Jilbab kodok eh, kedok

7

description

Insania Dewi X RPL 2

Transcript of Jilbab kodok eh, kedok

Page 1: Jilbab kodok eh, kedok
Page 2: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

2

Pagi hari di depan sekolah dari jarak beberapa meter ,Akta melihat Diana

melambaikan tangan. Akta pun membalas lambaian tangan Diana yang sudah

mulai mendekatinya. Setelah telah disamping Akta ,Diana langsung berkata.

“Gawat ta! Ada kasus baru nih!” Diana bicara berbisik ke Akta.

“Kasus apa?” Tanya akta penasaran.

“Ada yang baru saja memakai jilbab lagi di sekolah kita secara mendadak

sekali.”

“Bukannya itu berita bagus? Apa salahnya kalo memakai jilbab secara

mendadak? Apa kalo pake jilbab harus kasi pengumuman terlebih dahulu?

Aturan darimana itu?” Cerocos akta.

“Ta, kamu belum tau masalahnya. Kamu tau gak siapa yang lagi kita

bicarakan?” wajah Diana serius.

“Siapa?”

“Tena!”

Akta langsung menutup mulutnya.

Tena.. yang terkenal sering ke diskotek dan mabuk-mabukan itu? Ah, Akta

buru-buru menepis pemikiran buruk di pikirannya.

“Setiap orang berhak untuk moendapat hidayah, kan? Seburuk apapun masalalu

nya setiap orang pasti bisa berubah ,kita gak bisa menuduh yang tidak-tidak.”

Diana memotong perkataan Akta “Ta, andai saja kamu tau apa sebab dia

memakai jilbab.”

“Apa?”

“Kepalanya gundul. Tepatnya rambutnya acak-acakan ,lalu digundul sekalian.”

“Serius?”

“Dia dikerjain temannya saat tidak sadar ,mabuk ta.”

“Sudahlah , ini kan beritanya belum jelas kebenarannya, bisa jadi fitnah kalo

salah.”

Page 3: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

3

“Menurut ku enggak gitu, Ta.”

“Kok?”

“Kita sedang mencari solusi.”

“Solusi? Dari apa?”

“Yah, bisa jadi nantik orang berfikirnya jilbab dianggap sebagai penutup aib

saja. Bayangin aja nanti orang mikirnya jilbab untuk nutupin kepala yang

gundul.” cerocos Diana.

“Iya betul cantik. Tapi coba klarifikasi dulu. Jangan sampai kita udah capek-

capek ngebahas ternyata gak ada jelasnya. Hal yang Cuma sekedar gosip aja.

Payah, kan?”

“Kok gitu?”

“Pikir dong kalo Cuma karna gundul ,apa susahnya bagi Tena untuk membeli

wig model terbaru ,atau bisa memilih yang paling mirip dengan rambutnya.

Tena kan anak orang kaya.”

Diana terdiam, memikirkan kata-kata Akta ada benarnya juga.

Siang itu Akta benar-benar melihat Tena dengan jilbabnya. Gayanya sedikit

berubah dari biasanya, sekarang dia lebih sedikit pendiam dari biasanya. Dan

terlihat menyendiri dari teman-temannya yang lain.

Akta berusaha memperbanyak istighfar karena daritadi sudah banyak kalimat

atau perasangka buruk dari hati, kalimat-kalimat yang seperti menyalahkan

Tena.

“Eh, siapa tau sebenernya si Tena hamil kayak Heni.”

“Bisa jai dia dikerjain cowok-cowok yang ada di diskotek yang biasa dia

datangi”

“Sok alim dia!”

“Kurang ajar dia! Aku jugak berandal, tapi enggak pernah punya pikiran untuk

ngerusak nama baik islam seperti itu!”

“Pake pura-pura pake jilbab lagi!”

Page 4: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

4

Kalimat-kalimat itu tadi keluar dari dalam hati Akta. Dia segera memperbyak

istighfar dan membuang jauh-jauh pemikiran buruknya tersebut. Apalagi kata-

kata tadi disertai emosi. Bila diucapkan pasti meninggalkan bekas yang

mendalam.

“Ta..”

Akta menoleh

“Aku sudah tau kalau sumbernya benar.”

“Sudah Din, ngapain sih kamu selalu tertarik pada hal-hal yang berbau gosip?

Dosa din! Dosa! Sebisa mungkin kita tidak terlibat!” suara Akta meninggi.

Diana terdiam. Kata-kata Akta terasa sangat tajam baginya. Pelan-pelan air

matanya menetes. Akta tidak melihat reaksi itu karena pandangannya langsung

ditujukan ke arah langit.

Akta tidak menyadari apa yang terjadi.. dia tidak menyadari ada sesuatu

kesalahan yang besar yang baru saja dilakukannya.. sampai suara itu terdengar.

“Aku memang bodoh.. tidak pantas membantu dakwah. Selalu saja membuat

kesalahan.”

Akta membawa pandangan matanya turun ke ara suara dan meliat wajah

temannya yang berkacamata tebal dan juga mata yang sudah mendung.

Mendung yang sangat tebal.

“Lho.. kenapa Din?”

“Aku ingin ikut memikirkan dakwah, memikirkan jilbab yang sering

disalahgunakan.. aku bukanya senang menggosip.” Diana mulai terisak.

Akta menghembuskan nafas. Diucapkannya istighfar.

“Sudah..sudah..”

Meski dengan perasaan yang masih bingung, Akta memeluk Diana.

Page 5: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

5

“Maafin ya kalo ada kata-kata ku yang bikin kamu gak enak hati. Maaf banget.

Aku juga lagi prihatin kayak kamu. Kita sama din, please maafin aku ya?”

“Hey.. cewek-cewek... ngapain disitu? Ngapainpeluk-pelukan pake nangis

segala? Lagi latihan buat pemilihan pemain sinetron ya?”

Suara Anto membuat Diana langsung menghentikan isak tangisnya.

Melepaskan pelukan Akta dan berdiri membelakangi Anto. Mengusap air mata

dengan tisu yang disodorkan oleh Akta.

“Huuu.. dasar cewek-cewek.. hobby nangis aja dipelihara!”

Anto pun pergi meninggalkan Akta dan juga Diana, sanbil melakukan kebiasaan

nya yaitu menendang apasaja yang ada di depannya.

Hari demi hari terlewatkan, kasus Tena mulai terlupakan. Aada gosip yang lebih

baru untuk dibicarakan. Apalagi kalo bukan gosip tentang cowok keren yang

paten senyumnya dan keren mobilnya, atau cewek kece yang aduhai cantiknya

dan tebal kantongnya.

Gosip memang jarang bertahan lebih dari tiga minggu di sekolah ini. Gosip

tentang Tena terlah berlalu tapi belum di benak Akta.

Belum lama Akta membaca buku tentang perjuangan para muslimah saat

pertama kali meminta izin untuk pemakaian jilbab di lingkungan sekolah.

Banyak cerita yang dihasilkan dari perjuangan mereka, dari dikeluarkan dari

sekolah ,sampai yang berhadapan dengan hakim didepan pengadilan. Saat itu

pengguna jilbab masih dipandang aneh, bahkan ada yang menganggap jilbab

merupakan bagian dari aliran sesat dalam islam. Padahal jilbab adalah salah satu

perintah Allah.

Sekarang.. setelah semuanya mudah.. setelah penutupan aurat mendapat banyak

dukungan.. mengapa malah begini jadinya?

Page 6: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

6

Jilbab dijadikan simbol kemunafikan oleh sebagian orang.. sebagian lain

menganggap sebagai sekedar mode.. sebagian lagi Cuma sebagai pakaian resmi

ketika pengajian.

Tak jarang Akta melihat perempuan yang bermanja dengan teman pria nya di

tempat-tempat umum. Ada juga seorang siswi SMP yang melepas jilbabnya di

pinggir jalan raya lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia menggulung lengan

baju atasnya dan menaikkan roknya hingga sebatas lutut lalu berjalan dengan

muka yang sangat lega.

Apakah memakai jilbab Cuma dengan paksaan peraturan sekolah saja? Atau

Cuma sekedar di hadapan orang tuanya saja?

Akta ingat saat pertama kali memutuskan untuk menutup auratnya secara

sempurna. Sepenuh kesadaran dipakainya baju panjang dan jilbab. Ditengah

hawa panas pada masa adaptasi.

Bukti demi bukti dia dapatkan, bahwa menutup aurat adalah sebuah karunia.

Karunia yang diberikan Allah untuk semua umatnya. Semua peraturan Allah

adalah demi kebaikan umat manusia.

Hati dan pikiran Akta lebih sibuk bekerja belakangan ini.

Untuk sebuah fokus masalah, JILBAB.

Belum ada satu bulan kemudian, Tena telah melepaskan jilbabnya. Bajunya..

aksesorinya.. gayanya.. kembali semula. Teriakan centil, kebiasaan membawa

majalah yang aneh-aneh terbitan luar negri, kesukaannya menyanyi dengan

suara keras di kamar mandi, juga di tempat lain juga dilakukannya.

Tidak smapai sebulan,Tena sudah berubah penampila. Model rambutnya baru.

Rambutnya tidak lagi lurus tebal dan terurai. Sepertinya rambut palsu. Mungkin

benar kalau dia pernah digunduli, batin Akta.

Namun tidak ada reaksi dari sekeliling. Tak ada yag bicara. Tak ada komentar.

Seperti semua itu sudah biasa.

Page 7: Jilbab kodok eh, kedok

Jilbab Kodok.. Ehh, Kedok!

7

Peraturan sekolah tidak melarang. Peringatan guru agama.. himbauan ulama di

berbagai media Cuma dianggap sebagai barang asongan yang lewat.

Norma masyarakat tak ada yang membicarakan Tena. Aurat.. dibuka pun

banyak yang mengagumi. Menutup pun banyak mencela. Menutup aurat

dipandang perbuatan suka-suka. Boleh menutup lalu melepasnya.. melepas

kemuadian menutup lagi. Tergantung situasi dan kepentingannya.

Setidaknya,begitulah yang dilakukan oleh sebagian artis di layar kaca.

Saat ini malu di artikan seperti, malu ketika tidak punya pacar, malu ketika

tidak ada uang untuk nonton film terbaru, malu ketika tidak punya baju yang

bagus, malu ketika tidak bisa mengikuti tren kehidupan.

Dan.. kenyataan nya tentang jilbab yang melebihi kasus Tena masih terus saja

terjadi. Makin bermacam-macam jenisnya.

Padahal jilbab bukan sekedar simbol tetapi karunia dari Allah untuk setiap

umatnya...