Infeksi Virus Pada Saluran Pernapasan

52
INFEKSI VIRUS PADA SALURAN PERNAPASAN OLEH ARIP SEPTADI Pembimbing dr. H. Uun Unaedi, Sp.P REFERAT

Transcript of Infeksi Virus Pada Saluran Pernapasan

INFEKSI VIRUS PADA SALURAN PERNAPASAN

INFEKSI VIRUS PADA SALURAN PERNAPASANOLEHARIP SEPTADIPembimbingdr. H. Uun Unaedi, Sp.PREFERATPENDAHULUANInfeksi saluran napasdampak signifikan pada kesehatan diseluruh duniaSebagian besar oleh virus (80% dari ISPA di AS)Infeksi virus infeksi bakteri (10-50%)Rawat karena Infeksi RSV 100.000/tahun di ASEpidemiInfluenza mortalitas 36.000/tahunRSV 11.000/tahunNegara berkembang : mortalitas balita 2 juta/tahunPeltola & Ruuskanen. Clinical Infectious Disease : Respiratory Viral Infections in Developing Countries: Common, Severe, and Unrecognized. Oxford Journal, 2007.Ryan, Ray. Sherris Medical Microbiology. 4th edition. The McGraw Hill companies. 2004.DEFINISIInfeksi yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran pernapasan mulai dari hidung sampai ke alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura), dimana mikroorganisme penyebabnya adalah virus.

KEMENKES RI. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. 2012. Asal Evolusi VirusAsam nukleat DNA dan RNA pejamu yang dapat bereplikasi secara otonomDegenerasi parasit intraselularJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Faktor RisikoUsiaPolusi Udara dan Paparan Asap RokokStatus Ekonomi RendahFrekuensi Kontak dengan Binatang PeliharaanBerat Badan Lahir RendahPenyapihan DiniMalnutrisiKonsumsi AlkoholJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Antonius, Roni. Faktor Risiko infeksi Respiratorik Akut Bawah pada Anak di RSUP dr Kariadi. Tesis. 2009. Robbins. Buku Ajar Patologi. Paru dan Saluran Napas Atas. Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC, 2007.PatogenesisMasuknya virus dan replikasi primerPenyebaran virus dan tropisme selCedera sel dan penyakit klinisPenyembuhan dari infeksiPelepasan virusJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Pertahanan PejamuPertahanan Pejamu di ParuLokasiMekanisme Pertahanan PejamuNasofaringRambut hidungTurbinatusPerangkat mukosiliaSekresi IgAOrofaringAir liurPengelupasan sel epitelPembentukan komplemen lokalInterferensi dan flora residenTrakea, BronkusBatuk, reflek epiglotisPercabangan jalan napas yangbersudut tajamPerangkat mukosiliaPembentukan imunoglobulin (IgG, IgM, IgA)Saluran Napas Terminal, AlveolusCairan yang melapisi alveolus(surfaktan, imunoglobulin, komplemen, fibronektin)Sitokin (interleukin 1, faktor nekrosis tumor)Makrofag alveolusLeukosit polimorfonukleusImunitas selularRobbins. Buku Ajar Patologi. Paru dan Saluran Napas Atas. Volume 2 Edisi 7. Jakarta : EGC, 2007.Respon Imun PejamuRespon imun nonspesifik interferonImunitas selular dan humoral spesifikLimfosit dan sel mononuklearProtein kode pada selLimfosit sitotoksikJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.EtiologiRhinovirusVirus korona pernapasan (CoV-SARS)Virus sinsitial pernapasan (RSV)Virus parainfluenzaVirus influenzaAdenovirusJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.SindromGejala UtamaVirus Penyebab TerseringBayiAnak-anakDewasaSelesmaObstruksi hidungDischarge hidungRinoAdenoRinoAdenoRinoKoronaFaringitisNyeri tenggorokAdenoHerpes simplekAdenoCoxsackieAdenoCoxsackieLaringitis/croupSuara serangBatuk menggonggongParainfluenzaInfluenzaParainfluenzaInfluenzaParainfluenzaInfluenzaTrakeobronkitisBatukParainfluenzaInfluenzaParainfluenzaInfluenzaParainfluenzaAdenoBronkiolitisBatuk, dispneaRSVParainfluenzaJarangJarangPneumoniaBatukNyeri dadaRSVInfluenzaInfluenzaAdenoInfluenzaJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.RhinovirusVirus RNAReplikasi maksimum pada suhu 33CKapsid : VP1,VP2,VP3,VP4Masuk melalui saluran napas atas (ICAM 1)Aktivasi bradikininsekret hidung meningkatSakit tenggorokanJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Bloqvist, Soile. Epidemiology of Human Rhinoviruses. Department of Microbiology. Helsinki, 2004. Fuji et al. Detection of Human Rhinovirus C Viral Genome in Blood among Children with Severe Respiratory Infections in the Philippines. Medical Journal.

Davidson. The Influenza (Flu) Virus. Florida State University. 2007. Medical Article.Inkubasi 2-4 hari, infeksi akut 7 hariBatuk tidak produktifHiposmiaGejala konstitusionalInfeksi sekunderOtitis mediaSinusitisBronkitispneumonitisJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Bloqvist, Soile. Epidemiology of Human Rhinoviruses. Department of Microbiology. Helsinki, 2004. Pengobatan dan PengendalianInterferon alfaPleconarilRussel & Laessig. Safety and Efficacy Evaluation of Pleconaril for Treatment of the Common Cold. Oxford Journal, 2003.KoronavirusInfeksi Koronavirus biasanya terbatas pada saluran napas atasDestruksi sel epitel bersiliaSARS-CoV severe acute respiratory syndromeMenyebabkan infeksi saluran napas atas sampai saluran napas bawah dan disertai gastroenteritis.

Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Collier, Oxford. Human Virology. Second Edition. Oxford University Press. 2000. Gejala KlinisBatuk-pilekMalaise, biasanya tidak diikuti dengan demam, pada orang dewasaMasa inkubasi 2-5 hari, biasanya gejala berlangsung satu mingguSaluran pernafasan bagian bawah biasanya jarang terlibat.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Diagnosis LaboratoriumUji CFELISAHemaglutinasi.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Pengobatan dan PengendalianPengobatan sama dengan rhinovirusPengendalian denganIsolasi pasienKarantina orang yang telah terpajanPenggunaan sarung tangan oleh tenaga kesehatanJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Respiratory Synsitial Virus (RSV)Penyebab paling penting infeksi saluran napas bawah pada bayi dan anak-anakMengakibatkan sekitar separuh kasus bronkiolitis dan seperempat penumonia pada bayiReplikasi virus menyebabkan fusi sel yang bersebelahan membentuk sinsitia besar berinti banyakJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Collier, Oxford. Human Virology. Second Edition. Oxford University Press. 2000. GejalaBatuk pilek (dewasa)Bronkitis demam pada bayi dan anak-anak, serta pneumonia bayi hingga bronkiolitisReinfeksi lazim terjadi pada anak-anak maupun orang dewasaPenyebab penting dari otitis mediaJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.LaboratoriumIsolasi dan identifikasi virusperkembangan sel raksasa dan sinsitia dalam biakan terinokulasiDiagnosa pasti identifikasi antigen virus immunofluoresensi atau menggunakan ELISASerologiImmunofluoresensiELISACFNt. Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.PengobatanPerawatan suportifPemberian ribavirin aerosol selama 3-6 hari dapat mengurangi simptomPemberian globulin imun dengan titer antibodi yang tinggiJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.ParainfluenzaPenyebab sepertiga dari keseluruhan kasus infeksi saluran pernapasanLaki-laki > perempuanPenularan melalui kontak dan dropletInfeksi hidung dan tenggorokan meluas sampai bronkiolusParija, Marrie. Parainfluenza virus. Medical Article. Oct 2012. [Cited 2014 March 13]; available from: http://emedicine.medscape.com/article/224708-overviewDiagnosisInkubasi 7-10 hariBatuk spasmodik ringanInfeksi primer berupa rinitis dan faringitislaringotrakeobronkitis dan batuk pilek (terutama pada tipe 1 dan 2)bronkiolitis dan pneumonia (terutama pada tipe 3)Uji laboratoriumIsolasi dan identifikasi virus. Serologi

Ryan, Ray. Sherris Medical Microbiology. 4th edition. The McGraw Hill companies. 2004.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Pengobatan dan PencegahanRibavirin aerosol partikel kecilVaksin virus mati secara in vitro dapat menginduksi antibodi serum tetapi tidak melindungi terhadap infeksiJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.InfluenzaAda tiga tipe imunologik dari virus influenza yaitu tipe A, B dan CTipe A paling sering menyebabkan epidemiPerubahan antigenik terus menerus terjadi dalam kelompok tipe A dari virus influenzaStrain influenza A juga dikenal pada babi, kuda dan burungJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.

Davidson. The Influenza (Flu) Virus. Florida State University. 2007. Medical Article. [Cited 2014 March 13]; available from: http://micro.magnet.fsu.edu/cells/viruses/influenzavirus.htmlPenyebaran virus melalui kontak atau dropletInkubasi 1-4 hariEpitelVirus influenzaIgAReflek batukPenyebaran virionSiklus Replikasi diulangiJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.KlasifikasiAvian influenzaSwine influenzaAvian InfluenzaGejala timbul mendadakMenggigilSakit kepalaDemam tinggiNyeri otot menyeluruhMalaiseanoreksiaKomplikasi pneumonia

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Definisi KasusDepkes 2007Penderita dengan penyelidikanSetiap penderita dengan demam (temperatur 38C) dan satu atau lebih tanda berikut :BatukNyeri tenggorokanSesak napasMasih dalam Pengawasan klinis dan pemeriksaan laboratoriumM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kasus SuspekSuhu 38C disertai satu atau lebih gejala yaitu batuk sakit tenggorokan, pilek dan/atau sesak napas. Selain itu jugaKontak erat dengan penderitaKontak erat dengan unggas atau produknyaditemukan leukopeniaditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji H1 menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa subtipefoto rontgen dada/toraks menggambarkan penumonia yang cepat memburuk pada serial foto

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kasus Probable Avian InfluenzaKriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4 kali dengan pemeriksaan uji KI menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.Hasil laboratoirum terbatas untuk influenza H5 menggunakan uji netralisasi (dikirim ke laboratorium rujukan) ATAU Seseorang yang meninggal karena penyakit saluran nafas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, dan secara epidemiologis menurut waktu, tempat dan pajanan berhubungan dengan kasus probabel atau kasus konfirmasi

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kasus Confirmed Avian InfluenzaSeseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau kasus probabel dan sisertai hasil positif salah satu hasil pemeriksaan laboratorium berikut:Isolasi virus influenza A/H5N1 positifPCR Influenza A/ H5N1 positifpeningkatan 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari specimen konvaselen dibandingkan dengan specimen akut (diambil 7 hari setelah muncul gejala penyakit), dan titer antibodi neteralisasi konvalesen harus pula 1/80.titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke- 14 atau lebih setelah muncul gejala penyakit (onset), disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda 1/160 atau western blot spesifik H5 positif.

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Swine InfluenzaMasa inkubasi 1-5 hari, dengan gejala klinisbatuk (98%)panas badan (96%)lemah badan (89%)nyeri kepala (82%)nyeri telan (82%)pilek (82%)kedinginan (80%)diare (48%)sesak (48%)nyeri sendi (46%)dikenal dengan ILI (influenza Like Illness) yaitu demam > 39.8C satu atau lebih gejala batuk, nyeri telan, tanpa ditemukan penyebab lain selain influenza.M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Pembagian menurut WHO berdasarkan derajat :Kriteria ringan (rawat jalan dengan pengawasan)Tanpa gejala atau gejala minimalDemam tanpa sesakTidak didapatkan pneumoniaTidak didapatkan komorbidUsia muda

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kriteria sedang (rawat di ruang isolasi)Ada faktor komorbidSesak napasPneumoniaUsia tuaHamilKeluhan lain yang mengganggu : diare, muntah, tidak dapat makan dan minumM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kriteria berat (rawat di ICU)Pneumonia yang luasGagal napasSepsis SyokKesadaran menurunARDSMODSM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Definisi kasusKasus dugaan (suspek) : seseorang dengan gejala ILI disertai riwayat : Kontak dengan kasus konfirmasi influenza A baru H1N1 2009, 7 hari sebelum masuk rumah sakitBerkunjung ke daerah yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi virus influenza A baru H1N12009, 7 hari sebelum masuk rumah sakitBertempat tinggal di daerah 1 atau lebih kasus konfirmasiM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kasus Probableseseorang dengan gejala dugaan (suspek) dari hasil pemeriksaan laboratorium positif influenza A virus tetapi, tidak dapat mendeteksi subtipenya atau Gejala klinis sesuai dengan ILI yang meninggal oleh karena gagal napas akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi dengan kasus probable atau konfirmasiM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Kasus pasti (Konfirmasi) : seseorang dari hasil pemeriksaan laboratorium dipastikan terinfeksi oleh virus influenza A baru H1N1 2009, melalui satu atau lebih pemeriksaan :Real time (RT) PCRKultur virusPeningkatan 4 kali antibodi spesifik virus influenza A baru H1N1 dengan tes netralisasi

M. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.Pencegahan dan PengobatanAmantadin dan rimantadinPemberian obat-obatan bersifat suportifvaksinasiJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.AdenovirusInfeksi adenovirus biasanya bersifat subklinik, dan virus dapat menetap berbulan-bulan dalam tubuh manusia.Adenovirus bersifat sitopatik terhadap biakan sel manusia, terutama biakan primer ginjal dan biakan sel epitel. PembulatanPembesaranAgregasi sel yang terinfeksi membentuk rangkaian seperti anggur.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Pada setiap sel yang terinfeksi, dihasilkan sekitar 7000 partikel virus. Sebagian besar partikel ini tetap berada di dalam sel setelah siklus berakhir dan sel mejadi mati.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.4 sindrom yang berhubungan dengan adenovirusDemam faringitis akut Demam faringokonjungtiva Penyakit pernapasan akutPneumoniaJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.Virus dapat diperoleh dari tinja, urine, usapan tenggorok, konjungtiva dan usapan rektum. Biakan primer sel ginjal embrio manusia merupakan sel yang paling peka, tetapi biasanya sukar diperoleh.Adanya sel-sel yang membengkak membulat dan berkelompok menunjukkan adanya Adenovirus pada biakan yang dinokulasi.Jawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.PencegahanPencegahan pernah dilakukan vaksin virus hidup dikesatuan militerKlorinasi kolam renang dan air limbahJawetz et al. Mikrobiologi Kedokteran. Virologi. Edisi 23. Jakarta : EGC, 2008.OBAT-OBATANObat-obatan yang sering dipakai untuk influenzaAmantadin dan rimantadinDosis amantadin 2 100 mgrimantadin 2 150 mg.Inhibitor neuraminidaseZanamivir diberikan perinhalasi dengan dosis 20 mg perhari (2 5 mg, setiap 12 jam) selama 5 harioseltamivir diberikan peroral dengan dosis 150 mg perhari (75 mg kapsul setiap 12 jam) selama 15 hariRibavirinDosis peroral 800-1200 mg perhariFKUI. Farmakologi Dasar dan Terapi. Edisi Kelima. Jakarta : Gaya Baru, 2007.KOMPLIKASIOtitis mediaBronkitisBronkiolitisPenumonia bakteriSepsisMeningitisAbses intrakranialMiositisRabdomiolisisMeneghetti, Anne. Upper Respiratory Tract Infection. Medical Article, 2013. [Cited 2014 March 13]; available from: http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview#aw2aab6b2b6PROGNOSISusia penderita, jenis virus yang menyerang, ada atau tidaknya infeksi sekunder serta tatalaksana yang memadai.RSV bayi 40% asmakoronavirus dapat menyebabkan sindrom pernapasan akut beratVirus influenza yang jika tidak mendapat tatalaksana segera memiliki kecenderungan untuk mewabahM. Jusuf, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 2010.KESIMPULANInfeksi virus pada saluran pernapasan masih banyak dijumpai di tengah masyarakat.Gejala-gejala infeksi virus pada saluran napas berupa batuk, demam, lemah badan, sesak, nyeri sendi dan sebagainya yang hampir pernah dialami oleh semua orang.Berbahaya jika ada superinfeksi sekunder oleh bakteri atau terjadi distress pernapasan oleh infeksi virus korona. Umumnya infeksi virus dapat sembuh sendiri, meskipun demikian diagnosis dini pada infeksi avian dan swine influenza harus segera ditegakkan mengingat cepatnya penyakit tersebut mewabah dan dapat menyebabkan kematian.TERIMA KASIH