ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

33
ACARA III OKSIDI-REDUKTOMETRI A. Tujuan Tujuan dari Acara III Oksidi-Reduktometri adalah: 1. Dapat melakukan titrasi iodometri secara langsung pada sampel. 2. Dapat menentukan kadar vitamin C secara langsung pada sampel. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam aquades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Lehninger, 1982). Herlina (2010) menyebutkan tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikulturan yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Salah satu jenis cabai yang banyak

Transcript of ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Page 1: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

ACARA III

OKSIDI-REDUKTOMETRI

A. Tujuan

Tujuan dari Acara III Oksidi-Reduktometri adalah:

1. Dapat melakukan titrasi iodometri secara langsung pada sampel.

2. Dapat menentukan kadar vitamin C secara langsung pada sampel.

B. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Bahan

Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan

hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera

melarut di dalam aquades mencakup berbagai senyawa organik netral

yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol,

aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan

molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus

hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton

(Lehninger, 1982).

Herlina (2010) menyebutkan tanaman cabai merupakan salah

satu komoditas hortikulturan yang memiliki nilai ekonomi penting di

Indonesia. Salah satu jenis cabai yang banyak digemari adalah cabai

kecil biasa disebut cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Sunarjono,

2010 menyatakan cabai dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun

dataran rendah. Akan tetapi, tanaman cabai tidak tahan terhadap

hujan, terutama pada waktu berbunga karena bunganya akan mudah

gugur (Maulidah dkk, 2012).

Godam (2006) menyatakan pada buah cabai terkandung

beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai adalah vitamin

C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat

yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker dan secara

khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral

untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan

Page 2: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

lain. Naidu (2003) menyatakan pula bahwa vitamin C merupakan

vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen.

Menurut Cahyono (2003), kandungan vitamin C pada cabai rawit

segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Johnson et al. (1998)

menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada cabai merah besar

lebih tinggi yaitu berada pada kisaran 150-200 mg/100g

(Rachmawati dkk, 2009).

Jeruk termasuk golongan buah non-klimakterik yaitu buah yang

tingkat respirasinya menjelang pemasakan akan meningkat lalu

menurun setelah lewat masak. Hal ini dapat menjadi petunjuk waktu

panen yang tepat, yaitu untuk menjaga perubahan-perubahan menjadi

masak yang terlalu cepat dan dapat disimpan lebih lama maka

pemanenan dilakukan agak lebih awal dari saat masak optimal

(Helmiyesi dkk, 2008).

Riana (2000) menyatakan bahwa buah jambu biji merah

diketahui mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten sehingga

dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan

tubuh. Hariyadi (2000) serta Achyat dan Rasyidah (2000) juga

menambahkan bahwa buah jambu biji juga kaya serat yang larut

dalam air dan pektin terutama di bagian kulitnya sehingga dapat

mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari

makanan. Kandungan-kandungan dalam jambu biji merah

diperkirakan memiliki efek protektif terhadap kenaikan kadar lipid

dalam darah (Murini dkk, 2007).

2. Tinjauan Teori

Karena vitamin dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam

jumlah miligram per hari, maka vitamin disebut mikronutrien. Istilah

ini digunakan untuk membedakannya dengan makronutrien seperti

karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan pada diet manusia

dalam jumlah besar. Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit

karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan

Page 3: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama disebut

metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya

terdapat pada konsentrasi rendah di dalam jaringan. Vitamin C (asam

askorbat) nampaknya berfungsi sebagai kofaktor dalam hidroksilasi

enzimatik residu prolin pada kolagen dari jaringan pengikat

vertebrata. Walaupun asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam

pembentukan dan pertahanan komponen utama pada jaringan pengikat

hewan tingkat tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa

fungsi ini merupakan satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin

ini (Lehninger, 1982).

Vitamin adalah senyawa organik esensial yang terdapat dalam

makanan nabati dan hewani dengan jumlah yang sangat kecil ikut

membantu mempertahankan kegiatan-kegiatan normal suatu jaringan.

Berbeda sekali dengan hormon yang dibentuk dalam kelenjar-kelenjar

dari jaringan tubuh. Vitamin berasal dari luar tubuh (makanan) dan

hormon dari dalam tubuh itu sendiri yang kemudian dialirkan melalui

saluran khusus ke seluruh tubuh manusia (Kusnawidjaja, 1987).

Menurut Bender (2003) dan Johnston et al. (2007), asam

askorbat adalah kofaktor dari berbagai reaksi fisiologis, termasuk

paskatranslasi hidroksilasi prolin dan lisin dalam kolagen dan jaringan

penghubung protein lain, ekspresi gen kolagen, sintesis norepineprin

dan hormon ardenal, aktifasi berbagai hormon peptida, dan sistesis

kartinin. Sedangkan menurut Byers dan Perry (1992) serta Bender

(2003), karena potensial redoksnya, asam askorbat memfasilitasi

absorpsi intestine besi dan saat sendiri berfungsi sebagai antioksidan

bagi sel sedangkan saat berpasangan berfungsi sebagai antioksidan

bagi aktifitas vitamin E (Phillips, 2010).

Asam askorbat (vitamin C) mempunyai faktor yang mirip

monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang

tak lazim. Senyawa ini adalah lakton tak jenuh beranggota lima

dengan dua gugus hidroksil pada ikatan ganda-duanya. Struktur

Page 4: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

enadiol seperti ini jarang ditemui. Akibat dari gugus ini, asam

askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Kedua

bentuk ini secara biologi aktif sebagai vitamin. Asam askorbat banyak

terdapat pada buah jeruk dan tomat. Kekurangan asam askorbat dalam

makanan menyebabkan sariawan, penyakit yang menyebabkan

melemahnya saluran darah, pendarahan, goyah gigi, kurangnya

kemampuan penyembuhan luka, dan akhirnya kematian (Hart, 1987).

Higdon, 2004 menyatakan vitamin C mempunyai sifat sebagai

antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat

diperlukan oleh tubuh seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam

nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan oksigen spesies

(Arifin dkk, 2007).

Vitamin C, asam askorbat, adalah zat gizi yang esensial untuk

manusia karena Homo sapiens kekurangan enzim L-gulonolakton

oksidase yang terdapat pada banyak spesies hewan lainnya. Asam

askorbat dibutuhkan untuk hidroksilasi prolin dalam sintesis kolagen

dan reaksi enzimatik lainnya yang membutuhkan pereduksi sejenis.

Defisiensi vitamin C menyebabkan sariawan yang ditandai dengan

kelemahan, pendarahan pada kulit, ecchymoses, gingival, dan

pendarahan subperiostel, serta kelainan perkembangan tulang anak-

anak (Olson et al., 1991).

Vitamin C adalah derivat heksosa dan cocok digolongkan

sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna

putih, sangat larut dalam air dan alkohol. Vitamin C stabil dalam

keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan,

apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat mudah teroksidasi

menjadi asam dehidroaskorbat yang mudah pula tereduksi menjadi

asam askorbat. Vitamin C berfungsi sebagai senyawa pereduksi,

misalnya proteksi oksidasi pada metabolisme tirosin dan reduksi besi

ferri menjadi besi ferro dalam metabolisme besi (Suhardjo dkk, 1992).

Page 5: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat

larut dalam air. Vitamin C hampir ditemukan sepenuhnya dalam

makanan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar tetapi tidak

ditemukan dalam serealia atau sayuran kacang-kacangan yang kering.

Jumlah asam askorbat pada buah-buahan dan sayuran sangat

bervariasi bahkan dalam varietas yang sama sekalipun. Asam askorbat

diperlukan untuk pembentukan semua jaringan tubuh, terutama dalam

pembentukan jaringan ikat. Asam askorbat juga membantu absorbsi

zat besi dalam usus halus (Gaman et al., 1981).

Vitamin C yang juga dikenal sebagai asam askorbat merupakan

senyawa antioksidan yang ditemukan pada berbagai buah dan sayuran

diketahui dapat mencegah perusakan jaringan. Vitamin C juga

diidentifikasi untuk mencegah aglutinasi sperma dengan membuatnya

lebih resultan pada fertilitas laki-laki. Beberapa doktor di Nigeria

secara rutin memberikan konsumsi vitamin C untuk penyembuhan

beberapa penyakit seperti demam, batuk, influenza, bengkak, luka,

gingivitis, penyakit kulit, diare, malaria, dan infeksi bakteri

(Ogunlesi et al., 2010).

Titrasi redoks adalah salah satu diantara jenis analisis yang

penting yang dilakukan dalam berbagai aplikasi. Iodin adalah agen

oksidasi yang bisa digunakan untuk mentitrasi agen reduksi yang kuat.

Iodine pada dasarnya adalah agen oksidasi kuat dan bisa mentitrasi

agen reduksi. Titrasi dengan I2 disebut metode iodometri. Titrasi

tersebut biasanya dilakukan dengan titran berupa senyawa netral atau

setengah alkalin (pH 8) dan titrat berupa larutan asam lemah. Jika pH

terlalu alkalin I2 akan terdisproporsionasi menjadi hipoiodat dan

iodida. Reaksi yang berlangsung adalah: I2 + 2 OH- = IO- + I- + H2O.

Ion iodida adalah agen reduksi lemah dan akan mereduksi agen

oksidasi kuat. Iodida tidak digunakan sebagai titran karena kurangnya

perubahan visual dari indicator juga karena faktor lain seperti

kecepatan reaksi. Ketika sejumlah iodida ditambahkan pada larutan

Page 6: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

agen oksidasi I2 diproduksi dalam jumlah yang ekuivalen dengan

jumlah agen oksidasi. I2 ini dapat dititrasi dengan agen reduksi dan

hasilnya akan sama seperti ketika agen oksidasi dititrasi secara

langsung. Agen titrasi yang digunakan adalah sodium tiosulfat.

Analisis dari agen oksidasi dengan cara tersebut disebut metode

iodometri (Christian, 1971).

C. Metodologi

1. Alat

a) Neraca analitik

b) Erlenmeyer

c) Labu takar

d) Beker glass

e) Pipet

f) Buret

2. Bahan

a) Aquades

b) Minuman kemasan (Nutrisari, Happy Jus, Country Choice, You-C

1000, dan Fruitamin)

c) Buah-buahan (Jeruk, jambu, belimbing, cabai rawit, cabai merah,

dan belimbing)

d) Vitamin tablet (IPI, Xon-C, Vit-C, dan Vitalong-C)

e) Iodium 0,01 N

f) Indikator amilum

Page 7: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Buah Dikupas dan dicuci bersih

Daging buah Ditimbang 10 gram lalu dihaluskan dengan mortar

Dipindah ke labu takar 50ml, ditambah aquades sampai tanda tera

Dikocok homogen, lalu di ambil 12,5ml sampel dalam erlenmeyer

Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N

Tablet Dilumatkan dengan mortar

Serbuk tabletDitimbang 0,2 gram lalu dimasukkan dalam

erlenmeyer 50ml

Ditambahkan sampai tanda tera, lalu dikocok hingga homogen. Kemudian diambil 12,5ml

sampel dengan pipet volume

Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N

Aquades

3. Cara Kerja

a) Penetapan Vitamin C dari Buah-buahan

b) Penetapan Vitamin C dari Tablet

Page 8: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Sampel cair Ditimbang 30 gram dalam beker glass

Dimasukkan labu takar 50ml dan ditambah aquades sampai tanda tera

Diambil 12,5ml sampel dengan pipet, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 50ml

Ditambahkan 2ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N

c) Penetapan Vitamin C dari Minuman Kemasan

Page 9: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

D. Pembahasan

Tabel 3.1 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah

Kel. SampelBerat

Sampel (g)

Vol I2

(ml)Kadar (%)

Perubahan Warna

1

Jeruk

10 3,25 0,1145

Warna awal: Kuning pucatWarna akhir:

Coklat semburat biru

15 10 4,1 0,0720

Awal : Kuning BeningAkhir :

Kecoklatan

2

Jambu

10,397 5,2 0,1762Warna awal: Pink

Warna akhir: Ungu kehitaman

16 10 4,5 0,1580Awal : Merah

MudaAkhir : Ungu

3

Belimbing

10 0,8 0,0282

Warna awal: Kuning pekatWarna akhir:

Coklat transparan kebiruan

17 10 2,5 0,0880

Awal : Kuning terangAkhir :

Kecoklatan

4Cabai Merah

10 4,3 0,1515

Warna awal: Merah

Warna akhir: Merah kecoklatan

18 10 1,7 0,0590Awal : MerahAkhir : Merah

kecoklatan

5Cabai Rawit

10 4 0,1409

Warna awal: Orange terangWarna akhir:

Orange kehitaman

19 10 13,2 0,4640Awal : OrangeAkhir : Coklat

KeunguanSumber: Laporan Sementara

Page 10: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Pembahasan:

Pada percobaan Acara III Oksidi-Reduktometri ini, kadar

vitamin C pada masing-masing sampel ditentukan dengan

menggunakan cara titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk (2009),

pengukuran kadar vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan

larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator.

Pada proses titrasi, setelah semua vitamin C bereaksi dengan iodin,

maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan

larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan iodin adalah

C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-+2H+. Pada percobaan Acara III Oksidi-

Reduktometri, indikator kanji diganti dengan amilum. Meskipun

indikatornya diganti, mayoritas perubahan warna yang disebabkan

oleh kelebihan iodin tetap sama yaitu biru gelap.

Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini.

Ketiga sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C

tablet, dan sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.1 Hasil Penentuan

Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah, sampel buah yang

digunakan adalah jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai

rawit. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil

perhitungan kadar vitamin C pada buah jeruk, jambu, belimbing, cabai

merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%;

0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%,

dan 0,4640%.

Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel buah,

dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah

adalah kadar vitamin C jambu > kadar vitamin C cabai merah > kadar

vitamin C cabai rawit > kadar vitamin C jeruk > kadar vitamin C

belimbing. Artinya, kadar vitamin C jambu adalah yang paling tinggi

dibanding kadar vitamin C sampel buah lainnya dan kadar vitamin C

belimbing adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C

sampel buah lainnya.

Page 11: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara

volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C

pada sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel jeruk,

jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit secara berturut-turut

adalah 3,25ml; 5,2ml; 0,8ml; 4,3ml; dan 4ml. Volume iodin 0,01 yang

dibutuhkan pada titrasi sampel jambu adalah yang paling besar dan

volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel belimbing adalah yang paling

sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini sebanding

dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana

semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin

besar pula kadar vitamin C sampel tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C

antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam

titrasi dan cara ekstraksi vitamin C dari masing-masing sampel buah.

Semakin banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi

maka akan semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Cara

ekstraksi dapat mempengaruhi kadar vitamin C seperti yang

disebutkan Almatsier (2002) dan Winarno (2004) dalam Mukaromah

dkk (2010) bahwa vitamin C mudah rusak oleh pemanasan dan

stabilitasnya dipengaruhi oleh udara. Jika dalam ekstraksi vitamin C

dilakukan suatu pemanasan, maka kadar vitamin C akan berkurang

karena banyak vitamin C yang rusak. Selain itu faktor berat sampel

dan nilai N iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan

sebagaimana tercantum dalam rumus berikut:

Kadar Vit C (%) = fp ×ml iod × N iod × BM vit .C

2× berat sampel (g )× 1000× 100 %

Page 12: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Vitamin C Tablet

Kel. SampelBerat

Sampel (g)

Vol I2

(ml)

Kadar (%)

Perubahan Warna

6

IPI

0,2 5,9 10,3911

Warna awal: Kuning transparanWarna akhir: Biru

kehitaman

20 0,2 21,5 37,8400Awal: Kuning

mudaAkhir: Muda

7

Xon-C

0,2 29 51,0748

Warna awal: Kuning transparanWarna akhir: Biru

kehitaman

21 0,2 28,1 49,4560Awal: Kuning

Akhir: Biru keunguna

8Vitalong-C

0,2 16 28,1792

Warna awal: Tidak berwarna

Warna akhir: Ungu transparan

17 0,285,4

5150,3920

Awal: KuningAkhir: Ungu

9

Vit-C

0,2 28,6 50,3703

Warna awal: Kuning transparanWarna akhir: Biru

kehitaman

23 0,2 24,6 43,2960

Awal: Kuning bening

Akhir: Merah kebiruan

Sumber: Laporan Sementara

Pembahasan:

Penentuan kadar vitamin C pada sampel vitamin C tablet dilakukan

dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk

(2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua vitamin C

bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji

yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan

iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-+2H+. Pada titrasi iodometri ini,

digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut

Page 13: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi

berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses

titrasi telah mencapai titik akhir titrasi.

Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga

sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan

sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar

Vitamin C pada Beberapa Sampel Vitamin C Tablet, sampel tablet yang

digunakan adalah IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C. Setelah dilakukan

titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil perhitungan kadar vitamin C

pada IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%;

37,8400%; 51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan

43,2960%.

Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel tablet,

dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah

adalah kadar vitamin C Xon-C > kadar vitamin C Vit-C > kadar vitamin C

Vitalong-C > kadar vitamin C IPI. Artinya, kadar vitamin C Xon-C adalah

yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel tablet lainnya dan

kadar vitamin C IPI adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C

sampel tablet lainnya.

Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara

volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada

sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel IPI, Xon-C,

Vitalong C, dan Vit-C secara berturut-turut adalah 5,9ml; 29ml; 16ml; dan

28,6ml. Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel Xon-C

adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel IPI

adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini

sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana

semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin besar

pula kadar vitamin C sampel tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C pada

sampel tablet antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang

Page 14: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

digunakan dalam titrasi dan jenis kemasan tablet. Semakin banyak volume

iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan semakin tinggi pula

kadar vitamin C yang dihasilkan. Stabilitas vitamin C tablet dipengaruhi

oleh jenis kemasan tablet, semakin baik suatu kemasan melindungi

vitamin C dari udara yang bisa menyebabkan oksidasi maka stabilitas

vitamin C akan semakin terjaga. Selain itu, menurut Oyetade et al. (2012),

faktor lama penyimpanan tablet juga berpengaruh terhadap kadar vitamin

C tablet.

Page 15: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman Kemasan

Kel. SampelBerat

Sampel (gram)

Vol I2

(mL)Kadar (%)

Perubahan Warna

10

Fruitamin

30 0,4 0,0047Warna awal : kuning

Warna akhir : kehitaman

4 30 0,85 0,0099Warna awal : kuning Warna akhir : biru

keunguan

11

You-C 1000

30,2 85,35 0,9955Warna awal : kuningWarna akhir: kuning

semu biru

25 30 2 0,0235Warna awal : kuning

Warna akhir: biru keunguan

12

Nutrisari

30 7,54 0,0884Warna awal : kuning

beningWarna akhir: ungu

26 30 6,3 0,0739

Warna awal : kuning bening

Warna akhir: biru bening

13

Happy Jus

30 1,5 0,0176

Warna awal: kuning muda keruh

Warna akhir: biru keunguan

27 30 1,2 0,0141

Warna awal : kuning muda keruh

Warna akhir: biru bening

14Country Choice

30 17,57 0,2063Warna awal : kuningWarna akhir: ungu

28 30 22 0,2583Warna awal : kuningWarna akhir : biru

keunguanSumber: Laporan Sementara

Pembahasan:

Penentuan kadar vitamin C pada sampel minuman kemasan

dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut

Pratama dkk (2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua

Page 16: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

vitamin C bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi

oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C

dengan iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-+2H+. Pada titrasi iodometri

ini, digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut

Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi

berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses

titrasi telah mencapai titik akhir titrasi.

Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga

sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan

sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar

Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman Kemasan, sampel minuman

kemasan yang digunakan adalah Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy

Jus, dan Country Choice. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N,

didapat hasil perhitungan kadar vitamin C pada Fruitamin, You-C 1000,

Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice berturut-turut adalah 0,0047%

dan 0,0099%; 0,9955% dan 0,0235%; 0,0884% dan 0,0739%; 0,0176%

dan 0,0141%; serta 0,2063% dan 0,2583%. Jika dirata-rata, maka rata-rata

kadar vitamin C sampel Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan

Country Choice secara berturut-turut adalah 0,0073%; 0,5095%; 0,0812%;

0,0159%; dan 0,2323%

Dari data kadar vitamin C pada masing-masing sampel minuman

kemasan, dapat diurutkan rata-rata kadar vitamin C dari yang paling tinggi

hingga rendah adalah kadar vitamin C You-C 1000 > kadar vitamin C

Country Choice > kadar vitamin C Nutrisari > kadar vitamin C Happy Jus

> kadar vitamin C Fruitamin. Artinya, kadar vitamin C You-C 1000 adalah

yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan

lainnya dan kadar vitamin C Fruitamin adalah yang paling rendah

dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan lainnya.

Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara

volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada

sampel. Rata-rata volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel

Page 17: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice secara

berturut-turut adalah 0,625ml; 43,675ml; 6,92ml; 1,35ml; dan 19,785ml.

Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel You-C 1000

adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel

Fruitamin adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin

0,01 N ini sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing

sampel dimana semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka

semakin besar pula kadar vitamin C sampel tersebut.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara

lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi dan

pemaparan minuman kemasan dengan udara secara langsung. Semakin

banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan

semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Pemaparan dengan

udara secara langsung akan membuat vitamin C teroksidasi dan rusak

sehingga kadarnya berkurang. Selain itu faktor berat sampel dan nilai N

iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan sebagaimana

tercantum dalam rumus berikut:

Kadar Vit C (%) = fp ×ml iod × N iod × BM vit .C

2× berat sampel (g )× 1000× 100 %

Page 18: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

E. Kesimpulan

1. Titrasi iodometri untuk mengetahui kadar vitamin C pada sampel

dilakukan dengan larutan iodin 0,01 N sebagai titran dan amilum

sebagai indikator. Titrasi di hentikan saat titik akhir titrasi tercapai

dimana mayoritas sampel berubah warna jadi biru gelap.

2. Kadar vitamin C pada sampel buah jeruk, jambu, belimbing, cabai

merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%;

0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%,

dan 0,4640%. Kadar vitamin C pada sampel tablet IPI, Xon-C,

Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%; 37,8400%;

51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan

43,2960%. Kemudian kadar vitamin C pada minuman kemasan

Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice

berturut-turut adalah 0,0047% dan 0,0099%; 0,9948% dan 0,0235%;

0,0885% dan 0,0739%; 0,0176% dan 0,0141%; serta 0,2062% dan

0,2581%.

3. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel buah terdapat pada buah

jambu. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel tablet adalah kadar

vitamin C Xon-C. Sedangkan kadar vitamin C tertinggi pada sampel

minuman kemasan adalah kadar vitamin C You-C 1000.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara lain adalah

jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi, nilai

normalitas iodin, dan berat sampel. Secara spesifik, pada sampel buah

kadar vitamin C dapat dipengaruhi juga oleh cara ekstraksi buah. Pada

sampel tablet terdapat faktor jenis kemasan tablet dan lama

penyimpanan tablet. Sedangkan pada sampel minuman kemasan

terdapat faktor pemaparan udara secara langsung pada sampel.

Page 19: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Helmi, dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, 2007.

Christian, Gary D. 1971. Analytical Chemistry. John Wiley and Sons, Inc. Washington.

Gaman, P.M, et al. 1981. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Helmiyesi, dkk. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XVI, No. 2, Oktober 2008.

Karinda, Monalisa, dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, Vol. 2, No. 1, Februari 2013.

Kusnawidjaja, Kurnia. 1987. Biokimia. Penerbit Alumni. Bandung.

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Maulidah, Silvana, dkk. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Cabai Rawit (Studi Kasus di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri). Jurnal SEPA, Vol. 8, No. 2, Februari 2012.

Mukaromah, Ummu, dkk. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, pH dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 1, No. 1, 2010.

Murini, Tri, dkk. 2007. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Aterosklerosis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Jurnal Fisiologi Terapan, Vol. 3, No. 2, 2007.

Ogunlesi, M, et al. 2010. Vitamin C Contents of Tropical Vegetables and Foods Determined by Voltammetric and Titrimetric Methods and Their Relevance to the Medicinal Uses of the Plants. International Journal of Electrochemical Science, Vol. 5, 2010.

Olson, Robert E, et al. 1991. Pengetahuan Gizi Mutakhir: Vitamin. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 20: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Oyetade, O.A, et al. Stability Studies on Ascorbic Acid (Vitamin C) from Different Sources. IOSR Journal of Applied Chemistry, Vol. 2, No. 4, September-Oktober 2012.

Phillips, Katherine M, et al. 2010. Stability of Vitamin C in Frozen Raw Fruit and Vegetables Homogenates. Journal of Food Composition and Analysis Vol. 23, 2010.

Pratama, Anggi, dkk. 2009. Aplikasi LabView sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal Teknik Elektro, Vol. 3, No. 1, 2009.

Rachmawati, Rani, dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum Frustescens). Jurnal Biologi, Vol. XIII, No. 2, Desember 2009.

Suhardjo, dkk. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Page 21: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

LAMPIRAN

Perhitungan Kadar Vitamin C pada Sampel Tablet IPI

Rumus hitung : Kadar Vit C (%) = fp ×ml iod × N iod × BM vit .C

2× berat sampel (g )× 1000× 100 %

Diketahui : N iod = 0,01 N

BM vitamin C = 176,12 (Pratama dkk, 2009)

Nilai fp diketahui dengan menghitung perbandingan antara volume pengenceran

sampel dengan volume sampel yang dititrasi. Pada percobaan ini, volume

pengenceran sampel adalah 50ml dan volume sampel yang dititrasi adalah 12,5ml.

Sehingga didapat nilai fp = 50

12,5=4

Kadar Vitamin C IPI : 4 × 5,9× 0,01 ×176,12

2 ×0,2 ×1000×100 %=10,3911 %

Page 22: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Gambar 3.1 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah

Gambar 3.2 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Tablet

Page 23: ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri

Gambar 3.3 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman