ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 47...

5
ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|47 http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY YANG DISERTAI DENGAN PEER-ASSESSMENT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SISWA Oleh : Bq. Malikah Hr Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) manakah model pembelajaran yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment atau model pembelajaran klasikal; (2) manakah tipe siswa yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan tipe climbers, tipe campers, atau tipe quitters; (3) pada masing-masing tipe AQ, manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment atau model pembelajaran klasikal; (4) pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa tipe climbers, campers, atau quitters. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu, dengan rancangan faktorial 2x3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment menghasilkan prestasi lebih baik daripada model pembelajaran klasikal (2) Siswa tipe climbers memiliki prestasi lebih baik daripada siswa tipe campers dan quitters, serta siswa tipe campers lebih baik daripada siswa tipe quitters; (3) Pada masing-masing tipe AQ, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment menghasilkan prestasi lebih baik daripada model pembelajaran klasikal; (4) Pada masing-masing model pembelajaran, siswa tipe climbers memiliki prestasi matematika lebih baik daripada siswa tipe campers dan quitters, serta siswa tipe campers lebih baik daripada siswa tipe quitters. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, Peer-Assessment, Adversity Quotient, dan Prestasi Belajar Matematika. PENDAHULUAN Salah satu mata pelajaran yang menjadi fokus dalam peningkatan mutu pendidikan adalah mata pelajaran matematika. Pentingnya matematika ditetapkan dalam kurikulum sekolah yang mencerminkan pengakuan dari peran penting yang dimainkannya dalam masyarakat kontemporer (Olojo and Ojo, 2011). Terkait dengan pembelajaran matematika, sering ditemukan banyak permasalahan yang menyebabkan prestasi belajar matematika siswa rendah, salah satu permasalahan yang sering ditemukan yaitu pandangan siswa tentang pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Zakaria et al. (2010) menyatakan bahwa diantara alasan dari penurunan prestasi matematika di sekolah karena siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa dijumpai diberbagai jenjang pendidikan termasuk SMA yang ada di Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jika dilihat dari hasil nilai ujian nasional SMA, prestasi belajar matematika siswa SMA di kabupaten tersebut memiliki nilai rata-rata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata pada mata pelajaran yang lainnya. Rendahnya prestasi belajar matematika tidak hanya disebabkan karena kemampuan yang ada pada diri siswa, namun juga faktor dari luar diantaranya proses pembelajaran yang kurang efektif dan menarik. Proses pembelajaran yang sering ditemui bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana siswa cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran sehingga muncul proses “take and give”. Proses pembelajaran ini biasanya sering digunakan oleh guru yang menerapkan metode ceramah, tanya jawab, atau pemberian tugas. Dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan inovasi pendidikan dengan memilih dan menggunakan model pembelajaran yang menumbuhkan keaktifan siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mampu mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil. Diskusi kelompok kecil memiliki

Transcript of ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 47...

ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|47

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY YANGDISERTAI DENGAN PEER-ASSESSMENT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) SISWA

Oleh :

Bq. Malikah HrDosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat

AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) manakah model pembelajaran yang menghasilkan prestasi belajarmatematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessmentatau model pembelajaran klasikal; (2) manakah tipe siswa yang memiliki prestasi belajar matematika lebihbaik, siswa dengan tipe climbers, tipe campers, atau tipe quitters; (3) pada masing-masing tipe AQ, manakahyang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TSTSyang disertai dengan peer-assessment atau model pembelajaran klasikal; (4) pada masing-masing modelpembelajaran, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa tipe climbers,campers, atau quitters. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu, dengan rancangan faktorial2x3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran kooperatif tipeTSTS yang disertai dengan peer-assessment menghasilkan prestasi lebih baik daripada model pembelajaranklasikal (2) Siswa tipe climbers memiliki prestasi lebih baik daripada siswa tipe campers dan quitters, sertasiswa tipe campers lebih baik daripada siswa tipe quitters; (3) Pada masing-masing tipe AQ, penggunaanmodel pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment menghasilkan prestasi lebihbaik daripada model pembelajaran klasikal; (4) Pada masing-masing model pembelajaran, siswa tipe climbersmemiliki prestasi matematika lebih baik daripada siswa tipe campers dan quitters, serta siswa tipe camperslebih baik daripada siswa tipe quitters.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, Peer-Assessment, Adversity Quotient, dan PrestasiBelajar Matematika.

PENDAHULUAN

Salah satu mata pelajaran yang menjadi fokusdalam peningkatan mutu pendidikan adalah matapelajaran matematika. Pentingnya matematikaditetapkan dalam kurikulum sekolah yangmencerminkan pengakuan dari peran penting yangdimainkannya dalam masyarakat kontemporer(Olojo and Ojo, 2011).

Terkait dengan pembelajaran matematika,sering ditemukan banyak permasalahan yangmenyebabkan prestasi belajar matematika siswarendah, salah satu permasalahan yang seringditemukan yaitu pandangan siswa tentang pelajaranmatematika merupakan pelajaran yang sulit danmenakutkan. Zakaria et al. (2010) menyatakanbahwa diantara alasan dari penurunan prestasimatematika di sekolah karena siswa menganggapmatematika sebagai pelajaran yang sulit danmembosankan.

Rendahnya prestasi belajar matematika siswadijumpai diberbagai jenjang pendidikan termasukSMA yang ada di Kabupaten Lombok TimurProvinsi Nusa Tenggara Barat. Jika dilihat dari hasilnilai ujian nasional SMA, prestasi belajarmatematika siswa SMA di kabupaten tersebut

memiliki nilai rata-rata relatif lebih rendah jikadibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata padamata pelajaran yang lainnya.

Rendahnya prestasi belajar matematika tidakhanya disebabkan karena kemampuan yang ada padadiri siswa, namun juga faktor dari luar diantaranyaproses pembelajaran yang kurang efektif danmenarik. Proses pembelajaran yang sering ditemuibercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaranyang berpusat pada guru, dimana siswa cenderungpasif dan tidak berperan selama proses pembelajaransehingga muncul proses “take and give”. Prosespembelajaran ini biasanya sering digunakan olehguru yang menerapkan metode ceramah, tanyajawab, atau pemberian tugas.

Dari permasalahan tersebut, perlu dilakukaninovasi pendidikan dengan memilih danmenggunakan model pembelajaran yangmenumbuhkan keaktifan siswa. Salah satu modelpembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebutadalah model pembelajaran kooperatif. Modelpembelajaran ini mampu mengaktifkan siswa yangtidak dapat bekerja sama dengan siswa lain dalamkelompok kecil. Diskusi kelompok kecil memiliki

48|Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.2355-9292

Volume 2, No. 3, September 2016 http://www.untb.ac.id

partisipasi siswa yang lebih besar, dan dapatmemperoleh pengetahuan yang lebih beragammelalui diskusi (Bliss and Lawrence dalamKupczynski et al., 2012).

Model pembelajaran kooperatif memberikankontribusi penentuan keberhasilan. Ini dikuatkanoleh pernyataan Johnson dan Johnson (dalamZakaria et al., 2010) bahwa untuk mencapaikeberhasilan dalam belajar matematika, siswasemestinya diberi kesempatan untuk berkomunikasisecara matematis, penalaran matematis,mengembangkan rasa percaya diri untukmemecahkan masalah matematika dan salah satuyang bisa dilakukan adalah melalui pembelajarankooperatif.

Melihat pentingnya pengaruh modelpembelajaran yang bepengaruh pada prestasi belajarmatematika siswa, maka dalam penelitian digunakanmodel pembelajaran kooperatif tipe TSTS yangdisertai peer-assessment. Selain itu, digunakanmodel pembelajaran klasikal sebagaipembandingnya. Kedua model pembelajarantersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlakuyaitu kurikulum 2013 dengan menggunakanscientific approach pada masing-masing langkahpembelajaran.

Selain model pembelajaran, faktor lain yangmenjadi fokus penelitian adalah AQ. AQ merupakanukuran siswa untuk mengetahui responnya terhadapkesulitan Stoltz (2000). AQ dikategorikan menjaditiga tipe yaitu climbers, campers, dan quitters.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental semu, dengan rancangan faktorial2x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswakelas X SMAN di Kabupaten Lombok Timur tahunpelajaran 2015/2016. Adapun sampel diambildengan teknik stratified cluster random samplingdan diperoleh tiga sekolah yaitu SMAN 1 Aikmel,SMAN 1 Masbagik, dan SMAN 1 Terara. Padamasing-masing sekolah diambil dua kelas secaraacak, diantaranya kelas eksperimen yang dikenaidengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTSyang disertai dengan peer-assessment dan kelaskontrol yang dikenai model pembelajaran klasikal.Jumlah sampel keseluruhan sebanyak 233 siswa,dengan rincian 116 siswa pada kelas padaeksperimen, dan 117 siswa pada kelas kontrol.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas,yaitu model pembelajaran dan AQ. Modelpembelajaran terdiri atas model pembelajarankooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-

assessment dan model pembelajaran klasikal. AQdibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe climbers,campers, dan quitters. Adapun variabel terikatnyaadalah prestasi belajar matematika siswa. Metodepengumpulan data terdiri atas metode dokumentasi,angket, dan tes. Instrumen penelitian terdiri atas tespilihan ganda prestasi belajar matematika dan angketAQ siswa.

Dari hasil uji coba instrumen yang dilakukanpada siswa kelas X dengan jumlah 112 respondendidapatkan bahwa, untuk instrumen tes, dari 40 butirsoal yang diuji cobakan, terdapat 30 butir soal yangmemenuhi kriteria baik dan telah memenuhi ujivaliditas isi, memiliki tingkat kesukaran( ), daya pembeda ( ), danreliabilitas ( ). Untuk instrumen angketAQ, dari 60 item pernyataan yang diuji cobakan,terdapat 40 item pernyataan yang memenuhi kriteriayang baik yang telah memenuhi uji validitas isi,memiliki daya pembeda ( ) dan reliabilitas

( ). Dalam penelitian ini, jumlah item yangdigunakan sebanyak 40 item pernyataan.

Uji keseimbangan dilakukan dengan analisisvariansi satu jalan dengan sel tak sama. Untuk ujiprasyarat terdiri atas uji normalitas denganmenggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitasdengan menggunakan uji Bartlett. Selanjutnyadilakukan analisis data menggunakan analisisvariansi dua jalan dengan sel tak sama dan uji lanjutpasca anava dengan menggunakan metode scheffe’.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Uji KeseimbanganPada uji keseimbangan kemampuan awal

diperoleh , ini

menunjukkan nilai , sehingga

H0 tidak ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwapopulasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrolmempunyai kemampuan awal yang sama.

b. Uji Prasyarat Analisis

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Normalitas

ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|49

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016

Dari Tabel 1, pada masing-masing sampeldiperoleh dan disimpulkan bahwa

masing-masing sampel berasal dari populasi-populasi yang berdristibusi normal.

Tabel 2. Hasil uji homogenitas

Dari Tabel 2, disimpulkan bahwa populasi padakedua model pembelajaran memiliki variansi yangsama dan populasi pada ketiga tipe AQ memilikivariansi yang sama.

c. Uji Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat tiga hipotesis yangdiujikan yaitu: (1) H0A: tidak ada perbedaan efekantar model pembelajaran terhadap prestasi belajarmatematika; (2) H0B: tidak ada perbedaan efek tipeAQ siswa terhadap prestasi belajar matematika; (3)H0AB: tidak terdapat interaksi antara modelpembelajaran dengan tipe AQ terhadap prestasibelajar matematika. Rangkuman uji hipotesisditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalandengan Sel Tak Sama

Dari hasil analisis Tabel 3, dapat disimpulkanbahwa Pada efek utama baris (A) diperoleh H0A

ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan prestasibelajar matematika antara siswa yang diberiperlakuan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment dan model pembelajaran klasikal.

Pada efek utama kolom (B) diperoleh H0B

ditolak, hal ini berarti terdapat perbedaan prestasibelajar matematika antar siswa tipe climbers,campers dan quitters.

Pada efek utama interaksi (AB) diperoleh H0AB

ditolak, hal ini berarti tidak terdapat interaksi antaramodel pembelajaran dengan AQ terhadap prestasibelajar matematika siswa.

d. Uji Lanjut Pasca Anava

Adapun untuk rangkuman rerata masing-masingsel dan rerata marginal ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rangkuman Rerata Masing-masing Sel danRerata Marginal

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa H0A

ditolak. Dari hasil tersebut, dapat diartikan bahwaterdapat perbedaan prestasi belajar matematikaantara siswa yang dikenai dengan kedua modelpembelajaran yang berbeda. Dilihat dari reratamarginal pada Tabel 4, siswa yang dikenai modelpembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertaidengan peer-assessment memiliki rerata prestasibelajar matematika yang lebih tinggi dibandingkandengan siswa yang dikenai model pembelajaranklasikal.

Hasil tersebut menunjukkan bahwapembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertaidengan peer-assessment menghasilkan prestasibelajar matematika lebih baik daripada modelpembelajaran klasikal. Hasil ini sesuai dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Sharma and Kalra(2013) yang menyimpulkan bahwa siswa yangdiajarkan dengan pembelajaran kooperatifmemperoleh prestasi signifikan lebih tinggi dalammatematika daripada siswa yang diajarkan metodepembelajaran tradisional. Disamping itu, menuruthasil penelitian yang dilakukan oleh Hamiddin(2012) menyatakan bahwa keunggulan dari strategiTSTS ditempatkan pada prosedur dan prinsip-prinsipbelajar di mana siswa dibentuk untuk bekerja secarakooperatif dan kolaboratif dalam menyelesaikantugas-tugas.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa H0B

ditolak, maka dilakukan uji komparasi rerata antarbaris dengan hasil selengkapnya terangkum padaTabel 5.

Tabel 5. Hasil Komparasi Rerata Antar Kolom

50|Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.2355-9292

Volume 2, No. 3, September 2016 http://www.untb.ac.id

Dari Tabel 5, diperoleh bahwa H0 ketigahipotesis ditolak. Berdasarkan hasil tersebut, dapatdiartikan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajarmatematika antara siswa tipe climbers, campers danquitters. Dilihat dari rerata marginal pada Tabel 4,siswa tipe climbers memiliki rerata prestasi belajarmatematika yang lebih tinggi dibandingkan dengansiswa tipe campers dan quitters, dan siswa tipecampers memiliki rerata prestasi belajar matematikayang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa tipequitters.

Hasil tersebut sesui dengan hasil penelitianHuijuan (2009) yang menyimpulkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara AQ dengan prestasiakademik siswa.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa H0AB diterima,hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksiantara model pembelajaran dengan AQ siswa.Karena tidak ada interaksi, maka perbandinganantara model pembelajaran pada masing-masingtingkatan AQ mengikuti perbandingan marginalnya.Dengan memperhatikan rerata masing-masing seldan rerata marginalnya dapat simpulkan bahwa padamasing-masing tipe AQ, penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe TSTS disertai denganpeer-assessment menghasilkan prestasi lebih baikdaripada model pembelajaran klasikal. Begitu jugapada masing-masing model pembelajaran, siswa tipeclimbers memiliki prestasi matematika lebih baikdaripada siswa tipe campers dan quitters, serta siswatipe campers lebih baik daripada siswa tipe quitters

PENUTUP

a. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, diperolehsimpulan bahwa: (1) Model pembelajaran kooperatiftipe TSTS yang disertai dengan peer-assessmentmenghasilkan prestasi belajar matematika lebih baikdaripada model pembelajaran model pembelajaranklasikal; (2) siswa tipe climbers memiliki prestasibelajar matematika lebih baik daripada siswa tipecampers dan quitters, serta siswa tipe campersmemiliki prestasi belajar matematika lebih baikdaripada siswa tipe quitters; (3) Pada masing-masingtipe AQ, penggunaan model pembelajaran kooperatiftipe TSTS yang disertai dengan peer-assessmentmenghasilkan prestasi lebih baik daripada modelpembelajaran klasikal; (4) Pada masing-masingmodel pembelajaran, siswa tipe climbers memilikiprestasi matematika lebih baik daripada siswa tipecampers dan quitters, serta siswa tipe campers lebihbaik daripada siswa tipe quitters.

b. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini diantaranya:(1) Terkait dengan hasil uji hipotesis pertama, dalampelaksanaan pembelajaran hendaknya kepala sekolahmemiliki peranan dalam mengarahkan pendidikuntuk menggunakan model pembelajaran yang dapatmengaktifkan siswa, sebagai contoh pembelajarankooperatif tipe TSTS yang disertai dengan peer-assessment. Hal ini bertujuan agar dapatmeningkatkan prestasi dan menumbuhkan keaktifansiswa dalam proses pembelajaran. (2) Hendaknyapendidik atau calon pendidik dalam kegiatanpembelajaran, tidak monoton pada satu metodetetapi dapat memahami dan menerapkan beberapametode yang bervariasi yang mampu mengaktifkansiswa. Disarankan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe TSTS yang disertaidengan peer-assessment dan menyesuaikannyadengan kompetensi yang diajarkan dalam kegiatanpembelajaran khususnya pada pembelajaranmatematika. Selain itu, pada proses pembelajaranmatematika hendaknya pendidik memperhatikantingkat AQ yang dimiliki oleh masing-masing siswa,tujuannya agar pendidik mampu mencari solusiuntuk perbaikan dalam pembelajaran yang lebihbaik.; (3) Adapun saran bagi peneliti lain, hendaknyahasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuanbagi peneliti lain yang meneliti masalah serupa.Diharapkan bagi peneliti lain mampumengembangkan penelitian ini menggunakanvariabel bebas yang sama dengan materi yangberbeda serta menyesuaikannya dengan kurikulumyang berlaku. Dalam pengkategorian tipe AQ,hendaknya peneliti lain memperhatikan batasan skorpada aspek-aspek CO2RE yang sesuai denganAdversity Response Profile (ARP), ini bertujuanuntuk menghindari kesalahan dalam pengkategoriansiswa pada masing-masing tipe.

DAFTAR PUSTAKA

Hamiddin. 2012. Improving Students’Comprehension of Poems Using TwoStay-Two Stray Strategy. Jurnal VidyaKarya I, jilid 27 no. 01, hlm. 1-7.

Huijuan, Z. 2009. The adversity Quotient AndAcademic Performance Among CollegeStudents AT ST. Joseph’scollege, QuezonCity. Thesis. Quezon City: the Faculty ofThe Departments of Arts and Sciences St.Joseph’s College.

ISSN No.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|51

http://www.untb.ac.id Volume 2, No. 3, September 2016

Kupczynski, L., Mundy, M. A., Goswami, j., &Meling, V. 2012. Cooperative Learning InDistance Learning: A Mixed MethodsStudy. International Journal of Instruction,vol. 5, no. 2, hlm. 81-90.

Olojo, O. J., & Ojo, A. A. 2011. Effects OfCooperative, Competitive AndIndividualistic Instructional Strategies OnSecondary School Students' AttitudeTowards Mathematics In Ondo State,Nigeria. Journal of Research in Educationand Society, vol. 2, no. 3, hlm. 35-43.

Sharma, Y., & Karla, J. 2013. Effect of Co-Operative Strategy On Students’Achievement In Mathematics AtElementary Level. Journal of Science,Technology, & Management, vol. 2, no. 1,hlm. 40-45.

Stoltz, P. G. 2000. Adversity Quotient MengubahHambatan Menjadi Peluang (EdisiTerjemahan T. Hermaya). Jakarta:Grasindo.

Zakaria, E., Chin, L. C., & Daud, Y. 2010. TheEffects of Cooperative Learning onStudents’ Mathematics Achievement andAttitude towards Mathematics. Journal ofSocial Sciences, 6 (2): 272-275