ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

8
ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|1 http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019 ANALISIS KONSEP SPIRITUAL SEBAGAI MEDIA UNGKAP PADA BAHASA RUPA KARYA LUKIS I NENGAH KISID Oleh: Lalu Aswandi Mahroni G., Lalu Purnama Zulkarnaen Program Studi D3 Seni Rupa, Fakultas Ilmu Seni, Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak : Geliat seni lukis Lombok hingga saat ini tidak pernah terdengar gaungnya pada perkembangan nasional seni rupa. Dalam kegiatan berkesenian, Lombok memiliki perkembangan yang baik bagi dunia seni pertunjukan. Dalam ranah seni rupa, Lombok memiliki perkembangan seni kerajinan yang bisa dilihat pada hasil-hasil seni kerajinan gerabah, tenun, anyaman dan sejenisnya yang telah mendunia. Hal tersebut tidak diimbangi dengan perkembangan seni lukis. Seni lukis di Lombok ada dan berkembang melalui perpindahan penduduk yang menetap di Lombok, nama-nama yang terkenal dan aktif dalam perkembangan seni lukis Lombok seperti diketahui berasal dari sebagian besar wilayah Bali sehingga tokoh-tokoh seperti I Nyoman Pengsong, Lingsarta, I Gusti Lanang Arka, dan lain-lain sudah menjadi nama ikon pelukis Lombok. I Nengah Kisid pun demikian, hadir dan menetap menjadi penduduk Lombok dan mengembangkan seni lukisnya. I Nengah Kisid merupakan salah satu tokoh seni lukis Lombok, perannya dalam mengembangkan seni lukis di Lombok didasarkan pada kesadaran beliau dalam memperkenalkan seni lukis bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi melalui analisis karya seni lukis dan ketokohan I Nengah Kisid sebagai upaya pengembangan kepustakaan terkait referensi seni rupa. Metode yang digunakan dengan cara interview (wawancara), observasi, dan pengumpulan data gabungan. Penelitian ini juga bertujuan mengkaji secara mendalam bagaimana bahasa rupa yang terdapat dalam karya I Nengah Kisid. Tema spiritualitas menjadi tema sentral dalam transformasi ide menjadi sebuah karya, sehingga untuk memahami karya dilakukan pengamatan secara kontekstual dan mendalam. Kata Kunci:Spiritualitas, bahasa rupa, I Nengah Kisid PENDAHULUAN I Nengah Kisid merupakan salah seorang pelukis yang memiliki peran dalam mengembangkan dunia lukis khususnya di Lombok. Lombok diketahui tidak memiliki begitu banyak tokoh pelukis yang namanya masuk dalam kancah seni lukis nasional. Kebudayaan setempat tentu sangat berpengaruh terhadap perkembangan seni lukis. Lombok dengan kekayaan alamnya lebih banyak berkembang pada dunia pertunjukan tradisional. Perkembangan seni lukis Lombok tidaklah semarak kegiatan seni pertunjukan yang memenuhi setiap area publik seni dan kebudayaan, seni lukis seakan kurang memiliki dukungan dari berbagai pihak maupun instansi seni dan budaya. I Nengah Kisid awalnya merupakan lulusan S1 Seni Rupa di IKIP Singaraja Bali dan menjadi seorang guru seni rupa Sekolah Menengah Atas di Mataram sejak 1981. Pada tahun 1985, I Nengah Kisid memelopori lahirnya sebuah sanggar seni lukis bagi kalangan guru-guru seni di Mataram, secara tidak langsung beliau memiliki kesadaran untuk membangun seni lukis di Lombok sejak beliau menetap menjadi warga Lombok. I Nengah Kisid lahir di Bali pada tanggal 21 April 1957, beliau telah memiliki pengalaman berpameran yang sangat banyak, baik nasional dan internasional. Tidak hanya itu I Nengah Kisid telah beberapa kali menggelar pameran tunggalnya di Lombok. I Nengah Kisid dengan kesadaran dan kecintaannya terhadap dunia lukis telah mengantarkan beliau pada pemahaman spiritual terhadap hasil karyanya. Keistimewaan dalam lukisannya tidak lepas dari tema-tema spiritual yang ditransformasikan melalui penggunaan objek dan warna dalam lukisannya, sangat sedikit tema- tema tersebut jika dilihat dari perkembangan seni lukis saat ini yang mengangkat tema spiritualitas. Tema tersebut diangkat sebagai sebuah kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horizontal) serta alam sekitarnya. Esensi dari penelusuran kekaryaan I Nengah Kisid dengan konsep tersebut merupakan sebuah konsep yang mengandung nilai-nilai luhur, dan moral terhadap umat manusia yang selalu berpikir dalam kesehariannya bertemu, berkumpul, dan berkomunikasi sesama dimana pun berada. Nilai-nilai spiritual dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan

Transcript of ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

Page 1: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|1

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

ANALISIS KONSEP SPIRITUAL SEBAGAI MEDIA UNGKAP PADA BAHASA RUPAKARYA LUKIS I NENGAH KISID

Oleh:

Lalu Aswandi Mahroni G., Lalu Purnama ZulkarnaenProgram Studi D3 Seni Rupa, Fakultas Ilmu Seni, Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak : Geliat seni lukis Lombok hingga saat ini tidak pernah terdengar gaungnya pada perkembangannasional seni rupa. Dalam kegiatan berkesenian, Lombok memiliki perkembangan yang baik bagi duniaseni pertunjukan. Dalam ranah seni rupa, Lombok memiliki perkembangan seni kerajinan yang bisa dilihatpada hasil-hasil seni kerajinan gerabah, tenun, anyaman dan sejenisnya yang telah mendunia. Hal tersebuttidak diimbangi dengan perkembangan seni lukis. Seni lukis di Lombok ada dan berkembang melaluiperpindahan penduduk yang menetap di Lombok, nama-nama yang terkenal dan aktif dalamperkembangan seni lukis Lombok seperti diketahui berasal dari sebagian besar wilayah Bali sehinggatokoh-tokoh seperti I Nyoman Pengsong, Lingsarta, I Gusti Lanang Arka, dan lain-lain sudah menjadinama ikon pelukis Lombok. I Nengah Kisid pun demikian, hadir dan menetap menjadi penduduk Lombokdan mengembangkan seni lukisnya. I Nengah Kisid merupakan salah satu tokoh seni lukis Lombok,perannya dalam mengembangkan seni lukis di Lombok didasarkan pada kesadaran beliau dalammemperkenalkan seni lukis bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi melalui analisiskarya seni lukis dan ketokohan I Nengah Kisid sebagai upaya pengembangan kepustakaan terkait referensiseni rupa. Metode yang digunakan dengan cara interview (wawancara), observasi, dan pengumpulan datagabungan. Penelitian ini juga bertujuan mengkaji secara mendalam bagaimana bahasa rupa yang terdapatdalam karya I Nengah Kisid. Tema spiritualitas menjadi tema sentral dalam transformasi ide menjadisebuah karya, sehingga untuk memahami karya dilakukan pengamatan secara kontekstual dan mendalam.

Kata Kunci:Spiritualitas, bahasa rupa, I Nengah Kisid

PENDAHULUAN

I Nengah Kisid merupakan salah seorangpelukis yang memiliki peran dalammengembangkan dunia lukis khususnya diLombok. Lombok diketahui tidak memiliki begitubanyak tokoh pelukis yang namanya masuk dalamkancah seni lukis nasional. Kebudayaan setempattentu sangat berpengaruh terhadap perkembanganseni lukis. Lombok dengan kekayaan alamnyalebih banyak berkembang pada dunia pertunjukantradisional. Perkembangan seni lukis Lomboktidaklah semarak kegiatan seni pertunjukan yangmemenuhi setiap area publik seni dan kebudayaan,seni lukis seakan kurang memiliki dukungan dariberbagai pihak maupun instansi seni dan budaya.

I Nengah Kisid awalnya merupakan lulusanS1 Seni Rupa di IKIP Singaraja Bali dan menjadiseorang guru seni rupa Sekolah Menengah Atas diMataram sejak 1981. Pada tahun 1985, I NengahKisid memelopori lahirnya sebuah sanggar senilukis bagi kalangan guru-guru seni di Mataram,secara tidak langsung beliau memiliki kesadaranuntuk membangun seni lukis di Lombok sejakbeliau menetap menjadi warga Lombok. I NengahKisid lahir di Bali pada tanggal 21 April 1957,beliau telah memiliki pengalaman berpameranyang sangat banyak, baik nasional dan

internasional. Tidak hanya itu I Nengah Kisid telahbeberapa kali menggelar pameran tunggalnya diLombok.

I Nengah Kisid dengan kesadaran dankecintaannya terhadap dunia lukis telahmengantarkan beliau pada pemahaman spiritualterhadap hasil karyanya. Keistimewaan dalamlukisannya tidak lepas dari tema-tema spiritualyang ditransformasikan melalui penggunaan objekdan warna dalam lukisannya, sangat sedikit tema-tema tersebut jika dilihat dari perkembangan senilukis saat ini yang mengangkat tema spiritualitas.Tema tersebut diangkat sebagai sebuah kebutuhanakan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untukmenemukan makna hidup dalam membangunhubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal)dan sesama manusia (horizontal) serta alamsekitarnya. Esensi dari penelusuran kekaryaan INengah Kisid dengan konsep tersebut merupakansebuah konsep yang mengandung nilai-nilai luhur,dan moral terhadap umat manusia yang selaluberpikir dalam kesehariannya bertemu, berkumpul,dan berkomunikasi sesama dimana pun berada.Nilai-nilai spiritual dipahami, diresapi, dandimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan

Page 2: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

2|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

sehari-hari sebagai wujud dan perilaku dharma (INengah Wira Kesuma, 2017: 100).

Penampilan dari keseluruhan setiap karyayang dihasilkan, lukisan I Nengah Kisid banyakmenggunakan warna kontras, warna-warna gelap,dan dominasi penggunaan warna merah dan putih.Objek-objek pada lukisannya digambar secaradekoratif dengan pembentukan figur-figurimajinanif tentang kehidupan sosial manusia.Spiritualias diangkat sebagai tema bagi I NengahKisid dalam memaknai bentuk sebagai mediaungkap, bahasa rupa komunikasi yang dibangunsecara vertikal, manusia dengan Tuhan sebagaipencipta dan komunikasi melalui visualisasi secarahorizontal, antara manusia dengan sesama.

I Nengah Kisid dengan keaktifannya dalammengembangkan seni lukis tidak menyurutkanlangkahnya untuk berhenti dalam menghasilkankarya seni di tengah dunia pasar seni khususnya diLombok yang jauh dari geliat kota-kota besarseperti Bali, Yogyakarta, Bandung, dan kota-kotabesar lainnya di Indonesia. Hal tersebut dibuktikanbeliau dengan kesadaran dan kecintaannya akanseni lukis hingga beliau memiliki galeri seni yaitu“I Nengah Kisid Art Gallery” yang khususmengoleksi karyanya sendiri. Di dalam galeritersebut beliau mengisi waktu luangnya untukmenghasilkan berbagai bentuk lukisan yangbertemakan spiritualitas. Saat ini di GaleriSangkakala memiliki puluhan koleksi lukisan yangterbuka untuk umum sebagai bentuk upayamengenalkan seni lukis di Lombok.

Keberadaan seni lukis saat ini sangat terkaitdengan kondisi pasar global yang secara tidaklangsung berpengaruh terhadap pengembanganserta kondisi sosial budaya yang memegang perandalam perkembangan seni sebagai karya adiluhung.I Nengah Kisid sangat menyadari hal tersebutsebagai sebuah tantangan bagi generasi yangbergelut dalam pengembangan seni rupa khususnyaseni lukis. Analisis ini tentu sangat berguna dengandidukung kondisi global saat ini di Lombokmelihat keberadaan terkait tantangan serta secarakhusus melihat transformasi ide-ide I Nengah Kisiddalam bentuk bahasa rupa melalui visualisasi karyaseni lukis sebagai ungkapan estetik.

Penelitian ini berupaya menganalisa dari segiketokohan I Nengah Kisid dalam peran sertanyadalam bergelut, mengenalkan, mengembangkan,merangkul perupa Lombok untuk giat dalamkegiatan berkesenian. Melalui bahasa rupa terkaittema-tema spiritualitas, eksplorasi ide serta proseskreatif I Nengah Kisid dapat menjadi acuan ataureferensi dalam penggunaan teknik sertatransformasi ide dalam karya seni lukis. Tidakhanya itu, studi pustaka menjadi penting terkaitpengembangan seni lukis agar para akademisi

maupun perupa dapat menjadi referensi terkaitpengembangan seni lukis sebagai usaha kreatif dankritis dalam memaknai perkembangan seni lukis.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan cara: (1)Interview (wawancara) terstruktur dan tidakterstruktur yang digunakan sebagai teknikpengumpulan. Disiapkan instrumen penelitianberupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Wawancaratidak terstruktur melalui wawancara yang bebasdan tidak menggunakan pedoman wawancara yangtelah tersusun secara sistematis dan lengkap; (2)Observasi difokuskan pada masalah perilaku danproses kerja I Nengah Kisid yang dilakukakansecara terstruktur dan tidak terstruktur. ObservasiTerstruktur adalah observasi yang digunakansebagai teknik pengumpulan data bila peneliti telahmengetahui dengan pasti tentang info yang akandiperoleh. Disiapkan instrument penelitian berupapertanyaan-pertanyaan tertulis. Sedangkan obsevasitidak terstruktur adalah observasi yang bebas, yaitupeneliti tidak menggunakan pedoman observasiyang telah tersusun secara sistematis dan lengkapuntuk pengumpulan datanya. Pedoman observasiyang digunakan hanya garis-garis besarpermasalahan yang akan diteliti; dan (3)Pengumpulan Data Gabungan melalui datagabungan agar data yang diperoleh lebihmeyakinkan, valid, dan konsisten karena dipadukandengan berbagai kemungkinan teknik dalampengumpulan data. (Etta Mamang S. dan Sopiah,2010: 23)

ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Data yang diperoleh disusun dalam kategoritertentu untuk mengacu pada pokok bahasan yangtelah ditentukan dalam penelitian. Analisis datayang digunakan yaitu metode analisis “deskriptifanalisis”, artinya data yang diperoleh selamapenelitian dilaporkan berdasarkan analisis yangkritis untuk diinterpretasikan secara kualitatif gunamengambil kesimpulan yang dilakukan denganprinsip induktif. Analisis data secara induktifadalah menganalisa data spesifik dari lapanganmenjadi unit-unit, kemudian dilanjutkan dengankategorisasi. Dalam kasus I Nengah Kisid, konsepspiritual menjadi pokok bahasan yangdiinterpretasikannya melalui ekspresi rupasehingga dipaparkan dalam konsep spiritual danbahasa rupa. (Noeng Muhajir, 1999: 10)

a. Konsep Spiritual dalam Seni Lukis

Seni adalah wujud dari sebuah gagasan,pengalaman, dan pandangan dunia yang

Page 3: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|3

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

diekspresikan dalam ungkapan estetik (HamdySalad, 2001: 22). Dalam hal ini, seni berupayamenerjemahkan, mengemukakan danmenyampaikan gagasan, pengalaman, danpandangan dunia yang menyangkut masalah-masalah yang dihadapi, bagaimana mengemukakanarti atau makna yang mengandung nilai-nilai dalamranah kehidupan. Melalui ungkapan estetik yangdiekspresikan dalam bentuk seni merupakan caramanusia memberikan jawaban terhadap sudutpandang dari setiap individu masing-masing.Berbagai cara tersebut tidak lepas dari eksplorasi,proses, teknik, serta pengalaman estetik yangmenunjang terbentuknya ekspresi seni. Ekspresiyang terbentuk melalui pengalaman sertaeksplorasi tidak lepas dari pemikiran tentangspiritualias. Spiritualitas terbentuk dari sisi manusiamenterjemahkan hubungan batin sebagai sebuahbentuk pencarian kebutuhan dalam arti dan tujuanhidup.

Spiritualitas dalam konsep berkesenianmerupakan sebuah renungan panjang bagi setiapperupa untuk menghadirkan karya. Spiritualitasdengan pemahaman yang melekat terkait imajinasi,selalu hadir sebagai bayang-bayang yang berjalandi balik perpaduan warna dan totalitas sebuahkarya seni (Hamdy Salad, 1991: 37). I NengahKisid dalam penuturannya menghasilkanvisualisasi karya melalui tema-tema spiritual yangdibangun, menganggap karya sebagai sebuahorientasi komunikasi yang dibangun atas dua arah.Pertama, komunikasi visual vertikal manusiadengan Tuhan sebagai pencipta bumi dan segalaisinya termasuk manusia, sebagai ciptaan-Nyawajib memberitakan kebenarannya melalui karya-karya visual (lukisan). Kedua, mengkomunikasikandan memvisualisasikan hasil ciptaannya secarahorizontal dengan manusia dan alam sekitarnya.

Seni lukis merupakan cabang seni rupa yangmengembangkan berbagai kemungkinan mediayang lebih utuh dari menggambar. Seni lukismerupakan karya seni yang dihasilkan melaluipengolahan medium dua dimensi maupun karyaseni yang diterapkan melalui berbagai media padapermukaan objek tiga dimensi. Melaluipemahaman tersebut, sebagai sebuah pemahamankomunikasi spiritual menjadi tema bagi setiapperupa untuk mengungkapkan nilai tersebut dalamsebuah karya seni khususnya seni lukis.

b. Spiritualitas Sebagai Bahasa Rupa

Bahasa rupa dimaknai sebagai sebuah caramentransformasikan ide melalui berbagaikemungkinan visualisasi yang dihasilkan dalambentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.Perkembangan bahasa rupa terkait dengan wujudnyata (visual). Dalam wilayah seni rupa,

divisualisasikan ke bentuk fisik (objek) nyata(Suardana, 2006: 2). Dengan adanya maksud dantujuan tersebut, berkembangnya media visual senirupa dalam hal ini lukisan, mampu memaksimalkaneksplorasi teknik terhadap hasil-hasil karya paraperupa. Konsep spiritual yang menjadi tema dalammembangun sebuah bahasa rupa dimaknai sebagaiperwujudan pengalaman batin perupa akan estetika.Gagasan perasaan diwujudkan denganpenggambaran bentuk yang menyerupaipengalaman sehari-hari (Jakob Soemardjo, 2000: 8)

Pemahaman spiritual terkait denganperkembangan seni dalam bahasa rupa sangatterkait dengan bahasa yang merupakan hal tersiratmaupun tersurat. Seni sebagai bahasa merupakanperformance yang bisa meyakinkan pada hal-haltersebut (Acep Iwan Saidi, 2008: 62), yangkemudian akan menghasilkan makna darirepresentasi visual. Objek yang terkait dengan temaspiritualitas akan terbangun seiring denganpemahaman terhadap nilai yang menjadirepresentasi perupa terhadap makna tersebut.Representasi visual meliputi segala bentuk hinggakita hampir tidak menyadari apa yang terlibat didalamnya (Marcel Danesi, 2012: 86). Objekdemikian merupakan penanda visual darirepresentasi kombinasi terkait pemahaman daneksplorasi teknik.

Pemahaman mendasar yang menjadi tolakukur dalam bahasa rupa merupakan tradisi turuntemurun yang khas dalam seni rupa tradisi(Suardana, 2006: 1). Dalam perkembangannya,spiritualitas diangkat untuk ditansformasikan dalamungkapan estetik melalui berbagai media. Konsepspiritual sebagai bahasa rupa, dalam kapasitasnyasebagai ekspresi dan isi cenderung masuk ke dalamsebuah fungsi semiotik yang membentuk tandaikonis, masing-masing secara mandiri memilikibeberapa perangkat properti yang identik ataumirip ketika dilihat dari sudut-pandang tertentu(Kris Budiman, 2005: 151). Oleh sebab itu, bahasarupa yang dibangun atas dasar spiritualitas akanterlihat menarik dilihat dari kapasitas perupamenghasilkan karya seni melalui pengalamanestetik yang dibangun selama ini melalui pencarianjati diri serta eksplorasi teknik dalam mengolahmedium.

c. I Nengah Kisid dan Seni Lukis

I Nengah Kisid dalam perannya sebagaiperupa yang hadir dan berkembang di PulauLombok telah memberikan pengaruh yang sangatbaik bagi perjalanan seni lukis khususnya diLombok. Untuk diketahui peran I Nengah Kisidatau yang biasa disapa “Pak Kisid” menelurkan

Page 4: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

4|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

semangat kreatifitasnya tidak lepas dari peranpenting beliau sebagai pengajar di sekolahmenengah di Kota Mataram. Aktifitas beliau dalamberpameran melebihi efektifitas perupa-perupamuda Lombok dalam kegiatan pameran seni,tercatat dari aktifitas beliau dalam kegiatanpamerannya telah melakukan beberapa kalipameran tunggal yang di laksanakan di Lombok,kegiatan berpameran di luar daerah bahkan di luarnegeri pernah beliau lakukan. Sebelum sampaipada rentang tahun 2017 saat ini, selain sebagaipengajar, I Nengah Kisid dengan kesadaranestetiknya berupaya menghidupkan sebuah galeriseni lukis pribadi yang dikelolanya melaluipembagian waktu mengajar di sekolah dan melukisdi studio sendiri. Pada tanggal 16 Maret 2017,galeri seni lukis Pak Kisid yang sebelumnyadinamai “Galeri Sangkakala” berganti namamenjadi “I Nengah Kisid Art Gallery” yangterletak di lingkungan Tanjung Karang Permai, Jl.Arya Banjar Getas No. 106. Ampenan.

I Nengah Kisid dilahirkan di Bali, tepatnya diKarang Asem pada tanggal 21 April 1957. Jenjangpendidikan Sekolah Dasar di Werdi Agung KarangAsem beliau tamatkan pada tahun 1971. SelepasSekolah Menengah Pertama pada tahun 1974,beliau melanjutkan ke Sekolah Pendidikan Guruyang ditamatkan pada tahun 1977. Kemudiandilanjutkan ke jenjang Diploma Tiga (D3) diInstitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)Negeri Manado pada tahun 1980. Selepasmenamatkan jenjang tersebut, Pak Kisid diterimadan mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri(SMAN) 1 Mataram sejak tahun 1981 sampai padatahun 2017. Tidak cukup pada pendidikan jenjangdiploma, selama masa mengajar Pak Kisid beliaumelanjutkan tingkat pendidikan strata satunya (S1)di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) Singaraja Bali pada tahun 1998 danbergelar Sarjana Pendidikan. Sejak manjadipengajar di sekolah menengah tersebut, upaya PakKisid dalam mengenalkan seni lukis tidak surutpada pengajaran semata, tetapi melalui aktivitas-aktivitas beliau dalam berpameran dan membentukwadah lainnya.

Upaya serta aktivitas Pak Kisid dalamkesehariannya melalui seni lukis diawali denganmelihat potensi guru-guru seni rupa di sekolah,baik guru sekolah menengah pertama danmenengah atas. Atas inisiatif beliau makaberdirilah sanggar seni rupa yang beranggotakanguru-guru sekolah dalam lingkup Kota Mataram.Sanggar tersebut berdiri dan dinamakan Sanggar“Mekar Budaya”, adapun aktivitas dan pendirianpertama sanggar tersebut pada Tahun 1984.Kegiatan yang dilakukan melalui pameran bersamapertama kali pada tahun 1985 dengan keanggotaan

sebanyak 10 (sepuluh) orang. Kegiatan temu dankumpul bersama sesama perupa di sanggar tersebutsebagai bentuk awal berdirinya sanggar yangdiyakini pertama di Kota Mataram. Jika melihataktivitas sanggar yang terbentuk, Sanggar MekarBudaya menghimpun perupa-perupa untuk terusmengenalkan masyarakat terhadap seni lukis.Tercatat telah melakukan beberapa kegiatanpameran di tengah kesibukan para guru melaluipemanfaatan event budaya setiap tahunnya di Nusatenggara Barat.

Perjalanan Sanggar Mekar Budaya dalamaktivitas seni lukis sampai saat ini masih terusberjalan, hanya saja aktivitas berpameran tidak lagidilaksanakan melihat kesibukan para perupa yanglainnya dan dengan dukungan yang dirasa kurangdari masyarakat dan pemerintah sehingga kegiatansanggar terakhir kali melakukan kegiatan pameranpada tahun 2000.

Aktivitas dalam dunia seni lukis bagi PakKisid selain membentuk wadah melalui sanggar,juga keaktifan beliau melalui sebuah organisasiyang didirikan melalui sponsor rekan kerja di luarlingkup Kota Mataram telah membawa danmendirikan sebuah yayasan yang bernama Yayasan“Sopok Angen”. Terbentuk pada tahun 2005 danPak Kisid sebagai Ketua Pembina sampai saat ini.Upaya dalam kegiatan yayasan ini semakinmengembangkan kreativitas beliau dalammewadahi sebuah gerakan seni rupa yang tidakhanya dikhususkan pada seni lukis, juga sepertikeragaman seni patung dan kriya. Yayasan iniberkembang tidak hanya dalam lingkup KotaMataram tetapi mewadahi rekan-rekan anggotauntuk melebarkan sayap melalui keaktifanberpameran di luar daerah, seperti Jawa, Bali,Yogyakarta, dan lain-lain. Perbedaan yang dimilikidalam sanggar dan yayasan adalah sampai saat inisanggar yang selama ini digunakan sebagai tempatberkumpul untuk membahas atau berdiskusi terkaitkegiatan hanya dilakukan di salah satu rumahanggota, kata ‘sanggar’ merupakan sebuahkumpulan untuk menamai komunitas para pelukis.Sedangkan yayasan yang didirikan sampai saat inimemiliki tempat dan secara resmi memilikisekretariat yang dikelola bersama anggota dandisponsori oleh rekan kerja atau donatur tetap.

I Nengah Kisid yang saat ini telah pensiundari kewajibannya sebagai pengajar lebih memilihmenghidupkan galeri seni miliknya sebagai upayaniat mulia beliau dalam mengenalkan hasil karyaseni lukisnya. tidak banyak perupa Lombok yangkemudian memiliki sebuah galeri seni khususnyaseni lukis di Lombok. Upaya menghadirkan sertamengembangkan pengetahuan masyarakat dalammengenal galeri seni tentu merupakan sebuah

Page 5: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|5

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

kesadan yang disertai rasa cinta beliau terhadapseni lukis.

Aktivitas pameran bersama dan tunggal telahdilakukan Pak Kisid baik di Lombok maupun diluar Lombok. Tercatat beberapa kali menggelarpameran tungalnya mulai pada tahun 2003 diSheraton Senggigi Hotel, pada tahun 2004 di HotelSenggigi Beach, tahun 2005 di Puri Saron HotelSenggigi, dan pada tahun 2007 di Taman BudayaMataram Nusa Tenggara Barat.

Galeri I Nengah Kisid, dinamakan beliausetelah pada sebelumnya dinamai ‘GaleriSangkakala’, terletak di di lingkungan TanjungKarang Permai, Jl. Arya Banjar Getas No. 106.Ampenan. Memiliki luas 270 m2. Atas inisiatifbeliau menamakan galeri tersebut “I Nengah Kisid”merupakan sebuah arahan dan diskusi danpemikiran beliau untuk kemudahan dalampenyebutan walaupun pada nama ‘Sangkakala’imej yang terbentuk sangat lekat dengan duniaspiritual, dunia yang sampai saat ini mengantarkanbeliau pada karya dengan tema-tema spiritualitasseperti pada keseluruhan karya-karyanya di dalamgaleri tersebut. Sampai saat ini koleksi yangterdapat di Galeri I Nengah Kisid jika dispesifikasimelalui tema spiritual terdapat kurang lebihsebanyak 80-an karya dan tema lainnya sebanyak50-an karya. Sehingga koleksi karya lukis yangterdapat di galeri I Nengah Kisid berjumlah sekitar130-an karya. Semua karya terdiri dari lukisandengan pendekatan beberapa teknik dalam melukisseperti penggunaan tekstur dan media seni lukisseperti media cat akrilik, dan media cat minyak.Karya berukuran terbesar yang dimiliki dan dibuatPak Kisid berukuran 1,20 x 1,70 cm, sedangkanukuran terkecil terdapat ukuran 20 x 20 cm

Karya seni lukis Pak Kisid yang kemudiandapat kita lihat pada galeri miliknya akandisuguhkan dengan berbagai bentuk hasil karyanya.Konsep spiritualitas beliau melalui kepercayaanyang dianutnya dalam karya seni lukisnya, akantergambarkan melalui tema-tema ketuhanan danobjek rupa yang digoreskan melalui penggunaanwarna dan teknik dalam media cat minyak danakrilik pada kanvas. Konsep ketuhanan dankemanusiaan direpresentasikan beliau melaluiberbagai karya-karya yang menggiring pengunjungmaupun penikmat seni membaca perumpamaanmaupun gambaran objek sesuai dengan ajarandalam kepercayaan yang dianutnya seperti kisah-kisah dalam kitab suci dan pengalaman pribadibeliau dalam beribadah dan berkehidupan antarsesama dan selain kepercayaan yang dianut.Melalui seni lukis, Pak Kisid mampumerepresentasikan apa yang dimaksud sebagaibentuk tafsir beliau terhadap hal-hal keagamaantersebut.

Seni lukis yang selama ini digeluti Pak Kisidtelah membawa beliau menjadi pribadi yang santundalam setiap perilakunya, beliau menyadari bahwakarya seni lukis yang dihasilkannya melalui tema-tema spiritual telah membawa beliau padapertanggung-jawabannya terhadap kehidupanbermasyarakat. Pak Kisid selama menjadi pengajardi sekolah merupakan seorang pengajar yang lemahlembut dalam mendidik murid-muridnya. Beliausadar bahwa penerapan metode pengajaran senirupa khususnya seni lukis pada sekolah dirasa akansangat sulit ketika harus mengajarkan seni lukispada beberapa orang, sehingga tidak mudah untukmenerapkan metode pembelajaran apalagi sekelassanggar. Oleh karena itu, Pak Kisid dengankesehariannya sebagai pengajar dan pelukis sudahmampu menjadi pribadi dan tokoh yang bisamenjadi panutan bagi perupa-peruma muda yangingin terjun di dunia seni rupa.

d. Spiritualitas sebagai Media Ungkap BahasaRupa

Spiritualitas sebagaimana yang dimaksudadalah selain sebagai upaya menggali nilai-nilaiyang terkandung dalam ajaran kitab suci, jugasebagai sebuah pemikiran mendalam terkait dengannilai dalam kehidupan, penerapannya dalambermasyarakat melalui kehidupan yang dilandasidengan kebaikan. Spiritualitas sebagaimana yangterkandung dalam nilai-nilai kebaikanberkehidupan untuk mencapai dan mendapatkansebuah keridhaan-Nya tentu akan dilalui melaluiproses yang selama ini dilalui melalui sikap dansifat yang dipertanggungjawabkan dalamkehidupan saat ini dan kehidupan alam lainnyananti. Nilai-nilai sebuah kebaikan yang kemudiandihadirkan Pak Kisid dalam karya seni lukisnyamerupakan sebuah bentuk atau sebagai bentukmedia ungkap beliau terhadap nilai-nilaiketuhanan. Spirit ketuhanan yang kemudian akanmelahirkan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadicontoh, panutan untuk disadari sebagai seorangmanusia terhadap pencipta-Nya.

Seni lukis Pak Kisid dalam memahamispiritualitas digambarkan beliau sebagai bentuknilai kemanusiaan yang dipahami kemudiandigambarkan melalui representasi nilai yangterkandung dalam ajaran ketuhanan. Oleh karenaitu media ungkap dalam bahasa rupa akan sangatmenguntungkan bagi Pak Kisid melalui pendidikanseni rupa yang dulu dipelajari beliau sebagai minatdalam pendidikannya. Berbekal metode dan teknikdalam menghasilkan karya seni lukis makaterciptalah puluhan karya-karya beliau yang laindaripada yang lain melalui warna dan teknik yangditerapkan dalam seni lukis.

Page 6: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

6|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

Karya seni lukis yang dihasilkan Pak Kisiddalam karya-karya bertema spiritualnya tidak lepasdari representasi dan perumpamaan dari ceriteraBibel tentang kehidupan manusia. Terlihat darisetiap judul karya seni lukis menggambarkansepenuhnya ajaran dan cerita Ketuhanan, adapunsimbol-simbol yang terdapat disetiap karyalukisnya kerap kali ditemukan simbol burungmerpati, figur Tuhan Yesus, Kehidupan Surgawidan Neraka, Batu Karang, Cerita Kehidupan Yesusdan Gembala, dan Ikan sebagai lambang Jema’atKristus. Seperti dalam karya berikut:

Gambar 1. “Penciptaan”,

Karya diatas berjudul “Penciptaan”, karyadiatas dilukis Pak Kisid dengan ukuran 120 x 170cm. dengan media akrilik pada kanvas. Karyatersebut bercerita tentang kehidupan yangberpasang-pasangan melalui figur Adam dan Hawadan objek-objek hewan yang dibuat berpasang-pasangan seperti hewan darat, air, dan udarasehingga terdapat pembagian kelas antarakehidupan udara, darat dan kehidupan air.

Gambar 2. “Empat Pilar”

Pada karya diatas menceritakan “Empat Pilar”Tahun 2014, media cat minyak pada kanvas,mengetengahkan konsep dasar struktur kurikulumdigambarkan dalam empat pohon yang memilikimuatan yang berbeda. Keempat pohon ini hidup ditepi aliran sungai yang menghidupkan. Pelajaranyang diambil melalui simbol empat pilar

sebagaimana yang dimaksud adalah: Pohon yangpertama (dari kiri ke kanan) memiliki nilai-nilaiilmu pengetahuan yang digambarkan dengan pohonyang subur. Pohon yang kedua memiliki nilai-nilaikreativitas di dalam merancang dan mengolahbahan yang digambarkan sebagai pohon yangberbunga rimbun. Pohon yang ketiga merupakanpohon yang memiliki nilai-nilai hasil kreativitasyang digambarkan dengan pohon yang berbuahlebat (menghasilkan buah/hasil kreativitas).Sedangkan pohon yang keempat, memiliki nilai-nilai perubahan karakter, teknologi, seni danbudaya yang digambarkan dengan pohon yangmemiliki karakter dan dinamika perkembangan.

Gambar 3. “Hidup di Tengah-tengah Serigala”

Karya berikut berjudul “Hidup di Tengah-Tengah Serigala, 100 x 120 cm, media akrilik padakanvas, tahun 2009. Figur yang yang disimbolkanmelalui dua tangan yang sedang berdoa dikelilingiserigala sebagai maksud/simbol bahwa ketikaperwujudan sebuah doa akan ada disekelilingnyagodaan dan ujian menuju kekhusukan sebuah doa.Dalam semua pemahaman doa akan diuji melaluiperistiwa atau hal-hal di sekelilingnya hinggasejauh mana kekuatan memohon doa dan kekuatandalam menepis jalan menuju sebuah penghayatanmendalam dalam tiap diri yang berdoa.

Gambar 4. “Terompet Sangkakala”

Page 7: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|7

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

Karya diatas berjudul “TerompetSangkakala”, 90 x 100 cm, akrilik pada Kanvassebagai sebuah bentuk “pemberitaan” dalampemahaman kitab suci yang dianut, pemberitaansebagai awal dan akhir dalam kehidupan manusia,dalam ajaran Islam terompet atau sangkakala ditiupoleh Malaikat Israfil sebagai tanda kiamat telahdatang, sehingga pemberitaan yang dimaksudsebagai pengingat manusia akan hari akhir

Beberapa karya Pak Kisid yang kemudianmenghadirkan simbol-simbol ajaran dalamkepercayaan yang diyakini beliau sebagai penganutKristen Protestan tidak hanya direnungi sebagaiajaran Kristen semata, Pak Kisid juga memilikilatar belakang yang tidak lepas dari ajaran AgamaHindu. Beberapa karya kerap pula menghadirkansosok-sosok figur yang terkait dengan ajaranHindu. Simbol yang menjadi pendukung atausimbol yang menjadi objek utama dalam karya PakKisid dilatar belakangi melalui pengetahuan beliaumelalu Kitab Bibel dan latar belakang kehidupanmasa kecil beliau di Bali sebagai penganut ajaranAgama Hindu.

Gambar 5. “Puji-Pujian Bagi Tuhan”

Gambar 6. “Puji-Pujian Bagi Tuhan”

Dua karya diatas sebagai sebuah bentuk dansimbol yang merupakan bagian dari doa. Burungmerpati sebagai bentuk kedamaian dalam iringan

puji-pujian serta sebagai bentuk sukacita mendalamterhadap Tuhan melalui ekspresi bermusik. Musikdiyakini sebagai bentuk ekspresi yang dapatmenenangkan jiwa pendoa yang memilikikeyakinan akan pencapaian diri terhadapTuhannya.

Gambar 7. “Pilihan Hidup”

Karya berjudul “Pilihan Hidup” diatas dalammedia akril pada kanvas membuat perumpamaandalam kehidupan duniawi yang dipenuhi dengankenikmatan yang digambarkan pada figur sebelahkiri (dalam daging) yang dibedakan dengankehidupan sorgawi pada figur sebelah kanan.Kehidupan duniawi memiliki berbagai macamtujuan sehingga disimbolkan dengan berbagaikarakter bentuk manusia yang melakukan berbagaihal. Kehidupan sorgawi sebagaimana padapembahasan karya Pak Kisid dalam pujian untukTuhan memlalui ekspresi bermusik menghadirkanjiwa-jiwa yang tenang melalui ekspresi sukacitadalam bermusik yang hanya memiliki tujuan untukTuhan semata.

Pemahaman Pak Kisid dalam menghadirkankarya lukisnya dalam pemahaman spriritual selainkarena lingkungan sekitar, tentu dikaitkan jugadengan masa saat ini. Masa yang kemudianberpengaruh terhadap pemahaman melaluipencarian jati diri setiap perupa akan terbentukmelalui masa tahapan-tahapan usia. Tidak sedikitkemudia usia menjadi sebuah jawaban dari ekspresipemahaman setiap perupa dalam menghadirkankarya seninya. Contoh perupa-perupa besar yangkemudian tahapan usia 40 tahun ke atas akanmenghadirkan tema-tema spiritual yang sarat akanajaran-ajaran ketuhanan dalam kitab suci. Sebutlahnama-nama seperti Fadjar Sidik dengan karyaabstraknya pada akhir masa-masa hidupnya, Jeihandengan karakter lukisan figur mata hitamnya,

PENUTUP

Penelitian ini seluruhnya adalah pentingmengetahui bahwa adanya tokoh yang menjadipelaku sejarah maupun pelaku pengembang dalam

Page 8: ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 ANALISIS ...

8|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

kehidupan seni rupa khususnya di Lombok.Lombok saat ini dalam geliat perkembangan senirupa tidak tampak dalam perkembangan seni rupanasional khususnya seni lukis. Tokoh-tokoh yangselama ini mengangkat seni lukis Lombok hanyaberkisar pada nama-nama senior yang masuk dalamkatalog-katalog pameran nasional, menurut penulishanya beberapa saja, tidak sampai melebihi 10(sepuluh) nama dalam percaturan seni rupanasional. Oleh karena itu, upaya mengangkat INengah Kisid sebagai upaya awal untuk kemudianakan penulis kembangkan melalui studi pustakadan referensi terkait nama-nama dan geliatkehidupan seni rupa Lombok sebagai upayapengembangan masyarakat seni rupa dan Lombokkhususnya. Dasarnya memiliki semangat yangtinggi melalui beberapa tokohnya, hanya saja tentukehidupan sosial bermasyarakat menjadi kendala.Potensi daerah yang dimiliki Lombok akan sangatmenbantu berkembangnya kehidupan seni lukis diLombok.

I Nengah Kisid sebagai salah satu tokoh yangada di Lombok saat ini pun hanya sedikit yangmengetahui keberadaannya, bahkan karya-karyabeliau tidak banyak diketahui oleh perupa-perupaLombok khususnya perupa muda. Diharapkantentunya penelitian ini dapat menjadi referensiterkait dengan ketokohan I Nengah Kisid dan karyaseni lukisnya. Diharapkan adanya kelanjutan untukterus mendokumentasikan dan menginventarisasinama serta hasil karya seni lukis Lombok dan INengah Kisid khususnya dalam karya-karya senilukisnya. diharapkan juga bahwa penelitian inimampu terpublikasi dengan baik sebagai upayapembelajaran terhadap masyarakat seni rupakhususnya dan masyarakat umum.

DAFTAR RUJUKAN

Budiman, Kris. (2005), Ikonisitas: SemiotikaSastra dan Seni Visual, Yogyakarta:BukuBaik.

Danesi, Marcel. (2012), Pesan, Tanda, dan Makna,Yogyakarta: Jalasutra.

Mamang S, Etta. dan Sopiah. (2010), MetodologiPenelitian-98Pendekatan Praktis dalamPenelitian, Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Muhajir, H. Noeng. (1999), Metode PenelitianKualitatif, Yogyakarta, Rake Sarasin.

Saidi, Acep Iwan. (2008), Narasi Simbolik SeniRupa Kontemporer Indonesia,Yogyakarta: IsacBook.

Salad, Hamdy. (2000), Agama Seni: RefleksiTeologis dalam Ruang Estetik,Yogyakarta: Semesta.

Suardana, W. (2006), “Metode PembelajaranPenelitian dan Penilaian Seni Rupa dariAspek Cara Wimba”,dalam JurnalIlmiah Seni Rupa, ISI Denpasar, No. 1Vol, Denpasar.

Soemardjo, Jakob. Filsafat Seni, Bandung: ITB,2000.

Wirakesuma, I Nengah. (Februari 2017), “EkspresiWajah Reinterpretasi Visual di BalikKarakter Dewata Nawa Sanga”, dalamMudra, Jurnal Seni Budaya, Volume32/No. 1, ISI Denpasar, Denpasar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang MahaEsa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya hinggaakhirnya penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapanterima kasih disampaikan melalui pendanaanDP2M Dikti melalui pendanaan Penelitian DosenPemula, perupa I Nengah Kisid dan Galeri yangtelah meluangkan waktu terkait dengan masukaninformasi keberadaan seni rupa di Lombok, BapakLalu Purnama Zulkarnaen sebagai pendampingpenelitian atas bantuannya, dan Universitas NusaTenggara Barat sebagai wadah keberadaan programStudi Seni Rupa di Lombok dan Nusa TenggaraBarat umumnya.

Penelitian ini masih sangat kurang sehinggadibutuhkan masukan dan saran terkait denganketokohan dan konsep berkarya seni rupa untukpengembangan data kepustakaan kegiatan seni rupadi Lombok dan Nusa Tenggara Barat dan kancahnasional.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasihkepada semua pihak yang tersebut dan semua yangtidak dapat disebutkan satu-persatu terkait denganpenulisan penelitian ini, semoga ke depan bisamenjadi bahan referensi yang baik untuk seni rupaumumnya.