ISSUE ETIK, MORAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

download ISSUE ETIK, MORAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

of 21

description

ETIKA

Transcript of ISSUE ETIK, MORAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

MAKALAHISSUE ETIK, MORAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA NEONATUSDosen Pengampu: Hikmah Sobri, S.Pd., M.Kes

Disusun oleh:Nama: Siti Zakiah ZulfaNIM: 201110105061Kelas: 2. A5Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma IIISekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah YogyakartaJl. Munir 267, Serangan, Yogyakarta 55262 2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuhAlhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-NYA kepada semua makhluk-NYA. Tidak lupa pula sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman yang buta akan pengetahuan menuju zaman yang penuh dengan segala macam dan bentuk penetahuan.Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen Pengajar yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai pada waktunya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal. Amin.Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap, makalah ini bisa memberi dampak yang positif, dan memberikan pelajaran yang bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuhYogyakarta,Oktober 2012

Penulis

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANG MASALAHPemahaman mengenai etika dank ode etik kebidanan sangat penting diketahui oleh para bidan maupun calon bidan. Hal ini sangat penting disadari karena masyarakat semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula ketidakpuasan dalam pelayanan. Perkembangan teknologi informasi juga memunculkan situasi yang membutuhkan respon etik. Oleh karena itu pemahaman mengenai etika dan kode etik dibutuhkan agar dapat membentuk sikap dan prilaku professional bidan dalam melakukan profesi kebidanan. Demikian juga dalam berkarya di tempat pelayanan kebidanan, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Menjadi tantangan bagi Profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan profesionalisme dalam menjalankan praktk kebidanan serta dalam memberikan pelayanan berkualitas.Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Hal tersebut membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang professional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Sebagai praktisi pelayanan bidan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based. Sehingga disini berbagai dimensi etik dan bagaimana pendekatan tentang etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami. Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalan yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik. Kesalahan dalam mengambil keputusan bisa menyebabkan malpraktik. Maraknya malpraktek di Indonesia membuat masyarakat tidak percaya lagi pada pelayanan kesehatan di Indonesia. Ironisnya lagi, pihak kesehatan pun khawatir kalau para tenaga medis Indonesia tidak berani lagi melakukan tindakan medis karena takut berhadapan dengan hukum. Lagi-lagi hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi yang baik antara tenaga medis dan pasien. Tidak jarang seorang tenaga medis tidak memberitahukan sebab dan akibat suatu tindakan medis. Pasien pun enggan berkomunikasi dengan tenaga medis mengenai penyakitnya.Sekarang ini tuntutan professional terhadap profesi ini makin tinggi. Berita yang menyudutkan serta tudingan bahwa dokter telah melakukan kesalahan dibidang medis bermunculan. Di Negara-negara maju yang lebih dulu mengenal istilah makpraktek medis ini ternyata tuntutan terhadap tenaga medis yang melakukan ketidaklayakan dalam praktek juga tidak surut. Biasanya yang menjadi sasaran terbesar adalah dokter spesialis bedah (ortopedi, plastic dan syaraf), spesialis anestesi serta spesialis kebidanan dan penyakit kandungan.Di Indonesia, fenomena ketidakpuasan pasien pada kinerja tenaga medis juga berkembang. Pada awal januari tahun 2007 publik dikejutkan oleh demontrasi yang dilakukan oleh para korban dugaan malpraktik medis ke Polda Metro Jaya dengan tuntutan agar polisi dapat mengusut terus sampai tuntas setiap kasus dugaan malpraktek yang pernah dilaporkan masyarakat.Tuntutan yang demikian dari masyarakat dapat dipahami mengingat sangat sedikit jumlah kasus malpraktik medik yang diselesaikan di pengadilan. Apakah secara hukum perdata, hukum pidana atau dengan hukum administrasi. Padahal media massa nasional juga daerah berkali-kali melaporkan adanya dugaan malpraktik medik yang dilakukan tenaga kesehatan tapi sering tidak berujung pada peyelesaian melalui sistem peradilan.

B. TUJUAN

Menjadi seorang bidan yang professional dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap kode etik dalam pelayanan kebidanan, untuk itu tujuan dari pada pembuatan makalah ini tidak lain adalah sebagai metode pembelajaran bagi penulis dalam menambah dan mengasah pengetahuan, serta mengenalkan dan menjabarkan apa maksud dari kode etik dalam pelayanan kebidanan serta memberikan contoh issue yang terjadi dalam memberikan pelayanan.

BAB IITEORI DAN PANDANGAN AL-QURANISSUE ETIK, MORAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN PADA NEONATUSA. PENGERTIANIssue adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau suatu lingkungan yang belum tentu benar, serta membutuhkan pembuktian.Issue adalah topic yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat. Pendapat yang timbul akan bervariasi, isu muncul dikarenakan adanya perbedaan nilainilai dan kepercayaan.Etik adalah kumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau buruk (Jones, 1994).K.Bertens (2002) merumuskan arti etika. Kata etika dapat digunakan dalam arti nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa dirumuskan sebagai system nilai. System ini dapat berfungsi dalam hidup manusia baik secara individu maupun social. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah kode etik. Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik dan buruk.Menurut Shirley R. Jones (2000), Ethics is the application of the processs and theories of moral philosophy to a real situation. It is concerned with the basic principles and concepts that guide human being in thought and action, and which underlie their values.Etika merupakan penerapan teori dan proses filsafat moral dalam kehidupan nyata, etika mencakup prinsip, konsep dasar, dan nilai-nilai yang membimbing makhluk hidup dalam berfikir dan bertindak. Menurut Shirley R. Jones (2000) etika terbagi dalam 3 bagian :1. Meta-Ethics (Ethics). Merupakan bentuk filsafat moral yang paling abstrak, mencakup pemikiran moral manusia mengenai suatu kejadian. Dalam tahap ini, manusia memandang etika hanya sebatas analisis pemiki ran (konsep, bahasa), untuk menentukan suatu kejadian dianggap baik, buruk atau lainnya.2. Ethical/ Moral Theory, dalam tahap ini, manusia mencoba memformulasikan mekanisme untuk menyelesaikan masalah etika. Setiap manusia akan mengalami masalah etika sepanjang kehidupannya dalam bentuk yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan mekanisme atau formula pengambilan keputusan yang cepat dan tepat untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut. Pendekatan tersebut biasa disebut dengan etika normative.3. Practical Ethics, dalam tahap ini, manusia berupaya mengaplikasikan bentuk etika dalam mewujudkan sikap atau prilaku untuk menghadapi masalah etika yang dihadapi sehari-hari. Wujud practical ethics ini bisa berupa etika bisnis.Dalam suatu masyarakat yang terdiri atas individu yang memiliki karakteristik beragam, sebuah kejadian akan dipandang dengan pendapat yang berbeda pula, sesuai dengan nilai dan keyakinan mereka masing-masing.Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik atau burukserta mempengaruhi sikap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, social budaya, agama dan lain-lain, hal inilah yang disebut kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa sesuatu adalah mutlak baik atau buruk walaupun situasi berbeda.Issue moral adalah merupakan topic yang penting berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk terminasi kehamilan dan lain-lain. Issue moral juga berhubungan dengan kejadian yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyangkut konflik, malpraktik, perang dan lain-lain. Menurut Oxford Dictionary of English (2002), issue is an important topic for discussion. Ukuran yang penting adalah bahwa masalah tersebut merupakan topic yang cukup penting sehingga mayoritas individu akan mengeluarkan opini terhadap masalah tersebut. Isu moral mencakup hal-hal penting mengenai baik dan buruk dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bisa berupa kejadian/ peristiwa luar biasa seperti terjadiperang atau konflik bersenjata. Opini tersebut akan beragam berdasarkan pada nilai dan kepercayaan yang mereka miliki, dan keberagaman inilah yang menimbulkan dilema. Contoh isu moral dalam bidang kesehatan diantaranya masalah aborsi, bayi tabung, sewa rahim, bank sperma, cloning dan terbaru saat ini adalah masalah ATM kondom yang menjadi polemic berkepanjangan dalam masyarakat.Konflik moral menurut Johnson adalah bahwa konflik atau dilema pada dasarnya sama, kenyataannya konflik berda diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering menyebabkan dilema, ada dua tipe konflik, yang pertama konflik yang berhubungan dengan prinsip, dan yang kedua adalah konflik yang berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik inin adalah merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan.Terkadang kita menganggap bahwa dilemma dan konflik moral adalah hal yang sama, padahal keduanya berbeda. Konflik moral terjadi karena adanya perbedaan antara prinsip moral antar individu. Konflik moral menyebabkan dilemma moral. Menurut Johnson (1990), terdapat dua tipe konflik moral, yaitu :1. Konflik dalam prinsip yang sama. Contoh, bila seorang bidan berprinsip untuk menjunjung tinggi autonomi, autonomi siapa yang ia perjuangkan? Autonomi bidan atau autonomi kliennya? Keduanya memiliki kedudukan dan kepentingan yang sama, sehingga sering kali menimbulkan konflik bagi bidan.2. Konflik dalam prinsip yang berbeda. Contoh, dalam kasus ibu yang menolak episiotomy, bidan memiliki konflik antara kewajiban untuk menghargai hak hidup janin sekaligus menghargai autonomi dan keinginan ibu.Banyak kasus yang timbul dalam masyarakat dapat menimbulkan permasalahan bagi tenaga medis. Permasalah itu mengakibatkan dilemma dalam tindakan profesi, karena apabila seorang tenaga medis melakukan tindakan yang tidak disetujui oleh pasien ataupun diluar wewenangnya, hal ini akan dapat mempengaruhi moral dirinya sebagai tenaga medis. Ini terbukti dengan banyaknya kasus yang dibawa ke meja hijau akibat dilemma moral yang mengakibatkan tindakan melanggar hukum.Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hamper sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab professional, yaitu :1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan, kesejahteraan, pasien atau klien.2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian (omission), disertai rasa tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien.Menurut Beauchamp dan Childresss (1994) ada dua bentuk dilemma moral, yaitu:1. Bila alternative tindakan sama kuat. Terdapat alasan yang sama kuat untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan (contoh, kasus ibu yang menolak episiotomy). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan ibu, berarti bidan sudah menghormati autonomi ibu. Akan tetapi, jika bidan tetap melakukan episiotomy, berarti bidan telah menyelamatkan bayi. Kedua alas an yang ada sama kaut.2. Bila alternative tindakan tidak sama kuat. Satu tindakan diangap benar sedangkan tindakan lainnya dianggap salah (contoh, seorang remaja yang hamil karena pergaulan bebas ingin menggugurkan kandungannya). Pada kasus tersebut, jika bidan mengikuti keinginan remaja tersebut, maka bidan dianggap malpraktik karena melakukan aborsi tanpa indikasi medis yang jelas.

Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya. Dalam bidang kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan, pengambilan keputusan harus dilakukan melalui pemikiran mendalam, karena objek yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut adalah manusia, tidak hanya klien atau pasien dan keluarganya, tetapi juga tenaga kesehatan (bidan, dokter, perawat, dan lain-lain), serta system pelayanan kesehatan itu sendiri. Beaucamp dan Childress (1989) menjelaskan empat tingkatan kerangka kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi dilemma etik. Keempat pendekatan tersebut menggunakan pendekatan etik yang sebelumnya disebut etik normative. Tingkatan 1. Keputusan dan tindakan. Ketika bidan dihadapkan pada dilemma etik, mereka membuat keputusan dan bertindak atas keputusan tersebut berdasarkan intuisi, dan umumnya bidan merefleksikan pada pengalamannya atau pengalaman rekan kerja.Tingkatan 2. Peraturan. Peraturan yang didefinisikan berdasarkan kerangka kerja adalah kaidah kejujuran (berkata benar), privasi, kerahasiaan dan kesetiaan (menepati janji). Bidan sangat familier dengan aturan tersebut karena mereka menyatu dengan kode etik profesi, dan panduan praktik profesi yang membantu interpretasi kode etik tersebut.Tingkatan 3. Prinsip. Terdapat empat prinsip etik yang umumnya digunakan dalam perawatan kesehatan dan praktik kebidanan khususnya, antara lain :a. Autonomy, memerhatikan penguasaan diri, hak kebebasan, dan pilihan individu.b. Beneficence, memerhatikan peningkatan kesejahteraan klien, selain itu berbuat yang terbaik untuk orang lain.c. Non- maleficence, tidak melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan ataupun kerugian pada orang lain dan yang terpenting, jangan menimbulkan kerugian.d. Justice, memerhatikan keadilan,pemerataan beban dan keuntungan. (Beaucamo dan Childress, 1989 dan Richard, 1997).Tingkatan 4. Teori etik.a. Teori Utilitarian (teori teleology). Teori ini menitikberatkan pada konsekuensi tindakan dan memaksimalkan kebahagiaan (Thompson dan Melia, 1998). Contoh aplikasi teori utilitarian dapat dibuktikan dalam banyak aspek dalam praktik kebidanan, seperti tes skrinning antenatal.b. Toeri Deontologi. Deontologi berasal dari kata deon, yang berarti kewajiban. Teori deontology disusun oleh Immanuel Kant (ahli metafisika) pada abad ke- 18. Kant memformulasikan teori itu sebagai istilah lain dari hal-hal benar yang harus dilakukan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Teori Kant merefleksikan bahwa bertindak yang dilandasi moral berhubungan dengan penghormatan terhadap tugas. Menurut teori ini, aturan-aturan moral diaplikasikan pada setiap orang. Contohnya, seseorang tidak boleh berbohong pada kondisi apa pun (Henry, 1996). Kant mempercayai bahwa rasionalisasi yang meningkatkan hal ini ia sebut sebagai hokum moral tertinggi (Gillon, 1992). Selain itu, tindakan dapat dikatakan bermoral hanya jika diterima oleh setiapm orang sebagai hokum yang universal. Kant mempercayai bahwa manusia adalah makhluk hidup yang memiliki autonomi dan moral rasional serta harus dihormati (Edwards, 1996).Pengambilan keputusan menurut George R.Terry adalah pemilihan alternative prilaku tertentu dari dua atau lebih dari alternative yang ada. Terdapat lima hal pokok dalam pengambilan keputusan, yaitu:1. Intuisi, berdasarkan perasaan, subjektif dan mudah terpengaruh.2. Pengalaman, mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus.3. Fakta, keputusan lebih riil, valid dan baik.4. Wewenang, lebih bersifat rutinitas.5. Rasional, keputusan bersifat objektif, transparan, konsisten.Factor-factor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :1. Posisi atau kedudukan.2. Masalah: terstruktur, tidak terstruktur, rutin, insidentil.3. Situasi : factor konstan, factor tidak konstan.4. Kondisi, factor-factor yang menentukan daya gerak.5. Tujuan, antar atau objektif.Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :1. Bidan harus mempunyai responsibility dan accountability.2. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa hormat.3. Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother.4. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan menyatakan pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.5. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah : knowledge, ajaran intrinsic, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan klinis yang logis.Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan, klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsifungsi reproduksi manusia serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari.

B. SEGI PANDANG AYAT AL- QURAN

Sebuah dilema etis adalah masalah moral dengan pilihan antara potensi benar dan salah. Dalam praktik kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Dalam segala macam permasalahan yang dihadapi oleh manusia Al-Quran adalah petunjuk yang sudah tidak bisa diragukan lagi kebenarannya. Sebagaimana tertera dalam Al Quran Al Baqarah ayat 2: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. Maksud dari ayat di atas bahwa sebagai manusia tidak sepantasnya meragukan kebenaran Al Quran karena Al Quran adalah wahyu Allah SWT. Dan sepatutnya manusia menjadikan Al Quran itu sebagai pedoman dan petunjuk dalam hidupnya.

BAB IIICONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

A. CONTOH KASUSBidan Pustu Diduga Lakukan MalpraktekSumber : http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/06/05/30027/Bidan.Pustu.Diduga.Lakukan.MalpraktekPalembang, CyberNews. Bidan Puskesmas Pembantu (Pustu) Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota Palembang, Sumatra Selatan, Yt, diduga melakukan malpraktik sehingga mengakibatkan seorang bayi pasiennya meninggal dunia setelah diobati.Informasi dari Pustu itu, Jumat, menyebutkan, dugaan telah terjadi malpraktik dilakukan bidan Yt, karena setelah memberi obat pasiennya, Paris (27 hari), justru mengalami kejang-kejang dan tubuhnya membiru.Kondisi tersebut terjadi sekitar setengah jam, usai Paris diberi dua macam obat oleh bidan tersebut.Kendati bayi itu sempat dibawa ke RSUD Bari Kota Palembang untuk mendapatkan pertolongan, namun tidak lama kemudian ia meninggal dunia.Orang tua bayi itu, Santi (45), membenarkan kejadian yang dialami anaknya tersebut.Namun menurut Kepada Dinas Kesehatan Kota Palembang, Gema Asiani, obat yang diberikan kepada Paris oleh bidan Yt sesuai standar.Menurut Gema, dengan penyakit panas yang diderita pasien itu, bidan bersangkutan memberikan obat yang sesuai, yaitu pil CTM, Paracetamol.Belum diketahui kemungkinan kasus ini akan dituntut keluarga pasien atau tidak, sehingga dapat diproses lebih lanjut atau kedua orang tuanya telah menerima keadaan tersebut.Di Sumsel saat ini telah berjalan program pengobatan gratis, khususnya diperuntukkan bagi warga kurang mampu di daerah ini, sehingga mendorong optimalisasi fungsi puskesmas dan puskesmas pembantu maupun RS pemerintah dan RS swasta jejaring layanan gratis tersebut.

B. PEMBAHASANBlacks Law Dictionary mendefinisikan malpraktik sebagai professional misconduct or unreasonable lack of skill atau failure of one rendering proffesional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the circumstances in the community by the average prudent reputable member of the proffesion with the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them.Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik dapat terjadi karena suatu tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan ( Sampurna, Budi, ).Professional misconduct merupakan kesengajaan yang dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, hukum administratif, serta hukum pidana dan perdata seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, penahanan pasien, pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran, aborsi illegal, euthanasia, penyerangan seksual, misrepresentasi, keterangan palsu, menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang belum teruji/ diterima, berpraktik tanpa SIP, berpraktik di luar kompetensinya, dan lain-lain.Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu malfeasance, misfeasance dan nonfeasance. Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai, pilihan tindakan medis tersebut sudah improper. Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance), yaitu misalnya melakukan tindakan medis dengan menyalahi prosedur. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya. Bentuk-bentuk kelalaian di atas sejalan dengan bentuk-bentuk error (mistakes, slips and lapses), namun pada kelalaian harus memenuhi keempat unsur kelalaian dalam hukum khususnya adanya kerugian, sedangkan error tidak selalu mengakibatkan kerugian. Demikian pula adanya latent error yang tidak secara langsung menimbulkan dampak buruk .Kelalaian medis adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Pada dasarnya kelalaian terjadi apabila seseorang dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu (komisi) yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu (omisi) yang seharusnya dilakukan oleh orang lain yang memiliki kualifikasi yang sama pada suatu keadaan dan situasi yang sama. Perlu diingat bahwa pada umumnya kelalaian yang dilakukan orang per-orang bukanlah merupakan perbuatan yang dapat dihukum, kecuali apabila dilakukan oleh orang yang seharusnya berdasarkan sifat profesinya bertindak hati-hati dan telah mengakibatkan kerugian atau cedera bagi orang lain.Kasus malpraktik umumnya dipicu oleh ketidakhati-hatian. Kewaspadaan tenaga medis menjadi factor utama terjadinya malpraktik. Kesalahan fatal tersebut umumnya terjadi pada saat diagnose, terapi, pemberian obat sampai operasi. Malpraktik tidak hanya dapat mengarah pada penurunan derajat kesehatan klien, namun juga dapat menyebabkan kematian dan kecacatan seumur hidup. Kasus kesalahan tindakan medis bukan hanya terjadi di Indonesia yang saat ini kualitas pelayanan kesehatannya masih rendah, namun masih sering terjadi di Negara maju. Sementara itu, kasus malpraktik di Indonesia masih sangat sedikit yang terungkap. Kebanyakan klien atau keluarganya memilih untuk tidak mengungkapkan pendertitaannya. Umumnya, mereka tidak mengetahui bahwa kasus malpraktik dapat diajukan ke meja hijau dan sebagian memilih untuk pasrah dan enggan terlibat dalam konflik hokum yang biasanya sangat melelahkan.Kasus malpraktik di Indonesia belum diatur secara jelas dalam undang-undang. Undang-undang kesehatan belum dilengkapi dengan aturan teknis yang mengatur secara khusus mengenai malpraktik. Biasanya, jika kasus malpraktik diajukan ke pengadilan, aturan yang digunakan adalah aturan pidana dan para politisi sebenarnya telah lama mendesak agar departemen kesehatan segera merumuskan aturan malpraktik secara gambling. Oleh karena itu, bidan harus selalu waspada terhadap segala bentuk isu etik yang banyak berkembang di dunia kesehatan dan harus menyikapinya secara bijak sehinggat tidak akan terjadi penyimpangan kewenangan dan setiap tindakan sesuai dengan etika profesi kebidanan.Melihat kembali pada kasus di atas, hal yang wajib di lakukan bidan sebelum melakukan tindakan adalah Informed Consent. Hal ini sangat penting di lakukan mengingat kembali resiko yang mungkin terjadi kepada bidan. Informed Consent merupakan salah satu cara pencegahan konflik etik. Pencegahan konflik etik, meliputi 4 hal, yaitu :1. Informed Consent2. Negoisasi3. Persuasi4. Komite etik.Persetujuan pasien bagi setiap tindakan medic menjadi mutlak diperlukan, kecuali dalam keadaan emergency. Persetujuan tersebut dikenal dengan informed consent. Kesadaran hokum pasien semakin meningkat, pasien sadar akan hak dan kewajibannya dalam arti bahwa pemberian persetujuan tanpa mengetahui tentang apa yang akan dilakukan atas dirinya adalah bertentangan dengan prosedur pelayanan kebidanan.Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent atau persetujuan, yaitu:1. Sukarela (voluntariness)2. Informasi (information)3. Kompetensi (competence)4. Keputusan (decision).Dasar hokum informed consent adalah : Pasal 53 pada UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menetapkan sebagai berikut :1. Ayat 2, Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien. Yang dimaksud dengan hak pasien adalah hak atas informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua. Diatur juga dalam Registrasi dan Praktik bidan pada KepMenKes No. 900/ 2002 pasal 25 ayat 2, tentang kewajiban bidan dalam menjalankan kewenangannya, yaitu :a. Memberikan informasi. Informasi mengenai pelayanan atau tindakan yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan perlu diberikan secara jelas, sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya.b. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang akan dilakukan kepada pasien. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan dilakukan. Secara hokum informed consent berlaku sejak tahun 1981, PP No. 8 Tahun 1981. Pada KepMenKes No. 900 / 2002, Bab IX, Sanksi, Pasal 42 menyebutkan bahwa bidan yang dengan sengaja :Melakukan praktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (1) dan (2); dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.Berkaitan dengan malpraktik ketentuan pidana baik berupa tindak kesengajaan (professional misconducts) ataupun akibat culpa (kelalaian/ kelupaan) sebagai berikut :a. Menyebabkan mati atau luka karena kelalaian ( Pasal 359 KUHP, Pasal 360 KUHP, Pasal 361 KUHP);b. Penganiayaan ( Pasal 351 KUHP ), untuk tindakan medis tanpa persetujuan dari pasien ( informed consent );c. Aborsi ( Pasal 341 KUHP, Pasal 342 KUHP, Pasal 346 KUHP, Pasal 347 KUHP, Pasal 348 KUHP , Pasal 349 KUHP );d. Euthanasia ( Pasal 344 KUHP, , Pasal 345 KUHP);e. Keterangan palsu (Pasal 267-268 KUHP);

PANDANGAN ISLAM TERHADAP KASUSDalam syariah islam membunuh adalah tindakan yang diharamkan. Tidak dibenarkan sebagai umat islam membunuh orang lain baik sesama muslim maupun non-muslim. Islam telah mengatur segala permasalahan manusia di dalam Al-quran. Pembunuhan secara sengaja maupun tidak sengaja telah terangkum di dalam firman Allah. Dalil-dalil seperti dalam kasus di atas dapat kita lihat dalam Al-Quran. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. (QS Al-Anam : 151)Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja).(QS An-Nisaa` : 92)Bidan yang melakukan tindak pembunuhan, menurut hokum pidana islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh (QS Al-Baqarah : 178).Namun jika keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat (tebusan), atau memaafkan/ menyedekahkan.

Firman Allah SWT : Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula) (QS Al-Baqarah : 178) Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam keadaan bunting,berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki, 1990: 111).Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak) (Al-Maliki, 1990: 113).

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULANKelalaian dari seorang tenaga kesehatan atau bidan untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazimnya diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama menyebabkan timbulnya issue etik dan pelanggaran terhadap standar pelayanan.Seperti dalam kasus terjadinya malpraktik menyebabkan bidan harus menyelesaikan masalahnya ke meja hijau dan membayar ganti rugi atas kesalahan yang dilakukan, serta menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan dari masyarakat sekitar terhadap bidan.

B. SARANDiharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan harus berhati-hati dan menghindari kelalaian dalam melakukan tindakan medis, serta wajib melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan.Hak pasien adalah mendapatkan pelayanan yang baik dari tenaga kesehatan, akan tetapi bila terjadi masalah dalam mendapatkan pelayanan pasien berhak melaporkan tenaga kesehatan kepada pihak yang berwenang ataupun membawa masalah tersebut ke meja hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Puji Wahyuningsih Heni. 2009, Etika Profesi Kebidanan, Fitramaya, Yogyakarta.Zulvadi Dudi. 2010, Etika & Manajemen Kebidanan, Cahaya Ilmu, Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebidananhttp://kamuskesehatan.com/arti/neonatus/http://etika.lecture.ub.ac.id/2012/04/http://muslimpinang.wordpress.com/2009/11/28/penanganan-kasus-malpraktik-medis/