INT ACC

download INT ACC

of 30

Transcript of INT ACC

  • 8/13/2019 INT ACC

    1/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pakan adalah suatu bahan pakan atau campuran bahan pakan yang

    dimakan hewan atau ternak serta mengandung energi, protein, dan nutrien lainnya

    yang dibutuhkan oleh ternak serta tidak membahayakan untuk ternak. Analisis

    proksimat merupakan cara analisis kimia bahan pakan berdasarkan atas komposisi

    kimia dan kegunaannya, dari analisis proksimat dapat diketahui enam macam

    fraksi yaitu kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar lemak kasar, kadar

    serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen (BETN). Analisis proksimat

    dulu dikenal dengan analisis Weende yang berarti hasilnya hanya mendekati

    sempurna.

    Praktikum ilmu nutrisi ternak bertujuan untuk menganalisis proksimat,

    mengetahui kandungan nutrisi dalam sampel bahan pakan. Manfaat praktikum

    analisis proksimat adalah mengetahui kadar air, kadar abu, kadar protein kasar,

    kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar bahan ekstra tanpa nitrogen

    (BETN) dari bahan pakan daun gamal.

  • 8/13/2019 INT ACC

    2/30

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Bahan Pakan

    Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang

    mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh,

    pertumbuhan, penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta

    produksi susu (Blakely dan Bade, 1992). Bahan pakan adalah bahan yang dapat

    dimakan, dicerna dan digunakan oleh hewan. Bahan makanan ternak terdiri dari

    tanaman, hasil tanaman dan kadang-kadang juga bahan makanan yang berasal dari

    ternak atau hewan yang hidup di laut (Tillman et al., 1998).

    Gamal mempunyai kualitas yang sangat bervariasi tergantung pada umur,

    lingkungan, bagian tanamannya, cuaca dan genotif. Kandungan proteinnya sekitar

    18,8%, yaitu dimana kandungan protein ini akan menurun dengan bertambahnya

    umur, namun demikian kandungan serat kasarnya akan mengalami peningkatan.

    Daun gamal mempunyai palatabilitas rendah dikarenakan baunya yang

    spesifik (Mathius et al., 1984). Bau yang spesifik daun gamal berasal dari

    senyawa coumarin , sehingga untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan

    dengan pelayuan daun gamal sebelum diberikan pada ternak (Sutikno dan

    Supriyadi, 1995). Palabilitas dari daun gamal merupakan masalah karena adanya

    kandungan antinutrisi flavano 1 - 3,5% dan total phenol sekitar 3 - 5%

    berdasarkan berat kering (Nahrowi, 2008). Kandungan nutrien yang terkandung

  • 8/13/2019 INT ACC

    3/30

    3

    dalam daun gamal adalah KA 12,63%; BK 87,37%; PK 25,60%; SK 17,39%; LK

    3,82%; BETN 44,24%; Abu 8,95%; Ca 2,24%; P 0,26 (Despal, 1993).

    2.2. Analisis Proksimat

    Analisis proksimat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

    kadar nutrisi bahan pakan dengan prinsip mendekati nilai yang sebenarnya. Proses

    pengeringan bahan pakan dengan dijemur memiliki kelemahan, yaitu proses

    pengeringan akan berlangsung lambat sehingga kemungkinan terjadi proses

    oksidatif maupun pembusukan oleh mikroorganisme. Kelemahan analisis

    proksimat diantaranya yaitu terdapat VFA yang ikut menguap dalam pengovenan

    dengan suhu 105 - 110 0 C sehingga terhitung dalam kadar air, pada proses tanur

    terdapat pula bahan organik yang turut terlarut dan menjadi abu, vitamin larut

    dalam analisis lemak kasar, nitrogen bukan protein ikut tertangkap dan terhitung

    dalam kadar protein kasar serta tidak semua serat kasar terlarut pada analisis serat

    kasar. Oleh karena kelemahan tersebut, maka analisis ini disebut sebagai analisis

    proksimat (Kartadisastra, 1997). Pengujian kimia yang umum dilakukan pada

    pakan ayam broiler adalah air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar,

    kalsium dan fosfor. Pengujian kimia masih menjadi metode uji yang akurat untuk

    memberikan hasil uji suatu produk (Amrullah 2004).

    2.2.1. Kadar air

    Setiap bahan pakan yang paling kering sekalipun, masih terdapat

    kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil (Defano, 2000). Kadar air suatu

  • 8/13/2019 INT ACC

    4/30

    4

    bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan atau

    dikeringkan pada suhu 105 110oC (Tillman et al ., 1998).

    2.2.2. Kadar abu

    Kadar abu dalam bahan pakan merupakan sisa pembakaran dalam tanur

    pada suhu 400 - 600 oC. Bahan pakan yang dipanaskan pada temperatur 600 oC

    selama 4 - 6 jam akan menghasilkan abu dan sejumlah zat anorganik yang

    terkandung di dalam bahan pakan (Kartadisastra, 1997). Kombinasi unsur-unsur

    mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga

    nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur

    mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang penting (Tillman et al., 1998).

    2.2.3. Serat kasar

    Penetapan karbohidrat dalam proses analisis bahan makanan dibagi

    menjadi dua golongan yaitu serat kasar dan BETN (Tillman et al., 1991).

    Perbedaan kadar serat kasar dipengaruhi oleh komposisi kimia Gliricidia sepium

    bervariasi sesuai dengan umur, bagian tanaman, musim dan tipe jenis. Semakin

    dewasa tanaman maka tingkat protein kasar semakin berkurang dan serat kasarnya

    semakin bertambah (Brewbaker et al. , 1996).

    2.2.4. Protein kasar

    Kadar protein bahan pakan dapat diketahui dengan menentukan kadar N

    secara kimiawi. Angka yang diperoleh tersebut dikalikan dengan faktor 6,25.

  • 8/13/2019 INT ACC

    5/30

    5

    Faktor tersebut digunakan karena zat N mewakili kira-kira 16% dari jumlah

    protein yang ada (Anggorodi, 1997). Kadar protein kasar dipengaruhi oleh

    beberapa faktor seperti species , perbedaan umur tanaman, dan bagian tanaman

    yang dianalisis, selain itu semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya

    semakin berkurang (Kamal, 1999).

    2.2.5 Lemak kasar

    Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain

    mengandung lemak sesungguhnya, ekstrak eter juga mengandung waks (lilin),

    asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan

    lemak tidak sepenuhnya benar (Anggorodi, 1997). Penetapan kandungan lemak

    dilakukan dengan N-hexan sebagai pelarut. Fungsi dari N-hexan adalah untuk

    mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari

    kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

    2.2.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)

    BETN suatu senyawa terdiri dari zat-zat monosakarida, disakarida, dan

    polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta serat kasar

    mempunyai daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1997). Zat tersebut mempunyai

    kandungan energi yang tinggi sehingga digolongkan dalam makanan sumber

    energi yang tidak berfungsi spesifik. Kadar BETN adalah 100% dikurangi kadar

    abu, protein, lemak kasar dan serat kasar, maka nilainya tidak selalu tepat serta

    dapat dipengaruhi oleh kesalahan analisa dari zat-zat lain (Tillman et al., 1998)

  • 8/13/2019 INT ACC

    6/30

    6

    BAB III

    MATERI DAN METODE

    Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 7

    April 2013 pukul 05.30 - 22.30 WIB dan hari Senin tanggal 8 April 2013 pukul

    05.30 - 21.30 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan

    dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

    3.1. Materi

    Materi dalam praktikum ilmu nutrisi ternak menggunakan daun gamal yang

    telah dikeringkan dan diblender menjadi tepung sebanyak 100 gram setelah

    dilakukan sampling, H 2SO 4, H 3BO 4 4%, indikator fenolftalein, NaOH 45 %, HCl

    0,1 N dan aquades. Alat yang digunakan dalam praktikum protein kasar adalah

    timbangan analitis untuk menimbang sampel dengan toleransi sebesar 0,00009,

    oven berfungsi untuk proses pengeringan bahan pakan dan mengeringkan

    peralatan-peralatan laboratorium, corong berfungsi untuk memindahkan suatu zat

    cair dari satu tabung ke tabung yang lainnya lagi, gelas ukur berfungsi untuk

    mengukur bahan yang berbentuk zat cair, labu erlenmenyer berfungsi untuk

    mencampurkan larutan, baik yang berukuran 250 ml ataupun 500 ml, buret

    berfungsi sebagai tempat zat titer dalam penentuan protein kasar (pada proses

    titrasi) dan sebagai alat untuk kontrol angka titrasi, gelas beker berfungsi sebagai

    tempat penyimpanan larutan dalam kapasitas yang kecil dan mempermudah

    dalam penuangan larutan dengan intensitas yang kecil, labu destruksi berfungsi

    sebagai tempat untuk mendistruksikan sampel dan sebagai media untuk proses

  • 8/13/2019 INT ACC

    7/30

    7

    penentuan protein kasar, khususnya dalam tahap destruksi, dan kompor listrik

    berfungsi untuk memanaskan bahan yang akan diuji coba, crussibel porselin ,

    oven, eksikator, dan tanur listrik.

    3.2. Metode

    3.2.1. Analisis kadar air

    Mempersiapkan sampel yang akan di analisis secara proksimat

    menggunakan alat yang akan digunakan. Mencuci bersih botol timbang yang telah

    dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 110 oC. Memasukan

    dalam eksikator selama 15 menit. Menimbang sampel sebanyak + 1 gram,

    memasukan sampel ke dalam botol timbang. Mengeringkan di dalam oven selama

    4 6 jam, pada suhu 105 - 110 oC. Mendinginkan di dalam eksikator selama 15

    menit dan menimbang kembali berat sampel (dihitung sebagai berat setelah oven).

    Proses pengeringan dilakukan 3 x 1 jam hingga beratntya mencapai konstan

    (selisih penimbangan 0,2 mg). Menghitung kadar air dengan rumus :

    3.2.2. Analisis kadar abu

    Mencuci crussible porselin hingga bersih dan mengeringkan di dalam

    oven pada suhu 105 110 oC selama 1 jam, kemudian mendinginkan di dalam

    eksikator selama 15 menit setelah itu menimbangnya. Menimbang sampel

    sebanyak + 1 gram dan dimasukan ke dalam crussible porselin , setelah itu

    memijarkan sampel ke dalam tanur listrik selama 4 jam dengan suhu 600 oC

  • 8/13/2019 INT ACC

    8/30

  • 8/13/2019 INT ACC

    9/30

    9

    selama 1 jam. Kemudian mendinginkan di dalam eksikator selama 15 menit dan

    timbang beratnya (dihitung sebagai berat setalah oven). Kertas saring dan isinya

    yang ada dalam crussible porselin tersebut dipijarkan kembali di dalam tanur

    listrik pada suhu 400 600 0C selama 4 6 jam, lalu dinginkan di dalam eksikator

    selama 15 menit dan ditimbang beratnya (dihitung sebagai berat setelah tanur).

    Menghitung kadar serat kasar dengan rumus :

    3.2.4. Analisis protein kasar

    Menimbang sampel seberat 1 gram kemudian memasukkan dalam labu

    destruksi, menimbang katalisator masing masing seberat 1 gram dan mencampur

    ke dalam labu destruksi, menambahkan H 2SO 4 pekat sebanyak 15 ml kemudian di

    destruksi dalam lemari asam hingga berubah menjadi hijau jernih lalu menunggu

    hingga dingin, melakukan proses destilasi dengan menggunakan penangkap

    H3BO 3 4% sebanyak 20 ml dan memberikan 2 tetes indikator MR dan MB.

    Sampel yang telah didestruksi kemudian dimasukkan kedalam labu destilasi dan

    ditambahkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH 45 %, melakukan destilasi sampai

    penangkap berubah menjadi warna dari ungu menjadi hijau. Menitrasi hasil

    destilasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai berubah menjadi warna ungu,

    dan menghitung kadar protein dengan rumus :

  • 8/13/2019 INT ACC

    10/30

  • 8/13/2019 INT ACC

    11/30

    11

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Praktikum

    Tabel 1 . Hasil Analisis Proksimat

    Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.* Hasil perhitungan analisis proksimat** Despal, 1993

    4.2. Pembahasan

    4.2.1. Kadar air

    Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat diperoleh bahwa kandungan

    kadar air dalam daun gamal yaitu sebesar 18,28%. Hal ini tidak sesuai dengan

    pendapat Despal (1993) bahwa kadar air hasil analisis proksimat daun gamal

    adalah 12,63%. Perbedaan ini dikarenakan bahan pakan yang akan dijadikan berat

    kering mengalami pengeringan yang kurang maksimal, sehingga air yang

    terkandung dalam sampel masih cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Defano (2000) bahwa setiap bahan pakan yang paling kering sekalipun, masih

    terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil. Penentuan kadar air

    Komponen Proksimat Hasil Analisis* Literatur**

    ----------------------------%---------------------------Air 18,28 12,63Abu 13,39 8,95Protein Kasar 21,91 25,60Lemak Kasar 9,1 3,82Serat Kasar 31,78 17,39BETN 23,82 44,25

  • 8/13/2019 INT ACC

    12/30

    12

    dalam bahan kering dapat dilakukan dengan mengoven sampel bahan pakan

    selama 4 jam dengan suhu kisaran 105 - 110 o

    C. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Tillman et al ., (1998) bahwa kadar air suatu bahan pakan dapat diketahui bila

    bahan pakan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada suhu 105 110 oC.

    4.2.2. Kadar abu

    Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh kadar abu hasil analisis

    proksimat sebesar 13,39%. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Despal (1993)

    bahwa kadar abu hasil analisis proksimat daun gamal adalah 8,95%. Perbedaan ini

    di mungkinkan dalam pengambilan daun yang akan digunakan sebagai sampel

    memiliki umur yang berbeda, sehingga unsur-unsur yang terkandung didalamnya

    juga berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al., (1998) bahwa

    kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat

    bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk

    menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau kombinasi unsur-unsur yang

    penting. Penentuan kadar abu dalam bahan kering, dilakukan dengan

    menggunakan tanur listrik selama 4 jam dengan suhu 600 oC. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Kartadisastra (1997) bahwa abu dalam bahan pakan merupakan

    sisa pembakaran dalam tanur pada suhu 400 - 600 oC.

    4.2.3. Serat kasar

    Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa kadar serat kasar setelah

    dianalisis sebesar 31,78%. Hasil analisis proksimat tersebut masih diatas dari hasil

  • 8/13/2019 INT ACC

    13/30

    13

    literatur. Menurut Despal (1993) serat kasar dari analisis proksimat daun gamal

    adalah 17,39%. Perbedaan ini dimungkinkan umur daun yang dijadikan sampel

    berbeda, sehingga unsur-unsur mineral yang terkandung berbeda. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Brewbaker et al. , (1996) bahwa perbedaan kadar serat kasar

    dipengaruhi oleh komposisi kimia Gliricidia sepium bervariasi sesuai dengan

    umur, bagian tanaman, musim dan tipe jenis. Semakin dewasa tanaman maka

    serat kasarnya semakin bertambah. Perhitungan serat kasar merupakan bagian dari

    penentuan kadar karbohidrat dari suatu bahan pakan. Hal ini sesuai dengan

    pendapat Tillman et al., (1991) bahwa penetapan karbohidrat dalam proses

    analisis bahan makanan dibagi menjadi dua golongan yaitu serat kasar dan bahan

    ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

    4.2.4. Protein kasar

    Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari praktikum analisis

    proksimat kadar protein kasar yaitu 21,91%. Hasil analisis proksimat tidak sesuai

    dengan hasil dari literatur. Menurut Despal (1993) protein kasar dari analisis

    proksimat daun gamal adalah 25,60%. Perbedaan ini dikarenakan pengambilan

    daun yang berbeda, semakin tua daun yang dipanen maka kadar protein kasar

    daun gamal akan berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1999) bahwa

    kadar protein kasar dipengaruhi oleh faktor species , perbedaan umur tanaman, dan

    bagian tanaman yang dianalisis. Semakin tua umur tanaman maka kadar protein

    kasarnya semakin berkurang. BPTP Sulawesi Selatan (2003) menambahkan

  • 8/13/2019 INT ACC

    14/30

  • 8/13/2019 INT ACC

    15/30

    15

    4.2.6. Bahan ekstrak tanpa nitrogen

    Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogren (BETN) 32,92%, nilai tersebut tidak

    sesuai dengan pendapat Despal (1993) bahwa kandungan BETN yang terdapat

    dalam daun gamal adalah sebesar 44,24%. Hal ini bisa terjadi karena dapat

    dipengaruhi oleh kesalahan hasil analisa dari zat-zat lain. Ini sesuai dengan

    pendapat Tillman et al ., (1998) yang menyatakan bahwa kadar BETN adalah

    100% dikurangi kadar abu, protein, lemak kasar dan serat kasar, maka nilainya

    tidak selalu tepat serta dapat dipengaruhi oleh kesalahan analisis dari zat-zat lain.

  • 8/13/2019 INT ACC

    16/30

    16

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, dapat disimpulkan bahwa

    Analisis Proksimat merupakan salah satu cara dalam mengetahui kandungan

    nutrien yang ada dalam bahan pakan. Daun gamal yang dianalisis proksimat

    diperoleh kandungan nutrisi yaitu kadar air 18,28%, kadar abu 13,39%, protein

    kasar 21,91%, lemak kasar 6,74%, serat kasar 31,78%, dan BETN 32,92 %. Hasil

    analisis proksimat belum sesuai dengan literatur yang ada, hal ini disebabkan

    karena banyak faktor, seperti daun yang dianalisis memiliki umur yang berbeda,

    dan kurang maksimalnya penjemuran.

    5.2. Saran

    Praktikum seharusnya dilakukan diluar jam kuliah, sehingga praktikum dan

    kuliah dapat berjalan lancar tanpa ada yang ditinggalkan dan menjadi efektif.

  • 8/13/2019 INT ACC

    17/30

    17

    DAFTAR PUSTAKA

    Amrullah, L. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi,Bogor.

    Anggorodi, R. 1997. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). 2003. Pemberian Daun Gamal pada Kambing. Litbang Deptan, Makassar.

    Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-empat. Terjemahan B.Srigandono. UGM-Press, Yogyakarta.

    Brewbaker, J., P.cheeke, N. Glover, C. Hughses, D. Kass, M. Kass, B. Scibert,J. stewart, S. Sumberg and F. Wiersum.1996. Glicirida : Produksi danManfaat (diterjemahkan oleh Emmanuel Keffi). Asia Pasific Agroforesty

    Network Secretariat, Bogor.

    Defano. 2000. Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press FakultasPeternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

    Despal. 1993. Evaluasi Nutrisi Daun Kembang Sepatu. IPB, Bogor.

    Kamal, Muhammad. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Laboratorium Makanan TernakJurusan nutrisi dan Makanan ternak Fakultas Peteranakan UGM,Yogyakarta.

    Kartadisastra, H.R. 1997. Penyedia dan Pengelolaan Pakan Ternak RuminansiaSapi, Kerbau, Domba, Kambing. Kanisius, Yogyakarta.

    Mahmudi, M. 1997. Penurunan Kadar Limbah Sintesis Asam FosfatMenggunakan Cara Ekstraksi Cair-Cair dengan Solven CampuranIsopropanol dan n-Heksan. Semarang: Universitas Diponegoro.

    Mathius, I. W., J. E Van Eys dan M. Rangkuti, 1984. PenggunaanCampuran Rumput Gajah dan Daun Singkong Kering denganPenambahan Tepung Jagung atau Dedak Padi oleh Domba danKambing yang sedang Tumbuh. Proceeding.Pertemuan IlmiahPenelitian Ruminansia Kecil. Nopember 1983. Puslitbang PeternakanBogor. Hal: 72 76.

    Nahrowi. 2008. Pengetahuan Bahan Pakan. Nutri Sejahtra Press, Bogor.

    Sutikno, I., dan Supriyadi. 1995. Coumarin dalam Daun Glirisidia. Ilmu dan

    Peternakan 8(2) : 44-48.

  • 8/13/2019 INT ACC

    18/30

    18

    Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekodjo. 1991.

    Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

    Tillman, Hartadi, H, Reksohadiprodjo, Prawirokusumo dan Lebdosoekodjo. 1998.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  • 8/13/2019 INT ACC

    19/30

    19

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air

    Tabel 2. Analisis Kadar Air

    Kode Berat botoltimbangBerat

    sampelBerat kertasminyak awal

    Berat kertasminyak akhir

    Berat setelah dioven

    -------------------------------------------g---------------------------------------------2.1 23,6071 1,0007 0,3259 0,3278 24,42752.2 21,7611 1,0007 0,3118 0,3141 22,5729

    Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.

    Air (2.1) -

    Air (2.2) -

    Kadar Air(2.1)

  • 8/13/2019 INT ACC

    20/30

    20

    Lampiran 1. (Lanjutan)

    Kadar Air (2.2)

    = 18,69%

  • 8/13/2019 INT ACC

    21/30

    21

    Lampiran 2. Perhitungan Kadar Abu

    Tabel 3. Analisis Kadar Abu

    Kode Berat CrussibelPorselinBerat

    sampelBerat kertasminyak awal

    Berat kertasminyak akhir

    Berat setelah dioven

    -------------------------------------------g---------------------------------------------2.1 18,0704 1,0000 0,3022 0,3030 18,17922.2 19,8853 1,0008 0,3009 0,3007 19,9955

    Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.

    Abu 2.1

    Sampel sesungguhnya = (berat sampel + KM awal) KM akhir

    = (1,0000 + 0,3022) 0,3030

    = 0,9992 gram

    Abu 2.2

    Sampel sesungguhnya = (berat sampel + KM awal) KM akhir

    = (1,0008 + 0,3009) 0,3007

    = 1,001 gram

  • 8/13/2019 INT ACC

    22/30

    22

    Lampiran 2. (Lanjutan)

    = 10,95%

    Konversi = Kadar abu rata-rata x 100%BK

    = 13,39%

  • 8/13/2019 INT ACC

    23/30

  • 8/13/2019 INT ACC

    24/30

    24

    Lampiran 3. (Lanjutan)

    SK rata-rata =2

    2.2SK2.1SK

    %97,252

    27,52%24,42%

  • 8/13/2019 INT ACC

    25/30

    25

    Lampiran 4. Perhitungan Kadar Protein Kasar

    Tabel 5. Analisis Protein Kasar

    Kode Berat sampel Berat kertasminyak awalBerat kertas

    minyak akhirTitran HCl

    (ml)---------------------------------g--------------------------------

    2.1 1,0007 0,3166 0,3188 19,52.2 1,0001 0,3151 0,3157 22

    Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013.

    Sampel sesungguhnya (2.1) = (berat sampel + berat kertas minyak awal) - berat

    kertas minyak akhir

    = (1,0007 + 0,3166) 0,3188

    = 0,9985 gram

    PK (2.1) = %100yasesungguhnsampel berat

    6,25x0,014xHCl Nx blangko)-sampel(titran

    Sampel sesungguhnya (2.2) = (berat sampel + berat kertas minyak awal) - berat

    kertas minyak akhir

    = (1,0001 + 0,3151) 0,3157

    = 0,9995 gram

    PK (2.2) = %100yasesungguhnsampel berat

    6,25x0,014xHCl Nx blangko)-sampel(titran

  • 8/13/2019 INT ACC

    26/30

    26

    Lampiran 4. (Lanjutan)

    Rata-rata Protein Kasar

  • 8/13/2019 INT ACC

    27/30

    27

    Lampiran 5. Perhitungan Kadar Lemak Kasar

    Tabel 6. Analisis Lemak Kasar

    Kode BeratsampelBerat kertasminyak awal

    Berat kertasminyak akhir

    Beratsetelahoven 1

    Beratsetelahoven 2

    Beratkertassaring

    -------------------------------------------g---------------------------------------------2.1 1,0009 0,2853 0,2872 1,8633 1,8084 1,02712.2 1,0002 0,2810 0,2863 1,7594 1,7009 0,9138

    Sumber: Data primer Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak, 2013

    Konversi sampel ke % Bahan Kering:

    (2.1)

    = 1,5227 gram

    = 1,4778 gram

    (2.2)

  • 8/13/2019 INT ACC

    28/30

    28

    Lampiran 5. (Lanjutan)

    = 1,4378 gram

    = 1,3899 gram

    Kadar Lemak Kasar (2.1)

    Kadar Lemak Kasar (2.2)

  • 8/13/2019 INT ACC

    29/30

    29

    Lampiran 5. (Lanjutan)

    Rata-rata Kadar Lemak Kasar

  • 8/13/2019 INT ACC

    30/30

    30

    Lampiran 6. Perhitungan BETN

    BETN = 100% - (kadar abu + serat kasar + protein kasar + lemak kasar)%

    = 100% - (13,39 + 31,78 + 21,91 +9,1)%

    -