Infeksi Virus Pada Saluran Pencernaan
-
Author
eka-nuruli-cahyani -
Category
Documents
-
view
49 -
download
1
Embed Size (px)
description
Transcript of Infeksi Virus Pada Saluran Pencernaan

Makalah Virologi
Virus Penyebab Infeksi Pencernaan
Kelompok 7
Anis Sulistriyani
Dini Budiarti
Eka Nuruli Cahyani
Pamella Devi Sutedja
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas 3B D3 Analis Kesehatan

PEMBAHASAN
Penyakit infeksi virus pada saluran pencernan disebabkan oleh golongan virus
gastroenteritis yang merupakan penyebab penyakit manusia terbesar kedua setelah penyakit
saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus.
Di beberapa Negara tertentu gangguan pencernaan merupakan penyakit penyebab
kematian terutama pada anak-anak & bayi yang menderita kekurangan gizi. Gejala utama
gastroenteritis adalah diare, demam, mual, muntah, malaise, nyeri, & kejang abdominal.
Berbagai jenis virus ditemukan pada saluran pencernaan manusia dapat dilihat pada
Tabel 12.1. beberapa diantaranya dapat menyebabkan gastroenteritis antara lain: rotavirus,
adenovirus serotype 40 & 41, calicivirus, Norwalk-like virus, small raound virus (SRV),
astrovirus, coronavirus, & torovirus.
Masa inkubasi gastroenteritis virus umumnya berkisar antara 24-96 jam. Dalam bab ini
hanya akan dibahas beberapa jenis virus yang telah terbukti dapat menyebabkan
gastroenteritis.
Tabel 12.1. Jenis virus yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan.
Penyakit Virus saluran pencernaan yang terbukti menyebabkan gastroenteritis
Virus saluran pencernaan yang mungkin dapat menyebabkan gastroenteritis
Gastroenteritis Rotavirus Calicivirus
- Norwalk virus- Hawaii virus- Snow Mountain virus- Montgomery County virus- Taunton (England) virus- Sapporo virus- Manchester virus
Astrovirus Torovirus Adenovirus serotipe 40 dan 41
Poliovirus Coxsackie A virus Coxsackie B virus Echovirus Enterovirus 68-71 Virus Hepatitis A Virus Hepatitis E Adenovirus 1-39 Reovirus Cytomegalovirus (CMV) Herpes simplex virus (HSV) Human immunodeficiency
virus (HIV)
A. ROTAVIRUS

Rotavirus pertama kali ditemukan pada hewan pada tahun 1971 & pada tahun 1973
mulai diekstraksi dari biopsy duodenum anak penderita diare. Jenis virus ini diklasifikasikan
dalam famili Reoviridae. Berdasarkan struktur asam nukleatnya famili ini dimasukkan
kedalam kelas virus RNA untai ganda. Rotavirus adalah virus tanpa amplop dengan bentuk
kapsid icosahedral dengan diameter sekitar 60-80 nm. Dinamakan rotavirus karena bentuknya
seperti roda jika dilihat dengan mikroskop electron (dalam bahasa latin rota berarti roda).
Kapsid terdiri dari 3 lapisan protein yaitu lapisan terluar terdiri dari VP4 & VP7, lapisan
dalam terdiri dari VP6, serta inti (core) yang terdiri dari VP2. Virus ini stabil selama
beberapa bulan berada pada temperatur kamar & resisten terhadap kloroform, eter,
fluorocarbon lainnya, sesium klorida, surfaktan non ionik & larutan pH 4-9. Inaktivasi
rotavirus dapat dilakukan dengan penambahan surfaktan ionik seperti SDS, etanol, fenol, &
formaldehid. Rotavirus paling banyak ditransmisikan melalui kontak oral-fekal. Hanya 10-
100 partikel virus yang dibutuhkan untuk menyebabkan infeksi. Didalam feses yg sudah
terinfeksi terdapat 100-1000 partikel virus per ml, jadi akan sangat mudah mengkontaminasi
benda-benda atau permukaan.
Makanan yang terkontaminasi & tidak dimasak dengan baik juga dapat menjadi jalur
transmisi virus ini. Seperti halnya virus secara umum, rotavirus sangat mudah menular dari
seorang anak yang terinfeksi ke anak lain, / melalui benda yang terkontaminasi ke anak.
Rotavirus merupakan virus yang tergolong tinggi variabilitasnya, walaupun hanya sedikit dari
variannya yang menginfeksi manusia.
Penggolongan rotavirus secara serologi membagi rotavirus ke dalam 7 serogrup yaitu
grup A-G. Diantara grup-grup tersebut yang menginfeksi manusia hanya grup A, B, & C.
Rotavirus grup A paling banyak ditemukan di seluruh dunia menyebabkan diare akut pada
anak-anak berusia dibawah 5 tahun. Jenis ini juga dapat menimbulkan diare ringan pada anak

yang berumur lebih tua & orang dewasa. Grup B sebenarnya lebih umum ditemukan pada
babi & sapi, disebut juga adult diarrhea rotavirus (ADRV) yang ditemukan pada orang
dewasa di China & India. Sedangkan grup C baru ditemukan pada beberapa kasus diare
sporadic, pertama kali dilaporkan di Jepang & Inggris.
Rotavirus grup A dikelompokkan ke dalam serotype G & P berdasarkan kemampuan
netralisasi antibodi terhadap suatu galur virus dibandingkan dengan netralisasi terhadap galur
lainnya. Penentuan serotype ini juga telah diuji berdasarkan sekuen asam amino dari gen
spesifik masing-masing galur virus.
Serotype G ditentukan secara spesifik oleh glikoprotein VP7 pada kapsid terluar yang
dikode oleh segmen gen ke-9. Sedangan serotype P ditentukan oleh variasi dari produk
pemotongan VP4, yaitu VP5 & VP8, tapi tidak termasuk determinan yang menimbulkan
proteksi pada fragmen pada VP5.
Serotype P yang paling umum ditemukan adalah p[1]a, P[1]b & P[8]. Sedangkan
serotype lainnya berdasarkan VP4 (tipe G), yang paling banyak ditemukan G1, G2, G3, G4,
& G9 dengan G1 sebagai prevalensi tertinggi & G9 yang paling banyak tersebar di seluruh
dunia. Telah dibuktikan bahwa suatu serotype G juga dapat dikelompokkan ke dalam suatu
genotip G. Sedangkan suatu serotype P dapat terdiri dari beberapa jenis genotip berbeda.
Materi genetic virus ini terdiri dari 11 segmen RNA untai ganda yang mengkode 6
protein viral yaitu VP1, VP2, VP3, VP4, VP6, & VP7 serta 6 protein nonstructural yaitu NSP
1-6. VP4 bersama dengan VP7 membangun struktur terluar lapisan kapsid virus. Protein ini
berukuran 88 kDa, merupakan 1,5% dari massa keseluruhan virus, yang berdimerisasi untuk
membuat kira-kira 60 tonjolan (spikes) pada permukaan virus.VP4 dipotong oleh tripsin
membentuk VP5 & VP8. VP4, VP5, & VP8 berhubungan dengan kemampuan virus untuk
menyerang sel & melakukan invasi & penting untuk infektivitas virus. VP4 merupakan
antigen yang menginduksi antibody netralisasi. Struktur spesifik dari protein ini digunakan
sebagai dasar penenruan serotype P dari rotavirus. VP7 merupakan glikoprotein berukuran 37
kDa, menyusun bagian halus dari lapisan terluar kapsid. VP7 merupakan 30% dari
keseluruhan massa virion, dapat menginduksi netralisasi antibody dengan bantuan ion
kalsium. Protein ini digunakan sebagai dasar penentuan serotype G serta merupakan bagian
yang sangat mempengaruhi proses pematangan virus-virus baru & terjadinya mutasi silang
dengan galur virus hewan. Ada 2 alasan utama digunakan gen VP4 & VP7 dalam deteksi
rotavirus. Pertama, karena kedua protein yang dihasilkan oleh gen ini merupakan penyusun

kapsid terluar virus & merupakan bagian yang cukup besar dari keseluruhan virion. Kedua,
karena kedua protein ini dapat menginduksi netralisasi antibody ketika memasuki sel. Jadi
kedua gen pengkode protein VP4 & VP7 ini mrupakan gen yang sangat penting dalam
mendeteksi rotavirus.
Sedikitnya terdapat 14 serotipe rotavirus berdasarkan perbedaan protein G (GP7) & 20
serotipe berdasarkan protein P (VP4). Sekitar 90% kasus diare disebabkan oleh serotype G1,
G2, G3, G4, & G9 yang merupakan paling sering menyebabkan diare di beberapa Negara.
Kombinasi serotype p (VP4) yang sering menyebabkan diare adalah P4 & P8. Sedangkan
kombinasi serotype P/G yang paling dominan adalah serotype P8G1, P8G2, P4G2, & P8G4.
Prevalensi diare yang disebabkan oleh rotavirus sangat tinggi terutama pada anak-anak. Di
seluruh dunia infeksi rotavirus dapat menyebabkan 600.000 sampai 850.000 kematian setiap
tahunnya.
Patogenesis
Setelah menempel pada permukaan sel mukosa intestinal, rotavirus masuk ke dalam sel
hospes melalui proses endositosis. Rotavirus bereplikasi dalam sitoplasma dengan
menggunakan RNA polymerase viral membentuk mRNA. mRNA ini akan memproduksi
protein structural penyusun kapsid virus. Segmen mRNA bereplikasi membentuk RNA virus
untai ganda & melakukan perakitan dengan nukleokapsid menjadi virion baru.
Replikasi virus dalam sel intestinal telah menyebabkan kerusakan & disfungsi sel.
Partikel rotavirus ditemukan dalam jumlah yang banyak pada feses penderita.
Kerusakan & gangguan fungsi sel intestinal menyebabkan sekresi cairan intestinal &
menyebabkan diae hebat pada penderita khususnya anak-anak umur dibawah 5 tahun.

Gejala klinik
Masa inkubasi penyakit berlangsung cepat biasanya kurang dari 4 hari. Gejala infeksi
rotavirus ditandai dengan demam tinggi, mual & muntah. Diare yang terjadi biasanya
berlangsung selama 3-9 hari, akan tetapi dapat lebih lama bagi penderita yang mengalami
penurunan system imunitas tubuh. Sering ditemukan keadaan neksrosis & enterokolitis serta
gastroenteritis berdarah pada bayi yang baru lahir. Disamping itu juga ditemukan gejala
malabsorbsi laktosa, lemak & diare kronik. Dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
penderita.
Diagnosa laboratorium
Sebelum metode molecular banyak digunakan, metode yang sering digunakan untuk
mendeteksi rotavirus adalah berbagai masam metode serologi. Prinsipnya memanfaatkan
reaksi yg spesifik antara antigen virus dengan zat imunologis yang dapat ditentukan kadarnya
dengan berbagai cara antara lain Complex Fixation (CF), Radio Immunoassay (RIA), Enzyme
Immunoassay (EIA) & Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

Berbagai jenis antibody monoclonal & antigen rotavirus sudah banyak dijual secara
komersial. Bahkan berbagai macam kit yang menyediakan semua reagen yang dibutuhkan
dalam proses deteksi dengan EIA juga sudah banyak tersedia. Banyak studi rotavirus dari
tahun 1980-an sampai tahun 1990-an memanfaatkan metode ini. Bahkan penentuan grup, tipe
& serotype rotavirus pada awalnya dilakukan dengan menggunakan metode serologi. Dari
reaksi spesifik antibody terhadpa antigen tertentu, maka rotavirus dapat diklasifikasikan
seperti yang banyak dikeanl sekarang ini.
Metode-metode serologi sebenarnya cukup sensitive untuk mendeteksi keberadaan
rotavirus, namun untuk penentuan galur, metode ini kurang memberikan hasil yang
memuaskan. Karena teknik serologi tidak dapat mendeteksi gen spesifik scara molekuler
maka untuk penentuan galur lebih baik menggunakan metode PCR.
Sebelum metode serologi & PCR dikembangkan, pemeriksaan rutin klinis rotavirus
menggunakan teknik Electron Microscopy (EM) yang dapat melihat koloni virus secara
langsung dari sampel. Namun metode ini sudah banyak ditinggalkan karena akan sulit
menganalisa sampel dalam jumlah yang banyak.
Pada awal masa ditemukannya rotavirus, metode pembiakan virus pada sel hidup sangat
diperhatikan. Banyak pengembangan sudah dilakukan agar virus dapat hidup & tumbuh
dengan baik dalam kultur sel.
Metode deteksi yang sekarang banyak digunakan adalah metode molekuler yaitu
Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan prinsip amplifikasi dari gen, segmen gen,
region, / daerah spesifik pada gen sehingga dapat mendeteksi secara sensitive & spesifik.
Berbagai jenis primer spesifik telah dirancang & banyak digunakan untuk medeteksi
rotavirus. Metode ini terbukti memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode-metode
lainnya, yaitu sangat sensitive, spesifik, efektif, serta cepat & mudah untuk dilakukan.
Deteksi cepat ini juga dapat digunakan untuk tujuan surveilan secara epidemiologi.
Pemetaan serotype rotavirus dapat dilakukan dengan teknik elektroferotiping yaitu pola
migrasi RNA virus dalam elektroforesis, untuk menentukan jenis serotype rotavirus yang
beredar secara endemic di suatu Negara / lokasi tertentu.
Pengobatan & pencegahan

Pengobatan suportif untuk mengatasi dehidrasi merupakan tindakan utama untuk
mengatasi diare yang disebabkan rotavirus. Belum ada obat antiviral yang spesifik dan efektif
untuk mengatasi diare.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pola hidup bersih, mencuci tangan dengan baik dan
menggunakan sabun. Sanitasi lingkungan termasuk kamar mandi dan peralatannya secara
rutin dilakukan pembersihan dengan larutan desinfektan. Program penggunaan air minum
yang layak minum dan klorinasi air minum perlu dilakuakan untuk mencegah penyebaran
rotavirus.
Pencegahan yang terbaik adalah dengan program imunisasi. Beberapa jenis vaksin
rotavirus telah tersedia antara lain :
1. Rotashield, merupakan vaksin tetravalen berasal dari 4 serotipe rotavirus hidup yang
dilemahkan. Mulai digunakan untuk imunisasi bayi pada tahun 1998, namun demikian
vaksin ini ternyata dapat menyebabkan efek samping berupa intussusception, 3-20
hari setelah vaksinasi, sehingga sejak tahun 1999 vaksin ini tidak boleh digunakan
lagi.
2. RotaTeq, merupakan vaksin hidup yang diberikan secara oral, digunakan sejak tahun
2006. Vaksin ini merupakan gabungan dari 5 serotipe rotavirus. Tiga kali dosis
diberikan pada bayi umur 2,4 dan 6 bulan. Efektifitas vaksin RotaTeq sangat tinggi,
dapat mereduksi kejadian gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus lebih dari
98% selama 1 tahun pertama vaksinasi.
3. Rotarix, yaitu vaksin hidup monovalent yang mengandung serotype G1P [8], mulai
digunakan dalam program imunisasi pada tahun 2008. Vaksin ini aman tidak
menyebabkan efek samping dan dapat mengurangi angka kesakitan sampai dengan
96% dan terbukti dapat menghindari infeksi beberapa serotipe rotavirus yang beredar
selama terjadinya wabah antara lain terhadap G1 (96%), G2 (86%), G3 (94%), G4
(95%), dan G9 (85%)
B. CALICIVIRUS

Calicivirus termasuk dalam family Caliciviridae, merupakan virus RNA untai tunggal
berpolaritas positif, berukuran 27-35 nm, berbentuk bulat dengan icosahedral simetris
mengandung protein kapsid tunggal. Calicivirus terdiri dari (i). Norwalk & “Norwalk-like”
virus (Norovirus, NLV), (ii). Sapporo-like virus (Sapovirus, SLV, (iii). Vesivirus dan (iv).
Lagovirus.
Norovirus (NLV) terdiri dari Norwalk virus, Hawaii virus, Snow Mountain virus,
Montgomery Country virus, Taunton (England) virus. Sedangkan yang termasuk dalam
golongan Sapovirus (SLV) adalah Sapporo virus, Manchester virus, Houston virus & London
virus. Sebagian besar Calicivirus, terutama virus Norwalk dapat menyebabkan diare akut &
gastroenteritis yang ditandai dengan gejala mual, muntah, diare, sakit perut, malaise, sakit
kepala, sakit otot & demam.
Norwalk virus
Virus Norwalk pertama kali terdeteksi pada penderita diare & gastroenteritis pada tahun
1968 di Norwalk, Ohio. Virus ini ditemukan pada 40% penderita wabah epidemic
gastroenteritis. Transmisi virus Norwalk, sekitar 40% melalui makanan yang terkontaminasi
& 52% berasal dari makanan laut. Wabah virus Norwalk cenderung berlangsung dengan
cepat di beberapa tempat berkumpulnya penderita antar lain di asrama, rumah sakit, kapal
pesiar, sekolah, kampus & tempat-tempat umum lainnya. Virus ini ditemukan di seluruh
dunia & menyebabkan 23 juta kasus gastroenteritis pada anak-anak setiap tahun di Amerika
Serikat.
Struktur virus Norwalk terdiri dari RNA untai tunggal, polaritas positif, berukuran
sekitar 7.5 kilobasa. Virus ini memiliki 3 open reading frame (ORF), satu diantaranya
mengkode protein kapsid tunggal. Bentuk virus Norwalk bulat seperti virus golongan
calicivirus lainnya, mempunyai diameter 27-32 nm.

Klasifikasi & tipe antigen
Berdasarkan morfologi, ukuran, profil protein & asam nukleat, virus Norwalk &
golongan calicivirus lainnya termasuk dalam family Caliciviridae. Beberapa virus
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan virus Norwalk, yang juga dpat menyebabkan wabah
gastroenteritis. Sebagaimana virus Norwalk, virus-virus tersebut diberi nama sesuai dengan
lokasi wabah (Norwalk, di Ohio; Snow Mountain, di Colorado; Taunton & Southampton, di
Inggris; Otofuke & Sapporo, di Jepang). Virus-virus tersebut memiliki homologi genetic
dengan virus Norwalk. Walaupun ada beberapa virus yang berbeda berdasarkan identifikasi
dengan mikroskop electron, beberapa penderita yang telah mengalami gastroenteritis yang
disebabkan oleh virus yang tergolong dalam calicivirus, memiliki antibody yang dapat
bereaksi dengan virus Norwalk. Hal ini menandakan bahwa virus-virus tersebut memiliki
sifat imunologik yang sama.
Gejala Klinik
Sebagian besar infeksi tidak menimbulkan gejala spesifik, terutama bagi yang terinfeksi
telah memilik antibody. Dosis infektif virus sangat rendah sekitar 10 pfu & virus akan terus
disekresikan melalui feses selama masa pemulihan. Imunitas tubuh terhadap virus sangat
singkat, sehingga besar kemungkinan dapat terinfeksi kembali. Masa inkubasi berkisar antara
12-96 jam & rata-rata gejala infeksi muncul sekitar 24 jam. Penyakit berlangsung singkat
kurang dari 3 hari dengan gejala utama mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, demam,
malaise & diare berat. Masa diare ini biasanya lebih singkat daripada diare yang disebabkan
oleh rotavirus. Penularan penyakit melalui oral fekal & dapat juga melalui muntahan. Virus
Norwalk menyebar malaui air minum luar tubuh, tahan terhadap pembekuan & pemanasan
pada 60oC & makanan laut / kerang yang dikukus.
Diagnosis laboratorium
Virus Norwalk dapat diidentifikasi dari feses penderita & antibody dapat dideteksi
dalam serum menggunakan immune electron microscopic & teknik imunoesai. RNA virus
Norwalk dapat diidentifikasi dalam feses dengan cara PCR. Namun demikian deteksi virus
Norwalk termasuk yang sulit dilakukan, diperlukan peralatan laboratorium yang memadai.
Uji serologi bias dilakukan untuk pemetaan epedemiologi kasus infeksi virus Norwalk.
Pengawasan

Belum ada pengobatan antiviral yang spesifik / vaksin untuk virus Norwalk & golongan
calicivirus lainnya. Pola hidup sehat, selalu mencuci tangan dengan sabun & pengawasan
terhadap kualitas air minum merupakan tindakan pencegahan yang penting & dianjurkan.
C. ASTROVIRUS
Astrovirus termasuk dalam family Astroviridae, merupakan penyebab wabah
gastroenteritis pada tahun 1975. Virus ini terdiri dari RNA untai tunggal, tidak mempunyai
selubung, berbentuk bulat dengan ukuran diameter sekitar 27-32 nm. Genom astrovirus telah
selesai disekuensing terdiri dari 3 protein structural. Sifat imunologik astrovirus berbeda
dengan virus Norwalk & golongan calicivirus lainnya. Saat ini telah dikenal 8 serotipe
astrovirus yang dapat menginfeksi manusia.
Gejala klinik
Astrovirus dapat menginfeksi manusia terutama bayi, anak-anak, orang dewasa & orang
yang mengalami penurunan imunitas. Masa inkubasi berlangsung singkat antara 1-4 hari.
Gejala klinik yang sering terjadi adalah diare hebat, sakit perut, sakit kepala, mual, muntah &
demam.
Astrovirus bersifat endemic di seluruh dunia, terutama pada anak-anak umur di bawah 7
tahun. Penularan penyakit melalui fekal oral dari orang ke orang & wabah penyakit biasanya
ditularkan karena air minum & makanan terutama makanan laut yang terkontaminasi.
Diagnosis laboratorium

Pemeriksaan laboratorium astrovirus dapat dilakukan dengan mikroskop electron &
immune-electron microscopy. Cara ini cukup baik karena biasanya kandungan virus dalam
feses sangat tinggi. Selain itu pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan teknik
imunofuoresensi & ELISA. Deteksi genom RNA virus dengan teknik PCR juga dapat
dilakukan.
D. TOROVIRUS
Toroviruses termasuk dalam family Coronaviridae & genus Torovirus. Virus ini
berbentuk pleomorfik, terdiri dari RNA untai tunggal berpolaritas positif. Toroviruses
menyebabkna penyakit diare terutama pada bayi umur 2-12 bulan. Virus ini biasanya
diidentifikasi dengan mikroskop electron.
E. ADENOVIRUS

Adenovirus pertama kali diisolasi pada tahun 1953 dari jaringan adenoid. Genom virus
ini terdiri dari DNA untai ganda, dengan diameter sekitar 70-75 nm. Adenoviruses termasuk
dalam genus mastadenovirus, terdiri dari 6 sub genera (A-F) dengan 51 serotipe. Serotype
adenovirus yang menyebabkan gastroenteritis adalah serotype 40 & 41 yang termasuk dalam
serogrup F. Serotype Adenovirus tersebut dapat menimbulkan penyakit diare pada anak-anak
umur kurang dari 4 tahun. Adenovirus dapat ditemukan sepanjang tahun & ditularkan secara
fekal oral.
Masa inkubasi gastrointestinal yang disebabkan oleh adenovirus sekitar 3-10 hari &
diare terjadi pada hari ke 10-14. Masa diare menjadi lebih panjang jika infeksi disebabkan
oleh adenovirus tipe 40. Penyakit bisa lebih parah & ditandai oleh adanya intussusception,
adenitis mesenteric & apendiksitis.
Diagnosis infeksi adenovirus dapat dilakukan dengan menggunakan aglutinasi lateks &
ELISA / dengan mikroskop electron.

DAFTAR PUSTAKA
Radji, Maksum. 2015. Imunologi & Virologi. Edisi Revisi. Penerbit Isfi Penerbitan. Jakarta