ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

26
ACARA III PERHITUNGAN MIKROBA A. Tujuan Tujuan dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah: 1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah yeast secara langsung menggunakan haemocytometer. 2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri secara tidak langsung (agar plate method). B. Tinjauan Pustaka Jumlah seluruh sel dalam larutan contoh dapat dihitung secara cepat dan langsung dengan menghitung jumlah sel yang terlihat di bawah mikroskop. Prosedur yang paling sederhana ialah menghitung secara mokroskopis masing-masing sel di dalam suspensi contoh dengan volume yang sangan sedikit dan telah diukur dengan teliti. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan kaca slide khusus yang dikenal sebagai kotak penghitung (counting chamber). Kaca slide ini terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume

description

 

Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

Page 1: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

ACARA III

PERHITUNGAN MIKROBA

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah:

1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah yeast secara langsung menggunakan

haemocytometer.

2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri secara tidak langsung (agar

plate method).

B. Tinjauan Pustaka

Jumlah seluruh sel dalam larutan contoh dapat dihitung secara cepat dan

langsung dengan menghitung jumlah sel yang terlihat di bawah mikroskop.

Prosedur yang paling sederhana ialah menghitung secara mokroskopis masing-

masing sel di dalam suspensi contoh dengan volume yang sangan sedikit dan

telah diukur dengan teliti. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan

kaca slide khusus yang dikenal sebagai kotak penghitung (counting chamber).

Kaca slide ini terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas

tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang

diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas

penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-tiap kotak

dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan jumlah sel

dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah sel/ml larutan

asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).

Perhitungan dengan penumbuhan dalam agar, yaitu secara sederhana suatu

contoh suspensi sel atau bahan pangan homogen yang diinokulasi ke dalam

atau ke atas media nutrien agar dan setelah diikubasi, jumlah koloni yang

terbentuk dihitung. Karena satu koloni terbentuk dari satu sel maka jumlah

koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya. Prosedur ini hanya

menghitung sel-sel yang hidup dan sangat peka. Keuntungannya adalah

kemungkinan untuk mengetahui berbagai jenis organisme yang berada dalam

Page 2: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

contoh dari perbedaan bentuk koloni yang tumbuh dan kemungkinan

mengisolasi tipe koloni yang paling dominan untuk identifikasi taksonomi.

Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dengan menggunakan tiga

metode yaitu metode penuangan, penuangan dan penetasan dalam cawan

(Buckle et al., 1973).

Pengambilan dan penanganan sampel bakteri dilakukan dengan botol

niskin, botol sampel, ice box. Peralatan yang digunakan untuk analis

mikrobiologis antara lain inkubator, autoklaf, mikroskop, colony counter,

lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi dan jarum oase. Perhitungan yang

diambil adalah adalah bila jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni.

Jika tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih jumlah yang mendekati 30

atau 300 koloni per cawan petri (Feliatra, 1999).

Metode yang digunakan dalam perhitungan tidak langsung yaitu metode

perhitungan cawan. Prinsip perhitungan cawan ini adalah jika mikroba yang

masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan

berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dillihat langsung dengan

mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara

yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena adanya alasan

yaitu hanya sel yang hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat

dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba

karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel. Metode hitungan

cawan dibagi menjadi dua yaitu metode tuang (Pour Plate) dan metode

permukaan (Surface plate) (Fardiaz, 1993).

Kedua, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu

kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat

dihitung sebagai satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai

suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Prinsip hitungan cawan dapat

digunakan menggunakan Plate Count Agar (PCA) sebagai medium

pemupukan. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung

0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua

Page 3: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada

medium tersebut (Fardiaz, 1993).

Bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba

per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan pengenceran

sebelum ditumbuhkan pada medium agar didalam cawan petri, sehinggga

setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang

dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah antara 30 sampai 300.

Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10 , 1:100, 1:1000, dan

seterusnya. Pengenceran secara desimal memudahkan dalam perhitungan

jumlah koloni. Faktor pengenceran dapat dihitung dengan rumus tingkat

pengenceran dikalikan dengan jumlah yang ditumbuhkan. Sedangakan jumlah

koloni dapat dihitung dengan rumus jumlah koloni dikalikan dengan 1/faktor

pengenceran (Fardiaz, 1993).

Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air,

temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan

menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral.

Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua

patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri

(Gaman, 1992).

Ragi adalah jamur eukariotik uniseluler. Klasifikasi yang tepat adalah

menggunakan dasar karakteristik sel, askospora dan koloni. Karakteristik

fisiologis juga digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Ragi umumnya ada

tiga jenis: a) Ascomycetous b) Basidiomycetous c) Deuteromycetous.

Ragi dimorfik akan menjadi filamen dalam kondisi lingkungan tertentu.

Ascomycetous dua jenis: ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan ragi fisi

(Schizosaccharomyces pombe). Pada umumnya mereka diperoleh dalam

sumber daya alam. Contohnya pada permukaan daun, jus buah, sirup kelapa,

tuak, susu, tanah, permukaan hewan dan dalam saluran usus hewan berdarah

panas, di mana mereka dapat hidup bersimbiosis atau sebagai parasit, dll

(Ghosh, 2011).

Page 4: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

Pada metode hitungan mikroskopis langsung, sampel ditaruh di suatu

ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara

langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini ialah

pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun

kelemahannya ialah tidak membedakan sel–sel yang hidup dari yang mati,

dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di

dalam polulasi. Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah

sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena

ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif

celup minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga

menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang–kadang sel

cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel–sel individu. Cara

mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan

menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat

dan Tween 80 sebanyak 0,1 % (Hadioetomo, 1990).

Hemositometer adalah ruang kaca atau gelas yang dirancang sedemikian

rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan yang memiliki penutup kecil tembus

cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai ruang. Untuk menghitung ruang yang

disketsa yaitu pada jumlah area permukaan yang berukuran 9 mm2.

Menghitung konsentrasi didasarkan pada volume dibawah penutup kecil.

Panjang persegi mempunyai volume sebesar 0,0001 ml (lebar x panjang x

tinggi : 0,1 cm x 0,1 cm x 0,1 cm) (Hansen, 2013).

Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count)

merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer

ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh

menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan

yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat

diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi

perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus

mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka

perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).

Page 5: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan

bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu

(pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual

melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagi sel tunggal yeast dapat tumbuh

lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan

pembentukan filamen. Disamping itu juga yeast lebih efektif dalam memecah

komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak. Yeast dapat

tumbuh dalam larutan yang pekat, misalnya dalam laruan gula, garam, dan

asam yang berlebih. Yeast mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat

mengahambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Adanya sifat-sifat tahan

terhadap stress lingkungan (gula, garam, dan asam berlebih) menjadikan yeast

dapat bertahan atau bersaing dengan mikroorganisme lain. Dari berbagai

penelitian juga telah ditunjukkan bahwa yeast dapat toleran terhadap beberapa

logam berat (Satife et al., 2009).

Agar merupakan campuran agarosa dan agaropektin. Polisakarida

utamanya terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa yang

disambungkan secara liniar dan silih berganti oleh ikatan ß-1,4 dan ikatan 1,3.

Agar diperoleh dari jenis Gelidium. Agar tidak dipengaruhi oleh kebanyakan

mikroorganisme. Hanya saja dapat diisolasi beberapa bakteri dari laut dan

ganggang laut yang menghidrolisis agar. Kerusakan agar dapat diketahui dari

berkurangnya jumlah koloni bakteri dalam lapisan agar (Schlegel, 1994).

Ragi adalah organisme eukariotik dan dapat memfermentasi D-glukosa

menjadi etanol dan karbondioksida. Fermentasi ini terjadi dalam oksigen bebas

lingkungan dan menimbulkan pertanyaan tentang suhu yang optimal dalam

konversi glukosa menjadi etanol oleh sel ragi, juga dikenal sebagai

Saccharomyces cerevisiae, ragi roti. Ragi sel Saccharomyces cerevisiae (ragi

roti) saat ini digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan hasil produksi

bio-ethanol dari gula. Sel-sel ragi milik eukariota dan diklasifikasikan sebagai

Jamur. Ragi tidak memerlukan sinar matahari untuk tumbuh, tapi jangan

mengunakan gula sebagai sumber energi (Slaa, et al. 2009).

Page 6: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

TPC merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri dalam sampel.

TPC adalah Total Plate Count, yaitu suatu hitungan jumlah bakteri yang

terkandung didalam 1 ml sampel. Untuk menghitung Total Plate Count (TPC)

dilakukan pemeriksaan terhadap sample air dengan metode tuang (pour plate

methode) Setiap satu sampel dilakukan pengulangan tiga kali. Pertumbuhan

koloni yang terjadi setelah 24 jam inkubasi, dihitung dengan bantuan qubec

colony counter. Karena setiap sampel dilakukan pemeriksaan 3 kali

(pengulangan 3 kali), maka hasil penghitungan TPC pada 3 petridisk

dijumlahkan dan dibuat angka rata-ratanya (Rahayu, 2000).

Pertumbuhannya, yeast memerlukan energi dari karbon. Gula adalah

substrat yang lebih “disukai”, oleh karenanya konsentrasi gula sangat

mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk yeast, pH optimal

untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH 3 atau lebih rendah

lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat. Kandungan gas

karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan menyebabkan

terhentinya pertumbuhan yeast (Widiastuti, 1984).

C. Metode

1. Alat

1.1 Perhitungan mikroba secara langsung

a. Mikroskop cahaya

b. Haemacytometer

c. Kaca penutup

d. Pipet

e. Counter

1.2 Perhitungan mikroba tidak langsung

a. Cawan petridish

b. Tabung reaksi

c. Spirtus

d. Pipet

e. Inkubator

Page 7: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

2. Bahan

1.1 Perhitungan mikroba secara langsung

a. Yeast (Saccharomyces cerevisiae) dengan pengenceran 10-3

b. Alkohol

1.2 Perhitungan mikroba tidak langsung

a. Sampel sosis

b. Sampel air jeruk

c. Sampel saus cabai

d. Medium PCA

e. Aquades steril

Page 8: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

3. Cara Kerja

a. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung

Yeast

Diencerkan hingga pengenceran 10-3

Diambil dengan pipet

Dimasukkan pada haemacytometer yang sudah dibersihkan dengan alkohol

Suspensi dimasukkan pada tepi kaca tutup haemacytometer tepat pada petak-petaknya

Ditutup dengan kaca penutup yang telah dibersihkan dengan alkohol

Diamati dengan perbesaran lemah untuk menemukan petak - petaknya

Pengamatan diawali dengan bagian kiri atas

Heaemacytometer diletakkan pada meja mikroskop

Perbesaran diubah ke perbesaran sedang

Dihitung jumlah sel dalam setiap petak kecil dengan counter, jika berada pada batas atas atau kanan dihitung namun batas

bawah dan kiri tidak dihitung

Dilakukan hal yang sama untuk petak petak berikutnya

Dihitung jumlah sel yeast tiap ml bahan

Page 9: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

b. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung

Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6

Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6

Dipipet 1 ml sampel sosis/air jeruk/saus cabai dengan pengenceran 10-1, dimasukkan kedalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-2) dan digojok supaya bakteri tersuspensi

homogen

Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-2 dalam 9 ml aquades steril (Pengenceran 10-3) dan digojok supaya

bakteri tersuspensi homogen

Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-3 dalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-4) dan digojok supaya

bakteri tersuspensi homogen.

Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-5 , dan 10-6 didalam tabung reaksi

Diambil 1 ml pada masing –masing pengenceran (10-4, 10-5 ,

dan 10-6) Dan dimasukkan kedalam petridish, kemudian diberi media agar pada pengenceran 10-4, 10-5 , 10-6

Diinkubator selama 24 jam dan kemudian dihitung jumlah mikrobanya

Page 10: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Yeast secara Langsung

Kelompok Jumlah Yeast Rata-rata yeast Jumlah/ml15

79 15,8 39,5 . 108

26

78 15,6 39 . 108

37

106 21,2 53 . 108

48

68 13,6 34 . 108

913

60 12 30 . 108

1014

45 9 22,5 . 108

1115

44 8,8 22 . 108

1216

45 9 22,5 . 108

1719

89 17,8 44,5 . 108

1820

154 30,8 77 . 108

Sumber : Laporan Sementara

Pada percobaan perhitungan mikroba, hemasitometer adalah alat yang

digunakan untuk menghitung mikroba secara langsung dengan bantuan

mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya digunakan untuk membantu melihat

yeast yang ada pada kotak perhitungan. Terdapat lima kotak perhitungan yang

ada pada hemasitometer yaitu pada sisi kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri

bawah dan tengah. Menurut Hansen (2013), hemositometer adalah ruang kaca

atau gelas yang dirancang sedemikian rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan

yang memiliki penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai

ruang. Untuk menghitung ruang yang disketsa yaitu pada jumlah area

permukaan yang berukuran 9 mm2.

Kaca slide (hemasitometer) yang terdiri dari kotak-kotak kecil dengan

ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu

larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini

dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-

Page 11: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

tiap kotak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan

jumlah sel dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah

sel/ml larutan asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).

Gambar 3.1 Ukuran Hemasitometer

Menggunakan hemasitometer terdapat kelemahan dan kelebihannya.

Menurut Hadioetomo (1990), pada metode hitungan mikroskpis langsung,

sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel

dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan

metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan.

Namun kelemahannya ialah tidak membedakan sel–sel yang hidup dan yang

mati, dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada

di dalam polulasi.

Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah sulitnya

menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan

hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup

minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi

lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang–kadang sel cenderung

bergerombol sehingga sukar membedakan sel–sel individu. Cara mengatasinya

ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan menambahkan

bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat dan Tween 80

sebanyak 0,1% (Hadioetomo, 1990).

Page 12: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan

bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu

(pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual

melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagai sel tunggal yeast dapat

tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan

pembentukan filamen. Disamping itu yeast lebih efektif dalam memecah

komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak (Satife et al.,

2009).

Menurut Buckle (1987) khamir (ragi) adalah mikroorganisme bersel

tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasnya berukuran 5 sampai 10

kali lebih besar dari bakteri. Kapang berlawanan dengan bakteri dan khamir,

seringkali dapat dilihat dengan mata. Berbeda dengan bakteri dan khamir,

kapang adalah multiseluler, terdiri dari banyak sel yang bergabung menjadi

satu. Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal

sebagai pertumbuhan apikal. Berbeda dengan kapang, khamir (yeast)

mengalami bertumbuhan dengan cara bertunas (budding).

Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas

(budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Mula-mula

timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk. Gelembung ini secara

bertahap membesar dan setelah mencapai ukuran yang sama dengan induknya

terjadi pengerutan yang melepaskan tunas dari induknya. Sel yang baru

terbentuk selanjutnya akan memasuki tahap pertunasan kembali. Bagi

kebanyakan khamir seperti Saccharomyces cerivisae, tunas dapat berkembang

dari setiap bagian permukaan sel induk (pertunasan multipolar), tetapi bagi

beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja (Buckle, 1987).

Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air,

temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan

menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral.

Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua

Page 13: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri

(Gaman, 1992).

Menurut Widiastuti (1984) Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan

energi dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih “disukai”, oleh karenanya

konsentrasi gula sangat mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk

yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH

3 atau lebih rendah lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat.

Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan

menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast.

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan dan Perhitungan Tidak langsung

Sampel UlanganTingkat

PengenceranJumlah Koloni

Jumlah Mikroba (Cfu/ml)

Sosis

110-4 100 106

10-5 64 64 . 10-5

10-6 60 6 . 107

210-4 237 237 . 104

10-5 189 189 . 105

10-6 115 115 . 106

310-4 16 16 . 104

10-5 12 12 . 105

10-6 spreader -

Air Jeruk

110-4 115 115 . 104

10-5 170 170 . 105

10-6 6 6 . 106

210-4 117 117 . 104

10-5 110 110 . 105

10-6 69 69 . 106

310-4 76 76 . 104

10-5 162 162 . 105

10-6 TBUD -

Saus Cabai

110-4 94 94 . 104

10-5 63 63 . 105

10-6 56 56 .106

210-4 TBUD -10-5 126 126 . 105

10-6 104 104 . 106

Sumber : Laporan Sementara

Page 14: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui jumlah mikroba pada masing-

masing sampel yang digunakan. Pada sampel padat atau sosis, air jeruk, saus

cabai dengan tiga kali pengulangan dan pada masing-masing tingkat

pengenceran yaitu 10-4 , 10-5,10-6 menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda-

beda. Semakin rendah tingkat pengencerannya menghasilkan jumlah mikroba

yang semakin banyak. Pada masing-masing sampel yang berbeda tersebut juga

menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula. Jumlah mikroba pada air

jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada sosis dan saus cabai.

Untuk melakukan perhitungan pada jumlah mikroba diatas maka

menggunakan langkah-langkah yaitu yang pertama, cawan yang dihitung dan

dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. Kedua,

beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan

koloni yang besar dimana jumlah kolonimya diragukan dapat dihitung sebagai

satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal

dihitung sebagai satu koloni (Fardiaz, 1993).

Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count)

merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer

ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh

menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan

yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat

diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi

perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus

mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka

perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).

PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5%

tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba

termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium

tersebut (Fardiaz, 1993).

Page 15: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

E. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Perhitungan

Mikroba ini adalah

1. Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas

(budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir dimulai

dengan timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk.

2. Keuntungan dari hemasitometer ialah jumlah sel dapat ditentukan secara

langsung dengan bantuan mikroskop dan pelaksanaannya cepat dan tidak

memerlukan banyak peralatan.

3. Kelemahan dari hemasitometer ialah tidak membedakan sel–sel yang

hidup dan yang mati, sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil

seperti bakteri, dan sel cenderung bergerombol sehingga sukar

membedakan sel–sel individu.

4. Hasil perhitungan jumlah yeast/ml secara berturut turut adalah 39,5 . 108;

39 . 108; 53 . 108; 34 . 108; 30 . 108; 22,5 . 108; 22 . 108; 22,5 . 108; 44,5 .

108; 77 . 108.

5. Hasil perhitungan yeast/ml yang terbesar adalah 77 . 108 dan hasil

perhitungan yeast/ml yang terkecil adalah 22 . 108.

6. Semakin rendah tingkat pengenceran sampel akan menghasilkan jumlah

mikroba yang semakin banyak dan masing-masing sampel yang berbeda

akan menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula.

7. Jumlah mikroba pada air jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada

sosis dan saus cabai.

8. Faktor yang mempengaruhi TPC adalah jumlah sel bakteri yang mendekati

kelipatan 10 pada tiap pengencerannya.

9. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5%

tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa.

Page 16: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafinda Persada: Jakarta.

Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa Batam Propinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia II hal 28-33. Universitas Riau : Riau.

Gaman, P. H. Pengantar Ilmu pangan Nutisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ghosh, Swapan kr. 2011. Study of yeast flora from fruit of Syzygium cumini (linn) skeel. Agriculture and Biology Journal of North America, Vol. 2, No. 8, 2011.

Hadioetomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Hansen, P.J. http://www.animal.ufl.edu/hansen/protocols/hemacytometer.htm diunduh pada 27 Mei 2013.

Purwoko, Thahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.

Rahayu, Asih. 2000. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum dalam Kemasan Galon. Jurnal Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2000.

Satife, et al. 2009. Potensi Yeast pada Pengurangan Konsentrasi Uranium dalam Limbah Organik Tbp-Kerosin yang Mengandung Uranium. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX, 2009.

Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Slaa, et al. 2009. Yeast and fermentation: The Optimal Temperature. Journal of Organic Chemistry, 2009.

Widiastuti, Dian dan Eska Pramesti. 1984. Proses Pembuatan Anggur dari Buah Rambutan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, 1984.

Page 17: ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA III

MIKROBIOLOGI UMUM

Oleh :

KELOMPOK 5

Amalia Lutviana (H0912008)

Ayu Novia L (H0912021)

Citra Maylindasari (H0912029)

Dhita Eka Rizki (H0912037)

Fadhila Putri R (H0912048)

Fransiska Putri (H0912056)

Guruh Panji (H0912061)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013