Trafo CT Acc

26
BAB III TRANSFORMATOR CT & TANPA CT 3.1 Tujuan 1. Mengetahui prinsip kerja transformator CT dan tanpa CT. 2. Mengetahui penggunaan transformator CT dan tanpa CT. 3. Mengetahui perbedaan transformator CT dan tanpa CT. 3.2 Alat dan Bahan 1. Sumber tegangan AC. 2. Transformator CT 5 Ampere. 3. Transformator tanpa CT 3 Ampere. 4. Multimeter. 5. Jumper.

Transcript of Trafo CT Acc

Page 1: Trafo CT Acc

BAB III

TRANSFORMATOR CT & TANPA CT

3.1 Tujuan

1. Mengetahui prinsip kerja transformator CT dan tanpa CT.

2. Mengetahui penggunaan transformator CT dan tanpa CT.

3. Mengetahui perbedaan transformator CT dan tanpa CT.

3.2 Alat dan Bahan

1. Sumber tegangan AC.

2. Transformator CT 5 Ampere.

3. Transformator tanpa CT 3 Ampere.

4. Multimeter.

5. Jumper.

Page 2: Trafo CT Acc

3.3 Gambar Rangkaian

Gambar 3.1 Rangkaian trafo CT

Gambar 3.2 Rangkaian trafo CT

Gambar 3.3 Rangkaian trafo tanpa CT

Page 3: Trafo CT Acc

3.4 Langkah Percobaan

3.4.1 Transformator CT Sama Sisi

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Merangkai jumper ke transformator, terminal 1 menyambungkan

dengan CT dan terminal 2 menyambungkan 12 V pada sisi yang sama

dengan CT.

3. Mengukur tegangan pada transformator dengan menggunakan

multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

4. Melakukan langkah percobaan nomor 2 pada setiap terminal, dengan

urutan CT dengan 18 V, CT dengan 25 V, CT dengan 32 V, 12 V

dengan 18 V, 12 V dengan 25 V, 12 V dengan 32 V, 18 V dengan 25 V,

18 V dengan 32 V, dan 25 V dengan 32 V.

5. Mengukur tegangan pada transformator setiap pergantian terminal

dengan menggunakan multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

3.4.2 Transformator CT Beda Sisi

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Merangkai jumper ke transformator, terminal 1 menyambungkan

dengan 12 V dan terminal 2 menyambungkan 18 V pada sisi yang

berbeda.

3. Mengukur tegangan pada transformator dengan menggunakan

multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

4. melakukan langkah percobaan nomor 2 pada setiap terminal, dengan

urutan 12 V dengan 25 V, 12 V dengan 32 V, 18 V dengan 25 V, 18 V

dengan 32 V, dan 25 V dengan 32 V.

5. Mengukur tegangan pada transformator Setiap pergantian terminal

dengan menggunakan multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

Page 4: Trafo CT Acc

3.4.3 Transformator Tanpa CT

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. merangkai jumper ke transformator, terminal 1 menyambungkan

dengan 0 V dan terminal 2 menyambungkan 6 V.

3. mengukur tegangan pada transformator dengan menggunakan

multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

4. Melakukan langkah percobaan nomor 2 dengan mengkombinasikan

setiap terminal sampai menghasilkan 36 kombinasi terminal.

5. Mengukur tegangan pada transformator dengan menggunakan

multimeter dan mencatat pada tabel percobaan.

Page 5: Trafo CT Acc

3.5 Data Percobaan

Tabel 3.1 Pengukuran Tegangan Transformator CT Sama Sisi

Terminal 1 Terminal 2 Tegangan (V)

CT 12 12,618 19,225 27,532 35,6

12 18 6,025 14,232 22,3

18 25 7,732 15,9

25 32 7,7

Tabel 3.2 Pengukuran Tegangan Transformator CT Beda Sisi

Terminal 1 Terminal 2 Tegangan (V)

12 18 32,325 40,532 48,8

18 25 47,132 55,5

25 32 72,0

Page 6: Trafo CT Acc

Tabel 3.3 Pengukuran Tegangan Transformator Tanpa CT

Terminal 1 (V)

Terminal 2 (V) Tegangan (V)

0 6 6,29 9,312 12,815 16,218 19,520 2225 27,430 33

6 9 2,812 6,215 9,418 12,820 15,225 20,430 26,5

9 12 3,015 6,218 9,420 11,825 17,130 23,2

12 15 2,718 6,220 8,325 14,030 19,5

15 18 3,020 5,025 10,730 16,2

18 20 1,825 7,630 12,7

20 25 5,230 10,6

25 30 5,0

Page 7: Trafo CT Acc

3.6 Analisis dan Pembahasan

3.6.1 Transformator CT Sama Sisi

Gambar 3.4 Rangkaian trafo CT sama sisi

Transformator yang memiliki titik center tap, titik center tap adalah

titik tengah lilitan sekunder pada transformator CT yang dihubungkan

keluar lilitan dan bersifat sebagai sebagai ground.Transformator CT hanya

menggunakan 2 dioda untuk proses penyearahan arus listrik.

Kawat pada transformator CT lebih kecil dibandingkan dengan

transformator biasa (untuk daya yang sama) atau arus maksimum yang

dapat dialirkan 1 gulungan pada transformator CT hanya 1/2 arus

maksimum transformator biasa, oleh karena itu Transformator ini yang

berfungsi untuk mengubah arus besar menjadi arus kecil, sehingga dapat

diukur dengan amperemeter.

Page 8: Trafo CT Acc

3.6.1.1 Transformator CT Sama Sisi

Rumus Perhitungan

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

Perhitungan

CT dengan 12 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 12 - 0

= 12 V

CT dengan 18 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 18 – 0

= 18 V

CT dengan 25 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 25 – 0

= 25 V

CT dengan 32 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 32 – 0

= 32 V

12 V dengan 18 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 18 – 12

= 6 V

12 V dengan 25 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 25 – 12

= 13 V

12 V dengan 32 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 32 – 12

= 20 V

Page 9: Trafo CT Acc

18 V dengan 25 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 25 – 18

= 7 V

18 V dengan 32 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 32 – 18

= 14 V

25 V dengan 32 V

Hasil ukur = ¿ terminal2−terminal1∨¿

= 32 – 25

= 7 V

Tabel 3.4 Pengukuran dan Perhitungan Tegangan Transformator CT Sama Sisi

Terminal 1 Terminal 2

HasilPengukuran (V) Perhitungan (V)

CT 12 12,6 1218 19,2 1825 27,5 2532 35,6 32

12 18 6,0 625 14,2 1332 22,3 20

18 25 7,7 732 15,9 14

25 32 7,7 7

Berdasarkan tabel diatas perbedaan perhitungan dengan pengukuran

tidak terlalu jauh. Namun data pengukuran lebih besar daripada data

perhitungan. Hal ini disebabkan karena tegangan sumber yang naik turun, jadi

saat pengukuran tegangan dari sumber sedang naik.

Page 10: Trafo CT Acc

3.6.1.2 Transformator CT Beda Sisi

Gambar 3.5 Rangkaian trafo CT beda sisi

Transformator yang memiliki titik center tap, titik center tap adalah

titik tengah lilitan sekunder pada transformator CT yang dihubungkan

keluar lilitan dan bersifat sebagai sebagai ground.Transformator CT hanya

menggunakan 2 dioda untuk proses penyearahan arus listrik.

Kawat pada transformator CT lebih kecil dibandingkan dengan

transformator biasa (untuk daya yang sama) atau arus maksimum yang

dapat dialirkan 1 gulungan pada transformator CT hanya 1/2 arus

maksimum transformator biasa, oleh karena itu Transformator ini yang

berfungsi untuk mengubah arus besar menjadi arus kecil, sehingga dapat

diukur dengan amperemeter.

Rumus Perhitungan

Hasil ukur = ¿ terminal1+terminal 2∨¿

Perhitungan

12 V dengan 18 V

Hasil ukur = ¿ terminal1+terminal 2∨¿

= 12 + 18

= 30 V

12 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 1+ terminal2|

= 12 + 25

= 37 V

Page 11: Trafo CT Acc

12 V dengan 32 V

Hasil ukur = |terminal 1+ terminal2|

= 12 + 32

= 44 V

18 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal1+terminal 2|

= 18 + 25

= 43 V

18 V dengan 32 V

Hasil ukur = |terminal 1+ terminal2|

= 18 + 32

= 50 V

25 V dengan 32 V

Hasil ukur = |terminal 1+ terminal2|

= 25 + 32

= 57 V

Tabel 3.5 Pengukuran dan Perhitungan Tegangan Transformator CT Beda Sisi

Terminal 1 Terminal 2

HasilPengukuran (V) Perhitungan (V)

12 18 32,3 3025 40,5 3732 48,8 44

18 25 47,1 4332 55,5 50

25 32 72,0 57

Berdasarkan tabel diatas perbedaan perhitungan dengan

pengukuran tidak terlalu jauh. Data pengukuran lebih besar daripada data

perhitungan. Perbedaan ini disebabkan oleh tegangan sumber yang naik

turun, jadi saat pengukuran tegangan dari sumber sedang naik.

Page 12: Trafo CT Acc

3.6.2 Transformator Tanpa CT

Gambar 3.6 Rangkaian trafo tanpa CT

Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan

mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang

lain, melalui gandeng magnit berdasarkan pada prinsip elektromagnetik.

Trafo satu fasa tanpa CT sama seperti trafo pada umumnya hanya

penggunaannya untuk kapasitas kecil

Rumus Perhitungan

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

Perhitungan

0 V dengan 6 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 6 – 0

= 6 V

0 V dengan 9 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 9 – 0

= 9 V

0 V dengan 12 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 12 – 0

= 12 V

Page 13: Trafo CT Acc

0 V dengan 15 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 15 – 0

= 15 V

0 V dengan 18 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 18 – 0

= 18 V

0 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 0

= 20 V

0 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 0

= 25 V

0 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 0

= 30 V

6 V dengan 9 V

Hasil ukur = |te rminal2−terminal 1|

= 9 – 6

= 3 V

6 V dengan 12 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 12 – 6

= 6 V

6 V dengan 15 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 15 – 6

= 9 V

Page 14: Trafo CT Acc

6 V dengan 18 V

Hasil ukur = |ter minal2−terminal1|

= 18 -6

= 12 V

6 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 6

= 14 V

6 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 6

= 19 V

6 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 6

= 24 V

9 V dengan 12 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 12 – 9

= 3 V

9 V dengan 15 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 15 – 9

= 6 V

9 V dengan 18 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 18 – 9

= 9 V

9 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 9

= 11 V

Page 15: Trafo CT Acc

9 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 9

= 16 V

9 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 9

= 21 V

12 V dengan 15 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 15 – 12

= 3 V

12 V dengan 18 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 18 – 12

= 6 V

12 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 12

= 8 V

12 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 12

= 13 V

12 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 12

= 18 V

15 V dengan 18 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 18 – 15

= 3 V

Page 16: Trafo CT Acc

15 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 15

= 5 V

15 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 15

= 10 V

15 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 15

= 15 V

18 V dengan 20 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 20 – 18

= 2 V

18 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 – 18

= 7 V

18 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 18

= 12 V

20 V dengan 25 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 25 = 20

= 5 V

20 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 20

= 10 V

Page 17: Trafo CT Acc

25 V dengan 30 V

Hasil ukur = |terminal 2−terminal1|

= 30 – 25

= 5 V

Tabel 3.6 Pengukuran dan Perhitungan Tegangan Transformator Tanpa CT

Terminal 1 (V) Terminal 2 (V) HasilPengukuran (V) Perhitungan (V)

0 6 6,2 69 9,3 912 12,8 1215 16,2 1518 19,5 1820 22 2025 27,4 2530 33 30

6 9 2,8 312 6,2 615 9,4 918 12,8 1220 15,2 1425 20,4 1930 26,5 24

9 12 3,0 315 6,2 618 9,4 920 11,8 1125 17,1 1630 23,2 21

12 15 2,7 318 6,2 620 8,3 825 14,0 1330 19,5 18

15 18 3,0 320 5,0 525 10,7 1030 16,2 15

18 20 1,8 225 7,6 730 12,7 12

20 25 5,2 530 10,6 10

25 30 5,0 5

Page 18: Trafo CT Acc

Berdasarkan tabel diatas perbedaan perhitungan dengan pengukuran

tidak terlalu jauh. Perbedaan ini disebabkan oleh tegangan sumber yang naik

turun, jadi saat pengukuran tegangan dari sumber dimungkinkan sedang turun

dan juga bisa dimungkinkan sedang naik karena ketidak stabilan tersebut.

Page 19: Trafo CT Acc

3.7 Kesimpulan

1. Transformator CT memiliki jangkauan output yang lebih besar

dibandingkan transformator biasa karena nilai terminal outout trafo CT

dapat dijumlahkan apabila diletakan beda sisi sedangkan trafo biasa tidak

bisa.

2. Perbedaan perhitungan dan pengukuran tegangan output trafo disebabkan

sumber AC dari PLN yang tidak stabil kadang naik dan kadang turun.

3. Transformator CT berfungsi sama seperti transformator pada umumnya,

yaitu untuk menurunkan dan menaikan tegangan.

4. Semakin besar selisih terminal 2 dan terminal 1 pada transformator biasa,

maka semakin besar pula tegangan yang dihasilkan