek telah mengalami masa pasang surutnya usaha budidaya udang windu di Aceh dan Indonesia. Udang windu telah menjadi kisah sukses bagi perikanan Indonesia pada tahun 90-an, namun mengalami penurunan pada tahun 1997 karena beberapa factor termasuk serangan penyakit virus dan kompetisi dengan spesies udang pendatang, yaitu udang putih.

Menurut Bpk Asyek, Bireun dulunya merupakan tempat terbaik untuk memproduksi benih udang windu dan merupakan pusat produksi udang windu di Aceh dimana menjadi habitat umum bagi benih udang windu alam. Dahulu berdiri banyak sekali hatchery udang windu di sepanjang pantau timur Bireun karena kualitas air yang ideal tersebut. Bahkan pengusaha kecil dan tradisional banyak yang sanggup memproduksi dengan kualitas tinggu untuk kebutuhan pasar. Permintaan yang tinggi berasal dari Aceh, Sumatera dan semua tempat di Indonesia.

Apa yang dibutuhkan oleh penambak udang di Bireun saat ini adalah akses pada informasi bagaimana untuk memulihkan kembali bisnis mereka. AMARTA telah membantu berdirinya PT. Aceh Windu Lestari, yang merupakan kumpulan pengusaha tambak udang di Bireun dan pengusaha perikanan lainnya, dan selanjutnya membuat terpilihnya Bpk Azyek sebagai direktur utama di perusahaan tersebut. AMARTA juga telah memfasilitasi Bpk Azyek dan staff PT. Aceh Windu Lestari untuk berpartisipasi dalam beberapa even seminar nasional dan koferensi internasional, dan membantu perusahaan tersebut dengan peralatan laboratorium dan pelatihan-pelatihan untuk menghadapi permasalahan penyakit udang windu.

Melalui berdirinya PT. Aceh Windu Lestari, sebuah perusahaan yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang memadai untuk memproduksi benih udang windu berkualitas tinggi, didukung oleh fasilitas laboratorium yang memadai, diharapkan memenuhi tujuan pemulihan kembali bisnis budidaya udang windu. Suksesnya usaha budidaya udang windu akan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk Aceh yang pada umumnya dan secara traditional telah memiliki dan bersandar pada usaha budidaya udang selama bertahun-tahun.

1. Azwari Asyek, pemilik tambak udang 2. Rapat Dewan Komisaris pertama dan pendirian PT Aceh Windu Lestari

1 2

AgroCulture Juni 2008 | 9Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCulture

Pak Tongon Ginting, umur 33 tahun sudah berkeluarga memiliki seorang istri dengan tiga orang anak dan tinggal di desa Kuta Gerat. Pak Tongon sudah mengikuti pelatihan AMARTA berupa SPO (Standar Prosedur Operasi) yang didalamnya termasuk penjarangan buah atau ‘pruning’ yang memberikan dampak yang sangat baik pada pohon jeruk miliknya. Sebelum menerapkan tehnik penjarangan buah tangkai dan dahan pohon jeruknya sering patah yang disebabkan oleh berat buah jeruk yang ada pada ranting berlebihan. Pohon jeruknya rusak disebabkan oleh hama yang bersarang pada buah-buah jeruk yang begitu banyak pada dahan-dahannya dan hama akan dengan mudah menyerang tanpa disadari dari sarangnya pada buah jeruk yang menumpuk. Sebagai tambahan, warna buah jeruk akan buram dan tidak menarik disebabkan oleh tertutupnya sinar matahari oleh populasi buah yang terlalu banyak.

Setelah menerapkan penjarangan buah yang telah didapatkan dari AMARTA maka hasil berikut ini telah dicapai:

• Ukuran buah jeruk lebih besar yaitu rata-rata 8 buah per kilogram dibandingkan dengan sebelumnya 12 sampai 16 buah per kilogram.• Air jeruknya meningkat sampai 60% per buah.• Biaya pemeliharaan seperti penyemprotan dan pemupukan berkurang 50%.• Regenerasi tumbuhnya daun muda baru terjadi secara alami. • Gizi makanan yang diberikan kepada pohon jeruk terkonsentrasi pada buahnya karena tidak ada hama yang seperti jamur yang menghisapnya.

Pak Tongon Ginting beserta keluarga memiliki 550 pohon jeruk pada lahannya, dan mereka memanen 35 ton per tahun dengan harga Rp4.500 per kg. Sebelumnya, buah jeruknya dihargai Rp1.500 - Rp2.000 per kg. Biaya pemeliharaan kebun jeruk keluarga pak Tongon Ginting mencapai Rp 30 juta per tahun termasuk didalamnya membayar tenaga kerja.

Meningkatkan Kualitas Jeruk dengan Penerapan Teknologi Baru “Pruning”

Cerita Sukses

1. Papan AMARTA pada demonstrasi plot jeruk di Sumatera Utara2. Pak Ginting di depan pohon jeruknya3. Pak Ginting di depan kebun jeruknya4. Pak Ginting menunjukkan bunga jeruk sehat miliknya

1

3

4

2

1

10 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCulture

AMARTA dan Bridgestone membina beberapa kelompok tani di Kalimantan Selatan yakni : Sari Murni, Karya Mufakat, Karya Bersama, dan Karya Harapan. Kelompok tani tersebut membentuk Gabungan Kelompok Tani, dan pada tanggal 27 Mei 2008 menandatangani kontrak penyediaan bibit karet payung satu (OPAS) sebanyak 40.180 kantong plastik, dan dibeli langsung oleh GAPKINDO Cabang Kalselteng dengan harga Rp2.500 per kantong plastik ($0,27). Total nilai kontrak sebesar Rp100.450.000 ($10.900). Gapkindo Kalselteng menyediakan bibit karet tersebut untuk delapan pabrik karet yang ada di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Berikut ini adalah jumlah dan pendistribusian berdasarkan nama pabrik karet:

1. PT. Banua Lima Sejurus, Banjarmasin sejumlah 7.590 pohon2. PT. Hok Tong, Banjarmasin, sejumlah 3.220 pohon3. PT. Insan Bonafide, Banjarmasin sejumlah 5.390 pohon4. PT. Karya Sejati, Banjarmasin sejumlah 2.610 pohon5. PT. Sampit, Kalteng, sejumlah 6.030 pohon6. PT. Darma Kalimantan Jaya, Haruyan sejumlah 5.500 pohon7. PT. Bumi Asri Pasaman, Buntok sejumlah 7.590 pohon8. PT. Karias Tabing Kencana, Amuntai, sejumlah 2.250 pohon

Total 40.180 pohon

Berdasarkan informasi dari Mr. Sulaiman Abdullah, Sekretaris Gapkindo Kalselteng, bibit karet tersebut diberikan secara gratis kepada pemasok Bokar ke pabrik-pabrik pengolahan karet anggota GAPKINDO. Dia memilih kelompok tani binaan AMARTA dan Bridgestone karena kualitas bibit karet yang dihasilkan. Prosedur penerimaan bibit karet yang dipantau oleh AMARTA dan Bridgestone transparan dan sesuai dengan jumlah yang telah disepakati: Pemasok Bokar ke pabrik-pabrik karet membawa surat dari Gapkindo Kaselteng, kemudian memuat dan membayar sejumlah bibit karet yang telah dialokasikan kepada kelompok tani.

Pak Sulaiman juga memberikan catatan bahwa PT. Sampit di Kalimantan Tengah akan menggunakan bibit karet tersebut untuk kebun entres, namun mereka kurang pengetahuan untuk mendisain kebun entres. Pak Sulaiman meminta kepada AMARTA untuk memberikan bantuan teknis kepada PT. Sampit untuk merancang dan membantu secara teknis pembuatan kebun entres. Pengiriman perdana sebanyak 8.500 pohon pada tanggal 18 Juni 2008.

Pada tanggal 26 April 2008, Pak Sutarjo ketua Gabungan Kelompok Tani binaan AMARTA dan Bridgestone mengatakan kepada AMARTA bahwa pasaran bibit karet sangat sepi, tetapi dengan adanya penandatangan kontrak dengan Gapkindo Kalselteng dia sekarang percaya bahwa permintaan bahan tanam karet itu tetap ada dan dia tetap akan terus melanjutkan usaha untuk menghasilkan bibit karet. Kontrak baru tersebut akan membantu para pembibit untuk meningkatkan pendapatan mereka dan para petani karet akan mendapat bahan tanam karet untuk peremajaan atau penanaman baru.

Cerita Sukses

Kerjasama Gapkindo Kalselteng dalam Penyediaan 40.180 Bibit Karet Payung Satu (Opas) dan Pasar

1. Stok bibit untuk pengiriman ke Gapkindo2. Petani memuat bibit ke dalam truk PT. Insan Bonafide

1

2

AgroCulture Juni 2008 | 11Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Cerita Sukses

AgroCulture

Puskud NTT Menerima Penghargaan ‘Praja Mukti Satwa Nugraha’

Puskud NTT belum lama ini mendapatkan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha, karena telah menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan program pembibitan dan penggemukan sapi di Indonesia.

Melalui bantuan AMARTA, dalam program pembibitan sapi, telah menjawab permasalahan utama kelangkaan sapi bakalan untuk penggemukan. Puskud NTT membeli sapi untuk mengatasi kelangkaan ternak sapi di NTT. Projek ini juga merangkul peternak-peternak anggota Puskud NTT dan KOPNAK di daerah Kupang NTT.

AMARTA memberkan 300 ternak sapi, didistribusikan kepada 235 peternak sapi prian dan 65 peternak sapi wanita dimana 30 sapi yang diberikan telah hamil. Program inseminasi buatan ini telah mulai dilakukan sejak 29 April dengan tujuan meningkatkan tingkat kehamilan sapi. Pelatihan cara pembibitan? sapi terbaik telah dilakukan dengan penekanan pada aspek inovasi teknologi, termasuk manajemen pembibitan ternak, pangan, reproduksi, dan manajemen kompos.

Projek di NTT ini telah diakui oleh Dirjen Peternakan sebagai contoh terbaik untuk produksi peternakan sapi yang dapat ditiru di daerah lain di Indonesia. Bapak Dirjen telah mengundang yang terhormat Bapak Wapres RI, Yusuf Kalla, untuk mengunjungi program tersebut, namun beliau urung datang karena pertemuan dengan Bapak Presiden. AMARTA akan berkoordinasi dengan USAID dan pemerintah Indonesia untuk merencanakan kembali kunjungan Bapak Jusuf Kalla pada periode berikutnya.

1

1. Acara penyerahan penghargaan Praja Mukti Satwa Nugraha2. Beni Subagyo, SE. Direktur Utama PUSKUD NTT menerima penghargaan

12 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

Membangun Kemitraan: AMARTA Memperkenalkan Eksportir ke Petani Kakao untuk Meningkatkan Keuntungan

Cerita sukses dari kabupaten MamujuHj. Nurhayati, 42 tahun, peserta pelatihan kelompok tani Sepakat di desa Bunde, Kecamatan Sampaga Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Sebagian besar petani di desa ini menggantungkan hidupnya dari tanaman kakao yang selama ini menjual hasil kakao seadanya tanpa memperhatikan mutu, padahal harga yang ditetapkan pedagang keliling hanya sekitar Rp 7000 per kg. Selain itu, sebagian besar petani meminjam uang dalam jumlah cukup besar ke tengkulak dan menggunakan hasil kebun kakao sebagai jaminannya.

Pada bulan Maret 2008, AMARTA melakukan salah satu topik pelatihan dasar di salah satu buying unit UD Tunas Jaya di desa Tarailu, sekitar 5 km dari desa Bunde. Selama pelatihan, pelatih petani dan petugas buying unit menjelaskan keuntungan petani menjual kakao dengan mutu baik, pentingnya kakao di bersihkan dari kotoran, dan dijemur selama 5 hari sebelum dijual. Hj. Nurhayati dan petani lainnya akhirnya belajar bagaimana biji kakao kering diuji mutunya dan bagaimana harga ditetapkan sesuai dengan mutu.

Sejak berpartisipasi di pelatihan tersebut, Hj. Nurhayati mulai memperhatikan mutu kakao dan menjual langsung ke UD Tunas Jaya. Meskipun, harus menunggu sampai 5 hari penjemuran dan melakukan pemisahan kotoran dari biji kakao, beliau memperoleh harga tertinggi karena mutu yang dicapai secara keseluruhan.

Ibu Nurhayati pernah melakukan percobaan perbandingan harga dengan membagi 2 bagian hasil panen kakao dengan mutu yang sama, bagian pertama dijual ke pedagang keliling, satunya lagi dijual ke salah satu eksportir. Beliau memperoleh 18% harga lebih tinggi dari eksportir, Rp22.000 per kg, tetapi di pedagang keliling hanya laku Rp18.000 per kg. Berbekal pengalaman dan keuntungan yang telah diperoleh, Ibu Nurhayati berusaha untuk menutupi semua utang yang ada pada tengkulak dan meyakinkan petani-petani lainnya untuk meningkatkan mutu kakao mereka. ‘Terima kasih banyak AMARTA-USAID yang telah memberi pelatihan dan mampu memperbaiki pendapatan keluarga kami.

Cerita sukses dari kabupaten Kolaka UtaraH Nika dan Hj Ondeng, pasangan suami istri dari kelompok tani Mattirowalie di desa Lahabaru, kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, memiliki kebun kakao . seluas 3 hektar yang ditanami sekitar 1000 pohon kakao per hektarnya. Berdasarkan data baseline yang dikumpulkan oleh AMARTA pada tanggal 24 Desember 2007, perlu diketahui rata-rata umur pohon kakao mereka berkisar antara 10-20 tahun dengan produksi rata-rata pertahun adalah 800 kg dari setiap hektar, dengan pendapatan sekitar 8 juta pertahun per hektar kebun kakao. Sebelum mengikuti pelatihan dasar program ASKA, baik Hj Ondeng maupun H Nika tidak mengenal eksportir seperti PT.Olam dan PT. Armanjaro, biasanya mereka hanya menjual kakao ke pedagang lokal dengan harga sekitar 9000 Rupiah/kg setelah 2 hari pengeringan.

Pada bulan Februari 2008, Ibu Ondeng mengikuti salah satu pelatihan ASKA di kelompok tani mereka dimana mereka mendapat kesempatan berkunjung ke salah satu tempat penjualan PT. OLAM. Dalam kunjungan tersebut, petani belajar proses pengukuran mutu dan penentuan harga, termasuk bagaimana memperoleh informasi harga terkini. Pada tanggal 17 maret 2008 H ondeng menjual kakao sebanyak 28 kg ke salah satu buying unit PT OLAM dengan harga Rp 23.600 per kg, padahal sebelumnya kakao Hj Ondeng sudah ditawar pedagang lokal seharga Rp 18.000 per kg. H. Ondeng sangat senang dengan harga ekspor, dan mengucapkan terima kasih sebesar besanya ke salah satu staf AMARTA , berkata “Saya tidak mau lagi menjual ke pedagang lokal karena mereka terlalu banyak untung dari petani. Saya akan perhatikan kadar air, sampah, jamur dan ukuran biji kakao sebelum dijual ke PT Olam. Pengalaman saya ini akan saya bagi dengan keluarga,teman dan tetangga yang tidak ikut program pelatihan dasar AMARTA. Terima Kasih AMARTA-USAID dan PT.OLAM!”

Cerita Sukses

AgroCulture

1 2

Menghitung sampah dan jamur dalam pelatihan kakao

Hajjah Nurhayati di depan pohon kakaonya

AgroCulture Juni 2008 | 13Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

May 19th

1 - 31 JuliPelatihan petani pisang di Desa Talun Kenas, Negara, Kuta Jurung, Sibiru-Biru dan Tiga Juhar, Kabupaten Deli Serdang, Sumut

1 - 31 JuliPelatihan AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 3 di Sulawesi Tenggara untuk 350 kelompok tani

1 - 31 JuliTindak lanjut pelatihan AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 1: Penanganan paska panen dan penentuan kualitas di Sulawesi Tenggara untuk 120 kelompok tani

1 - 31 JuliPersiapan lokasi dan identifikasi kelompok tani untuk Pelatihan Kakao AMARTA Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) putaran 3 di Sulawesi Tenggara untuk 350 kelompok tani

Minggu pertama Juli Studi lapangan dan evaluasi untuk menentukan pola terbaik dalam hal produksi nasi dan babi di Agimuga, Kabupaten Mimika, Papua

Minggu pertama JuliPengawasan pembelian ikan, penjualan es, dan memulai sosialisasi untuk proyek kepiting kulit lunak di Kokonao, Kabupaten Mimika, Papua

4 JuliPenandatangan Nota Kesepahaman dengan Dinas Pertanian Deli Serdang. Nota Kesepahaman di Kabupaten Deli Serdang, Sumut

7 - 11 JuliKunjungan lapangan oleh STTA (Short Term Technical Assistance) Iain Neish untuk mengadakan pelatihan dalam hal memilih lokasi lahan pertanian di Lemito dan Kwandang Bays, Sulawesi Utara

8 -10 JuliPelatihan petani jeruk dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Desa Raya, Kabupaten, Sumut

9 JuliDiskusi dan berbagi pendapat dalam

demontrasi cara bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut

10 - 11 JuliPelatihan karet: pengolahan latex, kualitas dan pemasaran di Desa Pana, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat 11 JuliSekolah lapangan untuk petani jeruk dalam hal pelaksanaan SOP jeruk di Rh. Kabanjahe dan Desa Bunuraya, Kabupaten Karo, Sumut

14 - 24 JuliPelatihan Uji Cita rasa kopi untuk Asosiasi Kopi Special Indonesia dipandu oleh Ted Lingle di Medan, Surabaya, Bali, Takengon dan Jakarta

14 JuliSekolah lapangan untuk petani jeruk dalam hal pelaksanaan SOP jeruk di Desa Perteguhen kabupaten Karo, Sumut

14 - 15 JuliPelatihan karet: pengolahan latex, kualitas dan pemasaran di Desa Bereng Bekawat, Kecamatan Beduai, Kalimantan Barat

14 - 17 Juli Tim Sulawesi Kakao Alliance (ASKA) diundang untuk menghadiri dan mendistribusikan materi pelatihan di Kabupaten Mamuju dan Pameran Agrikultura di Mamuju Sulawesi Barat

14 - 18 JuliAMARTA dan ICCRI melakukan pengawasan bersama atas demplot uji coba Clonal, pengumpulan data, dll di Kabupaten Mamuju dan Polman, Sulawesi Barat

14 - 21 JuliPelatihan untuk Pelatih (TOT) untuk 100 petani rumput laut dan pemilik tambak di Lemito dan Kwandang Bays, Sulut

14 - 31 JuliPembangunan 50 pengering matahari skala kecil di Kabupaten Polman, Kolaka Utara dan Luwu Utara, Sulawesi Selatan

Minggu ke-2 JuliPembelian kopi Arabika di Moanemani oleh Koperasi Santo Isodorus untuk memenuhi persyaratan dari kualitas kopi spesial internasional di Moanemani, Kabupaten Paniai, Papua

15 JuliPenguatan kelompok tani/kelompok dinamis untuk petani Kyurii di Argapura, Majalengka, Jawa Barat

15 -17 JuliPelatihan petani jeruk dalam hal memupuk, penjarangan buah, peremajaan, dan memanen dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Desa Kubu Colia, Kabupaten Karo, Sumut

15 -30 JuliPertemuan Aliansi Daya Saing Agribinis Regional (RACA) sebagai tindak lanjut dari dengar pendapat di Spectrum, Kabupaten Karo, Sumut

16 JuliDiskusi dan berbagi pendapat dalam demontrasi rumah hijau tentang bagaimana bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut 18 JuliPelatihan sekolah jeruk lapangan dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Sukajulu dan Seberaya Kabupaten Karo, Sumut

21 JuliPelatihan petani wortel di Desa Basam Kabupaten Karo, Sumut

22 Juli Sekolah lapangan petani jeruk dalam hal memupuk, penjarangan buah, peremajaan, dan memanen dengan memakai buku panduan SOP jeruk di Siberteng, Kabupaten Karo, Sumut

23 JuliSekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Talimbaru, Kabupaten Karo, Sumut

24 JuliPeresmian kantor SCAI (Specialty Coffee Association of Indonesia) di kantor AMARTA, Jakarta

Kegiatan AMARTA Bulan Juli dan Agustus

AgroCulture

14 | AgroCulture Juni 2008 Gedung BRI II Lt. 28, Suite 2806 Jl. Jend. Sudirman No. 44-46 Jakarta Telp: 021 - 5713548 Fax: 021 - 5711388

AgroCultureMay 19th

24 JuliPenguatan kelompok tani/kelompok dinamis untuk petani brokoli di Manoko, Lembang-Bandung

24 JuliSekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Kuta Gerat dan Tanjung Barus, Kabupaten Karo, Sumut

25 JuliPertemuan sub komite SCAI tentang indikasi geografis di kantor AMARTA, Jakarta

25 JuliSekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Nang Belawan Kabupaten Karo, Sumut

27 - 31 JuliKunjungan belajar kakao dari Kabupaten Tabanan, Bali menuju Sulawesi Tenggara

28 - 29 Juli Pelatihan teknis penyadapan karet untuk 80 petani di Desa Bentok Darat, Kecamatan Bati-bati, Kalimantan Selatan

28 Juli - 4 AgustusPelatihan untuk pelatih ASKA (TOT) untuk menindaklanjuti para pelatih diputaran 2 untuk 30 staf di Polman atau Palopo

29 JuliUpacara peresmian sertifikasi TRUP oleh AMARTA dan Bridgestone di Kalsel

29 JuliSekolah lapangan petani jeruk dalam rangka pelaksanaan SOP jeruk di Desa Bukit, Kabupaten Karo, Sumut

29 JuliDiskusi dan berbagi pendapat dalam demontrasi rumah hijau tentang bagaimana bertani bunga chrysanthemum di Desa Raya, Kabupaten Karo, Sumut

29 Juli Panen pertama oleh petani kyurii di Argapura, Majalengka, Jabar

1 Agustus Pelatihan untuk Lab staf di Lab Perikanan di Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam

Agustus 14 Panen perdana brokoli di demplot Manoko, Lembang – Bandung

Agustus 15 Panen perdana kyurii di demplot Argapura, Majalengka

Agustus 27Persiapan pembibitan sayur organik dan pemberdayaan kelompok (pelatihan) di Tarogong, Garut

1 - 30 AgustusTindak lanjut pelatihan ASKA, siklus I: Hama dan Penyakit, untuk 40 kelompok tani di Luwu Utara

1 - 30 AgustusTindak lanjut pelatihan, siklus 1: Penyiapan Pupuk Organik, untuk 50 kelompok tani di Kolaka Utara

1 - 30 AgustusPelatihan Dasar ASKA, siklus 3: Hama, Penyakit dan Pemangkasan, untuk 70 kelompok tani di Pinrang

Minggu ke-1 AgustusJadwal pengiriman perdana barang dari dan ke Agimuga dan Timika dengan menggunakan kapal pengangkut barang bertonase lima ton

Minggu ke-1 AgustusPasokan perdana kepiting soka beku dari Timika ke Kokonau

1 - 30 AgustusPemupukan, pemangkasan pohon, penjarangan, dan panen untuk petani jeruk menggunakan buku panduan SOP di desa-desa Dataran Tinggi Karo

1 - 30 AgustusSekolah lapangan untuk petani jeruk dan klinik tanaman jeruk di desa-desa Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo

1 - 30 AgustusPelatihan penanaman pisang di desa Talun

Kenas, Negara, Tiga Juhar, Sibiru-biru dan Kuta Jurung, Kabupaten Deli Serdang

Minggu ke-2 AgustusPertemuan RACA dengan anggota Masyarakat Hortikultura Deli Serdang di Kantor Dinas Pertanian Deli Serdang

Minggu ke-1-2 AgustusPelatihan praktek budidaya chrysanthemum di desa Raya, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo 4 - 9 AgustusPelatihan ASKA untuk pelatih tindak lanjut, siklus 2

4 - 15 AgustusPelatihan teknik penyadapan karet di Kalimantan Barat

8 AgustusSosialisasi siklus kedua pelatihan kakao di Tabanan, Bali

15 AgustusLokakarya RACA di Tabanan, Bali

Minggu ke-2 AgustusPasokan perdana kopi olahan dari Moanemani ke pasar lokal di Timika

22 - 23 AgustusPelatihan untuk Dewan Aliansi di Tabanan, Bali

25 - 29 AgustusPelatihan pemurnian klon dan identifikasi klon oleh PT Karini Nursery dan Kelompok Tani Berkah

28 - 29 Agustus Pelatihan untuk pelatih kelompok tani di Tabanan, Bali

Minggu ke-3 AgustusPenyerahan ternak babi kepada kelompok peternak babi di Agimuga

Minggu ke-4 Agustus Ekspor perdana kontainer kopi spesial Arabika Baliem dari Wamena ke AS

Kegiatan AMARTA Bulan Juli dan Agustus