23 - SANGKAREANG

5
ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|23 http://www.untb.ac.id/Maret-2019/ Volume 5, No.1, Maret-2019 SIFAT FISIKA BAMBU TALI (Gigantochloa apus) BERDASARKAN ARAH AKSIAL Oleh: Febriana Tri Wulandari Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Mataram Abstrak: Bambu merupakan tanaman multi fungsi, disamping multi fungsi bambu yang tinggi maka terdapat beberapa kelemahan dari bambu antara lain : pengerjaan tidak mudah karena mudah pecah atau retak, mudah terserang serangga perusak kayu sehingga tidak tahan lama (tidak awet), variasi dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya. Untuk mengatasi kelemahan dari bambu maka perlu dilakukan analisis fisika kayu. Salah satu jenis bambu yang banyak digunakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus). Bambu tali banyak tersebar di Indonesia dan Asia Tropis dan biasanya digunakan sebagai bahan baku untuk kerajinan, furniture dan bahan konstruksi ringan pada bangunan termasuk pembuatan jembatan sederhana. Penelitian sifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus)dikawasan kecamatan Gunung Sari belum pernah dilaksanakan, sehingga perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus)dikawasan tersebut sebagai informasi bagi pengrajin dan pengguna bambu agar tidak salah dalam penggunaannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus) berdasarkan arah aksial dikecamatan Gunung Sari kabupaten Lombok Barat. Data sifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus) diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi masyarakat dikecamatan Gunung Sari dan masyarakat pada umumnya sebagai pengguna bambu agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode ekperimen.Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2018 di Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengujian Sifat Fisika dilakukan di Laboratorium Silvikutur dan Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan Universitas Mataram. Kata kunci : Bambu tali, kecamatan Gunung Sari, Arah aksial PENDAHULUAN Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat- sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan, bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan ( Wulandari,2011). Manfaat bambu bagi masyarakat antara lain :sebagai bahan konstruksi ringan, sebagai bahan mebel dan kerajinan, sebagai papan komposit (papan lamina, papan partikel dan papan serat), sebagai bahan baku pembuatan kertas dan lain-lain. Disamping multi fungsi bambu yang tinggi maka terdapat beberapa kelemahan dari bambu antara lain : pengerjaan tidak mudah karena mudah pecah atau retak, mudah terserang serangga perusak kayu sehingga tidak tahan lama (tidak awet), variasi dimensi dan ketidakseragaman panjang ruasnya. Untuk mengatasi kelemahan dari bambu maka perlu dilakukan analisis fisika kayu untuk mengetahui kekuatan fisika dari bambu untuk memudahkan dalam pengerjaan bambu sesuai dengan manfaatnya dilapangan dan untuk memberikan informasi tentang sifat bahan yang akan digunakan. Beberapa sifat fisika yang perlu diketahui adalah kadar air, kerapatan dan pengembangan penyusutan. Ketiga sifat ini penting diketahui karena merupakan syarat utama sebelum bahan diolah menjadi produk hasil hutan. Dengan mengetahui sifar fisika maka dapat mengatasi adanya cacat akibat retak dan pecah karena pada saat bambu akan dikerjakan bambu harus dalam kondisi kadar air yang rendah dan kerapatan bambu yang tinggi sehingga tidak mengalami perubahan dimensi (kembang susut yang tinggi). Salah satu jenis bambu yang banyak digunakan adalah bambu tali. Bambu tali banyak tersebar di Indonesia dan Asia Tropis dan biasanya digunakan sebagai bahan baku untuk kerajinan, furniture dan bahan konstruksi ringan pada bangunan termasuk pembuatan jembatan sederhana. Penelitian sifat fisika bambu tali dikawasan kecamatan Gunung Sari belum pernah dilaksanakan, sehingga perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sifat fisika bambu tali dikawasan tersebut sebagai informasi bagi pengrajin dan pengguna bambu agar tidak salah dalam penggunaannya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisika bambu tali berdasarkan arah aksial dan untuk

Transcript of 23 - SANGKAREANG

Page 1: 23 - SANGKAREANG

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|23

http://www.untb.ac.id/Maret-2019/ Volume 5, No.1, Maret-2019

SIFAT FISIKA BAMBU TALI (Gigantochloa apus) BERDASARKAN ARAH AKSIAL

Oleh:

Febriana Tri WulandariJurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Abstrak: Bambu merupakan tanaman multi fungsi, disamping multi fungsi bambu yang tinggi makaterdapat beberapa kelemahan dari bambu antara lain : pengerjaan tidak mudah karena mudah pecah atauretak, mudah terserang serangga perusak kayu sehingga tidak tahan lama (tidak awet), variasi dimensi danketidakseragaman panjang ruasnya. Untuk mengatasi kelemahan dari bambu maka perlu dilakukananalisis fisika kayu. Salah satu jenis bambu yang banyak digunakan adalah bambu tali (Gigantochloaapus). Bambu tali banyak tersebar di Indonesia dan Asia Tropis dan biasanya digunakan sebagai bahanbaku untuk kerajinan, furniture dan bahan konstruksi ringan pada bangunan termasuk pembuatan jembatansederhana. Penelitian sifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus)dikawasan kecamatan Gunung Saribelum pernah dilaksanakan, sehingga perlu untuk melakukan penelitian untuk mengetahui sifat fisikabambu tali (Gigantochloa apus)dikawasan tersebut sebagai informasi bagi pengrajin dan pengguna bambuagar tidak salah dalam penggunaannya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat fisika bambu tali(Gigantochloa apus) berdasarkan arah aksial dikecamatan Gunung Sari kabupaten Lombok Barat. Datasifat fisika bambu tali (Gigantochloa apus) diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagimasyarakat dikecamatan Gunung Sari dan masyarakat pada umumnya sebagai pengguna bambu agar tidakterjadi kesalahan dalam penggunaannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian inimenggunakan metode ekperimen.Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2018 diKecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengujian Sifat Fisikadilakukan di Laboratorium Silvikutur dan Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Kehutanan UniversitasMataram.Kata kunci : Bambu tali, kecamatan Gunung Sari, Arah aksial

PENDAHULUAN

Bambu dikenal oleh masyarakat memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lainbatangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudahdibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakanserta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itubambu juga relatif murah dibandingkan denganbahan bangunan lain karena banyak ditemukan disekitar pemukiman pedesaan, bambu menjaditanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan (Wulandari,2011). Manfaat bambu bagi masyarakatantara lain :sebagai bahan konstruksi ringan,sebagai bahan mebel dan kerajinan, sebagai papankomposit (papan lamina, papan partikel dan papanserat), sebagai bahan baku pembuatan kertas danlain-lain.

Disamping multi fungsi bambu yang tinggimaka terdapat beberapa kelemahan dari bambuantara lain : pengerjaan tidak mudah karena mudahpecah atau retak, mudah terserang seranggaperusak kayu sehingga tidak tahan lama (tidakawet), variasi dimensi dan ketidakseragamanpanjang ruasnya. Untuk mengatasi kelemahan daribambu maka perlu dilakukan analisis fisika kayuuntuk mengetahui kekuatan fisika dari bambuuntuk memudahkan dalam pengerjaan bambusesuai dengan manfaatnya dilapangan dan untukmemberikan informasi tentang sifat bahan yang

akan digunakan. Beberapa sifat fisika yang perludiketahui adalah kadar air, kerapatan danpengembangan penyusutan. Ketiga sifat inipenting diketahui karena merupakan syarat utamasebelum bahan diolah menjadi produk hasil hutan.Dengan mengetahui sifar fisika maka dapatmengatasi adanya cacat akibat retak dan pecahkarena pada saat bambu akan dikerjakan bambuharus dalam kondisi kadar air yang rendah dankerapatan bambu yang tinggi sehingga tidakmengalami perubahan dimensi (kembang susutyang tinggi).

Salah satu jenis bambu yang banyak digunakanadalah bambu tali. Bambu tali banyak tersebar diIndonesia dan Asia Tropis dan biasanya digunakansebagai bahan baku untuk kerajinan, furniture danbahan konstruksi ringan pada bangunan termasukpembuatan jembatan sederhana. Penelitian sifatfisika bambu tali dikawasan kecamatan GunungSari belum pernah dilaksanakan, sehingga perluuntuk melakukan penelitian untuk mengetahui sifatfisika bambu tali dikawasan tersebut sebagaiinformasi bagi pengrajin dan pengguna bambu agartidak salah dalam penggunaannya.Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisikabambu tali berdasarkan arah aksial dan untuk

Page 2: 23 - SANGKAREANG

24|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 1, Maret 2019 http://www.untb.ac.id/Maret-2019/

mengetahui pengaruh arah aksial terhadap sifatfisika bambu tali

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini menggunakan metode penelitianeksperimen, yaitu penelitian yang menggunakansuatu percobaan yang dirancang secara khususguna membangkitkan data yang diperlukan untukmenjawab pertanyaan penelitian (Margono, 2005).

a. Teknik Pengambilan DataPenelitian ini dilakukan dengan memilih tiga

batang bambu tali sebagai contoh uji sifatfisika.Pengujian sifat fisika bambu tali meliputikadar air, berat jenisdan penyusutan bambu.Pengujian dilakukan menggunakan metodeeksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap(RAL). Posisi aksial batang dibagi dalam 3 bagianyaitu :

1. Pangkal (P)2. Tengah (T)3. Ujung (U)Jumlah ulangan untuk setiap pengujian adalah

3 kali.

Tabel 1. RAL pengujian Sifat Fisika Bambu

Posisi aksialUlangan

1 2 3Pangkal (P) P1 P2 P3Tengah (T) T1 T2 T3Ujung (U) U1 U2 U3

Langkah-Langkah pengujian sifat fisika adalah:1. Persiapan Sampel

Ditebang bambu yang sudah dipilih darimasing-masing jenis sebanyak 3 batang bambudipotong dengan panjang 6 m, masing-masingbambu dipotong menjadi 3 bagian, yaituPangkal, Tengah dan Ujung.

2. Sifat fisika yang diuji meliputi kadar air, beratjenis, dan perubahan dimensi pada arah tebaldan lebar, mengacu pada standar India (IS6874, 2008).Ukuran contoh uji untuk kadar airdan berat jenis adalah 2,5 cm (panjang) x 2,5cm (lebar), sedangkan tebalnya mengikuti tebalbambu. Panjang contoh uji untuk penyusutanbambu adalah 10 cm dan bebas dari buku.

3. Contoh uji kadar air ditimbang pada kondisisegar, kemudian dikeringkan dalam ovendengan suhu 103±20C selama 24 jam, beratcontoh uji ditimbang setiap 2 jam hinggaberatnya konstan (perbedaan berat tidak lebihdari 0,01 g). Kadar air tiap contoh uji dihitungdengan rumus :

Kadar air (%) = 1 −m00 100%Dimanam1 = berat awal contoh uji (g)m0 = berat kering tanur (g)

4. Pengujian berat jenis dilakukan denganmenimbang berat awal contoh uji denganketelitian 0,01 g. kemudian volume segardiukur dengan metode pencelupan. Contoh ujiyang telah diukur volume di kering tanurkan.Berat jenis dihitung dengan rumus:Berat jenis = m0Dimana

m0 = berat kering tanur (g)Vg = volume segar (cm3).

b. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis denganmenggunakan analisis sidik ragam atau Anovadengan menggunakan bantuan program SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Kadar Air Segar

Kadar air bambu merupakan indikatorbanyaknya air dalam sepotong bambu yangdinyatakan sebagai persentase dari berat keringtanurnya.Kadar air bambu bervariasi dalam suatubatang dipengaruhi oleh umur, musim pemanenanbambu dan jenis bambu.Bambu yang digunakandari penelitian diambil dari bagian dalam padamasing-masing rumpun, diasumsikan bambutersebut memiliki umur yang cukup tua.Selain itupada batang bambu juga sudah tidak ditutupi sisikcoklat, kecuali pada bambu tali yang memiliki sisikdi sepanjang batang.

Tabel 2. Nilai kadar air kayu segar

Perlakuan P T U Rata-rata

P1 133.64 92.20 122.22 116.02

P2 145.70 75.55 72.22 97.82

P3 162.94 139.00 116.66 139.53

Rata- rata 47.43 102.25 103.70 117.79

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilaikadar air kayu segar berkisar antara 72,22 –162,94%. Nilai tertinggi terdapat pada bambu talidibagian pangkal (P3P) dan nilai terendah padabagian ujung (P2U).Nilai rata-rata bambu tali daripangkal menuju ujung cenderung mengalamipenurunan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padagrafik dibawah ini.

Page 3: 23 - SANGKAREANG

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|25

http://www.untb.ac.id/Maret-2019/ Volume 5, No.1, Maret-2019

Grafik 2. Nilai rata-rata kadar air kayu segarbambu tali

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat padabagian pangkal memiliki nilai rata-rata yangtertinggi dibandingkan dengan bagian tengah danujung.. Pada bagian pangkal menuju tengahmenurun sebesar 45.18%. Sedangkan bagiantengah menuju ujung meningkat sebesar 1,45%.Berdasarkan analisis keragaman 5 % diketahuibahwa kedudukan aksial pada bambu tali tdkberpengaruh nyata terhadap kadar air kayu segarbambu tali. Hal ini sesuai dengan pernyataanToumis (1991), yang menyatakan bahwa kadar airtidak berpengaruh terhadap letak aksial sehinggakadar air kayu segar bambu tali tidak memilikiperbedaan yang signifikan.

Kadar air bambu ditentukan oleh berat air yangterkandung dalam batang. Semakin tinggi nilaikadar air yang diperoleh menunjukkan semakinbanyak kandungan air pada bambu tersebut. Selainitu, kadar air juga dipengaruhi oleh umur bambu.Kadar air batang bambu yang segar berkisar 50-99% dan pada bambu muda berkisar 80-150%.Sementara pada bambu kering bervariasi antara 12-18% (Dransfield dan widjaya, 1995).

Dalam keadaan segar perbedaan yang lebihbesar terjadi dalam satu batang yang berhubungandengan umur, musim dan jenis. Buluh yang masihmuda, berumur satu tahun memiliki kadar air yangrelatif tinggi sekitar 120-130% baik pada bagianpangkal maupun ujung. Berdasarkan hasil kadar airsegar yang diperoleh dalam penelitian ini dapatmembuktikan bahwa bambu yang digunakan dalampenelitian merupakan jenis bambu yang berumurcukup tua karena kadar air segar berkisar antara72,22 – 162, 94 %.

b. Kadar Air Kering Udara

Nilai rata-rata kadar kering udara bambu talidapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3. Nilai Kadar Air Kering UdaraPerlakuan P T U Rata-rata

P1 33.33 21.88 12.03 22.41

P2 20.35 15.55 17.67 17.86

P3 20.38 31.42 16.66 22.82

Rata- rata 24.69 22.95 15.45 21.03

Kadar air kering udara nilainya relatif seragam,tergantung kondisi saat pengeringan dilakukan.Nilai kadar air kering udara pada bambu taliberkisar antara12,03– 33,33 %. Kadar air terendahpada ujung (P1U) dan yang tertinggi pada pangkal(P1P).

Kondisi udara di Indonesia termasuk lembabkarena terletak di daerah tropis dan berupa negarakepulauan. Kelembaban relatifnya berkisar 60 %-80% pada musim kemarau.Kondisi ini berbeda-beda, bergantung pada letak geografis dan tinggidaerah dari permukaan laut (Prayitno, 2008). Nilaikadar air ini menunjukkan bahwa kadar air bambuyang baik digunakan untuk penggunaan lebih lanjutyaitu berkisar antara 10-11 %. Dalam kondisi inikayu memiliki kembang susut yang lebih stabilterhadap perubahan cuaca saat digunakan.

Nilai kadar bambu selain bervariasi antara satujenis dengan jenis yang lainnya, juga memilikivariasi dalam satu individu. Perbedaannya dapatmencapai kadar air 25% dan lebih tinggi pada padabagian pangkal dibandingkan bagian ujung. Padabatang yang berumur 3-4 tahun bagian pangkalmemiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkanbagian ujung Kandungan air bambu lebih tinggipada bagian dalam dibandingkan bagian luar padaarah melintang batang (Liese 1986).

Untuk melihat nilai rata-rata kadar air keringudara bambu tali dapat dilihat pada grafik dibawahini.

Grafik 2. Nilai rata-rata kadar air kering udarabambu tali.

Pada grafik dapat dilihat nilai rata-rata kadarair kering udara bambu tali cenderung menurundari pangkal menuju ujung. Pada bagian pangkalmenuju tengah menurun sebesar 1,74%. Sedangkanbagian tengah menuju ujung meningkat sebesar7,50%. Berdasarkan analisis keragaman 5 %diketahui bahwa kedudukan aksial pada bambu talitdk berpengaruh nyata terhadap kadar air kayusegar bambu tali. Hal ini sesuai dengan pernyataanToumis (1991), yang menyatakan bahwa kadar airtidak berpengaruh terhadap letak aksial sehinggakadar air kayu segar bambu tali tidak memilikiperbedaan yang signifikan.

147.43 102.25 103.70

0100200

P T U

Kada

r Air

(%)

Arah Aksial

24.69 22.9515.45

0

10

20

30

P T U

Kada

r Air

(%)

Arah Aksial

Page 4: 23 - SANGKAREANG

26|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 1, Maret 2019 http://www.untb.ac.id/Maret-2019/

c. Berat Jenis

Dalam penelitian ini berat jenis bambu talidiukur dalam tiga kondisi volume, yaitu volumebasah, volume kering udara, dan volume keringtanur.

1. Berat Jenis Volume Segar

Nilai rata-rata berat jenis volume segar dapatdilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Nilai rata-rata berat jenis volume segar

Perlakuan P T U Rata-rata

P1 0.43 0.45 0.50 0.46

P2 0.50 0.57 0.61 0.56

P3 0.24 0.29 0.39 0.31

Rata- rata 0.39 0.44 0.50 0.44

Berdasarkan tabel diatas berat jenis volumesegar bambu tali berkisar antara 0,24-0,61.Nilai berat jenis volume segar cenderungmeningkat dari ujung menuju pangkal. Untuklebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Grafik 5. Nilai rata-rata berat jenis volume segarbambu tali.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilaitertinggi berat jenis volume segar bambu taliterletak pada bagian ujung dan yang terendahpada bagian pangkal. Berdasarkan analisiskeragaman 5 % diketahui bahwa kedudukanaksial pada bambu tali tdk berpengaruh nyataterhadap berat jenis volume segar bambu tali.Hal ini sesuai dengan pernyataan Soenardi(1976), yang menyatakan salah satu yangmempengaruhi berat jenis adalah posisi dalambatang, selain itu juga disebabkan olehbesarnya sel, tebal dinding sel dan hubungansejumlah sel yang bermacam-macam.

2. Berat Jenis Kering UdaraNilai rata-rata berat jenis volume kering udaradapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5. Nilai rata-rata berat jenis volume keringudara

Perlakuan P T U Rata-rata

P1 0.67 0.69 0.72 0.69P2 0.69 0.70 0.74 0.71P3 0.72 0.74 0.76 0.74

Rata- rata 0.69 0.71 0.74 0.71

Berdasarkan tabel diatas berat jenis volumesegar bambu tali berkisar antara 0,67-76. Nilaiberat jenis volume kering udara cenderungmeningkat dari ujung menuju pangkal. Untuklebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Grafik 6. Nilai rata-rata berat jenis kering udarabambu tali.

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilaitertinggi berat jenis volume segar bambu taliterletak pada bagian ujung dan yang terendahpada bagian pangkal. Berdasarkan analisiskeragaman 5 % diketahui bahwa kedudukanaksial pada bambu tali tdk berpengaruh nyataterhadap berat jenis volume segar bambu tali.Hal ini sesuai dengan pernyataan Soenardi(1976), yang menyatakan salah satu yangmempengaruhi berat jenis adalah posisi dalambatang, selain itu juga disebabkan olehbesarnya sel, tebal dinding sel dan hubungansejumlah sel yang bermacam-macam.

3. Berat Jenis Kering TanurNilai rata-rata berat jenis volume kering tanurdapat dilihat pada tabel dibawah ini.Berdasarkan tabel 6 berat jenis volume keringtanur bambu tali berkisar antara 0,44-0,68.Nilai berat jenis volume segar cenderungmeningkat dari ujung menuju pangkal. Untuklebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Tabel 6. Nilai rata-rata berat jenis volume keringtanur

Perlakuan P T U Rata-rata

P1 0.44 0.52 0.59 0.52

P2 0.56 0.60 0.65 0.60

P3 0.65 0.67 0.68 0.67

Rata- rata 0.55 0.60 0.64 0.60

Grafik 6. Nilai rata-rata berat jenis kering tanurbambu tali.

0.39 0.44 0.50

0.000.501.00

P T UBera

t Jen

is

Arah Aksial

0.600.700.80

P T U

Bera

t Jen

is

Arah Aksial

0.550.60

0.64

0.50

0.60

0.70

P T U

Bera

t Jen

is

Arah Aksial

Page 5: 23 - SANGKAREANG

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|27

http://www.untb.ac.id/Maret-2019/ Volume 5, No.1, Maret-2019

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilaitertinggi berat jenis volume segar bambu taliterletak pada bagian ujung dan yang terendah padabagian pangkal. Berdasarkan analisis keragaman 5% diketahui bahwa kedudukan aksial pada bambutali tdk berpengaruh nyata terhadap berat jenisvolume segar bambu tali. Hal ini sesuai denganpernyataan Soenardi (1976), yang menyatakansalah satu yang mempengaruhi berat jenis adalahposisi dalam batang, selain itu juga disebabkanoleh besarnya sel, tebal dinding sel dan hubungansejumlah sel yang bermacam-macam.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukanmaka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaiberikut :1. Sifat fisika bambu tali :

kadar air kayu segar (72,22 – 162,94 %), kadar kering udara (12,03-33,33 %), berat jenis volume segar (0,24-0,61), berat jenis volume kering udara (0,67-76),

berat jenis volume kering tanur (0,44-0,68).2. Arah aksial tidak berpengaruh terhadap sifat

fisika bambu tali sehingga semua bagian daribatang bambu tali dapat dimanfaatkan daribagian pangkal sampai bagian ujung.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Budidaya Bambu Sebagai UpayaPelestarianLingkungan.http://kursibambu.wordpress.com/2010/05/08/budidaya-bambu-sebagai-upaya-pelestarian-lingkungan

Dransfield, S. & Widjaja, E.A., 1995. PlantResources of South-East Asia (PROSEA):Bamboos, Prosea Foundation, Bogor.

Liese, W. 1985.Anatomy and properties ofbamboo.Proceeding of the InternationalBamboo Workshop Oct. 6-14, 1985.Hangzhou, People’s Republic of China. Pp.196-208.

Manuhuwa, E. 2006.Bahan Kuliah Hasil HutanNon Kayu (Bambu I-III).Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas PattimuraAmbon.

Purwito. 2008. Standarisasi Bambu Sebagai BahanBangunan Alternatif Pengganti Kayu.Dalam: Prosiding PPI, 5 November 2008.Puslitbang BSN.

Prawirohatmodjo. S. 1997. Sifat Kimia BeberapaJenis Bambu Pada Empat Tipe IkatanPembuluh. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB.Tidak Diterbitkan.

Widjaja, E. A. 2001. Identifikasi Jenis-JenisBambu di Kepulauan Sunda Kecil. PusatPenelitian dan PengembanganBiologi LIPI,Bogor, Indonesia

Ulfah D. 2006. Analisis Sifat Anatomi BambuApus (Gigantochloa apusKurz) Dari DusunCangkringan Kabuaten Sleman Di dalam :Pengembangan Teknologi PemanfaatanHasil Hutan Berbasis Masyarakat. Prosidingseminar Nasional Masyarakat Peneliti KayuIndonesia (Mapeki)IX; Banjarbaru, 11- 13Agustus 2006. Banjarbaru: MasyarakatPeneliti Kayu Indonesia (Mapeki) Hlm 19 –25.