INFEKSI NOSOKOMIAL.2

17

Click here to load reader

Transcript of INFEKSI NOSOKOMIAL.2

Page 1: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

INFEKSI NOSOKOMIAL

Oleh :

ARIFATUN NISAAJ 410 080 026

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

Page 2: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

A. LATAR BELAKANG

Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat

sekarang ini, terbukti dari banyaknya laporan tentang kejadian infeksi nosokomial di

rumah-rumah sakit, baik di luar maupun di dalam negeri, dengan konsekwensi

meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Di negara maju seperti Amerika Serikat

dan negara-negara Eropa, infeksi nosokomial ini telah lama dikenal, tetapi baru mendapat

perhatian serius pada 20 tahun terakhir ini. Dirumah sakit dengan fasilitas adanya suatu

tim yang secara aktif mengkontrol penyakit penyakir infeksi, kejadian infeksi nosokomial

masih akan dijumpai 5-10%3.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di dalam rumah sakit atau infeksi

oleh miroorganisme yang diperoleh selama dirawat di rumah sakit. Terjadinya infeksi

nosokomial merupakan hal yang paling sulit dihadapi klinisi dalam menangani penderita-

penderita gawat. Kejadian infeksi nosokomial menjangkau paling sedikit sekitar 9%

(variasi 3-21%) dari lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap rumah sakit di seluruh dunia. Di

negara maju, angka kejadian infeksi nosokomial telah dijadikan salah satu tolok ukur

mutu pelayanan rumah sakit. Mengingat besarnya masalah infeksi nosokomial serta

kerugian yang diakibatkannya, diperlukan upaya pengendalian yang dapat menurunkan

risiko infeksi nosokomial.

‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan.

Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang

didapat dalam rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada

20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial. Di seluruh dunia, 10 persen

pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat 1,4 juta

infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI

Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi

yang baru selama dirawat.

B. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini antara lain:

1. Sebagai bahan kajian mengenai infeksi nosokomial

Page 3: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya infeksi nosokomial

3. Sebagai sarana untuk mengetahui cara pencegahan infeksi nosokomial

C. LANDASAN TEORI

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi pada pasien setelah pasien dirawat di

rumah sakti selama 42-72 jam atau dalam kurun waktu 10 hari setelah keluar dari rumah

sakit. Dengan adanya Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang memberikan pelayanan rawat-

inap bagi pasien, maka ada kemungkinan terjadi infeksi nosokomial bagi pasien tersebut.

Kata nosokomial berasal dari kata dalam bahasa yunani Nosokomien yang artinya rumah

sakit atau tempat perawatan. Kata itu sendiri berasal dari Norus artinya penyakit,

komeion berarti merawat. Nosokomial diartikan segala sesuatu yang berasal atau

berhubungan dengan rumah sakit atau tempat perawatan.

Infeksi nosokomial dapat terjadi karena :

1.  Daya tahan atau kekebalan pasien rendah.

2.  Jumlah pasien yang dirawat terlalu banyak.

3.  Kurangnya petugas kesehatan, sehingga cenderung tidak dapat menjalankan prosedur

baku.

4.  Fasilitas perawatan dalam rumah sakit tidak memadai.

5.  Keberadaan keluarga pasien yang turut membantu perawatan.

6.  Tata ruang rumah sakit kurang baik.

7.  Adanya kasus rujukan dari rumah sakit lain yang memiliki masalah penyakit endemik.

8.  Adanya kasus karier penyakit menular yang tidak relevan dengan penyakit yang

sedang diderita.

9.  Pergantian petugas dari satu unit ke unit lain.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berasal dari fasilitas kesehatan, misalnya

infeksi yang terjadi pada pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya yang tidak

tidak sedang dalam masa inubasi waktu penderita pulang kerumah dan juga infeksi pada

petugas tempat perawatan tersebut yang penularannya terjadi dirumah sakit juga atau

dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan

Page 4: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

kesehatan yang berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik

melalui :

1. Pasien, merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien

lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang lainnya.

2. Petugas kesehatan, dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat

menularkan berbagai kuman ke tempat lain.

3. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan

rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.

4. Sumber Lainnya, yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi

lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit

yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.

Infeksi nosokomial sebetulnya bukan masalah baru. Semenjak adanya penderita

yang dirawat ditempat perawatan masalah ini sudah ada. Namun yang tercatat dalam

sejarah kesehatan menjurus kearah ditemukannya peranan antiseptik dalam pencegahan

penularan penyakit. Infeksi nosokomial ini selain meningkatkan resiko kematian

penderita, juga mengakibatkan perpanjangan masa tinggal dirumah sakit sehingga

meningkatkan biaya perawatan yang harus dibayar penderita.

D. PERMASALAHAN

Resiko terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh faktor resiko pada pasien itu

sendiri misalnya usia tua atau bayi premature, juga dipengaruhi oleh lingkungan misalnya

rawat-inap yang terlalu lama. Faktor resiko terjadinya infeksi ini adalah:

• Tipe dan jenis pernapasan

• Perokok berat

• Tidak sterilnya alat-alat bantu

• Obesitas

• Kualitas perawatan

• Penyakit jantung kronis

• Penyakit paru kronis

• Beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ

• Tingkat penggunaan antibiotika

Page 5: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

• Penggunaan ventilator dan intubasi

• Penurunan kesadaran pasien

Penyakit yang biasa ditemukan antara lain: respiratory syncytial virus dan

influenza. Pada pasien dengan sistem imun yang rendah, pneumonia lebih disebabkan

karena Legionella dan Aspergillus. Sedangkan dinegara dengan prevalensi penderita

tuberkulosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat diperhatikan. Terjadinya infeksi

nosokomial adalah karena beberapa faktor:

1. Agen penyakit, Macam-macam agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur,

parasit atau rickettsia. Dan macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh

patogenitasnya, virulensinya, daya invasifnya dan dosis infeksinya.

2. Resevior/sumber, Semua kuman ada reseviornya/sumbernya seperti virus, reseviornya

adalah manusia, kuman positif gram manusia, tetapi kuman negatif dapat manusia dapat

juga alam seperti Pseudomonas. Apabila reseviornya manusia, maka dapat berasal dari

traktus respiratorius, traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah

(hepatitis B). Kuman itu akan ada diudara pada debu seperti Salmonella, pada droplet

seperti Mycrobacterium atau pada kulit yang lepas.

3. Lingkungan, Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembapan udara, suhu dan

pergerakan udara atau tekanan udara.

4. Penularan, Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada 4

jalan yang dapat ditempuh:

a. Kontak langsung (perawat)

b. Alat (endoskop)

c. Udara

d. Vektor (lalat)

5. Hospes , tergantung port d'entree (tempat masuknya penyakit)

a. Melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.

b. Melalui traktus digestivus seperti Eschericha coli, Shigella, Salmonela.

c. Melalui traktus respiratoris bagian atas partikel =5µ. Apakah melalui traktus

respiratorius bagian bawah partikel =5µ.

d. Melalui traktus urinarius seperti Klebsiel la pneumoniae.

Page 6: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

Pada hospes tergantung pula pada imunitas alamiah atau buatan yang aktif maupun pasif.

Dalam infeksi nosokomial ada yang dapat dicegah dan ada yang tidak dapat dicegah.

Yang dapat dicegah terjadinya infeksi nosokomial adalah tindakan cuci tangan sebelum

operasi atau cuci tangan dan pakai masker dalam merawat penderita dari sang satu pindah

ke yang lain. Sedangkan infeksi yang tidak dapat dicegah adalah karena faktor hospes

sendiri yang berubah atau menurun daya imunitasnya karena sakitnya atu karena

pengobatannya.

E. PENYELESAIAN MASALAH

Pada umumnya mikro organisme yang sering menyebabkan infeksi nosokomial

pada bayi baru lahir dan masa neonatus adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus

pyogenes, Streptococcus faecalis, Pneumococcus, Listeria monocytogenes, Bacillus

proteus, Hemophillus influenzae, Salmonella sp, Kleibsiella sp, Pseudomonas aeruginosa,

Neisseria gonorrheae, Candida albicans, dan Virus.

Rantai penularan

Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar berikut), yang ada

pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara

penularan tertentu masuk ke tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di

rumah sakit rentan terhadap infeksi (terutama Odha yang mempunyai sistem kekebalan

yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman

penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

Page 7: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

Menurut Mc. Cracken (1981) infeksi nosokomial oleh virus dapat disebabkan oleh

ECHO (Enteric Cythopathogenic Human Orphan) virus yang dapat menyerang alat

pernafasan, pencernaan, selaput otak (aseptic meningitis), Coxsackie virus menyebabkan

miokarditis, meningoensefalitis, Adeno virus menyebabkan pneumonia,

hepatosplenomegali, ikterus dan perdarahan, Syncytial virus yang terutama menyerang

alat pernafasan. Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang

terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:

• Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan

penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan disinfektan.

• Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

• Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup,

dan vaksinasi.

• Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

• Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.

Pedoman pencegahan bagi petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1.  Semua petugas kesehatan harus rutin menggunakan sarana yang dapat mencegah

kontak kulit dan selaput lendir dengan darah atau cairan tubuh lainnya dari setiap pasien.

     a.  Harus menggunakan sarung tangan bila : menyentuh darah atau cairan tubuh,

selaput lendir atau kulit yang tidak utuh; mengelola alat kedokteran/kedokteran gigi yang

tercemar darah atau cairan tubuh; mengerjakan semua prosedur yang menyangkut

pembuluh darah. Sarung tangan harus diganti setiap selesai kontak dengan seorang

pasien.

     b.  Menggunakan masker dan pelindung mata (kacamata) atau pelindung wajah (face

shield) bila mengerjakan prosedur yang memungkinkan terjadinya percikan darah atau

cairan tubuh agar mukosa mulut, hidung dan mata terhindar dari percikan. Masker

dipakai hanya dalam waktu 20 menit, satu masker untuk satu pasien. Bila dipakai lebih

dari 20 menit, permukaan luar masker akan menjadi tempat perlekatan bakteri patogen

dan tidak lagi berfungsi sebagai barrier.

c. Memakai baju praktek khusus pada waktu melakukan tindakan yang dapat

menimbulkan percikan darah atau cairan tubuh lainnya.

Page 8: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

2.  Tangan dan bagian tubuh lainnya harus dicuci sebersih mungkin dengan sabun

antiseptik bila tercemar darah atau cairan tubuh lainnya. Tangan harus segera dicuci

segera setelah melepas sarung tangan.

3.  Semua petugas kesehatan harus memakai sarung tangan khusus (heavy duty) untuk

mencegah kemungkinan tertusuk jarum, pisau dan benda tajam lainnya selama

pelaksanaan tindakan, pada saat membersihkan peralatan, membuang sampah atau ketika

membereskan peralatan setelah berlangsungnya prosedur/tindakan. Semua benda tajam

yang telah selesai digunakan harus ditempatkan di suatu wadah khusus yang tahan

tusukan dan dimasukkan ke dalam kantung khusus (Bio Hazzard Bag), serta harus

terjamin aman untuk dibawa ke tempat pemrosesan alat atau ke tempat pemusnahannya

(incinerator).

4.  Tindakan resusitasi dari mulut ke mulut harus dihindarkan, sehingga perlu disediakan

alat resusitasi di setiap tempat yang mungkin memerlukan tindakan resusitasi.

5.  Petugas yang mempunyai luka atau lesi yang mengeluarkan cairan, misalnya

dermatitis basah, harus menghindari tugas yang bersifat kontak langsung dengan

peralatan yang telah digunakan untuk pasien. Bila dokter gigi/perawat gigi memiliki luka

pada jarinya, maka luka tersebut harus ditutup dengan plester sebelum memakai sarung

tangan. Penatalaksanaan bagi tenaga kesehatan yang berkontak dengan darah atau cairan

tubuh :

1.  Bila tertusuk jarum, terpotong dan lain-lain, keluarkan darah sebanyak-banyaknya,

cuci dengan sabun antiseptik dan air atau dengan air saja sebanyak-banyaknya.

2.  Bila mengenai mata, cuci mata dengan air atau NaCl secara hati-hati dengan mata

dalam keadaan terbuka.

3.  Bila mengenai mulut, keluarkan cairan infektif dengan cara berludah, kemudian

kumur-kumur dengan air beberapa kali.

4.  Bila mengenai kulit utuh/sedang mengalami luka, lecet atau dermatitis, cucilah

sebersih mungkin dengan air dan sabun antiseptik.

Page 9: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kejadian infeksi nosokomial pad a bayi baru lahir diberbagai rumah sakit di

Indonesia bervariasi dari 1.4 % sampai dengan 19.2 %, dimana terlihat dari tahun ke

tahun kejadian infeksi nosokomial ini semakin berkurang. Pemberian antibiotika yang

lebih dari 3 hari akan meningkatkan kolonisasi bakteri di saluran cerna dan tenggorok.

Untuk mengendalikan infeksi nosokomial pada neonatus diperlukan suatu prosedur

standard yang harus dipatuni oleh para petugas kesehatan yang terlibat di dalamnya.

Saran

• Eliminasi dan kurangi perkembangan agen penyebab infeksi dan faktor lainnya yang

menyebabkan perkembangan infeksi nosokomial.

• Penyebaran infeksi nosokomial terutama dari udara dan air harus menjadi perhatian

utama agar infeksi tidak meluas.

• Mengurangi prosedur-prosedur invasif untuk menghindari terjadinya infeksi

nosokomial.

• Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial memerlukan suatu rencana yang terintegrasi,

monitoring dan program untuk mengawasi kejadian infeksi, identifikasi penyakit dan

mengontrol penyebarannya.

Page 10: INFEKSI NOSOKOMIAL.2

DAFTAR PUSTAKA

Abdul-Hamid,S; Putu Suwendra; Ketut Tangking Widarsa:Infeksi nosokomial di bangsal

bayi Rumah Sakit Umum Pusat sanglah Denpasar. Kumpulan Makalah Bag.I

KONIKA VI Denpasar 15-19, Juli 1984

Arditi,M.; Shulman,S.T.: Nosocomial Viral Infections in Neonatal units: Part I. J Nos

Infect;4(3):8-23, 1987

Mayon-White, R.T.: Hospital infection, Education and organisation. Post Graduate

Doctor-Asia, Sept(l); 8 :189-192,1981

Abdurachman,S.: Pencegahan infeksi nosokomial di ruang perawatan neonati. Kumpulan

Makalah Bag.I KONIKA VI Denpasar 15-19, Juli 1984

Bonang, Gerard. 1982. Mikrobiologi Kedokteran. PT Gramedia. Jakarta.

Gibson, J.M. 1996. Mikrobiologi dan Parasitologi Modern Untuk Perawat. EGC. Jakarta.

Tjokronegoro, Artjatmo. 1985. MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Peter G ; Cashore W.J : Infections Acquired in the Nursery : Epidemiology and Control.

In Infectious Diseases of the Fetus and Newborn Infant 3rd Editon. Edit by

Remington and Klein. pp.1000-1019. W.B.Saunders Company 1990.

Rachma, F.B.: Gambaran kuman-kuman penyebab infeksi nosokomial pada bayi baru

lahir. Kumpulan Makalah Bag. KONIKA VI Denpasar 15-19, Juli 1984

Doebbeling,B.N. et al.: comparative Efficacy of Alternative HanWashing Agents in

Reducing Nosocomial Infections in Intensive Care Units. N Engl J Med;327:88

93,1992

Noersida,R.; Dachrul,A.; Nasution,I.K.; Nasution,M.A.; Lubis,C.P.: Prevalensi infeksi

nosokomial di ruang neonatus RS.Pirngadi. Kumpulan Makalah bag.I KONIKA

VI Denpasar 15-19, Juli 1984

Noersida Raid.; Dachrul Aldy.; Nasution,I.K.; Lubis,I.Z.: Pencegahan Infeksi Pada

Neonatus. Kongres perinasia I, Penataran & Simposium perinatologi. Yogyakarta

25-28, Mei 1983