ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
-
Upload
fransiska-puteri -
Category
Documents
-
view
10.638 -
download
1
description
Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ACARA III
PERHITUNGAN MIKROBA
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara III Perhitungan Mikroba ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menghitung jumlah yeast secara langsung menggunakan
haemocytometer.
2. Mahasiswa dapat menghitung jumlah bakteri secara tidak langsung (agar
plate method).
B. Tinjauan Pustaka
Jumlah seluruh sel dalam larutan contoh dapat dihitung secara cepat dan
langsung dengan menghitung jumlah sel yang terlihat di bawah mikroskop.
Prosedur yang paling sederhana ialah menghitung secara mokroskopis masing-
masing sel di dalam suspensi contoh dengan volume yang sangan sedikit dan
telah diukur dengan teliti. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan
kaca slide khusus yang dikenal sebagai kotak penghitung (counting chamber).
Kaca slide ini terdiri dari kotak-kotak kecil dengan ukuran tertentu dan luas
tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu larutan tipis yang
diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini dengan gelas
penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-tiap kotak
dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan jumlah sel
dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah sel/ml larutan
asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).
Perhitungan dengan penumbuhan dalam agar, yaitu secara sederhana suatu
contoh suspensi sel atau bahan pangan homogen yang diinokulasi ke dalam
atau ke atas media nutrien agar dan setelah diikubasi, jumlah koloni yang
terbentuk dihitung. Karena satu koloni terbentuk dari satu sel maka jumlah
koloni menunjukkan jumlah sel dalam larutan asalnya. Prosedur ini hanya
menghitung sel-sel yang hidup dan sangat peka. Keuntungannya adalah
kemungkinan untuk mengetahui berbagai jenis organisme yang berada dalam
contoh dari perbedaan bentuk koloni yang tumbuh dan kemungkinan
mengisolasi tipe koloni yang paling dominan untuk identifikasi taksonomi.
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dengan menggunakan tiga
metode yaitu metode penuangan, penuangan dan penetasan dalam cawan
(Buckle et al., 1973).
Pengambilan dan penanganan sampel bakteri dilakukan dengan botol
niskin, botol sampel, ice box. Peralatan yang digunakan untuk analis
mikrobiologis antara lain inkubator, autoklaf, mikroskop, colony counter,
lampu bunsen, cawan petri, tabung reaksi dan jarum oase. Perhitungan yang
diambil adalah adalah bila jumlah koloni tiap cawan petri antara 30-300 koloni.
Jika tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih jumlah yang mendekati 30
atau 300 koloni per cawan petri (Feliatra, 1999).
Metode yang digunakan dalam perhitungan tidak langsung yaitu metode
perhitungan cawan. Prinsip perhitungan cawan ini adalah jika mikroba yang
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dillihat langsung dengan
mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan merupakan cara
yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba karena adanya alasan
yaitu hanya sel yang hidup yang dihitung, beberapa jenis mikroba dapat
dihitung sekaligus, dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba
karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel. Metode hitungan
cawan dibagi menjadi dua yaitu metode tuang (Pour Plate) dan metode
permukaan (Surface plate) (Fardiaz, 1993).
Kedua, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu
kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat
dihitung sebagai satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai
suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Prinsip hitungan cawan dapat
digunakan menggunakan Plate Count Agar (PCA) sebagai medium
pemupukan. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung
0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua
mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada
medium tersebut (Fardiaz, 1993).
Bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba
per ml, per g, atau per cm permukaan, memerlukan perlakuan pengenceran
sebelum ditumbuhkan pada medium agar didalam cawan petri, sehinggga
setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang
dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah antara 30 sampai 300.
Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10 , 1:100, 1:1000, dan
seterusnya. Pengenceran secara desimal memudahkan dalam perhitungan
jumlah koloni. Faktor pengenceran dapat dihitung dengan rumus tingkat
pengenceran dikalikan dengan jumlah yang ditumbuhkan. Sedangakan jumlah
koloni dapat dihitung dengan rumus jumlah koloni dikalikan dengan 1/faktor
pengenceran (Fardiaz, 1993).
Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air,
temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan
menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral.
Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua
patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri
(Gaman, 1992).
Ragi adalah jamur eukariotik uniseluler. Klasifikasi yang tepat adalah
menggunakan dasar karakteristik sel, askospora dan koloni. Karakteristik
fisiologis juga digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Ragi umumnya ada
tiga jenis: a) Ascomycetous b) Basidiomycetous c) Deuteromycetous.
Ragi dimorfik akan menjadi filamen dalam kondisi lingkungan tertentu.
Ascomycetous dua jenis: ragi (Saccharomyces cerevisiae) dan ragi fisi
(Schizosaccharomyces pombe). Pada umumnya mereka diperoleh dalam
sumber daya alam. Contohnya pada permukaan daun, jus buah, sirup kelapa,
tuak, susu, tanah, permukaan hewan dan dalam saluran usus hewan berdarah
panas, di mana mereka dapat hidup bersimbiosis atau sebagai parasit, dll
(Ghosh, 2011).
Pada metode hitungan mikroskopis langsung, sampel ditaruh di suatu
ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara
langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini ialah
pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan. Namun
kelemahannya ialah tidak membedakan sel–sel yang hidup dari yang mati,
dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada di
dalam polulasi. Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah
sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena
ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif
celup minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga
menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang–kadang sel
cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel–sel individu. Cara
mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan
menambahkan bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat
dan Tween 80 sebanyak 0,1 % (Hadioetomo, 1990).
Hemositometer adalah ruang kaca atau gelas yang dirancang sedemikian
rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan yang memiliki penutup kecil tembus
cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai ruang. Untuk menghitung ruang yang
disketsa yaitu pada jumlah area permukaan yang berukuran 9 mm2.
Menghitung konsentrasi didasarkan pada volume dibawah penutup kecil.
Panjang persegi mempunyai volume sebesar 0,0001 ml (lebar x panjang x
tinggi : 0,1 cm x 0,1 cm x 0,1 cm) (Hansen, 2013).
Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count)
merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh
menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan
yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat
diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi
perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus
mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka
perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).
Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan
bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu
(pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual
melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagi sel tunggal yeast dapat tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan
pembentukan filamen. Disamping itu juga yeast lebih efektif dalam memecah
komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak. Yeast dapat
tumbuh dalam larutan yang pekat, misalnya dalam laruan gula, garam, dan
asam yang berlebih. Yeast mempunyai sifat antimikroba sehingga dapat
mengahambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Adanya sifat-sifat tahan
terhadap stress lingkungan (gula, garam, dan asam berlebih) menjadikan yeast
dapat bertahan atau bersaing dengan mikroorganisme lain. Dari berbagai
penelitian juga telah ditunjukkan bahwa yeast dapat toleran terhadap beberapa
logam berat (Satife et al., 2009).
Agar merupakan campuran agarosa dan agaropektin. Polisakarida
utamanya terdiri dari D-galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa yang
disambungkan secara liniar dan silih berganti oleh ikatan ß-1,4 dan ikatan 1,3.
Agar diperoleh dari jenis Gelidium. Agar tidak dipengaruhi oleh kebanyakan
mikroorganisme. Hanya saja dapat diisolasi beberapa bakteri dari laut dan
ganggang laut yang menghidrolisis agar. Kerusakan agar dapat diketahui dari
berkurangnya jumlah koloni bakteri dalam lapisan agar (Schlegel, 1994).
Ragi adalah organisme eukariotik dan dapat memfermentasi D-glukosa
menjadi etanol dan karbondioksida. Fermentasi ini terjadi dalam oksigen bebas
lingkungan dan menimbulkan pertanyaan tentang suhu yang optimal dalam
konversi glukosa menjadi etanol oleh sel ragi, juga dikenal sebagai
Saccharomyces cerevisiae, ragi roti. Ragi sel Saccharomyces cerevisiae (ragi
roti) saat ini digunakan dalam penelitian untuk meningkatkan hasil produksi
bio-ethanol dari gula. Sel-sel ragi milik eukariota dan diklasifikasikan sebagai
Jamur. Ragi tidak memerlukan sinar matahari untuk tumbuh, tapi jangan
mengunakan gula sebagai sumber energi (Slaa, et al. 2009).
TPC merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri dalam sampel.
TPC adalah Total Plate Count, yaitu suatu hitungan jumlah bakteri yang
terkandung didalam 1 ml sampel. Untuk menghitung Total Plate Count (TPC)
dilakukan pemeriksaan terhadap sample air dengan metode tuang (pour plate
methode) Setiap satu sampel dilakukan pengulangan tiga kali. Pertumbuhan
koloni yang terjadi setelah 24 jam inkubasi, dihitung dengan bantuan qubec
colony counter. Karena setiap sampel dilakukan pemeriksaan 3 kali
(pengulangan 3 kali), maka hasil penghitungan TPC pada 3 petridisk
dijumlahkan dan dibuat angka rata-ratanya (Rahayu, 2000).
Pertumbuhannya, yeast memerlukan energi dari karbon. Gula adalah
substrat yang lebih “disukai”, oleh karenanya konsentrasi gula sangat
mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk yeast, pH optimal
untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH 3 atau lebih rendah
lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat. Kandungan gas
karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan menyebabkan
terhentinya pertumbuhan yeast (Widiastuti, 1984).
C. Metode
1. Alat
1.1 Perhitungan mikroba secara langsung
a. Mikroskop cahaya
b. Haemacytometer
c. Kaca penutup
d. Pipet
e. Counter
1.2 Perhitungan mikroba tidak langsung
a. Cawan petridish
b. Tabung reaksi
c. Spirtus
d. Pipet
e. Inkubator
2. Bahan
1.1 Perhitungan mikroba secara langsung
a. Yeast (Saccharomyces cerevisiae) dengan pengenceran 10-3
b. Alkohol
1.2 Perhitungan mikroba tidak langsung
a. Sampel sosis
b. Sampel air jeruk
c. Sampel saus cabai
d. Medium PCA
e. Aquades steril
3. Cara Kerja
a. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung
Yeast
Diencerkan hingga pengenceran 10-3
Diambil dengan pipet
Dimasukkan pada haemacytometer yang sudah dibersihkan dengan alkohol
Suspensi dimasukkan pada tepi kaca tutup haemacytometer tepat pada petak-petaknya
Ditutup dengan kaca penutup yang telah dibersihkan dengan alkohol
Diamati dengan perbesaran lemah untuk menemukan petak - petaknya
Pengamatan diawali dengan bagian kiri atas
Heaemacytometer diletakkan pada meja mikroskop
Perbesaran diubah ke perbesaran sedang
Dihitung jumlah sel dalam setiap petak kecil dengan counter, jika berada pada batas atas atau kanan dihitung namun batas
bawah dan kiri tidak dihitung
Dilakukan hal yang sama untuk petak petak berikutnya
Dihitung jumlah sel yeast tiap ml bahan
b. Perhitungan Jumlah Bakteri secara Tidak Langsung
Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6
Diberi tanda pada bagian belakang masing-masing petridish sesuai dengan tingkat pengenceran 10-4 , 10-5 , 10-6
Dipipet 1 ml sampel sosis/air jeruk/saus cabai dengan pengenceran 10-1, dimasukkan kedalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-2) dan digojok supaya bakteri tersuspensi
homogen
Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-2 dalam 9 ml aquades steril (Pengenceran 10-3) dan digojok supaya
bakteri tersuspensi homogen
Diinokulasikan secara aseptik 1 ml pengenceran 10-3 dalam 9 ml aquades steril (pengenceran 10-4) dan digojok supaya
bakteri tersuspensi homogen.
Dilakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-5 , dan 10-6 didalam tabung reaksi
Diambil 1 ml pada masing –masing pengenceran (10-4, 10-5 ,
dan 10-6) Dan dimasukkan kedalam petridish, kemudian diberi media agar pada pengenceran 10-4, 10-5 , 10-6
Diinkubator selama 24 jam dan kemudian dihitung jumlah mikrobanya
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Perhitungan Jumlah Yeast secara Langsung
Kelompok Jumlah Yeast Rata-rata yeast Jumlah/ml15
79 15,8 39,5 . 108
26
78 15,6 39 . 108
37
106 21,2 53 . 108
48
68 13,6 34 . 108
913
60 12 30 . 108
1014
45 9 22,5 . 108
1115
44 8,8 22 . 108
1216
45 9 22,5 . 108
1719
89 17,8 44,5 . 108
1820
154 30,8 77 . 108
Sumber : Laporan Sementara
Pada percobaan perhitungan mikroba, hemasitometer adalah alat yang
digunakan untuk menghitung mikroba secara langsung dengan bantuan
mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya digunakan untuk membantu melihat
yeast yang ada pada kotak perhitungan. Terdapat lima kotak perhitungan yang
ada pada hemasitometer yaitu pada sisi kanan atas, kiri atas, kanan bawah, kiri
bawah dan tengah. Menurut Hansen (2013), hemositometer adalah ruang kaca
atau gelas yang dirancang sedemikian rupa dengan sisi-sisi yang ditinggikan
yang memiliki penutup kecil tembus cahaya yang tepat 0,1 mm diatas lantai
ruang. Untuk menghitung ruang yang disketsa yaitu pada jumlah area
permukaan yang berukuran 9 mm2.
Kaca slide (hemasitometer) yang terdiri dari kotak-kotak kecil dengan
ukuran tertentu dan luas tertentu dan dibentuk sedemikian rupa sehingga suatu
larutan tipis yang diketahui tebalnya dapat diletakkan di antara kaca slide ini
dengan gelas penutupnya. Dengan demikian volume cairan yang berada di tiap-
tiap kotak dapat diketahui secara pasti. Oleh karena volume ini diketahui dan
jumlah sel dalam tiap-tiap kotak dapat terlihat dan dihitung, maka jumlah
sel/ml larutan asal dapat diketahui (Buckle et al., 1987).
Gambar 3.1 Ukuran Hemasitometer
Menggunakan hemasitometer terdapat kelemahan dan kelebihannya.
Menurut Hadioetomo (1990), pada metode hitungan mikroskpis langsung,
sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel
dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan
metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan.
Namun kelemahannya ialah tidak membedakan sel–sel yang hidup dan yang
mati, dengan perkataan lain hasil yang diperoleh ialah jumlah total sel yang ada
di dalam polulasi.
Kelemahan lain metode hitungan mikroskopis langsung ialah sulitnya
menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena ketebalan
hemasitometer tidak memungkinkan digunakannya lensa obyektif celup
minyak. Hal ini biasanya diatasi dengan cara mewarnai sel sehingga menjadi
lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang–kadang sel cenderung
bergerombol sehingga sukar membedakan sel–sel individu. Cara mengatasinya
ialah mencerai-beraikan gerombolan sel-sel tersebut dengan menambahkan
bahan anti gumpal seperti dinatrium etilenadiamina-tetraasetat dan Tween 80
sebanyak 0,1% (Hadioetomo, 1990).
Yeast merupakan salah satu fungi bersel tunggal (uniseluler), dengan
bentuk spheroid sampai ovoid dan kadang membentuk miselium semu
(pseudomicellium). Sebagian besar yeast melakukan reproduksi secara aseksual
melalui pembentukkan tunas (budding). Sebagai sel tunggal yeast dapat
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kapang (mould) yang tumbuh dengan
pembentukan filamen. Disamping itu yeast lebih efektif dalam memecah
komponen bahan kimia dengan volume hasil yang lebih banyak (Satife et al.,
2009).
Menurut Buckle (1987) khamir (ragi) adalah mikroorganisme bersel
tunggal dengan ukuran antara 5 dan 20 mikron. Biasnya berukuran 5 sampai 10
kali lebih besar dari bakteri. Kapang berlawanan dengan bakteri dan khamir,
seringkali dapat dilihat dengan mata. Berbeda dengan bakteri dan khamir,
kapang adalah multiseluler, terdiri dari banyak sel yang bergabung menjadi
satu. Kapang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya, dikenal
sebagai pertumbuhan apikal. Berbeda dengan kapang, khamir (yeast)
mengalami bertumbuhan dengan cara bertunas (budding).
Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas
(budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir. Mula-mula
timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk. Gelembung ini secara
bertahap membesar dan setelah mencapai ukuran yang sama dengan induknya
terjadi pengerutan yang melepaskan tunas dari induknya. Sel yang baru
terbentuk selanjutnya akan memasuki tahap pertunasan kembali. Bagi
kebanyakan khamir seperti Saccharomyces cerivisae, tunas dapat berkembang
dari setiap bagian permukaan sel induk (pertunasan multipolar), tetapi bagi
beberapa spesies hanya pada bagian tertentu saja (Buckle, 1987).
Pertumbuhan yeast dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan yeast adalah nutrisi, oksigen, kadar air,
temperatur, dan pH. Semua mikroorganisme memerlukan nutrien yang akan
menyediakan energi, nitrogen untuk sintesis protein, vitamin dan mineral.
Semua jamur dan khamir serta beberapa bakteri, termasuk hampir semua
patogen adalah bersifat heterotrofik atau tidak dapat membuat makanan sendiri
(Gaman, 1992).
Menurut Widiastuti (1984) Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan
energi dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih “disukai”, oleh karenanya
konsentrasi gula sangat mempengaruhi kualitas alkohol yang dihasilkan. Untuk
yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4-4,5. Pada pH
3 atau lebih rendah lagi, maka fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat.
Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram/l (kira-kira 7,2 atm) akan
menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast.
Tabel 3.2 Hasil Pengamatan dan Perhitungan Tidak langsung
Sampel UlanganTingkat
PengenceranJumlah Koloni
Jumlah Mikroba (Cfu/ml)
Sosis
110-4 100 106
10-5 64 64 . 10-5
10-6 60 6 . 107
210-4 237 237 . 104
10-5 189 189 . 105
10-6 115 115 . 106
310-4 16 16 . 104
10-5 12 12 . 105
10-6 spreader -
Air Jeruk
110-4 115 115 . 104
10-5 170 170 . 105
10-6 6 6 . 106
210-4 117 117 . 104
10-5 110 110 . 105
10-6 69 69 . 106
310-4 76 76 . 104
10-5 162 162 . 105
10-6 TBUD -
Saus Cabai
110-4 94 94 . 104
10-5 63 63 . 105
10-6 56 56 .106
210-4 TBUD -10-5 126 126 . 105
10-6 104 104 . 106
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan tabel 3.2 diatas dapat diketahui jumlah mikroba pada masing-
masing sampel yang digunakan. Pada sampel padat atau sosis, air jeruk, saus
cabai dengan tiga kali pengulangan dan pada masing-masing tingkat
pengenceran yaitu 10-4 , 10-5,10-6 menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda-
beda. Semakin rendah tingkat pengencerannya menghasilkan jumlah mikroba
yang semakin banyak. Pada masing-masing sampel yang berbeda tersebut juga
menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula. Jumlah mikroba pada air
jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada sosis dan saus cabai.
Untuk melakukan perhitungan pada jumlah mikroba diatas maka
menggunakan langkah-langkah yaitu yang pertama, cawan yang dihitung dan
dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 sampai 300. Kedua,
beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar dimana jumlah kolonimya diragukan dapat dihitung sebagai
satu koloni. Ketiga, suatu rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal
dihitung sebagai satu koloni (Fardiaz, 1993).
Metode viable count atau disebut dengan metode TPC (Total Plate Count)
merupakan kultur yang diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer
ditumbuhkan kembali pada media, sehingga diharapkan setiap sel tumbuh
menjadi satu koloni, biasanya 4-12 jam. Namun, cara ini memiliki keterbatasan
yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya dan tidak dapat
diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Faktor yang mempengaruhi
perhitungan bakteri dengan metode ini adalah jumlah sel bakteri harus
mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak, maka
perhitungan dianggap gagal (Purwoko, 2007).
PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5%
tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa sehingga semua mikroba
termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh dengan baik pada medium
tersebut (Fardiaz, 1993).
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara III Perhitungan
Mikroba ini adalah
1. Pembelahan sel khamir terjadi secara aseksual dengan pembentukan tunas
(budding) suatu proses yang merupakan sifat khas dari khamir dimulai
dengan timbul suatu gelembung kecil dari permukaan sel induk.
2. Keuntungan dari hemasitometer ialah jumlah sel dapat ditentukan secara
langsung dengan bantuan mikroskop dan pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan.
3. Kelemahan dari hemasitometer ialah tidak membedakan sel–sel yang
hidup dan yang mati, sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil
seperti bakteri, dan sel cenderung bergerombol sehingga sukar
membedakan sel–sel individu.
4. Hasil perhitungan jumlah yeast/ml secara berturut turut adalah 39,5 . 108;
39 . 108; 53 . 108; 34 . 108; 30 . 108; 22,5 . 108; 22 . 108; 22,5 . 108; 44,5 .
108; 77 . 108.
5. Hasil perhitungan yeast/ml yang terbesar adalah 77 . 108 dan hasil
perhitungan yeast/ml yang terkecil adalah 22 . 108.
6. Semakin rendah tingkat pengenceran sampel akan menghasilkan jumlah
mikroba yang semakin banyak dan masing-masing sampel yang berbeda
akan menghasilkan jumlah mikroba yang berbeda pula.
7. Jumlah mikroba pada air jeruk lebih banyak daripada jumlah mikroba pada
sosis dan saus cabai.
8. Faktor yang mempengaruhi TPC adalah jumlah sel bakteri yang mendekati
kelipatan 10 pada tiap pengencerannya.
9. PCA (Plate Count Agar) adalah suatu medium yang mengandung 0,5%
tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, et al. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafinda Persada: Jakarta.
Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa Batam Propinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia II hal 28-33. Universitas Riau : Riau.
Gaman, P. H. Pengantar Ilmu pangan Nutisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ghosh, Swapan kr. 2011. Study of yeast flora from fruit of Syzygium cumini (linn) skeel. Agriculture and Biology Journal of North America, Vol. 2, No. 8, 2011.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1990. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.
Hansen, P.J. http://www.animal.ufl.edu/hansen/protocols/hemacytometer.htm diunduh pada 27 Mei 2013.
Purwoko, Thahjadi. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.
Rahayu, Asih. 2000. Deteksi Adanya Bakteri Pada Air Minum dalam Kemasan Galon. Jurnal Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2000.
Satife, et al. 2009. Potensi Yeast pada Pengurangan Konsentrasi Uranium dalam Limbah Organik Tbp-Kerosin yang Mengandung Uranium. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah IX, 2009.
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum edisi keenam. Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Slaa, et al. 2009. Yeast and fermentation: The Optimal Temperature. Journal of Organic Chemistry, 2009.
Widiastuti, Dian dan Eska Pramesti. 1984. Proses Pembuatan Anggur dari Buah Rambutan. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, 1984.
LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA III
MIKROBIOLOGI UMUM
Oleh :
KELOMPOK 5
Amalia Lutviana (H0912008)
Ayu Novia L (H0912021)
Citra Maylindasari (H0912029)
Dhita Eka Rizki (H0912037)
Fadhila Putri R (H0912048)
Fransiska Putri (H0912056)
Guruh Panji (H0912061)
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013