Isi laporan tekno serbuk caffein

29
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat. Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari masyarakat untuk mengonsumsi obat tersebut, macam-macam sediaan obat yaitu serbuk, kapsul, tablet, pil, emulsi, sirup, dan supositoria. Dalam percobaan ini kami membuat sediaan obat berupa serbuk yang merupakan suatu campuran obat atau bahan kimia yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering, atau pembuantan serbuk biasanya di 1

description

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

Transcript of Isi laporan tekno serbuk caffein

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang

berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan.

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat

berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini

banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang

disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan

peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa

harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat.

Dalam perkembangan kefarmasian banyak produk obat yang

sediaannya di buat beragam, khususnnya untuk menarik perhatian dari

masyarakat untuk mengonsumsi obat tersebut, macam-macam sediaan obat

yaitu serbuk, kapsul, tablet, pil, emulsi, sirup, dan supositoria.

Dalam percobaan ini kami membuat sediaan obat berupa serbuk

yang merupakan suatu campuran obat atau bahan kimia yang halus

terbagi-bagi dalam bentuk kering, atau pembuantan serbuk biasanya di

pakai untuk menentukan bentuk fisik suatu bahan kimia atau suatu obat

tunggal (Ansel, 2008).

Serbuk biasanya di siapkan untuk pemakain dalam (internal), dan

juga untuk pemakaian luar (eksternal). Serbuk di berikan kepada pasien

oleh ahli farmasi dalam jumlah yang besar dan ada juga yang di bagi

dalam bagian-bagian terbungkus, pada dasarnya tergantung pada dosis

atau potensi dari serbuk tersebut (Ansel, 2008).

Dalam hal ini terlebih khusus kami membuat serbuk efflorescent di

mana serbuk ini termasuk dalam kategori serbuk istimewa seperti halnya

serbuk effervescent. Dalam penanganan pembuatan serbuk efflorescent

haruslah hati-hati karena serbuk ini bersifat higroskopis atau dapat

menyerap kelembapan dari udara.

1

I.2 Maksud Percobaan

Membuat serbuk efflorescent yang memenuhi standar dan

disyaratkan untuk menghasilkan serbuk yang baik.

I.3 Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu

untuk membuat serbuk yang memenuhi standar yang disyaratkan untuk

menghasilkan serbuk yang baik.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Pengertian Serbuk

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang

diserbukkan, karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih

mudah terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang

dipadatkan (Dirjen POM, 1979).

Serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot kurang lebih

sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali

minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh

atau atsiri harus dibungkus dengan kertas  perkamen atau kertas yang

mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam (Dirjen

POM, 1995).

Serbuk diracik dengan cara mencampurkan bahan obat satu persatu,

sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit.

Dalam mencampur serbuk hendaklah dilakukan secara cermat dan jaga

agar jangan ada bagian yang menempel pada dinding mortir. Terutama

untuk serbuk yang berkhasiat keras dan dalam jumlah kecil. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat serbuk (FI III 23,

Ilmu Resep Teori jilid I) :

1. Obat yang berbentuk Kristal/bongkahan besar hendaknya digerus

halus dulu.

2. Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit dicampur dengan

zat penambah ( konstituen ) dalam mortir.

3. Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak bahwa

serbuk sudah homogen.

4. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.

5. Obat yang volumenya kecil dimasukkan terlebih dahulu. 

Supaya  dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk sering ditambah

zat tambahan yang berkhasiat netral atau indiferen, seperti Saccharum

3

Album, Saccharum Lactis, sampai berat serbuk tiap bungkusnya 20 mg.

Penggunaan Saccharum Album ada keuntungannya sebagai korigen rasa,

tetapi serbuk akan mudah basah karena higroskois. Serbuk yang  diberikan

kepada pasien diabetes tidak boleh digunakan Saccharum Album sebagai

zat tambahan. Tetapi digunakan Mannitum atau Saccharum Lactis (Anief,

1987).

II.1.2 Keuntungan dan Kerugian Serbuk

Keuntungan serbuk

1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

dipadatkan.

2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet,

lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak

ditemukan dalam sediaan serbuk.

4. Obat yang tidak stabil dalam sediaan suspensi, atau larutan dapat

dibuat dalam bentuk serbuk.

5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul,

dapat dibuat dalam bentuk serbuk.

6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai.

Kerugian serbuk

1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak.

2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.

II.1.3 Sifat-sifat serbuk (Voight, 1995).

1. Sifat dimensi

Definisi bentuk dan ukuran partikel serbuk dilakukan dengan

berbagai cara yang berbeda pada hakekatnya sangat bergantung

dengan metode pengukurannya. Kemungkinan penilaian lain bagi

serbuk adalah melalui analisis ayakan, analisis sedimentasi, dan

perhitungan partikel secara elektronik.

4

2. Sifat permukaan

Atas dasar bidang gaya yang dimilikinya, permukaan partikel

zat padat mampu mengadsorbsi molekul-molekul air dan uap. Dengan

teradsorpsinya uap air pada serbuk, dibanyak bahan obat padat akan

terbentuk lapisan antara berupa air, yang dapat mempengaruhi

stabilitas, kemampuan bereaksi, dan kelarutan zat.

3. Sifat aliran

Sifat aliran serbuk dapat diperbandingkan dengan cairan bukan

newton, yang dpengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, melalui

gaya kohesi diantara partikel dan oleh pembentukan lapisan tipis

permukaan dan faktor-ffaktor lainnya.

4. Sifat tekhnologi farmasi

Dalam hal ini diartikan sebagai kelarutan dan hubungan antara

ukuran partikel dengan kerja klinis, dan juga beberapa karakteristik

semacam itu muncul akibat teknologi pengolahan serbuk menjadi

sediaan obat.

II.1.4 Serbuk Efflorescent

Serbuk efflorescent adalah serbuk kristal yang mengandung air

hidrasi atau kristalisasi. Air ini dapat dibebaskan baik selama pengerjaan

maupun karena terkena paparan lingkungan (Kelembaban rendah).

Akibatnya serbuk menjadi lengket dan pucat, atau bahkan mencair.

Untuk mencegahnya digunakan garam anhidrat dari obat tersebut.

Contohnya atropin sulfat, cafein, asam sitrat, kodein dan kokain (Ansel

dan Allen, 2005).

II.2 Rancangan Formula

Tiap sachet (4 g) mengandung :

Coffein sitrat 0,1 g

Aspartam 1 %

Na Benzoat 0,02 %

Wild cherry q.s

5

Dextrin add 1 g

II.3 Alasan Penambahan

II.3.1 Alasan formulasi

Coffein adalah alkaloid yang biasanya terdapat dalam kopi dan teh.

Coffein berkhasiat menstimulasi SSP dengan efek menghilangkan letih

dan ngantuk, juga daya konsentrasi dan kecepatan reaksi ditingkatkan serta

prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki (Tjay dan Rahardja, 2008).

Dalam pembuatan sediaan caffein dibutuhkan zat tambahan berupa

asam sitrat. Dimana asam sitrat berguna sebagai pengatur pH. Asam sitrat

berguna untuk menurunkan pH sediaan yang terlalu basa antara 7-8.

Kombinasi coffein dan asam sitrat mengakibatkan sediaan akan lebih cepat

larut, karena asam sitrat memiliki kelartan yang sangat mudah larut dalam

air.

Coffein sitrat merupakan salah satu obat yang dapat dibuat sediaan

serbuk efflorescent. Kafein sitrat mengandung tidak kurang dari 48,0 %

dan tidak lebih dari 52,0 % kafein anhidrat dan tidak kurang dari 48,0 %

dan tidak lebih dari 52,0 % asam sitrat anhidrat. Sedangkan pada

pembuatan serbuk efflorescent membutuhkan garam anhidrat dari suatu

obat yang digunakan untuk mecegah keluarnya air hidrasi (Dirjen POM,

1979 : Ansel dan Allen, 2005).

II.3.2 Alasan penambahan zat tambahan

1. Asam Sitrat

Asam sitrat anhidrat merupakan bahan yang banyak digunakan

dalam formulasi farmasi. Asam sitrat anhidrat merupakan garam

anhidrat, dimana garam anhidrat ini digunakan sebagai penyusun

serbuk efflorescent, karena serbuk efflorescent adalah serbuk yang

mengandung air kristal, untuk mencegahnya maka digunakan garam

anhidrat. Konsentrasi asam sitrat yng biasanya digunakan pada serbuk

yaitu 0,3 - 2,0 % (Excipient, 181 : Ansel dan Allen 2005).

6

2. Aspartam

Aspartam digunakan sebagai agen pemanis dalam produk

minuman, makanan dan dalam sediaan farmasi. Hal ini dapat digunakan

untuk meningkatkan sistem rasa dan dapat digunakan untuk menutupi

beberapa karakteristik yang tidak enak, perkiraan daya pemanis

aspartam adaah 180-200 kali dari sukrosa. Jika dibandingkan dengan

sakarin dan sukrosa, sakarin dan sukrosa juga merupakan agen pemanis

tetapi penggunaan sakarin mendapat larangan yang telah diusulkan

beberapa negara karena dapat menimbulkan kanker kandung kemih.

Sedangkan penggunaan sukrosa dapat menyebabkan penyakit diabetes

melitus dan obesitas. Sehingga pengunaan aspartam cocok digunakan

untk oranng diet dan mencegah penyakit DM karena memiliki

kandungan rendah kalori (Excipient, 2006 : 49, 605 : 606, 703).

3. Natrium Benzoat

Natrium benzoat adalah salah satu contoh pengawet yang memliki

konsentrasi ya g biasa dipakai dalam preparat farmasi (Ansel, 2008).

Natrium benzoat memiliki kelarutan yang mudah larut dalam air.

Konsentrasi yang diguakan untuk oral yaitu 0,02% - 0,5%. Penggunaan

pengawet yang terlalu besar terlalu berbahaya, sehinggan pada

formulasi ini digunakan konsentrasi yang paling rendah (Excipient,

471).

4. Dextrin

Dextrin adalah polimer sukrosa yang digunakan sebagai perekat

dan bahan pengisi untuk sediaan farmasi, misalnya dalam tablet dan

kapsul sebagai pengikat granulasi tablet, dextrin juga digunakan sebagai

pengental suspensi.

Dextrin digunakan sebagai pengisi dan juga bisa digunakan

sebagai pengawet gula yang berfungsi melindungi dan sebagai perekat.

Jika dibandingkan dengan laktosa dan talk, laktosa tidak dicerna diusu

sehingga menyebabkan diare dan pertu kembung. Sedangkan

7

penggunaan talk merupakan bahan alami sehingga sering mengandung

mikroorganisme (Excipient, 2006 : 220, 368, 728).

II.4 Uraian Bahan

1. Kafein (FI IV : 254)

Nama resmi : Coffeinum

Nama lain : Coffein

Rm/Bm : C8H10N4O2 / 194,19

Rumus bangun :

Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih,

biasnya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit,

larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus,

bentuk hidratnya mekar di udara.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol,

mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam

eter.

Stabilitas : Kafein sitrat digunakan untuk injeksi dan

penggunaan internal sesuai dengan pemenkasan

Eseuber dan knog, siapkan suntikan dalam air

steril dan dipanaskan pada suhu 1210C selama

15 menit. Untuk serbuk kaffein sitrat solusi di

buat untuk internal, dibuat untuk melarutkan

kaffein sitrat pada Aquades dengan

menambahkan sirup ceri sebagai penyedap.

kafein stabil dalam plastik.

Incompabilitas : Kafein inkome terhadap garam perak, adanya

asam klorida dan iodium, kafein dapat di

8

endapkan oleh asam tenik dan jumlah yang

lebih.

Penyimpanan : Kafein hidrat dalam wadah tertutup rapat, dan

kafein anhidrat dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat aktif

DM : 100-200 mg

2. Asam sitrat (FI IV : 48 Exipient : 182)

Nama resmi : Acidum citricum

Nama lain : Asam sitrat

Rm/Bm : C6H8O2.H2O/210,14

Rumus Bangun :

Pemerian : Hablur bening, tidak berwarnahatau serbuk

hablur granul sampai halus, putih tidak berbau

atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam,

bentuk hidrat mekar dalam udara dingin.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut

dalam etanol, agak sukar larut dalam eter

Stabilitas : Asam sitat monohidrat kehilangan Kristal air di

udara kering atau ketika di panaskan pada 40oc.

Sedikit mencair di udara lembab. Larutan asam

sitrat encer dapat di gunakan juga untuk

fermentasi. Jadi bahan-bahan anhidrat dan

monohidrat dalam jumlah yang banyak harus

disimpan diwadah kedap udara dan ditempat

yang sejuk dan kering.

Incompatibilitas : Asam sitrat ini incompatible dengan alkali

tanah, karbonat dan bikarbonat asetat dan

9

sulfina. Incompatibilitas termasuk bahan

pengoksida basa atau sebagai zat pereduksi dan

nitrat, berpotensi meledak jika di kombinasikan

dengan metal nitrat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai bahan pengasami, zat aktif dan zat

tambahan.

3. Aspartam (exipient : 49)

Nama resmi : Suciname Acid

Nama lain : Aspartam

Rm/Bm : C14H 18H2O5/294,30

Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk putih, serbuk Kristal dengan rasa manis

Stabilitas : Aspartam stabil dalam kondisi kering, dalam

keadaan lemak hidrolisis dapat menyebabkan

terjadinya kerusakan produk seperti

aspharthylpeny lalaine dalam 3 benny 6-carboxy

metal 2,5-di ketopiperozine. Hasil degradasi

produk yang ketiga juga di ketauhi b-1 aspartyl

1-phenylalanine methyl ester. Kestabilanya pada

suhu 25oc dalam larutan penyangga. Stabilitas

dalam larutan dapat di tingkatkan dengan

penambahan siklodextrin dan penambahan PEG

4oo pada pH2 sebagaimana di ketauhi pada pH

3,5-4,5. Stabilitas tidak dapat ditingkatkan

dengan mengganti air dengan pelarut organic,

degradasi aspartame juga dapat terjadi selama

10

waktu pemanasan kerugian dari aspartame dapat

diminimalisir dengan menggunakan temperature

yang tinggi dalam waktu yang singkat diikuti

dengan pendinginyang cepat.

incompatibilitas : Aspartam inkompatibel dengan kalsium dibasik

fosfat dengan lubrikan magnesium stearat dan

juga reaksi antara aspartam dan gula.

Kegunaan : Sebagai bahan pemanis

4. Natrium Benzoat (FI III : 395, Exipient 627-628)

Nama resmi : Natrii benzoat

Nama lain : Asam benzoate garam natrium, benzoat soda,

natrii benzoat, natrium benzocum, so benate,

sodii benzoate, natrium asam benzoat

Rm/Bm : C7H5N2O2/144,11

Rumus Bangun :

Pemerian : Butiran atau serbuk hablur putih, tidak berbau

atau hamper tidak berbau, stabil di udara

Kelarutan : Mudah larut alam air, agak sukar larut dalam

etanol dari lebih mudah larut dalam etanol 90%

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tempat sejuk dan

keing

Kegunaan : Zat pengawet

Kestabilan : Larutan air dapat di sterilkan dengan aoutoklaf

atau filtrasi

Incompatability : Tidak kompatibel dengan senyawa kuartener,

gelatine, garam besi, kalsium garam, dan garam-

garam dan logam berat termasuk perak, timah

11

dan merkuri, aktifitas pengawet dapat dikurangi

dengan interaksi dengan kadin atau surfaktan

non ionik.

Konsentrasi : 0,02-0,5 %

5. Dextrin (exipient, 220)

Nama resmi : Dextrinum

Nama lain : Dextrin

Rm/Bm : C6H10O5/162,14

Rumus Bangun :

Pemerian : Pucat kuning atau berwarna coklat bubuk putih

dengan sedikit bau khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol

(95%), eter dan propan. 20,1 perlahan larut

dalam air dingin, sangat larut dalam air

mendidih, membentuk solusi mucila gines

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering

Kegunaan : Sebagai bahan poengisi

Kestabilan : Karakteristik fisik antara dextrin dapat berubah

tergantung pada metode pembuatan pada bahan-

bahan sumber dalam larutan cair molekul

dextrin cenderung menjadi agregat karena

poerubahan kerapatan, temperatur, pH atau

karakter lain, peningkatan viskositas disebarkan

oleh usia larutan dextrin yang memburuk dan

keistimewaanya terlihat dalam dextrin pati

jagung yang tidak larut. Asam yang ada dalam

dextrin sebagai sisa pembuatan dapat

12

menyebabkan hidroksi yang lebih lama.

Pengenceran larutan secara berangsur-angsur

sisa asam yang di temukan dalam dextrin yang

tidak larut seperti prodextrin, yang juga akan

menyebabkan pengurain kekentalan selama

penyimpan. Untuk mengurangi masalah ini,

dextrin dapat menetralkan kelarutan dextrin

yang rendah dengan ammonia dan sodium

bikarbonat dalam wadah dingin.

Incompatability : Tidak kompatible dengan oksidator kuat

13

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat yang Digunakan

1. Batang Pengaduk

2. Cawan Porselin

3. Lumpang dan Alu

4. Neraca Analitik

5. Sendok Tanduk

6. Sudip

III.2 Bahan yang Digunakan

1. Kafein

2. Aspartam

3. Na Benzoat

4. Dextrin

5. Wild Cherry

III.3 Perhitungan Bahan

Untuk 1 sachet

Coffein Sitrat = 0,1 g

Aspartam = X 4 g = 0,004 g

Na Benzoat = X 4 g = 0,0008 g

Dextrin = 4 - (0,1 + 0,004 + 0,0008) g

= 4 - 0, 1408 g

= 3, 8592 g

Untuk Batch

Coffein sitrat = 0,1 g x 5 = 0,5 g

Aspartam = 0,04 g x 5 = 0,2 g

Na Benzoat = 0,0008 g x 5 = 0,004 g

Dextrin = 3, 8592 g x 5 = 19,296 g

14

1100

0,02100

III.4 Perhitungan Dosis

Coffein Sitrat = 100 mg (sekali)

Dosis Maksimum = 500 mg – 1500 mg

Dosis Lazim = 100 mg – 200 mg

Untuk Umur 13 – 23 tahun

Umur 13 tahun

Dosis 1X pakai = X 500 mg = 325 mg

(100 mg < 325 mg)

Persentasi 1x pakai = X 100 % = 37,76 %

Umur 23 tahun

Dosis 1X pakai = X 500 mg = 500 mg

(100 mg < 500 mg)

Persentasi 1x pakai = X 100 % = 20 %

III.5 Cara Kerja

Pembuatan Coffein Sitrat

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang masing-masing bahan

3. Digerus asam sitrat 50 mg

4. Ditambahkan 50 mg kafein kedalam lumpang

5. Digerus sampai homogen

Pembuatan serbuk kafein sitrat efflorescent powder

1. Digerus Aspartam, dimasukkan kedalam toples bersama Na

Benzoat

2. Digerus dextrin, ditambahkan kedalam toples, di campur

3. Dimasukkan aspartam, Na benzoat dan Dextrin kedalam lumpang

yang berisi kafein sitrat

4. Ditambahkan wild cherry secukupnya

5. Diayak, lalu dikemas dalam sachet

6. Diberi etiket dan brosur

15

1320

100 mg325 mg

100 mg500 mg

23+124

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

IV.2 Pembahasan

Serbuk adalah bentuk sediaan yang paling sederhana yang

merupakan dasar awal dari bentuk sediaan seperti tablet, kapsul, dan

sebagainya (Modul penuntun praktikum tekhnologi sediaan padat. 2014).

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan

(Anief, 1993).

Pada percobaan ini, dilakukan formulasi tentang serbuk efflorescen

dengan zat aktif kafein. Dimana serbuk efloresen adalah adalah zat-zat

yang berbentuk kristal dapat menjadi serbuk dan membebaskan kristal air.

Salah satu penanganan dalam serbuk efloresen ini adalah diatasi dengan

penambahan garam-garam anhidrat. Dimana garam-garam anhidrat, atau

cenderung menyerap kelembaban dari udara.

Dalam pemilihan zat-zat tambahan yang akan digunakan dalam

formulasi, ditinjau dari berbagai aspek. Diantaranya yaitu kelarutan, inkom

dari setiap bahan, kestabilan dan bahan-bahan yang cocok.

Rancangan dari suatu bentuk sediaan yang tepat memerlukan

pertimbangan kriteria fisika, kimia dan biologis dari semua bahan-bahan

obat dan bahan-bahan farmasetik yang akan digunakan dalam membuat

produk tersebut. Obat dan bahan-bahan farmasetik digunakan harus

tercampur satu dengan yang lainnya, untuk menghasilkan suatu produk

obat yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan aman (Ansel, 2008).

16

Masukkan gambar yang sudah torang seduh digelas aaaaaa

Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang masing-masing

bahan yang akan digunakan yaitu untuk 1 batch atau untuk 5 sachet

diperlukan kafein 0,5 g, Aspartam 0,2 g, Na Benzoat 0,004 gr, dan dextrin

19,296 g. Selanjutnya dimasukkan kafein sitrat kedalam lumpang. Dimana

kafein sitrat ini merupakan pencampuran antara kafein dengan asam sitrat

yang telah digerus homogen.

Setelah itu digerus aspartam sebagai pemanis, dan digerus sampai

homogen. Penggunaan aspartam sebagai pemanis karena aspartam

merupakan material yang tidak toksik, dan memiliki tingkat kemanisan

160-200 kali lebih manis dari sukrosa, serta tidak ada kepahitan atau tidak

meninggalkan residu (Excipient, hal 48).

Kemudian aspartam dimasukkan kedalam toples dan ditambahkan

Na Benzoat sebagai pengawet dalam sediaan ini. Tujuan ditambahkan

pengawet dalam sediaan adalah untuk mengetahui expared date dari suatu

sediaan. Selain itu juga pengawet digunakan, untuk mencegah tumbuhnya

mikroba dalam suatu sediaan ( Ansel, 2008).

Langkah selanjutnya digerus dextrin sebagai pengisi. Selain sebagai

pengisi, dextrin juga digunakan sebagai pengering serbuk. Pengisi ini

digunakan sebagai zat tambahan dan mencukupkan bobot dalam suatu

sediaan.

Dimasukkan dextrin kedalam toples yang berisi aspartam dan na

benzoat, dicampurkan sampai merata. Kemudian semua bahan dimasukkan

kedalam lumpang yang berisi kafein sitrat.

Semua bahan yang telah dimasukkan kedalam lumpang tadi,

diatmbahkan wild cherry sebagai perasa. Lalu digerus hingga homogen,

kemudian diayak serbuk yang digerus. Dimasukkan kedalam sachet dan

diberi etiket dan brosur. Setelah dievaluasi kelarutannya, ternyata dengan

kombinasi coffein dengan asam sitrat, sediaan ini lebih cepat larut. Karena

asam sitrat memiliki kelarutan yang sangat mudah larut dalam air.

Adapun sediaan ini, diindikasikan sebagai algesik atau pereda rasa

sakit, perangsang jantung dan meningkatkan produksi urin. Serta

17

pembangkit stamina dan menghilangkan rasa lelah. Dimana kafein sitrat

merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat

kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi

badan menjadi lebih baik.

18

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

serbuk efflorescent adalah adalah zat-zat yang berbentuk kristal dapat

menjadi serbuk dan membebaskan kristal air. Yang dapat diatasi dengan

penambahan garam-garam anhidrat. Kombinasi antara kafein dengan asam

sitrat, lebih mudah larut dalam air dan diindikasikan untuk menghilangkan

rasa letih.

V.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk lebih lebih

memperhatikan dan lebih mempelajari rancangan formula, agar dapat

menghasilkan sediaan yang baik.

19