jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5
-
Upload
haeyckal-haeycal-haeckel -
Category
Documents
-
view
216 -
download
4
description
Transcript of jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5
BAB III
LANSIA PADA LINGKUNGAN PANTI WREDHA PUCANG GADING
SEMARANG
A. Profil Panti Wredha Pucang Gading Semarang
1. Letak Geografis Panti Wredha
Panti Wredha merupakan salah satu lembaga yang jasa dan
keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat, yang dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu menempatkan orang tuanya yang lanjut usia ke
Panti Wredha. Panti Wredha Pucang Gading bukanlah satu-satunya yang
ada di Semarang, namun dengan pertimbangan agar Panti tersebut mudah
dijangkau oleh masyarakat, maka diberikannya petunjuk untuk di ketahui
letak dan tempatnya, yaitu letak Panti Wredha Pucang Gading Semarang
ini berada pada wilayah yang strategis yaitu jalan propinsi antara Demak
Semarang, tepatnya di jalan Plamongansari 1 km Semarang. Panti Wredha
Pucang Gading Semarang ini mudah dijangkau dari terminal Penggaron
jaraknya ± 1,5 km kearah barat kemudian ke selatan ± 300 m. dengan
suasana demikian mendukung untuk didirikan sebuah Panti jompo.
Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini menempati tanah
seluas 4.500 m3 dengan luas tanah bangunan 1.878 m3 dengan kapasitas
kelayan 200 orang. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini dibangun
oleh PT. Graha Perdana selama tiga bulan dan Panti Wredha Pucang
Gading Semarang ini mempunyai sekup se- Jawa Tengah, Karisidenan
Semarang.1
Adapun letak geografis Panti Wredha Pucang Gading Semarang
berbatasan dengan wilayah lain, yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Penggaron, Semarang.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Rowosari, Demak.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Plamongansari, Semarang.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Batursari, Demak.
1 Dokumentasi Panti Wredha Pucang Gading Semarang, hlm. 3.
42
43
2. Sejarah dan Perkembangan
Berdirinya Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini adalah
prakarsa Gubernur Propinsi Jawa Tengah Bapak Suwardi untuk
membangun Panti lanjut usia (jompo terlantar) pada bulan Maret 1996.
Kemudian Panti Wredha Pucang Gading Semarang diresmikan oleh
mantan Presiden Soeharto pada tanggal 2 Mei 1996 dan sekaligus pada
tanggal tersebut dicanangkan sebagai hari lanjut usia nasional. Pada
tanggal 2 Agustus 1996 Panti Wredha Pucang Gading Semarang
diserahkan kepada Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah oleh Asisten II atas
nama Gubernur Jawa Tengah pada waktu itu yaitu mantan Gubernur
Suwardi. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini secara teknis
merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam naungan Dinas Sosial
Propinsi Jawa Tengah di bawah Kepala Subdinas Asisten Sosial.2
Mengenai dasar dan tujuan didirikannya Panti Wredha Pucang
Gading Semarang yaitu:
1. Dasar didirikannya Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
a) Ideal Pancasila.
b) Konstitusional: UUD 1945, Pasal 27 ayat 2 Pasal 34.
c) Operasional.
1. UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial lansia.
2. PP Nomor 5 Tahun 1985 tentang penyerahan tugas di lapangan
bimbingan TAP MPR No.II/MPR tentang GBHN.
3. UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial.
4. SK menteri sosial RI Nomor 33/8/239 tahun 1979 tentang
peraturan Panti sosial.
d) Perda Propinsi.
Daerah Tingkat I Jawa Tengah nomor 12/4 1981 tentang
pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Sosial
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah yaitu:
2 Ibid, hlm. 8-9.
44
a. SK Gubernur Tingkat I Jawa Tengah nomor 061/182/1991
tanggal 18 Nopember 1991 Panti di lingkungan Dinas Sosial
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
b. Perda Propinsi Jawa Tengah nomor 1 Tahun 2002 tentang
tentang pembentukan susunan organisasi, susunan UPT Jawa
Tengah.3
2. Tujuan didirikannya Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
a. Terpenuhinya kebutuhan hidup para lanjut usia atau jompo
terlantar sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan
diliputi rasa ketentraman lahir batin.
b. Mencegah timbul, berkembang dan meluasnya permasalahan
kesejaheraan sosial dalam kehidupan masyarakat.
c. Menciptakan kondisi sosial klien agar memiliki rasa harga diri dan
percaya diri sehingga mampu melaksanakan fungsi sosial secara
wajar.
d. Meningkatkan kemauan dan kemampuan klien untuk
mengupayakan perubahan dan peningkatan kesejahteraan
sosialnya.
e. Mencegah timbulnya dan kambuhnya kembali permasalahan
kesejahteraan sosial yang pernah dialami.
3. Fungsi dari Panti Wredha Pucanggading Semarang.
a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dengan
sistem penyantunan di dalam panti.
b. Sebagai pusat informasi kesejahteraan sosial.4
4. Struktur Keorganisasian Panti Wreda Pucanggading Semarang.
Dalam suatu kegiatan akan mudah berjalan lancar dengan tertib
apabila ada suatu tanggungjawab diberikan seseorang sehingga dari
masing-masing bidang ada pertanggungjawaban yang telah
dilaksanakan. Demikian juga di Panti Wredha Pucang Gading
3 Petunjuk Teknis Penyelenggara Panti Wredha dan Petunjuk Khusus UPT Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah, hlm. 6.
4 Ibid, hlm. 9.
45
Semarang dengan struktur keorganisasian sebagai berikut beserta
kegiatan dari masing-masing bagian, yaitu:
1. Kegiatan Administrasi Umum.
a. Menyiapkan urusan surat menyurat, meliputi :
1) Klasifikasi.
2) Kearsipan.
3) Penggandaan.
4) Pengiriman.
5) Cap Dinas.
b. Menyiapkan urusan hubungan masyarakat dan protokol.
c. Menyusun program ketatalaksanaan.
2. Kegiatan Keadministrasian Keuangan.
Urusan keuangan dipegang oleh bendahara Panti yang
tugasnya sebagai berikut :
a. Membuat dan mengajukan SPP rutin ke Dinas Sosial Jawa
Tengah.
b. Mengambil uang rutin di Dinas Sosial Jateng.
c. Menyalurkan uang muka ke masing-masing bagian.
d. Membuat, menghimpun dan mengirimkan SPJ Panti ke Dinas
Sosial Jawa Tengah.
e. Mengerjakan buku kas umum dan buku kas pembantu.
f. Mengetik surat perbendaharaan Panti.
g. Mengelola kesejahteraan pegawai.
h. Mengetik laporan pendukung SPJ.
3. Kegiatan Administrasi Kepegawaian.
a. Mengurus tata usaha kepegawaian yang meliputi:
1. Menyusun data pegawai.
2. Formasi pegawai.
3. Menyusun daftar untuk kepangkatan.
4. Menghimpun daftar penilaian pelaksanaan kerja.
5. Menyusun file pegawai.
46
6. Menyusun buku induk pegawai.
b. Menangani urusan pensiun yang meliputi:
1. Pengusulan pensiun.
2. Dana pensiun.
c. Pengembangan menangani karir yang meliputi :
1. Jabatan struktural.
2. Diklat pegawai.
3. Penyesuaian jasa.
4. Ujian dinas.
5. Pra jabatan.
d. Mengurus mutasi wilayah kerja dan kenaikan pangkat.
e. Mengurus kesejahteraan pegawai yang meliputi:
1. Lembur pegawai.
2. Asuransi kesehatan.
3. TASPEN.
4. Gaji berkala.
5. Keterangan.
f. Menangani kepegawaian umum meliputi:
1. Kartu istri dan kartu suami.
2. Kasus pegawai.
3. Screening pegawai.
4. Kartu pegawai.
5. Sumpah pegawai.
g. Membuat daftar hadir pegawai setiap bulan.
5. Keadaan Karyawan Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
Karyawan Panti Wreda Pucang Gading Semarang berjumlah 32
orang, 19 orang berstatus sebagai pegawai tetap ( tenaga yang diangkat
sebagai PNS ), 13 orang sebagai tenaga pendukung, dan 5 orang yang
diperbantukan yang ditugaskan untuk melaksanakan pembinaan agama
Islam. Mereka berasal dari Depag dan tokoh agama setempat.
47
Dari jumlah tersebut di atas, dapat dikategorikan dalam 3
kelompok yaitu :
1. Pegawai pemerintahan adalah karyawan yang berstatus sebagai
PNS yang berasal dari Departemen Sosial.
2. Tenaga pendukung adalah karyawan yang mendukung pada proses
kegiatan di Panti Wreda Pucang Gading Semarang seperti tenaga
perawat, keamanan, kebersihan dan lain-lain.
3. Tenaga bantuan adalah berstatus sebagai karyawan pinjaman
karena mereka diperbantukan untuk melaksanakan pembinaan
agama Islam terhadap para lanjut usia di Panti Wreda
Pucanggading Semarang.
Fungsi karyawan tersebut adalah lebih banyak sebagai
pengasuh, jadi mereka dituntut untuk mempunyai kemampuan tertentu
dan harus dapat memahami diri mereka. Sebab yang dihadapi adalah
para lanjut usia yang sudah berkurang fungsi indera dan
intelektualnya.5
6. Keadaan Penghuni Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
Para lanjut usia yang dirawat dan dibina di Panti Wredha
Pucang Gading Semarang berjumlah 115 orang, mereka umurnya lebih
dari 60 tahun, data terakhir yang penyusun lihat adalah usia termuda
adalah 50 tahun. Para lansia tersebut alamatnya jelas, meskipun
mereka dari berbagai macam asal usulnya, seperti telantar karena tidak
mempunyai sanak keluarga, gelandangan, dan sebagainya.6
Keadaan Penghuni Panti Wredha Pucang Gading Semarang
menurut agama yang dianut sebagai berikut :
5 Wawancara dengan Bapak Arista Sudiarto, A. Ks. (10 Maret 2005). 6 Op cit, hlm. 15.
48
NO AGAMA JUMLAH
1 Kristen 10 orang
2 Katholik 5 orang
3 Islam 100 orang
4 Budha -
5 Hindu -
Jumlah 115 orang
Dari tabel tersebut dilihat bahwasannya mayoritas kelayan yang
berada di Panti Wredha Pucang Gading Semarang adalah beragama
Islam.
Para kelayan7 di Panti Wredha Pucang Gading Semarang
kebanyakan adalah perempuan dengan perincian sebagai berikut:
perempuan ada 70 orang dan 45 orang laki-laki. Dan usia terbanyak
antara 70 sampai 80, dimana pada usia tersebut orang sudah pikun.
Usia termuda adalah 50 tahun dan yang tertua adalah 80 tahun.
Adapun persyaratan untuk menjadi kelayan di Panti Wredha Pucang
Gading Semarang adalah :
1. Berusia minimal 50 tahun.
2. Atas kemauannya sendiri serta atas persetujuan keluarga atau
lingkungan untuk mendapatkan pelayanan di dalam Panti.
3. Pengiriman Panti Sosial lain atau cabamg daerah tingkat II.
4. Pengiriman dari masyarakat melalui cabang Dinas Sosial
kabupaten atau Kota Madya Daerah Tingkat II, dilengkapi surat-
surat yaitu :
a. Surat permohonan dari cabang Dinas Sosial kabupaten atau
Kota Madya setempat.
7 Maksudnya adalah kalau di Poliklinik namanya pasien; dengan konsultan namanya
klien; di Panti Wredha namanya kelayan, dengan begitu akan tahu perbedaannya.
49
b. Surat keterangan tidak mampu yang menyatakan
ketelantarannya dari Kepala Desa atau Kelurahan yang
diketahui oleh camat yang berwenang atau setempat.
c. Surat keterangan dokter yang menyatakan tidak menderita
suatu penyakit yang membahayakan penghuni lainnya.
d. Bersedia mentaati segala peraturan dan tata tertib.
Adapun proses pelayanan Panti Wredha Pucang Gading
Semarang adalah persiapan pelayanan atau penerimaan yang meliputi :
1. Seleksi kelayan, yaitu kegiatan ini merupakan penelitian terhadap
penyandang masalah apakah telah memenuhi syarat untuk dapat
diterima sebagai kelayan.
2. Motivasi kelayan, yaitu berupa pengenalan program pelayanan
kepada penyandang masalah agar memenuhi kemauan dan
semangat bersinggah dan menerima pelayanannya di dalam Panti.
3. Regristrasi atau daftar ulang, yaitu kegiatan administrasi berupa
pencatatan identitas kelayan dalam regristrasi ( buku induk ).
4. Penelaahan dan Pengungkapan masalah, yaitu upaya menganalisa
data kelayan dengan mengkaji dan mengolah permasalahan calon
kelayan, faktor penyebab permasalahan, potensi yang dimiliki dan
tanggapan atau kemauan kelayan dalam mengupayakan membantu
diri sendiri.
5. Pengasramaan kelayan dan pemberian perawatan, yaitu berupa
pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) dengan
memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup dan pembinaan
kesehatan yang memadai. Dalam hal penempatan di ruang asrama
dengan memperhatikan kondisi masing-masing kelayan sehingga
tercipta suasana Panti yang harmonis.
Adapun para lanjut usia yang dibina atau dirawat di Panti
Wreda Pucanggading Semarang ini adalah berbagai kalangan, antara
lain:
50
a. Yang terlantar dari keluarga.
Berasal dari keluarga atau memang keluarganya
menyerahkan kepada pihak Panti karena mereka merasa tidak
mampu lagi untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Tapi ada
juga yang datangnya dari keluarga yang mampu, karena tidak betah
lagi hidup bersama keluarganya atau tidak betah hidup di rumah
disebabkan keluarganya kurang memperhatikan, maka mereka
memilih menghabiskan masa tuanya di Panti ini.
b. Yang datang dari masyarakat.
Mereka diserahkan oleh tokoh masyarakat setempat karena
masyarakat melihat adanya para lanjut usia yang ada di sekitar
mereka yang hidupnya tidak diperhatikan, maka dimasukkan ke
Panti dengan tujuan untuk dibina dan mendapatkan kehidupan yng
lebih baik.
c. Gelandangan (Tuna Wisma).
Mereka ini yang tidak punya sanak keluarga dan tempat
yang akhirnya juga tidak mampu lagi untuk mencari nafkah
kemudian oleh pihak. Departemen sosial di bawa ke Panti dan
kebanyakan mereka terjaring pada razia yang dilakukan oleh
Departemen Sosial. Sehingga dengan berada di Panti mereka dapat
dibina dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Dari bermacam-macam permasalahan tersebut di atas, bahwa
masuknya para lanjut usia adalah masalah ekonomi kemudian mereka
tidak mampu untuk membekali hidupnya atau tidak mampu mencari
nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Dan ada juga kemudian
mereka tidak betah berada di rumahnya disebabkan kurang adanya
perhatian dari keluarganya. Semua ini didasari karena mereka sudah
tua dan mudah tersinggung, mereka tidak bermanfaat lagi, mudah
kecewa, cepat marah dan mudah lupa. Sehingga sering terjadi salah
51
paham dari pihak keluarga dan akhirnya menyebabkan para lanjut usia
tidak betah hidup bersama keluarganya.8
7. Sarana dan Prasarana.
Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam suatu organisasi
banyak hal yang dibutuhkan sebagai penunjang kegiatan tersebut.
Adapun hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan Panti Wredha
Pucang Gading Semarang diantaranya adalah :
1. Sarana, meliputi
a. Tempat atau lokasi, luas tanah dan bangunan fisik yang sangat
cukup memadai.
b. Adanya asrama yang dapat menampung sebanyak 200 kelayan.
c. Ruangan kantor yang digunakan pegawai untuk menyelesaikan
pekerjaan yang penting.
d. Aula yang digunakan untuk berbagai kegiatan para kelayan.
e. Gudang, dapur, dan ruang makan.
f. WC atau kamar mandi.
g. Poliklinik.
h. Ruang perawatan khusus.
i. Mushola.
j. Lapangan olah raga.
2. Prasarana, meliputi :
a. Perawatan Panti:
1. Perawatan Kantor dan Aula.
2. Perlengkapan atau peralatan asrama dan dapur.
3. Peralatan olah raga, hiburan dan kesenian.
4. Papan nama dan lain-lain.
b. Fasilitas Panti :
1. Air (sumber air ).
2. Penerangan ( listrik ).
3. Telepon ( alat komunikasi ).
8 Wawancara dengan, Bapak Joko Utomo, SH. (14 Maret 2005).
52
4. Kendaraan ( ambulance ).
5. Pelayanan kesehatan dari puskesmas Tlogosari dan
Rowosari, serta RSU dr. Kariadi Semarang.9
3. Respon Dari Masyarakat sekitarnya.
Untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga mengadakan
wawancara dengan beberapa pihak untuk menegetahui respon mereka
terhadap keberadaan Panti Wredha di Pucang Gading Semarang.
Adapun tokoh masyarakat Bapak H. Maskup Ma’arif SH.I ketika
dimintai pendapatnya mengenai keberadaan Panti Wredha mengatakan
bahwa Panti tersebut dapat diterima masyarakat oleh berbagai elemen
masyarakat. Hal ini terlihat dari penghuni Panti tersebut yang berasal tidak
hanya dari wilayah Semarang saja, tapi juga wilayah-wilayah di
sekitarnya, seperti dari Demak, Kendal, Purwodadi, Kudus, Magelang dan
lain sebagainya. Dan agama mereka pun berbeda-beda.10
Sementara Bapak Khairon selaku Rt 3/Rw III wilayah dimana
Panti Wredha tersebut berada mengatakan bahwa, manejemen di Panti
Wredha terlihat bagus. Sebab bila dilihat dari tata letak bangunan tertata
dengan baik, sehingga akan menimbulkan kesan nyaman baik bagi
pengunjung maupun penghuninya. Selain itu bila dilihat dari kegiatan-
kegiatan sehari-hari yang dikelola oleh pihak Panti juga dinilai sangat
bagus untuk mendukung serta membantu terwujudnya kesehatan bagi
lanjut usia yang ada di Panti Wredha, baik dalam aspek jasmani maupun
ruhani yang sangat di idamkan oleh setiap lanjut usia.11
Beberapa tetangga atau warga yang ada di sekitar Panti Wredha
tersebut pun merasakan manfaat dari keberadaan Panti Wredha. Beberapa
warga yang penulis temui diantaranya, Bapak Slamet, Ibu Aminah, Bapak
Edi Wibowo, Ibu Saryana, dan Bapak Ahmad Syarif serta Ibu Fitriyana.
Mereka mengungkapkan bahwa keberadaan Panti tersebut membawa
berkah tersendiri bagi keluarga mereka, sebab mereka bisa berjualan
9 Dikutip dari Dokumentasi Panti Wredha Pucang Gading Semarang, op.cit. hlm. 20. 10 Hasil wawancara dengan Bapak H. Maskup Ma’arif SH.I. (20 Maret 2005). 11 Hasil wawancara dengan Bapak Khairon (22 Maret 2005).
53
warung atau toko kecil-kecilan disekitar Panti Wredha tersebut, ada juga
yang membuka bengkel, fotocopi dan kos-kosan karena berdekatan dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR). Sebab pengunjung yang
menengok keluarganya yang berda di Panti Wredha itu tiap harinya ramai,
terutama hari minggu dan hari libur lainnya.12
Melaksanakan sebagai tugas teknis Dinas Kesejahteraan Sosial,
penyusunan program kerja pelaksanakan kebijakan teknis operasional
dalam pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama
lanjut usia, pelaksanaan kebijakan teknis opersional pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia dari seleksi registrasi, dan pengasramaan,
perawatan kesehatan, bimbingan fisik, sosial, mental, agama, dan
ketrampilan, pengkajian dan analisis teknis opersional pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia, pelaksanaan evaluasi proses pelayanan
Panti adalah pelaporan, pusat informasi pelayanan kesejahteraan sosial
lanjut usia, juga dijadikan sebagai pusat pengembangan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia (PKL, studi riset yang datang dari
Akademi maupun Universitas yang mau melakukan magang, praktek dan
penelitian (research) untuk tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh
masing-masing perguruan tinggi mereka, sebagai penelitian, dan survey di
Panti) dan juga sebagai pusat pemberdayaan lanjut usia.
Agar dapat memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada
lanjut usia yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup, pembinaan fisik,
mental dan sosial, pengetahuan serta bimbingan ketrampilan dalam
mengisi waktu luang dengan kegiatan hidup yang bermakna.13 Agar
mampu memberikan pengertian kepada lanjut usia, masyarakat untuk mau
dan mampu merawat dan memenuhi kebutuhan lanjut usia. Agar sebisa
mungkin memperpanjang harapan hidup dan masa produktifitas lanjut
usia. Kemudian agar dapat mencegah timbul berkembang dan meluasnya
permasalahan kesejahteraan sosial dalam masyarakat.
12 Hasil wawancara dengan beberapa warga setempat. (23 Maret 2005). 13 Wawancara dengan Bapak Arista Sudiarto, A. Ks. (20 Maret 2005).
54
Untuk bisa dijadikan penampungan, pelayanan, perawatan bagi
orang-orang lanjut usia yang mereka sudah terisolasi dari keluarganya
yang disebabkan tidak mau mengurusnya lagi, yang sudah terlantar dan
hidupnya tidak menentu maupun mereka yang terlantar dan sudah jadi
gelandangan kemudian tidak bisa mencari nafkah lagi dan di razia oleh
petugas dari Departemen Sosial. Dapat mewujudkan kualitas pealayanan,
mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada, meningkatkan
profesionalisme pegawai, dan meningkatkan jaringan pelayanan lanjut
usia. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dengan
memberikan berupa bantuan tempat dan juga sebagai pusat informasi
kesejahteraan sosial khususnya para lanjut usia.14
B. Aktifitas di Panti Wredha Pucang Gading Semarang
1. Aktifitas Secara Umum.
Adapun kegiatan yang diadakan di Panti Wredha Pucang Gading
Semarang atau program yang telah dirumuskan dijabarkan dalam GPBP
atau ROPK15 yaitu:
Seperti biasanya kelayan mulai bangun pagi pada jam: 04.30 WIB.
Waktu ini di gunakan untuk menjalankan shalat shubuh dengan
berjama’ah, baru kemudian membersihkan diri atau mandi pagi pada
pukul: 05.00-06.00 WIB. Kemudian diadakan senam lanjut usia atau jalan
sehat di mulai pada jam: 06.00-06.30 WIB. Setelah itu makan pagi jam:
06.30-07.30 WIB. Pada jam: 07.30 WIB. kebersihan bersama-sama. Lalu
diadakannya dinamika kelompok pada jam: 09.00-10.30 WIB. Agar para
lanjut usia menjadi lebih baik maka diberikannya bimbingan mental sosial
setiap hari senin dan selasa pada pukul: 10.30-11.45 WIB.16
14 Hasil wawancara dengan LSM, HUMANIKA (23 Maret 2005). 15 GPBP adalah Garis Besar Program Bimbingan, sedangkan ROPK adalah Rencana
Operasional Pelayanan Kelayan, ini adalah program yang telah dirumuskan oleh Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
16 Dokumentasi op.cit. hlm. 30.
55
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pemberian motivasi
kepada kelayan untuk mengembalikan fungsi sosial di dalam menghadapi
kehidupan masyarakat pada umumnya. Kegiatan ini diarahkan pada
pengertian mengenai permasalahan yang dihadapi, sehingga kelayan untuk
bangkit mencari solusi atau jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi,
sehingga kelayan akan timbulah kesadaran untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Adapun maksud kegiatan bimbingan adalah untuk
mengembangkan sikap dan kepribadian ke arah lebih baik. Bimbingan
sosial meliputi: bimbingan sosial individu, kelompok dan bimbingan hidup
bermasyarakat di mana ia berada.
Setelah kegiatannya selesai maka shalat Dhuhur pada waktu:
11.45-12.15 WIB dan dilanjutkan dengan makan siang jam: 12.15-13.15
WIB. Istirahat 13.15-15.00 WIB. Shalat Ashar pada waktu: 15.00-16.00
WIB. Kemudian kebersihan diri atau mandi sore hari pada jam: 16.00-
17.30 WIB. Pada waktu: 17.30-18.00 WIB. Dilaksanakannya shalat
Maghrib dan habis shalat maghrib makan malam pada jam: 18.00-19.00
WIB. Dilanjutkan lagi dengan shalat Isya’ pada waktu: 19.00-21.00 WIB.
serta istirahat malam atau tidur malam.
Pada hari Rabu jam: 10.30-11.45 WIB diadakannya bimbingan
keterampilan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pengembangan
bakat yang dimiliki oleh kelayan, pemberian keterampilan ini diharapkan
dapat menumbuhkan kemampuan kelayan.17
Bimbingan ketrampilan meliputi: keterampilan tata boga,
keterampilan kerajinan tangan, dan keterampilan menyanyi dan kegiatan
hiburan lainnya. Dan setiap hari Rabu minggu ke III diadakan bimbingan
kamtibmas oleh petugas BABINSA.18
Pada hari kamis jam: 10.30-11.45 WIB. diadakannya bimbingan
mental spiritual (keagamaan), kegiatan ini dilaksanakan untuk
17 Ibid. hlm. 32. 18 Yang dimaksud BABINSA adalah Bintara Pembinaan Desa, bertugas untuk membina
para lanjut usia khususnya di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.
56
pembentukan, sikap, mental dan pemahaman hidup beragama untuk dapat
dilaksanakan dalam hidup sehari-hari khususnya dalam lingkungan Panti.
Bimbingan Spiritual Meliputi: mengerjakan shalat wajib dan shalat
sunnah, serta harus berjama’ah kalau bisa, yaasinan, ceramah agama dan
dzikir serta mujahadah. Juga diadakan pengajian kamis malam agar para
lanjut usia lebih mendalami tentang ilmu agama Islam.
Setiap hari jum’at diadakan kegiatan Kerja Bhakti atau jum’at
bersih, serta di laksanakannya kegiatan bimbingan fisik pada jam: 10.30-
11.45 WIB. bimbingan fisik adalah semua kegiatan yang menyangkut
kegiatan fisik yang bertujuan untuk pemeliharaan fisik atau jasmani
kelayan. Kegiatan fisik meliputi: olah raga, permainan, SKJ.
Hari sabtu-minggu ke III CC Kesehatan Kelayan oleh Tem
Assesment dan pemeriksaan kesehatan kelayan oleh dokter PUSKESMAS
pada jam: 10.30-11.45 WIB. kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan
sekaligus mengecek kondisi kesehatannya agar bisa di ketahui apakah para
lanjut usia itu masih sehat-sehat saja ataukah ada gejala-gejala penyakit
yang mengidapnya sehubungan dengan kesehatan mentalnya.
Selain diperiksa kesehatannya para kelayan kadang-kadang juga di
berikan refreshing atau kegaiatan rekreasi yang bertujuan untuk
menciptakan hubungan sosial yang serasi dan harmonis antar lanjut usia,
pimpinan Panti dengan masyarakat atau dengan kata lain kegiatan ini
cenderung bersifat refreshing yaitu mengenalkan kelayan pada lingkungan
di luar Panti.19
2. Aktifitas Shalat Tahajjud Para Lansia di Panti Wredha.
Aktifitas shalat tahajjud para lanjut usia khususnya lanjut usia
muslim telah diterapkan metode dan tata cara dalam melaksanakan shalat
tahajjud yang disampaikan oleh pembina Panti dalam bidang ibadah
khusus ibadah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Hal ini
untuk menambah keimanan seseorang dalam melaksanakan perintah-
perintah Allah SWT, yakin bahwa Allah SWT itu akan membalas apa
19 Ibid, hlm. 33.
57
yang hambanya lakukan agar sang hamba betul-betul yakin adanya Allah
SWT. Dari pada itu para lanjut usia juga diberikan ceramah-ceramah
ruhani yang bermanfaat bagi para lanjut usia.
Adapun aktifitas shalat tahajjud yang dilakukan oleh para lanjut
usia khususnya pada lanjut usia muslim dan tentunya orang-orang lanjut
usia yang melakukan shalat tahajjud tersebut, mempunyai metode dalam
mengerjakan shalat tahajjud yaitu: ketika mereka mengikuti ceramah
tentang keagamaan berkaitan dengan ibadah, dalam hal ini ibadah shalat,
baik shalat wajib maupun shalat sunnah yang diberikan oleh pembina yang
ada di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Mereka ditekankan kepada
dasar-dasar keyakinan dan bersifat Islami, hal ini mencakup pada aspek
ibadah dan keimanan, dan kebetulan saja pada aspek ibadah yang
materinya diutamakan yang berkaitan dengan shalat, baik shalat wajib
maupun shalat sunnah.
Di sini para lanjut usia dianjurkan mengerjakan shalat wajib yang
meliputi: shalat lima waktu yaitu, shalat Isya’, shalat Shubuh, shalat
Dhuhur, shalat Ashar, shalat Maghrib, karena disesuaikan oleh
perkembangan kondisi fisiknya. Selain itu juga dianjurkan untuk
mengerjakan shalat sunnah diantaranya shalat sunnah hajat, shalat tahajjud
dan shalat dhuha.
Sedangkan aspek ibadah shalat sunnah ini sebagai ibadah
tambahan saja, walaupun begitu mereka tetap menjalankannya karena itu
perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW yang harus dikerjakan oleh
setiap orang Islam khususnya yang muslim, agar mereka mendapatkan apa
yang mereka dapatkan yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di
akhirat.
Dalam menjalankan shalat mereka menekankan pada shalat wajib
dan shalat sunnah, sehingga aktifitas para lanjut usia mencakup
pembinaan, penyuluhan, kreatifitas, shalat wajib dan shalat sunnah, serta
kalau shalat mereka sering berjama’ah di lingkungan Panti, juga
pembinaan berupa ceramah yang dilakukan secara rutin pada hari Kamis.
58
Namun tidak semua para lanjut usia mampu mengikutinya, karena
sebagian dari mereka masih ada yang bermalas-malasan untuk
mengikutinya, tetapi upaya Panti tetap terus berjalan dan terus mengikuti
dalam pembinaan tersebut. Sistem kerja yang ada di Panti Wredha Pucang
Gading Semarang memberikan peluang kepada para lanjut usia dalam
menjalankan aktifitasnya guna membentuk dan membina mental para
lanjut usia.
Dengan terselenggaranya sistem kerja yang efektif yang tertuang
pada peraturan-peraturan dasar, secara tertulis, formal, dan tersusun rapi
pada program di Panti Wredha Pucang Gading Semarang, maka ada
beberapa aktifitas penting yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh para
lanjut usia dalam kesehariannya sebagai upaya menuntut ilmu dan untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat tersebut.
Dalam hal ini penulis memfokuskan pada kegiatan religius
(keagamaan), terutama pada pelaksanaan ibadah shalat tahajjud. Dimana
para lanjut usia manusia yang sudah pikun, tapi keinginan beribadah
sangatlah tinggi dan berjiwa seperti anak muda, maka untuk itu penulis
akan memberikan uraian tentang tata cara dan pelaksanaan shalat tahajjud
yang dilakukan oleh para lanjut usia di Panti Wreda Pucang Gading
Semarang yang sangat di perhatikan oleh pemerintah.
Seperti biasanya bahwa bentuk ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW mempunyai tata cara dalam mengerjakannya. Misalnya
saja shalat, orang yang akan melaksanakan shalat haruslah mengetahui
tentang tuntunan ataupun panduan tentang bab shalat yaitu:
Orang yang akan mengerjakan shalat haruslah berwudhu dulu agar
menjadi suci, karena wudhu membersihkan anggota badan supaya bebas
dari hadats kecil maupun besar, dan wudhu itu menjadi syarat sahnya
shalat dan biasanya mandi dulu sebelumnya. Kemudian setelah wudhu
berniat akan melaksanakan shalat.
Pada pelaksanaan shalat sunnah tahajjud yang dilakukan oleh Panti
Wredha Pucang Gading Semarang. Menurut Bapak Sujud, bahwa ketika
59
akan melaksanakan shalat sunnah tahajjud, sebelumya pada malam hari
terlebih dahulu berniat akan melaksanakan shalat sunnah tahajjud ketika
akan tidur karena akan mendapat pahala baik tidur mau pun shalatnya.
Sebelumnya mandi dulu sekitar jam 03.00 WIB. Membersihkan bekas-
bekas tidur dari wajahnya, kemudian bersuci dan membaca Al-Qur’an,
membangunkan kelayan-kelayan yang lain (terutama yang sering
mengerjakan shalat tahajjud) atau membangunkan keluarganya untuk
sama-sama melakukan shalat tahajjud, kalau mengantuk ia lebih memilih
tidur lagi dan baru kemudian mengerjakan shalat tahajjud lagi, bila merasa
mengantuk mereka shalat tahajjudnya dihentikan sampai tidak merasa
ngantuk lagi, membuka shalat tahajjud dengan dua rakaat karena dianggap
lebih ringan serta membaca surat-surat yang pendek pula. Dia juga tidak
memaksakan diri tapi menjalankan semampunya saja.20
Dalam mengerjakan shalat tahajjud mereka kadang-kadang di bina
kadang tidak, karena shalat tahajjud tidak merupakan rutinitas Panti
Wredha namun kegiatan individu para kelayan atau orang lanjut usia serta
kemauannya sendiri. Dengan mengerjakan shalat tahajjud dia tidak
sendirian tapi mengajak teman-temannya kemudian berjama’ah,
mengerjakan shalat tahajjud sekitar jam 03.30 WIB. Dengan membuka
shalat tahajjud delapan raka’at dengan dua raka’at salam, lalu mengerjakan
shalat hajat empat raka’at dengan dua raka’at salam, kemudian
mengerjakan shalat witir tiga raka’at sebagai penutup shalat malam.
Setelah selesai semuanya (baik mengerjakan shalat tahajjud, shalat hajat,
dan shalat witir), setelah itu menghadap ke kiblat dengan berdzikir , seperti
membaca istighfar 100 kali, membaca tasbih 100 kali, membaca takbir
100 kali, hamdalah 100 kali, kalimah tayyibah 100 kali dan Allah, Allah,
Allah,……… 100 kali, serta shalawat atas Nabi Muhammad SAW 100 kali
kemudian diakhiri dengan berdo’a, baru kemudian membaca Al-Qur’an
semampunya dengan suara lambat (karena takut mengganggu temannya)
serta berdo’a dengan do’a yang khusus yaitu sebagai berikut, berbunyi:
20 Hasil wawancara dengan Bapak Sujud (sebagai kelayan) pada (15 Maret 2005).
60
Do’a khusus shalat tahajjud adalah berbunyi sebagai berikut:
نت قيوم السموات واأل رض ومن فيهن ولك الحمد أنت أهم لك الحمد اللن قالح كدعوو قالح تأن دمالح لكو هنفي نمض واأل رات وومالس رو
قن حوبيالنو قحارالنو قة حنالجو قح لكقوو قح كلقاؤو مل اهللا وص دمحلت ك حق اللهم لك أ سلمت وبك امنت وعليك تو عليه وسلم حق والساعة
ك حاكمت فاغفرلى ماقدمت وما أخرت يوإليك أنبت وبك خاصمت وإل مقدالم تى أنبه من لمأع تاأنمو تلناأعمو ترراأسمو الإلهرخ ؤالم تأنو
.إال أنت والحول وال قوة إالبا هللا العلي العضيم
Artinya: “Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu. Engkau penegak langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji. Engkau benar. Janji-Mu benar. Perjumpaan dengan-Mu benar. Firman-Mu benar. Surga itu benar. Neraka itu benar. Para Nabi itu benar. Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat juga benar. Ya Allah, kepada-Mulah saya berserah diri. Dengan-MU saya beriman (percaya). Kepada-Mu saya bertawakal. Kepada-Mu saya kembali. Dengan-Mu saya rindu. Kepada-Mu saya meminta putusan. Ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu dan dosa yang terakhir, yang tersembunyi dan yang tampak. Engkau Zat Yang Maha Mengakhirkan dan Maha Mendahulukan. Teada Tuhan yang layak disembah selain Engkau. Teadak ada Tuhan selain Engkau. Teada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Yang Maha Agung”.21
Kemudian esok harinya dilanjutkan dengan shalat fajar atau shalat
sunnah sebelum shalat shubuh dimulai sampai menjelang shubuh pada
waktu: 40.30WIB. dan juga mengerjakan shalat dhuha pada pukul 07.45
WIB. Terus ikut kegiatan yang ada di Panti Wredha Pucang Gading
Semarang, misalnya pembinaan mental, fisik, rohani dan lain sebagainya
untuk para lanjut usia.
Jadi dengan demikian, selain menjalankan apa yang menjadi
kewajiban seorang kelayan juga menjalankan yang di perintah oleh agama.
Dengan terselenggaranya sistem kerja yang efektif yang tertuang pada
21 Syarif Hade Masyah dan Kholil Eren Masyah, Panduan Praktis Shalat Sunnah,
(Bandung: PT. Mizan Media Utama, 2004), hlm. 45-46.
61
peraturan-peraturan dasar, secara tertulis, formal, dan tersusun rapi pada
program di Panti Wredha Pucang Gading Semarang, maka ada beberapa
aktifitas penting yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh para lanjut usia
dalam kesehariannya sebagai upaya menuntut ilmu dan untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat yang kekal.