Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

34
Dampak Lahirnya Beberapa UU terhadap Kelembagaan Ekonomi – Keuangan Mikro 2014 Ardito Binadi & Prasetyo Sunaryo Paradigma Riset Institute

Transcript of Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Page 1: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Dampak Lahirnya Beberapa UU terhadap Kelembagaan Ekonomi –

Keuangan Mikro 2014

Ardito Binadi & Prasetyo SunaryoParadigma Riset Institute

Page 2: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

IMPLIKASI UU PKN, UU OJK, PERKOPERASIAN DAN UU LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Terhadap Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro/Mikro Syariah dalam Konteks Pendayagunaan Modal Sosial

Page 3: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Beberapa Persoalan1. Masalah distribusi kepemilikan tanah, yang

ditandai dengan kesenjangan antara pertumbuhan real estate dan penyusutan lahan pertanian

2. Sentra produksi, menyangkut kehidupan orang banyak dikuasai beberapa orang saja.

3. Oligarki sekitar 500 orang, mempunyai kekayaan lebih dari 245 juta rakyat Indonesia (ditandai dg a.l. koefsien Gini 0.42).

4. Proses termarginalkannya 90% penduduk Indonesia di era globalisasi.

5. Masalah korupsi dan in efisiensi disegala bidang

6. Masalah ketahanan pangan dan energi7. Tingkat pendidikan, masyarakat Indonesia,

rata2 masih rendah dan terbelakang.8. Masalah kependudukan, penyebaran

penduduk yg masih pincang

9. Otonomi yang tanpa atau paling tidak, minim committment nasional.

10. Mandegnya perkembangan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

11. Belum ada tanda-tanda konversi pengiriman TKI/TKW menjadi pengiriman tenaka kerja trampil.

12. UU bidang Ekku yang dilahirkan, sebagian besar mematikan swadaya dan kreativitas masyarakat, sehingga sosial kapital yang dimiliki bangsa Indonesia tidak bisa dikonversi menjadi finansial kapital (berawal dari : UU OJK, UU Koperasi 2012, UU Lembaga Keuangan Mikro 2013, yang mematikan BMT). UU bidang ekku yang dilahirkan tersebut hanya memuluskan proses-proses “korporatokrasi” yang akan meniadakan kemampuan swadaya/kemandirian masyarakat grassroot (ref.: pasal 33 UUD ’45 ayat 1 dan 5)

Page 4: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

UU 17/2003 ttg Keuangan Negara (1)

• BAB II• KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARAPasal 6(1) Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan

pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.

(2) Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) : a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola

fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

Page 5: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

UU 17/2003 ttg Keuangan Negara (2)

• BAB VIII• PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN• APBN DAN APBD

• Pasal 30• (1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBNkepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

• (2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang

dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

Page 6: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Implikasi UU 17/2003• DenganUU 17/2003 ini, praktis kebijakan fiskal

Indonesia/APBN tidak mempunyai kaitan dengan perencananaan jangka panjang.

• Menkeu menjadi dominan dalam menentukan alokasi-alokasi anggaran (pasal6 ayat 2) yang bersifat hanya tahunan.

• BUMN tidak bisa bergerak secara korporasi, karena pemeriksaan keuangan oleh BPK dengan gunakan standard APBN dan bukan oleh akuntan publik (pasal 30).

Page 7: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

UU No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian (sdh dibatalkan MK bln Mei 2014

lalu)• Hanya dikenal empat jenis koperasi: konsumen,

produsen, simpan pinjam dan jasa.• Koperasi Serba Usaha (KSU) sudah tidak diperbolehkan

lagi. Bagi KSU yang masih memiliki unit simpan pinjam, diberi waktu 3 tahun agar unit simpan pinjamnya dapat berdiri sendiri menjadi Koperasi Simpan Pinjam.

• Modal: setoran pokok dan sertifikat modal koperasi. (pasal 68-73 UU 17/2012)• Implikasi: Koperasi semakin dikerdilkan, tidak bisa

memiliki banyak unit usaha seperti sebelumnya, dalam arti konversi modal sosial ke modal finansial menjadi terhambat, karena dilakukan pendekatan ‘korporatisasi koperasi’.

Page 8: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Modal Koperasi• Calon Anggota koperasi harus membayar setoran

pokok untuk menjadi Anggota Koperasi.• Anggota Koperasi wajib membeli Sertifikat Modal

Koperasi.• Dana disetor dalam wujud Sertifikat Modal

Koperasi tidak bisa ditarik, hanya bisa dipindah tangankan pada Anggota lainnya atau ahli waris.

• Implikasi: tidak menarik untuk memupuk modal di Koperasi, Koperasi sulit besar dengan andalkan modal anggota saja.

Page 9: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

UU No. 1 / 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

(LKM)• Badan Hukum harus berbentuk : Perseroan Terbatas

atau Koperasi (UU No. 1 / 2013 tentang LKM).• Jika badan hukumnya PT, sahamnya paling sedikit

60% dimiliki oleh Pemda Kabupaten/kota atau Badan Usaha Milik Desa/kelurahan.

• Implikasi: bagi perorangan/kelompok perorangan yang ingin mendirikan LKM tidak punya pilihan bentuk badan hukum, kecuali Koperasi

• LKMSyariah, yang dimiliki perorangan/kelompok perorangan pilihan badan hukumnya hanya koperasi.

9

Page 10: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Peran OJK (UU 21/2011)• Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat

OJK,adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini

• OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap: a.kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan; b.kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan c.kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

Page 11: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Struktur Pengaturan dan pengawasan pola lama(sebelum ada UU OJK)

BMT

Swadaya Masyarakat

BMT dilahirkan oleh swadaya masyarakat sendiri untuk mengatasi persoalan keuangan yang berbasis kepercayaan (trust based/modal sosial) dan kekerabatan yang terbukti mampu berkembang secara mandiri.

Page 12: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Struktur pengaturan dan pengawasan pola baru?

Berdasarkan UU 21/2011-OJK, UU 17/2012-Koperasi dan UU 1/2013-LKM

RegulatorPengawasan &

Perijinan

BMT sdh tidak boleh ada lagi

Page 13: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Implikasi OJK• Karena menurut UU, OJK harus mengawasi semua

lembaga keuangan, maka lembaga keuangan mikro, koperasi dan lembaga keuangan apapun harus dalam pengawasan OJK. Akibat dari keadaan ini, lembaga-lembaga keuangan bukan bank diperlakukan se-olah-olah bank, sehingga dalam waktu tidak lama lembaga keuangan mikro dan koperasi potensial akan “mati”. Akhirnya lembaga keuangan besaryang akan hidup.

Page 14: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Saran Untuk UU OJK• Sesuai dengan kjonsistensi UU Bank Indonesia,

maka seharusnya OJK hanya difungsikan untuk pengawasan lembaga perbankan sebagai pengganti BI.

• Lembaga keuangan bukan bank dikembalikan lagi kepada instansi yang sesuai dengan karakteristik lembaga keuangan masing-masing. Misal Koperasi simpan-pinjam kembali ke Kementrian Koperasi, demikian dengan lembaga keuangan lainnya.

Page 15: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Rekomendasi NormatifApabila OJK tetap seperti apa adanya, maka :• Perlu memberi petunjuk dan pendampingan

bagi daerah-daerah yang telah mendirikan LKM berbentuk BMT agar bisa memiliki badan hukum yang sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

• Implikasi : Modal sosial tidak bisa lagi dikonversi menjadi modal finansial, krn berbagai “UU terkait” yang baru tersebut bersifat korporatisme based, keadaan tersebut bertentangan dg pasal 33 ayat 1 dan 4 UUD ‘45

Page 16: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Landasan Konstitusional: Pasal 33 UUD 1945

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (bukan kinship) .

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Page 17: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Penjelasan Usaha Bersama dan

Asas Kekeluargaan• “Kebersamaan” adalah suatu “mutuality” dan “asas

kekeluargaan” adalah “brotherhood” (bukan kinship) atau “broederschap”, bahasa agamanya adalah ukhuwah, yang mengemban semangat kolektivitas dan solidaritas sosial.

• Jadi asas kekeluargaan yang brotherhood ini bukanlah asas keluarga atau asas kekerabatan (bukan family system atau kinship) yang nepotistik. Kebersamaan dan kekeluargaan adalah asas ekonomi kolektif (cooperativism) yang dianut Indonesia Merdeka, sebagai lawan dari asas individualisme yang menjadi dasar sistem ekonomi kolonial yang dipelihara oleh Wetboek van Koophandel (KUHD).

Page 18: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Penjelasan Pasal 33 UUD 1945

• “… Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang-orang yang berkuasa dan rakyat banyak ditindasinya …”.

Page 19: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Relevansi Pasal 33 UUD 1945 dengan Kondisi Global

Saat Ini• Pasal 33 UUD 1945 sebenarnya makin relevan dengan

tuntutan global untuk menumbuhkan global solidarity (solidaritas global) dan global mutuality (kerjasama saling menguntungkan secara global), karena untuk kesejahteraan bersama, bukan orang-perorang.

• Makin berkembangnya aliran sosial-demokrasi (Anthony Giddens, Tony Blair, dll) makin meningkatkan relevansi Pasal 33 UUD 1945 saat ini. Saat ini 13 dari 15 negara Eropa Barat menganut paham sosial-demokrasi (Dawam Rahardjo, 2000).

Page 20: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

MODAL SOSIAL SEBAGAI SUMBER KEKUATAN TERBESAR HADAPI PERSAINGAN GLOBAL DI MASA MENDATANG

MODAL APA YANG DIPERLUKAN HADAPI TANTANGAN GLOBAL?

Page 21: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Evolusi Peran Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Kegagalan

Pembangunan• Pertumbuhan ekonomi bersumber pada:

– Sumberdaya alam Tenaga kerja Kapital Sumberdaya manusia Sumberdaya sosial

• Kegagalan pembangunan di samping disebabkan karena faktor-faktor kendala seperti ketidakstabilan politik, sistem politik, perang, dan perpecahan karena suku atau agama, juga bisa oleh kurangnya perhatian/pengertian kepada manusia serta lembaga-lembaga sosial yang seharusnya mampu menjalankan pembangunan itu.

Page 22: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Kendala Sosial yang ‘dianggap’ Menghambat

PembangunanAsumsi yang selalu dikembangkan :• Tatanan sosial dan budaya masyarakat yang sangat kuat ikatan-

ikatan tradisional dan primordialnya.• Lemahnya solidaritas sosial antar kelompok dalam masyarakat.• Keterbatasan sumber daya.• Penempatan prioritas yang rendah pada “proyek-proyek sosial”

dibandingkan dengan “proyek-proyek ekonomi” atau “proyek-proyek prestise”.

Padahal seharusnya :• Nilai sosial itu, yang seharusnya dikonversi menjadi

pendorong produktivitas, bukan di-eleminasi.

Page 23: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Kendala Sosial....lanjutan

• Lembaga-lembaga dan pranata-pranata yang dibutuhkan untuk pembangunan belum berkembang, sedangkan yang ada seringkali justru dianggap menjadi penghalang, baik lembaga dan pranata ekonomi, sosial, politik, maupun hukum.

• Birokrasi kurang memahami keterkaitan antara proses pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial, sehingga memberikan kesan acuh tak acuh dan sikap kurang berpihak dan kurang memberi perhatian kepada masalah sosial, terutama bila menyangkut rakyat kecil.

Page 24: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Pembangunan, Modal Sosial, Energi Sosial

• Nancy Birdsall (1993), seorang pakar Bank Dunia, menyatakan secara tegas, “social development is economic development” untuk menggarisbawahi proposisi bahwa investasi di bidang sosial tidak sia-sia dari segi ekonomi.

• Modal sumberdaya manusia (SDM) atau human capital mendapat kedudukan yang sentral sebagai garis singgung antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial.

Page 25: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Modal Manusia dan Modal Sosial

• Apabila modal SDM tadi adalah umumnya berkenaan dengan manusia sebagai individu, maka ada pula modal manusia lain, yaitu manusia sebagai masyarakat, atau yang sering disebut sebagai modal atau sumber daya sosial atau social capital.

• Modal sosial ini adalah sumber kekuatan yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 26: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Konversi Modal Sosial ke Ekonomi

Trust dan kekerabatan

Perlu adanya kelembagaan

swadaya

Page 27: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Potret Perkembangan Usaha

Tahun 2005 Tahun 2009Usaha Mikro 45 juta 52 jutaUsaha Kecil 1,6 juta 0,5 jutaUsaha Menengah

105 ribu 41 ribu

Usaha Besar 5.022 4.677

27

Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro meningkat pesat. Apa maknanya? Terjadi penurunan kelas struktur pelaku usaha. Deindustrialisasi? Pada 2010, usaha mikro sdh mencapai 53.82 juta. Usaha mikro merupakan penyelamat dari menurunnya usaha lainnya.

Sumber: BPS, 2010

Page 28: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Potret Perkembangan Usaha

Jenis Usaha Tahun 2005 Tahun 2010 Tahun 2013

Usaha Mikro 45 juta 52 juta 54.5 juta

Usaha Kecil 1,6 juta 0,5 juta 0.6 juta

Usaha Menengah 105 ribu 41 ribu 44.2 ribu

Usaha Besar 5.022 4.677 4952Sumber: BPS, 2010 dan Kompas, 30 Agustus 2013

Usaha Kecil, Menengah dan Besar turun jumlahnya; Usaha Mikro justru meningkat. Apa maknanya? Terjadi penurunan kelas struktur pelaku usaha -> de-industrialisasi ? Pada 2013, usaha mikro sdh mencapai 54.5 juta. Usaha mikro merupakan penyelamat dari menurunnya usaha lainnya.

Page 29: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Potret Redupnya Sektor Pertanian

2001 2005 2010Pertumb. Ekonomi

3,81% 5,76% 6,1%

Pertumb. Sektor Pertanian

4,08% 1,79% 2,9%

29

Sektor pertanian yang menyerap 41% tenaga kerja semakin redup akibat keberpihakan pada sektor ini melemah. Dua fakta diatas sdh cukup menggambarkan, bahwa pendekatan korporasi se-mata mata telah menimbulkan marjinalisasi sektor pertanian, UMKM dan Koperasi.

Sumber: BPS, 2011

Page 30: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Kesimpulan Umum• Dengan lahirnya UU 17/2003, seluruh proses

perencanaan APBN dilaksanakan oleh Kemenkeu, yang meniadakan ‘keniscayaan’ pentingnya perencanaan jangka menengah dan panjang.

• APBN yang berjangka setahun, akan menyulitkan penyelesaian masalah nasional yang berdurasi jangka menengah – panjang.

• Regulasi saat ini, anggaran multi-years hanya berdasarkan committment dg Menteri terkait, dan prosedur tertentu, kecil kemungkinan dapat terbahas implikasi sektoralnya.

Page 31: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Implikasi pasal 30 UU17/2003 KN

• Dari pasal 30 UU Keuangan Negara, merupakan dasar hukum BPK periksa BUMN. Ini juga merupakan keadaan yang paradoks, mestinya BUMN diperiksa akuntan publik menggunakan kaidah korporasi, menjadi diperiksa/diaudit oleh BPK dg kaidah tertib APBN/D; keadaan ini membuat BUMN secara obyektif sulit berkembang (‘terbonsai’) dan sulit menjalankan misi sebagai instrumen negara, untuk program-program affirmasi, termasuk perbankan BUMN.

Page 32: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

KESIMPULAN• Sistim keuangan nasional yang masing-masing aktivitas

berbeda entitasnya, disatukan dalam satu lembaga OJK yang tidak mempunyai keterkaitan struktural dalam pemerintahan dan hanya diikat dalam suatu rapat koordinasi, merupakan bentuk perlucutan (amputasi) peran negara dalam fungsinya untuk meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.

• Terbukti sejak 2000 sampai 2013 koeff Gini telah berubah dari 0.32-an menjadi 0.41, yang artinya kesenjangan ekonomi maupun kesenjangan kesejahteraan melebar.

• Meng-eleminasi peluang konversi modal sosial menjadi modal finansial adalah bertentangan dengan semangat atau nilai-nilai yang terkandung dalam UUD 45

Page 33: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

Usulan (1)• Revisi UU 17/2003 tentang Keuangan Negara, yang

memungsikan kembali keterkaitan antara perencanaan pembangungan (Bappenas) dan penyusunan APBN (Kemenkeu).

• Revisi UU 21/2011 tentang OJK, agar OJK hanya mengawasi sektor perbankan saja.

• Revisi UU 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, agar semangatnya dikembalikan pada semangat koperasi dan kemampuan swadaya masyarakat dan bukan ‘korporasi’.

• Tanpa revisi UU tersebut, maka peran negara dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat akan terlucuti

Page 34: Implikasi UU Terhadap Kelembagaan Ekonomi 2013

USULAN (2)Sebagai amanat pasal 33 UUD ’45 ayat 4, maka perlu dibuat :1)UU SISTIM PEREKONOMIAN NASIONAL, yang akan menjadi UU Payung bagi UU Sektoral, agar UU Sektoral tidak berjalan sendiri-sendiri dengan arah yang tidak jelas.

2)UU SISTIM PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA, yang akan menjadi UU Payung dari segala UU yang terkait dengan eksplorasi dan eksploitasi SDA.

Tanpa lahirnya 2 UU diatas, guna merevisi UU-UU yg bersifat melucuti peran negara, maka Presiden pasca 2014 tidak akan dapat berbuat banyak.