IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah...

23
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kecamatan Arjasari terdiri dari 11 desa yaitu Lebakwangi, Batukarut, Baros, Wargaluyu, Mekarjaya, Arjasari, Mangunjaya, Pinggirsari, Rancakole, Ancolmekar, dan Patrolsari dengan luas wilayah kecamatan yaitu 4.935,30 hektar. Letak geografis desa tersebut adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Baleendah, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacet, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banjaran, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciparay (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017). Tabel 3. Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Arjasari No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Hektar) Persentase Luas Wilayah (%) 1 Batukarut 177,8 3,6 2 Mangunjaya 367,2 7,44 3 Mekarjaya 322 6,52 4 Baros 419,7 8,5 5 Lebak Wangi 316,7 6,42 6 Wargaluyu 463 9,38 7 Arjasari 768,8 15,58 8 Pinggirsari 871 17,65 9 Patrolsari 547,8 11,09 10 Rancakole 307,8 6,24 11 Ancolmekar 373,5 7,58 Jumlah 4.935,30 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017 Pusat Kecamatan Arjasari berada di Desa Pinggirsari. Kecamatan tersebut dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar dua jam dari Kota Bandung atau satu jam dari Ibu Kota Kabupaten Bandung, Soreang. Prasarana transportasi berupa jalan di

Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah...

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Kecamatan Arjasari terdiri dari 11 desa yaitu Lebakwangi, Batukarut,

Baros, Wargaluyu, Mekarjaya, Arjasari, Mangunjaya, Pinggirsari, Rancakole,

Ancolmekar, dan Patrolsari dengan luas wilayah kecamatan yaitu 4.935,30 hektar.

Letak geografis desa tersebut adalah sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Baleendah, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pacet, sebelah Barat

berbatasan dengan Kecamatan Banjaran, sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamatan Ciparay (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017).

Tabel 3. Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Arjasari

No Desa/Kelurahan Luas Wilayah

(Hektar)

Persentase Luas

Wilayah (%)

1 Batukarut 177,8 3,6

2 Mangunjaya 367,2 7,44

3 Mekarjaya 322 6,52

4 Baros 419,7 8,5

5 Lebak Wangi 316,7 6,42

6 Wargaluyu 463 9,38

7 Arjasari 768,8 15,58

8 Pinggirsari 871 17,65

9 Patrolsari 547,8 11,09

10 Rancakole 307,8 6,24

11 Ancolmekar 373,5 7,58

Jumlah 4.935,30 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017

Pusat Kecamatan Arjasari berada di Desa Pinggirsari. Kecamatan tersebut

dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar dua jam dari Kota Bandung atau satu jam

dari Ibu Kota Kabupaten Bandung, Soreang. Prasarana transportasi berupa jalan di

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Kecamatan Arjasari relatif baik. Wilayah-wilayah yang berada di area Kecamatan

Arjasari dihubungkan oleh jalan Banjaran-Pinggirsari. Wilayah Kecamatan

Arjasari merupakan daerah yang memiliki topografi daerah dataran dan

lereng/punggung bukit dengan ketinggian antara 600-950 meter dpl. Luas wilayah

menurut penggunaannya, luas tanah sawah di Kecamatan Arjasari seluas 1.370,60

hektar dan luas lahan non sawah seluas 3.564,70 hektar. Lahan sawah merupakan

lahan yang dipakai sebagai persawahan, sedangkan lahan non sawah terdiri dari

lahan pertanian bukan sawah (2.744 hektar) seperti peternakan, hutan rakyat, kebun

dan sebagainya serta lahan non pertanian (820,70 hektar) seperti industri,

perumahan, dan perkantoran. Berdasarkan kondisi tersebut, masyarakat di wilayah

Kecamatan Arjasari sangat bergantung pada sektor pertanian dan peternakan.

4.1.2 Keadaan Penduduk Daerah Penelitian

Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (2017) mencatat bahwa

jumlah penduduk Arjasari ada sebanyak 100.064 orang dengan total kepala

keluarga yaitu 28.994. Mayoritas masyarakat disana bermata pencaharian sebagai

buruh tani yaitu sebanyak 14.093 orang atau 30,19% dari total warga yang tercatat

bekerja yaitu 46.675 orang. Mata pencaharian utama lainnya adalah pertanian, jasa

dan peternakan. Adapun produk unggulan Arjasari adalah palawija, sayuran, ternak

ayam, dan sapi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa masyarakat di wilayah

Kecamatan Arjasari sangat menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Tabel 4 . Mata Pencaharian Pokok Penduduk Kecamatan Arjasari

No Mata Pencaharian Jumlah

Orang %

1 Pertanian Bahan Makanan 11.021 23,61

2 Perkebunan 1.117 2,39

3 Peternakan 4.670 10,01

4 Kehutanan 2.740 5,87

5 Buruh Tani 14.093 30,19

6 Industri pengolahan 1.329 2,85

7 Bangunan 1.112 2,38

8 Perdagangan 4.652 9,97

9 Jasa 4.780 10,24

10 Lain-lain 1.161 2,49

Jumlah 46.675 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017

Mayoritas masyarakat di sana termasuk dalam golongan usia produktif

dengan jumlah 63.085 orang atau 63% dari jumlah penduduk. Umur produktif

kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang untuk bekerja

secara optimal.

Tabel 5. Komposisi Umur Masyarakat Kecamatan Arjasari

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

Orang %

1 0 – 14 32.003 31,98

2 15 – 64 63.085 63,04

3 >65 4.976 4,97

Jumlah 100.064 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017

Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi mayoritas masyarakat di Arjasari

hanya menempuh pendidikan sampai tamat SD dengan jumlah 33.678 orang.

Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada masa lalu yang

belum memungkinkan untuk dapat melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

tinggi, selain itu juga karena terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan

tersebut. Untuk jelasnya dapat dilihat di Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi Tingkat Pendidikan Masyarakat Kecamatan Arjasari

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang %

1 Tidak sekolah 10.441 13,24

2 SD Sederajat 33.678 42,69

3 SMP Sederajat 19.488 24,70

4 SMA Sederajat 13.044 16,54

5 Perguruan Tinggi 2.235 2,83

Jumlah 78.886 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017

1.1.3 Keadaan Peternakan di Kecamatan Arjasari

Ternak yang dipelihara oleh penduduk di Kecamatan Arjasari terdiri dari

ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak besar terdiri dari sapi potong, sapi

perah, kerbau, dan kuda. Ternak kecil terdiri dari kambing dan domba serta ternak

unggas terdiri dari ayam buras, ayam petelur, ayam pedaging dan itik. Adapun

keadaan peternakan secara umum dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Keadaan Peternakan di Kecamatan Arjasari.

No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

1 Sapi Potong 341

2 Sapi Perah 1.363

3 Kerbau 230

4 Kuda 20

5 Kambing 58

6 Domba 20.979

7 Ayam Buras 57.770

8 Ayam Petelur 13.880

9 Ayam Pedaging 3.077.102

10 Itik 10.431

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, 2017

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Tabel 7 memperlihatkan bahwa ternak yang populasinya paling banyak di

Kecamatan Arjasari yaitu ayam pedaging sebanyak 3.077.102 ekor. Hal tersebut

dikarenakan pemeliharaannya yang lebih mudah dibandingkan dengan ternak

lainnya. Jenis ternak kedua yang paling banyak dipelihara oleh penduduk di

Kecamatan Arjasari yaitu Ayam Buras sebanyak 57.770 ekor. Salah satu ayam

buras yang dipelihara oleh masyarakan di wilayah tersebut yaitu ayam pelung.

Populasi ternak yang selanjutnya banyak dipelihara hingga yang sedikit

populasinya yaitu ternak domba sebanyak 20.979 ekor, ayam petelur sabanyak

13.880 ekor, itik sebanyak 10.430 ekor, sapi perah sebanyak 1.363 ekor, sapi

potong sebanyak 340 ekor, kerbau sebanyak 230 ekor, kambing sebanyak 58 ekor

dan kuda sebanyak 20 ekor. Berdasarkan data populasi ternak pada Tabel 7, jumlah

populasai ayam buras di Kecamatan Arjasari terbilang banyak. Banyaknya jumlah

tersebut dapat diakibatkan oleh kegemaran peternak untuk memelihara ternak ayam

buras.

Salah satu jenis ayam buras yang digemari di Kecamatan Arjasari yaitu jenis

ayam pelung. Terdapat tiga sistem pemeliharaan ayam pelung yang dilakukan oleh

masyarakat didaerah tersebut yaitu sistem intensif, semi intensif dan diumbar atau

ekstensif. Sebagian besar masyarakat yang beternak ayam pelung di kecamatan

Arjasari tergabung didalam ke dalam HIPPAPI. Mereka ikut tergabung ke dalam

HIPPAPI dengan motif yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya yaitu untuk

mendapatkan informasi, sebagai media menjual ayam pelung, ingin tercatat atau

diakui dan juga ada yang hanya direkrut oleh peternak yang lain. Suatu motif dari

diri seseorang merupakan suatu alasan yang terikat dengan tujuan yang berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dialami untuk melakukan sesuatu. Sesuai dengan

pendapat Martaniah (1982) bahwa motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat

bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakan

serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu. Mayoritas peternak ikut

berorganisasi dikarenakan ingin tercatat di dalam organisasi HIPPAPI (Lampiran

3). Menurut Giddens (1991) motif dapat berfungsi sebagai impuls atau dorongan

yang memberi energy pada tindakan manusia perilaku kearah pemuasan kebutuhan.

4.2 Identitas Responden

4.2.1 Umur Responden

Umur dapat mempengaruhi keaktifan dan pola pikir seorang peternak dalam

menilai suatu kegiatan yang dilakukan. Peternak yang berusia muda biasanya

cenderung lebih aktif dan memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap suatu

kegiatan. Hal tersebut dikarenakan tenaga yang dimiliki oleh peternak berusia muda

relatif lebih banyak dibandingkan dengan peternak yang berusia tua. Umur peternak

yang menjadi responden berkisar antara 25 – 69 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Umur Peternak Responden

NO Kelompok umur (tahun) Jumlah

Orang %

1 15 – 64 22 88

2 >65 3 12

Jumlah 25 100

Dari Tabel 8 terlihat bahwa usia 25 – 59 mencapai 84%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif. Menurut

Badan Pusat Statisti (BPS) penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia

15-64 tahun. Peternak yang berusia produktif cenderung memiliki fisik yang lebih

kuat dibandingkan dengan peternak yang berumur >60 tahun. Umur produktif

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan fisik peternak untuk bekerja

secara optimal. Sesuai dengan pendapat Bakir (2000), bahwa sampai tingkat umur

tertentu kemampuan fisik manusia akan semakin tinggi sehingga produktifitas

meningkat, tetapi semakin bertambahnya umur maka kemampuan fisik akan

semakin menurun demikian juga dalam melaksanakan suatu kegiatan.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor pelancar pembangunan pertanian kerena

dengan perantaraan pendidikan, petani akan lebih mengenal pengetahuan,

keterampilan dan cara baru dalam melakukan kegiatan (Mosher, 1981) .Tingkat

pendidikan responden sebagian besar tamat SMA . Untuk jelasnya dapat dilihat di

Tabel 9

Tabel 9. Tingkat Pendidikan formal Responden

NO Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang %

1 SD/MI 7 28

2 SMP/MTs 8 32

3 SMA/SLTA/MA 10 40

Jumlah 25 100

Tingkat pendidikan responden yang sebagian besar adalah tamat SMA

(40%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden pada umumnya menjalani

pendidikan sampai tingkat SMA dan kemungkinan memiliki kemampuan untuk

menyerap suatu informasi dengan baik. Sesuai dengan pendapat Padmowiharjo

(2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka pola pikir juga akan

semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima inovasi yang

disampaikan.

Tingkat pendidikan responden tersebut akan berimplikasi pada tinggi atau

rendahnya persepsi responden dalam memahami suatu kegiatan sehingga

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

berdampak pada tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan. Sesuai dengan pendapat

Krech (1982) bahwa kognisi yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi individu, dibentuk antara lain oleh kemampuan intelektualnya. Sejalan

dengan pendapat tersebut, pendapat Rakhmat (1996) bahwa seseorang yang

memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi akan memiliki motivasi yang lebih

tinggi serta wawasan yang lebih luas dalam menganalisa suatu kejadian.

4.2.4 Pengalaman Beternak

Selain umur dan tingkat pendidikan, pengalaman beternak menentukan

tindakan yang akan dilakukan. Hal ini seperti yang dikemukakan Mosher (1981)

bahwa manusia dapat belajar dari pengalamannya, demikian pula peternak dapat

belajar dari pengalaman beternak pada masa yang lalu. Pengalaman beternak

responden berkisar 1-36 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengalaman Beternak Ayam Pelung Responden

No Pengalaman Beternak

(Tahun)

Jumlah

Orang %

1 1 – 10 9 36

2 11 – 20 10 40

3 21 – 30 4 16

4 >31 2 8

Jumlah 25 100

Tabel 10 memperlihatkan bahwa pada umumnya banyak responden yang

memiliki pengalaman beternak dibawah sepuluh tahun dengan jumlah 36%, dimana

peternak tersebut merupakan pendatang baru yang masih mecari informasi-

informasi mengenai beternak ayam pelung. Sedangkan responden yang

berpengalaman diatas sepuluh tahun mencapai 64%. Dengan pengalaman yang

dimiliki, peternak kemungkinan akan lebih mengetahui mengenai informasi-

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

informasi berkaitan dengan beternak ayam pelung berdasarkan pengalaman yang

dialami.

4.2.5 Jumlah Ternak

Besar kecilnya jumlah ternak yang dimiliki akan berpengaruh terhadap

besar kecilnya waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha peternakan.

Jumlah ternak yang dimiliki kemungkinan akan mempengaruhi pola pikir dari para

peternak, karena didalam dunia peternakan ayam pelung semakin banyak ternak

ayam pelung yang dimiliki menjadi juara maka semakin banyak pula manfaat yang

akan didapatkan oleh para peternak

Tabel 11. Jumlah Ternak Ayam Pelung Responden

No Jumlah Ternak Ayam Pelung Jumlah

Orang %

1 1 – 10 12 48

2 >11 13 52

Jumlah 25 100

Tabel 11 memperlihatkan bahwa pada umumnya responden memiliki

jumlah kepemilikan ternak sebanyak lebih dari 11 ekor (52%) dan sebagian

kecilnya hanya memelihara dibawah 10 ekor (48%). Jumlah tersebut dikarenakan

usaha ternak ayam pelung merupakan hanya usaha sampingan karena ayam tersebut

dimanfaatkan sebagai hewan hiburan (fancy). Selain itu faktor penyakit juga

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah ternak yang dimiliki.

Terdapat beberapa responden yang mengaku ayam yang mereka miliki mati

serentak dan hanya menyisakan beberapa ekor saja. Hal tersebut dikarenakan ayam

yang mereka miliki terserang penyakit yang diakibatkan oleh perubahan cuaca yang

ekstreme. Salah satu penyakit ayam pelung yang diakibatkan oleh perubahan cuaca

yaitu penyakit snot. Menurut Hinz (1981) Infeksius coryza (Snot) merupakan

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

penyakit pernafasan bagian atas pada unggas, terutama ayam, yang bersifat akut.

Penyebaran penyakit dalam kandang sangat cepat, baik secara kontak langsung

dengan ayam-ayam sakit, maupun tidak langsung melalui air minum, udara, dan

peralatan yang tercemar.

4.3 Persepsi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung

Persepsi merupakan pandangan yang dimiliki peternak terhadap kegiatan

kontes ayam pelung. Penilaian persepsi responden dibedakan menjadi 3 kategori

yaitu tinggi, sedang, rendah. Kategori persepsi responden terhadap kegiatan kontes

ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kategori Persepsi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung

Tabel 12 memperlihatkan bahwa persepsi yang dimiliki oleh responden

mayoritas berada dikategori sedang (80%). Persepsi tersebut menunjukkan bahwa

responden memiliki pandangan yang positif terhadap kegiatan kontes ayam pelung.

Persepsi tersebut terbentuk berdasarkan pengetahuan dan sikap peternak terhadap

kegiatan kontes ayam pelung. Pengetahuan dan sikap responden terhadap kegiatan

kontes ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 13

Tabel 13. Rekapitulasi Persepsi Responden terhadap Kontes Ayam Pelung

No Uraian

Kategori

Tinggi Sedang Rendah

..............................%..........................

1 Pengetahuan 4 68 28

2 Sikap 56 44 0

No Kategori Persepsi Jumlah

Orang %

1 Tinggi 4 16

2 Sedang 20 80

3 Rendah 1 4

Jumlah 25 100

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Tabel 13 memperlihatkan bahwa mayoritas pengetahuan yang dimiliki

responden termasuk kategori sedang (68%) dan sikap yang dimiliki responden

termasuk kategori tinggi (56%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya

responden memiliki sikap yang positif terhadap kegiatan kontes ayam pelung.

Selain itu pengetahuan yang dimiliki oleh peternak sudah baik. Namun responden

masih memerlukan informasi yang lebih lengkap terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan kontes ayam pelung. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

pengetahuan dan sikap, diuraikan sebagai berikut:

4.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu peternak berdasarkan pengalaman yang

dirasakan melalui pengindraan terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Pengetahuan

merupakan bagian yang membentuk persepsi peternak terhadap kegiatan kontes

ayam pelung.

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa pengetahuan responden sebagian

besar termasuk kategori sedang (68%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup baik namun masih

perlu adanya pemberian informasi yang lebih kepada para peternak ayam pelung.

Pengetahuan yang dimiliki peternak ayam pelung tersebut teridentifikasi dari

beberapa indikator yaitu pengetahuan mengenai persiapan mengikuti kontes ayam

pelung, kategori penilaian pada kontes ayam pelung, penilaian suara ayam pelung

(suara awal, tengah dan akhir), penilaian penampilan ayam pelung, bagian-bagian

yang dinilai pada penilaian penampilan ayam pelung, tingkatan wilayah

penyelenggaraan kontes ayam pelung, peraturan-peraturan umum yang ada didalam

kontes ayam pelung, hadiah yang diberikan pada kontes ayam pelung, manfaat

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

adanya penyelenggaraan kontes ayam pelung dan sifat-sifat yang harus dimiliki

seorang juri. Pengetahuan responden mengenai kontes dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengetahuan Responden Mengenai Kontes Ayam Pelung

No Uraian

Uraian

Tinggi Sedang Rendah

.....................%......................

1 Persiapan mengikuti kontes ayam pelung 20 56 24

2 Kategori penilaian di kontes ayam pelung 96 4 0

3 Penilaian suara 12 72 16

4 Penilaian penampilan ayam pelung 4 56 40

5 Tingkatan wilayah penyelenggaraan kontes

ayam pelung

72 12 16

6 Peraturan-peraturan umum yang ada

didalam kontes ayam pelung

16 72 12

7 Manfaat adanya kontes 16 20 64

8 Sifat juri 16 40 44

Tabel 14 menampilkan bahwa pengetahuan responden yang termasuk

kedalam kategori tinggi hanya pada pengetahuan mengenai kategori penilaian di

kontes ayam pelung (96%) dan mengenai tingkatan wilayah penyelenggaraan

kontes ayam pelung (72%). Mayoritas responden sudah mengetahui bahwa kategori

penilaian yang ada pada kontes ayam pelung terdiri dari tiga penilaian yaitu

penilaian suara, penampilan, dan bobot ayam. Selain itu responden juga sudah

sangat mengetahui tingkatan penyelenggaraan kontes ayam pelung yang dibedakan

berdasarkan tingkatan wilayah yaitu tingkat nasional, regional dan lokal.

Beberapa pengetahuan responden yang termasuk kategori sedang yaitu

mengenai persiapan mengikuti kontes ayam pelung (56%), penilaian suara (72%),

penilaian penampilan ayam pelung (56%), dan peraturan-peraturan umum yang ada

di dalam kontes ayam pelung (72%). Mayoritas responden telah mengetahui dan

melakukan persiapan sebelum mengikuti kegiatan kontes ayam pelung, namun

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

terdapat juga beberapa peternak yang belum melakukan persiapan yang matang.

Beberapa persiapan yang dilakukan peternak yaitu mempersiapkan kondisi

kesehatan ayam pelung, memberikan jamu-jamuan atau makanan khusus serta

menyiapkan uang pendaftaran. Responden juga sudah mengetahui mengenai

peraturan-peraturan umum yang ditetapkan pada kontes ayam pelung. Peraturan-

peraturan tersebut yaitu tidak boleh mendekati ajeng melebihi batas yang telah

ditetapkan, tidak oleh mengeluarkan kata-kata kasar terhadap juri dan peternak lain,

tidak boleh memprotes hasil penilaian juri, dan tidak boleh melakukan kecurangan.

Pengetahuan mengenai penilaian suara ayam pelung pada kontes juga sudah

diketahui. Mereka mengetahui Ayam yang diikutsertakan akan dinilai kualitas

suaranya. Suara ayam pelung tersebut dinilai berdasarkan bagian suara awal,

tengah, akhir serta irama dan keserasian nada yang dihasilkan. Pada bagian suara

awal memiliki karakteristik suara yang berirama panjang, bersuara bersih, jelas

terdengar dan bertekanan. Pada bagian suara tengah memiliki karakteristik

mengalun panjang, merdu, halus dan terdapat bitu atau cengkok. Pada bagian suara

akhir memiliki karakteristik suara bersih panjang, tidak terputus dan berakhiran -

ooooong dan -oooook.

Selanjutnya responden juga telah mengetahui penilaian penampilan di

kontes ayam pelung, namun tidak sedikit pula responden yang krang

pengetahuannya mengenai penilaian penampilan. Hal tersebut kemungkinan

dikarenakan banyak peternak lebih terfokus kepada penilaian suara dibandingkan

dengan penilaian penampilan sehingga kurang begitu memperhatikan penilaian

penampilan yang dilakukan pada kontes. Ayam pelung yang dikonteskan akan

dinilai seluruh tampilan bagian luar tubuh ayam pelung. Bagian-bagian yang dinilai

yaitu bagian kepala, badan, kaki dan bulu. Penilaian pada bagian kepala meliputi

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

jengger, mata, paruh, dan leher. Penilaian pada bagian badan meliputi bentuk

badan, tembolok dan sayap. Penilaian pada bagian bulu meliputi warna bulu, corak

bulu, dan kebersihan bulu. Selanjutnya penilaian kaki meliputi bagian taji, panjang

kaki, warna kaki dan kuku.

Beberapa pengetahuan responden yang termasuk kategori rendah yaitu pada

pengetahuan peternak mengenai manfaat adanya penyelenggaraan kontes ayam

pelung (64%) dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang juri (64%).

Kurangnya pengetahuan responden kemungkinan dikarenakan responden beternak

ayam pelung hanya sebagai hobi yang mengakibatkan mereka hanya senang dengan

memelihara ayam pelung dan kurang ikutserta pada kegiatan kontes ayam pelung.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah faktor

kesibukan yang mengakibatkan jarangnya diadakan perkumpulan sehingga

sosialisasi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontes tidak

tersampaikan secara benar.

Mayoritas responden kurang mengetahui mengenai manfaat kontes ayam

pelung, namun ada pula peternak yang sudah mengetahui manfaat kontes ayam

pelung. Responden yang kurang mengetahui manfaat kontes ayam pelung

kemungkinan dikarenakan peternak hanya merasa bahwa manfaat yang diberikan

ketika ikut kontes yaitu hanya sebagai penyalur hobi atau hanya sebagai tempat

menjual atau membeli ayam pelung. Padahal mengikuti kontes ayam pelung

memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat mengikuti kontes ayam pelung yaitu

sebagai media promosi ayam pelung, meningkatkan nilai jual, terjalinnya

pertukaran ilmu antar peternak dan bisa mendapatkan hadiah berupa trofi, uang

pembinaan, sertifikat dan doorprize.

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Selain manfaat kontes, mayoritas responden kurang mengetahui sifat-sifat

yang harus dimiliki oleh seorang juri. Kebanyakan responden hanya mengetahui

bahwa juri harus bersifat jujur. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan peternak

masih meragukan kejujuran dari penilaian juri pada kontes ayam pelung sehingga

mempengaruhi pemikiran mereka bahwa seorang juri haruslah jujur. Padahal

terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh juri

pada kontes ayam pelung yaitu jujur, bertanggung jawab, mampu membandingkan

kualitas tiap ayam dalam bentuk nilai sesuai dengan sistem penilaian dan mampu

berkonsentrasi secara baik dalam melaksanakan tugas.

4.3.2 Sikap

Menurut Ajzen dan Fishben (1970) sikap merupakan suatu kecenderungan

untuk secara konsisten memberikan tanggapan menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap suatu objek. Kecenderungan tersebut merupakan hasil

belajar, bukan pembawaan/keturunan. Sikap peternak merupakan respon tertutup

yang ada didalam diri peternak terhadap kegiatan kontes ayam pelung berdasarkan

pengalaman yang dialami.

Berdasarkan Tabel 13 dapat terlihat bahwa sikap atau tanggapan responden

terhadap kontes ayam pelung pada umumnya termasuk kedalam kategori tinggi

(56%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki sikap atau

tanggapan yang tinggi terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Kategori tinggi

tersebut dapat diketahui berdasarkan sikap setuju responden terhadap indikator-

indikator yang dijadikan sebagai penilaian sikap yang dimiliki responden terhadap

kontes ayam pelung. Sikap responden terhadap kontes ayam pelung dapat dilihat

pada Tabel 15.

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Tabel 15. Sikap Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung

No Uraian

Uraian

Setuju Ragu Tidak

Setuju

............................%.......................

1 Tanggapan mengenai tujuan

memelihara ayam pelung untuk

menjadi pemenang kontes.

72 0 28

2 Tanggapan mengenai manfaat

kontes ayam pelung untuk

memasarkan ayam pelung.

88 4 8

3 Tanggapan mengenai sistem yang

ada dikontes ayam pelung 84 16 0

4 Tanggapan mengenai kondisi

keadaan kontes ayam pelung 44 36 20

5 Tanggapan mengenai hadiah yang

diberikan. 68 12 20

6 Tanggapan mengenai fasilitas yang

ada didalam kontes ayam pelung 88 4 4

7 Tanggapan mengenai juri 52 28 20

8

Tanggapan mengenai ayam pelung

yang menjadi juara tidak boleh

dijual

44 16 40

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa pada umumnya responden

memiliki sikap yang setuju terhadap semua indikator yang dijadikan sebagai

penilaian sikap responden. Penilaian sikap responden yang diteliti yaitu tanggapan

mengenai tujuan memelihara ayam pelung untuk menjadi pemenang kontes,

manfaat kontes ayam pelung, sistem yang ada dikontes ayam pelung, kondisi

keadaan kontes ayam pelung, hadiah, juri, fasilitas dan tanggapan mengenai ayam

pelung yang tidak boleh dijual.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai tujuan memelihara ayam

pelung untuk menjadi pemenang kontes (60%). Mayoritas dari responden tersebut

beranggapan bahwa mendapatkan juara pada kontes merupakan target yang ingin

mereka capai karena mereka akan mendapatkan keuntungan apabila hal tersebut

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

terjadi. Salah satu keuntungan yang akan mereka dapatkan yaitu meningkatkan

harga jual ayam pelung yang mereka miliki. Namun terdapat pula responden yang

menanggapi tidak setuju mengenai tujuan memelihara ayam pelung untuk menjadi

pemenang kontes. Responden yang menanggapi tidak setuju tersebut beranggapan

bahwa memelihara ayam pelung hanya sebagai hiburan saja sehingga hanya merasa

puas dengan hanya memelihara ayam pelung.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai manfaat kontes untuk

memasarkan ayam pelung yang mereka miliki (64%). Responden beranggapan

bahwa kontes ayam pelung merupakan tempat promosi yang sangat baik karena

kualitas dari ayam yang dimiliki dapat dilihat oleh orang lain sehingga ada

kemungkinan peserta yang lain berminat untuk membeli ayam yang mereka miliki.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai sistem yang ada

dikontes ayam pelung (84%). Responden tersebut beranggapan bahwa agenda

kontes yang ditetapkan oleh HIPPAPI dan kategori penilaian untuk menentukan

ayam juara telah sesuai. Pengagendaan kontes serta sistem penjurian merupakan

hasil keputusan musyawarah HIPPAPI beserta anggotanya. Pengagendaan kontes

tersebut dilakukan oleh masing-masing daerah beserta tingkatan wilayah

kontesnya. Untuk kontes tingkat nasional tiap tahun dilaksanakan satu kali. Untuk

kontes tingkat regional dalam satu bulan biasanya dilaksanakan satu sampai dua

kali dan untuk kontes tingkat lokal biasanya dilaksanakan tiap bulan tergantung

pengurus HIPPAPI di wilayah tersebut.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai kondisi keadaan kontes

ayam pelung (40%). Responden tersebut beranggapan bahwa kondisi keadaan di

kontes tidak mengganggu penilaian yang dilakukan juri. Selain itu responden juga

beranggapan bahwa peternak yang mengikuti kontes telah mentaati peraturan yang

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

ada didalam kontes dan juga responden beranggapan bahwa peternak ayam pelung

seharusnya berpartisipasi didalam kontes ayam pelung. Berdasarkan hal tersebut

kondisi di tiap kontes sudah sangat baik. Hal tersebut dikarenakan terdapat rasa

saling menghargai serta rasa percaya antara peternak untuk tidak saling mencurangi

dan tidak mengganggu keberlangsungan kegiatan ayam pelung serta terdapatnya

kesadaran dan keinginan untuk mengajak peternak ayam pelung yang lain untuk

ikut berpartisipasi pada kegiatan kontes ayam pelung.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai hadiah kontes yang

diberikan sudah sangat memuaskan (60%). Pada kontes ayam pelung hadiah yang

diberikan kepada para peserta berupa trofi, sertifikat, uang pembinaan dan

doorprize. Responden menganggap bahwa hadiah yang diberikan pada kontes

sudah sangat memuaskan, namun terdapat pula responden yang merasa hadiah yang

diberikan tidak memuaskan. Hal tersebut dikarenakan hadiah yang diberikan

disetiap kontes berbeda-beda sesuai dengan tingkat wilayah kontes. Biasanya

semakin tinggi tingkat kontes maka samakin banyak dan mahal pula hadiah yang

diberikan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan perbedaan tanggapan peternak

mengenai hadiah yang diberikan pada kontes ayam pelung.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai fasilitas yang diberikan

pada kontes ayam pelung sudah sangat menunjang para peternak (72%). Responden

menganggap bahwa fasilitas-fasilitas yang ada pada kegiatan kontes ayam pelung

seperti tenda, ajeng, timbangan, tempat duduk, dan makanan sangat menunjang

mereka selama mengikuti kegiatan kontes tersebut. Sama seperti hadiah pada

kontes ayam pelung, fasilitas ditiap kontes juga berbeda-beda sesuai dengan tingkat

wilayah kontes. Biasanya semakin tinggi tingkat kontes maka samakin bagus pula

fasilitas yang diberikan.

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai penjurian pada kontes

ayam pelung (44%). Responden beranggapan bahwa penilaian yang dilakukan oleh

seorang juri sudah akurat dan juga kinerja juri di setiap kontes telah sesuai dengan

etika kerja juri sehingga ayam yang terpilih menjadi juara merupakan ayam yang

memang pantas menjadi juara. Sebagian responden sudah mengetahui bahwa

seorang juri terikat oleh aturan-aturan dalam melaksanakan penjurian. Juri yang

terpilih merupakan penilai yang sesuai karena dipilih berdasarkan pengalamannya

sehingga penilaian yang dilakukan akan akurat. Terdapat pula responden yang

masih meragukan dan tidak setuju mengenai hal tersebut. Hal tersebut terjadi

karena kurangnya rasa kepercayaan peternak terhadap penilaian yang dilakukan

oleh seorang juri.

Mayoritas responden menanggapi setuju mengenai ayam pelung pemenang

kontes tidak akan dijual (40%). Mereka beranggapan bahwa lebih baik untuk

mengembangbiakkan ayam juara tersebut sehingga menghasilkan anakan dari ayam

tersebut. Selanjutnya anakan tersebutlah yang akan dijual dengan harga yang relatif

tinggi. Namun, terdapat pula responden yang beranggapan tidak setuju mengenai

hal tersebut karena tuntutan ekonomi. Pada akhirnya mereka lebih memilih untuk

menjual ayam pelung juara dengan harga yang mahal.

4.4 Partisipasi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung

Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013) partisipasi merupakan

bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat)

dalam suatu kegiatan tertentu. Partisipasi peternak terhadap kontes ayam pelung

adalah pengambilan bagian, keikutsertaan peternak di dalam kegiatan kontes ayam

pelung. Adapun penilaian partisipasi dibagi menjadi 3 kategori yaitu tinggi, sedang,

dan rendah. Kategori partisipasi responden dapat dilihat pada table 16.

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

Tabel 16. Kategori Partisipasi Responden Terhadap Kontes Ayam Pelung

Tabel 16 menampilkan bahwa pada umumnya tingkat partisipasi responden

tergolong kategori rendah (84%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

masih belum aktif mengikuti kegiatan kontes ayam pelung.

Pada penelitian ini partisipasi yang diteliti berdasarkan keterlibatan

responden pada kegiatan kontes ayam pelung terdiri dari partisipasi langsung dan

partisipasi tidak langsung. Partisipasi langsung diukur dari banyaknya partisipasi

responden sebagai peserta di kontes tingkat lokal dan regional, sedangkan

partisipasi tidak langsung diukur dari banyaknya partisipasi responden sebagai

penonton di kontes tingkat lokal dan regional. Partisipasi responden pada kontes

ayam pelung dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Partisipasi Responden Pada Kontes Ayam Pelung

No Uraian

Uraian

Tinggi Sedang Rendah

.....................%......................

1 Partisipasi langsung 4 20 76

2 Partisipasi tidak langsung 0 20 80

Tabel 17 menampilkan partisipasi langsung (76%) dan partisipasi tidak

langsung (80%) dari mayoritas responden berada dikategori rendah. Rendahnya

partisipasi tersebut disebabkan karena faktor kesibukan peternak menjalani

pekerjaan utama mereka untuk menafkahi keluarganya sehingga mengakibatkan

mereka tidak dapat ikut berpartisipasi pada kontes ayam pelung. Mayoritas

No Kategori Partisipasi Jumlah

Orang %

1 Tinggi 1 4

2 Sedang 3 12

3 Rendah 21 84

Jumlah 25 100

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

responden beternak ayam pelung hanya dijadikan usaha sampingan dan

mengutamakan usaha pokok yang mereka jalani. Kurangnya waktu senggang yang

dimiliki oleh para responden serta jarak yang jauh antara lokasi kontes dengan

tempat tinggal peternak mengakibatkan mereka jarang ikut berpartisipasi pada

kontes ayam pelung. Sesuai dengan pendapat Slamet (2003) bahwa diperlukan tiga

syarat supaya partisipasi dapat tumbuh sebagai suatu tindakan yang nyata, syarat

tersebut yaitu adanya kemauan untuk berpartisipasi, adanya kemampuan untuk

berpartisipasi dan adanya kesempatan untuk berpartisipasi.

Selain faktor kesibukan, faktor jumlah ayam yang mereka miliki juga

mempengaruhi partisipasi responden untuk mengikuti kontes ayam pelung. faktor

penyakit yang sering melanda akibat perubahan cuaca juga menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi jumlah ternak yang dimiliki. Salah satu penyakit ayam

pelung yang diakibatkan oleh cuaca yaitu penyakit snot. Menurut Hinz (1981)

Infeksius coryza (Snot) merupakan penyakit pernafasan bagian atas pada unggas,

terutama ayam, yang bersifat akut. Penyebaran penyakit dalam kandang sangat

cepat, baik secara kontak langsung dengan ayam-ayam sakit, maupun tidak

langsung melalui air minum, udara, dan peralatan yang tercemar. Ayam yang sakit

akan mempengaruhi kualitas baik dari segi kualitas suara maupun kualitas

penampilan dan dapat mengakibatkan ayam pelung yang dimiliki oleh para

peternak mengalami kematian.

4.5 Hubungan Persepsi dengan Tingkat Partisipasi Responden Terhadap

Kontes ayam Pelung

Hasil analisis Rank Spearman mengenai hubungan antara persepsi

(pengetahuan dan sikap) dengan tingkat partisipasi responden terhadap kontes ayam

pelung di Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung diperoleh nilai korelasi sebesar

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

0,432 dengan nilai p value (α <0,05) (Lampiran 8). Menurut aturan Guilford (1956),

bahwa nilai koefisien sebesar 0,432 menunjukkan bahwa hubungan signifikan yang

cukup kuat antara persepsi dengan tingkat partisipasi peternak ayam pelung

terhadap kontes ayam pelung. Hal tersebut dapat diartikan bahwa persepsi yang

dimiliki responden mempengaruhi partisipasi responden terhadap kontes ayam

pelung, namun tidak selalu persepsi yang dimiliki responden akan mempengaruhi

tingkat partisipasinya. Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

peternak untuk berpartisipasi pada kontes ayam pelung.

Persepsi (pengetahuan dan sikap) responden termasuk kategori sedang yaitu

sebesar 80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan

dan sikap yang cukup baik terhadap kegiatan kontes ayam pelung. Beberapa

pengetahuan responden yang masih kurang mengenai kontes ayam pelung

diantaranya terletak pada pengetahuan mengenai manfaat adanya penyelenggaraan

kontes ayam pelung dan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang juri. Kurangnya

pengetahuan responden dapat dipengaruhi oleh motif peternak yang hanya sebagai

hobi sehingga mengakibatkan mereka hanya senang dengan memelihara ayam

pelung dan kurang dalam mencari informasi mengenai kegiatan kontes ayam

pelung. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah

faktor kesibukan yang mengakibatkan jarangnya diadakan perkumpulan sehingga

sosialisasi informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kontes tidak

tersampaikan secara benar.

Partisipasi responden pada kegiatan kontes ayam pelung tergolong kategori

rendah (84%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden masih belum aktif

berpartispasi pada kontes ayam pelung. Mayoritas responden baik peserta maupun

penonton akan lebih memprioritaskan pekerjaan utama mereka dibandingkan

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Keadaan Fisik Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140286_4_7907.pdf · Kondisi tersebut disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi pada

mengikuti kontes ayam pelung karena tuntutan tanggungan keluarga yang besar.

Mayoritas responden beternak ayam pelung hanya dijadikan usaha sampingan dan

mengutamakan usaha pokok yang mereka jalani. Kurangnya waktu senggang yang

dimiliki oleh para responden serta jarak yang jauh antara lokasi kontes dengan

tempat tinggal peternak mengakibatkan mereka jarang ikut berpartisipasi pada

kontes ayam pelung.

Selain faktor tersebut, faktor jumlah ayam yang mereka miliki juga

mempengaruhi partisipasi responden untuk mengikuti kontes ayam pelung. Faktor

tersebut dipengaruhi oleh penyakit yang sering melanda akibat perubahan cuaca.

Ayam yang sakit akan mempengaruhi kualitas baik dari segi kualitas suara maupun

kualitas penampilan dan dapat mengakibatkan ayam pelung yang dimiliki oleh para

peternak mengalami kematian sehingga peternak memilih untuk tidak berpartisipasi

kedalam kegiatan kontes ayam pelung.