INFEKSI TELINGA, referat

download INFEKSI TELINGA, referat

of 52

Transcript of INFEKSI TELINGA, referat

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    1/52

    PENDAHULUAN

    Telinga adalah organ fungsi pendengaran dan pengatur keseimbangan. Secara

    anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga

    dalam.

    Infeksi telinga merupakan salah satu penyakit infejsi yang masuh cukup banyak

    ditemui, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Anatomi telinga dapat

    memudahkan terjadinya infeksi. Infeksi dapat terjadi di bagian telinga luar, telinga dalam

    maupun telinga dalam. Infeksi di telinga disebabkan oleh virus, bakteri, serta jamur.

    Berdasarkan waktu, infeksi telinga dapat diklasifikasikan sebagai infeksi akut dan infeksi

    kronik.

    Infeksi pada telinga luar dapat mengenai bagian-bagian telinga luar seperti,

    auricular/pinna (daun telinga) , meatus acusticus externus (liang telinga) sampai

    membran timpani. Infeksi di telinga luar jarang menimbulkan efek penurunan

    pendengaran, kecuali jika infeksinya menutupi liang telinga hingga terjadi tuli konduktif.

    Infeksi pada telinga tengah yang paling sering terjadi adalah otitis media. Otitis media

    ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba eustachius,

    antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media akut dan otitis

    media konik. Otitis media sering disertai oleh keluhan penurunan pendengaran.Penurunan dapat disebabkan oleh tertutupnya liang telinga oleh infeksi, rupturnya

    membran timpani, maupun oleh komplikasi otitis media seperti rusaknya tulang-tulang

    pendengaran, saraf pendengaran yang rusak akibat infesi, dll.

    Otitis media akut memiliki lima tahap infeksi, yaitu oklusi tuba eustachius,

    hiperemis, supurasi, perforasi, dan resolusi. Penyebab otitis media akut (OMA) dapat

    merupakan virus maupun bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah

    Streptococcus pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella

    cattarhalis.

    Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah

    dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea)

    lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau

    kental, bening atau berupa nanah. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi

    kronis bidang THT di Indunesia yang masih sering menimbulkan ketulian dan kematian.

    Angka kejadian OMSK jauh lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang

    dibandingkan dengan negara maju, karena beberapa hal misalnya higiene yang kurang,

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    2/52

    faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk serta masih ada pengertian

    masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai

    tuntas. Berdasarkan hasil survei epidemiologi yang dilakukan di tujuh propinsi di

    Indonesia tahun 1994-1996, didapati bahwa prevalensi OMSK secara umum adalah

    3,8%. Disamping itu pasien OMSK merupakan 25% dari pasien yang berobat di

    poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. OMSK dapat menyebabkan komplikasi-

    komplikasi yang berbahaya jika tidak segera diterapi dengan adekuat.

    Infeksi telinga perlu diterapi dengan tepat dan teliti. Perlu diperhatikan

    penggunaan antibiotik secara rasional, agar tidak mempercepat terjadinya resistensi

    antibiotik. Pengobatan yang tepat pada infeksi telinga juga bertujuan agar komplikasi

    ketulian dapat diminimalisir.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    3/52

    INFEKSI TELINGA

    I. ANATOMI TELINGA

    Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

    (pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan penting pada

    partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk

    perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi

    dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Telinga

    terdiri atas telinga luar, telinga tengah atau cavum timpani, dan telinga dalam atau

    labyrinth.

    1.1. Telinga Luar

    Telinga luar terdiri atas auricular/pinna (daun telinga) dan meatus

    acusticus externus (liang telinga) sampai membran timpani.

    Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan

    getaran udara. Auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang

    ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, keduanya

    disarafi oleh N. Facialis

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    4/52

    Meatus acusticus externus adalah tabung berkelok yang menghubungkan

    auricula dengan membrana timpani. Tabung ini berfungsi menghantarkan

    gelombang suara dari auricula ke membrana tympani. Liang telinga ini disusun

    rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian

    dalam rangkanya terdiri dari tulang. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang

    1 inci (2,5 cm), dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara

    menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak-anak, auricula ditarik lurus ke

    belakang, atau ke bawah dan belakang.

    Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar

    serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat

    pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit

    dijumpai kelenjar serumen. Serumen mempunyai sifat antibakteri dan

    memberikan perlindungan bagi kulit

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    5/52

    1.2. Telinga Tengah

    Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba

    Eustacius dan prosesus mastoideus.

    a. Membran Timpani

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    6/52

    Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani yang

    memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran timpani ini

    berbentuk oval dan mempunyai ukuran panjang vertikal rata-rata 9-10 mm,

    dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, tebal kira-kira 0,1 mm.

    Membran ini tipis, licin dan berwarna putih mutiara . Pada membran timpani

    dapat terlihat refleks cahaya (cone of light) di dekat umbo.

    Membran timpani terdiri dari tiga lapisan, lapisan luar terdiri dari

    epitel skuamosa, bagian medial merupakan lanjutan dari mukosa telinga

    tengah. Lapisan tengah merupakan lapisan fibrosa yang terdiri dari dua

    lapisan yaitu lapisan radial dan sirkuler (sirkumferensial). Lapisan dalam

    dilapisi epitel kuboidal.

    Secara anatomis membran timpani dibagi dalam dua bagian yaitu:.

    1. Pars Tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani merupakan

    suatu permukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang

    menebal dan melekat di anulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada

    tulang dari tulang temporal.

    2. Pars Flaksida atau membran Sharpnell, letaknya di bagian atas muka dan

    lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh dua lipatan yaitu

    plika maleolaris anterior (lipatan muka) dan plika maleolaris posterior

    (lipatan belakang).

    Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran (gambar 2.2), dengan

    menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak

    lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-

    belakang, bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak

    perforasi membran timpani .

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    7/52

    Pendarahan membran timpani disuplai oleh arteri yang berasal dari

    cabang aurikuler a. maksilaris interna, yang bercabang-cabang di bawah

    lapisan kulit, dan dari cabang stilomastoid a. aurikularis posterior dan cabang

    timpanik a.maksilaris interna yang mendarahi bagian mukosa. Vena yang

    letaknya superfisial bermuara ke v. jugularis eksterna sedangkan vena-vena

    yang dalam bermuara sebagian ke sinus transversus, sebagian ke vena-vena

    durameter, dan sebagian lagi ke pleksus di tuba eustachius. Arteri timpani

    anterior yang merupakan cabang a.maksilaris yang mengarah ke atas di

    belakang sendi temporomandibuler masuk ke telinga tengah melaui fisura

    petrotimpani. Arteri itu mendarahi bagian anterior kavum timpani termasuk

    mukosa membran timpani. Arteri timpani anterior membentuk sirkulus

    vaskuler di sekeliling membran timpani, dan beranastomosis dengan cabang

    karotikotimpanik dari karotis interna.

    Persarafan membran timpani untuk persarafan sensoris merupakan

    terusan dari persarafan sensoris kulit liang telinga. Nervus aurikulotemporalis

    mempersarafi bagian posterior dan inferior membran timpani, sedangkanbagian anterior dan superior diurus oleh cabang aurikularis n.vagus

    (n.Arnold), sedangkan persarafan sensoris permukaan dalam membran

    timpani (mukosa) dipersarafi oleh n. Jacobson yaitu cabang timpani n.

    glosofaringeus.

    b. Kavum Timpani

    Kavum timpani mempunyai bentuk ireguler, bagian lateral terdapat

    lekukan, antara dinding lateral dan dinding medial kavum timpani terisi udara.

    Kavum timpani terdiri dari tiga bagian yaitu supero-inferior berhubungan

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    8/52

    dengan membran timpani disebut epitimpani atau atik, yang terletak dipinggir

    atas dari membran timpani. Setentang membran timpani adalah mesotimpani

    dan dibawah pinggir membran timpani disebut hipotimpani.

    Kavum timpani mempunyai enam dinding yaitu bagian atap, lantai,

    dinding lateral, dinding medial, dinding anterior dan dinding posterior.

    -

    Atap kavum timpani dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut

    tegmen timpani. Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fossa

    media.

    -

    Lantai kavum timpani dibentuk oleh tulang tipis yang memisahkan lantai

    kavum timpani dari bulbus vena jugularis yang dinding superiornya

    dibatasi oleh lempeng tulang yang mempunyai ketebalan yang bervariasi,

    bahkan kadang-kadang hanya dibatasi oleh mukosa dengan kavum

    timpani.

    -

    Dinding medial kavum timpani memisahkan kavum timpani dari telinga

    dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini

    pada mesotimpani menonjol kearah kavum timpani yang disebut

    promontorium.

    - Tonjolan ini oleh karena didalamnya terdapat koklea.

    - Dinding posterior kavum timpani dekat keatap, mempunyai satu saluran

    disebut aditus yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum

    mastoid melalui epitimpani. Pada bagian posterior ini, dari medial ke

    lateral terdapat eminensia piramidalis yang terletak di bagain supero-

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    9/52

    medial dinding posterior, kemudian sinus posterior yang membatasi

    eminensia piramidalis dengan tempat keluarnya korda timpani.

    -

    Dinding anterior kavum timpani sebagian besar berhadapan dengan arteri

    karotis, dibatasi lempengan tulang tipis. Dibagian atas dinding anterior

    terdapat semikanal nervus tensor timpani yang terletak persis di atas

    muara tuba eustachius.

    Membran timpani merupakan dinding lateral kavum timpani,

    sedangkan dibagian epitimpani dinding lateralnya adalah skutum yaitu

    lempeng tulang yang merupakan bagian pars skuamosa tulang temporal.

    Isi kavum timpani terdiri dari :

    - Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes).

    -

    Dua otot, yaitu muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius.

    - Saraf korda timpani, merupakan cabang dari nervus fasialis masuk ke

    kavum timpani dari kanalikulus posterior yang menghubungkan dinding

    lateral dan posterior.

    - Saraf pleksus timpanikus adalah berasal dari nervus timpani cabang dari

    nervus glosofaringeus dan dengan nervus karotikotimpani yang berasal

    dari pleksus simpatetik di sekitar arteri karotis interna.

    Vaskularisasi kavum timpani berasal dari cabang-cabang kecil arteri

    karotis eksterna. Cabang-cabang pembuluh darah kecil tersebut adalah:

    -

    timpani anterior yang merupakan cabang dari a. maksilaris yang masuk ke

    telinga tengah melalui fisura petrotimpani. Arteri ini mendarahi bagian

    anterior kavum timpani termasuk mukosa membran timpani.

    -

    Arteri timpani posterior yang merupakan cabang stilomastoid yang dapat

    berasal dari a. aurikularis posterior atau a. oksipital. A.timpani posterior

    masuk ke kavum timpani bersama korda timpani lalu mendarahi bagian

    posterior kavum timpani.

    - Arteri timpani inferior yang berasal dari cabang asendens a. karotis

    eksterna yang masuk ke kavum timpani melalui kanalikulus timpani

    bersama dengan cabang timpani n. IX lalu mendarahi terutama bagian

    inferior kavum timpani.

    - Arteri petrosus superfisialis dan a. timpani superior yang merupakan

    cabang cabang a. meningea media yang masuk ke kavum timpani masing-

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    10/52

    masing melalui lubang kecil di tegmen timpani dan melalui fisura

    petroskuamosa, lalu mendarahi bagian superior kavum timpani.

    -

    Arteri karotikotimpani yang merupakan satu-satunya cabang berasal dari

    a. karotis interna, masuk ke kavum timpani dengan menembus lamina

    tulang tipis yang membatasi kanalis karotikus dengan telinga tengah.

    -

    Aliran vena jalan seiring dengan arterinya untuk bermuara pada sinus

    petrosus superior dan pleksus pterigoideus.

    c. Tuba Eustachius

    Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani

    bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan

    antara kavum timpani dengan nasofaring.

    Tuba eustachius terdiri dari dua bagian yaitu bagian tulang yang

    terdapat pada bagian belakang dan pendek (sepertiga bagian) dan bagian

    tulang rawan yang terletak pada bagian depan dan panjang (duapertiga

    bagian).

    Pada orang dewasa perbedaan tinggi muara tuba Eustachius di kavum

    timpani dan nasofaring sekitar 25 mm. Tuba Eustachius panjangnya 30

    sampai 40 mm, pada anak ukurannya lebih pendek dan lebih datar. Dinding

    tuba Eustachius mempunyai bagian tulang rawan yang merupakan 2/3 seluruh

    panjangnya mulai dari muaranya di kavum timpani, sedangkan 1/3 bagian

    yang lain berdinding tulang rawan, turun ke arah nasofaring. Dinding tulang

    rawan ini tidak lengkap, dinding bawah dan lateral bawah merupakan jaringan

    ikat yang bergabung dengan m. tensor dan levator veli palatini. Pada keadaan

    istirahat, lumen tuba Eustachius tertutup. Terdapat mekanisme pentil pada

    tuba ini, udara lebih sukar masuk ke kavum timpani dari pada keluar.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    11/52

    Fungsi tuba Eustachius :

    - Mengatur ventilasi dari telinga tengah dan memelihara keseimbangan

    tekanan pada kedua sisi dari membran timpani.

    - Drainase dari telinga tengah.

    - Melindungi dari tekanan suara nasofaring dan sekret dari nasofaring

    Tuba biasanya tertutup dan akan terbuka melalui kontraksi aktif otot

    tensor veli palatini pada saat menelan, atau saat menguap atau membuka

    rahang. Ventilasi memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada kedua

    sisi membran timpani. Tuba akan membuka melalui kerja otot bilamana

    terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 hingga 40 mmHg. Untuk melakukan

    fungsi ini, diperlukan otot tensor veli palatine yang utuh.

    d. Prosesus Mastoideus

    Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak

    mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial

    adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak dibawah

    duramater pada daerah ini.

    Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Aditus

    antrum mastoid adalah suatu pintu yang besar iregular berasal dari

    epitisssmpanum posterior menuju rongga antrum yang berisi udara, sering

    disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan penonjolan dari

    kanalis semisirkularis lateral. Di bawah dan sedikit ke medial dari

    promontorium terdapat kanalis bagian tulang dari n. fasialis. Antrum mastoid

    adalah sinus yang berisi udara didalam pars petrosa tulang temporal.

    Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel

    udara mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya.

    1.3. Telinga Dalam

    Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

    setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri atas 3 buah kanalis

    semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,

    menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

    Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

    membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    12/52

    tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala

    media (duktus koklearis) berada di antaranya. Skala vestibuli dan skala

    timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan

    garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting

    untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli

    (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.

    Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

    tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel

    rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.

    \

    II. INFEKSI TELINGA

    2.1. Infeksi Aurikula

    a. Selulitis aurikular

    Selulitis auricular adalah infeksi pada kulit yang melapisi bagian luar

    telinga dan biasanya didahului riwayat trauma. Gejala selulitis dapat berupa

    nyeri, eritem, bengkak dan hangat pada bagian luar telinga terutama lobul

    namun tanpa keterlibatan meatus auditorius atau struktur lainnya. Terapi

    berupa kompres hangat dan antibiotik oral seperti dicloxacillin yang aktif

    terhadap patogen kulit dan jaringan lunak (terutama S.aureus dan

    streptokokus). Antibiotik intravena seperti sefalosporin generasi pertama

    jarang digunakan kecuali pada kasus yang sangat berat.

    b. Perikondritis

    Perikondritis merupakan infeksi pada perikondrium dari kartilago

    aurikular yang biasanya didahului trauma. Infeksi dapat menyebar ke dalam

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    13/52

    kartilago dan menjadi kondritis. Gejala infeksi menyerupai selulitis aurikular,

    terdapat eritem dan nyeri yang luar biasa pada pinna, namun lobul tidak

    begitu terlibat. Etiologi tersering adalah P. Aeruginosa dan S. Aureus. Terapi

    dengan memberikan antibiotik sistemik yang sensitif terhadap etiologi

    tersering. Jika perikondritis tidak memberikan respon yang baik terhadap

    terapi antibiotik, penyebab inflamasi lain harus dipikirkan. Dapat terjadi

    komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang rawan

    yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower ear).

    2.2. Otitis Eksterna

    Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri, jamur

    dan virus. Ada 2 jenis otitis eksterna yaitu otitis eksterna akut dan otitis eksterna

    kronik.

    Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :

    1. Derajat keasaman (pH). pH basa mempermudah terjadinya otitis eksterna.

    pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman.

    2. Udara. Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman

    bertambah banyak.

    3. Trauma. Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    14/52

    4. Berenang. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena

    air.

    Otitis eksterna merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang

    dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya

    seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga luar dapat

    dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna difusa merupakan

    tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas,

    stafilokokus dan proteus, atau jamur.

    Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab

    dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna

    sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti mengemukakan faktor

    pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa berenang

    merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk (1984)

    menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari

    liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.

    Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi

    kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.

    Etiologi

    Swimmers ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4 dari 1000

    orang, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi,

    iritasi atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan

    terhadap air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.

    Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis

    eksterna (swimmers ear). Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil

    (Furunkulosis) salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3 liang telinga luar.

    Pada otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit

    sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya

    idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan. Kebanyakan

    disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen yang paling

    sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn, gentamicin,

    polimixin, anti bakteri dan anti histamin. Sensitifitas poten lainnya adalah metal

    dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan klip rambut yang

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    15/52

    mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi merupakan penyakit yang

    paling umum dari liang telinga luar seperti otitis eksterna difusa akut pada

    lingkungan yang lembab. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah

    pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan

    bakteroides (11%).1Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi

    kulit dari liang telinga bagian luar.

    Patofisiologi

    Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara

    membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga.

    Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa

    mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang

    mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.

    Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan

    penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit

    yang basah dan lembut pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri

    atau jamur.

    Klasifikasi Otitis Eksterna

    A. Penyebab tidak diketahui :

    Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis

    Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.

    Otitis eksterna membranosa.

    Meningitis kronik idiopatik.

    Lupus erimatosus, psoriasis.

    B.

    Penyebab infeksi

    Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis,

    erisipelas.

    Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis

    eksterna granulosa, perikondritis.

    Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.

    Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    16/52

    Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum

    kontangiosum, variola dan varicella.

    Protozoa

    ParasitC. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata,

    ekskoriasi, neurogenik.

    D. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi

    karena obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.

    E.

    Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom

    vesikel dan bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).

    F. Perubahan senilitas.

    G.

    Deskrasia vitamin.

    H. Diskrasia endokrin.

    1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel = bisul)

    Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung

    adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar

    serumen, maka di tempat itu dapar terjadi infeksi pada pilosebaseus,

    sehingga membentk furunkel. Kuman penyebab biasanya Staphylococcus

    aureusatau Staphylococcusalbus.

    Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar

    bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung

    jaringan longgar di bawahnya sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan

    perikondrium. Rasa nyeri juga dapat timbul spontan pada waktu membuka

    mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan

    pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    17/52

    Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses,

    diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikanantibiotic dalam bantuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin atau

    antiseptic (asm asetat 2-5% dalam alkohol).

    Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir

    (drain) untuk menfalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan

    antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simptomatik seperti

    analgetik dan obat penenang.

    2. Otitis Eksterna Difus

    Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak

    kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman

    penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat

    sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia coli dan

    sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis

    media supuratif kronis.

    Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,

    kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan serta

    terdapat secret yang berbau, secret ini tidak mengandung lender (musin)

    seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    18/52

    Otitis eksterna diffusa dapat dibagi atas 3 stadium yaitu :

    1.

    Pre Inflammatory

    2.

    Peradangan akut (ringan/ sedang/ berat)

    3. Radang kronik

    Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan

    tampon yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapat

    kontak yang baik antara obat dengan kul;it yang meradang. Kadang-

    kadang diperlukan obat antibiotik sistemik.

    3. Otitis Eksterna Maligna

    Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar

    dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan

    penyakit diabetes melitus yang diakibatkan peningkatan pH serumen

    sehingga lebih rentan terhadap otitis eksterna. Kondisi

    immunocompromise dan mikroangiopati dapat menyebabkan otitis

    eksterna berkembang menjadi otitis eksterna maligna.Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif

    ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang sekitar sehingga

    menyebabkan kondritis, osteitis dan osteomielitis yang menghancurkan

    tulang temporal.

    Gejala otitis eskterna maligna berupa rasa gatal di liang telinga

    yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta

    pembengkakan liang telinga. Liang telinga dapat tertutup oleh

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    19/52

    pertumbuhan jaringan granulasi. Jika saraf fasialis mengalami kerusakan,

    dapat terjadi paresis atau paralisis fasial.

    Pada pemeriksaan dapat ditemukan :

    Adanya inflamasi yang terlihat pada liang telinga luar dan jaringan

    lunak periaurikuler

    Nyeri yang hebat, ditandai kekakuan jaringan lunak ramus mandibula

    dan mastoid

    Jaringan granulasi terdapat pada dasar hubungan tulang dan tulang

    rawan.

    Nervus kranialis harus (V-XII) diperiksa

    Status mental harus diperiksa.

    Membran timfani intak

    Demam tidak umum terjadi.

    CT scan, scan tulang, dan scan gallium dapat membantu menentukan

    adanya penyakit ini

    Staging pada otitis eksterna maligna :

    - Stage I : Otitis eksterna nekrotikan otalgi yang menetap, terbatas

    pada liang telinga luar, tidak ada kelumpuhan n. fasialis

    - Stage II : osteomielitis pada basis tengkorak yang terbatas

    kelumpuhan nevus fasialis pada foramen jugualar bagian lateral

    - Stage III : Osteomielitis pada basis tengkorak yang ekstensfi

    Ekstensi sampai foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    20/52

    Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis progresif

    yang disebabkan Pseudomonas aeroginosa. Pengobatan dengan antibiotik

    golongan fluoroquinolon dosis tinggi per oral sambil menunggu hasil

    kultur dan uji resistensi. Jika infeksi terlalu berat dapat diberikan

    antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan

    aminoglikosida selama 6-8 minggu. Antibiotik lain yang sering

    digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacilin,

    ceftriaxone, ceftazidine, cefepime, tobramicin, gentamicin. Selain

    pemberian antibiotik, diperlukan tindakan membersihkan luka secara

    radikal untuk memperlambat perjalanan penyakit. Otitis eksterna maligna

    dapat kambuh sekitar satu tahun setelah pengobatan komplit. Tingkat

    kematian 10 %, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati

    atau adanya komplikasi intrakranial

    Gejala Klinis Otitis Eksterna

    1. Rasa sakitdi dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak

    enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar

    hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering

    merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejalasering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding

    dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan

    bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum

    dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang

    mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3

    luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga

    sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan

    kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit

    yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

    2.

    Rasa penuh pada telingamerupakan keluhan yang umum pada tahap awal

    dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan

    nyeri tekan daun telinga.

    3.

    Gatalmerupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu

    rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan

    penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    21/52

    permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna

    kronik merupakan keluhan utama.

    4.

    Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis

    eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,

    penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering

    menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.

    Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang

    digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan

    peredaman hantaran suara.

    Tanda-Tanda Klinis

    Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :

    1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang

    telinga menyempit.

    2.

    Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan

    eksudat positif

    3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

    4.

    Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema

    positif.

    2.3. Otomikosis

    Otomikosis adalah infeksi jamur superfisial atau subakut pada kanalis

    auditorius externus. Liang telinga merupakan tempat yang ideal untuk

    tumbuhnya organisme saprofit seperti jamur tertentu karena liang telinga

    dihubungkan dengan udara luar oleh suatu lubang yang sempit, sehingga dapatberfungsi sebagai tabung biakan dan merupakan media yang sangat baik untuk

    pertumbuhan jamur. Jamur biasanya menginvasi secara sekunder pada jaringan

    luka yang pertama kali disebabkan oleh infeksi bakteri, cedera fisik atau

    penimbunan serumen yang berlebihan di kanalis auditorius externus.

    Otomikosis dapat diklasifikasikan menjadi otomikosis primer dan

    sekunder. Otomikosis primer biasanya terjadi pada keadaan lembab saat

    atmosfir mengandung kelembapan yang tinggi. Kelembapan yang tinggi ini

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    22/52

    membuat kulit liang telinga luar membengkak dan berair. Hal ini menjadi

    predisposisi infeksi jamur. Otomikosis sekunder terjadi sebagai

    immunocompromised seseorang dan pada orang yang mengalami OMSK.

    Pasien dengan OMSK biasanya menggunakan tetes telinga antibiotik spektrum

    luas. Tetes telinga ini tidak hanya membunuh patogen tetapi juga komensal

    alami yang menyebabkan infeksi jamur sekunder.

    Jamur dapat sebagai penyebab utama dari suatu infeksi primer, tetapi

    biasanya juga disertai dengan infeksi bakteri kronik yang berasal dari kanalis

    eksterna ataupun telinga tengah. Otomikosis sekunder dapat terjadi jika

    penyebab infeksi primer tidak diatasi. Semua jamur dapat berkembang pada

    lingkungan yang suasananya lembab, hangat dan gelap. Dari ketiga faktor

    tersebut suasana lembab merupakan faktor predisposisi yang mempercepat

    pertumbuhan jamur.

    Terdapat beberapa faktor yang memudahkan timbulnya otomikosis :

    1.Terjadinya perubahan pH epitel liang telinga yang semula bersifat asam

    menjadi bersifat basa.

    2.

    Temperatur dan kelembaban udara.

    3.

    Trauma, kebiasaan mengorek telinga dengan bahan yang kurang bersih, atau

    mengorek telinga terlalu keras sehingga menimbulkan goresan pada kulit

    liang telinga.

    4.Korpus alienum (benda asing) dalam telinga seperti air, timbunan serumen

    atau serangga.

    5.Kelainan kongenital, yaitu bentuk liang telinga yang sempit dan melekuk

    lebih tajam sehingga menghalangi pembersihan serumen atau menyebabkan

    kelembaban yang tinggi pada liang telinga.6.

    Penggunaan antibiotika dan steroid yang lama pada telinga.

    7.Imunnocompromised condition.

    8.

    Penyakit kulit seperti dermatitis seboroikdanpsoriasis.

    Jamur yang paling sering menyebabkan otomikosis merupakan spesies

    Aspergillus dan Candida, meskipun jamur yang lain juga dapat ditemukan.

    Aspergillus merupakan jamur yang berspora yang membentuk hifa. Aspergillus

    flavus, Aspergillus niger dan Aspergillus fumigatus merupakan 3 spesies yang

    paling sering ditemukan. Jamur-jamur ini berbentuk spora yang berwarna

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    23/52

    kuning, hitam/coklat dan abu-abu. Candida merupakan jamur dimorfik. Dapat

    terlihat sebagai bentuk pseudohifa dan sebagai jamur berbentuk kuncup.

    Gejala awal otomikosis adalah perasaan penuh pada telinga dan rasa

    gatal pada liang telinga. Kadang-kadang juga ditemukan adanya cairan.

    Penyumbatan liang telinga dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan

    mendengar bunyi mendenging (tinitus). Pada pemeriksaan otoskopi

    menunjukkan adanya kumpulan kotoran (debris), tampak meradang (eritema)

    dan pembengkakan liang telinga. Jika penyebabnya adalah Aspergillus niger

    sering ditemukan adanya spora berwarna kehitaman.

    Penatalaksanaan terpenting adalah menghilangkan faktor predisposisi,

    penggunaan antijamur dan menjaga kebersihan liang telinga. Pengobatannya

    ialah dengan membersihkan liang telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam

    alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapat menyembuhkan.

    Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan

    secara topikal.

    2.4. Herpes Zoster Otikus

    Herpes Zoster Otikus adalah infeksi virus pada telinga dalam, telinga

    tengah dan telinga luar. HZO manifestasinya berupa otalgia berat yang disertai

    dengan erupsi kulit biasanya pada CAE dan pinna. Bila disertai dengan paralisis

    n VII maka disebut sebagai Ramsay Hunt Syndrome. Patofisiologi : merupakan

    reaktifasi dari varicella-zoster virus (VZV) yang terdistribus sepanjang saraf

    sensoris yang menginervasi telinga, termasuk didalamnya ganglion

    genikulatum. Apabila gejala disertai kurang pendengaran dan vertigo, maka ini

    adalah akibat penjalaran infeksi virus langsung pada N. VIII pada posisi sudutserebelo pontin, atau melalui vasa vasorum. Anamnesis disertai riwayat : nyeri

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    24/52

    dan terasa panas pada sekitar telinga, wajah, mulut dan lidah. Vertigo, nausea,

    muntah. Kurang pendengaran, hiperakusis, tinitus. Rasa sakit pada mata,

    lakrimasi. Vesikel bisa muncul sebelum, selama maupun sesudah terjadinya

    paralisis n VII.

    Perlu ditanyakan riwayat pernah terkena cacar air sebelumnya, bahkan

    saat masih kecil. Terapi : sampai saat ini sifatnya hanya suportif misalnya

    kompres hangat analgetik narkotika dan antibiotika untuk mencegah sekunder

    infeksi. Sebenarnya antivirus memberikan efek yang baik yaitu penyakit

    menjadi tidak terlalu berat dan cepat membaik.

    2.5. Infeksi Kronis Liang Telinga

    Penyakit ini merupakan akibat dari infeksi bakteri maupun infeksi jamur

    yang tidak diobati dengan baik, iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media,

    trauma belulang, adanya benda asing, penggunaan cetakan (mould) pada alat

    bantu dengar (hearing aid) dapat menyebabkn tadang kronis. Akibatnya terjadi

    stenosis atau penyempitan liang telinga da terbentuknya jaringan parut

    (sikatriks).

    Pengobatannya memerlukan rekonstruksi liang telinga.

    2.6. Otitis Media Akut

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    25/52

    Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh

    mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

    1.Etiologi

    Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun

    bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus

    ditemukan pada 25% kasus dan kadang-kadang menginfeksi telinga tengah

    bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus

    pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis.

    Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh

    bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini

    dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka

    kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lendir.

    Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena

    beberapa hal.

    - Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

    - Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek

    sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

    - Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang

    berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding

    orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius

    sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran

    Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi

    tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

    2.Patofisiologi

    Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas

    menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi

    pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke

    telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran

    Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga

    terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan

    transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel

    darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka

    sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    26/52

    pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang

    dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

    Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat

    terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung

    gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat

    bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24

    desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan

    gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).

    Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang

    terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena

    tekanannya.

    3.Gejala Klinis

    Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium

    penyakit dan umur pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan

    perubahan mukosa telinga tengah:

    1. Stadium oklusi tuba Eustachius

    Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di

    dalam telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi

    tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat

    virus atau alergi.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    27/52

    2. Stadium hiperemis (presupurasi)

    Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh

    membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah

    terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

    3. Stadium supurasi

    Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat

    pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial sertaterbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat

    sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga bertambah hebat.

    Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia, tromboflebitis dan

    nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat sebagai daerah

    yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani. Di tempat ini

    akan terjadi ruptur.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    28/52

    4. Stadium perforasi

    Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang

    tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir

    dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi

    tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

    5. Stadium resolusi

    Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal

    kembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan

    mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka

    resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut (OMA) berubah

    menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi menetap dengan

    sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih dari 3 minggu.Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    29/52

    atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa otitis media serosa

    bila sekret menetap di kavum timpani tanpa perforasi.

    Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu

    tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada

    orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa penuh

    atau kurang dengar.

    Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah suhu

    tubuh yang tinggi (>39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba

    menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang

    sakit. Setelah terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan

    anak tertidur.

    4. Diagnosis

    Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.

    1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

    2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga

    tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di

    antara tanda berikut:

    a. Menggembungnya gendang telinga

    b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

    c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

    d. Cairan yang keluar dari telinga

    3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan denganadanya salah satu di antara tanda berikut:

    a. Kemerahan pada gendang telinga

    b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

    Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-

    narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya

    pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejala-

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    30/52

    gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tidak spesifik untuk OMA

    sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.

    Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa

    liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya

    gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi

    kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.

    Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi

    pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga

    yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga

    terhadap perubahan tekanan udara). Berkurang atau tidak ada sama sekali dapatdilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas

    diagnosis OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan

    otoskop biasa. Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis

    (penusukan terhadap gendang telinga). Namun timpanosentesis tidak dilakukan

    pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah OMA

    pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan intensif di

    rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi

    respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan

    komplikasi.

    5. Pencegahan

    Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah

    pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak dan penghindaran pajanan terhadap

    asap rokok. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    31/52

    31

    6. Komplikasi

    Sebelum adanya antibiotik, otitis media akut (OMA) dapat menimbulkan

    komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Otitis

    media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,

    termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi. Salah satunya adalah

    mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati.

    Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan

    pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat

    mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan

    bicara dan bahasa. Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam

    telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.

    7. Penatalaksanaan

    Terapi OMA bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada

    stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian

    antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

    Stadium Oklusi. Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius

    sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl

    efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan

    fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Selain itu sumber infeksi lokal

    harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.

    Stadium Presupurasi. Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.

    Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan

    miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin.

    Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau

    sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar

    konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis

    terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik

    diberikan minimal selama 7 hari.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    32/52

    32

    Stadium Supurasi. Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan

    miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan

    tidak terjadi ruptur.

    Stadium Perforasi. Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut.

    Diberikan obat cuci telinga H2O23% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat

    sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri

    dalam 7-10 hari.

    Stadium Resolusi. Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak

    ada lagi, dan perforasi menutup.

    Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang

    telinga luar melalui perforasi di membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan

    karena berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian,

    antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah

    pengobatansekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.

    Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3

    minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi

    menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka

    keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    33/52

    33

    2.7. Otitis Media Supuratif Kronik

    Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah radang kronis telinga tengah

    dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea)

    lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau

    kental, bening atau berupa nanah. Batasan waktu 2 bulan tersebut dari negara ke negara

    bervariasi, WHO menentukan batasan waktu 2 minggu (Helmi, 2005). Bailey dan

    Scott-Browns mengatakan batasan waktu OMSK adalah lebih dari 3 bulan (Canter,

    1997 ; Kenna, 2006)..Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi kronis bidang

    THT di Indunesia yang masih sering menimbulkan ketulian dan kematian (Djaafar,

    2001).

    Angka kejadian OMSK jauh lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang

    dibandingkan dengan negara maju, karena beberapa hal misalnya higiene yang kurang,

    faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk serta masih ada pengertian

    masyarakat yang salah terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai

    tuntas.

    Berdasarkan hasil survei epidemiologi yang dilakukan di tujuh propinsi di

    Indonesia tahun 1994-1996, didapati bahwa prevalensi OMSK secara umum adalah

    3,8%. Disamping itu pasien OMSK merupakan 25% dari pasien yang berobat di

    poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Angka kejadian OMSK yang rendah, di

    negara maju ditemukan pada pemeriksaan berkala, pada anak sekolah yang dilakukan

    oleh School Health Service di Inggris Raya sebesar 0,9%, tetapi prevalensi OMSK yang

    tinggi juga masih ditemukan pada ras tertentu di negara maju, seperti Native American

    Apache 8,2%, Indian Kanada 6%, dan Aborigin Australia 25% (Djaafar, 2005). Data

    poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    34/52

    34

    merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008

    adalah 28 dan 29%.

    Survei prevalensi diseluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal

    definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia

    akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya

    (39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.

    1. Patogenesis

    Hingga saat ini patogenesis OMSK masih belum diketahui dengan jelas.

    Goodhill dan Paparella menyatakan bahwa OMSK merupakan penyakit yang

    sebagian besar sebagai komplikasi infeksi saluran pernapasan bagian atas,

    kelanjutan dari otitis media akut yang tidak sembuh. Kemungkinan besar proses

    primer terjadi pada sistem tuba eustachius, telinga tengah dan selulae mastoidea.

    Proses ini khas, berjalan perlahan-lahan secara kontinu dan dinamis, berakibat

    hilangnya sebagian mambran timpani sehingga memudahkan proses menjadi

    kronik. Faktor-faktor yang menyebabkan proses infeksi menjadi kronik sangat

    bervariasi, antara lain :

    a. Gangguan fungsi sistem tuba eustachius yang kronik akibat infeksi hidung dan

    tenggorok yang kronik atau berulang, atau adanya obstruksi tuba eustachius

    parsial atau total.

    b. Perforasi membran timpani yang menetap.

    c. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik yang menetap pada

    telinga tengah.

    d. Gangguan aerasi telinga tengah atau rongga mastoid yang sifatnya menetap. Hal

    ini disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi

    atau timpanoslerosis.

    e. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelembaban umum atau perubahan

    mekanisme pertahanan tubuh.

    2. Patologi

    Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok

    dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba eustachius sehingga rongga timpani

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    35/52

    35

    mudah mengalami gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat mengeluarkan

    sekret terus-menerus atau hilang timbul.

    Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses kongesti vaskuler,

    sehingga terjadi suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah nekrotik yang

    berupa bercak kuning, yang bila disertai tekanan akibat penumpukan sekret dalam

    rongga timpani dapat mempermudah terjadinya perforasi membran timpani.

    Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga timpani selalu berhubungan

    dengan dunia luar, sehingga kuman darikanalis auditorius eksternus dan dari luar

    dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani, menyebabkan infeksi mudah

    berulang atau bahkan berlangsung terus-menerus. Keadaan kronik ini lebih

    berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.

    Ketidakseragaman gambaran patologi ini disebabkan oleh proses yang bersifat

    kambuhan atau menetap, efek dari kerusakan jaringan, serta pembentukan jaringan

    parut.

    Selama fase aktif, epitel mukosa mukosa mengalami perubahan menjadi

    mukosa sekretorik dengan sel goblet yang mengekskresi sekret mukoid atau

    mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret persisten yang berlangsung lama

    menyebabkan mukosa mengalami pross pembentukan jaringan granulasi dan atau

    polip. Jaringan patologis dapat menutup membran timpani, sehingga menghalangi

    drainase, menyebabkan penyakit menjadi persistenPerforasi membran timpani

    ukurannya bervariasi. Pada proses penutupannya dapat terjadi pertumbuhan epitel

    skuamosa masuk ke telinga tengah, kemudian terjadi proses deskuamasi normal

    yang akan mengisi telinga tengah dan antrum mastoid, selanjutnya membentuk

    kolesteatoma akuisita sekunder, yang merupakan media yang baik bagi

    pertumbuhan kuman patogen dan bakteri pembusuk. Kolesteatoma ini mampu

    menghancurkan tulang di sekitarnya termasuk rangkaiain tulang pendengaran oleh

    reaksi erosi dari enzim osteolitik atau kolegenase yang dihasilkan oleh proses

    kolesteatoma dalam jaringan ikat subepitel. Pada proses penutupan membran

    timpani dapat juga terjadi pembentukan membran atrofi dua lapis tanpa unsur

    jaringan ikat, dimana membran bentuk ini akan cepat rusak pada periode infeksi

    aktif

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    36/52

    36

    3. Etiologi

    OMSK dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

    a. Lingkungan Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum

    jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan

    sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang

    lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan

    kesehatan secara umum, diet dan tempat tinggal yang padat.

    b. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama

    apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang

    dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada

    penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau

    sekunder.

    c. Otitis media sebelumnya Secara umum dikatakan otitis media kronis

    merupakan kelanjutan dari otitis media akut atau otitis media dengan efusi,

    tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan

    yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.

    d. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah

    baik aerob ataupun anaerob menunjukkan organisme yang multipel. Organisme

    yang terutama dijumpai adalah gram negatif, bowel-type flora dan beberapa

    organisme lainnya.

    e. Infeksi saluran napas atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga

    sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi

    mukosa telinga tengah dan menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh

    terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga

    memudahkan pertumbuhan bakteri.

    f. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih

    besar terhadap otitis media kronis.

    g. Alergi Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih

    tinggi dibanding yang bukan alergi.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    37/52

    37

    h. Gangguan fungsi tuba eustachius. Pada otitis media supuratif kronis aktif,

    tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan

    fenomena primer atau sekunder masih belum diketahui.

    4. Klasifikasi

    Secara klinis OMSK dapat dibagi atas dua tipe yaitu:

    a. Tipe Tubotimpanal

    Disebut juga tipe aman/benigna, karena jarang menimbulkan

    komplikasi yang berbahaya. Biasanya tipe ini didahului oleh gangguan fungsi

    tuba yang menyebabkan kelainan di kavum timpani. Tipe ini disebut juga

    dengan tipe mukosa karena proses peradangannya biasanya hanya pada

    mukosa telinga tengah. Perforasi pada tipe ini biasanya letaknya sentral.

    b.

    Tipe Atikoantral

    Disebut juga tipe maligna/berbahaya karena dapat menimbulkan

    komplikasi yang serius dan mengancam jiwa penderita. Biasanya dapat juga

    terjadi proses erosi tulang atau kolesteatoma, granulasi atau osteitis. Perforasi

    letaknya marginal atau atik (Ballenger, 1997, Lasisi, Olaniyan, Mulbi et al,

    2007).

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    38/52

    38

    5. Gejala dan Tanda

    a. Telinga berair (otore)

    Otore (aural discharge) merupakan manifestasi otitis media kronis

    yang paling sering dijumpai. Pada OMSK tipe benigna, cairan yang keluar

    biasanya bersifat mukopurulen yang tidak berbau busuk. Keluarnya sekret

    biasanya hilang timbul. Sedangkan pada OMSK tipe maligna, sekret yang

    keluar bersifat purulen dan berbau busuk, berwarna abu-abu kotor kekuning-

    kuningan oleh karena adanya kolesteatoma yang menyebabkan proses

    degenerasi epitel dan tulang.

    Keluarnya sekret dapat didahului oleh infeksi saluran nafas atas atau

    kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Sekret yang

    bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip

    telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatoma yang mendasarinya. Suatu

    sekret yang encer tanpa disertai rasa nyeri mengarahkan kemungkinan suatu

    tuberkulosis.

    c. Gangguan pendengaran

    Pada umumnya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat

    campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi

    sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatoma dapat

    menghantarkan bunyi dengan efektif ke fenestra ovale.

    d. Nyeri

    Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada

    merupakan suatu tanda yang serius. Nyeri dapat berarti adanya ancaman

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    39/52

    39

    komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya duramater atau

    dinding sinus lateralis atau ancaman pembentukan abses otak.

    e. Vertigo

    Hal ini merupakan gejala serius lainnya. Gejala ini memberikan kesan

    adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang dan sering terjadi

    pada kanalis semisirkularis horizontal.

    f. Perforasi membran timpani

    Perforasi membran timpani dapat bersifat sentral, subtotal, total, atik

    ataupun marginal. Pada perforasi atik atau marginal perlu dicurigai adanya

    kolesteatoma. Jaringan granulasi atau polip dapat juga ditemukan..

    Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:

    a.

    Terdapat abses atau fistel retroaurikuler.

    b. Terdapat polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari

    dalam telinga tengah.

    c. Terlihat kolesteatoma pada telinga tengah terutama di epitimpani.

    d. Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma).

    e. Terlihat bayangan kolesteatoma pada foto Rontgen mastoid.

    6.

    Diagnosis

    Diagnosis OMSK dapat ditegakkan berdasarkan :

    a. Anamnesis

    Anamnesis yang lengkap sangat membantu menegakkan diagnosis

    OMSK. Biasanya penderita datang dengan riwayat otore menetap atau

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    40/52

    40

    berulang lebih dari tiga bulan. Penurunan pendengaran juga merupakan

    keluhan yang paling sering. Terkadang penderita juga mengeluh adanya

    vertigo dan nyeri bila terjadi komplikasi.

    b. Pemeriksaan otoskopi

    Pemeriksaan otoskopi dapat melihat lebih jelas lokasi perforasi,

    kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. OMSK ditegakkan jika

    ditemukan perforasi membran timpani.

    c. Pemeriksaan audiometri

    Pemeriksaan audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif

    dan fungsi koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada

    hantaran udara dan hantaran tulang serta penilaian diskriminasi tutur, besarnya

    kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan dan bisa ditentukan

    manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengarannya.

    d. Pemeriksaan radiologi

    Pemeriksaan radiologi dari mastoid perlu untuk melihat perkembangan

    pneumatisasi mastoid dan perluasan penyakit. Foto polos dan CT Scan dapat

    menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma dan keadaan tulang-tulang

    pendengaran juga dapat diperhatikan.

    e.

    Pemeriksaan mikrobiologiPemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan

    bakteri penyebab OMSK dan antibiotika yang tepat.

    7. Penatalaksanaan

    Ada dua hal yang penting diperhatikan apabila kita merawat penderita

    OMSK yaitu kelainan patologi yang berperan sebagai sumber infeksi di dalam

    telinga tengah serta seberapa jauh kelainan patologi tersebut sudah mengganggu

    fungsi pendengaran.

    Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah konservatif atau medikamentosa.

    Bila sekret keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa

    larutan H2O2 3% selama tiga sampai lima hari. Setelah sekret berkurang maka

    terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung

    antibiotika. Secara oral diberikan antibiotika sesuai kultur dan tes sensitivitas.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    41/52

    41

    Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi

    selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi

    ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

    timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

    pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

    Prinsip pengobatan pada OMSK tipe maligna adalah pembedahan, yaitu

    mastoidektomi. Jadi bila terdapat OMSK tipe maligna maka terapi yang tepat

    adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi

    konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum

    dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses retroaurikular, maka insisi abses

    sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi

    (Veldman, Braunius, 1998; Djaafar, 2004).

    2.8. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronik

    Otitis media supuratif baik yang akut maupun kronik mempunyai potensi untuk

    menjadi serius karena komplikasinya. Komplikasi sering terjadi pada OMSK tipe

    maligna, namun pada tipe benigna juga dapat terjadi bila virulensi patogen tinggi.

    Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang

    normal dilewati, sehingga infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitarnya. Pertahanan

    pertama adalah mukosa kavum timpani yang mampu mengisolasi infeksi. Bila sawar ini

    rusak, sawar kedua adalah dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid, sehingga jika

    sawar ini runtuh, jaringan di sekitarnya akan mengalami infeksi. Kerusakan periostium

    akan menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relatif tidak

    berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke tulang temporal, maka akan menyebabkan

    paresis n. Fasialis atau labirinitis. Bila ke arah kranial, akan menyebabkan abses

    ekstradural, tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Ketika sawar

    tulang rusak, terdapat sawar ketiga yaitu terbentuknya jaringan granulasi.

    Pada otitis media supuratif akut atau suatu eksaserbasi akut, penyebaran

    biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Pada kasus kronis, penyebaran

    terjadi melalui erosi tulang, melalui toksin yang masuk melalui beberapa jalan, seperti

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    42/52

    42

    fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perlimfatik dan duktus

    endolimfatik.

    Penyebaran melalui hematogen dapat diketahui dengan, (1) komplikasi terjadi

    pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, (2) dapat terjadi pada hari pertama

    sampai hari kesepuluh, gejala prodormal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala

    meningitis lokal, (3) pada operasi didapatkan dinding telinga tengah utuh dan tulang

    serta lapisan mukoperiosteal, meradang dan mudah berdarah sehingga disebut juga

    mastoiditis hemoragika.

    Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila (1) komplikasi terjadi

    beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit, (2) gejala prodromal infeksi lokal

    biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas misalnya paresis n. Fasialis ringan

    yang hilang timbul mendahului paresis n. Fasialis yang total atau gejala meningitis

    lokal yang mendahului meningitis purulen. (3) Pada operasi dapat ditemukan lapisan

    tulang yang rusak di antara fokus supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan

    lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi.

    Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif kronik menurut Adams dkk

    sebagai berikut :

    1. Komplikasi di telinga tengah

    a. Perforas membran timpani persisten

    b. Erosi tulang pendengaran

    c. Paralisis nervus fasialis

    2. Komplikasi di telinga dalam

    a. Fistula labirin

    b. Labirinitis supuratif

    c. Tuli saraf (sensorineural)

    3. Komplikasi ekstradural

    a.

    Abses ekstradural

    b. Trombosis sinus lateralis

    c. Petrositis

    4. Komplikasi ke susunan saraf pusat

    a. Meningitis

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    43/52

    43

    b. Abses otak

    c. Hidrosefalus otitis

    1) Erosi Tulang Pendengaran

    Pada infeksi telinga hampir selalu menyebabkan terjadinya tuli konduktif.

    Pada membrana timpani yang utuh tapi disertai dengan terputusnya rangkaian

    tulang pendengaran akan menyebabkan tuli konduktif berat. Biasanya derajat tulikonduktif tidak selalu berhubungan dengan penyakitnya, sebab jaringanpatologi

    seperti kolesteatoma yang terdapat di dalam kavum timpani dapat menghantarkan

    suara ke telinga dalam.

    2) Paresis Nervus Fasialis

    Pada otitis media akut, nervus fasialis dapat langsung terkena dengan cara

    penyebaran infeksi langsung melalui kanalis fasialis. Pada otitis media kronis,

    kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatoma atau jaringan granulasi,

    disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis.

    Pada otitis media akut operasi dekompresi tidak diperlukan. Perlu

    diberikan antibiotik dosis tinggi dan drenase untuk menghilangkan tekanan di

    dalam kavum timpani. Pada Otitis Media Kronis operasi dekomperesi harus

    segera dilakukan.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    44/52

    44

    3) Fistula Labirin

    Pada OMSK jika terjadi kolesteatoma dapat menyebabkan kerusakan pada

    vestibuler labirin sehingga terbentuk fistula. Fistula di labirin dapat iketahui

    dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif atau negatif ke

    liang telinga melalui otoskop Siegel dengan balon yang kedap atau corong telinga

    yang berbentuk elips pada ujung yang dimasukkan ke dalam liang telinga.

    Pemeriksaan radiologik tomografi dan CT-scan terkadang membantu

    memperlihatkan fistula labirin, yang ditemukan di kanalis semisirkularis

    horizontal. Operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan

    menutup fistula sehinggga fungsi telinga dapat pulih kembali.

    4) Labirintitis

    Labirintitis terjadi akibat penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Gejala

    pada labirintitis berupa vertigo dan tuli sensorineural. Terdapat dua bentuk

    labirinitis yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Pada kedua bentuk

    labirintitis ini operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari

    telinga tengah, terkadang dilakukan drenase, dan pemberian antibiotik untuk

    mengobati otitis media. Terkadang jugadiperlukan drenase nanah untuk

    mencegah meningitis. Pemberian antibiotik yang adekuat terutama ditujukan

    kepada pengobatan otitis media kronik dengan/tanpa kolesteatoma.

    5) Petrositis

    Petrositis adalah infeksi dari telinga yang sampai pada os. Petrosum.

    Penyebaran infeksi tersering melalui penyebaran langsung ke sel-sel udara.

    Adanya petrositis sudah harus dicurigai apabila pada otitis media disertai gejala

    keluhan diplopia (terkena n.VI), rasa nyeri di daerah parietal atau oksipital

    (terkena n.V), dan otore persisten, yang dikenal dengan nama sindrom

    Gradenigo.

    Kecurigaan petrositis terutama jika terdapat nanah yang keluatr terus

    menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca mastoidektomi. Tatalaksana pada

    petrositis adalah operasi dan pemberian antibiotik protokolkomplikasi intra

    kranial. Pada saat dilakukan operasi dilakukan juga eksplorasi sel-sel udara tulang

    petrosum untuk mengeluarkan jaringa patogen.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    45/52

    45

    6) Trombosis Sinus Lateralis

    Trombosis sinus lateralis terjadi akibat invasi infeksi ke sinus sigmoid

    ketika melewati tulang mastoid. Gejala dapat berupa demam tanpa diketahui

    penyebabnya, suhu tubuh menurun dan disertai menggigil, nyeri tidak jelas, dan

    kultur darah positif.

    Pengobatan harus dilakukan dengan jalan bedah dengan membuang sumber

    infeksi di sel-sel mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus atau

    dinding sinus yang nekrotik. Jika sudah terbentuk trombus makan trombus

    dikeluarkan dengan cara drenase sinus.

    7) Abses Ekstradural

    Abses ekstradural adalah terkumpulnya nanah diantara duramater dan

    tulang. Pada otitis media ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan

    kolesteatom yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid. Gejalanya

    terutama berupa nyeri telinga dan nyeri kepala. Dengan foto rontgen yang baik

    terutama dengan posisi schuller dapat dilihat kerusakan pada lempeng segmen

    yang menandakan tertembusnya tegmen.

    8) Meningitis

    Meningitisadalah komplikasi otitis media tersering ke SSP. Gejala yang

    nampak biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual, muntah

    proyektil, nyeri kepala hebat, dan kesadaran menurun. Pada pemeriksaan CSF

    ditemukan/tidak ditemukan bakteri, kadar gula menurun, dan kadar protein

    meninggi. Tatalaksana ditujukan untuk mengobati meningitis dengan antibiotik,

    diikuti mastoidektomi untuk menanggulangi infeksi di telinga

    9) Abses Otak

    Abses otak merupakan perluasan langsung infeksi dari mastoid atau

    tromboflebitis sinus lateralis. Abses dapat terjadi pada serebelum, fosa kranial

    media/posterior, atau di lobus temporal. Gejala yang muncul dapat berupa afasia,

    tremor intensif, tidak tepat menunjuk suatu objek, nyeri kepala, mual, muntah,

    demam, letargi, dan edema papil. Pada pemeriksaan CSF akan ditemukan kadar

    protein tinggi, dan tekanan CSF tinggi. Pengobatan abses otak dilakukan dengan

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    46/52

    46

    menggunakan antibiotik parenteral dosis tinggi disertai mastoidektomi untuk

    membuang fokus infeksi.

    10)Hidrosefalus otitis

    Hidrosefalus otitis disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang

    mengakibatkan kegagalan absorpsi CSF oleh araknoid. Ditandai dengan

    peninggian tekanan CSF tanpa disertai adanya kelainan kimiawi dari CSF

    tersebut.Gejala yang muncul dapat berupa nyeri kepala menetap, diplopia,

    pandangan kabur, mual, dan muntah.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    47/52

    47

    Pedoman Tatalaksana OMSK

    Otorea kronis

    Otoskopi

    MT utuh MT perforasi

    Otitis eksterna difusa

    Otomikosis

    Dermatitis / eksim

    OMSK

    Komplikasi (-)

    Kolesteatoma (-) Kolesteatoma (+)

    Lihat algoritma 1 Lihat algoritma 2Lihat algoritma 1

    Onset, progresivitas, predisposisi,

    penyakit sistemik, fokus infeksi,

    riwayat pengobatan, cari gejala/

    tanda komplikasi

    Komplikasi (+)

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    48/52

    48

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    49/52

    49

    Algoritma 2

    OMSK + komplikasi

    Abses subperiosteal

    Labirinitis

    Abses ekstra dura

    Abses perisinus Tromboflebitissinus lateral

    Meningitis

    Komplikasi intra

    temporal

    Komplikasi intra

    kranial

    Antibiotik dosis tinggi

    Mastoidektomi

    Rawat inap

    Periksa sekret telinga

    Antibiotik IV dosis tinggi 7

    15 hari

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    50/52

    50

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    51/52

    51

    KESIMPULAN

    1. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

    2. Infeksi telinga dapat terjadi di ketiga bagian telinga.

    3. Infeksi telinga luar dapat berupa : infeksi auricular, otitis eksterna, otomikosis, serta herpes

    zoster otikus

    4. Infeksi telinga tengah tersering adalah otiitis media, akut maupun kronik.

    5. Pengobatan yang adekut pada infeksi telinga sangat penting, untuk mencegah terjadinya

    komplikasi terutama ketulian.

  • 8/11/2019 INFEKSI TELINGA, referat

    52/52