Infertilitas Pria

10
INFERTILITAS PRIA Definisi Infertilitas Infertilitas adalah ketidakmampuan memiliki keturunan sekurang-kurangnya dalam satu tahun dengan frekuensi berhubungan seksual aktif sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi. 1 Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah keadaan infertil pada pasangan yang istrinya belum pernah hamil walaupun aktif berhubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi. Infertilitas sekunder adalah keadaan infertil pada pasangan yang istrinya sudah pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun aktif berhubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi. Fisiologi Reproduksi pada Pria Kemampuan seorang pria untuk memberikan keturunan tergantung pada kualitas sperma yang dihasilkan oleh testis dan kemampuan organ reproduksi untuk menghantarkan sperma bertemu dengan sel telur. Sperma dihasilkan oleh testis melalui rangsangan dari organ-organ pretestikuler melalui sumbu hipotalamo-hipofisis-gonad. Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis dan berlangsung kurang lebih 74 hari. Pada spermatogenesis, hipotalamus mengeluarkan GnRH yang merangsang hipofisis untuk mengeluarkan

description

urologi

Transcript of Infertilitas Pria

Page 1: Infertilitas Pria

INFERTILITAS PRIA

Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan memiliki keturunan sekurang-kurangnya dalam satu

tahun dengan frekuensi berhubungan seksual aktif sedikitnya empat kali seminggu tanpa

kontrasepsi.1 Jenis infertilitas ada dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder.

Infertilitas primer adalah keadaan infertil pada pasangan yang istrinya belum pernah hamil

walaupun aktif berhubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi. Infertilitas sekunder adalah

keadaan infertil pada pasangan yang istrinya sudah pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi

kehamilan lagi walaupun aktif berhubungan seksual tanpa usaha kontrasepsi.

Fisiologi Reproduksi pada Pria

Kemampuan seorang pria untuk

memberikan keturunan tergantung pada kualitas

sperma yang dihasilkan oleh testis dan

kemampuan organ reproduksi untuk

menghantarkan sperma bertemu dengan sel

telur. Sperma dihasilkan oleh testis melalui

rangsangan dari organ-organ pretestikuler

melalui sumbu hipotalamo-hipofisis-gonad.

Proses pembentukan sperma ini dinamakan spermatogenesis dan berlangsung kurang lebih 74

hari. Pada spermatogenesis, hipotalamus mengeluarkan GnRH yang merangsang hipofisis untuk

mengeluarkan FSH dan LH. FSH merangsang tubuli seminiferi dan LH melakukan pengaturan

terhadap produksi hormon testosteron oleh sel- sel Leydig. Spermatogenesis berlangsung di

dalam testis dimulai dari diferensiasi spermatogonium yang terdapat pada membrana basal

tubulus seminiferus testis. Spermatogonium kemudian mengalami mitosis, meiosis, dan

mengalami transformasi menjadi spermatozoa. Sel spermatogonium mengalami mitosis menjadi

sel diploid spermatosid I (mempunyai 46 kromosom) dan mengalami meiosis menjadi sel-sel

haploid spermatosid II (mempunyai 23 kromosom), dan selanjutnya mengalami mitosis menjadi

sel-sel spermatid. Sel spermatid kemudian akan mengalami transformasi menjadi spermatozoa

sehingga terbentuk akrosom dan flagella serta hilangnya sebagian sitoplasma. Proses

Page 2: Infertilitas Pria

transformasi pembentukan spermatozoa yang akan disalurkan ke epididimis disebut

spermiogenesis. 1,2

Sperma yang dibentuk di tubuli seminiferi terkumpul di rete testis, yang kemudian

disalurkan ke epididimis melalui duktus eferentes. Kemudian sperma mengalami maturasi

sehingga mampu bergerak, disimpan beberapa saat di kauda epididimis dan selanjutnya dialirkan

melalui vas deferens untuk disimpan di ampula duktus deferens. Sperma kemudian dikeluarkan

dari organ reproduksi pria melalui proses ejakulasi. Proses ini diawali dari fase emisi yaitu

terjadinya kontraksi otot vas deferens dan penutupan leher buli dibawah control saraf simpatetik.

Proses ini menyebabkan sperma beserta cairan vesikula seminalis dan cairan prostat terkumpul di

dalam uretra posterior dan siap untuk disemprotkan keluar dari uretra. Proses ejakulasi terjadi

karena adanya dorongan ritmik dari kontraksi otot bulbo kavernosus. Komposis cairan semen

yaitu spermatozoa (1%), cairan vesikula seminalis (50- 55%), cairan prostat (15- 20%), dan

cairan dari epididimis dan vas deferens. Setelah berada dalam vagina, sperma masih dapat hidup

hingga 36- 72 jam. 1

Gambar 1. Proses Spermatogenesis

Page 3: Infertilitas Pria

Gambar 2. Anatomi Testis

Etiologi

Keadaan infertilitas pria dapat disebabkan oleh karena kelainan- kelainan yang terdapat

pada fase pre testikuler, testikuler, pasca testikuler. 1 Kelainan pre testikuler merupakan kelainan

yang terjadi pada saat perangsangan proses spermatogenesis. Kelainan pre testikuler dapat

disebabkan adanya kelainan pada hipotalamus, defisiensi hormone gonadotropin, kelainan

hipofisis (akibat tumor, radiasi, atau operasi), hiperprolaktinemia, hemokromatosis, dan terapi

hormon yang berlebihan. Selanjutnya kelainan testikuler merupakan kelainan yang

mempengaruhi proses spermatogenesis pada testis. Kelainan testikuler meliputi anomali

kromosom, anorkhismus bilateral, penggunaan obat yang bersifat gonadotoksin, orkitis, trauma

testis, penyakit sistemik (seperti gagal ginjal, gagal hepar, anemia sel sabit), kriptorkismus,

varikokel. Yang terakhir adalah kelainan pasca testikuler dimana terdapat kelainan pada proses

transportasi sperma hingga terjadi fertilisasi. Kelainan pasca testikuler antara lain gangguan

transportasi sperma, kelainan kongenital (tidak terbentuknya vesikula seminalis atau vas

deferens), obstruksi vas deferens/ epididimis akibat infeksi atau vastektomi, disfungsi ereksi,

gangguan emisi, dan gangguan ejakulasi, kelainan fungsi dan motilitas sperma, kelainan bawaan

ekor sperma, gangguan maturasi sperma, kelainan imunologik, dan infeksi. 1,3

Page 4: Infertilitas Pria

Evaluasi dan diagnosis

Evaluasi kasus inferitilitas harus dilakukan secara komprehensif bersama ahli obstetri dan

ginekologi yang bertujuan untuk mencari kemungkinan adanya kelainan dari pihak isteri.

Evaluasi dari pihak pria meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan

penunjang.

Anamnesis

Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah mengenai riwayat seksual, riwayat

penyakit dahulu yang pernah diderita, dan riwayat reproduksi isri. Pada riwayat seksual perlu

ditanyakan mengenai frekuensi senggama, potensi seksual, penggunaan obat-obatan seperti

lubrikan pada saat senggama. Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan adalah ada atau

Page 5: Infertilitas Pria

tidaknya penyakit sistemik, riwayat pemakaian obat-obatan jangka lama, riwayat operasi,

pekerjaan, dan riwayat kebiasaan seperti perokok, alkoholik, paparan radiasi, dan pestisida.

Libido maupun potensi seksual yang lemah mengurangi kemampuan sperma mengumpul di

vagina, sedangkan penggunaan pelicin sewaktu senggama dapat mengurangi motilitas sperma

seperti pada pemakaian air ludah/ saliva, dan bahkan dapat membunuh sperma seperti pada

pemakaian jeli KY. 1

Tindakan pembedahan seperti herniorafi, pembedahan pada pelvis dan rongga

retroperitoneal yang pernah dijalani pada masa lalu dapat pula mempengaruhi sistem reproduksi.

Penyakit sistemik dapat juga menurunkan kualitas testis dan mengurangi potensi seksual. Infeksi

gonore atau tuberkulosis pada masa lalu menyebabkan pembuntuan vas deferens, epididimis,

maupun duktus ejakulatorius. Demikian pula serangan parotitis akut yang diderita pada usia

pubertas dapat menyebabkan kerusakan testis. Testis yang pernah mengalami torsio, trauma serta

didapatkannya varikokel atau kriptokrismus dapat memengaruhi spermatogenesis. Disamping itu

torsio atau trauma pada testis dapat menyebabkan raksi imunitas testis akibat rusaknya blood

testis barrier. Pemakaian obat-obatan nitrofurantoin, simetidin, kokain, nikotin, dan marijuana

dapat menurunkan kemampuan spermatogenesis. Pada pemakaian steroid dalam jangka waktu

lama dapat menimbulkan hipogonadotropik hipogonadisme yang menghambat spermatogenesis.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dilakukan penilaian apakah terdapat kelainan sistemik atau

endokrinologi yang mempengaruhi proses spermatogenesis dan proses transportasi sperma.

Penampilan pasien perlu dinilai apakah tampak feminin seperti badannya tumbuh besar,

pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, dan badan yang jarang, dan organ genitalia yang

ukurannya kecil. Dicari kelainan lainnya seperti ginekomastia, anosmia, galaktore, dan gangguan

lapangan penglihatan yang terdapat pada tumor hipofisis. Pemeriksaan genitalia pria meliputi

testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat, dan penis. Pada palpasi testis,

diperhatikan konsistensi dan ukurannya. Panjang testis diukur dengan kaliper, sedangkan volume

testis diukur dengan orkidometer atau ultrasonografi. Panjang testis orang dewasa normal adalah

lebih dari 4cm dengan volume 20 ml. Testis yang mengecil merupakan tanda adanya kerusakan

tubulus seminiferus. Dicari pula kemungkinan adanya varikokel yang dapat mempengaruhi

kualitas maupun kuantitas sperma. Epididimis diperiksa mulai dari kaput, korpus, dan kauda.

Page 6: Infertilitas Pria

Adanya obstruksi pada epididimis ditandai dengan adanya jaringan fibrosis yang teraba seperti

tasbih akibat infeksi kuman tuberkulosis. Tidak didapatkannya vas deferen pada kedua sisi perlu

dipikirkan adanya kelainan bawaan atau congenital bilateral absent of the vas deferens yang

menyebabkan kegagalan dalam transportasi sperma. 1

Gambar 3. Penemuan Fisik pada Sindroma Klinefelter

Untuk mencari keberadaan dan adanya kelainan pada vesikula seminalis serta kelenjar

prostat, dilakukan colok dubur atau ultrasonografi transrektal. Tidak didapatkannya vesikula

seminalis mungkin disebabkan karena kelainan bawaan. Prostat yang teraba keras, besar, dan

nyeri merupakan tanda dari prostatitis. Pada penis diperhatikan adanya hipospadi atau korda

yang keduanya dapat mempengaruhi kemampuan pengumpulan sperma di vagina.

Gambar 4. Penemuan Fisik pada Varikokel

Page 7: Infertilitas Pria

Gambar 5. Penemuan Fisik pada Hipospadia

Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan kimia klinik rutin untuk mencari

kemungkinan adanya kelainan sistemik, pemeriksaan analisis semen, pemeriksaan hormon untuk

menilai fungsi sumbu hipotalamo-hipofisis-gonad, uji fungsi sperma, biopsi testis dan beberapa

pemeriksaan imunologik yang mungkin diperlukan untuk membantu mencari penyebab fertilitas.

Dibutuhkan juga pemeriksaan pencitraan antara lain ultrasonografi Doppler guna membantu

mencari adanya varikokel, vasografi untuk menilai patensi saluran vas deferens/ duktus

ejakulatorius, dan ultrasonografi transrektal untuk mencari keberadaan vesikula seminalis. 1,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. 3rd ed. Jakarta:Sagung Seto. 2012. p. 305- 15.

2. Tanagho EA, McAninh JW. Smith’s General Urology. 17th ed. New York: McGraw-Hill.

2008.

3. Jungwirth A, Diemer T, Dohle GR, Giwercman A, Kopa Z, Krausz C, Tournaye H.

Guidelines on Male Infertility. Accessed in January 3rd 2014. Available at:

http://www.uroweb.org/gls/pdf/15_Male_Infertility_LR%20II.pdf.