ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL...

6
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 1 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019 HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) KUTU LAK (Laccifer lacca.Kerr) Oleh : Febriana Tri Wulandari Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Abstrak : Lak merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Lak dihasilkan dari sekresi kutu lak. Kutu lak akan memakan gubal kayu cabang muda pada tanaman inang. Tanaman inang yang paling baik untuk hidup kutu lak adalah pohon kesambi. Lak yang berguna untuk pembuatan vernis, industri listrik, perekat, plitur, dan kabel. Selain itu, lak juga dipergunakan untuk bahan pewarna (edible dye) pewarna minuman ringan dan makanan, serta dapat juga dipergunakan sebagai bahan campuran untuk lapisan luar pada cokelat. Selain itu, air limbah dari pengolahan lak cabang banyak mengandung bahan pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses penyamakan wol, sutra, atau kulit dan juga dapat digunakan untuk penetralisir air kolam pada budidaya ikan lele (Kasmojo, 2007). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang HHBK kutu lak. Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu menyajikan suatu gambaran terperinci atas suatu situasi khusus (Silalahi,2009). Sumber data diperoleh dari pustaka atau literature yang berhubungan dengan HHBK lak dan pengalaman penulis dilapangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan HHBK lak adalah sebagai berikut : (1).Lak hidup didaerah dengan curah hujan yang rendah (daerah kering), kekentalan getah pohon 0,14 0,17 dan pohon kesambi sebagai pohon inang. (2). Tahapan budidaya kutu lak adalah seleksi bibit, penularan bibit, pemeliharaan dan pemanenan. (3). Hama dan penyakit HHBk kutu lak adalah parasit (jamur) dan predator (semut merah besar). (4). Penerapan teknik silvikultur adalah blok tularan, sistem tularan dan penyimpanan lak cabang. (5). Teknologi Pasca Panen adalah perontokan lak, penghancuran lak menjadi butiran, pembilasan lak, pengeringan lak kurang lebih 12 jam dan packing kedap udara. Kata kunci : HHBK, kutu lak. PENDAHULUAN Sumberdaya hutan (SDH) mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) seperti yang terjadi saat ini, melainkan juga manfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK). Lak merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Lak dihasilkan dari sekresi kutu lak. Kutu lak akan memakan gubal kayu cabang muda pada tanaman inang. Tanaman inang yang paling baik untuk hidup kutu lak adalah pohon kesambi. Lak yang berguna untuk pembuatan vernis, industri listrik, perekat, plitur, dan kabel. Selain itu, lak juga dipergunakan untuk bahan pewarna (edible dye) pewarna minuman ringan dan makanan, serta dapat juga dipergunakan sebagai bahan campuran untuk lapisan luar pada cokelat. Selain itu, air limbah dari pengolahan lak cabang banyak mengandung bahan pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses penyamakan wol, sutra, atau kulit dan juga dapat digunakan untuk penetralisir air kolam pada budidaya ikan lele (Kasmojo, 2007). Kondisi tempat tumbuh yang paling ideal untuk pengembangbiakan kutu lak adalah didaerah dengan curah hujan yang rendah (daerah kering). Bibit kutu lak yang digunakan petani biasanya masih berasal dari lak cabang yang telah tertulari oleh kutu lak. Bibit kutu lak yang digunakan sebagai bibit, harus memiliki kualitas yang tinggi. Kualitas bibit yang baik adalah yang tularannya penuh pada cabang muda pohon kesambi (Wulandari F.T, 2012). Kebutuhan lak dunia mencapai 9.000 ton dengan India sebagai pemasok utama sebesar 50% (4.500 ton), sedangkan di Indonesia komoditi lak belum diproduksi secara maksimal meskipun pangsa pasar sangat potensial. Ditinjau dari aspek ekonomi, budidaya kutu lak sangat menjanjikan, selain belum banyak yang mengembangkan bidang ini, harga dari hasil pengolahan kutu lak cukup tinggi. Dengan demikian, pemerintah seharusnya lebih mengembangkan sektor yang tentunya dapat menunjang kebutuhan masyarakatnya dengan berbagai pengembangan teknologi pengolahan yang digunakan (Herawati, 2005). Di pulau Lombok hingga saat ini budidaya kutu lak biasanya memanfaatkan tanaman inang kesambi, dimana kutu lak akan membentuk koloni pada cabang muda pohon kesambi. Pulau Lombok memiliki potensi besar untuk pengembangan

Transcript of ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL...

Page 1: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 1

http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019

HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) KUTU LAK (Laccifer lacca.Kerr)

Oleh :

Febriana Tri WulandariJurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Abstrak : Lak merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Lak dihasilkan dari sekresi kutulak. Kutu lak akan memakan gubal kayu cabang muda pada tanaman inang. Tanaman inang yang palingbaik untuk hidup kutu lak adalah pohon kesambi. Lak yang berguna untuk pembuatan vernis, industrilistrik, perekat, plitur, dan kabel. Selain itu, lak juga dipergunakan untuk bahan pewarna (edible dye)pewarna minuman ringan dan makanan, serta dapat juga dipergunakan sebagai bahan campuran untuklapisan luar pada cokelat. Selain itu, air limbah dari pengolahan lak cabang banyak mengandung bahanpewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses penyamakan wol, sutra, atau kulit dan juga dapatdigunakan untuk penetralisir air kolam pada budidaya ikan lele (Kasmojo, 2007). Tujuan dari penulisanmakalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang HHBK kutu lak. Metode yang digunakan dalampenulisan makalah ini dengan menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu menyajikan suatugambaran terperinci atas suatu situasi khusus (Silalahi,2009). Sumber data diperoleh dari pustaka atauliterature yang berhubungan dengan HHBK lak dan pengalaman penulis dilapangan. Beberapa hal yangperlu diperhatikan dalam pengembangan HHBK lak adalah sebagai berikut : (1).Lak hidup didaerahdengan curah hujan yang rendah (daerah kering), kekentalan getah pohon 0,14 – 0,17 dan pohon kesambisebagai pohon inang. (2). Tahapan budidaya kutu lak adalah seleksi bibit, penularan bibit, pemeliharaandan pemanenan. (3). Hama dan penyakit HHBk kutu lak adalah parasit (jamur) dan predator (semutmerah besar). (4). Penerapan teknik silvikultur adalah blok tularan, sistem tularan dan penyimpanan lakcabang. (5). Teknologi Pasca Panen adalah perontokan lak, penghancuran lak menjadi butiran, pembilasanlak, pengeringan lak kurang lebih 12 jam dan packing kedap udara.

Kata kunci : HHBK, kutu lak.

PENDAHULUAN

Sumberdaya hutan (SDH) mempunyaipotensi multi fungsi yang dapat memberikanmanfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagikesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebutbukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK)seperti yang terjadi saat ini, melainkan jugamanfaat hasil hutan bukan kayu (HHBK).

Lak merupakan salah satu Hasil Hutan BukanKayu (HHBK). Lak dihasilkan dari sekresi kutulak. Kutu lak akan memakan gubal kayu cabangmuda pada tanaman inang. Tanaman inang yangpaling baik untuk hidup kutu lak adalah pohonkesambi. Lak yang berguna untuk pembuatanvernis, industri listrik, perekat, plitur, dan kabel.Selain itu, lak juga dipergunakan untuk bahanpewarna (edible dye) pewarna minuman ringan danmakanan, serta dapat juga dipergunakan sebagaibahan campuran untuk lapisan luar pada cokelat.Selain itu, air limbah dari pengolahan lak cabangbanyak mengandung bahan pewarna seperti asamlakaik yang berguna untuk proses penyamakan wol,sutra, atau kulit dan juga dapat digunakan untukpenetralisir air kolam pada budidaya ikan lele(Kasmojo, 2007).

Kondisi tempat tumbuh yang paling idealuntuk pengembangbiakan kutu lak adalah didaerah

dengan curah hujan yang rendah (daerah kering).Bibit kutu lak yang digunakan petani biasanyamasih berasal dari lak cabang yang telah tertularioleh kutu lak. Bibit kutu lak yang digunakansebagai bibit, harus memiliki kualitas yang tinggi.Kualitas bibit yang baik adalah yang tularannyapenuh pada cabang muda pohon kesambi(Wulandari F.T, 2012).

Kebutuhan lak dunia mencapai 9.000 tondengan India sebagai pemasok utama sebesar 50%(4.500 ton), sedangkan di Indonesia komoditi lakbelum diproduksi secara maksimal meskipunpangsa pasar sangat potensial. Ditinjau dari aspekekonomi, budidaya kutu lak sangat menjanjikan,selain belum banyak yang mengembangkan bidangini, harga dari hasil pengolahan kutu lak cukuptinggi. Dengan demikian, pemerintah seharusnyalebih mengembangkan sektor yang tentunya dapatmenunjang kebutuhan masyarakatnya denganberbagai pengembangan teknologi pengolahanyang digunakan (Herawati, 2005).

Di pulau Lombok hingga saat ini budidayakutu lak biasanya memanfaatkan tanaman inangkesambi, dimana kutu lak akan membentuk kolonipada cabang muda pohon kesambi. Pulau Lombokmemiliki potensi besar untuk pengembangan

Page 2: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

2 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-92

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/

tanaman kesambi. Luas areal yang telahdikembangkan untuk tanaman kesambi ini sekitar150 ha (Dinas Kehutanan NTB, 2009).

Tujuan dari penulisan makalah ini adalahuntuk memberikan gambaran tentang HHBK kutulak.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisanmakalah ini dengan menggunakan metodepenelitian deskriptif yaitu menyajikan suatugambaran terperinci atas suatu situasi khusus(Silalahi,2009). Sumber data diperoleh daripustaka atau literature yang berhubungan denganHHBK lak dan pengalaman penulis dilapangan.

PEMBAHASAN

a. Pola hidup kutu lak

Kutu lak hidup menempel dan menghisapmakanan dari tanaman inangnya. Setelahmenempel pada cabang tersebut, kutu lak akanmengeluarkan sekresi berupa benang-benang putihuntuk melindungi dirinya. Benang-benang putihtersebut akan semakin tebal dan sambung-menyambung sehingga menutupi semua cabang.Benang-benang putih tersebut kemudian akanmengeras dan membentuk warna kuning keemasanyang bisa dipanen sebagai lak. Selama proseshidupnya kutu lak mengeluarkan sekresi berupacairan yang dinamakan lak. Biasanya kutu lakmenetap di sisi bawah cabang, jumlah larvabiasanya 150-200 ekor setiap jarak 2,5 cm dansetelah 5 bulan stoklak (koloni lak) dapat dipanendan dikerok menjadi butiranlak/shellak.Persyaratan hidup kutu adalahmenyukai daerah dengan curah hujan dgnintensitas 1.000-1.500 mm/tahun, (tipe iklim D - E,menurut Schmidt -Fergusson ), suhu optimumpertumbuhan 22 º - 28 º C (dibawah 17 ° C kutubetina tidak bertelur dan dibawah 22 ° C nimfakutu lak pertumbuhannya lambat). (Perhutani,2005). Tanaman inang yg cocok utk kutu lak yangmemiliki pH netral atau sedikit asam (5,8 – 6,2)dan kepekatan getah 0,14 – 0,17 (Radijanto,1999).Pembiakan kutu lak dilakukan dengan 2 cara yaitu :1. Generatif adalah cara pembiakan dengan cara

pembuahan oleh kutu jantan2. Partenogenesis adalah cara pembiakan dengan

produksi telur dari larva tanpa oleh kutu lakbetina tanpa pembuahan oleh kutu jantan.Partenogenesis biasanya terjadi pada musimhujan kalau kutu jantan mati atau punahsemuanya. Biasanya parenogenesismenghasilkan kutu lak jantan dan betina dankeduanya menghasilkan shellak.

Pohon InangSalah satu faktor yang penting dalam

memproduksi lak adalah jenis inang yang disukaioleh kutu lak sehingga dapat berkembang denganoptimal. Syarat yang harus dimiliki oleh inangyang dapat mendukung perkembangan kutu lakadalah derajat keasaman (pH) cairan dalam pohoninang. Kisaran pH yang terbaik berkisar padaderajat keasaman netral atau sedikit asam yaitusekitar 5.8 – 6.2. Syarat yang lain adalah pohoninang yang dikehendaki harus memiliki kepekatangetah (sap density) antara 0,14 – 0,17. Kepekatangetah yang tinggi dari pohon inang akanmemudahkan kutu lak untuk menempel padainangnya (Radijanto, 1979).

Selain kekentalan getah dan derajat keasamansebagai faktor yang menentukan pohon inang yangbaik, jarak tanam juga memegang peranan sangattinggi.Jarak tanam untuk untuk tanaman inang kutulak berbeda dengan jarak tanaman yang bukantanaman inang.Untuk jarak tanam untuk tanamankutu lak jarak tanamnya diusahakan dengan sekalipenjarangan telah diperoleh jarak tanam terakhir.Beberapa tanaman yang dapat menjadi inangkesambi antara lain adalah : kesambi, ploso danAacia catechu, dengan jarak tanam masing-masing6 x 2 m dan 4 x 2 m.(Kasmudjo, 2007)

Masa penularan kutu lak pada tanaman inangkesambi dapat dilakukan pada umur 8 tahun,sedangkan untuk ploso dan acacia catechu padaumur 4 tahun dan 2 tahun. Ploso dan acaciacatechu kurang berpotensi menghasilkan lakdibandingkan dengan kesambi (Wulandari, 2012).

b. Penularan kutu lak

Dalam penularan kutu lak diperlukan bibitkutu lak. Yang dimaksud bibit kutu lak berupastok lak yang membungkus ranting, telah masakdan sel-selnya penuh dengan bibit kutu lak.

Stok lak yang telah diperoleh disimpan dalamkantong satu per satu dan kemudian dimasukandalam karung.Teknik penularan dengan caramengikat stok lak pada pangkal cabang tanamaninang yang tidak terlalu tua. Kutu lak akanmenjalar sepanjang cabang dan mengeluarkansekresinya.

Penularan dapat dilakukan dengan menularkanpada tiap ranting atau dengan satu ranting sajakemudian pada 4 – 6 hari dipindah ke ranting lain.Selama 2 minggu maka akan terlihat kutu lak sudahbisa menjalar ke sepanjang ranting. Satu rantingbisa menulari sampai sepanjang 1 m lebih.Penularan dilapangan dapat mengalami kegagalanapabila :1. Bibit lak yang tidak baik

Page 3: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 3

http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019

2. Kondisi lingkungan yang lembab (kurangsinar matahari dan banyaknyan tumbuhanbawah disekitar tanaman inang)

3. Tanaman inang yang kurang sehat.Kondisi lingkungan yang baik akan mendukungkeberhasilan kultur lak.

c. Budidaya Kutu Lak

Budidaya kutu lak dapat dilakukan dengancara sebagai berikut:1. Seleksi bibit

Bertujuan untuk mendapatkan bibit dengankualitas yang baik berdasarkan ukuranpanjang,kekompakan, tebal dan kesehatannya.Lapisanlak cabang sebagai bibit biasanya berat danpenuhdengan tonjolan stik mata (lubangpernapasan), nampak basah, bulat dan tidakterputus-putus.Bibit kemudian dimasukkan dalam kantongkasa untuk menjaga agar bibit tidak rusak danmencegah larva predator keluar kantongtersebut.

2. Penularan bibitDilakukandengan cara mengikatkan kantongbibit secara sejajar pada cabang tanaman inangyang berdiameter 5 cm atau lebih agar kutulakdapat mengembara mencari tempat yangcocok,menempel dan berkembang pada inangtersebut. Kutu lak dapat melakukanpengembaraansepanjang 1,5 m sebelum menancapkanbelalainya.

3. PemeliharanDilakukan secara intensif sampai tularanberusia 3 bulan. Kegiatan pemeliharaanmeliputipembersihan tumbuhan bawah danpembersihan ranting mati dan terrkenapenyakit untukmenjaga aerasi udara, serta pengasapan secararutin untuk mengusir parasit dan predator.

4. PemanenanMeliputi 2 (dua) kegiatan yaitu pungutan lakcabang bibit yang sudah ditularkankutunya selama 3 minggu dan pemanenan lakcabang hasil penularan yang biasanyaberumur 150-160 hari.Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan kutu lak antara lain :1. Suhu

Untuk kehidupan kutu Lak memerlukan suhuyan cukup tinggi, dalam suhu dibawah 22Cpertumbuhan lambat, bahkan suhu dibawah17C telur yang dihasilkan tidak bisa menetes.

2. Cahaya matahariTularan yang kurang mendapat sinar mataharibanyak diserang parasit sehinggamenghasilkan Lak yang kualitas rendah.

3. AnginDidaerah yang kurang mendapat angin“embun madu” yang dikeluarkan kutu laktidak dapat jatuh ketanah. Embun madubeserta debu dapat menggumpal menutuplubang pernapasan kutu Lak.

4. Hujan.Hujan dapat mengakibatkan larva yang keluardari sel induknya terbawa oleh air hujan.Hujan yang terus menerus dapat mematikanlarva yang baru menetes. Didaerah yang curahhujannya tinggi, kerak Lak banyak ditumbuhijamur yang dapat menutupi lubangpernapasan.

5. FaktorhayatiFaktor ini juga disebut faktor hama danpenyakit, yang merupakan musuh utama kutulak. Tidak jarang faktor ini menjadi gagalnyakultur kutu Lak. Untuk mengatasinya dengancara masukkan bibit lak kedalam kantong kainsebelum ditularkan. Dengan demikian serattekur menetes menjadi larva, kutu Lak dapatkeluar, sedangkan hama penyakitnyatertinggal dalam kanotng kain dan mati.

Gambar 1.Budidaya kutu lak

d. Hama Kutu Lak

Hama kutu lak terdiri dari parasit danpredator. Parasit adalah sejenis insekta kecil yangmeletakan telurnya di dalam lubang anus dari sel-sel kutu lak melalui tabung ovipositor yang beradadi bagian belakang perutnya. Telur-telur tersebutkemudian menetas dan larva parasit kemudianhidup di dalam badan kutu lak dan memakannya.Sedangkan predator adalah sejenis insekta yangmeletakan telur-telurnya pada atau dekat bungkulanlak di cabang pohon inang. Setelah telur menetas,larva predator ini kemudian mencari makanan yangsalah satu diantaranya adalah kutu lak. Seranganparasit dan predator menyebabkan tularan mudayang masih berupa benang-benang putih tiba-tibamenghitam dan rontok serta lak yang sudah mulai

Page 4: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

4 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-92

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/

menguning lepas satu persatu karena tergerek olehlarva di dalamnya (Sujatmoko,2007).

Penyebab kegagalan berkembangnya kutu lakdapat disebabkan oleh mekanisme alamiah, kondisitanaman inang yang terlalu rimbun dan lembab,tidak ada aliran angin kedalam tularan, dan tidakterkena sinar matahari secara cukup, Kegiatanbudidaya yang mengabaikan kegiatan pemeliharaantularan dan pengendalian hama kutu lak. Untukmengatasinya dengan melakukan pemangkasansemua pohon inang yang pernah terkena seranganparasit dan predator serta merubah pola budidayalak yang dilakukan masyarakat agar sesuai denganteknik budidaya lak yang baik yang memperhatikanteknik pengendalian hama kutu lak.

e. Penerapan teknik silvikultur intensif

Teknik Silvikutur intensif merupakan teknikbudidaya yang menerapkan pola tularan pas,sehingga dapat menghasilkan kuantitas lak yangtinggi dengan kualitas yang baik dan menjagakeberlanjutan hasil lak sebagai bahan baku(Wulandari F.T, 2013). Tahapan-tahapan tekniksilvikultur meliputi :1. Blok-blok tularan

Dalam usaha menstabilkan Produk Lak cabangsetiap tahunnya tiap lokasi, dibagi disesuaikandengan musim, topografi dan kemiringanlahan (intensitas penerimaan sinar matahari).Dengan demikian tiap blok, tiap saatmempunyai kondisi yang cocok dengnakehidupan kutu Lak.Tiap blok tularan ditetapkan satu semester(enam bulan) sehingga tiap tahun masing-masing lokasi hanya menulari dua blok saja.Dengan pembagian blok ini ternyata di bidangperencanaan produksi sangat menguntungkankarena prasarana dan lain-lain lebih mudahdihitung

2. Sistem tularan pasSistem tularan harus pas agar lak dihasilkankualitasnya bagus (penularan tidak bolehterlalu banyak, harus melihat kemampuanpohon penampung bibit), bila tidak pas makalak yang dihasilkan sangat jelek, laknya tips-tipis dan bahkan bila musim kemarau takjarang tularan akan mati berikut tanamaninangnya

3. Penyimpanan lak cabangPenyiampanan lak cabang diperlukan bila lakyang akan dijual masih menunggu waktu yanglebih lama. Bila dalam bentuk butiran bilatidak dikemas akan menyebabkan lak menjadiberwarna hitam yang akan menurunkan mutulak

Gambar 2. Kutu lak dan lak hasil panen

f. Pemungutan hasil lak

Lak dapat dipungut setelah berumur 156 hariatau sekitar 5 bulan. Produksi lak per pohon dapatmenghasilkan lak minimal 50 kg sampai mencapai1 ton tergantung besar kecil tanaman inang,semakin besar tanaman inang semakin banyakproduksi laknya.Tanda-tanda lak yang telah siap dipanen adalah :

a. Warnanya kuning jernihb. Benang-benang lilin tinggal sedikitc. Adanya sel-sel anakan kutu lak (mulai

merayap=swarming)

Gambar 3. Lak kupas yang telah siap panenberwarna kuning jernih

Pemungutan lak dapat dilakukan denganmenggunakan gunting pangkas agar tidak merusakcabang tanaman inang dan kemudian dimasukankedalam karung agar lak tidak berubah warnakarena pengaruh kelembaban udara.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemungutan lakadalah :

a. Umur tanaman inang (jangan terlalu mudadan jangan terlalu tua)

b. Musim panen jangan pada musim hujanc. Gunting pangkas harus tajamd. Lak harus disimpan dengan baik

(dimasukan dalam karung) jangan terkenaudara bebas karena akan menyebabkanperubahan warna

e. Lak harus segera dikupas dari cabangnyadan diolah dengan teknologi pasca panenagar mutu lak tetap terjaga.

Untuk lak bibit disendirikan dengan perlakuankhusus dengan cara direndam dalam air selama 24jam dan kemudian diangin-anginkan dan disimpandengan baik (Kasmudjo, 2007)

Page 5: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 5

http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019

g. Teknologi Pasca Panen

Pengolahan lak pasca panen yaitu membentukdalam bentuk butiran dan melakukan pembersihandengan metode pembilasan sehingga warna lakmenjadi lebih bening kemudian dilakukanpengeringan. Untuk mendapatkan mutu lak yangbaik, lak yang telah dibilas dan dikeringkandipacking dengan menggunakan plastik yang tebaldan kedap udara sehingga tidak mudah sobek,karena lak akan sangat mudah berubah warna bilaterkena udara terbuka (Wulandari F.T, 2012).Standar pengolahan lak yang baik adalah :

1. Perontokan lak dengan alat perontok2. Penghancur lak menjadi butiran lak3. Pembilasan lak4. Pengeringan lak selama ± 12 jam5. Packing dengan menggunakan plastik yang

kedap udara.

Gambar 3. Alat Perontok lak.

Gambar 4. Alat penghancur lak dengan modelhammer/diskmill

PENUTUP

Lak merupakan salah satu HHBK yangmemberikan prospek yang sangat tinggi. Denganpenerapan budidaya yang baik dan pengolahan

pasca panen akan memberikan hasil yang maksimal(Wulandari F.T, 2011) . Beberapa hal yang perludiperhatikan dalam pengembangan HHBK lakadalah sebagai berikut :1. Lak hidup didaerah dengan curah hujan yang

rendah (daerah kering), kekentalan getahpohon 0,14 – 0,17 sangat ideal untuk tempattumbuh lak dengan pohon kesambi sebagaipohon inang yang terbaik untukpertumbuhannya.

2. Tahapan budidaya kutu lak adalah seleksibibit, penularan bibit, pemeliharaan danpemanenan.

3. Hama dan penyakit HHBk kutu lak adalahparasit (jamur) dan predator (semut merahbesar).

4. Penerapan teknik silvikultur adalah bloktularan, sistem tularan dan penyimpanan lakcabang.

5. Teknologi Pasca Panen adalah perontokan lak,penghancuran lak menjadi butiran, pembilasanlak, pengeringan lak kurang lebih 12 jam danpacking kedap udara.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Wiyono, 2002, Pengusahaan Lak Cabangdi Indonesia, Buletin Penelitian danPengembangan Kehutanan Vol 3 No.1Tahun 2002: 95-107

Borror. D.J. and White. R.E., 1970. Field Guide toThe insects. Houghton Mifflin Company.Boston.

Herawati,T, 2005. Kondisi Pengelolaan diIndonesia dan Peluang Pengembangannyadi Nusa Tenggara Timur.

Kurnaedi, R. dan M. Widnyana, 2003.Pengusahaan Steacklac dan BudidayaKutu Lak. Buletin Penelitian Kehutanan643: 25-32.

Kasmudjo, 2007. Hasil Hutan Non Kayu, Diktat.Fakultas Kehutanan Universitas GadjahMada, Yogyakarta.

Perhutani Unit II Jawa Timur. 2004. Buku Saku :Pengelolaan TanamanInang Kesambi danKultur Lak dan Pengelolaan Lak CabangMenjadi Seedlak. Probolinggo : KPHProbolinggo Perum Perhutani Unit IIJawa Timur.

Radijanto, SBI., 1979. Model untuk penaksiran Lakpada Tanaman Inang Kesambi. MajalahDuta Rimba Nomor 31/V/1979. Pp : 13-23

Page 6: ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 1 HASIL …untb.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/1_HASIL-HUTAN-BUKAN-KAYU-HHBK... · pewarna seperti asam lakaik yang berguna untuk proses

6 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-92

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/

Rochayah S.D.M., dan Koeslulat, 2005. Budidayakutu lak untuk mensejahterakanmasyarakat, Nusa Tenggara Timur.

Wulandari FTW, 2010. Pelatihan Pasca Panen Lakdidesa Sugian Kecamatan SambeliaKabupatenLombok Timur. KerjasamanFaperta UNRAM dengan DinasKehutanan NTB.

Wulandari, FTW., dan NML.Ernawati, 2011.Deskripsi nilai ekonomi kutu lak denganteknologi pascapanen di desa SugianKecamatan sambelia kabupaten lomboktimur. Makalah seminar ASEANFakultas Pertanian Universitas Mataram.

Wulandari, FTW., dan NML.Ernawati, 2011.Strategi peningkatan pasca panen lakdidesa Sugian Kecamatan SambeliaKabupaten Lombok Timur. MakalahPoster Litbang Bogor.

Wulandari , 2012. Gambaran sistem kultur kutulak dan pasca panen lak serta manfaatnyabagi industri, jurnal Media Bina Ilmiah,Mataram.