495 A kerjo

46
Laporan Kegiatan MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DENGAN HIRADC(Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls) DI PUSKESMAS KERJO, KARANGANYAR Disusun oleh: Kelompok 495 A Dadang Ismanaf G99132001 Jihan Azhar K G99132004 Pembimbing: Sumardiyono, SKM, M.Kes

description

kerjo

Transcript of 495 A kerjo

Laporan Kegiatan

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN DENGAN HIRADC(Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)DI PUSKESMAS KERJO, KARANGANYAR

Disusun oleh:Kelompok 495 ADadang IsmanafG99132001

Jihan Azhar KG99132004

Pembimbing:Sumardiyono, SKM, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk usaha degan tujuan untuk menciptakan tempat kerja yang sehat, aman, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, melainkan juga dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Sumamur, 2009).Kecelakaan Kerja (KK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) di kalangan petugas kesehatan maupun non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari jumlah kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa observasi) menunjukan kecenderungan meningkatnya prevalensi. Banyak pekerja yang kurang memperdulikan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri walaupun sudah tersedia (Tarwaka, 2008).Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk meminimalisir kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya tersebut harus ditemukan dengan melakukan identifikasi sumber bahaya yang berpotensi pada tempat kerja (Sumamur, 1993).Tatacara untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan kontrol pengendalian telah masuk dalam persyaratan pemenuhan K3 secara internasional. Standar OSHAS 18001 : 2007 merupakan standar internasional yang mengatur pemenuhan sertifikasi persyaratan K3. Salah satu yang tercantum di dalamnya klausul 4.3.1 yaitu Hazard Identification, Risk Assesment, And Determining Controls. Standar OSHAS 18001 : 2007 disbeutkan bahwa organisasi harus menetapkan, mengimplementasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan menetapkan pengendalian yang dibutuhkan (Soerahman, 2010).Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan bahwa setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Tenaga kesehatan atau petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpapar terhadap masalah kesehatan yang merupakan kendala yang dihadapi untuk setiap waktunya. Oleh karena itu penerapan budaya sehat dan aman dalam bekerja hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / Aspek Kesehatan.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan keselamatan dan kesehatan kerja?2. Apa saja sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan?3. Bagaimana manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Controls)?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja2. Untuk mengetahui sumber bahaya menurut keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.3. Untuk mengetahui manajemen risiko dengan menggunakan HIRADC

D. Manfaat 1. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai keselamaan kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Kerjo, Karanganyar. Dapat menambah pengetahuan mengenai manajemen risiko yang ada di Puskesmas Kerjo, Karanganyar.2. Bagi instansi kesehatan/PuskesmasDiharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi Puskesmas dan sebagai bahan evaluasi khususnya mengenai manajemen risiko di lingkungan kerja Puskesmas Kerjo.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan LingkunganKesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2002).Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.B. Sumber Bahaya Bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa cidera, penyakit, kematian, kematian kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008). Bahaya juga termasuk kerusakan harta benda didalamnya yaitu kerusakan lingkungan, dalam definisi bahaya ini adalah aspek lingkungan (Cipta Kridatama, 2010).Sumber bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat ditentukan dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal dari:a. Manusia Termasuk pekerjaan dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian atau kerusakan terletak pada karyawan yang kurangterampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umumnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N. B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995).b. PeralatanPeralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai fungsinya, tidak ada latihan tentang penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada perawatan atau pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997).c. BahanMenurut Syukri Sahab (1997) bahaya dari bahan meliputi berbagai risiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain:1) Mudah terbakar2) Mudah meledak3) Menimbulkan energi4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh5) Menyebabkan kanker6) Menyebabkan kelainan pada janin7) Bersifat racun8) Radioaktifd. ProsesBahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi yang dipakai. Proses yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana dan peralatan yang komplek/rumit mempunyai potensi bahaya yang berbeda. Dalam suatu prses sering digunakan faktor tambahan yang dapat memperbesar faktor risiko bahaya. Tingkat bahaya dari suatu proses kegiatan tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997).

e. Cara kerjaCara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap diri sendiri maupun disekitarnya. f. Lingkungan kerjaTerdiri atas:1) Fisika) TemperaturKondisi tempat kerja yang terlalu panas dapat menyebabkan cepat lelah, karena kehilangan cairan tubuh. Sedangkan jika suhu yang terlalu dingin menyebabkan tenaga kerja mudah sakit, karena daya tahan tubuh menurun.b) KebisinganKebisingan adalah suara yang tidak diinginkan atau suara yang intensitasnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam perminggu. Dengan kondisi melebihi NAB secara tidak langsung akan mempengaruhi alat pendengaran, gangguan komunikasi, konsentrasi dan gangguan fisik.pada awalnya gangguan tersebut bersifat sementara tapi kemudian berubah menjadi permanen. c) PeneranganPenerangan yang intensitasnya kurang memadai atau menyilaukan akan menyebabkan kelelahan pada mata yang pada akhirnya akan menyebabkan rasa kantuk dan hal ini dapat menyebabkan kecelakaan.d) Getarane) Radiasi 2) KimiaPetugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton).Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.Pencegahan : Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas untuk petugas atau tenaga kesehatan laboratorium. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, jas laboratorium) dengan benar. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.3) BiologiLingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus. Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi.Pencegahan : Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan spesimen secara benar Pengelolaan limbah infeksius dengan benar Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai. Kebersihan diri dari petugas.4) Ergonomi Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).5) PsikologisGangguan psikologis dapat terjadi karena adanya pressure ditempat kerja, hubungan kerja yang harmonis. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (tekanan darah, eksim, dan sebagainya) (Sumamur, 2009).

C. Manajemen RisikoManajemen risiko adalah suatu budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik (Soehatman, 2010).Manajemen risiko erat hubungannya dengan manajemen K3. Keberadaan risiko dalam kegiatan suatu instansi kesehatan mendorong perlunya upaya keselamatan untuk mengendalikan risiko yang ada. Dengan demikian manajemen risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen K3 seperti dua sisi mata uang. Dalam sistem manajemen K3 yang berlaku secara global yaitu OHSAS 18001 menyatakan bahwa organisasi harus menetapkan mengimplementasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan menetapkan pengendalian yang diperlukan. Manajemen risiko menurut standar K3L, terdiri dari 3 bagian yaitu Hazard Identification (Identifikasi Bahaya), Risk Assesment (Penilaian Risiko), dan Determining Control (Penetapan Pengendalian) atau sering disebut dengan HIRADC.Pelaksanaan HIRADC dalam proses manajemen risiko di setiap area pada hierarki pengendalian. Dengan cara:a. Menguraikan kegiatan kerja yang melibatkan material, proses dan produk yang dihasilkan dalam suatu instansi.b. Menemukan titik-titik bahaya dan aspek lingkungan yang ada pada kegiatan suatu instansi.c. Menemukan dampak potensial akibat dari bahaya dan aspek lingkungan dari kegiatan yang sedang berjalan.d. Melakukan pengendalian terhadap dampak potensial yang teridentifikasi.e. Menentukan nilai risiko yang tergolong risiko low, high dan very high.f. Menentukan tingkat risiko tergolong di terima atau tidak diterima pada semua bahaya yang telah dilakukan pengendalian awal.g. Mempertahankan dan meningkatkan pengendalian terhadap bahaya yang mempunyai tingkat risiko diterima.h. Melakukan tindakan pengendalian lanjutan terhadap bahaya yang mempunyai tingkat risiko tidak diterima sehingga nilai risikonya turun menjadi tingkat risiko diterima (Cipta Kridatama, 2010).Tahap-tahap manajemen risiko yang seharusnya dilaksanakan di setiap instansi adalah sebagai berikut:a. Inventarisasi Kegiatan Kerja Proses awal Manajemen Risiko dilakukan dengan inventarisasi pekerjaan. Tim HIRADC yang terlibat dalam inventarisasi kegiatan kerja haruslah orang yang berpengalaman dan mengerti betul keadaan jenis pekerjaan dan bahaya terkait. Tidak berhenti pada pekerjaan yang terkait langsung dengan pekerjaan mereka, namun juga termasuk efek dan kondisi fasilitas dan kegiatan pihak lain yang mungkin bersinggungan dengan operasi mereka.b. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).Identifikasi bahaya adalah proses untuk mengenali bahaya yang ada dan mengidentifikasi sifat-sifatnya (Cipta Kridatama, 2010).Identifikasi bahaya dilihat secara terpisah pada setiap kegiatan kerja, mencakup bahaya terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Secara sistematis sumber bahaya bisa dibedakan menjadi 2 yaitu faktor bahaya dan potensi bahaya. Adapun macam faktor bahaya antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor fisiologis, faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan potensi bahaya berasal dari tindakan maupun kondisi yang tidak aman (Tarwaka, 2004).

c. Identifikasi Efek BahayaEfek bahaya mencakup dampak terhadap manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Asumsi yang digunakan adalah asumsi terparah yang mungkin terjadi sebagai akibat kecelakaan, namun tetap dalam batasan yang logis dan realistis ().d. Penilaian RisikoRisiko adalah kombinasi dari :1) Probability: Kemungkinan terjadinya insiden atau dampak yang mengakibatkan cidera, PAK (Penyakit Akibat Kerja), kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan.2) Frequency: Keseringan kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan.3) Severity : Keparahan dari cidera, PAK (Penyakit Akibat Kerja), kerusakan harta benda atau dampak lingkungan yang merugikan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya atau paparan bahaya atau aspek lingkungan.(Cipta Kridatama, 2010)Penilaian risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 3 aspek penting yaitu peluang (probability), keseringan (frequency) dan keparahan (severitas). Ketiganya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahan maka nilai risikopun semakin tinggi.1) Peluang (Probability)Peluang terjadinya kecelakaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu: Siapa yang melakukan pekerjaan (jumlah pelaku dan kompetensinya) Serumit apakah pekerjaan yang dilakukan Dimana pekerjaan dilakukan (kompleksitas tempat kerja) Kapan pekerjaan dilakukan (jam-jam menurunnya stamina dan konsentrasi) Bagaimana pekerjaan dilakukan (ada tidaknya prosedur baku) Berapa lama pekerjaan tersebut (durasi pekerjaan) Seberapa sering aktivitas tersebut ada (keterulangan pekerjaan) Seberapa banyak jumlah beban kerja tersebutHal-hal diatas akan memberikan kontribusi terhadap tinggi rendahnya peluang terjadinya kecelakaan pada suatu aktivitas kerja.2) Keseringan (frequency)Frekuensi menunjukkan tinggi keseringan suatu bahaya atau paparan yang terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi dapat ditetapkan misalnya keseringan dalam durasi tahunan, bulanan, mingguan dan harian.3) Keparahan (severitas)Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi baik terhadap manusia, property dan lingkungan.nilai severitas yang ditetapkan dapat berdasarkan jenis cidera yang terjadi seberapa besar kerugian perusahaan, gangguan kesehatan yang dialami pekerja, ada tidaknya kejadian pencemaran lingkungan dan komplian dari masyarakat maupun tuntutan hukum dari pemerintah.e. Penggolongan Nilai RisikoSetelah dilakukan penilain risiko terhadap masing-masing bahaya dari pekerjaan maka dilaksanakan penggolongan risiko berdasarkan nilai kombinasi antara probability, frequency dan severity. Nilai risiko tersebut akan mempengaruhi nilai tingkat risiko. Untuk nilai tingkat very high dan high maka dikelompokkan dalam kriteria yang tidak dapat diterima (Non Acceptable Risk). Sedangkan tingkat risiko medium dan low dikelompokkan dalam kriteria yang dapat diterima (Acceptable Risk) (Cipta Kridatama, 2010).f. Tindakan Pengendalian RisikoDalam melakukan pengendalian hal yang harus dilakukan adalah memulai dari tindakan terbesar. Jika tidak dapat dilakukan maka dengan menurunkan tingkat pengendaliannya ke tingkat yang lebih rendah atau mudah.Pengendalian risiko dapat mengikuti Pendekatan Hierarki Pengendalian (Hirearki of Control). Hirearki pengendalian risiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan (Tarwaka, 2008). Adapun hirearki pengendalian adalah sebagai berikut:1) Eliminasi Eliminasi merupakan langkah memodifikasi atau menghilangkan metode, bahan ataupun proses untuk menghilangkan bahaya secara keseluruhan. Efektifitas dari eliminasi ini adalah 100%, artinya dapat menghilangkan bahaya sampai pada titik nol.2) SubtitusiSubtitusi merupakan penggantian material, bahan, proses yang mempunyai nilai risiko yang tinggi dengan yang mempunyai risiko lebih kecil.3) Rekayasa TeknikRekayasa Teknik merupakan suatu pengendalian bahaya secara teknik yang bisa diterapkan untuk mengurangi paparan bahaya yang ada. Langkah yang dilakukan dalam tahap ini misalnya dengan memberikan peredam kebisingan pada mesin, dipergunakan room control, dan penggunaan ventilasi penghisap.4) AdministrasiPengendalian administrasi dengan mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut diantaranya adalah mengurangi paparan terhadap kandungan bahaya dengan pergiliran atau perputaran kerja (job rotation), sistem ijin kerja atau hanya dengan menggunakan tanda bahaya. Pengendalian administrasi tergantung pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.5) Alat Pelindung Diri (APD)Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah yang sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada. Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirearki pengendalian. Jika tingkat paling atas tidak dapat dipenuhi maka melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya. Akantetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.g. Sisa Risiko Setelah ditentukan tindakan pengendalian yang layak, maka tim HIRADC harus menganalisa ulang kembali risiko dari aktivitas kerja tersebut. Bila setelah dilakukan pengendalian awal nilai risiko masih tinggi atau sangat tinggi maka pengendaliannya digolongkan dalam kategori tidak diterima. Hal ini yang dimaksud dengan sisa risiko dimana harus dilakukan pengendalian lanjutan. Tujuan dari pengendalian lanjutan ini adalah agar tingkat risiko suatu bahaya dengan kategori tidak diterima dapat turun menjadi bahaya dengan kategori yang dapat diterima.

BAB IIIMETODE PENGAMBILAN DATA

A. Sumber Data Sumber data dalam laporan ini yang digunakan adalah data primer. Data primer yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung mengenai pelaksanaan program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Kerjo. Selain itu data primer lainnya diperoleh dengan melakukan wawancara oleh pihak terkait di Puskesmas Kerjo.

B. Teknik Pengambilan DataDalam penulisan laporan ini seluruh data yang digunakan sebagai bahan penulisan diperoleh melalui:1. Studi PustakaStudi kepustakaan merupakan metode yang digunakan dalam mengambil keputusan penyelesaian masalah dan pengumpulan data berdasarkan literatur yang memberikan gambaran secara umum.2. Studi LapanganStudi lapangan merupakan metode pengumpulan data di lapangan yaitu lingkungan kerja Puskesmas Kerjo dan dari lembaga terkait yaitu staf di Puskesmas Kerjo untuk mendapatkan fakta-fakta yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan program yang sedang berlangsung sesuai yang diharapkan.3. WawancaraMetode tanya jawab langsung kepada pihak yang berkepentingan dalam hal kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan. Pihak yang berkempentingan dalam laporan ini yaitu pasien dan staf Puskesmas Kerjo.

BAB IVHASIL OBSERVASI

Setelah melakukan observasi dan wawancara terhadap petugas Puskesmas Kerjo, kami menemukan beberapa risiko yang perlu diperhatikan.Kami melakukan manajemen risiko dengan HIRADC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Controls). HIRADC terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.A. Identifikasi Bahaya 1. Bahaya tercebur ke kolam ikanBersumber dari kolam ikan yang tidak memiliki pembatas cukup tinggi sehingga dapat membahayakan anak kecil yang berlalu lalang di sekitar kolam. Kolam ikan ini terletak di tengah bagian Puskesmas Kerjo yang sering menarik perhatian pengunjung terutama anak kecil. Banyak anak kecil yang sering melihat ikan di tepi kolam.Selain itu banyak ibu yang duduk di tepi kolam sambil menggendong anaknya. Hal ini dapat meningkatkan risiko terceburnya anak kecil ke dalam kolam.2. Bahaya terpeleset dan terjatuha. Bersumber pada langit-langit ruang tunggu Puskesmas Kerjo yang bocor. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko terjatuh dan terpelesetnya pengunjung dan petugas yang berlalulalang.b. Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Hal ini dapat menyebabkan pasien terjatuh. Mengingat banyaknya pasien geriatri yang mendatangi puskesmas ataupun dirawat yang kebanyakan dari mereka pengelihatannya sudah mulai berkurang. Selain itu, dinding kamar mandi juga tidak dilengkapi dengan pegangan tangan yang tidak bisa digunakan oleh pasien untuk bertumpu, terutama oleh geriatri.c. Bersumber pada tangga Puskesmas Kerjo. Tangga ini berfungsi untuk menghubungkan Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap Puskesmas Kerjo yang sering dilalui oleh petugas. Tangga ini cukup curam dan tidak memiliki pegangan di sisinya. Anak tangga dirasakan terlalu sempit, tinggi, dan tidak memiliki karet pada ujungnya sehingga meningkatkan risiko terpelesetnya petugas ketika melalui tangga. Tangga di depan Puskesmas Kerjo juga tidak memiliki pembatas samping. Kondisi ini dapat membahayakan pengunjung dan petugas yang kebetulan berdiri di dekat tangga bagian atas.d. Bersumber dari tepi bed pasien rawat inap yang tidak memiliki pembatas. Hampir keseluruhan bed pasien di Unit Rawat Inap Puskesmas Kerjo tidak memiliki pembatas sehingga dapat meningkatkan risiko terjatuhnya pasien terutama anak kecil maupun geriatri.e. Bersumber dari lantai bertingkat yang berlokasi di ruang tunggu yang sering diabaikan pengunjung sehingga dapat menyebabkan pengunjung tersandung dan terjatuh.3. Bahaya penularan penyakit infeksia. Bersumber dari pot tanaman yang berada di tengah kolam ikan. Pot tanaman ini dapat menampung air yang berasal dari pancuran dan membentuk genangan air. Genangan air ini dapat menjadi lokasi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti.b. Bersumber dari penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri) yang kurang maksimal. Terkadang petugas saat melakukan tindakan tidak menggunakan sarung tangan ataupun masker. Hal ini dapat membahayakan petugas dikarenakan riwayat penyakit pasien yang sebelumnya tidak diketahui.c. Bersumber dari tindakan aseptik dan sanitasi yang kurang maksimal. Terkadang petugas tidak melakukan tindakan aseptik yang sesuai dengan prosedur dan beberapa alat aseptik yang kurang seperti tidak tersedianya kapas alkohol di ruang KIA dan Imunisasi serta handsrub di beberapa titik Puskesmas Kerjo. d. Bersumber dari tidak tersedianya sampah medis sehingga menyebabkan sampah non medis dan sampah medis tercampur. Hal ini dapat membahayakan petugas kebersihan dengan meningkatnya risiko terpapar limbah medis.4. Bahaya bencanaa. Bersumber dari tidak tersedinya APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di tempat yang mudah dijangkau di lingkungan Puskesmas Kerjo. Puskesmas Kerjo memiliki banyak ruangan dan Unit Rawat Inap sehingga dirasakan perlu untuk memiliki APAR dan meletakkannya di tempat-tempat strategis beserta keterangan cara penggunaan untuk memadamkan api segera jika terjadi kebakaran di lingkungan Puskesmas Kerjo.b. Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan Puskesmas Kerjo. Keterangan jalur evakuasi sangat diperlukan pada kondisi darurat yang dapat terjadi seperti bencana alam atau bencana akibat ulah manusia. Dalam kondisi darurat, pengunjung ataupun petugas dapat merasa panik dan kebingungan sehingga memerlukan keterangan evakuasi sebagai petunjuk.

B. Penilaian RisikoManajemen risiko Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Control (HIRADC) mempertimbangkan 3 aspek penting yaitu peluang (probability), keseringan (frequency) dan keparahan (severitas). Ketiganya berbanding lurus denga nilai risiko itu sendiri, artinya semakin tinggi nilai peluang, keseringan dan keparahan maka nilai risiko pun akan semakin tinggi.1. Peluang (probability)Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau paparan. Nilai standar terjadinya peluang terjadinya kecelakaan yang ditetapkan sesuai dengan tabel di bawah ini:

Tabel 1. Nilai PeluangProbabilityNilai

Tidak mungkin terjadi1

Kecil kemungkinan terjadi2

Kemungkinan terjadi rata-rata3

Besar kemungkinan terjadi4

Pasti terjadi5

2. Keseringan (frequency)Frekuensi menunjukkan tingkat keseringan suatu bahaya atau paparan terjadi dalam suatu waktu tertentu. Nilai frekuensi yang ditetapkan sebagai standar HIRADC dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel 2. Nilai FrekuensiFrekuensiNilai

Sekali dalam setahun1

Sekali dalam sebulan2

Sekali dalam seminggu3

Sekali sehari4

Berkali-kali dalam sehari5

3. Keparahan (severity)Severitas menunjukkan tingkat keparahan yang harus diderita jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia, property maupun lingkungan. Nilai risiko akan mempengaruhi tingkat risiko. Tabel 3. Penggolongan Nilai RisikoTingkat RisikoKriteria Risiko

Very highTidak dapat diterima

High

MediumDapat diterima

Low

Berikut ini hasil penilaian risiko dan penggolongan kriteria risiko terhadap bahaya yang ada di puskesmas Kerjo.No.Jenis RisikoPeluangFrekuensiKeparahanTingkat risiko

1Bahaya tercebur ke kolam ikan211Low

2Bahaya terpeleset dan terjatuh

Langit-langit ruang tunggu yang bocor413Medium

Lantai kamar mandi yang kurang bersih313Medium

Tangga Puskesmas Kerjo313Medium

Tepi bed pasien rawat inap yang tidak memiliki pembatas213High

Lantai bertingkat di ruang tunggu pasien

213Medium

3Bahaya penularan penyakit infeksi

Genangan air di pot tanaman213Low

Penggunaan APD kurang maksimal213Medium

Tindakan aseptik dan sanitasi kurang maksimal213Medium

Tidak tersedianya sampah medis

213Medium

4Bahaya bencana

Tidak tersedianya APAR di tempat yang mudah dijangkau214High

Tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi214High

C. Pengendalian Risiko1. Bahaya tercebur ke kolam ikanHal ini dapat menyebabkan luka ringan hingga sedang. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 1 dan tingkat risiko low. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik yaitu dengan pemasangan teralis pembatas.2. Bahaya terpeleset dan terjatuh a. Bersumber pada langit-langit ruang tunggu Puskesmas Kerjo yang bocor. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko timbulnya luka ringan hingga fraktur. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 4, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dan substitusi. Rekayasa TeknikPengendalian dengan cara rekayasa teknik yaitu dengan pemasangan rambu peringatan untuk tidak melewati area jalan yang licin. SubtitusiPengendalian secara subtitusi yaitu dengan penggantian genteng yang bocor.b. Bersumber pada lantai kamar mandi yang kurang bersih. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode administrasi dengan membersihkan lantai kamar mandi sehari satu kali.c. Bersumber pada tangga Puskesmas Kerjo. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 3, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dengan pemasangan pegangan tangan dan pemasangan karet di tepi anak tangga.d. Bersumber dari tepi bed pasien rawat inap yang tidak memiliki pembatas. Hampir keseluruhan bed pasien di Unit Rawat Inap Puskesmas Kerjo tidak memiliki pembatas sehingga dapat meningkatkan risiko terjatuhnya pasien terutama anak kecil maupun geriatri.Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dan substitusi. Rekayasa TeknikPengendalian dengan cara rekayasa teknik yaitu dengan pemasangan pembatas pada tiap bed pasien. SubtitusiPengendalian secara subtitusi yaitu dengan penggantian bed pasien dengan bed yang dilengkapi dengan besi pembatas.e. Bersumber dari lantai bertingkat yang berlokasi di ruang tunggu yang sering diabaikan pengunjung sehingga dapat menyebabkan pengunjung tersandung dan terjatuh.Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dan eliminasi. Rekayasa TeknikPengendalian dengan cara rekayasa teknik yaitu dengan dilandaikan. EliminasiPengendalian secara eliminasi yaitu dengan meratakan lantai dengan sekitarnya.3. Bahaya penularan penyakit infeksia. Bersumber dari pot tanaman yang berada di tengah kolam ikan. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko low. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dan eliminasi. Rekayasa TeknikPengendalian dengan cara rekayasa teknik yaitu memelihara ikan di genangan pot. EliminasiPengendalian secara eliminasi yaitu dengan memindahkan pot ke luar kolam.b. Bersumber dari penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri) yang kurang maksimal. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode alat pelindung diri dengan penyediaan APD yang memadai sesuai dengan kebutuhan puskesmas dan meningkatkan kesadaran petugas medis untuk menggunakan APD dalam melakukan tindakan. c. Bersumber dari tindakan aseptik dan sanitasi yang kurang maksimal. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode alat pelindung diri dengan penyediaan hands rub yang di setiap sudut ruang periksa dan meningkatkan kesadaran petugas medis untuk melakukan tindakan aseptic sebelum dalam melakukan tindakan. d. Bersumber dari tidak tersedianya sampah medis sehingga menyebabkan sampah non medis dan sampah medis tercampur. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 3 dan tingkat risiko medium. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dengan memisahkan sampah medis dan sampah non medis dengan member tanda pada masih-masing tempat sampah.4. Bahaya bencanaa. Bersumber dari tidak tersedianya APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di tempat yang mudah dijangkau di lingkungan Puskesmas Kerjo. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 4 dan tingkat risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dengan menyediakan APAR di lokasi-lokasi yang mudah untuk dijangkai di Puskesmas Kerjo.b. Bersumber tidak tersedianya keterangan jalur evakuasi di lingkungan Puskesmas Kerjo. Penilaian risiko dari bahaya ini dengan probability : 2, frequency : 1, severity : 4 dan tingkat risiko high. Pengendalian bahaya dilakukan melalui metode rekayasa teknik dengan memasang keterangan jalur evakuasi pada beberapa dinding puskesmas.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulana. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pihak Puskesmas Kerjo sebagai upaya melindungi dan menjamin setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja. b. Kesehatan dan keselamatan kerja juga bertujuan untuk menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional. c. Manajemen risiko pada Puskesmas Kerjo dapat dilaksanakan dengan menggunakan HIRADC terdiri dari 3 langkah pelaksanaan yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko. d. Sumber bahaya yang dapat terjadi di Puskesmas Kerjo meliputi bahaya tercebur ke kolam ikan, bahaya terpeleset dan terjatuh, bahaya penularan penyakit infeksi, dan bahaya bencana.e. Pengendalian risiko pada Puskesmas Kerjo dapat dilaksanakan dengan metode rekayasa teknik, subtitusi, eliminasi, administrasi, dan penggunaan APD.

B. Saran 1. Perlu adanya tim khusus untuk menangani masalah manajemen risiko di Puskesmas Kerjo.2. Perluwaktu yang cukup panjang untuk melakukan manajemen risiko di Puskesmas Kerjodengan menggunakan HIRADC agar hasil dari pengendalian risiko lebih maksimal sehingga dapat diterapkan sesuai standar keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan.3. Hasil HIRADC sebaiknya dijadikan acuan pembuatan program keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan di Puskesmas Kerjo.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara, (2002), Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.Cipta Kridatama. 2010.Prosedur Idenifikasi Bahaya Penilaian dan PengendalianRisiko.Jakarta : PT. Cipta KridatamaRamli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian RakyaSumamur P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.PT. Toko Gunung Agung.Cetakan ketiga belas. Jakarta. Hal.82-93.Sumamur PK. 1993. Ergonomi untuk Produktifitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung.Sumamur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV Haji Masagung, jakarta.Suma'mur, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). 2009, Jakarta: Sagung SetoSyukri, Sahab. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber Daya ManusiaTarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA PRESS. Cetakan Pertama. Surakarta. Hal. 35; 97-101; Tarwaka. 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Harapan Press, Surakarta. Undang-undang No.1 tahun 1997 Tentang Tujuan Keselamatan Kerja

DOKUMENTASI

Kolam tidak memiliki pembatas yang cukup tinggi sehingga dapat membahayakan anak kecil

Air tergenang di pot tanaman sehingga memungkinkan timbulnya jentik nyamuk

Langit-langit yang bocor

Lantai kamar mandi rawat inap licinDinding kamar mandi tidak ada pegangan untuk tangan

Lantai bertingkat yang dapat menyebabkan kaki tersandung

Tangga yang terlalu curam

Anak tangga yang terlalu sempit, tinggi,dan tidak memiliki karet di ujungnya

Tangga tidak memiliki pegangan di sisinya

Tangga tidak memiliki pembatas samping sehingga dapat membahayakan orang yang berdiri di dekat tangga

Bed pasien tidak memiliki pembatas samping

18