26 - SANGKAREANG

4
26 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 Volume 2, No. 4, Desember 2016 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ TRADISI KAWIN CERAI PADA MASYARAKAT ADAT SUKU SASAK LOMBOK SERTA AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKANNYA Oleh: Farida Ariany Dosen Tetap pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Tradisi Kawin Cerai Pada Masyarakat Adat Suku Sasak Lombok merupakan adat suku sasak lombok serta akibat hukum yang ditimbulkannya, merupakana penelitian yuridis empiris. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primrr dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara, sedangkan data skunder pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa studi kasus. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat Kawin Cerai Pada Masyarakat Adat Suku Sasak Lombok sangat tinggi, dari data yang masuk baik itu data perceraian yang di dapatkan penulis di Pengadilan Agama Kabupaten Lombok tengah hampir 75% merupakan kasus perceraian, dari berbabagai faktor penyebab kawin cerai antara lain : (a). Faktor kebudayaan, adanya tradisi merarik yaitu apabila seorang laki-laki ingin melakukan perkawinan maka perempuan yang mau diajak kawin harus dilarikan terlebih dahulu dan hal inimerupakan tindakan yang legal secara adat, dari data yang ada hampir 58% Perkawinan yang dilakukan di bawah tangan sehingga perkawinan mereka tidak di catatkan, adanya kawin musiman yaitu saat panen tiba banyak melakukan perkawinan tapi saat musim paceklik tiba banyak juga melakukan perceraian. (b). Tingkat tendidikan masyarakat yang sangat kurang, dari hasil penelitian masyarakat yang banyak melakukan perceraian adalah mereka-mereka yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah. (c). Tingkat kawin muda yang cukup tinggi jumlahnya, (d). Faktor agama yang mempermudah perceraian yaitu cukup dengan menyatakan keinginan bercerai oleh pihak si laki-laki kepada pihak si wanita maka jatuhlah talak mereka, (e). Faktor ekonomi masyarakat lombok banyak yang menjadi TKI keluar negeri sehingga isteri yang tak tahan menunggu kawin lagi dengan orang lain. Akibat perceraian akan sangat nyata terlihat baik itu terhadap anak yang ditinggalkan dari hasil perkawinan serta harta benda yang didapat selama perkawinan. Kata Kunci : Kawin Cerai, Adat Suku Sasak, Hukum. PENDAHULUAN Negara indonesia merupakan Negara Kepulauan yang sangat kaya dengan keanekaragaman suku bangsa, meliputi adat- istiadat, budaya dan tradisi, sehingga hal ini memberikan identitas yang merupakan ciri khas tersendiri bagi setiap daerah yang ada di Indonesia. Segala sesuatu yang merupakan pergaulan hidup manusia dan kebiasaan berprilaku sehari-hari, cenderung diikuti oleh masyarakat secara turun temurun dan terkadang dijadikan panutan serta dipercaya sebagai suatu aturan yang mengikat masyarakat. Hal yang dianggap oleh masyarakat sebagai suatu aturan yang mengikat tersebut sebagaian besar telah dijadikan sebagai salah satu acuan dari aspek pertimbangan yuridis. Hukum adat adalah bagian dari Hukum Nasional yang tidak tertulis. Dimana hukum adat itu merupakan pencerminan kepribadian suatu bangsa, yang merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa. Oleh karena itu tiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri dimana yang satu dengan yang lainnya tidak sama, begitu pula di Indonesia. Dan menurut beberapa pandangan sarjana hukum, hukum adat dinyatakan sebagai hukum yang hidup dalam masyarakat. Aspek-aspek pengaturan kehidupan sosial masyarakat dalam hukum adat meskipun tidak tertulis, tetapi dari pola kehidupan semuanya di tata begitu lengkap dengan sedemikian rupa sehingga dapat membentuk substansi tersendiri seiring dengan dinamika kehidupan masyarakatnya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hukum bagi masyarakat Indonesia di masa sekarang dan masa yang akan datang serta untuk menciptan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka penyususnan Hukum Nasional diperlukan adanya konsepsi- konsepsi dan azas-azas hukum yang berasal dari hukum adat. Di dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak dapat lepas dari fenomena perkawinan. Perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Transcript of 26 - SANGKAREANG

Page 1: 26 - SANGKAREANG

26 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 2, No. 4, Desember 2016 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/

TRADISI KAWIN CERAI PADA MASYARAKAT ADAT SUKU SASAK LOMBOKSERTA AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKANNYA

Oleh:

Farida ArianyDosen Tetap pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Tradisi Kawin Cerai Pada Masyarakat Adat Suku Sasak Lombok merupakan adat suku sasaklombok serta akibat hukum yang ditimbulkannya, merupakana penelitian yuridis empiris. Data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primrr dikumpulkan melaluipenelitian lapangan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara, sedangkan dataskunder pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan dengan menggunakan alat pengumpul databerupa studi kasus. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat Kawin Cerai Pada Masyarakat AdatSuku Sasak Lombok sangat tinggi, dari data yang masuk baik itu data perceraian yang di dapatkan penulisdi Pengadilan Agama Kabupaten Lombok tengah hampir 75% merupakan kasus perceraian, dariberbabagai faktor penyebab kawin cerai antara lain : (a). Faktor kebudayaan, adanya tradisi merarik yaituapabila seorang laki-laki ingin melakukan perkawinan maka perempuan yang mau diajak kawin harusdilarikan terlebih dahulu dan hal inimerupakan tindakan yang legal secara adat, dari data yang ada hampir58% Perkawinan yang dilakukan di bawah tangan sehingga perkawinan mereka tidak di catatkan, adanyakawin musiman yaitu saat panen tiba banyak melakukan perkawinan tapi saat musim paceklik tiba banyakjuga melakukan perceraian. (b). Tingkat tendidikan masyarakat yang sangat kurang, dari hasil penelitianmasyarakat yang banyak melakukan perceraian adalah mereka-mereka yang pendidikannya rendah bahkantidak pernah sekolah. (c). Tingkat kawin muda yang cukup tinggi jumlahnya, (d). Faktor agama yangmempermudah perceraian yaitu cukup dengan menyatakan keinginan bercerai oleh pihak si laki-lakikepada pihak si wanita maka jatuhlah talak mereka, (e). Faktor ekonomi masyarakat lombok banyak yangmenjadi TKI keluar negeri sehingga isteri yang tak tahan menunggu kawin lagi dengan orang lain. Akibatperceraian akan sangat nyata terlihat baik itu terhadap anak yang ditinggalkan dari hasil perkawinan sertaharta benda yang didapat selama perkawinan.

Kata Kunci : Kawin Cerai, Adat Suku Sasak, Hukum.

PENDAHULUAN

Negara indonesia merupakan NegaraKepulauan yang sangat kaya dengankeanekaragaman suku bangsa, meliputi adat-istiadat, budaya dan tradisi, sehingga hal inimemberikan identitas yang merupakan ciri khastersendiri bagi setiap daerah yang ada di Indonesia.Segala sesuatu yang merupakan pergaulan hidupmanusia dan kebiasaan berprilaku sehari-hari,cenderung diikuti oleh masyarakat secara turuntemurun dan terkadang dijadikan panutan sertadipercaya sebagai suatu aturan yang mengikatmasyarakat. Hal yang dianggap oleh masyarakatsebagai suatu aturan yang mengikat tersebutsebagaian besar telah dijadikan sebagai salah satuacuan dari aspek pertimbangan yuridis.

Hukum adat adalah bagian dari HukumNasional yang tidak tertulis. Dimana hukum adatitu merupakan pencerminan kepribadian suatubangsa, yang merupakan salah satu penjelmaan daripada jiwa bangsa. Oleh karena itu tiap bangsa didunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiridimana yang satu dengan yang lainnya tidak sama,begitu pula di Indonesia. Dan menurut beberapa

pandangan sarjana hukum, hukum adat dinyatakansebagai hukum yang hidup dalam masyarakat.

Aspek-aspek pengaturan kehidupan sosialmasyarakat dalam hukum adat meskipun tidaktertulis, tetapi dari pola kehidupan semuanya di tatabegitu lengkap dengan sedemikian rupa sehinggadapat membentuk substansi tersendiri seiringdengan dinamika kehidupan masyarakatnya. Dalamrangka memenuhi kebutuhan hukum bagimasyarakat Indonesia di masa sekarang dan masayang akan datang serta untuk menciptanmasyarakat yang adil dan makmur berdasarkanPancasila dan UUD 1945, maka penyususnanHukum Nasional diperlukan adanya konsepsi-konsepsi dan azas-azas hukum yang berasal darihukum adat.

Di dalam perjalanan hidupnya, manusia tidakdapat lepas dari fenomena perkawinan. Perkawinanmenurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974Pasal 1 adalah ikatan lahir bathin antara seorangpria dengan seorang wanita sebagai suami istridengan tujuan membentuk keluarga yang bahagiadan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Page 2: 26 - SANGKAREANG

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 27

http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016

Tujuan perkawinan yang diinginkan dalamUndang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, bila kitarasakan adalah sangat ideal. Karena tujuanperkawinan itu tidak hanya melihat dari segilahirnya saja tapi sekaligus terdapat adanya suatupertautan bathin antara suami dan istri yangditujukan untuk membina suatu keluarga ataurumah tangga yang kekal dan bahagia bagikeduanya dan yang sesuai dengan kehendak TuhanYang Maha Esa.

Pada umumnya apabila terjadi suatuperkawinan, seorang laki-laki dengan perempuan,pasti timbul suatu angan-angan dalam pikiranmereka untuk hidup dalam keadaan selalu rukun,sejahtera selama-lamanya samapai mereka lanjutusia dan meninggal dunia. Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menganut asasmonogami yaitu seorang pria hanya mempunyaiseorang istri dan seorang wanita hanya menpunyaiseorang suami. Namun demikian hanya apabiladipenuhi berbagai persyaratan tertentu dandiputuskan oleh pengadilan, seorang priadimungkinkan beristri lebih dari seorang apabilaajaran agama yang dianutnya mengizinkan dansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dikehendaki olehpihak-pihak yang bersangkutan. Namun pada saatini keberadaan lembaga perkawinan sebagai suatulembaga yang sakral, mulai berkurang nilaikesakralannya. Hal ini dikarenakan orang-orangsudah tidak lagi merasa takut, malu, dan merasadikucilkan bila perkawinan mereka gagal. Daninilah yang terjadi pada masyarakat Adat SukuSasak Lombok, banyaknya perceraian merupakanhal yang sudah biasa terdengar di telingamasyarakat Adat Suku Sasak Lombok, dimana saatmusim panen tiba di sana sini banyak terjadiperkawinan tapi apabila musim paceklik tiba, beritaperceraian pun tak kalah banyaknya, demikianhalnya pada musim Maulid Nabi Besar SAW, danlebaran Hajji, rame-rame melakukan perkawinanbegitu juga dengan perceraian. Fakta iniberdasarkan hasil penelitian dari YKSSI (YayasanKeluarga Sehat Sejahtera Indonesia), dan banyakjuga fakta-fakta lain seperti karya-karya ilmiah danlain sebagainya yang membenarkan bahwa tingkatperceraian di lombok cukup tinggi. Kalau mengkajilebih lanjut masyarakat adat suku sasakbermayoritas beragama islam dan dalam ajaranadat dan dalam ajaran agama islam sudahdinyatakan secara jelas dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist bahwa talak itu sangat dimurka oleh AllahSWT. Hal ini dalam hukum islam jugamenganggap bahwa putusnya perkawinan adalahmerupakan hal yang pada hakekatnya tidak baik,sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang

berbunyi : sesuatu yang halal tetapi yang sangatdibenci oleh Allah SWT adalah Talak.

METODE

Metode yang digunakan oleh penelitian iniadalah metode pendekatan yang bersifat yuridisempiris. Pendekatan bersifat yuridis yangmempergunakan sumber data sekunder adalahuntuk menganalisa dalil-dalil dan teori-teori umumserta aturan atau norma-norma yang berlakutentang perkawinan dan perceraian.

Sedangkan pendekatan empirismempergunakan sumber data primer, yakni datayang langsung diperoleh dari masyarakat yangmenjadi obyek penelitian untuk mengetahuigambaran keberadaan tradisi kawin cerai padamasyarakat suku sasak lombok.

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitianini bersifat deskriptif analitis, yang dimaksudkanadalah untuk member data yang seteliti mungkintentang suatu keadaan atau gejala lainnya.Dikatakan deskriftif, karena penelitian inidiharapkan mampu member gambaran secara rinci,sistematika dan menyeluruh mengenai segala halyang berhubungan dengan keberadaan dari tradisikawin cerai pada masyarakat adat suku sasaklombok. Sedangkan istilah analitis mengandungpengertian mengelompokkan, menghubungkan,melihat secara langsung kebenaran fakta yang ada

Data dalam penelitian terdiri pada dasarnyadapat digolongkan menjadi data primer yaituberupa data yang langsung diperoleh dari lapanganpenelitian yaitu masyarakat, dalam hal iniresponden melalui sebuah wawancara danpengamatan langsung pada obyek yang diteliti.Data sekunder yaitu data yang digunakan untukmelengkapi data primer.

HASIL DAN PEMBAHASANLombok berasal dari bahasa sasak “Lombo”

yang berarti lurus, Lombok letaknya diapit olehpulau Bali sebelah barat, dan pulau Sumbawasebelah timur. Ibu kota nusa tenggara barat adalahMataram. Perekonomian di lombok sebagian besardari hasil pertanian, selain bertani penduduklombok ada yang menjadi nelayan dan ada jugayang menjadi pedagang antara lain pedagang sapi,kerbau, unggas dan lain-lain, Lombok memilikipenduduk sebanyak 2.403.025 jiwa, ini tersebar diwilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, LombokTimur. Mengenai Persebaran Penduduk tersebutakan di gambarkan pada tabel dibawah ini ;

Tabel 1. Sensus penduduk Data Biro StatistikDepartemen Agama NTB

Page 3: 26 - SANGKAREANG

28 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 2, No. 4, Desember 2016 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/

Diketahui pulau lombok bermayoritasmemeluk agama islam, penghasilan rata-ratapenduduk sebagian besar mengandalkan dari hasilpertanian. Dari data yang ada lebih dari83%bpenduduk NTB tinggal di pedesaan dan hidupdengan bertani. Lebih dari 36% penduduk Lombokbertempat tinggal di kota-kota. Lombok Timurmemiliki jumlah penduduk paling besar jikadibandingkan dengan jumlah penduduk LombokBarat dan Lombok Tengah seperti yang terterapada tabel 1 yaitu 865.283 demikian pula denganluas wilayahnya.

Tabel 2. Lembaga Pendidikan Swasta dan negeridi Lombok

Lombok Timurmerupakan Kabupaten daerahTingkat II terletak di bagian timur pulau Lombok.Disebelah utara di batasi oleh laut jawa, sebelahselatan samudra Hindia, disebelah timur Selat alasdan sebelah barat berbatasan dengan wilayahKabupaten daerah tingkat II lainnya dilingkunganPropinsi daerah Tingkat I Nusa tenggara Barat,menempatkan daerah ini pada posisi cukupstrategis, Lombok Timur beribukota di selongterdapat 20kecamatan setelah terjadi pemekaranwilayah.

Dari hasil pengamatan penulis di lapangandengan mendatangi tokoh-tokoh adat, wargamasyarakat dan instansi-instansi yang terkait dalampembahasan ini maka hasil penelitian yangdidpatkan dari hasil wawancara dengan tokoh adatyang ada di lombok secara umumnya menjelaskanbahwa :1. Gambaran Umum Pernikahan Adat suku

Sasak LombokKawin atau lebih tepat disebut nikah lari

adalah sistim adat pernikahan yang masihditerapkan di Lombok, kawin atau nikah lari dalambahasa sasak di sebut “merarik”, sebenarnya keduasejoli telah saling sepakat mengikatkan talipernikahan. Rencana pernikahan ada yang memangatas persetujuan keluarga kedua belah pihak, danada juga tidak atas persetujuan kedua keluarga.

Pernikahan yang tidak atas persetujuan keluargakebanyakan menempuh adat kawin atau nikah lari.

Adapun arti dari “Merarik” sebagai persamaandari kawin, dan untuk terjadinya suatu Perkawinan,perempuan yang mau dikawini harus di bawa lari,ini merupakan tindakan yang legal dan dibenarkansecara hukum adat sasak. Lamaran atau pinanganpada adat ini tidak dianut karena anggapan pihakkeluarga perempuan melamar sama denganmeminta yang diartikan sama dengan memintabarang, hal ini yang membedakan dengankeberadaan makna kawin lari pada suku-sukulainnya di Indonesia yang member makna burukdan patut dihukum secara adat, pada masyarakatadat sasak justru hal ini dianjurkan secara adat, jikatidak dilakukan seolah-olah bermakna buruk bagikehidupan sosial kemasyarakatan adat suku sasakLombok.

Diamati berdasarkan latar belakang sejarahTrdisi atau adat kawin lari di lombok demikianbesar kemungkinan terpengaruh dengan adatbudaya bali. Adat kawin lari di bali semuladikarenakan biasanya karena perbedaan kasta,keduanya saling cinta, tapi pihak keluarga tidaksetuju, sehingga terpaksa dilarikan. Padahalmasyarakat Lombok mayoritas memeluk agamaislam, tentunya melarang keras tentang adat KawinLari akan tetapi mengingat bahwa Lombok pernahdiperintah oleh kerajaan Bali Karang Asem selama150 tahun, maka kemungkinan pengaruh kawin laritersebut berasal dari adat Bali.

2. Proses Pernikahan “Merarik” Pada masyarakatAdat Suku Sasak LombokSeperti apa yang dipaparkan di atas bahwa

setelah calon pengantin perempuan dilarikan olehpihak lelaki, keluarga lelaki harus melaporkankejadian itu kepada kepala desa, dimana pengantinperempuan tersebut tinggal,oran ini dinamakanselabar. Proses ini wajib dilalui sebab kalau tidakini sudah jelas melanggar adat setempat dan wajibmendapat hukuman secara adat, dari proses selabarini selanjutnya Kepala desa atu Kepala Dusunkemudian menyampaikan laporan tersebut kepadakeluarga calon pengantin perempuan. Seharisetelah selabar, dilanjutkan dengan mesejati. Inidilakukan oleh utusan dari pihak lelaki langsungkepada pihak perempuan. Mesejati adalah suatuproses yang harus dijalani ini dimaksudkan untukmemberitahukan kepada Keluarga pihakperempuan tentang kebenaran kejadian perkawinanatau nikah lari tersebut dengan siapa anaknya lari,kemana dilarikan, tanggal berapa dan hari apa.Sedudah mesejati dilakuakn, maka pihak keluargaperempuan akan mengambil posisi untukmengadakan persiapan menyambut kedatangankeluarga mempelai laki-laki dan selanjutnya akan

Page 4: 26 - SANGKAREANG

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 29

http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016

dibicarakan mengenai ajikerame desa yaitu berupapembayaran denda sebagai hukuman karenamelakukan kawin lari, pembayaran denda ataupembayaran uang adat ini berpariasi dari masing-masing desa menentukan sendiri berapa jumlahpembayaran dari ajikerame tersebut, baik bagigolongan masyarakat bangsawan ataupun rakyatbiasa.

PENUTUP

Peristilahan “Merarik” secara umum beradapada system perkawinan Hukum Adat daerahLombok Nusa Tenggara barat, sebagian besarmasyarakat daerah lombok samapi sekarang masihmenerima system ini dalam prikehidupanmasyarakatnya, karena “merarik” merupakantindakan melindungi harkat dan martabat calonmempelai perempuan.

Tindakan “Merarik” diawali denganmembawa lari calon mempelai perempuan olehcalon mempelai laki-laki, secara diam-diam keluardari rumanya, dalam artian tanpa sepengetahuankedua orang tua calon mempelai perempuan prosesini akan diakhiri dengan “selabar” di sinidimaksudkan pihak mempelai laki-lakimemberitahukan lewat utusan yang dipercayainyamemberitahukan kepada Kepala Desa atau KepalaDusun setempat untuk disampaikan kepada keduabelah pihak baik perempuan maupun keluarga laki-laki bahwa pada tanggal, hari, jam sesuai dengankejadian sesungguhnya telah dilakukan“Merarik”sehingga apabila diperoleh ksepakatanmaka hal ini akan diakhiri dengan rembuk keluargakedua calon mempelai. Dimana keluarga mempelailaki-laki mendatangi keluarga pihak perempuandengan memenuhi segala ketentuan adat yangsudah baku dan diikuti secara turun temurun danitu merupakan proses adat.

DAFTAR PUSTAKA

Soerojo Wignjodipoero, “Pengantar dan Asas-AsasHukum Adat”, Jakarta : PT. TokoGunung Agung.

Sution Usman Adji, “Kawin Lari dan kawin AntarAgama”, Yogyakarta : Liberti.

Ali Affandi, (1993). “Hukum Waris, HukumKeluarga, Hukum Pembuktian”, Jakarta :PT. Bina Aksara.

Kartini Kartono, (1976). “Metodologi ResearchSosial”, Bandung : Alumni.

Sumadi Suryabrata, “Metodologi Penelitian”,Jakarta : PT. Grafindo persada.

Achmad Ali, (1998). “Menjelajah Kajian EmpirisTerhadap Hukum”, Jakarta : PT. YarsifWatampone.

Wirjono Prodjodikoro, (1984). “HukumPerkawinan Di Indonesia”, Bandung :Sumur.

K. Wantjik Saleh, (1997). “Hukum PerkawinanIndonesia”, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hilman Hadikusuma, (1990). “Hukum PerkawinanIndonesia”, Bandung : Mandar Maju.

R. Soetojo Prawirohamidjojo, (1986). “HukumOrang dan keluarga”, Bandung : Alumni.

Subekti R, Tjitrosudibjo R, (1977). “KUHPerdata”, Jakarta : Pradnya Paramita.

Swaleh, Watjik, K, (1976). “Hukum Perkawinan diIndonesia”, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sution Usman Adji, (2002). “Kawin Lari danKawin Antar Agama”, Yogyakarta :Liberti.

Iman Sudiyat, (1981). “Hukum Adat, Sketsa Asas”,Yogyakarta : Liberty.

Ronny Hanitijo Soemitro, (1988). “MetodologiPenelitian Hukum dan Jurimetri”, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Solichin Salam, (1992). “Lombok Pulau PerawanSejarah dan Masa Depannya”, Jakarta :Kuning Mas.