jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

20
BAB III LANSIA PADA LINGKUNGAN PANTI WREDHA PUCANG GADING SEMARANG A. Profil Panti Wredha Pucang Gading Semarang 1. Letak Geografis Panti Wredha Panti Wredha merupakan salah satu lembaga yang jasa dan keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat, yang dengan pertimbangan- pertimbangan tertentu menempatkan orang tuanya yang lanjut usia ke Panti Wredha. Panti Wredha Pucang Gading bukanlah satu-satunya yang ada di Semarang, namun dengan pertimbangan agar Panti tersebut mudah dijangkau oleh masyarakat, maka diberikannya petunjuk untuk di ketahui letak dan tempatnya, yaitu letak Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini berada pada wilayah yang strategis yaitu jalan propinsi antara Demak Semarang, tepatnya di jalan Plamongansari 1 km Semarang. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini mudah dijangkau dari terminal Penggaron jaraknya ± 1,5 km kearah barat kemudian ke selatan ± 300 m. dengan suasana demikian mendukung untuk didirikan sebuah Panti jompo. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini menempati tanah seluas 4.500 m 3 dengan luas tanah bangunan 1.878 m 3 dengan kapasitas kelayan 200 orang. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini dibangun oleh PT. Graha Perdana selama tiga bulan dan Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini mempunyai sekup se- Jawa Tengah, Karisidenan Semarang. 1 Adapun letak geografis Panti Wredha Pucang Gading Semarang berbatasan dengan wilayah lain, yaitu: a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Penggaron, Semarang. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Rowosari, Demak. c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Plamongansari, Semarang. d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Batursari, Demak. 1 Dokumentasi Panti Wredha Pucang Gading Semarang, hlm. 3. 42

description

ya

Transcript of jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

Page 1: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

BAB III

LANSIA PADA LINGKUNGAN PANTI WREDHA PUCANG GADING

SEMARANG

A. Profil Panti Wredha Pucang Gading Semarang

1. Letak Geografis Panti Wredha

Panti Wredha merupakan salah satu lembaga yang jasa dan

keberadaannya dibutuhkan oleh masyarakat, yang dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu menempatkan orang tuanya yang lanjut usia ke

Panti Wredha. Panti Wredha Pucang Gading bukanlah satu-satunya yang

ada di Semarang, namun dengan pertimbangan agar Panti tersebut mudah

dijangkau oleh masyarakat, maka diberikannya petunjuk untuk di ketahui

letak dan tempatnya, yaitu letak Panti Wredha Pucang Gading Semarang

ini berada pada wilayah yang strategis yaitu jalan propinsi antara Demak

Semarang, tepatnya di jalan Plamongansari 1 km Semarang. Panti Wredha

Pucang Gading Semarang ini mudah dijangkau dari terminal Penggaron

jaraknya ± 1,5 km kearah barat kemudian ke selatan ± 300 m. dengan

suasana demikian mendukung untuk didirikan sebuah Panti jompo.

Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini menempati tanah

seluas 4.500 m3 dengan luas tanah bangunan 1.878 m3 dengan kapasitas

kelayan 200 orang. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini dibangun

oleh PT. Graha Perdana selama tiga bulan dan Panti Wredha Pucang

Gading Semarang ini mempunyai sekup se- Jawa Tengah, Karisidenan

Semarang.1

Adapun letak geografis Panti Wredha Pucang Gading Semarang

berbatasan dengan wilayah lain, yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Penggaron, Semarang.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Rowosari, Demak.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Plamongansari, Semarang.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Batursari, Demak.

1 Dokumentasi Panti Wredha Pucang Gading Semarang, hlm. 3.

42

Page 2: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

43

2. Sejarah dan Perkembangan

Berdirinya Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini adalah

prakarsa Gubernur Propinsi Jawa Tengah Bapak Suwardi untuk

membangun Panti lanjut usia (jompo terlantar) pada bulan Maret 1996.

Kemudian Panti Wredha Pucang Gading Semarang diresmikan oleh

mantan Presiden Soeharto pada tanggal 2 Mei 1996 dan sekaligus pada

tanggal tersebut dicanangkan sebagai hari lanjut usia nasional. Pada

tanggal 2 Agustus 1996 Panti Wredha Pucang Gading Semarang

diserahkan kepada Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah oleh Asisten II atas

nama Gubernur Jawa Tengah pada waktu itu yaitu mantan Gubernur

Suwardi. Panti Wredha Pucang Gading Semarang ini secara teknis

merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam naungan Dinas Sosial

Propinsi Jawa Tengah di bawah Kepala Subdinas Asisten Sosial.2

Mengenai dasar dan tujuan didirikannya Panti Wredha Pucang

Gading Semarang yaitu:

1. Dasar didirikannya Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

a) Ideal Pancasila.

b) Konstitusional: UUD 1945, Pasal 27 ayat 2 Pasal 34.

c) Operasional.

1. UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang kesejahteraan sosial lansia.

2. PP Nomor 5 Tahun 1985 tentang penyerahan tugas di lapangan

bimbingan TAP MPR No.II/MPR tentang GBHN.

3. UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial.

4. SK menteri sosial RI Nomor 33/8/239 tahun 1979 tentang

peraturan Panti sosial.

d) Perda Propinsi.

Daerah Tingkat I Jawa Tengah nomor 12/4 1981 tentang

pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Sosial

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah yaitu:

2 Ibid, hlm. 8-9.

Page 3: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

44

a. SK Gubernur Tingkat I Jawa Tengah nomor 061/182/1991

tanggal 18 Nopember 1991 Panti di lingkungan Dinas Sosial

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah.

b. Perda Propinsi Jawa Tengah nomor 1 Tahun 2002 tentang

tentang pembentukan susunan organisasi, susunan UPT Jawa

Tengah.3

2. Tujuan didirikannya Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

a. Terpenuhinya kebutuhan hidup para lanjut usia atau jompo

terlantar sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan

diliputi rasa ketentraman lahir batin.

b. Mencegah timbul, berkembang dan meluasnya permasalahan

kesejaheraan sosial dalam kehidupan masyarakat.

c. Menciptakan kondisi sosial klien agar memiliki rasa harga diri dan

percaya diri sehingga mampu melaksanakan fungsi sosial secara

wajar.

d. Meningkatkan kemauan dan kemampuan klien untuk

mengupayakan perubahan dan peningkatan kesejahteraan

sosialnya.

e. Mencegah timbulnya dan kambuhnya kembali permasalahan

kesejahteraan sosial yang pernah dialami.

3. Fungsi dari Panti Wredha Pucanggading Semarang.

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dengan

sistem penyantunan di dalam panti.

b. Sebagai pusat informasi kesejahteraan sosial.4

4. Struktur Keorganisasian Panti Wreda Pucanggading Semarang.

Dalam suatu kegiatan akan mudah berjalan lancar dengan tertib

apabila ada suatu tanggungjawab diberikan seseorang sehingga dari

masing-masing bidang ada pertanggungjawaban yang telah

dilaksanakan. Demikian juga di Panti Wredha Pucang Gading

3 Petunjuk Teknis Penyelenggara Panti Wredha dan Petunjuk Khusus UPT Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah, hlm. 6.

4 Ibid, hlm. 9.

Page 4: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

45

Semarang dengan struktur keorganisasian sebagai berikut beserta

kegiatan dari masing-masing bagian, yaitu:

1. Kegiatan Administrasi Umum.

a. Menyiapkan urusan surat menyurat, meliputi :

1) Klasifikasi.

2) Kearsipan.

3) Penggandaan.

4) Pengiriman.

5) Cap Dinas.

b. Menyiapkan urusan hubungan masyarakat dan protokol.

c. Menyusun program ketatalaksanaan.

2. Kegiatan Keadministrasian Keuangan.

Urusan keuangan dipegang oleh bendahara Panti yang

tugasnya sebagai berikut :

a. Membuat dan mengajukan SPP rutin ke Dinas Sosial Jawa

Tengah.

b. Mengambil uang rutin di Dinas Sosial Jateng.

c. Menyalurkan uang muka ke masing-masing bagian.

d. Membuat, menghimpun dan mengirimkan SPJ Panti ke Dinas

Sosial Jawa Tengah.

e. Mengerjakan buku kas umum dan buku kas pembantu.

f. Mengetik surat perbendaharaan Panti.

g. Mengelola kesejahteraan pegawai.

h. Mengetik laporan pendukung SPJ.

3. Kegiatan Administrasi Kepegawaian.

a. Mengurus tata usaha kepegawaian yang meliputi:

1. Menyusun data pegawai.

2. Formasi pegawai.

3. Menyusun daftar untuk kepangkatan.

4. Menghimpun daftar penilaian pelaksanaan kerja.

5. Menyusun file pegawai.

Page 5: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

46

6. Menyusun buku induk pegawai.

b. Menangani urusan pensiun yang meliputi:

1. Pengusulan pensiun.

2. Dana pensiun.

c. Pengembangan menangani karir yang meliputi :

1. Jabatan struktural.

2. Diklat pegawai.

3. Penyesuaian jasa.

4. Ujian dinas.

5. Pra jabatan.

d. Mengurus mutasi wilayah kerja dan kenaikan pangkat.

e. Mengurus kesejahteraan pegawai yang meliputi:

1. Lembur pegawai.

2. Asuransi kesehatan.

3. TASPEN.

4. Gaji berkala.

5. Keterangan.

f. Menangani kepegawaian umum meliputi:

1. Kartu istri dan kartu suami.

2. Kasus pegawai.

3. Screening pegawai.

4. Kartu pegawai.

5. Sumpah pegawai.

g. Membuat daftar hadir pegawai setiap bulan.

5. Keadaan Karyawan Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

Karyawan Panti Wreda Pucang Gading Semarang berjumlah 32

orang, 19 orang berstatus sebagai pegawai tetap ( tenaga yang diangkat

sebagai PNS ), 13 orang sebagai tenaga pendukung, dan 5 orang yang

diperbantukan yang ditugaskan untuk melaksanakan pembinaan agama

Islam. Mereka berasal dari Depag dan tokoh agama setempat.

Page 6: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

47

Dari jumlah tersebut di atas, dapat dikategorikan dalam 3

kelompok yaitu :

1. Pegawai pemerintahan adalah karyawan yang berstatus sebagai

PNS yang berasal dari Departemen Sosial.

2. Tenaga pendukung adalah karyawan yang mendukung pada proses

kegiatan di Panti Wreda Pucang Gading Semarang seperti tenaga

perawat, keamanan, kebersihan dan lain-lain.

3. Tenaga bantuan adalah berstatus sebagai karyawan pinjaman

karena mereka diperbantukan untuk melaksanakan pembinaan

agama Islam terhadap para lanjut usia di Panti Wreda

Pucanggading Semarang.

Fungsi karyawan tersebut adalah lebih banyak sebagai

pengasuh, jadi mereka dituntut untuk mempunyai kemampuan tertentu

dan harus dapat memahami diri mereka. Sebab yang dihadapi adalah

para lanjut usia yang sudah berkurang fungsi indera dan

intelektualnya.5

6. Keadaan Penghuni Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

Para lanjut usia yang dirawat dan dibina di Panti Wredha

Pucang Gading Semarang berjumlah 115 orang, mereka umurnya lebih

dari 60 tahun, data terakhir yang penyusun lihat adalah usia termuda

adalah 50 tahun. Para lansia tersebut alamatnya jelas, meskipun

mereka dari berbagai macam asal usulnya, seperti telantar karena tidak

mempunyai sanak keluarga, gelandangan, dan sebagainya.6

Keadaan Penghuni Panti Wredha Pucang Gading Semarang

menurut agama yang dianut sebagai berikut :

5 Wawancara dengan Bapak Arista Sudiarto, A. Ks. (10 Maret 2005). 6 Op cit, hlm. 15.

Page 7: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

48

NO AGAMA JUMLAH

1 Kristen 10 orang

2 Katholik 5 orang

3 Islam 100 orang

4 Budha -

5 Hindu -

Jumlah 115 orang

Dari tabel tersebut dilihat bahwasannya mayoritas kelayan yang

berada di Panti Wredha Pucang Gading Semarang adalah beragama

Islam.

Para kelayan7 di Panti Wredha Pucang Gading Semarang

kebanyakan adalah perempuan dengan perincian sebagai berikut:

perempuan ada 70 orang dan 45 orang laki-laki. Dan usia terbanyak

antara 70 sampai 80, dimana pada usia tersebut orang sudah pikun.

Usia termuda adalah 50 tahun dan yang tertua adalah 80 tahun.

Adapun persyaratan untuk menjadi kelayan di Panti Wredha Pucang

Gading Semarang adalah :

1. Berusia minimal 50 tahun.

2. Atas kemauannya sendiri serta atas persetujuan keluarga atau

lingkungan untuk mendapatkan pelayanan di dalam Panti.

3. Pengiriman Panti Sosial lain atau cabamg daerah tingkat II.

4. Pengiriman dari masyarakat melalui cabang Dinas Sosial

kabupaten atau Kota Madya Daerah Tingkat II, dilengkapi surat-

surat yaitu :

a. Surat permohonan dari cabang Dinas Sosial kabupaten atau

Kota Madya setempat.

7 Maksudnya adalah kalau di Poliklinik namanya pasien; dengan konsultan namanya

klien; di Panti Wredha namanya kelayan, dengan begitu akan tahu perbedaannya.

Page 8: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

49

b. Surat keterangan tidak mampu yang menyatakan

ketelantarannya dari Kepala Desa atau Kelurahan yang

diketahui oleh camat yang berwenang atau setempat.

c. Surat keterangan dokter yang menyatakan tidak menderita

suatu penyakit yang membahayakan penghuni lainnya.

d. Bersedia mentaati segala peraturan dan tata tertib.

Adapun proses pelayanan Panti Wredha Pucang Gading

Semarang adalah persiapan pelayanan atau penerimaan yang meliputi :

1. Seleksi kelayan, yaitu kegiatan ini merupakan penelitian terhadap

penyandang masalah apakah telah memenuhi syarat untuk dapat

diterima sebagai kelayan.

2. Motivasi kelayan, yaitu berupa pengenalan program pelayanan

kepada penyandang masalah agar memenuhi kemauan dan

semangat bersinggah dan menerima pelayanannya di dalam Panti.

3. Regristrasi atau daftar ulang, yaitu kegiatan administrasi berupa

pencatatan identitas kelayan dalam regristrasi ( buku induk ).

4. Penelaahan dan Pengungkapan masalah, yaitu upaya menganalisa

data kelayan dengan mengkaji dan mengolah permasalahan calon

kelayan, faktor penyebab permasalahan, potensi yang dimiliki dan

tanggapan atau kemauan kelayan dalam mengupayakan membantu

diri sendiri.

5. Pengasramaan kelayan dan pemberian perawatan, yaitu berupa

pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) dengan

memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup dan pembinaan

kesehatan yang memadai. Dalam hal penempatan di ruang asrama

dengan memperhatikan kondisi masing-masing kelayan sehingga

tercipta suasana Panti yang harmonis.

Adapun para lanjut usia yang dibina atau dirawat di Panti

Wreda Pucanggading Semarang ini adalah berbagai kalangan, antara

lain:

Page 9: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

50

a. Yang terlantar dari keluarga.

Berasal dari keluarga atau memang keluarganya

menyerahkan kepada pihak Panti karena mereka merasa tidak

mampu lagi untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Tapi ada

juga yang datangnya dari keluarga yang mampu, karena tidak betah

lagi hidup bersama keluarganya atau tidak betah hidup di rumah

disebabkan keluarganya kurang memperhatikan, maka mereka

memilih menghabiskan masa tuanya di Panti ini.

b. Yang datang dari masyarakat.

Mereka diserahkan oleh tokoh masyarakat setempat karena

masyarakat melihat adanya para lanjut usia yang ada di sekitar

mereka yang hidupnya tidak diperhatikan, maka dimasukkan ke

Panti dengan tujuan untuk dibina dan mendapatkan kehidupan yng

lebih baik.

c. Gelandangan (Tuna Wisma).

Mereka ini yang tidak punya sanak keluarga dan tempat

yang akhirnya juga tidak mampu lagi untuk mencari nafkah

kemudian oleh pihak. Departemen sosial di bawa ke Panti dan

kebanyakan mereka terjaring pada razia yang dilakukan oleh

Departemen Sosial. Sehingga dengan berada di Panti mereka dapat

dibina dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Dari bermacam-macam permasalahan tersebut di atas, bahwa

masuknya para lanjut usia adalah masalah ekonomi kemudian mereka

tidak mampu untuk membekali hidupnya atau tidak mampu mencari

nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Dan ada juga kemudian

mereka tidak betah berada di rumahnya disebabkan kurang adanya

perhatian dari keluarganya. Semua ini didasari karena mereka sudah

tua dan mudah tersinggung, mereka tidak bermanfaat lagi, mudah

kecewa, cepat marah dan mudah lupa. Sehingga sering terjadi salah

Page 10: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

51

paham dari pihak keluarga dan akhirnya menyebabkan para lanjut usia

tidak betah hidup bersama keluarganya.8

7. Sarana dan Prasarana.

Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam suatu organisasi

banyak hal yang dibutuhkan sebagai penunjang kegiatan tersebut.

Adapun hal-hal yang dapat menunjang keberhasilan Panti Wredha

Pucang Gading Semarang diantaranya adalah :

1. Sarana, meliputi

a. Tempat atau lokasi, luas tanah dan bangunan fisik yang sangat

cukup memadai.

b. Adanya asrama yang dapat menampung sebanyak 200 kelayan.

c. Ruangan kantor yang digunakan pegawai untuk menyelesaikan

pekerjaan yang penting.

d. Aula yang digunakan untuk berbagai kegiatan para kelayan.

e. Gudang, dapur, dan ruang makan.

f. WC atau kamar mandi.

g. Poliklinik.

h. Ruang perawatan khusus.

i. Mushola.

j. Lapangan olah raga.

2. Prasarana, meliputi :

a. Perawatan Panti:

1. Perawatan Kantor dan Aula.

2. Perlengkapan atau peralatan asrama dan dapur.

3. Peralatan olah raga, hiburan dan kesenian.

4. Papan nama dan lain-lain.

b. Fasilitas Panti :

1. Air (sumber air ).

2. Penerangan ( listrik ).

3. Telepon ( alat komunikasi ).

8 Wawancara dengan, Bapak Joko Utomo, SH. (14 Maret 2005).

Page 11: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

52

4. Kendaraan ( ambulance ).

5. Pelayanan kesehatan dari puskesmas Tlogosari dan

Rowosari, serta RSU dr. Kariadi Semarang.9

3. Respon Dari Masyarakat sekitarnya.

Untuk melengkapi penelitian ini, penulis juga mengadakan

wawancara dengan beberapa pihak untuk menegetahui respon mereka

terhadap keberadaan Panti Wredha di Pucang Gading Semarang.

Adapun tokoh masyarakat Bapak H. Maskup Ma’arif SH.I ketika

dimintai pendapatnya mengenai keberadaan Panti Wredha mengatakan

bahwa Panti tersebut dapat diterima masyarakat oleh berbagai elemen

masyarakat. Hal ini terlihat dari penghuni Panti tersebut yang berasal tidak

hanya dari wilayah Semarang saja, tapi juga wilayah-wilayah di

sekitarnya, seperti dari Demak, Kendal, Purwodadi, Kudus, Magelang dan

lain sebagainya. Dan agama mereka pun berbeda-beda.10

Sementara Bapak Khairon selaku Rt 3/Rw III wilayah dimana

Panti Wredha tersebut berada mengatakan bahwa, manejemen di Panti

Wredha terlihat bagus. Sebab bila dilihat dari tata letak bangunan tertata

dengan baik, sehingga akan menimbulkan kesan nyaman baik bagi

pengunjung maupun penghuninya. Selain itu bila dilihat dari kegiatan-

kegiatan sehari-hari yang dikelola oleh pihak Panti juga dinilai sangat

bagus untuk mendukung serta membantu terwujudnya kesehatan bagi

lanjut usia yang ada di Panti Wredha, baik dalam aspek jasmani maupun

ruhani yang sangat di idamkan oleh setiap lanjut usia.11

Beberapa tetangga atau warga yang ada di sekitar Panti Wredha

tersebut pun merasakan manfaat dari keberadaan Panti Wredha. Beberapa

warga yang penulis temui diantaranya, Bapak Slamet, Ibu Aminah, Bapak

Edi Wibowo, Ibu Saryana, dan Bapak Ahmad Syarif serta Ibu Fitriyana.

Mereka mengungkapkan bahwa keberadaan Panti tersebut membawa

berkah tersendiri bagi keluarga mereka, sebab mereka bisa berjualan

9 Dikutip dari Dokumentasi Panti Wredha Pucang Gading Semarang, op.cit. hlm. 20. 10 Hasil wawancara dengan Bapak H. Maskup Ma’arif SH.I. (20 Maret 2005). 11 Hasil wawancara dengan Bapak Khairon (22 Maret 2005).

Page 12: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

53

warung atau toko kecil-kecilan disekitar Panti Wredha tersebut, ada juga

yang membuka bengkel, fotocopi dan kos-kosan karena berdekatan dengan

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR). Sebab pengunjung yang

menengok keluarganya yang berda di Panti Wredha itu tiap harinya ramai,

terutama hari minggu dan hari libur lainnya.12

Melaksanakan sebagai tugas teknis Dinas Kesejahteraan Sosial,

penyusunan program kerja pelaksanakan kebijakan teknis operasional

dalam pelayanan, penyandang masalah kesejahteraan sosial terutama

lanjut usia, pelaksanaan kebijakan teknis opersional pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia dari seleksi registrasi, dan pengasramaan,

perawatan kesehatan, bimbingan fisik, sosial, mental, agama, dan

ketrampilan, pengkajian dan analisis teknis opersional pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia, pelaksanaan evaluasi proses pelayanan

Panti adalah pelaporan, pusat informasi pelayanan kesejahteraan sosial

lanjut usia, juga dijadikan sebagai pusat pengembangan pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia (PKL, studi riset yang datang dari

Akademi maupun Universitas yang mau melakukan magang, praktek dan

penelitian (research) untuk tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh

masing-masing perguruan tinggi mereka, sebagai penelitian, dan survey di

Panti) dan juga sebagai pusat pemberdayaan lanjut usia.

Agar dapat memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada

lanjut usia yang meliputi pemenuhan kebutuhan hidup, pembinaan fisik,

mental dan sosial, pengetahuan serta bimbingan ketrampilan dalam

mengisi waktu luang dengan kegiatan hidup yang bermakna.13 Agar

mampu memberikan pengertian kepada lanjut usia, masyarakat untuk mau

dan mampu merawat dan memenuhi kebutuhan lanjut usia. Agar sebisa

mungkin memperpanjang harapan hidup dan masa produktifitas lanjut

usia. Kemudian agar dapat mencegah timbul berkembang dan meluasnya

permasalahan kesejahteraan sosial dalam masyarakat.

12 Hasil wawancara dengan beberapa warga setempat. (23 Maret 2005). 13 Wawancara dengan Bapak Arista Sudiarto, A. Ks. (20 Maret 2005).

Page 13: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

54

Untuk bisa dijadikan penampungan, pelayanan, perawatan bagi

orang-orang lanjut usia yang mereka sudah terisolasi dari keluarganya

yang disebabkan tidak mau mengurusnya lagi, yang sudah terlantar dan

hidupnya tidak menentu maupun mereka yang terlantar dan sudah jadi

gelandangan kemudian tidak bisa mencari nafkah lagi dan di razia oleh

petugas dari Departemen Sosial. Dapat mewujudkan kualitas pealayanan,

mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada, meningkatkan

profesionalisme pegawai, dan meningkatkan jaringan pelayanan lanjut

usia. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dengan

memberikan berupa bantuan tempat dan juga sebagai pusat informasi

kesejahteraan sosial khususnya para lanjut usia.14

B. Aktifitas di Panti Wredha Pucang Gading Semarang

1. Aktifitas Secara Umum.

Adapun kegiatan yang diadakan di Panti Wredha Pucang Gading

Semarang atau program yang telah dirumuskan dijabarkan dalam GPBP

atau ROPK15 yaitu:

Seperti biasanya kelayan mulai bangun pagi pada jam: 04.30 WIB.

Waktu ini di gunakan untuk menjalankan shalat shubuh dengan

berjama’ah, baru kemudian membersihkan diri atau mandi pagi pada

pukul: 05.00-06.00 WIB. Kemudian diadakan senam lanjut usia atau jalan

sehat di mulai pada jam: 06.00-06.30 WIB. Setelah itu makan pagi jam:

06.30-07.30 WIB. Pada jam: 07.30 WIB. kebersihan bersama-sama. Lalu

diadakannya dinamika kelompok pada jam: 09.00-10.30 WIB. Agar para

lanjut usia menjadi lebih baik maka diberikannya bimbingan mental sosial

setiap hari senin dan selasa pada pukul: 10.30-11.45 WIB.16

14 Hasil wawancara dengan LSM, HUMANIKA (23 Maret 2005). 15 GPBP adalah Garis Besar Program Bimbingan, sedangkan ROPK adalah Rencana

Operasional Pelayanan Kelayan, ini adalah program yang telah dirumuskan oleh Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

16 Dokumentasi op.cit. hlm. 30.

Page 14: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

55

Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pemberian motivasi

kepada kelayan untuk mengembalikan fungsi sosial di dalam menghadapi

kehidupan masyarakat pada umumnya. Kegiatan ini diarahkan pada

pengertian mengenai permasalahan yang dihadapi, sehingga kelayan untuk

bangkit mencari solusi atau jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi,

sehingga kelayan akan timbulah kesadaran untuk mengatasi masalah yang

dihadapi. Adapun maksud kegiatan bimbingan adalah untuk

mengembangkan sikap dan kepribadian ke arah lebih baik. Bimbingan

sosial meliputi: bimbingan sosial individu, kelompok dan bimbingan hidup

bermasyarakat di mana ia berada.

Setelah kegiatannya selesai maka shalat Dhuhur pada waktu:

11.45-12.15 WIB dan dilanjutkan dengan makan siang jam: 12.15-13.15

WIB. Istirahat 13.15-15.00 WIB. Shalat Ashar pada waktu: 15.00-16.00

WIB. Kemudian kebersihan diri atau mandi sore hari pada jam: 16.00-

17.30 WIB. Pada waktu: 17.30-18.00 WIB. Dilaksanakannya shalat

Maghrib dan habis shalat maghrib makan malam pada jam: 18.00-19.00

WIB. Dilanjutkan lagi dengan shalat Isya’ pada waktu: 19.00-21.00 WIB.

serta istirahat malam atau tidur malam.

Pada hari Rabu jam: 10.30-11.45 WIB diadakannya bimbingan

keterampilan, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pengembangan

bakat yang dimiliki oleh kelayan, pemberian keterampilan ini diharapkan

dapat menumbuhkan kemampuan kelayan.17

Bimbingan ketrampilan meliputi: keterampilan tata boga,

keterampilan kerajinan tangan, dan keterampilan menyanyi dan kegiatan

hiburan lainnya. Dan setiap hari Rabu minggu ke III diadakan bimbingan

kamtibmas oleh petugas BABINSA.18

Pada hari kamis jam: 10.30-11.45 WIB. diadakannya bimbingan

mental spiritual (keagamaan), kegiatan ini dilaksanakan untuk

17 Ibid. hlm. 32. 18 Yang dimaksud BABINSA adalah Bintara Pembinaan Desa, bertugas untuk membina

para lanjut usia khususnya di Panti Wredha Pucang Gading Semarang.

Page 15: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

56

pembentukan, sikap, mental dan pemahaman hidup beragama untuk dapat

dilaksanakan dalam hidup sehari-hari khususnya dalam lingkungan Panti.

Bimbingan Spiritual Meliputi: mengerjakan shalat wajib dan shalat

sunnah, serta harus berjama’ah kalau bisa, yaasinan, ceramah agama dan

dzikir serta mujahadah. Juga diadakan pengajian kamis malam agar para

lanjut usia lebih mendalami tentang ilmu agama Islam.

Setiap hari jum’at diadakan kegiatan Kerja Bhakti atau jum’at

bersih, serta di laksanakannya kegiatan bimbingan fisik pada jam: 10.30-

11.45 WIB. bimbingan fisik adalah semua kegiatan yang menyangkut

kegiatan fisik yang bertujuan untuk pemeliharaan fisik atau jasmani

kelayan. Kegiatan fisik meliputi: olah raga, permainan, SKJ.

Hari sabtu-minggu ke III CC Kesehatan Kelayan oleh Tem

Assesment dan pemeriksaan kesehatan kelayan oleh dokter PUSKESMAS

pada jam: 10.30-11.45 WIB. kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan

sekaligus mengecek kondisi kesehatannya agar bisa di ketahui apakah para

lanjut usia itu masih sehat-sehat saja ataukah ada gejala-gejala penyakit

yang mengidapnya sehubungan dengan kesehatan mentalnya.

Selain diperiksa kesehatannya para kelayan kadang-kadang juga di

berikan refreshing atau kegaiatan rekreasi yang bertujuan untuk

menciptakan hubungan sosial yang serasi dan harmonis antar lanjut usia,

pimpinan Panti dengan masyarakat atau dengan kata lain kegiatan ini

cenderung bersifat refreshing yaitu mengenalkan kelayan pada lingkungan

di luar Panti.19

2. Aktifitas Shalat Tahajjud Para Lansia di Panti Wredha.

Aktifitas shalat tahajjud para lanjut usia khususnya lanjut usia

muslim telah diterapkan metode dan tata cara dalam melaksanakan shalat

tahajjud yang disampaikan oleh pembina Panti dalam bidang ibadah

khusus ibadah shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunnah. Hal ini

untuk menambah keimanan seseorang dalam melaksanakan perintah-

perintah Allah SWT, yakin bahwa Allah SWT itu akan membalas apa

19 Ibid, hlm. 33.

Page 16: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

57

yang hambanya lakukan agar sang hamba betul-betul yakin adanya Allah

SWT. Dari pada itu para lanjut usia juga diberikan ceramah-ceramah

ruhani yang bermanfaat bagi para lanjut usia.

Adapun aktifitas shalat tahajjud yang dilakukan oleh para lanjut

usia khususnya pada lanjut usia muslim dan tentunya orang-orang lanjut

usia yang melakukan shalat tahajjud tersebut, mempunyai metode dalam

mengerjakan shalat tahajjud yaitu: ketika mereka mengikuti ceramah

tentang keagamaan berkaitan dengan ibadah, dalam hal ini ibadah shalat,

baik shalat wajib maupun shalat sunnah yang diberikan oleh pembina yang

ada di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Mereka ditekankan kepada

dasar-dasar keyakinan dan bersifat Islami, hal ini mencakup pada aspek

ibadah dan keimanan, dan kebetulan saja pada aspek ibadah yang

materinya diutamakan yang berkaitan dengan shalat, baik shalat wajib

maupun shalat sunnah.

Di sini para lanjut usia dianjurkan mengerjakan shalat wajib yang

meliputi: shalat lima waktu yaitu, shalat Isya’, shalat Shubuh, shalat

Dhuhur, shalat Ashar, shalat Maghrib, karena disesuaikan oleh

perkembangan kondisi fisiknya. Selain itu juga dianjurkan untuk

mengerjakan shalat sunnah diantaranya shalat sunnah hajat, shalat tahajjud

dan shalat dhuha.

Sedangkan aspek ibadah shalat sunnah ini sebagai ibadah

tambahan saja, walaupun begitu mereka tetap menjalankannya karena itu

perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW yang harus dikerjakan oleh

setiap orang Islam khususnya yang muslim, agar mereka mendapatkan apa

yang mereka dapatkan yaitu kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di

akhirat.

Dalam menjalankan shalat mereka menekankan pada shalat wajib

dan shalat sunnah, sehingga aktifitas para lanjut usia mencakup

pembinaan, penyuluhan, kreatifitas, shalat wajib dan shalat sunnah, serta

kalau shalat mereka sering berjama’ah di lingkungan Panti, juga

pembinaan berupa ceramah yang dilakukan secara rutin pada hari Kamis.

Page 17: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

58

Namun tidak semua para lanjut usia mampu mengikutinya, karena

sebagian dari mereka masih ada yang bermalas-malasan untuk

mengikutinya, tetapi upaya Panti tetap terus berjalan dan terus mengikuti

dalam pembinaan tersebut. Sistem kerja yang ada di Panti Wredha Pucang

Gading Semarang memberikan peluang kepada para lanjut usia dalam

menjalankan aktifitasnya guna membentuk dan membina mental para

lanjut usia.

Dengan terselenggaranya sistem kerja yang efektif yang tertuang

pada peraturan-peraturan dasar, secara tertulis, formal, dan tersusun rapi

pada program di Panti Wredha Pucang Gading Semarang, maka ada

beberapa aktifitas penting yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh para

lanjut usia dalam kesehariannya sebagai upaya menuntut ilmu dan untuk

mencapai kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat tersebut.

Dalam hal ini penulis memfokuskan pada kegiatan religius

(keagamaan), terutama pada pelaksanaan ibadah shalat tahajjud. Dimana

para lanjut usia manusia yang sudah pikun, tapi keinginan beribadah

sangatlah tinggi dan berjiwa seperti anak muda, maka untuk itu penulis

akan memberikan uraian tentang tata cara dan pelaksanaan shalat tahajjud

yang dilakukan oleh para lanjut usia di Panti Wreda Pucang Gading

Semarang yang sangat di perhatikan oleh pemerintah.

Seperti biasanya bahwa bentuk ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh

Rasulullah SAW mempunyai tata cara dalam mengerjakannya. Misalnya

saja shalat, orang yang akan melaksanakan shalat haruslah mengetahui

tentang tuntunan ataupun panduan tentang bab shalat yaitu:

Orang yang akan mengerjakan shalat haruslah berwudhu dulu agar

menjadi suci, karena wudhu membersihkan anggota badan supaya bebas

dari hadats kecil maupun besar, dan wudhu itu menjadi syarat sahnya

shalat dan biasanya mandi dulu sebelumnya. Kemudian setelah wudhu

berniat akan melaksanakan shalat.

Pada pelaksanaan shalat sunnah tahajjud yang dilakukan oleh Panti

Wredha Pucang Gading Semarang. Menurut Bapak Sujud, bahwa ketika

Page 18: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

59

akan melaksanakan shalat sunnah tahajjud, sebelumya pada malam hari

terlebih dahulu berniat akan melaksanakan shalat sunnah tahajjud ketika

akan tidur karena akan mendapat pahala baik tidur mau pun shalatnya.

Sebelumnya mandi dulu sekitar jam 03.00 WIB. Membersihkan bekas-

bekas tidur dari wajahnya, kemudian bersuci dan membaca Al-Qur’an,

membangunkan kelayan-kelayan yang lain (terutama yang sering

mengerjakan shalat tahajjud) atau membangunkan keluarganya untuk

sama-sama melakukan shalat tahajjud, kalau mengantuk ia lebih memilih

tidur lagi dan baru kemudian mengerjakan shalat tahajjud lagi, bila merasa

mengantuk mereka shalat tahajjudnya dihentikan sampai tidak merasa

ngantuk lagi, membuka shalat tahajjud dengan dua rakaat karena dianggap

lebih ringan serta membaca surat-surat yang pendek pula. Dia juga tidak

memaksakan diri tapi menjalankan semampunya saja.20

Dalam mengerjakan shalat tahajjud mereka kadang-kadang di bina

kadang tidak, karena shalat tahajjud tidak merupakan rutinitas Panti

Wredha namun kegiatan individu para kelayan atau orang lanjut usia serta

kemauannya sendiri. Dengan mengerjakan shalat tahajjud dia tidak

sendirian tapi mengajak teman-temannya kemudian berjama’ah,

mengerjakan shalat tahajjud sekitar jam 03.30 WIB. Dengan membuka

shalat tahajjud delapan raka’at dengan dua raka’at salam, lalu mengerjakan

shalat hajat empat raka’at dengan dua raka’at salam, kemudian

mengerjakan shalat witir tiga raka’at sebagai penutup shalat malam.

Setelah selesai semuanya (baik mengerjakan shalat tahajjud, shalat hajat,

dan shalat witir), setelah itu menghadap ke kiblat dengan berdzikir , seperti

membaca istighfar 100 kali, membaca tasbih 100 kali, membaca takbir

100 kali, hamdalah 100 kali, kalimah tayyibah 100 kali dan Allah, Allah,

Allah,……… 100 kali, serta shalawat atas Nabi Muhammad SAW 100 kali

kemudian diakhiri dengan berdo’a, baru kemudian membaca Al-Qur’an

semampunya dengan suara lambat (karena takut mengganggu temannya)

serta berdo’a dengan do’a yang khusus yaitu sebagai berikut, berbunyi:

20 Hasil wawancara dengan Bapak Sujud (sebagai kelayan) pada (15 Maret 2005).

Page 19: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

60

Do’a khusus shalat tahajjud adalah berbunyi sebagai berikut:

نت قيوم السموات واأل رض ومن فيهن ولك الحمد أنت أهم لك الحمد اللن قالح كدعوو قالح تأن دمالح لكو هنفي نمض واأل رات وومالس رو

قن حوبيالنو قحارالنو قة حنالجو قح لكقوو قح كلقاؤو مل اهللا وص دمحلت ك حق اللهم لك أ سلمت وبك امنت وعليك تو عليه وسلم حق والساعة

ك حاكمت فاغفرلى ماقدمت وما أخرت يوإليك أنبت وبك خاصمت وإل مقدالم تى أنبه من لمأع تاأنمو تلناأعمو ترراأسمو الإلهرخ ؤالم تأنو

.إال أنت والحول وال قوة إالبا هللا العلي العضيم

Artinya: “Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu. Engkau penegak langit dan bumi serta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji. Engkau benar. Janji-Mu benar. Perjumpaan dengan-Mu benar. Firman-Mu benar. Surga itu benar. Neraka itu benar. Para Nabi itu benar. Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat juga benar. Ya Allah, kepada-Mulah saya berserah diri. Dengan-MU saya beriman (percaya). Kepada-Mu saya bertawakal. Kepada-Mu saya kembali. Dengan-Mu saya rindu. Kepada-Mu saya meminta putusan. Ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu dan dosa yang terakhir, yang tersembunyi dan yang tampak. Engkau Zat Yang Maha Mengakhirkan dan Maha Mendahulukan. Teada Tuhan yang layak disembah selain Engkau. Teadak ada Tuhan selain Engkau. Teada daya dan kekuatan selain dengan pertolongan Allah Yang Maha Luhur dan Yang Maha Agung”.21

Kemudian esok harinya dilanjutkan dengan shalat fajar atau shalat

sunnah sebelum shalat shubuh dimulai sampai menjelang shubuh pada

waktu: 40.30WIB. dan juga mengerjakan shalat dhuha pada pukul 07.45

WIB. Terus ikut kegiatan yang ada di Panti Wredha Pucang Gading

Semarang, misalnya pembinaan mental, fisik, rohani dan lain sebagainya

untuk para lanjut usia.

Jadi dengan demikian, selain menjalankan apa yang menjadi

kewajiban seorang kelayan juga menjalankan yang di perintah oleh agama.

Dengan terselenggaranya sistem kerja yang efektif yang tertuang pada

21 Syarif Hade Masyah dan Kholil Eren Masyah, Panduan Praktis Shalat Sunnah,

(Bandung: PT. Mizan Media Utama, 2004), hlm. 45-46.

Page 20: jtptiain-gdl-s1-2005-suntoro410-495-BAB3_410-5

61

peraturan-peraturan dasar, secara tertulis, formal, dan tersusun rapi pada

program di Panti Wredha Pucang Gading Semarang, maka ada beberapa

aktifitas penting yang harus diikuti dan dilaksanakan oleh para lanjut usia

dalam kesehariannya sebagai upaya menuntut ilmu dan untuk mencapai

kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat yang kekal.