Jawab Analisis Ske D Blok 11

4
1a. Anatomi tonsil Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil faring (adenoid), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s tonsil). Permukaan sebelah dalam tonsil atau permukaan yang bebas, tertutup oleh membran epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat. Epitel ini meluas ke dalam kantung atau kripta yang membuka ke permukaan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsil, daerah yang kosong di atasnya dikenal sebagai fossa supratonsil. Bagian luar tonsil terikat longgar pada m.konstriktor faring superior, sehingga m.palatofaringeus juga menekan tonsil. Tonsil mendapat perdarahan dari cabang – cabang arteri karotis interna. Vena – vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Perdarahan adenoid berasal dari arteri maksila interna, disamping memperdarahi adenoid pembuluh darah ini juga memperdarahi sinus sphenoid. 4a. Interpretasi Keadaan umum : menunjukkan keadaan pasien lemah denga tingkat kesadaran yang baik Vital Sign : Nadi : 112x/menit → Takikardi, Normal : 60 – 100x/menit Temperatur : 38,5 o C → Febris, Normal : 37,8 o C

Transcript of Jawab Analisis Ske D Blok 11

Page 1: Jawab Analisis Ske D Blok 11

1a. Anatomi tonsil

Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Cincin

Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil

palatina (tonsil faucial), tonsil faring (adenoid), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil

tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s tonsil).

Permukaan sebelah dalam tonsil atau permukaan yang bebas, tertutup oleh membran

epitel skuamosa berlapis yang sangat melekat. Epitel ini meluas ke dalam kantung atau kripta

yang membuka ke permukaan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fossa tonsil, daerah

yang kosong di atasnya dikenal sebagai fossa supratonsil. Bagian luar tonsil terikat longgar

pada m.konstriktor faring superior, sehingga m.palatofaringeus juga menekan tonsil.

Tonsil mendapat perdarahan dari cabang – cabang arteri karotis interna. Vena – vena

dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Perdarahan

adenoid berasal dari arteri maksila interna, disamping memperdarahi adenoid pembuluh

darah ini juga memperdarahi sinus sphenoid.

4a. Interpretasi

Keadaan umum : menunjukkan keadaan pasien lemah denga tingkat kesadaran yang baik

Vital Sign :

Nadi : 112x/menit → Takikardi, Normal : 60 – 100x/menit

Temperatur : 38,5oC → Febris, Normal : 37,8oC

Pemeriksaan leher : Teraba pembesaran kelenjar submandibular sebelah kanan → Abnormal

Mekanisme

Infeksi bakteri atau virus → pengeluran zat mediator peradangan (IL-1, IL-6, TNFα) →

perubahan set point di hipotalamus → demam

Demam → metabolisme tubuh meningkat → kebutuhan oksigen meningkat → takikardi

6b. Manifestasi klinis

Selain gejala dan tanda tosilitis akut, juga terdapat odinofagia (nyeri menelan) yang

hebat, biasanya pada sisi yang sama juga terjadi nyeri telinga (otalgia), mungkin terdapat

muntah (regurgitasi), mulut berbau (foetor ex ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara

gumam (hot potato voice) dan kadang – kadang sukar membuka mulut (trismus), serta

pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.

Page 2: Jawab Analisis Ske D Blok 11

13. Tatalaksana preventif

Penatalaksanaan yang umum dikenal untuk peritonsil adalah insisi, drainase dan terapi

antibiotika, diikuti oleh tonsilektomi beberapa minggu kemudian.

Terapi antibiotika

Antibiotika pada gejala awal diberikan dalam dosis tinggi disertai obat simptomatik,

kumur – kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin pada leher (untuk mngendurkan

tegangan otot). Penisilin dan sefalosporin (generasi pertama kedua atau ketiga) biasanya

merupakan obat pilihan. Penisilin dapat digunakan pada penderita abses peritonsil yang

diperkirakan disebabkan oleh kuman Staphylococcus. Metronidazol merupakan antimikroba

yang sangat baik untuk infeksi anaerob. Tetrasiklin merupakan antimikroba alternatif yang

sangat baik bagi orang dewasa, meskipun klindamisin saat ini dipertimbangkan sebagai

antibiotik pilihan untuk menangani bakteri yang memproduksi beta laktamase.

Insisi dan drainase

Abses peritonsil merupakan suatu indikasi tindakan yang juga disebut intraoral

drainase. Tujuan utama tindakan ini adalah mendapatkan drainase abses yang adekuat dan

terlokalisir secara cepat. Lokasi insisi biasanya dapat diidentifikasi pada pembengkakan di

daerah pilar – pilar tonsil atau dipalpasi pada daerah paling berfluktuasi. Insisi diperdalam

dengan klem dan pus yang keluar langsung dihisap dengan menggunakan alat penghisap.

Tindakan ini penting dilakukan untuk mencegah aspirasi yang dapat mengakibatkan

timbulnya pneumotitis. Setelah cukup banyak pus yang keluar dan lubang insisi yang cukup

besar, penderita kemudian disuruh berkumur dengan antiseptik dan diberi terapi antibiotika.

Umumnya setelah drainase terjadi, rasa nyeri akan segera berkurang.

Drainase dengan aspirasi jarum

Tindakan dilakukan menggunakan semprit 10 ml dan jarum no. 18 setelah pemberian

anestesi topikal dan infiltrasi anestesi lokal. Lokasi aspirasi pertama adalah pada titik atau

daerah paling berfluktuasi atau pada tempat pembengkakan maksimum. Bila tidak ditemukan

pus, aspirasi kedua dapat dilakukan 1 cm di bawahnya atau bagian tengah tonsil.

Tonsilektomi

Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses peritonsil, bervariasi :

1. Tonsilektomi a chaud : dilakukan segera atau bersamaan dengan drainase abses

Page 3: Jawab Analisis Ske D Blok 11

2. Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3 – 4 hari setelah insisi dan drainase

3. Tonsilektomi a froid : dilakukan 4 – 6 minggu setelah drainase.