Makalah Bisnis Int-2

35
TEORI-TEORI BISNIS INTERNASIONAL Oleh: TRI LESTARI (1210205674)

description

Internasional

Transcript of Makalah Bisnis Int-2

Page 1: Makalah Bisnis Int-2

TEORI-TEORI

BISNIS INTERNASIONAL

Oleh:

TRI LESTARI (1210205674)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Surabaya

Page 2: Makalah Bisnis Int-2

Definisi Teori Bisnis Internasional

Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu

negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang

dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan

pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di

banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun

(lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan

politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut

mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan

multinasional.

Teori-teori yang menjelaskan mengapa barang-barang tertentu diperdagangkan secara internasional. Mengapa Negara melakukan perdagangan? Pertanyaan ini dan proporsi dari memprediksi arah, komposisi, dan volume barang yang diperdagangkan akan sama pentingnya dengan apa yang berusaha dituju oleh teori perdangangan internasional. Seperti halnya, dengan Adam Smith, yang kecewa dengan campur tangan dan control pemerintah atas perdangangan dometik dan asing, akhirnya menerbitkan An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1997), sebuah buku yang mengetengahkan idenya untuk berusaha menumbangkan filosofi merkantilisme. Fenomena-fenomena bisnis internasional memicu pada semakin berkembangnya teori-teori bisnis internasional sebagai bagian dalam perdagangan internasional.

Perdagangan internasional terjadi sebagai dampak keterbatasan setiap negara untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, seperti keterbatasan faktor produksi, teknologi, masalah nilai tukar ataupun efisiensi produksi. Dengan demikian terdapat beberapa teori perdagangan internasional yang menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional tersebut dapat terjadi serta masalah-masalah kompleks yang ada di dalamnya. Donald (2009) dalam tulisannya menguraikan beberapa teori perdagangan internasional, diantaranya: Merkantilisme, teori Heckscher-Ohlin, Paradoks Leontief, teori klasik, absolute advantage, comparative advantage , International Product Life Cycle Theory (IPLC), competitive advantage, overlapping demand, economic of scale &

Experience curve, dan First Mover theory.

Teori perdagangan internasional adalah teori yang menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar negara serta bagaimana efeknya terhadap perekonomian suatu negara.  Disamping itu, teori perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya keuntungan perdagangan (gain from trade). Teori yang menjelaskan tentang perdagangan internasional  pada dasarnya dibagi atas tiga kelompok besar, yaitu: teori praklasik merkantilis, Teori Klasik, dan  teori modern. Negara-negara yang melakukan perdagangan internasional  antara lain disebabkan dua alasan berikut. Pertama, negara-negara yang berdagang karena berbeda satu sama lain (berbeda dalam kepemilikan sumber daya,

Page 3: Makalah Bisnis Int-2

baik dalam jenis maupun kualitasnya),  setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan mereka melalui pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua, negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksinya.  Maksudnya, Jika  setiap negara  hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu maka mereka dapat menghasilkan  barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan mereka menghasilkan segala jenis barang.

Secara lengkap perkembangan teori perdagangan internasional adalah sebagai berikut :

1.      Teori pra-klasik merkantilisme

2.      Teori klasik

a)      Keuntungan   absolut  (absolute  advantage) oleh   Adam Smith

b)      Keuntungan  relatif  (comparative advantage)  oleh  John Stuart Mill

c)      Biaya relatif (comparative cost) oleh David Ricardo

3.      .   Teori Modern

a)      Faktor proporsi  oleh Hecksher-Ohlin

b)      Kesamaan harga faktor produksi (factor price equalizati-on) oleh Paul Samuelson

c)      Permintaan dan penawaran (teori parsial).

a.     Teori Klasik Dalam PerdaganganInternasional

1)      Teori nilai yang digunakan Adam Smith adalah teori biaya produksi, walaupun semula

menggunakan teori nilai tenaga kerja. Barang mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Ongkos

produksi menentukan harga relatif barang, sehingga tercipta dua macam harga, yakni harga

alamiah dan harga pasar dalam jangka panjang harga pasar akan cenderung menyamai harga

alamiah, dan dengan teori tersebut timbul konsep paradoks tentang nilai.

2)      Ricardo adalah seorang Pemikir yang paling menonjol di antara segenap pakar Mazhab

Klasik. Ia sangat terkenal karena kecermatan berpikir, metode pendekatannya hampir

seluruhnya deduktif. David Ricardo telah mengembangkan pemikiran-pemikiran Adam

Smith secara lebih terjabar dan juga lebih sistematis. Dan pendekatannya teoretis deduktif,

pemikirannya didasarkan atas hipotesis yang dijadikan kerangka acuannya untuk mengkaji

berbagai permasalahan menurut pendekatan logika. Teori yang dikembangkan oleh Ricardo

menyangkut empat kelompok permasalahan yaitu: teori tentang distribusi pendapatan sebagai

pembagian hasil dari seluruh produksi dan disajikan sebagai teori upah, teori sewa tanah,

teori bunga dan laba, teori tentang nilai dan harga, teori perdagangan internasional dan, teori

tentang akumulasi dan perkembangan ekonomi.

Page 4: Makalah Bisnis Int-2

b.     Teori Neo-Klasik Dalam PerdaganganInternasional

1)    Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori maupun

dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya

produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Pendekatan ini

merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.

2)    Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam

pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I

menjelaskan hubungan kuantitas barang yang dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang

diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II, bagaimana konsumen mengalokasikan

pendapatannya untuk berbagai jenis barang yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan

Menger juga mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa

perilaku individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan

preferences yang menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai

dari orde berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat

kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup

sekaligus teori distribusi.

3)    Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan

umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan

antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi

yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan

terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan

pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas

ekonomi

B.     Persamaan Teori Klasik Dan Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Sebetulnya pandangan ini bersumber pada teori atau sudut pandangan kaum klasik

dan neo klasik, yang tidak lain adalah ilmu ekonomi “ liberal “

  Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab

pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari

suatu metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan

perkataan lain secara normatif.

Page 5: Makalah Bisnis Int-2

  Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini

menunjukkan diri dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan dengan

keseimbangan yang bersifat otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara otomatis akan

mencapai keseimbangan pada tingkat full employment.

  Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga

merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan

pembagian pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme

permintaan dan penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi

dalam susunan kehidupan ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan

perusahaan orang-perorangan.

  Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran

pesimistik dan individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan

alamiah, mengritik pemikiran ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi

inti pengembangan kekayaan bangsa, dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip

laissez faire.

  Pemikiran kaum klasik telah membawa perubahan besar dalam bidang ekonomi. Salah satu

hasil pemikiran kaum klasik telah mempelopori pemikiran sistem perekonomian liberal.

Dalam pemikiran kaum klasik bahwa perekonomian secara makro akan tumbuh dan

berkembang apabila perekonomian diserahkan kepada pasar. Peran pemerintah terbatas

kepada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan dan pembangunan infrastruktur.

Sedangkan Neo-klasik yang percaya bahwa semakin sedikit peranan pemerintah akan

semakin baik memberikan teori baru yang menyatakan bahwa perekonomian secara alami

akan bergerak kearah full employment dan ekuilibriumnya berada dalam steady state.

Peran pemerintah di dalam pembangunan lebih dititikberatkan kepada penertiban

APBN, dan pemanfaatan/penggunaan kekuatan pasar.

Peran pemerintah dalam pembangunan harus dibatasi dan berorientasi kepada

pembangunan infrastruktur, kesehatan dan pendidikan. Campur tangan pemerintah yang

berkelebihan dalam perencanaan pembangunan dikhawatirkan menimbulkan “Government

Failure”, seperti birokrasi yang berkelebihan, KKN, dan lain sebagainya. Membatasi APBN

dapat mengurangi defisit, karena akan menimbulkan ketidakstabilan di dalam ekonomi.

Pemanfaatan kekuatan pasar yaitu mengembangkan pasar yang efisien, bebas dari monopoli,

oligopoli, dan eksternal disekonomis. Oleh karena itu kebijakan pemerintah harus bersifat

“Market Friendly”.

Page 6: Makalah Bisnis Int-2

C.    Kelebihan Teori Klasik Dan Teori Neo-Klasik

  Kelebihan Teori Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal dengan teori

keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya

persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam negeri, maka hal yang sama juga

dikehendaki dalam hubungan antar bangsa. Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya

semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai

keunggulan yang absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Apa yang

dimaksud dengan keunggulan yang absolut? Maksudnya begini, jika negara A dapat

memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja sedangkan negara B untuk komoditi yang

sama hanya dapat memproduksi 4 unit per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain

misalnya gandum, negara A hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan

untuk negara B dapat memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa

negara A mempunyai keunggulan absolut dalam produksi kentang dibandingkan dengan

negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut dalam

produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang saling

menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara A mengekspor kentang dan

mengimpor gandum dari negara B, dan sebaliknya negara B mengekspor gandum dan

mengimpor kentang dari negara A.

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David Ricardo.

Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan teori

keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi tertentu yang

dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa

perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan

absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya

semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai

keunggulan komparatif dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Teori ini

menekankan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu

negara tidak usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang diungkapkan

oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu

komoditi di negara yang satu dengan yang lainnya relatif berbeda.

Page 7: Makalah Bisnis Int-2

  Kelebihan Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Kaum neoklasik mengatakan bahwa baik perdagangan international maupun aliran

modal international cenderung untuk meratakan distribusi pendapatan didalam suatu Negara

maupun antar Negara.

D.    Arti Penting Teori Klasik Dan Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Teori klasik dan neo-klasik mempunyai arti penting dalam perdagangan internasional

karena perdagangan sudah menjadi isu penting sejak jaman para filusuf yang

mempermasalahkan apakah perdagangan itu secara moral diterima atau tidak.

Perdagangan atau pertukaran mempunyai arti khusus dalam ilmu ekonomi.

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela

dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena paksaan, ancaman perang dan

sebagainya tidak termasuk dalam arti perdagangan yang dimaksud disini.

Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih cepat.

Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan

perdagangan, berkat ”law of comparative costs” dari Ricardo (1772-1823), Inggris mulai

kembali membuka perdagangannya dengan negara lain.

Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas

antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic

comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan.

Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu

negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya

perdagangan bebas ini, sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam

akan kalah dalam persaingan internasional.

Globalisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan lagi. Mau tidak mau, Indonesia

harus siap menghadapinya. Kebijakan pemerintah yang salah akan membuat Indonesia

semakin terpuruk. Untuk itu penguasaan teknologi dan pengembangan sumber daya manusia

harus diperhatikan.

Page 8: Makalah Bisnis Int-2

A.      Teori Klasik

1.      Merkantilis

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara

untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit

mungkin impor. Surplus ekspor yang dihasilkannya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran

emas lantakan, atau logam-logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas

dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatannya untuk

mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khususnya impor barang-barang

mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan dapat menghasilkan surplus

ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah

Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain.

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulia ini sebetulnya cukup

rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis adalah untuk memperoleh

sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara. Dengan memiliki banyak emas dan

kekuasaan maka akan dapat mempertahankan angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih

baik sehingga dapat melakukan konsolidasi kekuatan di negaranya; peningkatan angkatan

bersenjata dan angkatan laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukkan lebih

banyak koloni. Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi

dan semakin besar aktivitas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan mengurangi

impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan kerja nasional.

2.      Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah produksi hasil

tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam Smith sependapat dengan

doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan suatu negara dicapai dari surplus

ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan skill, serta efisiensi dengan tenaga kerja

yang digunakan dan sesuai dengan persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut.

Menurut Smith suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut

bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara

lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut. Adapun

keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan kemampuan suatu negara untuk

Page 9: Makalah Bisnis Int-2

menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih

sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain.

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan

moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan

internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil

seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan

untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi

nilai barang tersebut (Labor Theory of value).

Teori Absolute Advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori

nilai tenaga kerja. Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan

anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan satu-satunya faktor

produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak homogen, faktor produksi tidak hanya

satu dan mobilitas tenaga kerja tidak bebas, dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut:

Misalnya hanya ada dua negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja

yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1

unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga kerja.

Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan tenaga kerja

sebanyak 10 unit dan 2 unit.

Tabel : Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan

per UnitProduksi Amerika Inggris

Produksi Amerika Inggris

Gandum 8 10

Pakaian 4 2

Sumber: Salvatore (2006).

Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi

gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit

tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit (10 > 8). 1 unit pakaian

di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan

demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada produksi

gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian.

Page 10: Makalah Bisnis Int-2

Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu macam

barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain. Kelebihan dari teori

absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua negara yang saling

memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini

meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang

memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak

ada keuntungan.

B.      Teori Modern

1.      John Stuart Mill dan David Ricardo

Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan

kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan

mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu barang yang dapat

dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri

memakan ongkos yang besar). Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan

oleh banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Contoh:

Produksi 10 orang dalam 1 minggu

Produksi Amerika Inggris

Gandum 6 bakul 2 bakul

Pakaian 10 yard 6 yard

Sumber: Salvatore (2006).

Menurut teori ini perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul karena

absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi

yang penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative Advantagenya. Besarnya

comparative advantage untuk Amerika, dalam produksi gandum 6 bakul dibanding 2 bakul

dari Inggris atau = 3 : 1. Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6 yard dari Inggris atau

5/3 : 1. Di sini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum yakni 3 : 1

lebih besar dari 5/3 : 1.

Untuk Inggris, dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6 bakul dari Amerika atau 1/3 : 1.

Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1. Comparative advantage

Page 11: Makalah Bisnis Int-2

ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1. Oleh karena itu perdagangan

akan timbul antara Amerika dengan Inggris, dengan spesialisasi gandum untuk Amerika dan

menukarkan sebagian gandumnya dengan pakaian dari Inggris. Dasar nilai pertukaran (term

of trade) ditentukan dengan batas-batas nilai tukar masing-masing barang di dalam negeri.

Kelebihan untuk teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai

tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran di mana kedua hal ini tidak dapat

diterangkan oleh teori absolute advantage. David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran

klasik menyatakan bahwa nilai penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki nilai

kegunaan. Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat

digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki nilai guna

yang dibutuhkan oleh orang. Selanjutnya David Ricardo juga membuat perbedaan antara

barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai dengan kemauan orang, di lain pihak

ada barang yang sifatnya terbatas ataupun barang monopoli (misalnya lukisan dari pelukis

ternama, barang kuno, hasil buah anggur yang hanya tumbuh di lereng gunung tertentu dan

sebagainya). Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut nilainya sangat

subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para calon pembeli. Sedangkan

untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai dengan keinginan maka nilai

penukarannya berdasarkan atas pengorbanan yang diperlukan. David Ricardo

mengemukakan bahwa berbagai kesulitan yang timbul dari ajaran nilai kerja:

Perlu diperhatikan adanya kualitas kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidakterdidik,

kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak

memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah

jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Dari situ

maka Carey kemudian mengganti ajaran nilai kerja dengan .teori biaya reproduksi

Kesulitan yang terdapat dalam nilai kerja itu bahwa selain kerja masih banyak lagi jasa

produktif yang ikut membantu pembuatan barang itu, harus dihindarkan. Selanjutnya

David Ricardo menyatakan bahwa perbandingan antara kerja dan modal yang

dipergunakan dalam produksi boleh dikatakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali

perubahan.

Atas dasar nilai kerja, dibedakan di samping .harga alami. (natural price) ada pula .harga

pasaran. (market price). Menurut aliran klasik (Adam Smith) .harga alami. akan terjadi

bilamana masing-masing warga masyarakat memperoleh kebebasan pilihannya untuk

membuat sesuatu produk tertentu yang menurutnya lebih menguntungkan dan

Page 12: Makalah Bisnis Int-2

menukarkannya bilamana dinilai baik olehnya. Hal ini sejalan dengan pandangan kaum

physiokrat. Istilah .harga alami. (natural price) yang dikemukakan Smith adalah sama

dengan istilah Cantillon .valeur intrinsique. (nilai intrinsik), Turgot .valeur fondamental.

(harga pokok), Say .prix reel. (harga real), Ricardo primery/natural/necessary price. (harga

pokok) dan Cairnes .normal price. (harga normal).

Harga pasaran. dapat berbeda dengan .harga alami. di mana akan menyesuaikan dengan

keadaan penawaran dan permintaan atas barang yang bersangkutan. Demikian pula atas dasar

pertimbangan tertentu, adanya peraturan pemerintah yang dapat menghalangi penyesuaian

harga alami dengan harga pasaran. Tetapi bagaimanapun, harga alami akan menjadi acuan

(pedoman) atas penetapan harga pasaran.Teori perdagangan internasional diketengahkan oleh

David Ricardo yang mulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internasional hanya

berlaku antara dua negara yang diantara mereka tidak ada tembok pabean, serta kedua

Negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hukum pemasaran

bersama-sama dengan teori kuantitas uang untuk mengembangkan teori perdagangan

internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan absolut, akan tetapi apabila

dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan bagi kedua negara yang melakukan

perdagangan. Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih

cepat. Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk melakukan

perdagangan, berkat .law of comparative costs. dari Ricardo, Inggris mulai kembali

membuka perdagangannya dengan negara lain. Pemikiran kaum klasik telah mendorong

diadakannya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa negara.

Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic comparative

advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat diciptakan. Oleh karena itu

penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara

yang menguasai teknologi akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini,

sedangkan negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam

persaingan internasional.

a.      Cost Comparative Advantage (Labor efficiency)

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan memperoleh

manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor

barang di mana Negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisien serta mengimpor

barang di mana negara tersebut berproduksi relative kurang/tidak efisien. Berdasarkan

contoh hipotesis di bawah ini maka dapat dikatakan bahwa teori comparative advantage dari

David Ricardo adalah cost comparative advantage.

Page 13: Makalah Bisnis Int-2

Data Hipotesis Cost Comparative

Produksi 1 kg gula 1 m kain

Indonesia 3 hari kerja 4 hari kerja

China 6 hari kerja 5 hari kerja

Sumber: Salvatore (2006).

Indonesia memiliki keunggulan absolut dibanding Cina untuk kedua produk

diatas, maka tetap dapat terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan

kedua negara melalui spesialisasi jika negara-negara tersebut memiliki cost

comparative advantage atau labor efficiency. Berdasarkan perbandingan Cost Comparative

Advantage Efficiency, dapat dilihat bahwa tenaga kerja Indonesia lebih efisien dibandingkan

tenaga kerja Cina dalam produksi 1 Kg gula (atau hari kerja) daripada produksi 1 meter kain

(hari bekerja) hal ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor

gula. Sebaliknya tenaga kerja Cina ternyata lebih efisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia

dalam produksi 1 m kain (hari kerja) daripada produksi 1 Kg gula (hari kerja) hal ini

mendorong cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.

a.       Production Comperative Advantage (Labor productifity)

Suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika

melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat

berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut

berproduksi relatif kurang/tidak produktif. Walaupun Indonesia memiliki keunggulan absolut

dibandingkan Cina untuk kedua produk, sebetulnya perdagangan internasional akan tetap

dapat terjadi dan menguntungkan keduanya melalui spesialisasi di masing-masing negara

yang memiliki labor productivity.

Kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa

terdapat perbedaan fungsi produksi antara dua negara. Sedangkan kelebihannya adalah

perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat terjadi walaupun hanya satu negara

yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-masing dari Negara tersebut memiliki

perbedaan dalam Cost Comparative Advantage atau Production Comparative Advantage.

Teori ini mencoba melihat kuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif. Teori ini

berlandaskan pada asumsi: Labor Theory of Value, yaitu bahwa nilai suatu barang ditentukan

oleh jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, di mana

Page 14: Makalah Bisnis Int-2

nilai barang yang ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk

memproduksinya.

2.      Teori Heckscher-Ohlin (H-O)

Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,

negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor

produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan

melakukan perdagangan dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari

keunggulan komparatif adalah:

a.       Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu negara.

b.      Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi, apakah labor

intensity atau capital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama

adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama. Dan

kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. Menurut

teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu

titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan

biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan

berikut:

a.       Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor

produksi yang dimiliki masing-masing negara.

b.      Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan

ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

c.       Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor

barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan

murah untuk memproduksinya.

d.      Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena negara

tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.

e.       Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki

masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga

perdagangan internasional tidak akan terjadi. Teori Perdagangan Internasional modern

dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933)

mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu

Page 15: Makalah Bisnis Int-2

dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori

H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong

munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan

internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor

produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini

tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-

O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan

produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena

adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-

masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang

dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .The Proportional Factor

Theory.. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah

dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor

barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara

tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.

Hipotesis Teori H-O

Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan

dikemukakan hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:

1.     Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor di tiap negara

turun.

2.     Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau proporsi faktor

produksi yang dimiliki masing-masing negara.

3.     Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara cenderung

sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg sama.

4.     Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara yang kaya Labor.

5.      Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor

barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan

murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara yang kaya kapital maka ekspornya padat

kapital dan impornya padat karya, sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan

impornya padat kapital.

Page 16: Makalah Bisnis Int-2

Kelemahan Asumsi Teori H-O

Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan

internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:

a.       Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam

memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering menggunakan

teknologi yang berbeda.

b.      Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih menjadi

masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk negara industri yang

bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang belum bisa dijelaskan dengan

model faktor endowment H-O.

c.       Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara

internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang menghasilkan

kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya adalah hal ini merupakan

modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model H-O.

d.      Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika melakukan

perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang masih memproduksi

komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.

Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB diyakini sebagai indikator ekonomi terbaik dalam menilai perkembangan

ekonomi suatu negara. Perhitungan pendapatan nasional ini mempunyai ukuran makro utama

tentang kondisi suatu negara. Pada umumnya perbandingan kondisi antar negara dapat dilihat

dari pendapatan nasionalnya sebagai gambaran, Bank Dunia menentukan apakah suatu

negara berada dalam kelompok negara maju atau berkembang melalui pengelompokan

besarnya PDB, dan PDB suatu negara sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa

dalam perekonomian (Herlambang,2001). Menurut Samuelson (2002), PDB adalah jumlah

output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. PDB

mengukur nilai barang dan jasa yang di produksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan

kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.

Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak

dimasukkan ke dalam PDB. Sebagai gambaran PDB Indonesia baik oleh warga negara

Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada di Indonesia tetapi tidak

Page 17: Makalah Bisnis Int-2

diikuti sertakan produk WNI di luar negeri (Herlambang, 2001). Sukirno (2002)

mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh

faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing. Sedangkan

Wijaya (1997) menyatakan bahwa

PDB adalah nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-

jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian dalam suatu periode waktu tertentu biasanya

satu tahun. Secara umum PDB dapat diartikan sebagai nilai akhir barang-barang dan jasa

yang diproduksi di dalam suatu negara selama periode tertentu (biasanya satu tahun).

PDB Atas Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar.

1)      PDB Harga Berlaku. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan

jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu menurut/berdasarkan harga

yang berlaku pada periode tersebut.

2)      PDB Harga Konstan. Pendapatan nasional pada harga konstan adalah nilai barang-barang

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode tertentu, berdasarkan harga yang

berlaku pada suatu tahun tertentu yang dipakai dasar untuk dipergunakan seterusnya dalam

menilai barang-barang dan jasa yang dihasilkan pada periode/tahun berikutnya. Pendapatan

nasional pada harga konstan = Pendapatan Nasional riil. Menurut Mulyono dalam Hanton

(2002),

C. Teori Konsumsi

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh

rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan

pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang

kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang

diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan

barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-

dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi kasual. Pertama dan

terpenting, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal

propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah

antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal merupakan rekomendasi

Page 18: Makalah Bisnis Int-2

kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan

fiskal, untuk mempengaruhi

perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik

antara pendapatan dan konsumsi.

Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut

kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika

pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia barharap orang

kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si

miskin.

Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang

penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa

pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Kesimpulannya bahwa

pengaruh jangka pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari

pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Berdasarkan tiga dugaan ini,

persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003):

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ................................................................ (2.1)

Keterangan:

C = konsumsi

Y = pendapatan disposebel

a = konstanta

b = kecenderungan mengkonsumsi marginal

B.      Teori Pajak

Teori klasik tentang sistem perpajakan yang baik dimulai sejak Adam Smith dalam

bukunya .The Wealth of Nations. (Waluyo, 2006) yang menyatakan bahwa penungutan pajak

hendaknya didasarkan pada:

a.      Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang pribadi yang

harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan

manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang

untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

Page 19: Makalah Bisnis Int-2

b.      Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,

wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang

terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

c.       Convenience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat

yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat wajib pajak

memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn.

d.      Economy

Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak

diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak. Azas

keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal ini

merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam pembuatan

kebijakan perpajakan. Musgrave Laksana (2001) memberikan pandangan yang adil tentang

distribusi beban pajak, beban administrasi dan pengaruh insentif pajak terhadap penerimaan

pajak. Diantara keempat azas di atas, Musgrave juga menekankan pada tiga azas lainnya

yaitu: azas netralitas (neutrality), azas perbaikan (reformation), dan azas kestabilan dan

pertumbuhan (growth and stability).

Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari

pajak langsung dan pajak tak langsung. Menurut Nafziger (1990) dalam Yuzrat and

Makhfatih (Nasution, 2003) menyebutkan bahwa proporsi

PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang lebih rendah daripada pajak

langsung dari negara-negara maju. Hal ini dikarenakan pada negara-negara yang sedang

berkembang lebih rendah golongan berpenghasilan tingginya. Dalam perkembangannya akan

terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai

dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan

perkapita penduduknya. Dalam jangka panjang peranan pajak langsung akan semakin penting

seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan ditunjang pula dengan

teknologi canggih menuju era globalisasi. Selain berfungsi sebagai pemerataan karena

struktur tarifnya bersifat progresif, perkembangan hubungan internasional yang semakin maju

kearah liberal dan global mengharuskan pemerintah untuk menurunkan tarif impornya dalam

rangka peningkatan daya saing ekonomi domestic di ekonomi dunia. Konsekuensinya

Page 20: Makalah Bisnis Int-2

penerimaan pajak tidak langsung akan menjadi turun. Alternatifnya adalah memobilisasi

penerimaan pajak yang bertumpu pada pajak langsung seperti pajak penghasilan.

Kesimpulan :

Fenomena-fenomena perdagangan internasional memicu pada semakin berkembangnya teori-teori perdagangan internasional sebagai bagian dalam bisnis internasional. Perdagangan internasional terjadi sebagai dampak keterbatasan setiap negara untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, seperti keterbatasan faktor produksi, teknologi, masalah nilai tukar ataupun efisiensi produksi. Dengan demikian terdapat beberapa teori perdagangan internasional yang menjelaskan bagaimana proses perdagangan internasional tersebut dapat terjadi serta masalah-masalah kompleks yang ada di dalamnya. Donald (2009) dalam tulisannya menguraikan beberapa teori perdagangan internasional, diantaranya: Merkantilisme, teori klasik (absolute advantage), comparative advantage, teori Heckscher-Ohlin, Paradoks Leontief, International Product Life Cycle Theory (IPLC), competitive advantage, overlapping demand, economic of scale & Experience curve, dan First Mover theory.

Pertama, teori merkantilisme merupakan teori yang berkembang pada akhir abad ke-17 dengan asumsi bahwa kesejateraan suatu negara dihitung dengan akumulasi harta yang biasanya dalam bentuk emas. Dalam hal ini, pemerintah memiliki kekuasaan ekonomi untuk mengatur nilai ekspor lebih besar dibandingkan dengan nilai impor. Fokus akumulasi emas menyebabkan teori merkantilisme mengabaikan beberapa hal, yaitu spesialisasi dan ketidakseimbangan antara ekspor dan impor (Ajami 2006: 48).

Kedua, teori absolute advantage yang diperkenalkan oleh Adam Smith, dengan asumsi bahwa suatu negara hanya akan memproduksi suatu barang apabila terdapat keuntungan absolutnya. Sehingga, bisnis lintas batas terjadi jika terdapat dua negara yang masing-masing melakukan spesialisasi dan kemudian saling bertukar produksi.

Teori ketiga, diperkenalkan oleh David Richardo yaitu teori comparative advantage yang berasumsi bahwa dalam perdagangan internasional, produksi didasarkan pada efisiensi, sehingga walaupun satu negara memiliki keuntungan absolut dalam memproduksi dua barang tetapi, terdapat pertimbangan efisiensi yang memungkinkan produksi dilakukan hanya pada produksi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Ketiga, teori Heckscher-Ohlin yang mendasarkan perdagangan internasional pada ketersediaan faktor pendorong seperti lahan, tenaga kerja, modal, kewirausahaan dan penguasaan teknologi.

Negara akan memproduksi suatu barang lalu mengekspor jika ketersediaan faktor produksi untuk barang tersebut lebih banyak, sebaliknya keterbatasan faktor produksi untuk memproduksi suatu barang oleh negara dilakukan proses mengimpor. Keempat, paradoks Leontief sebagai teori yang menyanggah teori faktor pendorong, dengan asumsi bahwa

Page 21: Makalah Bisnis Int-2

faktor pendorong di setiap negara berbeda-beda dan selalu berubah. Kelima, teori International Product Life Cycle Theory (IPLC), dengan asumsi bahwa perdagangan terjadi didasarkan pada empat tingkat produksi, yaitu: inovasi, pertumbuhan, maturitas dan penurunan (Ajami 2006: 65).

Kelima, teori competitive advantage yang diperkenalkan oleh Michael Porter dengan asumsi bahwa keberhasilan interaksi perdagangan internasional dilihat dari empat elemen spesifik, seperti: ketersediaan faktor produksi, kondisi permintaan domestik, industri pendukung (menjaga keberlanjutan supply chain) dan strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Keenam, teori overlapping demand oleh Linder yang berasumsi bahwa tingkat pendapatan nasional berpengaruh pada permintaan barang dimana pendapatan tersebut dipengaruhi oleh selera konsumen (Ball 2009: 75).

Dengan demikian bisnis produksi manufaktur lebih banyak terjadi pada negara dengan tingkat pendapatan yang sama. Ketujuh, teori economic of scale & experience curve, di mana secara perlahan learning curve menjadi pedoman bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi secara lebih efisien. Dengan demikian, efisiensi produksi dapat terwujud dengan biaya yang lebih rendah tanpa harus mengkhawatirkan keterbatasan faktor produksi (Ball 2009: 77). Terakhir, teori First Mover dengan asumsi bahwa perusahaan yang pertama memasuki pasar akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menguasai pasar sehingga memungkinkan penguasaan akan economic of scale (Ball 2009: 77).

Teori-teori di atas juga menjadi dasar suatu negara untuk melakukan penanaman investasi asing. Dalam teori investasi internasional disebutkan bahwa investasi sebagai bagian dari alasan berpindahnya modal dari satu negara ke negara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat bunga mata uang (Ball 2009: 92). Pada competitive advantage, penanaman investasi adalah pengelolahan keuntungan yang lebih didapat dari pasar tidak sempurna (Ajami 2006: 53). Sehingga perusahaan tidak hanya harus mempertahankan kepemilikan produksi tetapi kemampuan untuk menciptakan dan mengeksploitasi di wilayah lain (Ball 2009: 96). Perkembangan perdagangan internasional memungkinkan semakin berkurangnya restriksi yang oleh IMF dianggap akan semakin meningkatkan kesejahteraan ekonomi global terutama dalam agrikultur (Ball 2009: 92).

Namun demikian, menurut penulis sendiri pengurangan bahkan penghilangan restriksi perdagangan dapat menjadi ancaman bagi negara-negara yang memiliki kualitas produksi yang rendah dan belum siap untuk menghadapi perdagangan internasional. Sedangkan penanaman investasi hanya akan menghasilkan keuntungan sepihak bagi investor dan merugikan negara penerima investasi terutama di negara-negara terbelakang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, terdapat banyak teori perdagangan internasional yang menjadi pertimbangan negara untuk melakukan perdagangan internasional termasuk di dalamnya melakukan investasi dengan maksud meningkatkan kesejahteraan ekonominya. Diantaranya adalah, teori merkantilisme, teori klasik (absolute advantage), comparative advantage, teori Heckscher-Ohlin, Paradoks Leontief, International Product Life Cycle Theory (IPLC), competitive advantage, overlapping demand, economic of scale & Experience curve, dan First Mover theory.

Page 22: Makalah Bisnis Int-2

DAFTAR PUSTAKA

Ball, Donald A, Bisnis Internasional 1, Teori-Teori Perdagangan Internasional,

Jakarta : Selemba Empat , 2000, hal.111-161

Michael Geringer J, dkk, Bisnis Internasional , Teori-Teori Perdagangan

Internasional, Jakarta : Selemba Empat , 2014, hal.78-108

Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Ekonomi Politik Internasional 1 : Konsep dan Teori, Refika Aditama, Bandung, 2006, hal. 41 bid, hal. 41

Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, hal. 10

Daniels, JD. et al., 2007. Chapter 6: International trade and FactorMobility Theory’ dalam International Business : Environments and Operations, 11nd Edition. NewJersey: Pearson Prentice Hal

Ajami, Riad A. et al., 2006. Chapter 3: Theories of Trade and Economic Development’dalam International Business : Theory and Practice, 2nd Edition. New York: M.E.Sharpe Inc.