implikasi akuisisi

61
BAB IV GAMBARAN INDUSTRI AMDK 4.1 Sejarah Industri AMDK di Indonesia Industri AMDK bermula dari Tirto Utomo seorang mantan wartawan dan kepala bagian hukum di Pertamina Jakarta, yang bertanggung jawab menangani kontrak dengan pihak asing. Diawali dengan perundingan dengan delegasi dari Amerika Serikat yang nyaris gagal karena sang istri ketua delegasi mendadak sakit perut karena meminum air yang kurang bersih. Dan pengawal pejabat dari Jepang yang selalu membawa air minum asli dari negaranya karena takut meminum air dari Indonesia yang tidak higienis. Serta ramalan yang berkembang bahwa Indonesia akan mengalami krisis air bersih di abad-21. Hal tersebut menimbulkan ide bagi Tirto Utomo untuk memproduksi air minum dalam kemasan yang siap untuk diminum. Tirto Utomo mendirikan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan pertama di Indonesia dengan nama PT Aqua Golden Mississippi yang didirikan pada tahun 1973 dengan lokasi pabrik pertama di Bekasi dan merek produk AQUA dan hingga 2006 AQUA memiliki 14 pabrik yang tersebar diseluruh Indonesia dan Brunei Darussalam. Produksi pertama AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran 950ml dengan harga perbotol adalah Rp. 75,- dan kapasitas produksi tahun pertama sebesar 6 juta liter. Kemudian diikuti dengan didirikannya AdeS pada tahun 1985 dengan nama perusahaan PT. Ades Alfindo Putra Setia oleh Bapak A. Gunawan yang menguasai 61% persen saham AdeS dan 39% saham dimiliki oleh publik. Selain memproduksi dan mendistribusikan AMDK, AdeS juga melakukan kerjasama menjadi distributor AMDK Prancis untuk Indonesia yaitu Evian sejak tahun 1993. Tahun 1994, AdeS melakukan perjanjian joint venture dengan Quaker Oats dari Amerika Serikat untuk memproduksi dan Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

description

akuntansi

Transcript of implikasi akuisisi

  • BAB IV

    GAMBARAN INDUSTRI AMDK

    4.1 Sejarah Industri AMDK di Indonesia

    Industri AMDK bermula dari Tirto Utomo seorang mantan wartawan dan kepala

    bagian hukum di Pertamina Jakarta, yang bertanggung jawab menangani kontrak dengan

    pihak asing. Diawali dengan perundingan dengan delegasi dari Amerika Serikat yang

    nyaris gagal karena sang istri ketua delegasi mendadak sakit perut karena meminum air

    yang kurang bersih. Dan pengawal pejabat dari Jepang yang selalu membawa air minum

    asli dari negaranya karena takut meminum air dari Indonesia yang tidak higienis. Serta

    ramalan yang berkembang bahwa Indonesia akan mengalami krisis air bersih di abad-21.

    Hal tersebut menimbulkan ide bagi Tirto Utomo untuk memproduksi air minum dalam

    kemasan yang siap untuk diminum.

    Tirto Utomo mendirikan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan pertama di

    Indonesia dengan nama PT Aqua Golden Mississippi yang didirikan pada tahun 1973

    dengan lokasi pabrik pertama di Bekasi dan merek produk AQUA dan hingga 2006 AQUA

    memiliki 14 pabrik yang tersebar diseluruh Indonesia dan Brunei Darussalam. Produksi

    pertama AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran 950ml dengan

    harga perbotol adalah Rp. 75,- dan kapasitas produksi tahun pertama sebesar 6 juta liter.

    Kemudian diikuti dengan didirikannya AdeS pada tahun 1985 dengan nama

    perusahaan PT. Ades Alfindo Putra Setia oleh Bapak A. Gunawan yang menguasai 61%

    persen saham AdeS dan 39% saham dimiliki oleh publik. Selain memproduksi dan

    mendistribusikan AMDK, AdeS juga melakukan kerjasama menjadi distributor AMDK

    Prancis untuk Indonesia yaitu Evian sejak tahun 1993. Tahun 1994, AdeS melakukan

    perjanjian joint venture dengan Quaker Oats dari Amerika Serikat untuk memproduksi dan

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • mendistribusikan Gatorade di Indonesia. Tahun 2000, PT AdeS Alfindo putra Setia

    diakuisisi oleh The Coca Cola Company sehingga berubah nama menjadi PT AdeS Waters

    Indonesia, Tbk. Dan AdeS memproduksi, mendistribusi, dan menjual AMDK dengan

    merek AdeS, AdeS Royal, dan Nestl Pure Life.

    Hingga saat ini, industri AMDK mengalami perkembangan yang sangat pesat dan

    menjadi salah satu industri yang penting dan strategis di Indonesia. Hal tersebut dapat

    dilihat dari meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap AMDK dan banyaknya pihak

    maupun usaha lain yang terlibat dalam industri AMDK. Konsumsi AMDK (yang diukur

    dengan meningkatnya volume penjualan) dapat dilihat pada gambar 4.1. Walaupun

    pertumbuhannya menurun dari 54,2% ditahun 2000 menjadi 11% ditahun 2005 tapi

    volume penjualannya meningkat dari 2,4 miliar liter di tahun 1999 menjadi 10,1 miliar liter

    di tahun 2005. Pertumbuhan yang menurun diakibatkan oleh munculnya industri AMIU

    yang hingga saat ini belum ada regulasinya sehingga tidak ada pembedaan atau diferensiasi

    antara AMDK dan air yang berasal dari depot air minum termasuk pemakaian botol

    AMDK oleh industri AMIU yang merugikan industri AMDK. Dan penawaran harga

    produk AMIU yang jauh dibawah harga produk AMDK (harga AMIU 30% dari harga

    produk AMDK) mengakibatkan berpalingnya konsumen AMDK ke AMIU. Dan industri

    AMDK merupakan industri yang terintegrasi dengan industri lain seperti industri plastik

    untuk kemasan AMDK, industri botol kaca, industri kertas karton, dan lain-lain. Dan harga

    plastik yang berfluktuasi mengikuti harga minyak berpengaruh cukup signifikan terhadap

    biaya produksi perusahaan.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 4-1. Perkembangan Volume Penjualan AMDK di Indonesia

    (1999-2005, dalam miliar liter)

    Sumber: ASPADIN, diolah

    Perkembangan industri AMDK juga dapat dilihat pada tabel 4-1. Baru pada tahun

    1983 masuk perusahaan lain yang bermain dalam industri AMDK sebanyak 5 perusahaan

    dengan kapasitas produksi sebesar 10 juta liter. Dan hingga 2005 jumlah perusahaan yang

    bermain dalam industri AMDK berkembang pesat mencapai 440 perusahaan dengan

    kapasitas produksi mencapai 12,6 miliar liter serta merek yang beredar di Indonesia pada

    tahun 2006 mencapai 600 merek.

    Tabel 4-1. Perkembangan Jumlah Perusahaan dan Kapasitas Produksi

    Tahun Jumlah Perusahaan Kapasitas Produksi (dalam juta liter)

    1973 1 6 1983 5 10 1993 140 1590 2003 413 8100 2004 426 9100 2005 440 12600

    Sumber: ASPADIN

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Dari sisi investasi, industri AMDK merupakan industri padat modal terlebih jika

    digabungkan dengan investasi yang dilakukan oleh para pemasoknya yang tidak dapat

    dipisahkan karena merupakan industri yang saling terkait. Selama tahun 2000-2002,

    investasi di bidang industri AMDK dengan industri pemasok yang terkait langsung (pabrik

    botol, gelas, karton, dan kemasan lainnya) mencapai lebih dari Rp. 3 trilyun, baik yang

    dilakukan oleh pemain lama seperti AQUA maupun pemain baru.

    Dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri AMDK termasuk padat karya. Tenaga

    kerja langsung diperkirakan mencapai 28.000 orang; tenaga kerja tidak langsung yang

    menangani transportasi, distribusi, pemasok, dan lain-lain diperkirakan mencapai 5 kali

    lipat; dan jika diperhitungkan dengan para pengecer langsung diperkirakan industri AMDK

    menghidupi lebih dari satu juta tenaga kerja.

    Perkembangan industri AMDK dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

    a. Jumlah penduduk

    Meningkatnya jumlah penduduk baik karena kelahiran maupun migrasi

    akan meningkatkan permintaan air bersih. Pada tabel 4-2, terlihat dengan posisi

    Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk tertinggi keempat setelah

    Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penduduk Indonesia diperkirakan

    pada tahun 2010 mencapai 229,955 juta jiwa. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 40

    persen penduduk di perkotaan dan kurang dari 30 persen penduduk di pedesaan

    yang tersambung dengan jaringan air minum (PAM). Indonesia tidak membangun

    jaringan air minum (potabel water) di sehingga air dari keran harus dimasak

    terlebih dahulu. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan pipa air minum

    menggunakan sumber air minum dari air tanah, air kemasan, dan air dari penjaja

    keliling. Itu merupakan target konsumen yang cukup besar bagi industri AMDK

    yang berkaitan dengan fungsi permintaan perusahaan.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 4-2. Jumlah Penduduk Beberapa Negara di Dunia (dalam Juta Jiwa)

    NEGARA 1990 2000 2010CINA 1155,3 1264,5 1428,885INDIA 834,7 1002,1 1132,373AMERIKA SERIKAT 223,1 275,6 311,428INDONESIA 179,5 203,5 229,955BRAZIL 144,7 170,1 192,213PAKISTAN 112,4 150,6 170,178RUSIA 147,9 145,2 164,076BANGLADESH 109,8 128,1 144,753JEPANG 123,5 126,9 143,397NIGERIA 96,2 123,3 139,329

    Sumber: BPS, diolah.

    b. Konsumsi perkapita

    Dapat dilihat pada tabel 4-3, konsumsi per kapita AMDK Indonesia yang

    relatif lebih rendah dibandingkan negara lainnya hanya sebesar 36 liter pada tahun

    2005 menjadikan daya tarik bagi perusahaan baru untuk bermain dalam industri ini.

    Tidak hanya perusahaan dalam negeri saja yang tertarik untuk ikut meramaikan

    industri AMDK, bahkan perusahaan asing pun ikut bermain. Hal tersebut ditandai

    dengan dimasukinya AQUA oleh Grup Danone sejak tahun 1996, perusahaan

    makanan dari Perancis. Pada tanggal 4 September 1998 PT Tirta Investama

    menandatangani persetujuan usaha patungan dengan Group Danone, perusahaan

    multinasional yang berkantor pusat di Paris, Perancis. Group Danone melakukan

    usaha patungan tersebut melalui anak perusahaan, Danone Asia, mengambil 40%

    saham PT Tirta Investama. Melalui usaha patungan ini, Group Danone efektif

    memiliki 30% saham PT Aqua Golden Mississippi Tbk. Dan PT AdeS Alfindo

    Putra Setia Tbk melakukan joint venture dengan The Coca Cola Company sejak 30

    Juni 2000. The Coca Cola Company mengambilalih (akuisisi) PT AdeS Alfindo

    Putra Setia Tbk yang memproduksi AdeS pada tahun 2004 dengan nilai transaksi

    US$ 19,89 juta. Akibat pengambilalihan AdeS, PT AdeS Alfindo Putra Setia Tbk

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • berubah nama menjadi PT AdeS Waters Indonesia Tbk. Saat ini kepemilikan

    terbesar dikuasai oleh The Coca Cola Company.

    Tabel 4-3. Konsumsi per Kapita AMDK 2005 (dalam liter)

    Negara Konsumsi per Kapita AMDK Indonesia 36 Thailand 70 AS 80 Perancis 140 Italia 165

    Sumber: ASPADIN

    c. Kondisi ekonomi

    Kondisi ekonomi seperti inflasi, nilai tukar, pengangguran, dan globalisasi

    sangat berpengaruh pada perkembangan industri AMDK. Peningkatan inflasi

    berdampak pada dua sisi yang saling berkaitan. Dari sisi perusahaan, peningkatan

    inflasi menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Untuk bahan baku yang

    berasal dari luar negeri mengindikasikan peningkatan harga bahan baku yang harus

    dibeli oleh perusahaan yang direfleksikan dengan peningkatan biaya produksi

    perusahaan. Karena kesulitan pembiayaan (modal), peningkatan biaya perusahaan

    akan berimbas pada penurunan produksi. Penurunan produksi akan menurunkan

    jumlah pekerja (peningkatan pengangguran). Dari sisi masyarakat atau konsumen,

    peningkatan inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat yang berdampak pada

    penurunan permintaan terhadap barang dan jasa.

    Selain itu, globalisasi yang membuka peluang bagi perusahaan asing untuk

    masuk ke Indonesia yang berarti meningkatkan persaingan dalam industri AMDK.

    Bagi perusahaan asing dengan kapasitas produksi yang besar, telah mencapai

    tingkat efisiensi sehingga dapat menjual produknya relatif lebih rendah

    dibandingkan pesaingnya, dan perusahaan multinasional bahkan internasional yang

    memiliki jaringan distribusi yang luas dan telah dikenal oleh masyarakat

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • menjadikan persaingan kian tinggi. Hal ini akan menyulitlkan perusahaan kecil

    yang bergerak dalam industri AMDK karena belum mencapai efisiensi.

    d. Kebijakan pemerintah

    Dilihat dari begitu besarnya potensi perkembangan industri AMDK di

    Indonesia, maka Pemerintah membuat:

    Revisi Surat Keputusan Menperindag No. 167/MPP/Kep/5/1997 tentang Persyaratan Teknis Industri dan Perdagangan AMDK Peraturan Pemerintah

    No. 27 tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan

    Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

    Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 705/MPP/Kep/11/2003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum

    dalam Kemasan dan Perdagangannya

    Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Kebijakan Pemerintah tersebut bertujuan untuk memperbaiki perilaku persaingan dan

    kinerja industri di Indonesia.

    Penghapusan pajak penjualan barang mewah (PPnBM)atas produk AMDK tahun 2000

    Pencabutan batasan kapasitas produksi e. Kondisi sosial dan lingkungan fisik

    Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya air bagi kesehatan

    (air tidak hanya sebagai pelepas dahaga tapi juga diyakini dapat meningkatkan

    kualitas kehidupan dan memperpanjang usia), meningkatnya pendidikan

    masyarakat Indonesia dan menurunnya kondisi lingkungan, merupakan faktor yang

    meningkatkan permintaan kebutuhan akan air bersih. Permintaan air bersih yang

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • cukup tinggi menyebabkan peningkatan persaingan usaha dibidang penyediaan air

    bersih dalam industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

    Perubahan ekonomi dari pertanian ke industrialisasi yang mencetuskan

    polusi (pencemaran air) mengakibatkan penurunan dalam ketersediaan air bersih,

    terutama di kota besar. Penurunan volume air bersih menjadikan air bersih kian

    langka. Dan menjadikan air sebagai barang komoditi ekonomi (economic goods).

    Dimana dibutuhkan pengorbanan berupa biaya yang harus dikeluarkan untuk

    mendapatkannya. 13Air bukan sebagai barang bebas (economic goods) direfleksikan

    dengan diterapkannya batasan Hak Guna Pakai dan Hak Guna Usaha Undang-

    undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

    4.2 Kondisi Pasar Industri AMDK

    Industri AMDK merupakan industri yang termasuk pasar oligopoli. Walaupun

    jumlah pemain dalam industri ini melebihi 566 perusahaan, tidak memasukkannya sebagai

    pasar persaingan sempurna. Karena dalam menjalankan suatu usaha tidak akan ada yang

    akan mengambil sum zero profit yang terjadi di pasar persaingan sempurna. Setiap usaha

    dilandasi untuk memperoleh keuntungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Untuk itu, terlebih dahulu melihat karakteristik industri AMDK yang termasuk

    pasar oligopoli, yaitu:

    a. Hanya sedikit perusahaan dalam industri

    Sedikit perusahaan diartikan sebagai jumlah pemain yang dominan

    menguasai sebagian besar market share. Untuk industri AMDK perusahaan tersebut

    adalah AQUA, AdeS, 2Tang, dan Total. Untuk menghitung pangsa pasar

    13 Hak Guna Pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air. Sedangkan Hak Guna Usaha adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • digunakan rasio konsentrasi dua perusahaan besar (CR2) yang diakuisisi yaitu

    AQUA dan AdeS, yang berarti menghitung berapa persen output dalam pasar

    oligopoly dikuasai oleh dua perusahaan dominan. CR2 yang semakin rendah

    mencerminkan struktur pasar yang semakin bersaing.

    b. Produk homogen atau terdiferensiasi

    Dilihat dari output yang dihasilkan, pasar oligopoly merupakan peralihan

    dari pasar persaingan sempurna ke pasar monopoli. Perbedaan sifat output yang

    dihasilkan akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam upaya mencapai kondisi

    optimal yaitu laba maksimum. Jika dalam pasar persaingan sempurna perusahaan

    mengatur jumlah output untuk mengatur tingkat laba, dalam pasar oligopoly

    perusahaan menentukan jumlah output yang memaksimumkan laba melalui

    perilaku pesaingnya dalam berproduksi. Dan persaingan tersebut berupa persaingan

    harga dan persaingan non harga.

    Produk homogen adalah produk yang mampu memberikan kepuasan

    ataupun utilitas kepada konsumen tanpa perlu mengetahui siapa produsennya.

    Konsumen tidak membeli merek barang tetapi kegunaan barang. Karena itu semua

    perusahaan dianggap mampu memproduksi barang dan jasa dengan kualitas dan

    karakteristik yang sama. Sedangkan produk terdiferensiasi adalah produk yang

    dapat dibedakan oleh konsumen dengan melihat siapa produsennya. Pembedaan

    dilakukan dengan melalui kualitas barang, model, bentuk, warna, bahkan oleh

    kemasan, merek, dan pelayanan. Namun demikian, diantara produk-produk tersebut

    dapat menjadi substitusi. Jika disaat ingin membeli produk tersebut ternyata tidak

    ada, produk lain dapat menggantikan tanpa konsumen kehilangan manfat barang

    tersebut ataupun mengalami dampak negative secara teknis seperti kesehatan.

    Karena itu, permintaan barang ini memiliki permintaan yang sangat elastis.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Untuk air sebenarnya merupakan produk homogen. Tapi air dalam industri

    AMDK merupakan produk terdiferensiasi karena konsumen terutama karena

    pengaruh iklan menjadi semakin terdidik, mereka membedakan produk tersebut

    melalui merek. Terlebih karena peran besar AQUA dalam menanamkan brand

    image melaui iklan-iklan yang edukatif, continue, dan memakan biaya yang cukup

    besar.

    c. Kualitas produk

    Kualitas produk yang tinggi akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi.

    Oleh karena itu akan diproduksi lebih sedikit untuk mempertahankan tingkat harga

    di titik optimal yang memberikan laba maksimal. Ketika kualitas produk rendah,

    relatif lebih banyak yang diproduksi sehingga akan menurunkan barrier to entry

    yang berimplikasi pada menurunnya laba perusahaan. Juga karena adanya profit,

    social contribution ataupun dwl (dead weight loss) meningkat. Perusahaan

    seharusnya dapat memproduksi dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik dan

    lebih banyak. Kenyataannya perusahaan tidak berproduksi dikapasitas maksimal

    selain memperhitungkan perilaku pesaingnya. Oleh karena itu surplus konsumen

    yang dimiliki oleh konsumen beralih menjadi keuntungan perusahaan. Hal

    tersebutlah yang menyebabkan kualitas di pasar oligopoly lebih rendah.

    Pada pasar oligopoly dengan produk yang terdiferensiasi, maka semakin

    banyak pilihan konsumen akan produk tersebut. Dengan memproduksi barang yang

    berbeda secara kualitas dan dengan biaya produksi marginal yang berbeda,

    perusahaan dapat meningkatkan laba dengan mengambil relung konsumen yang

    berbeda. Bisa juga dilakukan dengan mengeluarkan produk yang berbeda untuk

    pasar yang berbeda. Seperti yang dilakukan oleh AQUA yang mensegmentasikan

    produk AQUA sebagai first brand untuk golongan menengah keatas dan untuk

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • produk diferensiasi lainnya adalah Vit sebagai second brand yang berusaha untuk

    membidik masyarakat golongan menengah kebawah. Begitu juga dengan

    perusahaan lainnya seperti PT Ades Alfindo Putra Setia yang memproduksi AdeS

    sebagai first brand dan Vica, Desca, AdeS Royal, dan lain-lain sebagai produk

    diferensiasinya. Dan produk Desca dan AdeS Royal diperuntukkan pada hotel,

    cafe, bioskop 21, dan restoran.

    Selain dari proses produksi berbeda, biaya produksi yang berbeda, merek

    yang berbeda, segmen pasar berbeda, harga yang ditawarkan berbeda,. Untuk

    AQUA menggunakan mata air bawah tanah sedangkan untuk VIT menggunakan

    mata air sumur. Dari asalnya saja sudah terlihat. VIT menggunakan air yang berada

    dipermukaan yang sudah terkontaminasi. Sedangkan AQUA menggunakan air

    bawah tanah yang belum terkontamisasi secara langsung oleh udara luar dan oleh

    karena itu membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk memproduksinya. Iklan

    maupun biaya promosi yang dilakukan untuk first brand (AQUA) jauh lebih besar

    dibandingkan VIT. Sehingga wajar jika harga AQUA lebih mahal dibandingkan

    VIT dan produk dari perusahaan pesaing lainnya. Saat ini (2006) harga satu galon

    AQUA dipasaran Pulau Jawa sekitar Rp. 9000, sedangkan VIT dan produk dari

    perusahaan pesaing lainnya sekitar Rp. 7500.

    Selain itu, pengukuran kualitas produk dalam industri AMDK dapat diukur

    melalui tahapan proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk AQUA,

    proses produksi dilakukan melalui 14 kali penyaringan. Pemerintah pun

    menetapkan standardisasi proses produksi AMDK melalui Keputusan Menteri

    Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 705/MPP/Kep/11/2003

    tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum Dalam Kemasan dan

    Perdagangannya.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • d. Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi

    Keputusan perusahaan dalam menetapkan harga atau jumlah output akan

    mempengaruhi perusahaan lainnya. Guna menahan perusahaan potensial untuk

    masuk industri ini, perusahaan yang sudah ada menempuh strategi menetapkan

    harga jual terbatas, yang membuat perusahaan menikmati laba super normal

    dibawah tingkat maksimum.

    e. Hambatan untuk masuk

    Air merupakan sumber daya yang masih mudah untuk dieksploitasi. Untuk

    mendirikan perusahaan AMDK, investasi yang diperlukan untuk membangun

    pabrik yang tidak terintegrasi hanya membutuhkan modal kurang dari 10 milyar

    rupiah. Dan kebijakan pemerintah melalui peraturan pemerintah maupun undang-

    undang yang ada tidak berpengaruh besar terutama masalah hukum. Oleh karena

    itu, barrier to entry di industri ini rendah sehingga banyak pemain dalam industri

    AMDK. Jumlah pemain yang berlebihan pun berdampak buruk bagi industri karena

    akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang tidak sempurna bahkan karena

    sulitnya mengontrol berimplikasi terjadinya praktek kolusi.

    f. Persaingan harga

    Persaingan yang dilakukan merupakan salah satu bentuk hambatan.

    Persaingan dilakukan untuk merebut konsumen. Bentuk persaingan diantaranya

    dengan persaingan harga dan persaingan non harga. Persaingan harga dilakukan

    dengan membedakan harga pada produk yang terdiferensiasi melalui merek dan

    pada wilayah yang berbeda diluar perhitungan biaya transportasi. AQUA

    merupakan produk yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk

    perusahaan AMDK lainnya. AQUA menjual produk galon dipasaran Rp. 9000

    sedangkan produk perusahaan lain sebesar Rp. 7500 per galon. Perbedaan tersebut

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • merupakan keuntungan yang didapatkan AQUA sebagai leader dalam indutri dan

    keberhasilan iklan yang overbranding

    Dan karena bermain dalam segmen pasar tertentu, maka satu perusahaan

    terkadang memiliki merek yang berbeda sebagai first brand untuk konsumen

    menengah ke atas dan second brand untuk konsumen menengah ke bawah, dengan

    harga yang berbeda.

    g. Persaingan non harga

    Kompetisi non harga seperti iklan dilakukan untuk memberikan informasi,

    membentuk citra yang baik terhadap perusahaan, dan mempengaruhi perilaku

    konsumen, serta menanamkan brand image sehingga produk kita merupakan

    produk yang menjadi pilihan pertama bagi konsumen untuk memilihnya.

    Persaingan non harga yang dilakukan industri AMDK pada umumnya

    adalah melalui iklan. Iklan dapat dilihat melalui dua perspektif, yaitu produsen dan

    konsumen. Bagi produsen, iklan merupakan biaya tambahan yang harus

    ditanggung. Tapi karena dampak iklan cukup signifikan terhadap peningkatan

    penjualan perusahaan yang akan meningkatkan laba perusahaan dan digunakan

    sebagai barrier to entry terhadap pesaing yang ingin masuk maka laba merupakan

    cara yang saat ini masih dianggap menguntungkan bagi perusahaan secara

    keseluruhan. Bagi fringe firms dengan dana yang terbatas sangat tidak mungkin

    untuk melakukan iklan karena kapasitas produksi mereka tidak seefisien dominant

    firm, sehingga posisi dominant firm tidak akan tergantikan oleh fringe firms kecuali

    mereka melakukan merger ataupun akuisisi untuk menanggulang monopoli power

    dominant firm. Sehingga dapat dikatakan bahwa iklan merupakan sunk cost bagi

    perusahaan.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • AQUA melalui iklannya melakukan overbranding yaitu memperkuat brand

    yang dimiliki. Sedemikian kuatnya iklan yang dilakukan, sehingga terjadinya

    substitusi antara merk dan nama komoditas. Sebuah produk yang telah mendapat

    tempat di benak pelanggan (mindshare) dan juga di hati customer (heartshare)

    mendapatkan keuntungan berupa loyalitas mereka. AQUA telah menjadi generic

    brand. Brand tersebut menguasai ceruk pasar yang besar dan sukses dalam

    mengkomunikasikan diri sebagai merk yang dominan di pasar. AQUA telah sukses

    dalam mengkomunikasikan diri sebagai the only brand in packed mineral water

    goods. Sehingga pembeli tidak akan mempermasalahkannya ketika barang yang

    disajikan oleh penjual adalah barang lain. 14Inilah yang disebut sebagai the generic

    brand. Dan biaya iklan yang besar juga merupakan hambatan untuk perusahaan lain

    yang ingin memasuki pasar.

    14 Generic Brand akan lahir apabila sebuah produk telah melakukan branding yang sangat kuat sehingga nama merk produk tersebut menjadi sebuah nickname untuk produk sejenis di kelasnya.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • 73

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN ANALISA HASIL

    Pada bagian awal bab ini akan dilakukan overview keuangan daerah di Indonesia

    terlebih dahulu, baru kemudian akan dibahas elastisitas pajak dan terakhir analisa tax effort

    dari hasil estimasi.

    4.1 Analisis Keuangan Daerah

    4.1.1 Perkembangan Komponen APBD

    Berbicara mengenai perkembangan keuangan daerah tentunya erat kaitannya dengan

    perkembangan komponen-komponen dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

    Analisa akan diawali dengan perkembangan komponen-komponen APBD di sisi penerimaan

    kemudian akan dilanjutkan pada sisi pengeluarannya.

    Selama kurun waktu 2001-2003, penerimaan total daerah kabupaten/kota di

    Indonesia mengalami peningkatan dengan rata-rata per tahun 17,89%. Bila dilihat lebih lanjut

    per komponen penerimaannya, yang menunjukkan peningkatan terbesar adalah komponen

    PAD. Pos ini mengalami peningkatan dengan rata-rata per tahun sebesar 21,24%. Kemudian

    jika dilihat per komponen PAD-nya, peningkatan terbesar berasal dari pos Laba Usaha Daerah

    yang umumnya didapat dari aktivitas BUMD sebesar 71,21%. Sementara pos Pajak Daerah

    dan Restribusi Daerah juga mengalami peningkatan. Hanya saja peningkatan pos Restribusi

    Daerah jauh lebih besar dari pos Pajak Daerah yakni 12,66% untuk Pajak Daerah dan 26,67%

    untuk Restribusi Daerah. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan potensi maupun

    Pengaruh pendaerahan ..., Dyah Retno Kusumaningtyas, FE UI, 2007

  • BAB V

    HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

    5.1 Analisa Deskriptif Industri AMDK

    Tingginya permintaan air bersih dan rendahnya hambatan untuk memasuki industri

    AMDK telah mengakibatkan pertumbuhan yang pesat dalam bermunculannya perusahaan-

    perusahaan baru. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5-1. Pada tahun 1973 jumlah

    perusahaan hanya satu yaitu AQUA dengan produksi aktual sebesar 6 juta liter per tahun.

    Kemudian pada tahun 1983 jumlah perusahaan yang ikut bermain dalam industri

    bertambah menjadi 5 perusahaan dengan produksi aktual sebesar 10 juta liter. Kini

    perusahaan yang ikut bermain dalam industri berkembang menjadi 480 perusahaan dengan

    produksi aktual sebesar 13,86 miliar liter (meningkat 2310 kali lipat dibandingkan

    produksi awal di tahun 1973) dan terdapat 600 merek yang tersebar diseluruh Indonesia.

    Dan yang bergabung menjadi anggota ASPADIN hanya 165 perusahaan.

    Penurunan produksi aktual di tahun 1998 sebesar 20 persen terjadi karena

    menjamurnya industri AMIU dengan harga jual 30% dari harga AMDK. Ini yang membuat

    konsumen AMDK beralih mengkonsumsi produk AMIU. Kemudian AQUA maupun AdeS

    mengantisipasinya dengan iklan untuk menanamkan brand image produknya di benak

    konsumen dan ASPADIN selaku Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan

    Indonesia mendesak pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mengatur industri AMIU.

    Akhirnya pemerintah mengeluarkan Kepmen Perindustrian dan Perdagangan Republik

    Indonesia No.651/MPP/Kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan

    Perdagangannya. Hal tersebut berimbas pada konsumen yang loyal untuk kembali

    mengkonsumsi produk dari AMDK dan terjadi peningkatan kembali produksi aktual

    sebesar 20 persen di tahun 1999 sebesar 2,4 miliar liter, walaupun belum mengalami

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • peningkatan seperti di tahun 1997 yang mencapai 2,5 miliar liter. Tapi, pada tahun 2000

    peningkatan drastis terjadi, pertumbuhan mencapai 54,17 persen dengan produksi aktual

    mencapai 5,4 miliar liter dan terus meningkat menjadi 13,86 miliar liter di tahun 2006.

    Tabel 5-1. Pertumbuhan Pemain dalam industri AMDK di Indonesia (1973-2006)

    Tahun Jumlah Perusahaan

    Produksi Aktual (dalam juta liter)

    Pertumbuhan Produksi Aktual (dalam Persen)

    Jumlah Anggota ASPADIN

    1973 1 6 1983 5 10 66,67 1990 102 399 3.890,00 1991 125 637 59,65 13 1992 132 1321 107,38 36 1993 140 1590 20,36 45 1994 165 1832 15,22 47 1995 184 2055 12,17 51 1996 196 2215 7,79 55 1997 224 2500 12,87 62 1998 249 2000 -20,00 64 1999 275 2400 20,00 67 2000 320 3700 54,17 71 2001 246 5400 45,95 82 2002 350 7100 31,48 93 2003 413 8100 14,08 108 2004 426 9100 12,35 141 2005 440 12600 38,46 150 2006 480 13860 10 165

    Sumber: ASPADIN, diolah

    Untuk mendukung pertumbuhan industri, pemerintah Indonesia mengeluarkan

    berbagai kebijakan dalam industri AMDK. Hal ini berdampak pada ikut bergabungnya

    investor asing maupun lokal untuk bermain dalam industri AMDK, selain juga karena

    potensi pasar industri AMDK yang yang masih besar. Respon investasi dari pihak asing

    maupun lokal cukup menggembirakan dengan masuknya Danone dan The Coca Cola

    Company mengakuisisi AQUA dan AdeS.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Meningkatnya jumlah perusahaan yang masuk ke industri berarti juga

    meningkatnya investasi dalam industri yang dapat dilihat pada tabel 5-2. Investasi terus

    meningkat selama lima tahun terakhir sebesar 31 persen, dari 727 milyar rupiah di tahun

    2000 sampai 954 milyar rupiah di tahun 2005. Pertumbuhan investasi pertahun pun masih

    menunjukkan nilai positif bahkan sempat mencapai pertumbuhan investasi sebesar 10

    persen di tahun 2004. Besarnya pertumbuhan investasi di tahun 2004 diduga berasal dari

    The Coca Cola Company yang kembali membeli saham AdeS.

    Tabel 5-2. Investasi dalam Industri AMDK (2000-2005, dalam Juta Rupiah)

    Tahun Investasi Pertumbuhan Investasi (dalam Persen)

    2000 727.096 3,202001 752.951 3,562002 775.539 3,002003 819.822 5,712004 901.804 10,002005 954.124 5,80

    Sumber: Direktorat Industri Minuman dan Tembakau (MINTEM), diolah

    Konsumsi per kapita pertahun Indonesia yang masih rendah (36 liter per tahun)

    dibandingkan konsumsi per kapita negara lain Asia lainnya seperti Thailand yang

    mencapai 70 liter per tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan pada tahun

    2010 mencapai 229,955 juta jiwa. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 40 persen penduduk

    di perkotaan dan kurang dari 30 persen penduduk di pedesaan yang tersambung dengan

    jaringan air minum (PAM). Hal tersebut menjadi faktor pendorong untuk memasuki

    industri ini mengingat potensi pasar Indonesia masih tinggi. Ditambah dengan konsumsi

    per kapita benua Amerika dan Eropa yang sudah cukup tinggi (dimana konsumsi per kapita

    AMDK di Amerika Serikat mencapai 80 liter per tahun, Italia sebesar 165 liter per tahun,

    dan Perancis 140 liter per tahun) menjadi daya tarik perusahaan seperti Danone (Perancis)

    dan The Coca Cola Company (Amerika Serikat) mengakuisisi perusahaan AMDK

    Indonesia (AQUA dan AdeS). Dapat dilihat pada gambar 5-1.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-1. Konsumsi per Kapita AMDK di Beberapa Negara (2004, dalam Liter)

    Sumber: ASPADIN, diolah

    5.1.1 Industri AMDK Sebelum dan Sesudah Akuisisi

    Kinerja kapasitas dan produksi keempat perusahaan selama tahun 1991-2005 dapat

    dilihat pada tabel 5-3. Penurunan rasio produksi aktual terhadap kapasitas produksi

    perusahaan AMDK terbesar, AQUA, yang terjadi di tahun 2000 dari 69,92 persen di tahun

    1999 menjadi 38,49 persen di tahun 2000 karena investasi yang dilakukan oleh AQUA

    dengan meningkatkan kapasitas produksinya dari 1,754 miliar liter menjadi 4,111 miliar

    liter naik sebesar 134,38 persen. Begitu juga dengan AdeS, penurunan rasio produksi

    aktual terhadap kapasitas produksi pada tahun 1996 dan 1999 sebesar 59,56 persen dan

    38,99 persen terjadi karena peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan oleh

    perusahaan. Sedangkan penurunan rasio produksi aktual terhadap kapasitas produksi AdeS

    pada tahun 2000 dikarenakan kebijakan perusahaan setelah akuisisi dengan The Coca cola

    Company untuk memangkas seluruh biaya operasional perusahaan untuk efisiensi seperti

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • pengurangan karyawan dan biaya produksi. Secara keseluruhan dari tahun 1991-2005,

    perusahaan semakin efisien dengan semakin meningkatnya rasio kapasitas produksi.

    Secara umum dapat dilihat, penggunaan kapasitas produksi kedua perusahaan

    belum maksimal. Bagi AQUA, penggunaan maksimum kapasitas produksi tidak dilakukan

    karena berhubungan dengan meningkatnya pangsa pasar yang menyebabkan perusahaan

    sebagai dominan firm bahkan ke arah monopoli. Hal tersebut bersinggungan dengan

    Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat BAB V pasal 25 ayat 2 yang menyatakan bahwa:

    Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat (1) apabila:

    a. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50%

    (lima puluh persen) atau lebih pangsa pasas satu jenis barang atau jasa

    tertentu; atau

    b. dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 75%

    (tujuh puluh lima persen) atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau

    jasa tertentu.

    Sedangkan bagi AdeS, belum maksimalnya penggunaan kapasitas produksi karena strategi

    dan kebijakan produksi perusahaan.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-3. Produksi Aktual, Kapasitas Produksi, dan Rasio Produksi-Kapasitas

    Produksi Empat Perusahaan Terbesar dalam Industri AMDK

    (1991-2005, dalam Juta Liter dan dalam Persen)

    Tahun Produksi dan Kapasitas (dalam Liter) / Rasio

    (dalam Persen)

    PT AGM PT Ades

    Kapasitas Produksi 1.208 90Produksi Aktual 209 45

    1991

    Produksi/Kapasitas 17,30 50,00Kapasitas Produksi 1.208 110Produksi Aktual 226 55

    1992

    Produksi/Kapasitas 18,71 50,00Kapasitas Produksi 1.208 340Produksi Aktual 252 167

    1993

    Produksi/Kapasitas 20,86 49,12Kapasitas Produksi 1.215 340Produksi Aktual 501 200

    1994

    Produksi/Kapasitas 41,23 58,82Kapasitas Produksi 1.215 340Produksi Aktual 676 255

    1995

    Produksi/Kapasitas 55,64 75,00Kapasitas Produksi 1.215 450Produksi Aktual 714 268

    1996

    Produksi/Kapasitas 58,77 59,56Kapasitas Produksi 1.754 450Produksi Aktual 958 298

    1997

    Produksi/Kapasitas 54,62 66,22Kapasitas Produksi 1.754 450Produksi Aktual 1.025 232

    1998

    Produksi/Kapasitas 58,45 51,56Kapasitas Produksi 1.754 700Produksi Aktual 1.226 273

    1999

    Produksi/Kapasitas 69,92 38,99Kapasitas Produksi 4.111 700Produksi Aktual 1.582 389

    2000

    Produksi/Kapasitas 38,49 55,61Kapasitas Produksi 4.111 700Produksi Aktual 2.376 425

    2001

    Produksi/Kapasitas 57,79 60,70Kapasitas Produksi 4.111 700Produksi Aktual 3.079 512

    2002

    Produksi/Kapasitas 74,91 73,13Kapasitas Produksi 5.092 700Produksi Aktual 3.095 583

    2003

    Produksi/Kapasitas 60,77 83,21

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Kapasitas Produksi 5.092 700Produksi Aktual 3.750 419

    2004

    Produksi/Kapasitas 73,64 59,86Kapasitas Produksi 5.092 700Produksi Aktual 4.276 479

    2005

    Produksi/Kapasitas 83,97 68,43 Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    Data pada tabel 5-3 diatas menunjukkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan

    produksi menunjukkan kecenderungan yang baik. Dari tahun ke tahun AQUA dan AdeS

    terus meningkatkan produksinya. Tidak stabilnya produksi AdeS terjadi setelah

    penambahan kapasitas produksi yang belum sebanding dengan trend peningkatan produksi.

    Hal ini terjadi karena tingkat produksi yang relatif lebih rendah dibandingkan kapasitas

    produksi dan biaya produksi yang menjadi lebih tinggi. Hantaman masuknya industri

    AMIU dan krisis moneter pada tahun 1998 juga berdampak pada penurunan produksi

    AdeS dari 298 juta liter menjadi 232 juta liter. Bagi AQUA yang merupakan pelopor

    perusahaan AMDK di Indonesia, krisis moneter tidak begitu signifikan mempengaruhi

    volume penjualannya karena begitu kuatnya brand image yang ditanamkan dibenak

    konsumen untuk tetap mengkonsumsi produknya. Sedangkan masuknya industri AMIU

    secara signifikan mempengaruhi volume penjualan dalam bentuk gallon karena gallon

    perusahaan AMDK digunakan sebagai gallon industri AMDK. Tapi volume penjualan

    diantisipasi dengan meningkatnya penjualan di kemasan 240ml dan 600ml. Secara

    keseluruhan volume penjualan AQUA tidak berpengaruh terhadap masuknya industri

    AMIU.

    Begitu juga pada tabel 5-4, secara keseluruhan industri menunjukkan tidak

    maksimalnya penggunaan kapasitas produksi. Tapi terjadi peningkatan rasio kapasitas

    produksi dari 73 persen di tahun 2000 menjadi 88 persen di tahun 2005. hal ini

    mengindikasikan bahwa industri semakin efisien dalam penggunaan sumber dayanya.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-4. Kapasitas Produksi, Produksi Aktual, Produksi Aktual terhadap

    Kapasitas Produksi Industri AMDK (2000-2005, dalam ton dan Persen)

    Tahun Kapasitas Produksi (dalam Ton)

    Produksi Aktual (dalam Ton)

    Produksi Aktual terhadap Kapasitas Produksi

    (dalam Persen) 2000 6.969.367 5.082.104 732001 7.074.963 5.286.284 752002 7.582.822 5.841.912 772003 8.022.736 5.995.128 752004 8.423.873 7.237.804 862005 8.890.895 7.797.057 88

    Sumber: Direktorat Industri Minuman dan Tembakau (MINTEM), diolah

    Karena perusahaan tidak berproduksi pada kapasitas maksimum menyebabkan

    biaya produksi menjadi relatif tinggi. Hal ini berimbas pada harga produk yang relatif

    mahal dibandingkan masyarakat mengkonsumsi air dari ledeng (PAM). Karena air

    merupakan komoditi yang berorientasi pasar, maka distribusi produk diperuntukkan pada

    wilayah terdekat. Dapat dilihat pada tabel 5-5, perusahaan AMDK tersebar di seluruh

    wilayah Indonesia untuk menjangkau konsumen di seluruh wilayah dan menurunkan biaya

    transportasi. Jumlah perusahaan AMDK terbanyak di Jawa Barat dan yang paling sedikit di

    Nusa Tenggara Timur. Hal tersebut berkaitan dengan tersedianya sumber daya air bersih di

    wilayah tersebut. Semakin baik sumber daya air bersih suatu wilayah dan semakin

    potensial konsumen untuk mengkonsumsi AMDK di suatu wilayah maka semakin banyak

    perusahaan AMDK yang mendirikan pabriknya di wilayah tersebut.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-5. Lokasi Penyebaran Perusahaan AMDK Menurut Jumlah Perusahaan

    Propinsi Jumlah Perusahaan Persentase Perusahaan Jawa Barat 103 24.82Jawa Tengah 68 16.39Jawa Timur 63 15.18Sumatera Utara 26 6.27DKI Jakarta 23 5.54Riau 19 4.58Sulawesi Selatan 16 3.86Bali 12 2.89Kalimantan Barat 9 2.17Lampung 8 1.93Kalimantan Selatan 7 1.69Kalimantan Timur 7 1.69Sumatera Barat 7 1.69Sumatera Selatan 7 1.69Banten 5 1.20Papua 5 1.20Sulawesi Utara 4 0.96Bangka Belitung 3 0.72DI Yogyakarta 3 0.72Jambi 3 0.72Nusa Tenggara Barat 3 0.72Sulawesi Tengah 3 0.72Sulawesi Tenggara 3 0.72Batam 2 0.48Bengkulu 2 0.48Nangroe Aceh Darussalam 2 0.48Kalimantan Tengah 1 0.24Nusa Tenggara Timur 1 0.24

    Sumber: ASPADIN

    Persentase terbesar produk industri AMDK di distribusikan untuk dalam negeri.

    Produk AMDK merupakan barang kebutuhan primer sehingga harga yang diberlakukan

    tidak bisa terlalu mahal. Biaya transportasi akan meningkatkan harga jual produk.

    Sehingga sebagian besar perusahaan menjual produk terbanyak untuk wilayah tertentu atau

    mendirikan pabrik untuk penjualan didaerah tertentu. Hanya perusahaan AMDK besar saja

    yang dapat mendistribusikan produknya ke luar daerah dan luar negeri dengan harga yang

    relatif lebih mahal dibandingkan harga produknya di daerah yang memiliki pabrik.

    Misalnya AQUA yang dapat menjual produknya ke Kalimantan dengan harga Rp.18.000

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • per gallon. Karena tidak tersedianya sumber daya air bersih yang baik untuk dikonsumsi,

    maka AQUA tidak dapat mendirikan pabriknya di Kalimantan. Sehingga diputuskan untuk

    mengirim produk untuk konsumsi AQUA di Kalimantan dari pabrik terdekat dengan

    konsekuensi tingginya biaya transportasi. Kuatnya brand image AQUA di masyarakat

    menjadikan harga produk yang relatif lebih mahal tetap menjadi pilihan konsumen.

    Konsentrasi pasar dalam negeri tersebut karena sifat AMDK yang bahan baku

    utamanya di dapat dari negeri sendiri sehingga tidak bisa diekspor jauh-jauh karena tidak

    memenuhi skala ekonomis akibat biaya angkut yang tinggi. Dapat dilihat pada tabel 5-6,

    rata-rata penjualan terbesar AQUA dari tahun 1991-2005 sebesar 94 persen adalah untuk

    pasar dalam negeri, sedangkan sisanya untuk pasar luar negeri. Tahun 2004 ekspor AQUA

    mencapai 6 miliar rupiah dan tahun 2005 sebesar 7 miliar rupiah. Lebih dari 90 persen

    ekspor dikirim ke Singapura dan sisanya ke Vietnam dan Brunei Darussalam. Penurunan

    ekspor dari tahun 1994 sebesar 8,65 persen menjadi hanya 0,46 persen di tahun 2005

    terjadi karena meningkatnya permintaan dalam negeri. Sehingga pasokan yang ada di

    gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi AMDK di dalam negeri. Sedangkan

    penjualan AdeS masih didistribusikan di dalam negeri.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-6. Komposisi Pasar Output AQUA (1991-2005, dalam Persen)

    Tahun Domestik Ekspor 1991 91,35 8,651992 92,73 7,271993 87,89 8,821994 93,10 4,531995 93,07 4,501996 93,84 2,861997 94,39 2,591998 89,29 4,281999 94,13 2,122000 94,13 1,982001 95,18 1,612002 96,54 1,052003 97,25 0,682004 97,84 0,462005 97,95 0,46

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA, diolah

    Kebijakan pemerintah yang menghapus pajak penjualan barang mewah (PPnBM)

    AMDK tahun 2000 merupakan kebijakan yang penting dan sangat berpengaruh dalam

    memperkenalkan persaingan dalam industri AMDK di Indonesia. Kenaikan impor dari 550

    ton senilai US$ 330 ribu ditahun 1998 terus meningkat menjadi 1.642 ton senilai US$ 972

    ribu ditahun 2005 membantu dalam ketersediaan AMDK di dalam negeri yang

    permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Impor AMDK terutama berasal dari

    Prancis, Malaysia, dan Singapura. Sedangkan ekspor yang sempat naik dari 22.036 ton

    senilai US$ 3,31 juta di tahun 1998 menjadi 29.906 ton senilai US$ 3.679 ribu di tahun

    2003 menjadi turun sebesar 21.503 ton senilai US$ 3 juta di tahun 2004 dan naik sedikit

    menjadi 21.564 ton senilai US$3,4 juta di tahun 2005. Hal tersebut terjadi karena

    meningkatnya permintaan AMDK dalam negeri. Produk AMDK nasional sempat diekspor

    ke Australia, namun karena biaya angkutnya yang tinggi, jumlah ekspornya terus

    berkurang dan kalah bersaing dengan produk AMDK setempat. Sedangkan pasar ekspor

    utama AMDK adalah Singapura yang relatif dekat dengan Indonesia. Sekitar 70 persen

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • ekspor AMDK nasional ditujukan ke Singapura yang memang tidak memiliki sumber air

    minum. Tujuan utama ekspor negara lainnya adalah Singapura, Portugal, Timor Timur,

    Jepang, Malaysia, dan Hongkong. Dapat dilihat pada tabel 5-7.

    Tabel 5-7. Ekspor dan Impor AMDK (1998-2005, dalam Ton dan US$)

    Ekspor Impor Tahun Ton Ribu US$ Ton Ribu US$

    1998 22.036 3.309 550 3301999 24.805 3.598 330 852000 28.999 4.015 605 4692001 29.200 4.282 582 3162002 29.771 4.910 308 1312003 29.906 3.679 1.188 4422004 21.503 3.004 1.246 5732005 21.564 3.351 1.642 972

    Sumber: Direktorat Industri Minuman dan Tembakau (MINTEM)

    Dominasi dan pengalaman AQUA yang begitu lama dalam industri AMDK dan

    sebagai pelopor industri AMDK di Indonesia dengan brand image yang begitu melekat

    dibenak konsumen memungkinkan bagi perusahaan ini sebagai produk unggulan AMDK

    di Indonesia. Sehingga impor AMDK tidak begitu berpengaruh terhadap posisinya sebagai

    perusahaan dominan. Terlebih masih rendahnya ketersediaan produk impor dan harga yang

    relatif lebih mahal dibandingkan produk yang diekspor dan ketersediaan produk di dalam

    negeri. Persaingan internasional yang terbuka tidak akan merubah posisi perusahaan

    dominan AQUA di pasar domestik secara fundamental. Oleh karena itu, pemberlakuan

    Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan

    Usaha Tidak Sehat sangat baik dalam mengurangi insentif yang dimiliki AQUA untuk

    menghambat persaingan.

    Masuknya investor asing, Danone mengakuisisi AQUA dan The Coca Cola

    Company mengakuisisi AdeS selain karena potensi industri masih besar juga dipicu oleh

    kebijakan pemerintah yang tidak lagi memasukkan AMDK dalam daftar negatif investasi.

    Akuisisi di AMDK nasional masih sebatas pemindahan modal asing ke perusahaan lokal.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Akuisisi yang dilakukan oleh Danone atas AQUA maupun The Coca Cola Company atas

    AdeS adalah akuisisi saham. Pada 1998 Danone mengambil alih 74% saham PT Tirta

    Investama, perusahaan yang menjadi induk dari PT Aqua Golden Missisipi. Sedangkan

    pada tahun 2000, melalui PT Coca-Cola Indonesia, produsen minuman berkarbonasi nomer

    satu di dunia, membeli empat merek AMDK milik PT Ades Alfindo Putra Setia sebesar

    100% saham senilai US$ 19,9 juta. Empat merek itu adalah Ades, Desca, Desta, dan Vica.

    Akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional di Indonesia seperti

    Danone, maupun Coca Cola Company yang tidak memiliki hubungan secara langsung

    dengan industri ini menandakan bahwa akuisisi pada industri AMDK adalah akuisisi

    konglomerat. Harga perusahaan yang relatif lebih murah, pangsa pasar Asia yang besar

    menjadi daya tarik bagi perusahaan asing untuk berinvestasi. Terlebih jika harus

    mendirikan perusahaan baru dengan peraturan yang berbelit-belit, menghabiskan biaya

    yang cukup besar untuk memperkenalkan produk ke masyarakat, maka cara termudah,

    termurah, dan tercepat adalah dengan akuisisi

    Akuisisi yang dilakukan Danone tidak terlepas dari perilaku pesaingnya yaitu

    Unilever. Unilever terlebih dahulu melakukan akuisisi dalam ekspansinya ke pasar Asia,

    termasuk Indonesia, baik yang dilakukan melalui akuisisi bisnis maupun akuisisi merek.

    Akuisisi konglomerat yang dilakukan oleh Unilever mengancam pangsa pasar Danone

    secara tidak langsung. Dan perusahaan multinasional yang berasal dari Perancis ini pun

    melakukan pengambilalihan yang serupa dilakukan oleh Danone. Akuisisi perusahaan

    yang tidak pada core businessnya (bisnis inti). Danone berambisi untuk memimpin di pasar

    lewat tiga bisnis intinya, yaitu dairy products, bottled water, dan biscuit . Untuk dairy

    products, kini Danone masih menempati posisi nomor satu di dunia dengan penguasaan

    pasar sebesar 15%. Adapun untuk produk air minum dalam kemasan (AMDK), Danone

    mengklaim juga menempati peringkat pertama dunia lewat merek Evian, Volvic, dan

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Badoit. Untuk bisa mempertahankan diri sebagai produsen bottled water (AMDK) nomor

    satu dunia, perusahaan ini harus berjuang keras menahan gempuran Coca-Cola dan Nestle.

    Upaya inilah yang menyebabkan Danone memerlukan dukungan jaringan bisnis dari

    produk-produk AMDK lainnya yang ada di kawasan Asia, sebuah kawasan yang pasarnya

    terus tumbuh.

    Menurut model akuisisi Ignas G. Sidik, akuisisi AQUA oleh Danone merupakan

    akuisisi model pertama sedangkan akuisisi AdeS oleh The Coca Cola Company merupakan

    akuisisi model kedua. Pada akuisisi model pertama, perusahaan mengakuisisi seluruh

    bisnisnya, baik merek maupun fasilitas produksinya. Danone yang pada tahun 2002

    memiliki 92.209 karyawan dan tersebar di 120 negara mencari dukungan untuk

    mengantisipasi perilaku pesaingnya dengan cara yang cepat dan murah untuk memperoleh

    pangsa pasar air kemasan, adalah dengan mengakuisisi perusahaan AMDK lokal di Asia,

    termasuk Indonesia.

    Dipilih Asia karena pasar di benua dengan jumlah penduduk yang besar,

    menjanjikan pertumbuhan sebesar 11% untuk AMDK-nya. Bandingkan dengan pasar

    Eropa yang cuma bisa menawarkan pertumbuhan 3%. Untuk itu, dalam kurun waktu 12

    bulan pertama sejak strategi ini dicanangkan, Danone langsung melakukan aksi beli

    perusahaan-perusahaan AMDK di beberapa wilayah Asia. Ini dimulai dengan akuisisi

    terhadap dua perusahaan air mineral di Cina, lalu AQUA di Indonesia, dan perusahaan

    minuman di Singapura. Menurut kalkulasi pihak Danone, seluruh proses akuisisi ini kelak

    memberikan sumbangan sebesar US$1,5 juta terhadap total turnover grup ini dalam tiga

    tahun ke depan (untuk tahun 2002, turnover-nya mencapai US$15,57 juta). Ini terhitung

    sejak dimulainya proses akuisisi pada 1998.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Di Indonesia, pada 1998 Danone mengambil alih 74% saham PT Tirta Investama,

    perusahaan yang menjadi induk dari PT Aqua Golden Mississippi. Produsen AMDK

    bermerek AQUA yang semula berstatus perusahaan publik menjelang akuisisi oleh

    Danone, AQUA Golden melakukan buyback (pembelian saham kembali oleh perusahaan)

    sejumlah sahamnya yang dikuasai publik dan memilih go private, kembali menjadi

    perusahaan tertutup.

    Bagi Danone, AQUA jelas merupakan merek AMDK yang menguntungkan.

    Karena produksi AQUA langsung menyumbang sekitar 12% dari total volume produksi air

    minum Danone di seluruh dunia. Terlebih AQUA merupakan perusahaan dominan di

    Indonesia yang merupakan pemimpin pasar AMDK di Indonesia.

    Akuisisi model kedua adalah dengan mengambil alih mereknya saja, tidak

    termasuk saham perusahaannya. Lalu setelah pengambilalihan, fasilitas produksinya pun

    tetap memakai pabrik lama. Hanya urusan manajemen, distribusi dan pemasaran kini

    ditangani oleh perusahaan pengambil alih. Cara ini ditempuh oleh The Coca Cola

    Company ketika mengambil alih beberapa merek AMDK.

    Menurut pihak Coca-Cola, langkah ini dipilih untuk merebut pangsa pasar AMDK

    secara cepat. Cara ini mereka nilai lebih cepat ketimbang harus mengakuisisi bisnis, atau

    mengambil alih saham suatu perusahaan. Maka, pada tahun 2000, melalui PT Coca-Cola

    Indonesia (CCI), produsen minuman nomor satu di dunia ini membeli empat merek

    AMDK milik PT AdeS Alfindo Putra Setia (AAPS) senilai US$19,9 juta. Empat merek itu

    adalah AdeS, Desca, Desta, dan Vica.

    Untuk memproduksi AMDK dengan merek Ades, CCI tetap menggandeng AAPS.

    Di bawah supervisi dari PT Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI), yang selama ini

    memproduksi minuman berkarbonasi dengan merek Coca-Cola, Fanta, dan Sprite, seluruh

    proses produksi, distribusi, dan promosi AMDK bermerek Ades menjadi tanggung jawab

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • CCI. Saat diambil alih oleh CCI, Ades menguasai 6% pangsa pasar minuman siap saji non-

    alkohol.

    Akuisisi Ades hanyalah satu dari beberapa langkah besar CCI untuk menjadi

    pemain total beverages company terkemuka di Indonesia, dan sekaligus di dunia. Sebab,

    sesudah langkah akuisisi AMDK bermerek Ades, tahun lalu CCI juga menghadirkan

    produk minuman teh dalam kemasan botol dan tetrapack ke pasar Indonesia dengan

    merek Frestea. Minuman ini merupakan hasil kolaborasinya dengan produsen global

    lainnya, Nestle. Lalu terakhir, September 2003, CCI melemparkan produk sirup ke pasar

    lokal lewat merek Sunfill.

    Akuisisi yang dilakukan oleh AdeS dimana manajemen, distribusi dan pemasaran

    kini ditangani oleh perusahaan pengambil alih yaitu The Coca Cola Company

    mempengaruhi pada jumlah tenaga kerja perusahaan. Dapat dilihat pada tabel 5-8, terjadi

    penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 8,2% dari 2.558 tenaga kerja di tahun 2003 menjadi

    2.364 tenaga kerja di tahun 2004 dan terus menurun menjadi 2.259 tenaga kerja di tahun

    2005. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan manajemen perusahaan yang ingin

    merampingkan jumalh tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi. Dan terjadi pula

    perubahan tenaga kerja di tingkat manajemen yang digantikan dengan tenaga kerja dari

    pihak The Coca Cola Company. Sedangkan akuisisi yang dilakukan oleh AQUA tidak

    berpengaruh cukup besar pada tingkat manajemen dan jumlah tenaga kerja karena Danone

    hanya mengakuisisi saham AQUA. Sedangkan secara keseluruhan, terjadi peningkatan

    jumlah tenaga kerja pada industri karena masih meningkatnya investasi dalam industri

    AMDK di Indonesia. Jumlah tenaga kerja industri meningkat dari 19.605 di tahun 2002

    meningkat 22 persen menjadi 23.920 tenaga kerja di tahun 2005.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-8. Jumlah Tenaga Kerja Industri AMDK (2002-2005)

    Uraian 2002 2003 2004 2005 AQUA 1.128 1.249 1.214 2.486 AdeS 2.563 2.558 2.364 2.259 Industri 19.605 21.021 22.072 23.920

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS serta Direktorat Industri Minuman dan Tembakau (MINTEM)

    5.1.2 Tingkat Konsentrasi Industri

    Konsentrasi industri adalah suatu ukuran yang menggambarkan pangsa pasar

    (market share) sebuah atau beberapa perusahaan dalam suatu industri. Tingkat konsentrasi

    yang tinggi menunjukkan bahwa suatu pasar atau industri dikuasai oleh sebuah atau

    beberapa perusahaan besar. Sebaliknya, bila suatu pasar dikuasai oleh banyak perusahaan

    kecil yang memiliki pangsa pasar yang tidak begitu berbeda, maka tingkat konsentrasi

    industri tersebut rendah.

    Tingkat konsentrasi berkaitan erat dengan bentuk atau struktur pasar. Semakin

    terkonsentrasi suatu industri maka semakin mendekati struktur monopoli. Sebaliknya,

    semakin rendah tingkat konsentrasi suatu industri maka semakin mendekati struktur pasar

    persaingan sempurna. Dari teori ekonomi mikro, bentuk pasar yang paling ideal adalah

    struktur pasar persaingan sempurna karena dapat mengalokasikan sumber daya dan output

    dengan efisien. Semakin mendekati monopoli maka semakin tinggi distorsi yang

    ditimbulkan akibat inefisiensi dalam alokasi sumber daya dan output. Inefisiensi akan

    merugikan konsumen dan produsen. Dan dalam jangka panjang perekonomian menjadi

    tidak sehat.

    Pada tabel 5-9 dan 5-10 terlihat, persentase pangsa pasar dan volume pertumbuhan

    AMDK di Indonesia maupun Asia Pasifik cukup signifikan. Pangsa pasar AMDK terhadap

    pasar minuman di Indonesia di tahun 2002 cukup besar mencapai 67 persen dibandingkan

    minuman lain seperti serbuk siap minum, berkarbonasi, teh, dan lain sebagainya. Dan

    volume pertumbuhan pertahun di Indonesia dari tahun 2001 sampai tahun 2006 mencapai

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • 54,20 persen. Sedangkan di Asia Pasifik, pangsa pasar AMDK hanya 8,42 persen dari

    pasar minuman yang ada, tetapi dengan volume pertumbuhan terbesar mencapai 22,10

    persen pertahun dari tahun 2001 sampai tahun 2006 dibandingkan dengan pertumbuhan

    minuman lainnya.

    Tabel 5-9. Pasar Minuman menurut Tipe di Indonesia

    (2002, hanya yang melalui Retail)

    No. Tipe Minuman Market Size (dalam milyar

    liter)

    Persentase Volume Pertumbuhan per-Tahun dari 2001-

    2006 (dalam persen)

    1. AMDK 5.346,40 67,00 54,202. Serbuk Siap Minum 936,70 11,74 15,203. Berkarbonasi 830,60 10,41 15,704. Teh 772,90 9,69 18,205. Minuman Kesehatan 55,20 0,69 23,106. Jus Buah / Sayuran 25,90 0,32 14,707. Kopi 2,80 0,04 11,008. Lain-lain 8,20 0,10 18,10

    Total 7.977,70 100,00 43,90Sumber: Euromonitor / IMIS

    Tabel 5-10. Pasar Minuman Menurut Tipe di Asia Pasifik 2002

    No. Tipe Minuman Market Size (dalam milyar

    US$)

    Persentase Volume Pertumbuhan per-Tahun dari 2001-

    2006 (dalam persen)

    1. Berkarbonasi 28,60 29,75 6,302. Jus Buah / Sayuran 14,20 14,77 6,303. Teh 12,90 13,42 4,404. Minuman Kesehatan 10,20 10,61 9,405. Kopi 9,80 10,19 6,606. AMDK 8,10 8,42 22,107. Serbuk Siap Minum 3,30 3,43 5,808. Lain-lain 9,05 9,41

    Total 96,15 100,00Sumber: Euromonitor / IMIS

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Industri AMDK merupakan industri yang terkonsentrasi. Dapat dilihat pada gambar

    5-2, pangsa pasar AMDK sebesar 45 persen dikuasai oleh perusahaan terbesar yaitu

    AQUA; 30 persen dikuasai oleh Total, Oasis, 2-Tang, AdeS, Club, dan Prima; dan sisanya

    sebesar 25 persen dikuasai oleh perusahaan AMDK kecil lainnya.

    Gambar 5-2. Perkiraan Pangsa Pasar Merek AMDK di Indonesia

    Sumber: ASPADIN

    Akuisisi yang dilakukan oleh AQUA dan AdeS dalam industri AMDK berpengaruh

    signifikan terhadap penurunan pangsa pasar dan tingkat konsentrasi dua perusahaan

    tersebut. Dapat dilihat pada tabel 5-11, pangsa pasar AQUA sebelum akuisisi relatif stabil

    dikisaran 30 persen dari tahun 1991 sampai 1997. Penurunan pangsa pasar AQUA yang

    cukup signifikan ditahun 1992 dan 1993 menjadi 17,11 % dan 15,85 % disebabkan oleh

    krisis minyak dunia yang meningkatkan harga plastik. Hal ini berimbas pada meningkatnya

    biaya produksi yang mengakibatkan perusahaan menurunkan volume penjualannya.

    Penurunan pangsa pasar juga dialami oleh AdeS ditahun 1992 menjadi 4,16 %, tapi

    kemudian meningkat menjadi di kisaran 10 persen sampai tahun 2000.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Pangsa pasar AQUA setelah akuisisi di tahun 1998 dan 1999 sempat naik menjadi

    51,26 % dan 51,10 %. Namun, untuk menghindari Undang-Undang No. 5 tahun 1999

    tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, AQUA

    mengambil kebijakan untuk menurunkan pertumbuhan penjualannya terhadap penjualan

    industri. Begitu juga dengan volume penjualan AdeS sebelum akuisisi dari 273 juta liter

    pada tahun 1999, meningkat menjadi 419 juta liter dan 479 juta liter ditahun 2004 dan

    2005. Pangsa pasarnya dari 11,37 persen di tahun 1999 terus menurun hingga tahun 2005

    yang hanya sebesar 3,80 persen. Hal tersebut berkaitan dengan kebijakan perusahaan

    setelah akuisisi. Perusahaan masih terfokus untuk meningkatkan manajemen perusahaan

    dibandingkan dengan pemasaran untuk meningkatkan pertumbuhan volume penjualannya

    terhadap industri. Dan penurunan pangsa pasar kedua perusahaan dari tahun 1998 sebesar

    62,86 persen sampai mencapai 37,74 persen di tahun 2005 mengindikasikan industri

    AMDK semakin kompetitif.

    Gambar 5-3. Konsentrasi Pasar AQUA dan AdeS (1991-2005, dalam Persen)

    Pangsa Pasar AQUA dan AdeS serta CR2 (dalam Persen)

    010203040506070

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen Pangsa Pasar AQUA

    Pangsa Pasar AdeSCR2

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • 5.1.3 Kondisi untuk Masuk ke Industri

    Akuisisi secara relatif tidak merubah komposisi perusahaan dalam industri AMDK.

    Pertumbuhan industri AMDK pun tetap meningkat. Hal ini terjadi karena masih besarnya

    potensi pasar industri AMDK di Indonesia. Biaya iklan yang besar yang diterapkan oleh

    perusahaan AMDK besar seperti AQUA maupun AdeS tidak signifikan mempengaruhi

    keinginan perusahan baru untuk memasuki pasar karena produk dari AMDK yang

    berbasiskan pasar dan perusahaan bermain dalam ceruk ataupun relung. Dan tingkat exit di

    industri AMDK pun nol persen dan kehadiran pendatang baru tidak berpengaruh secara

    signifikan terhadap tingkat persaingan. Tingkat persaingan umumnya dilakukan oleh

    perusahaan besar untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

    Bagi perusahaan baru, struktur biaya, tingkat produksi, dan permintaan domestik

    terhadap produk dari perusahaan dominan sangat penting dalam mempertimbangkan untuk

    masuk ke dalam industri. Sehingga membeli perusahaan yang telah ada akan lebih

    menguntungkan dibandingkan membuat perusahaan baru. Hal ini yang menjadi alasan bagi

    Danone dan The Coca Cola Company dalam mengakuisisi AQUA dan AdeS.

    5.1.3.1 Modal

    Potensi industri yang relatif masih cukup besar dengan pertumbuhan diperkirakan

    10 persen pertahun, menjadikan ekspektasi pengembalian aset jika usaha ini gagal sekitar

    35 persen. Investasi yang diperlukan untuk membangun pabrik yang tidak terintegrasi

    seperti AQUA, tidak begitu besar, hanya dengan modal kurang dari Rp 10 miliar, sudah

    bisa membuka perusahaan air minum dalam kemasan. Sehingga secara teori sunk cost yang

    rendah merupakan hambatan masuk yang rendah.

    Resiko kegagalan yang rendah dari rendahnya impor, tersedianya sumber daya air

    yang cukup besar, dan harga produk yang stabil menjadikan industri AMDK sangat

    diminati.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • 5.1.3.2 Iklan

    Ada beberapa alasan mengapa orang beriklan. Setiap alasan yang dikemukakan

    melandasi teori yang berbeda-beda. Menurut Marshal, pada dasarnya beriklan memiliki

    dua peran. Yakni peran konstruktif (constructive role) alias pembentukan dan peran

    kombative (combative role) yakni sebagai pertempuran. Pada peran konstruktif, iklan

    diperlakukan sebagai cara membanjiri konsumen dengan informasi yang banyak sehingga

    mereka dengan mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga yang murah.

    Konsumen menjadi raja. Diberi kesempatan mengetahui apa yang akan mereka beli.

    Pada peran yang satu lagi, kombatif, iklan justru dapat digunakan dengan cara memberi

    informasi yang minim tentang produk tersebut. Bahkan mungkin menyembunyikan hal-hal

    penting yang perlu diketahui publik. Lebih parah lagi, digunakan demi menjelekkan

    produk yang lain. Bentuknya bisa apapun karena tujuannya adalah menggiring konsumen

    memilih produk yang diiklankan bukan produk perusahaan lain.

    Kyle Bagwell(2001)1, para ekonom dalam penelitian-penelitian mereka, sering

    mengaitkan antara iklan dan permintan produk. Setidaknya bila dikelompokan mereka

    akan terbagi pada 3 pemikiran: persuasif, informatif dan komplementer.

    Pandangan Persuasif menyatakan bahwa iklan dilakukan untuk merayu pembeli.

    Dampaknya iklan akan mempengaruhi permintaan alias tingkat penjualan melalui

    perubahan selera dan meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merk. Secara ekonomi

    kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi elastisitas permintaan barang tersebut.

    Menggeser dari pasar persaingan sempurna yang produknya beragam menjadi

    monopolistik. Monopolistik adalah pasar produk yang sama namun berbeda dari karakater.

    Menjadi berbeda berarti menciptakan pasar tersendiri.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Dalam pandangan ini kegiatan beriklan juga merupakan salah satu cara untuk

    menghalangi pesaing memasuki pasar. Karena iklan ditujukan pula untuk membuat

    konsumen enggan mencoba produk lain yang kurang dikenalnya. Tentu saja kegiatan

    beriklan seperti ini hanya mudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan skala

    ekonomi besar. Ongkos iklan untuk perusahaan kecil yang baru masuk akan menjadi beban

    cukup berat. Dengan penjelasan ini dapat diketahui alasan beberapa perusahaan besar tetap

    melakukan iklan dengan biaya yang relatif besar. Padahal produknya telah menjadi pemain

    terbesar di industri tersebut. Dapat dilihat pada gambar 5-4, rasio beban iklan terhadap

    beban penjualan AQUA yang begitu besar bahkan mencapai 77 persen, 51,63 persen, dan

    61,83 persen di tahun 1997, 1998, dan 1999. Di duga ini merupakan imbas dari

    boomingnya industri Air Minum Isi Ulang di tahun tersebut. Sehingga AQUA sebagai

    perusahaan terbesar AMDK mengantisipasinya dengan meningkatkan porsi beban iklan

    dalam beban penjualannya karena sebagian besar gallon yang digunakan dalam pengisian

    AMIU merupakan gallon AQUA. Sedangkan AdeS meningkatkan rasio beban iklan

    terhadap beban penjualan secara signifikan pada tahun 2002 menjadi 33 persen untuk

    meningkatkan mereknya yang sempat turun karena keuntungan perusahaan yang negatif.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-4. Rasio Beban Iklan terhadap Beban Penjualan AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Rasio Beban Iklan terhadap Beban Penjualan AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    020406080

    100

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen AQUA

    AdeS

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    Sedangkan dilihat dari rasio beban iklan terhadap penjualan dan laba menunjukkan

    bahwa proporsi biaya iklan terhadap penjualan dan laba perusahaan. Rasio beban iklan

    terhadap penjualan AQUA relatif stabil dibandingkan dengan AdeS karena AQUA

    merupakan generic brand AMDK dan kapasitas produksi aktual AQUA yang relatif lebih

    besar dibandingkan dengan AdeS sehingga proporsi biaya iklannya menjadi relatif lebih

    kecil walaupun dalam nominal biaya iklan AQUA lebih besar dibandingkan biaya iklan

    AdeS. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5-5.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-5. Rasio Beban Iklan terhadap Penjualan AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Rasio Beban Iklan terhadap Penjualan AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    0

    5

    10

    15

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen AQUA

    AdeS

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    Rasio beban iklan terhadap laba AQUA positif menunjukkan bahwa laba AQUA

    lebih besar dibandingkan biaya iklannya. Berbeda dengan rasio biaya iklan AdeS terhadap

    labanya yang negatif. Hal tersebut terjadi bukan hanya karena biaya iklan yang besar oleh

    AdeS tapi juga biaya lainnya yang ditanggung oleh AdeS relatif lebih besar dibandingkan

    penerimaan ataupun keuntungannya. Dapat disimpulkan bahwa AdeS belum efisien dalam

    menggunakan sumberdayanya.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-6. Rasio Beban Iklan terhadap Laba AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Rasio Beban Iklan terhadap Laba AQUA dan AdeS (1991-2005, dalam Persen)

    -100%

    -50%

    0%

    50%

    100%

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen AdeS

    AQUA

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    5.1.3.3 Kebijakan Pemerintah

    Undang-Undang No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

    Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan kebijakan yang penting dan sangat berpengaruh

    dalam menurunkan kapasitas produksi perusahaan dibawah 50 persen. Sehingga

    diharapkan tidak ada perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli yang dapat

    menghambat persaingan dalam industri di Indonesia, tidak terkecuali industri AMDK.

    Kebijakan tersebut membuat AQUA sebagai perusahaan dominan menurunkan kapasitas

    produksinya dibawah 50 persen. Sehingga kapasitas produksi maksimum tidak dapat

    diberlakukan. Yang artinya, tingkat efisiensi perusahaan menurun. Dan penurunan pangsa

    pasar berarti industri semakin kompetitif.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Kebijakan pemerintah yang menghapus pajak penjualan barang mewah (PPnBM)

    AMDK tahun 2000 merupakan kebijakan yang penting dan sangat berpengaruh dalam

    memperkenalkan persaingan dalam industri AMDK di Indonesia. Karena dapat menaikkan

    persedian AMDK di Indonesia dengan naiknya impor dan menurunkan ekspor yang dapat

    dilihat pada tabel 5-7.

    Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

    705/MPP/Kep/11/2003 tentang Persyaratan Teknis Industri Air Minum dalam Kemasan

    dan Perdagangannya memberikan hambatan sunk cost dalam mendirikan industri AMDK.

    Dalam kebijakan tersebut ditentukan cara produksi yang baik, dari masalah konstruksi

    pabrik, fasilitas dan pengawasan saniter, operasi yang saniter, peralatan dan prosedur,

    proses dan kontrol, sampai personil. Pedoman tersebut mengacu pada kebijakan indutri

    AMDK Internasional yaitu Plant Inspection Handbook IBWA dan Bottled Water Plant

    Inspection, NSF.

    5.1.4 Kinerja Perusahaan

    Kinerja perusahaan dianalis menggunakan rasio-rasio keuangan, rasio

    pertumbuhan, dan rasio usaha. Rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, rasio

    rentabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio pertumbuhan diukur dari persentase perubahan

    dalam penjualan bersih, laba bersih, aktiva bersih, modal bersih, dan laba usaha.

    Sedangkan rasio usaha diukur dari laba kotor terhadap penjualan, laba bersih terhadap

    penjualan, laba usaha terhadap penjualan, laba bersih terhadap modal, laba usaha terhadap

    modal, laba usaha terhadap aktiva, dan laba bersih terhadap aktiva.

    Rasio keuangan diukur dari likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas. Likuiditas

    mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau hutang

    lancar yang diukur dengan menggunakan perbandingan antara aktiva lancar dibagi hutang

    lancar. Rentabilitas mengukur tingkat efisiensi usaha dan keuntungan perusahaan. Dan

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • solvabilitas mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi seluruh

    kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek dan jangka panjangnya dengan

    menggunakan seluruh aktivanya.

    Untuk melihat perubahan pada tingkat kinerja perusahaan, maka digunakan ROA

    (Return on Asset). ROA diukur dengan membagi laba perusahaan sebelum pajak terhadap

    total aktiva. ROA merupakan rasio yang memberikan informasi tentang efisiensi

    perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini mengindikasikan seberapa

    besar keuntungan rata-rata yang diperoleh perusahaan terhadap setiap asetnya. Kenaikan

    ROA disebabkan oleh kenaikan laba yang lebih besar dibandingkan aktivanya. Dan

    peningkatan laba disebabkan oleh meningkatnya pendapatan perusahaan yang lebih besar

    dibandingkan peningkatan bebannya.

    Pada gambar 5-7, ROA AQUA terus meningkat dari tahun 1991 yang hanya 6,52

    persen mencapai 19, 89 poersen ditahun 2004, dan menurun sedikit menjadi 12,51 persen

    di tahun 2005. Peningkatan ROA AQUA menunjukkan semakin efisiennya perusahaan

    dalam melakukan kegiatan usahanya. Dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan baru

    untuk memasuki pasar dan nilai tambah bagi pemegang saham karena berpengaruh pada

    deviden yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan ROA AdeS sebesar -126,18 persen

    ditahun 2004 menunjukkan perusahaan yang tidak efisien dalam melakukan kegitan

    usahanya. Lebih kecilnya kenaikan laba dibandingkan kenaikan aktiva mengakibatkan nilai

    ROA AdeS yang negatif. Penurunan ROA terjadi karena laba yang negatif pada AdeS

    karena besarnya hutang yang harus dibayarkan pada pihak ke tiga dan meningkatnya beban

    tunjangan bagi karyawan yang akan di PHK karena langkah efisiensi yang diambil

    perusahaan untuk menurunkan jumlah pekerjanya. Karena beban yang berkurang dan

    aktiva yang terus meningkat maka pada tahun 2005 ROA AdeS meningkat menjadi -56

    persen.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-7. Tingkat Pengembalian Aset (ROA) AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Tingkat Pengembalian Aset (ROA) AQUA dan AdeS (1991-2005, dalam Persen)

    -150

    -100

    -50

    0

    50

    100

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen AQUA

    AdeS

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    ROE merupakan imbal hasil modal sendiri yang mengukur kemampuan perusahaan

    dalam memberikan hasil laba bersih dibandingkan modal sendiri. Ditunjukkan pada

    gambar 5-8, ROE AQUA relatif stabil dibandingkan dengan ROE AdeS yang bahkan

    sempat mencapai -903,06 persen di tahun 1998. Hal tersebut terjadi karean laba negatif

    perusahaan AdeS. Sehingga AQUA merupakan perusahaan yang sehat karena dapat

    memberikan laba bersih tiap tahunnya.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-8. Tingkat Pengembalian Modal AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Return on Equity

    -1000,00

    -800,00

    -600,00

    -400,00

    -200,00

    0,00

    200,00

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sent

    ase

    AdeSAQUA

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    ROI merupakan imbal hasil investasi yang mengukur kemampuan modal

    perusahaan dalam memberikan hasil laba bersih dibandingkan dengan total aktivanya. ROI

    AQUA stabil dibandingkan dengan ROI AdeS yang mencapai -126,18 persen di tahun

    2004 karena laba negatif perusahaan namun pada 2005 meningkat ke arah positif -135,67

    persen. Artinya, ketidakmampuan permodalan AdeS dalam memberikan laba bersih

    dibandingkan dengan total aktivanya. Dan dilihat dari sisi investasi, AQUA terus

    melakukan investasi dalam perusahaan dan tidak dengan AdeS. Dari hal tersebut dapat

    diketahui bahwa AQUA memiliki kondisi keuangan yang sangat sehat dibandingkan

    dengan AdeS, sehingga ROI AQUA lebih stabil dibandingkan dengan ROI AdeS. Dapat

    dilihat pada gambar 5-9 di bawah.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-9. Tingkat Pengembalian Investasi AQUA dan AdeS

    (1991-2005, dalam Persen)

    Return on Investment

    -150,00

    -100,00

    -50,00

    0,00

    50,00

    100,00

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sent

    ase

    AdeSAQUA

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA dan AdeS, diolah

    Rasio pertumbuhan diukur dari pertumbuhan penjualan bersih, laba bersih, laba

    usaha, jumlah aktiva, dan modal. Pada gambar 5-10, pertumbuhan AQUA mengalami

    penurunan karena pangsa pasar AQUA yang mencapai 50 persen. Untuk menghindari UU

    no. 5 tahun 1999, maka AQUA mengambil kebijakan untuk menurunkan kapasitas

    produksi aktualnya. Sehingga berimplikasi pada penurunan pertumbuhan penjualan. Laba

    bersih menurun karena masuknya industri AMIU yang menurunkan penjualan di kemasan

    gallon namun secara keseluruhan penjualan meningkat karena terjadi peningkatan pada

    penjualan dalam kemasan kecil. Secara keseluruhan, rasio pertumbuhan mengalami

    penurunan tapi masih positif.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-10. Rasio Pertumbuhan AQUA (1992-2005, dalam Persen)

    Rasio Pertumbuhan AQUA

    -50,00

    0,00

    50,00

    100,00

    150,00

    200,00

    1992

    1994

    1996

    1998

    2000

    2002

    2004

    Tahun

    Per

    sent

    ase

    Penjualan BersihLaba BesihLaba UsahaJumlah AktivaModal

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA, diolah

    Pada tabel 5-11, rasio pertumbuhan AdeS pada penjualan bersih menunjukkan

    penurunan karena tidak adanya investasi pada peningkatan kapasitas produksi.

    Pertumbuhan laba bersih yang negatif karena tingginya kewajiban dan beban yang harus

    dipenuhi. Pertumbuhan laba usaha, jumlah aktiva, dan modal mengalami peningkatan.

    Secara keseluruhan, rasio pertumbuhan AdeS negatif namun menunjukan peningkatan

    pertumbuhan. Dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan berangsur-angsur pulih.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Tabel 5-11. Rasio Pertumbuhan AdeS (1992-2005, dalam Persen)

    RASIO PERTUMBUHAN AdeS

    TAHUN PENJUALAN

    BERSIH LABA

    BERSIH LABA

    USAHA JUMLAH AKTIVA MODAL

    1992 -18,38 -16,92 1,93 4,98 3,241993 192,88 675,93 233,57 75,25 32,791994 43,93 72,70 -12,49 85,18 347,971995 27,51 -67,06 -66,38 13,75 0,471996 13,81 26,01 49,96 4,94 2,001997 11,18 -95,05 -41,70 140,18 -0,761998 -10,15 -72716,81 -1070,25 12,18 -88,501999 9,73 -100,30 -9,31 -16,19 -2,752000 42,63 37843,35 58,01 -12,26 872,332001 13,04 -110,26 -80,24 -5,64 -12,162002 20,49 -172,19 44,45 -0,21 9,302003 13,80 -52,39 131,64 -7,19 3,882004 -25,68 -3920,74 246,41 -44,52 -65,262005 14,49 -11,30 67,12 97,13 180,34

    Sumber: Laporan Keuangan AdeS, diolah

    Rasio usaha menunjukkan pengaruh keuntungan yang didapatkan perusahaan

    terhadap penjualan, modal, dan aktiva. Pada gambar 5-11, rasio usaha AQUA bernilai

    positif walaupun terus terjadi dari tahun 2001 sampai 2005. penurunan rasio usaha diduga

    dari menurunnya pertumbuhan penjualan AQUA dibandingkan dengan peningkatan jumlah

    penjualan industri. Karena masih bernilai positif, dapat disimpulkan bahwa produktivitas

    perusahaan masih cukup efisien.

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Gambar 5-11. Rasio Usaha AQUA (1991-2005, dalam Persen)

    Rasio Usaha

    05

    1015202530354045

    1991

    1993

    1995

    1997

    1999

    2001

    2003

    2005

    Tahun

    Per

    sen

    Rasio Usaha AQUALaba Kotor terhadapPenjualanRasio Usaha AQUALaba Bersih terhadapPenjualanRasio Usaha AQUALaba Usaha terhadapPenjualanRasio Usaha AQUALaba Bersih terhadapModalRasio Usaha AQUALaba Usaha terhadapModalR i U h AQUA

    Sumber: Laporan Keuangan AQUA, diolah

    Tabel 5-12 menunjukkan rasio usaha AdeS. Walaupun secara keseluruhan negatif,

    namun tahun 2005 mengalami peningkatan rasio usaha ke arah positif. Kesimpulannya,

    dapat dikatakan produktivitas perusahaan semakin efisien.

    Tabel 5-12. Rasio Usaha AdeS (1991-2005, dalam Persen)

    Rasio Usaha AdeS

    Tahun

    Laba Kotor

    terhadap Penjualan

    Laba Bersih

    terhadap Penjualan

    Laba Usaha

    terhadap Penjualan

    Laba Bersih

    terhadap Modal

    Laba Usaha

    terhadap Modal

    Laba Usaha

    terhadap Aktiva

    Laba Bersih

    terhadap Aktiva

    1991 39,47 3,72 17,81 3,90 26,62 9,12 1,911992 46,58 3,79 22,24 3,14 21,89 8,85 1,511993 50,28 10,04 25,33 18,36 43,98 16,85 6,681994 42,19 12,05 15,40 7,08 89,51 7,96 6,231995 35,09 3,11 4,06 2,32 97,67 2,35 1,801996 36,62 3,45 5,35 2,87 81,45 3,36 2,171997 36,18 0,15 2,81 0,14 5,56 0,82 0,041998 12,97 -124,08 -30,30 -903,06 386,45 -7,06 -28,921999 19,76 0,34 -25,04 2,83 21,92 -7,64 0,112000 15,89 91,55 -27,75 110,28 -331,40 -13,76 45,412001 35,01 -8,31 -4,85 -12,88 209,14 -2,88 -4,942002 35,23 4,98 -5,82 8,51 -126,49 -4,17 3,572003 36,72 2,08 -11,84 3,90 76,42 -10,41 1,832004 15,11 -107,09 -55,18 -428,81 194,07 -65,02 -126,182005 16,37 -82,96 -80,55 -135,67 101,58 -55,12 -56,77

    Sumber: Laporan Keuangan AdeS, diolah

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • 5.2 Analisa Hasil Estimasi

    5.2.1 Pemilihan Penggunaan Model Data Panel

    Karena data yang digunakan sangat terbatas, sehingga proses pengolahan data time

    series tidak dapat dilakukan karena persyaratan jumlah data minimal tidak dapat dipenuhi.

    Kondisi tersebut diatasi dengan menggunakan data panel (pooled data) agar dapat

    diperoleh hasil estimasi yang lebih baik (efisien) dengan terjadinya peningkatan jumlah

    observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajad kebebasan (degree of freedom).

    Sebelum melakukan uji pelanggaran asumsi, terlebih dahulu memilih pendekatan

    analisa model data panel. Untuk itu dilakukan pengukuran chow test dan hausmann test.

    Hasil uji pendekatan analisa model data dapat dilihat di bawah ini:

    1. Chow Test

    Desain Hipotesis: H0 = Common Intercept

    H1 = Fixed Effect

    Decision Rules: Tolak H0 jika Chow Test > F tabel

    Tabel 5-13. Uji Chow Test

    Persamaan Chow Test F-tabel Keterangan 1 47.46545 3.59 Fixed Effect 2 8.158378 3.63 Fixed Effect 3 271.8881 4.67 Fixed effect

    Dengan tingkat kepercayaan 95 % maka tolak H0, sehingga estimasi

    dilakukan dengan menggunakan fixed effect.

    2. Hausmann Test

    Desain Hipotesis: H0 = Random Effect

    H1 = Fixed Effect

    Decision Rules: Tolak H0 jika X2 <

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Karena jumlah cross section lebih kecil dari jumlah data time series, maka

    fixed effect model lebih baik dibandingkan dengan random effect model. Sehingga tidak

    perlu lagi melakukan uji Hausmann Test.

    5.2.2 Uji Pelanggaran Asumsi

    1. Uji Multikolinearitas

    Uji pelanggaran asumsi yang pertama adalah uji multikolinearitas. Multikolinieritas

    dalam model yaitu apabila nilai R-squared dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian

    besar variabel penjelas tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang

    dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dengan t-tabel dan probabilitas F-stat

    dengan .

    Tabel 5-14. R-squared dan Uji-F

    Persamaan R2 Prob F-stat Uji-F 1 0.621658 0.000005 0.05 Signifikan 2 0.815923 0.000004 0.05 Signifikan 3 0.589296 0.000002 0.05 Signifikan

    Tabel 5-15. Uji-t

    Persamaan Variabel t-stat t-tabel Uji-t Keterangan CR2 -2.655917 2.201 Tidak Signifikan BE 2.456286 2.201 Signifikan

    1

    DM 5.550260 2.201 Signifikan

    Tidak ada Multikolinearitas

    PFT 2.860418 2.262 Signifikan LEV 0.542528 2.262 Tidak Signifikan GRO -0.675961 2.262 Tidak Signifikan

    2

    DM -0.303318 2.262 Tidak Signifikan

    Multikolinearitas

    RAS -2.154821 2.179 Tidak Signifikan 3 DM 0.953276 2.179 Tidak Signifikan

    Multikolinearitas

    Pada hasil uji multikol di atas, maka sesuai dengan hipotesa yang dimiliki yaitu :

    H0 : tidak ada masalah multikolineritas

    H1 : ada masalah multikolinearitas

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Persamaan 1 dianggap tidak ada masalah multikolinearitas karena hanya satu

    variabel penjelas yang tidak signifikan pada uji-t. Persamaan 2 dalam penelitian ini adalah

    tolak H0, yang berarti ada masalah multikolinearitas di model persamaan. Hal ini dilihat

    pada angka t-stat secara individu model persamaan tidak signifikan pada tingkat

    signifikansi 95% walaupun secara bersama-sama signifikan. Sedangkan persamaan 3

    dianggap tidak ada masalah multikolinearitas walaupun angka t-stat secara individu model

    persamaan tidak signifikan pada tingkat signifikansi 95%. Dianggap tidak ada masalah

    multikolinearitas karena tidak adanya hubungan linear atau hubungan yang pasti di antara

    explanatory variable (variabel penjelas) yaitu variabel RAS dan DM dalam model regresi.

    Dummy variable merupakan variabel kualitatif yang dijadikan variabel kuantitatif untuk

    menjelaskan kondisi sebelum dan sesudah akuisisi. Tidak signifikannya variabel RAS

    diduga karena iklan dianggap sebagai biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan untuk

    menjaga brand image yang membuat AQUA sebagai generic brand AMDK. Sehingga

    biaya iklan tidak berpengaruh terhadap peningkatan tingkat pengembalian investasi. Dan

    tingkat pengembalian investasi yang diharapkan perusahaan diduga dihitung dari biaya

    investasi yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi perusahaan, yaitu melalui

    teknologi.

    2. Uji Heteroskedastisitas

    Uji pelanggaran asumsi yang kedua adalah uji heteroskedastisitas dengan

    membandingkan nilai sum of squared residual (SSR) sebelum dan sesudah diberi

    perlakuan cross section weights dan white heterocedasticity consistent covariance. Jika

    nilai sum of squared residual sebelum diberi perlakuan lebih besar daripada sesudahnya

    maka telah terjadi masalah heterokedastisitas. Masalah heterokedastisitas diatasi dengan

    metode Generalized Least Squares (GLS) dan transformasi logaritma.

    Hipotesa: H0 = tidak ada masalah heterokedastisitas

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • H1 = ada masalah heterokedastisitas

    Tabel 5-16. Uji Heterokedastisitas 1

    Persamaan SSR-sebelum SSR-sesudah Keterangan 1 1275.994 1026.869 Heterokedastis 2 7406853. 4832846. Heterokedastis 3 1.63E+08 99876859 Heterokedastis

    Semua model persamaan dalam penelitian ini adalah tolak H0, yang berarti ada

    masalah heterokedastositas di model persamaan. Hal ini dilihat pada nilai sum of squared

    residual sebelum diberi perlakuan lebih besar daripada sesudahnya.

    3. Uji Autokolinearitas

    Uji pelanggaran asumsi yang terakhir adalah uji autokol. Konsekuensi adanya

    autokorelasi adalah estimasi koefisien regresi yang tidak berbias, tetapi standar error

    model maupun standar error koefisien regresi terlalu rendah. Autokorelasi dapat

    diketahui melalui nilai Durbin Watson (DW) yang memiliki nilai dekat dengan angka 2

    maka tidak ada masalah korelasi dalam model.

    Tabel 5-17. Uji Autokorelasi 1

    Persamaan DWhitung Keterangan 1 1.517279 Autokorelasi 2 1.020543 Autokorelasi 3 1.751342 Autokorelasi

    Pada hasil uji multikol di atas, maka sesuai dengan hipotesa yang dimiliki yaitu :

    H0 : tidak ada masalah autokorelasi

    H1 : ada masalah autokorelasi

    Semua model persamaan dalam penelitian ini adalah tolak Ho, yang berarti ada

    masalah autokorelasi. Hal ini dapat dilihat pada nilai DW yang kurang mendekati

    angka 2.

    5.2.3 Mengatasi Masalah dalam Pelanggaran Asumsi

    Implikasi akuisisi ..., Dewi Kurniati, FE UI, 2007

  • Untuk mengatasi masalah multikolinearitas, dan autokorelation dalam data panel

    dengan memberikan perlakuan cross section weights dan memberikan bentuk first

    autoregressive scheme (AR1) dan second autoregressive scheme (AR2). Sedangkan

    masalah heterokedastisitas dapat dihilangkan dengan mengeluarkan salah satu variabel

    ataupun transformasi logaritma.

    Masalah pertama yaitu masalah multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5-18.

    Pada persamaan 1 dan 2 masalah multikolinearitas dapat diatasi. Sedangkan pada

    persamaan 3 masih terdapat multikolinearitas pada persamaan. Dan tidak signifikannya

    dummy variable dapat diabaikan karena dummy variable merupakan variabel kualitatif

    akuisisi yang dijadikan variabel kuantitatif agar dampak akuisisi dapat diukur dalam nilai.

    Tabel 5-18. Uji Multikolinearitas

    Persamaan Variabel t-stat t-tabel Uji-t Keterangan CR2 -4.102368 2.201 Tidak Signifikan BE 3.235448 2.201 Signifikan

    1

    DM 6.786952 2.201 Signifikan

    Tidak ada Multikolinearitas

    PFT 5.636716 2.262 Signifikan LEV 2.459498 2.262 Signifikan

    2

    DM 0.331213 2.262 Tidak Signifikan

    Tidak ada Multikolinearitas

    RAS -0.474725