IMPLEMENTASI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG NILAI PAJAK …
Transcript of IMPLEMENTASI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG NILAI PAJAK …
IMPLEMENTASI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG NILAI
PAJAK
PADA BAZNAS KOTA JAMBI
S K R I P S I
Oleh
ZULFA RAHMI
NIM : EES 150914
Pembibimbing :
Dr. H. M. Nazori Majid, M.SI
Ahsan Putra Hafiz, M.EI
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020 M/1441 H
Jambi, November 2019
Pembimbing I : Dr. H. Nazori Majid, S.Ag. M.SI
Pembimbing II : Ahsan Putra Hafiz, S.HI., M.EI
Alamat : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Jalan Arif Rahman Hakim Nomor 1 Telanaipura Jambi, 36122
Telp/fax : (0741) 60500 Website: Https://fabi.uinjambi.ac.id
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat
bahwa skripsi saudari Zulfa Rahmi dengan NIM: EES 150914 yang berjudul: Implementasi
Zakat Sebagai Pengurangan Pajak pada BAZNAS Kota Jambi. Telah disetujui dan dapat
diajukan untuk dimunaqasahkan untuk melengkapi tugas dan memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Ekonimi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Maka dengan ini kami mengajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik.
Demikian nota dinas ini kami buat, kami ucapkan terimakasih. Semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
MOTTO
وإن كنتم على سفر ولم تجدوا كاتبا فرهان مقبوضة فإن أمن بعضكم
Artinya : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).”1
1 Al-Ma'idah (5) : 55
PERSEMBAHAN
حيم حمن الر الر بسم الله
Puji syukur atas karunia-Mu Ya Allah. Dengan penuh kerendahan hati
kupersembahkan karya ini untuk papaku Drs.H.Irman Khatib.MH dan mamaku
Hj.Dirmanida.S.PdI terimakasih atas motivasi, nasihat, doa dan dorongan yang
selalu mengalir dalam kasih sayang yang selalu diberikan. Semoga mama dan
papa selalu sehat dan dalam lindungan Allah.
Teruntuk abangku, kakak iparku dan ponakan kesayanganku Najwa
Maulidia yang paling luar biasa memberikan dukungan .Semoga kalian selalu
sehat, dimudahkan segala urusannya dan berlimpah rezeki.
Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
dosen pembimbing I Bapak Dr.H.M.Nazori Madjid, S.Ag.,M.SI dan pembimbing
II dan Ahsan Putra Hafiz, S.HI., M.EI , yang senantiasa sabar membimbing saya
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebaikan Bapak dosen pembimbing
dibalas oleh Allah SWT dan selalu dalam lindungan-Nya.
Tak lupa pula saya ucapkan kepada sahabat saya yang sedari SMK selalu
mendampingi hingga sekarang yaitu Rika Fitriana, Juliawati Kalian luar biasa,
tidak akan tergantikan, dan selalu menjadi sahabat sampai kapan pun. Saya sangat
berterimakasih kepada kalian
Dan untuk sahabat seperjuangan , saling mendukung dan menyemangati
dalam keadaan apa pun yaitu Ersanti Laras Eka Putri, Sari Rumandhani, Desy
Meisyah, Siti Nuraisyiyah Jambil, Nurfaizah dan Desi Fitriyani trimakasih yang
sebesar besarnya semoga kalian selalu dalam keadaan sehat .
Terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
kesuksesan di hidup saya, mohon maaf tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWTsenantiasa membalas kebaaikan kalian semua.
ABSTRAK
Pajak Merupakan kewajiban sebagai seorang warga negara terhadap
negara, sedangkan zakat merupakan kewajiban seorang hamba kepada agama
berdasarkan perintah agama. Dalam regulasinya zakat dapat mengurangi nilai
pajak apabila dilakukan setelah membayar zakat . Dalam hal ini penelitian ini
meneitliti dengan metode kualitatif deskriptif yang bertempat di BAZNAS Kota
Jambi untuk melihat implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak pada
BAZNAS Kota Jambi. Dapat terterapkan dengan baik atau ada faktor yang
menjadi penghambat terimplementasinya zakat sebagai penguragn nilap pajak
Kata kunci: Implementasi, Zakat , Pengurangan Pajak
KATA PENGANTAR
حيم حمن الر الر بسم الله
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu
Wata’ala yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan
kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Di
samping itu, tidak lupa pula iringkan shalawat serta salam penulis sampaikan
kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Skripsi ini dengan judul: Zakat Sebagai Pengurang nilai Pajak Pada
BAZNAS Kota Jambi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof.Dr.H.Su’aidi Asy’ari,MA.,Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
2. Dr. AA. Miftah,S.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
3. Dr. Rafidah, S.E.,M.E.I selaku Wakil Dekan I, Dr. Novi Mubyarto, S.E.,M.E
selaku Wakil Dekan II, dan Dr.Sucipto,S.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi,
4. Ambok Panguik, S.Ag., M.SI dan Muhammad Yunus, M.SI selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
5. Dr. H. Nazori Madjid, S.Ag.,M.SI selaku Pembimbing I dan Ahsan Putra
Hafiz, S.HI., M.EI selaku Pembimbing II, terimakasih atas arahan dan
bimbingannya semoga Allah senantiasa membalas kebaikannya,
6. Bapak dan Ibu dosen serta Asisten Dosen yang telah memberikan materi
pendidikan yang berharga selama proses perkulihan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
7. Bapak Drs. H.Syamsir Nain selaku Kepala BAZNAS Kota Jambi beserta
seluruh staf yang telah mengizinkan untuk mengadakan penelitian serta
memberikan keterangan yang dibutuhkan untuk penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memberikan pelayanan dalam masa perkuliahan sampai selesai,
9. Bapak dan Ibu narasumber atau informan yang telah bersedia memberikan
data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi ini, yang
mana sangat terbuka dan kooperatif mendukung penelitian hingga selesai,
10. Kedua orang tua yang telah memberikan dorongan semangat juang dan
limpahan dukungan kasih sayang sehingga skripsi ini diselesaikan dengan
baik, dan
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
kelancaran dalam menyusun skripsi ini.
Terimakasih sepenuhnya atas jasa yang telah kalian berikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar dan semoga amal
kebajikan kalian semua dinilai oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, apabila terdapat kesalahan, mohon dimaafkan.
Sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun supaya bisa menjadi catatan
perbaikan untuk kedepan yang lebih layak secara akademisi dan ilmiah. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penelitian selanjutnya.
Jambi, 05 Juni 2020
Penulis
Zulfa Rahmi
NIM : EES 15914
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................... ii
NOTA DINAS ........................................................................................... iii
MOTTO .................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
D. Batasan Masalah ........................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9
F. Kerangka Teori .......................................................................... 9
1. Teori Implementasi ............................................................. 9
2. Teori Zakat……… ................................................................ . 10
3. Teori Pajak…………………………………… .................... . 30
4. Teori Zakat Sebagai pengurang nilai pajak…………… .... 35
5. Teori Kelembagaan .............................................................. 43
G. Tinjauan Pustaka........................................................................ 50
BAB II METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ................................................................ 54
B. Objek dan Waktu Penelitian ...................................................... 54
C. Unit analisis data ....................................................................... 55
D. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 56
E. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... 57
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 58
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 60
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah BAZNAS Kota Jambi .................................................. 62
B. Visi dan Misi Pegadaian BAZNAS Kota Jambi ....................... 64
C. Struktur BAZNAS Kota Jambi .................................................. 65
D. Mekanisme Distribusi Zakat pada BAZNAS Kota Jambi....... 66
E. Nisab dan kadar Zakat………………………………………… 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Impelementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak Pada
Baznas Kota Jambi ................................................................... 77
B. Faktor yang menyebabkan belum terimplementasinya zakat
sebagai pengurang nilai pajak di Baznas Kota Jamb……… 84
C. Upaya yang dilakukan Baznas dan Pajak untuk menerapkan
Zakat sebagai Pengurang pajak di Kota Jambi……………… 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 96
B. Saran .......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penerimaan Zakat 5 Tahun Terakhir ............................. 6
Tabel 1.2 Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi………………………. 39
Tabel 1.3 Penghasilan Kena Pajak Wajib Badan……………………….. 39
Tabel 1.4 Perbandingan ilustrasi perhitungan PPh pasal 21 Pak Zidan
dengan pengurang zakat dan tidak pengurang zakat…............. 42
Tabel 1.5 Tinjauan Pustaka ........................................................................ 50
Tabel 3.1 Nisab dan Kadar Zakat Harta Peternakan Sapi dan Kerbau....... 65
Tabel 3.2 Nisab dan Kadar Zakat Harta Peternakan Kambing dan
Domba ....................................................................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Baznas Kota Jambi ............................... 68
Gambar 4.1 Contoh Bukti Setor Zakat yang dikeluarkan BAZNAS Kota
Jambi…… ........................................................................... … 56
Gambar 4.2 Contoh Formulir SPT yang ada di Kantor Pajak Kota Jambi 58
Gambar 4.3 Grafik Pengumpulan Dana Zakat BAZNAS Kota Jambi……. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-undang nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
disebutkan bahwa “Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat”.1
Sementara “Dalam Islam pengeluaran dari harta atau penghasilan yang
dimiliki seseorang dapat disebut sebagai zakat. Zakat merupakan salah satu rukun
Islam yang bersifat ibadah dan sosial, yang kewajibannya sering digandengkan
dengan kewajiban shalat. Dalam Islam, zakat dibagi dua yaitu zakat mal (zakat
harta) dan zakat fitri (zakat fitrah).2 Zakat adalah ibadah maaliyah ijtimaiyah yang
memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dilihat dari
sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.3
Menurut Islam, zakat merupakan ibadah yang sangat penting. Islam
melihat manusia belum bisa meraih kebajikan, belum bisa disebut orang baik,
belum sah masuk barisan orang-orang yang bertakwa sebelum ia membayar
zakat.Tanpa zakat,seseorang tidak bisa dibedakan dari orang-orang musyrik yang
tidak membayar zakat dan tidak meyakini hari kemudian.Ini dapat kita lihat dari
kutipan ayat dibawah ini :
1 Undang-undang nomor 23 Tahun 2011 2Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve),
hlm. 1985. 3 Didin Hafidhuddin dan Rahmat Pramulya, Kaya Karena berzakat, (Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2008), hlm. 7.
2
كاج والذيه ورحمتي وسعت قىن ويؤتىن الز كل شيء فسأكتثها للذيه يت
هم تايتىا يؤمىىن
Artinya : “Dan rahmat-Ku akan meliputi segala sesuatu. Aku menetapkan rahmat-
Ku itu hanya untuk orang-orang yang bertakwa, membayar zakat, dan percaya
akan ayat-ayat Kami”.4
زهم تعذاب فثش ح ولا يىفقىوها فى سثيل الل والذيه يكىزون الذهة والفض
اليم
Artinya : “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka,(bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.5
Pemerintah Republik Indonesia memahami betul bahwa zakat sebagai
perintah agama, juga adalah pranata sosial yang potensial untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat sebagaimana cita-cita negara Indonesia yang termuat dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara R.I 1945. Umat Islam yang jumlahnya
mayoritas dan sebagiannya adalah orang yang berprofesi sebagai pedagang,
kontraktor,konsultan, ahli , pemilik hotel, rumah makan, restoran dan lain
sebagainya yang mempunyai pendapatan yang sudah terkena wajib zakat adalah
potensi yang mesti digarap dan dimanfaatkan sebagai pemasukan yang bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk menampung, mengelola dan
mendistribusikan dana masyarakat yang cukup banyak jumlahnya itu , perlu ada
4 Al-A‟raf (7) : 156
5 At-Taubah (9) : 34
3
satu lembaga yang membantu pemerintah. Dilandasi pemahaman seperti itu pada
zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
sebagai pengganti Undang-Undang No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
yang dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat.
Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
pada pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa untuk pengelolaan zakat, pemerintah
membentuk BAZNAS, yang merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri.
Menurut Undang-undang ini ada lembaga BAZNAS di tingkat pusat, tingkat
provinsi dan tingkat kabupaten dan kota yang namanya sama yaitu BAZNAS.
BAZNAS adalah Badan resmi yang yang satu satunya dibentuk oleh
Pemerintah. Yang bertugas menghimpun dana zakat, infaq dan shodaqoh dari
semua kalangan masyarakat. Pemerintah mengatur Zakat Beserta Lembaga
Pengimpun Zakat . BAZNAS Kota hingga saat ini hanya menerima zakat dari
Aparat Sipil Negara (ASN). Pemerintah telah mengeluarkan regulasi berupa
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010 bahwa “Zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang sifatnya wajib dapat dikurangkan dari penghasilan bruto”.6
Namun dalam ketentuannya hal ini hanya dapat berlaku apabila muzakki yang
sekaligus wajib pajak membayarkan zakatnya pada amil zakat yang dibentuk dan
dinaungi oleh pemerintah yaitu BAZNAS.
6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia ,diunduh pada 3 maret 2019
4
BAZNAS provinsi Jambi telah dibentuk yang dulunya berkantor di
Islamic Center, jalan Sultan Thaha No.58 samping masjid Agung Alfalah Jambi
dan sekarang berkantor di Jalan Pattimura kota Jambi.Sedangkan BAZNAS Kota
Jambi yang dulunya bernama BAZDA resmi dibentuk pada tanggal 16 Maret
2001 yang beralamat di Jalan Jenderal Basuki Rahmat Nomor 01 Kota Baru
Lantai II Dispenda Kota Jambi. Sebelumnya lembaga ini beralamat di Kantor
Kementerian Agama Provinsi Jambi, ketika masih bernama BAZDA.
Tujuan dibentuknya BAZNAS , adalah untuk menggali potensi dana umat
secara bertahap,terencana,realistis dan terukur sebagai salah satu instrumen
pemberdayaan ekonomi umat yang bermoral.Membantu pemerintah dan
masyarakat secara berkelanjutan untuk mengentaskan kemiskinan dan
keterbelakangan.
Sebagai lembaga pemerintah non struktural yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang, kedudukan BAZNAS kota Jambi sangat kuat karena diberi
kewenangan yang cukup untuk menggali potensi dana umat Islam kemudian
mendistribusikannnya untuk mensejahterakan masyarakat dan mengentaskan
kemiskinan.
Untuk kelancaran operasional BAZNAS kota Jambi, telah dilengkapi
dengan struktur organisasi dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh para
wakil ketua, sekretaris, auditor dan 4 orang kepala bagian yang kesemuanya
berjumlah 12 orang.Selain itu BAZNAS kota Jambi telah ditunjang dengan
personil, kantor dan peralatannya,kendaraan dinas, honor untuk para pegawai
yang dananya berasal dari keuangan daerah atau APBD kota Jambi.
5
Dilihat dari institusi dan perangkat penunjangnya, BAZNAS kota Jambi,
adalah sebuah organisasi yang lengkap dan siap untuk memikul tugas. Sebagai
organisasi yang betul-betul dipersiapkan oleh pemerintah sudah semestinya
dengan potensinya itu BAZNAS kota Jambi dapat mewujudkan kinerja yang
maksimal sesuai dengan harapan yaitu mampu menggarap potensi dana umat
secara terencana, realistis dan terukur sehingga dapat membantu pemerintah
mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan.
Indonesia merupakan negara hukum dimana setiap warga negaranya diatur
oleh hukum dan wajib menaati peraturan atau hukum yang ada. Indonesia
memang negara hukum namun sebagian besar warga negara Indonesia beragama
Islam, maka dari itu tidak menutup kemungkinan sebagian besar warga negara
Indonesia juga membayar zakat, karena zakat merupakan suatu kewajiban bagi
umat Islam sebagaimana pajak yang merupakan kewajiban untuk warga negara
Indonesia. Dalam hal ini pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk
mengambil jalan tengahnya yaitu zakat dapat menguragi nilai pajak.
Sesuai dengan kesimpulan Ai Nur Bayinah dalam penelitiannya yang
berjudul “Implementasi Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak”
menyimpulkan dalam peraturan perpajakan, zakat atas penghasilan boleh
dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak, dengan syarat zakat atas penghasilan
yang dapat dikurangkan tersebut harus nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak
orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sebagaimana diatur
6
dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, dan
sepanjang berkenaan dengan penghasilan yang menjadi objek pajak dapat
dikurangkan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak pada tahun
zakat tersebut dibayarkan.7
Zakat dapat mengurangi nilai pajak penghasilan bagi warga negara
Indonesia yang beragama Islam dan terdaftar di BAZNAS.
Dengan adanya regulasi ini harusnya dapat menggali potensi masyarakat
jambi dalam berzakat dan dapat meningkatkan jumlah zakat di Kota Jambi,
sehingga sebagaimana fungsinya zakat dapat meningkatkan ekonomi umat dan
mengentaskan kemiskinan dapat tercapai. Dan juga dapat membuat minat
masyarakat Non ASN jauh lebih besar dari pada minat ASN dalam berzakat.
Sebelumnya minat ASN dalam berzakat juga kurang, namun setelah
dikeluarkannya surat instruksi dari Walikota Jambi jumlah penerimaan zakat di
Kota Jambi dari ASN meningkat setiap tahunnya. Sebagaimana data penerimaan
zakat di Kota Jambi di bawah ini:
Tabel 1.1
Jumlah Penerimaan Zakat 5 Tahun Terakhir
Tahun Jumlah Zakat
2014 Rp 898.314.678,15
2015 Rp 1.039.771.309,29
2016 Rp 1.522.421.593,71
2017 Rp 2.520.123.122,57
2018 Rp 3.179.228.109,97
Sumber : (BAZNAS Kota Jambi)
7
Ai Nur Bayinah, Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam 3, No. 1 (2015)
7
Berdasarkan tabel di atas jika Regulasi PP No. 60 tahun 2010 dapat
terimplementasi dengan baik seperti surat intruksi yang dikeluarkan oleh walikota
Jambi, maka potensi meningkatnya jumlah penerimaan zakat kota jambi akan
meningkat sampai dengan 5 Milyar pertahun.8 Implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan
untuk mencapainya, serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.9
Implementasi dari dari suatu peraturan sangat perlu untuk mewujudkan
tujuan tersebut, namun implementasi dapat berjalan dengan baik apabila pihak-
pihak yang terlibat bekerjasama dengan baik dan optimal dalam menjalankan
tugasnya, dari mulai kepala, staf, organisasi, lembaga maupun masyarakat yang
terlibat di dalamnya. Disinilah titik persoalan apakah Lembaga yang kurang
berfungsi secara maksimal, untuk sosialisasi mengenai zakat bisa mengurangi
nilai pajak atau ada faktor lainnya.
Berbarengan dengan itu guna meringankan beban ganda muzakki yang
juga wajib pajak ,pemerintah sudah membuat regulasi berupa Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2010 untuk pengurangan pajak bagi wajib pajak
muslim dan Peraturan Menteri Keuangan R.I Nomor 254/PMK.06/2016. Sebagai
organisasi yang sudah dipersiapkan dengan matang oleh pemerintah, BAZNAS
kota Jambi sejatinya tidak akan menemukan hambatan dan tantangan berat dalam
melaksanakan tugas-tugasnya menggarap dana zakat umat untuk mensejahterakan
masyarakat.
8 Wawancara : Drs. H. Syamsir Nain Selaku kepala BAZNAS Kota Jambi, tentang
Baznas dan minat masyarakat jambi dalam berzakat serta, implementasi PP No 60 Tahun 2010 di
Kota Jambi, tanggal 10 Desember 2018 9Hardiyanti Rini, Impelementasi peraturan pemerintah no 8 Tahun 2003 tentang pedoman
organisas perangkat daerah pemerintah kota samarinda. Vol 1 (3) , 985-997
8
Berangkat dari permasalahan inilah, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Implementasi Zakat sebagai Pengurang Nilai pajak
pada BAZNAS Kota Jambi.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang ingin dilihat dari hasil penelitian ini
dengan melihat latar belakang adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan zakat sebagai pengurang nilai pajak di BAZNAS Kota
Jambi ?
2. Apa Faktor yang menyebabkan belum terimplementasinya zakat sebagai
pengurang nilai pajak di Baznas Kota Jambi?
3. Apa upaya yang dilakukan Baznas dan Pajak untuk menerapkan Zakat
sebagai Pengurang pajak di Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini tidak meluas dan tetap fokus pada permasalahan
yang diangkat, maka penulis melakukan pembatasan pada penelitian ini. Penulis
hanya akan membahas tentang bagaimana BAZNAS Kota Jambi menerapkan
zakat sebagai pengurangan pajak, dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan
metode analisis deskriptif.
D. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini dengan melihat
latar belakang dan rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana implementasi zakat sebagai pengurang nilai
pajak di BAZNAS Kota Jambi.
9
2. Untuk mengapa zakat sebagai pengurang nilai pajak belum diterapkan di
BAZNAS Kota Jambi.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pengembangan teori, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi
masyarakat tentang Regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010.
2. Objek yang diteliti, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi agar terciptanya
lembaga yang bermutu dan terpercaya.
3. Pihak Lain, sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang meneliti hal yang
sama, serta mendorong dilakukannya penelitian-penelitian tentang bagaimana
zakat dapat mengangkat ekonomi umat dan zakat sebagai pengurang nilai
pajak. Semakin banyak penelitian di bidang ini diharapkan hasil dan temuan-
temuan penelitian tersebut dapat menjadi rujukan dan acuan
4. Sebagai syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S.1) Ekonomi
Syariah di Fakultas Ekonomi danBisnis Islam.
F. Kerangka teori
1. Teori Implementasi
Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti
pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk, hal
yang disepakati dulu.10
Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
10
Departemen Pendidikan Nasional Edisi Keempat, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), hal 529
10
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. 11
Kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk
mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
dalam mencapai tujuan tertentu.12
Implementasi dari kebijakan sangat perlu
karena untuk mewujudkan tujuan dari kebijakan itu sendiri, namun
implementasi dapat berjalan apabila pihak-pihak yang terlibat bekerjasama
dengan baik dalam menjalankan tugasnya, baik lembaga, organisasi, anggota,
maupun masyarakat didalamnya. Implementasi dilaksanakan untuk mencapai
tujuan bersama.
2. Teori Zakat
Zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta‟ala yang
dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dinamakan zakat, karena
didalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkat, membersihkan jiwa
dan memupuknya dengan berbagai kebajikan.13
Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu,
yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat”.
Hukumnya zakat adalah salah satu rukun islam yang lima fardhu‟ain atas
tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada
tahun kedua hijriah.14
11 Anthonius Welly, Implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa Studi
Kasus Pelaksanaan Tuga Kepala Desa di Desa Gemar Baru Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur, jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016: 829-842, hal 831 12
Sobirin dan Udin, kebijakan Publik, (Makasar: CV Sah Media, 2017), hal 3 13
Sabiq sayyid , Fiqh Sunnah, (Bandung : PT. Alma‟rif, 1985), hal 5 14
H sulaiman rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : PT. Sinar baru Algensido, 1998), hal 192
11
Di dalam Al-Qur‟an kewajiban membayar zakat sering kali
disandingkan dengan kewajiban shalat, begitu pentingnya kewajiban berzakat
yang terdapat nilai ibadah kepada Allah juga kewajiban beribadah kepada
sesama manusia untuk saling membantu dan mengasihi seperti dalam
beberapa surah dalam Al-Qur‟an Allah swt berfirman :
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'”.15
Artinya : “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan
orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
seraya mereka tunduk (kepada Allah).”16
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja
yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.17
15 Al-Baqarah (2) : 43 16 Al-Ma'idah (5) : 55 17 Al-Baqarah (2): 110
12
Berdasarkan penjelasan ayat-ayat di atas jelas, bahwasannya setiap
umat muslim yang mampu wajib menunaikan zakat dan shalat. Zakat adalah
instrument religius yang membantu individu dalam masyarakat untuk
menolong penduduk fakir dan miskin yang tidak mampu menolong dirinya
sendiri. Institusi zakat adalah program pengentasan kemiskinan wajib
(mandatory expenditure) dalam perekonomian Islam. Dampak zakat terhadap
upaya pengentasan kemiskinan adalah sesuatu yang signifikan dan berjalan
secara otomatis (built-in) di dalam sistem Islam. Terdapat ada beberapa
alasan untuk ini, yaitu:18
a.) Penggunaan atau alokasi dana zakat sudah ditentukan secara pasti di
dalam syari‟at Islam
Artinya:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”.19
18 Naimah, Konsep Hukum Zakat Sebagai Instrumen Dalam Meningkatkan Perekonomian
Ummat, Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari, Jl. Jendral Ahmad Yani Km 4,5
Banjarmasin 19 At-Taubah (9): 60
13
Berdasarkan ayat di atas dimana zakat hanya diperuntukan bagi 8
golongan (ashnaf) saja, yaitu: fiqara (fakir), masakin (miskin), amilin alaiha
(pihak pengelola zakat), muallafat ul qulub (orang yang dijinakan hatinya), fir
riqab (membebaskan budak), gharimin (orang yang berutang), fi sabilillah
(berjuang dijalan Allah), dan ibn us sabil (orang yang sedang dalam
perjalanan).
Jumhur ulama sepakat bahwa selain bahwa selain dari delapan
golongan ini, tidak halal menerima zakat. Lebih jauh lagi, Al-Qur‟an
menyebutkan fakir dan miskin, sebagai kelompok pertama dan kedua dalam
daftar penerima zakat. Mereka inilah yang mendapat prioritas dan
pengutamaan oleh Al-Qur‟an. Ini menunjukan bahwa mengatasi masalah
kemiskinan merupakan tujuan utama dari zakat.
b.) Zakat dikenakan pada basis yang luas dan meliputi berbagai aktifitas
perekonomian.
Zakat dipungut dari produk pertanian, hewan peliharaan, simpanan
emas dan perak. Aktifitas perniagaan komersial, dan barang- barang tambang
yang diambil dari perut bumi. Fiqh kontemporer bahkan memandang bahwa
zakat juga diambil dari seluruh pendapatan yang dihasilkan dari aset fisik dan
finansial serta keahlian pekerja. Dengan demikian, potensi zakat adalah
sangat besar. Hal ini menjadi modal besar yang penting bagi pembiayaan
program-program pengentasan kemiskinan.
c.) Zakat adalah pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim.
14
Dalam kondisi apapun diharapkan, penerimaan zakat cenderung stabil.
Hal ini akan menjamin keberlanjutan program pengentasan kemiskinan yang
umumnya membutuhkan jangka waktu yang relatif panjang, Dengan berbagai
karakteristik yang disandangnya tersebut, keberadaan zakat dalam kerangka
sosial-ekonomi Islam menjadi basis yang kuat bagi program pengentasan
kemiskinan secara berkelanjutan.
Sebagaimana layaknya pajak zakat merupakan sebuah instrumen
fiskal yang berpihak kepada kelompok miskin dan mejadi program wajib
pengentasan kemiskinan bagi setiap rezim pemerintahan, zakat sangat
superior dibandingkan instrumen fiskal konvensional. Peran zakat dalam
mengentaskan kemiskinan adalah peran yang tidak bisa dipungkiri
keberadaannya, baik dalam kehidupan muslim atau kehidupan lainnya.
Masyarakat umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan dari zakat adalah
mengentaskan kemiskinan dan juga membantu para fakir miskin, tanpa
mengetahui gambarannya secara gamblang.
Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang dapat
membahayakan aqidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga
masyarakat. Islam juga menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang
harus segera ditanggulangi. Terlebih, jika kemiskinan tersebut makin banyak
maka ia akan menjadi kemiskinan yang mampu membuatnya lupa akan Allah
dan juga kemanusiaannya. Adanya keterkaitan yang kuat antara kefakiran dan
kekafiran, karena kefakiran merupakan satu langkah menuju kekafiran. Hal
ini karena orang yang fakir miskin cenderung memiliki potensi dalam dirinya
15
untuk menebarkan benih keraguan terhadap kebijaksanaan Ilahi mengenai
pembagian rezeki.
a. Macam-macam Zakat
1) Zakat Maal (Harta)
Menurut bahasa, kata “mâl” berarti kecenderungan, atau segala
sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk dimiliki dan disimpannya.
Sedangkan menurut syarat, mâl adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki
atau dikuasai dan dapat digunakan (dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya.
Dengan demikian, sesuatu dapat disebut mâl apabila memenuhi dua syarat
berikut:
a) Dapat dimiliki, disimpan, dihimpun, dikuasai.
b) Dapat diambil manfaatnya sebagaimana lazimnya.
Contohnya: rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak,
dan lain sebagainya. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dimiliki
tetapi manfaatnya dapat diambil, seperti udara dan sinar matahari
tidaklah disebut mâl.20
Syarat-syarat harta yang wajib di zakati, sebagai berikut:
a) Kepemilikan sempurna
Harta yang dimiliki secara sempurna, maksudnya pemilik harta
tersebut memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil
manfaatnya secara utuh. Sehingga, harta tersebut berada di bawah kontrol
dan kekuasaannya. Harta yang didapatkan melalui proses kepemilikan
20
Ahmad Hadi Yasin, Panduan Zakat Praktis, (Hak Cipta Dompet Dhuafa Republika),
hlm. 14.
16
yang dibenarkan oleh syarat, seperti hasil usaha perdagangan yang baik
dan halal, harta warisan, pemberian negara atau orang lain wajib
dikeluarkan zakatnya apabila sudah memenuhi syarat-syaratnya.
Sedangkan harta yang diperoleh dengan cara yang haram, seperti hasil
merampok, mencuri, dan korupsi tidaklah wajib dikeluarkan zakatnya,
bahkan harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya yang sah
atau ahli warisnya.
b) Berkembang (produktif atau berpotensi produktif)
Yang dimaksud harta yang berkembang di sini adalah harta
tersebut dapat bertambah atau berkembang bila dijadikan modal usaha atau
mempunyai potensi untuk berkembang, misalnya hasil pertanian,
perdagangan, ternak, emas, perak, dan uang. Pengertian berkembang
menurut istilah yang lebih familiar adalah sifat harta tersebut dapat
memberikan keuntungan atau pendapatan lain.
c) Mencapai nisab
Yang dimaksud dengan nisab adalah syarat jumlah minimum harta
yang dapat dikategorikan sebagai harta wajib zakat.
d) Melebihi kebutuhan pokok
Kebutuhan pokok adalah kebutuhan minimal yang diperlukan
untuk kelestarian hidup. Artinya, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi, yang bersangkutan tidak dapat hidup dengan baik (layak), seperti
belanja sehari-hari, pakaian, rumah, perabot rumah tangga, kesehatan,
pendidikan, dan transportasi. Singkatnya, kebutuhan pokok adalah segala
17
sesuatu yang termasuk kebutuhan primer atau kebutuhan hidup minimum
(KHM). Pengertian tersebut bersandar pada pendapat Imam Hanafi.
Syarat ini hanya berlaku bagi masyarakat berpenghasilan rendah
atau di bawah standar minimum daerah setempat. Tetapi yang lebih utama
adalah setiap harta yang mencapai nisab harus dikeluarkan zakatnya,
mengingat selain fungsi zakat untuk menyucikan harta, juga memiliki nilai
pendidikan kepada masyarakat luas bahwa semua yang ada di tangan kita
tidak selalu menjadi milik kita. Apalagi di zaman sekarang, gaya hidup
modern oleh sebagian kalangan dianggap sebagai kebutuhan pokok. Jika
hal ini terus berlangsung, manusia modern tidak akan pernah
mengeluarkan zakat karena hartanya selalu habis digunakan untuk
memenuhi keinginannya, bukan kebutuhannya.
e) Terbebas dari utang
Orang yang mempunyai utang, jumlah utangnya dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah harta wajib zakat yang telah sampai nisab. Jika
setelah dikurangi utang harta wajib zakat menjadi tidak sampai nisab, harta
tersebut terbebas dari kewajiban zakat. Sebab, zakat hanya diwajibkan
bagi orang yang memiliki kemampuan, sedang orang yang mempunyai
utang dianggap tidak termasuk orang yang berkecukupan. Ia masih perlu
menyelesaikan utang-utangnya terlebih dahulu. Zakat diwajibkan untuk
menyantuni orang-orang yang berada dalam kesulitan yang sama atau
mungkin kondisinya lebih parah daripada fakir miskin.
f) Kepemilikan satu tahun penuh (haul)
18
Maksudnya adalah bahwa masa kepemilikan harta tersebut sudah
berlalu selama dua belas bulan Qamariah (menurut perhitungan tahun
Hijriah). Persyaratan satu tahun ini hanya berlaku bagi ternak, emas, uang,
harta benda yang diperdagangkan, dan lain sebagainya. Sedangkan harta
hasil pertanian, buah-buahan, rikâz (barang temuan), dan harta lain yang
dikiaskan (dianalogikan) pada hal-hal tersebut, seperti zakat profesi tidak
disyaratkan harus mencapai satu tahun.21
Harta yang wajib di zakati, sebagai berikut:
a) Binatang ternak, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
(1) Peternakan telah berlangsung selama satu tahun.
(2) Binatang ternak digembalakan di tempat-tempat umum dan tidak
dimanfaatkan untuk kepentingan alat produksi (pembajak sawah).
(3) Mencapai nisab. Nisab untuk unta adalah 5 (lima) ekor, sapi 30
ekor, kambing atau domba 40 ekor.
(4) Ketentuan volume zakatnya sudah ditentukan sesuai karakteristik
tertentu dan diambil dari binatang ternak itu sendiri.
b) Harta Perniagaan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
(1) Muzakki harus menjadi pemilik komoditas yang diperjual
belikan, baik kepemilikannya itu diperoleh dari hasil usaha
dagang maupun tidak, seperti kepemilikan yang didapat dari
warisan dan hadiah.
(2) Muzakki berniat untuk memperdagangkan komoditas tersebut.
21 Ibid, hlm. 14-17
19
(3) Harta zakat mencapai nisab setelah dikurangi biaya operasional,
kebutuhan primer, dan membayar utang.
(4) Kepemilikan telah melewati masa satu tahun penuh.
c) Harta Perusahaan
Yang dimaksud perusahaan di sini adalah sebuah usaha yang
diorganisir sebagai sebuah kesatuan resmi yang terpisah dengan
kepemilikan dan dibuktikan dengan kepemilikan saham. Para ulama
kontemporer menganalogikan zakat perusahaan dengan zakat
perniagaan. Sebab, bila dilihat dari aspek legal dan ekonomi (entitas)
aktivitas sebuah perusahaan pada umumnya berporos pada kegiatan
perniagaan. Dengan demikian, setiap perusahaan di bidang barang
maupun jasa dapat menjadi objek wajib zakat.
d) Hasil Pertanian
Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang
bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-sayuran,
buah-buahan, tanaman keras, tanaman hias, rerumputan, dan
dedaunan, ditanam dengan menggunakan bibit bebijian di mana
hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan.
e) Barang Tambang dan Hasil Laut
Yang dimaksud dengan barang tambang dan hasil laut adalah segala
sesuatu yang merupakan hasil eksploitasi dari kedalaman tanah dan
kedalaman laut. Yang termasuk kategori harta barang tambang dan
hasil laut, yaitu:
20
(1) Semua barang tambang hasil kerja eksploitasi kedalaman tanah
pada sebuah negara yang dilakukan oleh pihak swasta ataupun
pemerintah.
(2) Harta karun yang tersimpan pada kedalaman tanah yang banyak
dipendam oleh orang-orang zaman dahulu, baik yang berupa
uang, emas, perak, maupun logam mulia lainnya yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan orang dan mempunyai
nilai materi yang tinggi.
(3) Hasil laut seperti mutiara, karang, dan minyak, ikan, dan hewan
laut.
f) Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam mulia yang memiliki dua fungsi,
selain merupakan tambang elok sehingga sering dijadikan perhiasan,
emas dan perak juga dijadikan mata uang yang berlaku dari waktu ke
waktu. Syariat Islam memandang emas dan perak sebagai harta yang
potensial atau berkembang. Oleh karena itu, leburan logam, bejana,
souvenir, ukiran atau yang lainnya termasuk dalam kategori emas atau
harta wajib zakat. Termasuk dalam kategori emas dan perak yang
merupakan mata uang yang berlaku pada waktu itu adalah mata uang
yang berlaku saat ini di masing-masing negara. Oleh sebab itu, segala
macam bentuk penyimpanan uang, seperti tabungan, deposito, cek
atau surat berharga lain nya termasuk dalam kriteria penyimpanan
emas dan perak. Demikian pula pada harta kekayaan lainnya seperti
21
rumah, vila, tanah, dan kendaraan yang melebihi keperluan menurut
syarak atau dibeli dan dibangun dengan tujuan investasi sehingga
sewaktu-waktu dapat diuangkan. Pada emas dan perak atau lainnya,
jika dipakai dalam bentuk perhiasan yang tidak berlebihan, barang
barang tersebut tidak dikenai wajib zakat.
g) Properti Produktif
Yang dimaksud adalah harta properti yang diproduktifkan untuk
meraih keuntungan atau peningkatan nilai material dari properti
tersebut. Produktivitas properti diusahakan dengan cara
menyewakannya kepada orang lain atau dengan jalan menjual hasil
dari produktivitasnya. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
(1) Properti tidak dikhususkan sebagai komoditas perniagaan.
(2) Properti tidak dikhususkan sebagai pemenuhan kebutuhan primer
bagi pemiliknya, seperti tempat tinggal dan sarana transportasi
untuk mencari rezeki.
(3) Properti yang disewakan atau dikembangkan bertujuan
mendapatkan penghasilan, baik sifatnya rutin maupun tidak.22
2) Zakat Fitrah
Zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah bulan Syakban.
Sejak saat itu zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap
muslim yang mempunyai kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada
malam dan hari raya Idul Fitri, sebagai tanda syukur kepada Allah karena
22 Ibid, 17-20.
22
telah menyelesaikan ibadah puasa. Selain untuk membahagiakan hati fakir
miskin pada hari raya Idul Fitri, juga dimaksudkan untuk membersihkan
dosa-dosa kecil yang mungkin ada ketika seseorang melaksanakan puasa
Ramadan, supaya orang tersebut benar-benar kembali pada keadaan fitrah dan
suci seperti ketika dilahirkan dari rahim ibunya.
Para ulama bersepakat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap
individu berdasarkan hadis Ibnu Umar ra yang berkata, “Rasulullah saw
mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan sebanyak satu sha’ kurma atau
gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau
perempuan” (HR. Bukhari Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, zakat fitrah diwajibkan kepada setiap
muslim, baik merdeka maupun budak, lakilaki maupun perempuan, besar
maupun kecil, kaya maupun miskin. Seorang laki-laki mengeluarkan zakat
untuk dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang
istri mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya atau oleh suaminya.
Bayi yang masih dalam kandungan belum terkena wajib zakat fitrah.
Tetapi kalau ada seorang bayi lahir sebelum matahari terbenam pada hari
terakhir bulan Ramadan, maka zakat fitrahnya wajib ditunaikan. Demikian
juga kalau ada orang tua meninggal dunia setelah matahari terbenam pada
hari terakhir di bulan Ramadan, zakat fitrahnya wajib pula dibayarkan.
Kadar Zakat Fitrah menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad
dan para ulama lain sepakat bahwa zakat fitrah ditunaikan sebesar satu sha‟
23
(di Indonesia, berat satu sha‟ dibakukan menjadi 2,5 kg) kurma, gandum, atau
makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang bersangkutan.
Imam Hanafi membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang
senilai bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu
sha‟ menurut mazhab Hanafiyyah lebih tinggi daripada pendapat para ulama
yang lain, yakni 3,8 kg.
Menyikapi perbedaan pendapat tentang kadar zakat
fitrah, ada pandangan yang berusaha mengombinasikan seluruh pendapat.
Jadi, sekiranya bermaksud membayar zakat fitrah dengan beras, sebaiknya
mengikuti pendapat yang mengatakan 2,5 kg beras. Tetapi seandainya
bermaksud membayar zakat fitrah dengan menggunakan uang, gunakanlah
patokan 3,8 kg beras. Langkah seperti ini di ambil demi kehati-hatian dalam
menjalankan ibadah.
Waktu wajib membayar zakat fitrah pada asalnya adalah sewaktu
matahari terbenam pada malam hari raya Idul Fitri. Tetapi tidak ada larangan
apabila membayarnya sebelum waktu tersebut, asalkan masih dalam hitungan
bulan Ramadan.23
Syarat formal agar zakat dapat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak pada pajak penghasilan adalah:24
1. Penghasilan atau harta yang dibayar zakatnya merupakan objek pajak.
Sebagaimana definisi objek pajak pada pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan25
menyebutkan
23 Ibid, hlm. 46-48 24
Selfiana Ferida Lubis, Analisis Yuridis Terhadap Pembayaran Zakat Dalam Pengadaan
Pajak Penghasilan, Jurnal, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2014.
24
yang merupakan objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Harta atau penghasilan tersebut dimiliki dan dibayar oleh pemeluk agama
Islam, diatur dalam beberapa peraturanantara lain:
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010.26
pasal 1 ayat 1
huruf a tentang zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi: Zakat atas
penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk
agama Islam dan/atau oleh wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. Berdasarkan
Peraturan Menteri Nomor 254/PMK.03/2010.27
Pasal 1 ayat 1 huruf a
menyebutkan: Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi zakat atas penghasilan
yang dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam
dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama Islam kepada Badan Aamil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang
25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. 26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2010 Tentang Zakat Atau
Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Boleh Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto. 27
Peraturan Menteri Nomor 254/PMK.03/2010 tentang tata cara pembebanaan zakat atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
25
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011pasal 1 huruf a,28
menyebutkan:
Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi zakat yang dibayarkan oleh
wajib pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan/atau oleh wajib pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh Pemerintah.
3. Dibayar kepada Amil Zakat yang disahkan sesuai dengan undang-undang
tentang pengelolaan zakat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008 pasal 9 ayat 1 huruf g menyebutkan bahwa:
“untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan: “harta yang
dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana yang
dimaksud pasal 4 ayat 3 huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 3 huruf (a) dan huruf (b),
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf I
sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
28 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -6/PJ/2011 tentang pelaksanaan
pembayaran dan pembuatan bukti pembayaran atas zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
26
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.”
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009.29
Pasal (2) bahwa yang
dimaksud zakat adalah zakat yang diterima badan Amil Zakat dan
Lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
penerima zakat yang berhak. Maka jika zakat yang di bayar kepada
lembaga amil zakat dapat mengurangi penghasilan kena pajak sesuai
Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER -33/PJ/2011 menyebutkan pasal
(1)yaitu badan/lembaga sebagai penerima zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto adalah badan/lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah.30
4. Harta atau penghasilan yang merupakan objek pajak tersebut tidak dikenai
pajak yang bersifat final.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan yang dikenakan
pajak penghasilan finalterdapat pada pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Pajak
Penghasilan adalah:
a. Bunga deposito dan tabungan
b. Bunga obligasi dan surat utang Negara
c. Bunga simpanan koperasi (OP)
29
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009 tentang bantuan atau sumbangan ter-
masuk zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan. 30
Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER -33/PJ/2011 tentang badan/lembaga yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah yang ditetapkan sebagai penerima zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
27
d. Hadiah undian
e. Penghasilan transaksi saham, sekuritas lain, dan derivative di bursa,
f. Penghasilan perusahaan modal ventura dari penjualan saham/penyertaan
modal perusahaan pasangannya
g. Penghasilan pengalihan tanah dan atau bangunan
h. Penghasilan usaha jasa kontruksi
i. Penghasilan usaha real estate
j. Penghasilan persewaan tanah dan atau bangunan
k. Penghasilan tertentu lainnya. Jadi harta atau penghasilan yang
dibayarkan zakatnya bukanlah harta atau penghasilan yang termasuk
didalam penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final.
Jadi harta atau penghasilan yang dibayarkan zakatnya bukanlah harta atau
penghasilan yang termasuk didalam penghasilan yang dikenakan pajak
penghasilan final.
5. Besarnya persentase yang boleh kurangkan adalah sebesar kadar zakat
yang berlaku dalam peraturan agama Islam Besarnya presentase zakat
sebagai pengurang penghasilan kena pajak, adalah berdasarkan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 yang mengatur tentang
zakat penghasilan menyebutkan kadar zakat penghasilan adalah 2,5%.
Juga terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
163/PJ/2003.31
31Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP -163/PJ/2003 Tentang
Perlakuan Zakat Atas Penghasilan Dalam Penghitungan Penghasilan Kena Pajak Pajak
Penghasilan.
28
pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan besarnya zakat yang dapat dikurangkan
dari penghasilan kena pajak adalah 2,5% dari jumlah penghasilan. 6.
Harus ada bukti dari Amil Zakat Setiap wajib pajak (WP) sekaligus wajib
zakat (muzaki) yang membayarkan zakatnya melalui BAZNAS akan
mendapat Nomor Pokok Wajib pajak (NPWZ). Dengan pembayaran
zakat, maka Badan Amil Zakat akan memberikan bukti setor zakat (BSZ)
kepada wajib zakat sesuai jumlah zakat yang dibayarkan kepada
BAZNAS.
Bukti Setor zakat (BSZ) merupakan salah satu syarat agar zakat
dapat digunakan sebagai pengurang dari pengurang penghasilan kena
pajak pada pajak penghasilan. Hal ini juga didukung dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 menyebutkan bahwa
“zakat atau sumbangan keagamaan sebagaimana dimaksud dalaam pasal
1 ayat 1 yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh pemberi
zakat atau sumbangan keagamaan harus didukung oleh bukti-bukti yang
sah.”32
Bukti Setor Zakat (BSZ) tersebut dapat dijadikan bukti yang sah
dapat dilampirkan pada SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan Pajak
Penghasilan sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada pajak
penghasilan harus memenuhi syarat. yang terdapat dalam Peraturan
32
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.03/2010 tentang tata cara pembebanan
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
29
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 pasal 233
adalah sebagai
berikut:
1.Wajib pajak yang melakukan pengurangan zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib sebagaimana dimaksud dalam pasal 1,
wajib melampirkan foto kopi bukti pembayaran pada surat pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak dilakukannya pengurangan
zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib.
2. Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 :
a. Dapat berupa bukti pembayaran secara langsung atau melalui transfer
rekening bank, atau pembayaran melalui Anjungan tunai mandiri (ATM)
dan
b. Paling sedikit memuat:
1. Nama lengkap wajib pajak dan nomor pokok wajib pajak
pembayar
2. Jumlah pembayaran
3. Tanggal pembayaran
4. Nama badan amil zakat, lembaga amil zakat atau lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah, dan
5. Tanda tangan petugas badan amil zakat, lembaga amil zakat,
atau lembaga keagamaan, yang dibentuk atau disahkan pemerintah,
dibukti pembayaran, apabila pembayaran secara langsung, atau
33
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-6/PJ/2011 tentang pelaksanaan
pembayaran dan pembuatan bukti pembayaran atas zakat atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
30
6. Validasi petugas bank pada bukti pembayaran melalui transfer
rekening bank.
3. Teori Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting,
disamping minyak dan gas bumi. Meskipun penerimaan dalam negeri
sebagian diperoleh dari migas, namun prospek penerimaan pajak akan jauh
lebih cerah dibanding migas. Pada masa silam pajak digunakan untuk
“menggaji” penguasa. Memelihara tentara atau membayar pemerintahan
kolonial yang kesemuanya bertentangan dengan kepentingan rakyat. Dan
saat sekarang ini pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan .34
Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut
penguasa berdasarkan norma norma hukum, guna menutup biaya produksi
barang barang dan jasa kolektip dalam mencapai kesejahteraan merupakan
sumber penerimaan negara yang sangat penting.35
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak,
baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak, dengan
nama atau dalam bentu apapun.36
a. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak yaitu:
34
Amin widjaja Tunggal, Pelaksanaan pajak penghasilan perseorangan, (Jakarta:
Rineka cipta:1995), hlm. 1. 35
Munawir, pojok – pojok Perpajakan, (Yogyakarta: Liberty), hlm. 11 36
Rochmat soemitro, pajak Penghasilan, (PT. Eresco : Bandung), hlm. 63
31
1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi pengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi.37
b. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hanmbatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang
Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan di antaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesusikan dengan kemampuan masing-masing,
sedang adil dalam pelaksanaan yakni dengan memberikan hak bagi
wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran, dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan
Pajak.
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 A yang
menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa
untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Hal ini
37
Isroah, Perpajakan, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), hlm. 8.
32
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.38
c. Pengelompokan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu:
1) Menurut golongannya
a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
38 Ibid, hlm. 8-9.
33
2) Menurut sifatnya
a) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau bersandarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib
pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut pemungut dan pengelolanya
a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh:
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), dan Bea Meterai. Mulai tahun 2012 PBB
dikelola oleh daerah.
b) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh:
(1) Pajak Daerah Tingkat I: pajak kendaaan bermotor dan
kendaraan di atas air, bea balik nama kendaaan bermotor dan
kendaraan di atas air, pajak pengambilan dan pemanfaatan air
tanah dan air permukaan.
34
(2) Pajak Daerah Tingkat II: pajak hotel dan restoran, pajak
reklame, pajak hiburan, pajak penerangan jalan.39
d. Pemungutan Pajak
Cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel:
1) Stelsel nyata (riil stelsel)
Pemungutan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutan yang baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Stelsel nyata memiliki kelebihan atau kebaikan, dan kekurangan.
Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis,
sedangkan kelemahanya pajak baru dapat dikenakan pada akhir
periode (setelah penghasilan riil diketahui).
2) Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu aggapan yang diatur
oleh suatu undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun
pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk
tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar
selama tahun berjalan tanpa harus menunggu pada akhir tahun.
Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3) Stelsel Campuran
39 Ibid, hlm. 10
35
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel
anggapan. Yakni pada awal tahun besarnya pajak dihitung
berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya
pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila
besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya
jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak dapat minta kembali
kelebihannya (direstitusi) dapat juga dikompensasi.40
4. Zakat sebagai Pengurang Nilai Pajak
a. Teori Zakat sebagai Pengurang nilai Pajak
Mengenai zakat bisa mengurangi nilai pajak, berdasark PP nomor 60
tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, sesuai dengan pasal 1 ayat (1) dan
pasal 2 yang menyatakan:
“(1) Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi: a. zakat atas penghasilan
yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama
Islam dan/atau oleh Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki
oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; atau b.
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi Wajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau oleh Wajib Pajak
badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama selain agama
Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan kepada lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah. (2) Zakat
atau sumbangan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa uang atau yang disetarakan dengan uang”.41
40 Ibid, hlm. 11. 41
PP Nomor 60 Tahun 2010 Tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya
Wajib yang boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto, Pasal 1 Ayat (1) dan (2)
36
Berdasarkan PP di atas jika terimplementasi dengan baik maka dapat
mensejahterakan masyarakat dan mengangkat ekonomi umat tanpa
mengurangi kewajiban sebagai seorang muslim. Namun implementasi
tersebut tidaklah dapat terealisir secara baik dan benar jika salah satu bagian
pihak tidak terlibat dan bekerjasama. Begitupun dengan cara BAZNAS dalam
pengeloaan zakat .
Terkait dengan zakat sebagai pengurang nilai pajak, dalam undang-
undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, pasal pasal 22 dan
23 menyebutkan bahwa:
“pasal 22 Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau
LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajak. Pasal 23 (1) BAZNAS
atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada setiap
muzaki, (2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.”42
Bukti setoran yang disebutkan pada UU di atas, nantinya akan
digunakan sebagai pengurang nilai pajak ketika akan membayar pajak.
Mekanisme lebih lanjut mengenai zakat sebagai pengurang nilai pajak akan
dijelaskan di Peraturan Direktur Jendral Pajak No. PER-6/PJ/2011 pasal 2,
sebagai berikut:
“(1) wajib pajak yang melakukan pengurangan zakat atau sumbangan
yang sifatnya wajib sebagaimana dimaksud pasal 1, wajib
melampirkan fotokopi bukti pembayaran Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) tahunan pajak penghasilan tahun pajak dilakukannya
pengurangan zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib.
(2) bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. dapat
berupa bukti pembayaran secara langsung atau transfer rekening bank
atau pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan paling
sedikit memuat: 1) nama lengkap wajib pajak dan nomor pokok wajib
42 UU Nomor 60 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Pajak Pasal 22 dan 23
37
pajak pembayar, 2) jumlah pembayaran, 3) tanggal pembayaran, 4)
nama badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan
yang dibentuk dan disahkan pemerintah, dan 5) tanda tangan petugas
badan amil zakat; lembaga amil zakat; atau lembaga keagamaan yang
dibentuk dan disahkan pemerintah, dibukti pembayaran apabila
pembayaran secara langsung, atau 6) validasi petugas bank pada bukti
pembayaran apabila pembayaran melalui transfer rekening bank.”43
Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesi, zakat memang dapat mengurangi nilai pajak, karena zakat
dikecualikan dari objek pajak. Pengurangan pajak ini juga berlaku atas
sumbangan wajib keagamaan bagi pemeluk agama lain yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur berdasarkan
peraturan pemerintah. Dan peraturan yang telah disebutkan di atas
telah berlaku secara efektif di Indonesia, demikian pula dengan
mekanisme yang telah diaturnya.
b. Perhitungan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
Sebelum membahas tentang perhitungan zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak, kita harus mengetahui dahulu bagaimana
perhitungan penghasilan kena pajak dan penghasilan tidak kena pajak itu
sendiri.Adapun ketentuan dan perhitungan sudah diatur dalam undang-
undang perpajakan. Untuk menghitung PKP bagi wajib pajak orang
pribadi penghasilan netonya dikurangi dengan penghasilan tidak kena
43 Peraturan Dirjen Pajak No. PER-6/PJ/2011 Pasal 2
38
pajak (PTKP). Besarnya PTKP bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan
status wajib pajak yang bersangkutan. Status wajib pajak terdiri dari:44
a. Tidak kawin (TK) beserta tanggungannya misalnya, TK/1: tidak kawin
dengan satu tanggungan, TK/2,TK/3, dan TK/0.
b. Kawin beserta tanggungannya misalnya kawin tanpa tanggungan (K/0),
kawin dengan satu tangggungan (K/1), (K/2), (K/3). Wajib pajak dengan
status seperti ini berarti wajip pajak (WP) kawin, istrinya tidak
mempunyai penghasilan atau istrinya mempunyai penghasilan tetapi tidak
perlu digabung dengan penghasilan suaminya di SPT PPh orang pribadi.
c.Kawin, istrinya punya penghasilan dan digabungkan dengan penghasilan
suaminya, serta jumlah tanggungannya, disingkat K/i/….misalnya:K/i/O
artinya WP kawin, istrinya punya penghasilan dan digabungkan dengan
penghasilan suaminya di SPT dan tanpa tanggungan.
d.PH: status wajib pajak (WP) adalah melakukan perjanjian tertulis untuk
pisah harta dan penghasilan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 101/PMK.010/2016 tentang penyesuaian besarnya penghasilan
tidak kena pajak (PTKP) adalah: Penghasilan tidak kena pajak disesuaikan
menjadi sebagai berikut:
a. Rp 54.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
b.Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
44
Gustian Djuanda, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan ...., h. 110
39
c.Rp54.000.000 tambahan untuk seorang isteri yang peng-
hasilannya digabung dengan penghasilan suami .
d. Rp 4.500,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (kali) orang untuk setiap
keluarga. Untuk PKP sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang pajak penghasilan diterangkan dalam pasal 17, yaitu:
a. Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri:
Tabel 1.2
Penghasilan Kena Pajak Orang Pribadi
Lapisan PKP Tarif
Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
Tabel 1.3
Penghasilan Kena Pajak Wajib Badan
Tahun Tarif
Pajak Pada tahun 2009 28%
Dari 2010 dan selanjutnya 25%
PT yang 40% sahamnya
diperdagangkan dibursa efek
5% lebih
rendah dari
yang
40
seharusnya
Peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 Pengurangan
50% dari
yang
seharusnya
Wajib pajak orang pribadi melaporkan penghasilannya
melalui SPT Tahunan dengan menggunakan system self
assessment. System Self-assesment adalah pemungutan pajak yang
memberikan wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada
wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayarkan.Wajib
pajak orang pribadi melaporkan formulir SPT pajak tidak lebih dari
tanggal 31 maret setiap tahunnya. Ada beberapa cara agar zakat
dapat mengurangi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
yaitu:
a. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Wajib pajak pribadi perlu mendaftarkan diri di KPP
(Kantor Pelayanan Pajak) untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
b. Pilih SPT Tahunan Ada 3 macam SPT Tahunan:
1. Formulir SPT 1770 (untuk wajib pajak dala negeri
dengan penghasilan dari kegiatan usaha dan melakukan
pekerjaan bebas)
41
2. Formulir SPT 1770-S (untuk wajib pajak dalam negeri
yang bekerja dengan penghasilan per tahun di atas Rp
60.000.000,00)
3. Formulir SPT 1770-SS (untuk wajib pajak dalam negeri
yang bekerja dengan penghasilan per tahun di bawah Rp
60.000.000,00)
c. Lapor SPT Tahunan yaitu dengan cara:
1. Manual Datang langsung ke KPP, pojok pajak, mobil
pajak dan tempat khusus penerimaan SPT pajak. Dikirim
melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi, jasa kurir dengan
menyimpan bukti pengiriman ke KPP.
2. Elektronik Menyampaikan laporan SPT Tahunan dengan
e-Filing (lapor pajak online) melalui penyedia jasa aplikasi
pajak yang telah disahkan oleh DJP (Direktorat Jenderal
Pajak) seperti online pajak.
Contoh :
Pak Zidan seorang muslim dan bekerja sebagai pegawai di PT
Selalu Jaya abadi, dengan status K/1, serta memiliki NPWP (Nomor
Pokok Wajib pajak). Total penghasilan setahun Rp 150.000.000. Pak zidan
membayar zakat profesi di BAZNAS Kota Jambi. Adapun perhitungan
atas orang pribadi dengan satu penghasilan, dengan penghasilan diatas
Rp60.000.000, maka menggunakan formulir SPT.
42
a. Pak Zidan membayar zakat di BAZNAS Kota Jambi.
Penghasilan setahun Rp 150.000.000 Dikurangi zakat (2,5% x
150.000.000) = Rp 3.750.000 Sesuai Undang-Undang No.23 Tahun 2011
pasal 23, bahwa BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran
zakat kepada setiap muzakki. BAZNAS Kota Semarang adalah Lembaga
Amil Zakat resmi yang di sahkan oleh pemerintah, sehingga dapat
dijadikan sebgai pengurang PKP.
b. Pak Zidan membayar pajak, ke kantor pajak dengan membawa
bukti pemotongan yaitu BSZ (Bukti Setoran Zakat) .
Tabel 1.4
Perbandingan ilustrasi perhitungan PPh pasal 21 Pak Zidan
dengan pengurang zakat dan tidak pengurang zakat.
Dengan pengurang
zakat
Tanpa pengurang
zakat
Penghasilan bruto setahun Rp 150.000.000 Rp 150.000.000
Biaya jabatan (5%x
Penghasilan Bruto)
Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
Iuran pensiun Rp 2.400.000 Rp 2.400.000
(-) zakat (2,5% x
penghasilan bruto)
Rp 3.750.000
- Penghasilan neto setelah
zakat
Rp 137.850.000 Rp141.600.000
(-) PTKP (K/1) Rp 63.000.000 Rp 63.000.000
43
PKP Rp 74.850.000 Rp 78.600.000
PPh 21 terutang (5% x
PKP)
(5%xRp 74.850.000)
Rp 3.742.500
(5%xRp 78.600.000)
Rp 3.930.000
Jumlah PPh Terutang Rp 3.742.500 Rp 3.930.000
Dari perhitungan PPh pasal 21 Pak Zidan besarnya pajak terutang
setelah dikurangi dengan zakat/sumbangan yang sifatnya wajib adalah
sebesar Rp 3.742.500. Dari kedua perhitungan diatas dapat terlihat bahwa
setelah zakat/sumbangan yang sifatnya wajib yang dijadikan sebagai
pengurang penghasilan kena pajak, PPh 21 terutang yang dibayarkan Pak
Zidan dapat berkurang sebesar Rp 187.500
5. Teori Kelembagaan
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
disebutkan bahwa BAZNAS adalah sebuah lembaga atau organisasi.Menurut
Dr.Sondang P.Siagian, organisasi adalah : ”Setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat
seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang
disebut bawahan”45
Menggerakkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang ditentukan,
ditunjang oleh keberadaan manusia sebagai motor baik ia sebagai pemimpin
(manager) atau dia sebagai bagian dari struktur yang ada dalam organisasi.
Dilengkapi pula dengan peralatan administrasi untuk berjalannya lalu lintas surat
45
Sondang.P.Siagian,Dr.,Filsafat Administrasi,Penerbit Gunung Agung,Jakarta,cetakan
ke 8, hal 3
44
menyurat.Gedung kantor untuk tempat bekerja. Begitu juga dana untuk biaya
keperluan organisasi serta alat mobilisasi untuk kelancaran tugas-tugas.
Manusia yang menggerakkan lembaga yang berperan sebagai pemimpin
adakalanya disebut sebagai kepala, ketua, direktur, presiden,komandan, dan lain
sebagainya.Posisi dan peran seorang pemimpin atau manager dalam sebuah
organisasi sangatlah penting, karena ditangannyalah terletak kesuksesan atau
kegagalan organisasi.Seorang pemimpin untuk menggerakkan lembaganya
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan. “Kepemimpinan adalah kemampuan
dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk orang lain agar
melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama”...46
Melalui tangan dingin
seorang pemimpin organisasinya dapat mencapai target yang telah
ditetapkan.Oleh karena itu seorang pemimpin organisasi mestilah menguasai
beberapa ilmu untuk menunjang kepemimpinannya.
Selain itu penting juga dimiliki oleh seorang pemimpin adalah ilmu
manajemen.”Managemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta
membimbing kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”47
Fungsi manajemen itu sendiri terangkum dalam kegiatan :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengawasan
d. Pembiayaan
46
Prof.Dr.Inu Kencana Syafe‟i M.Si, Ilmu Managemen, Pustaka Reka Cipta, Bandung,
Cetakan ke II, hal 103. 47 Ibid. hal 16.
45
e. Pengkoordinasian
f. Pelayanan
g. Kepemimpinan
h. Kebijakan
i. Motivasi48
Menurut Sondang.P.Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi mengatakan :
1) Perencanaan adalah proses pemikiran dan penentuan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam
rangka pencapaian tujuan”
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perencanaan. Misalnya
perencanaan dipengaruhi oleh sumber daya manusia (maksudnya siapa dan
bagaimana orang yang membuat perencanaan).Pembuat perencanaan mesti
tahu dengan organisasinya. Agar sebuah perencanaan memenuhi syarat
harus dipenuhi antara lain:
a) Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.
b) Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh
memahami tujuan organisasi.
c) Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh
mendalami serta menguasai teknik perencanaan.49
48
Ibid, hal 54. 49 Ibid, hal 136.
46
Seorang pemimpin harus mampu dan menguasai perangkat
sehingga dapat menggerakkan proses untuk mencapai tujuan.
2) Pengorganisasian. Menurut Siagian “Pengorganisasian adalah keseluruhan
pengelompokkan orang-orang,alat-alat,tugas-tugas, kewenangan dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan”
Proses pengorganisasian yang dilaksanakan oleh para manajer
diantaranya yaitu : pembagian pekerjaan, memberikan tugas kepada orang-
orang untuk mengerjakannya,mengalokasikan sumberdaya yang ada serta
mengkoordinasikan upaya-upaya yang ditempuh.
3) pengawasan.”Pengawasan adalah proses pengamatan pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya
4) Pembiayaan. Sebuah program memerlukan biaya untuk
pelaksanaannya.Pembiayaan yaitu penyediaan uang atau dana yang
dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan rogram yang telah
ditetapkan.50
5) Pengkoordinasian. Pimpinan melakukan “koordinasi yakni untuk
penyesuaian diri masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta
mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan
demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak
50
Sondang Siagian, Ilmu Manajemen, Pustaka Reka Cipta, Bandung, Cetakan ke II, 2019,
hal 168.
47
kepada keseluruhan hasil”.51
Tujuan dari pengorganisian adalah untuk
terciptanya penyesuaian diri dan dalam rangka pengoperasian atau
menggerakkan organisasi.
6) Pelayanan.Menurut Instruksi Presiden Nomor : 1 Tahun 1995 Tentang
Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan, dinyatakan bahwa pada
hakekatnya pelayanan umum adalah :52
a. Meningkatkan mutu produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah di bidang pelayanan umum
b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdayaguna
dan berhasil guna;
c. Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta dengan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat luas
Pelayanan organisasi terhadap para pelanggan atau kepada
pihak yang berurusan satu sisi yang termasuk menentukan
keberhasilan dan kepuasan serta kepercayaan kepada organisasi. Pada
sisi pelayanan terkadang ditemukan kendala seperti apa yang
dikemukakan oleh Valeroe Zeithaml seperti yang dikemukakan Inu
Kencana, yaitu :53
51 Leonard D.White, Buku Ilmu Manajemen, hal 81. 52 Prof.Dr.Inu Kencana Syafe‟i M.Si, Ilmu Managemen, Pustaka Reka Cipta, Bandung,
Cetakan ke II, hal 91 53
ibid. hal 95
48
1) Tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat.
2) Pemberian ukuran yang salah dalam pelayanan masyarakat.
3) Keliru penampilan diri dalam pelayanan publik itu sendiri.
4) Ketika membuat perjanjian terlalu berlebihan atau pengobralan”
Sementara itu menurut Henry Reining dalam hasil penelitiannya
sebagaimana yang dikemukakan Inu bahwa timbulnya jurang
pemisah antara masyarakat dengan pemerintah disebabkan oleh
beberapa hal dalam pelayanan :
a) Apatis
b) Menolak berurusan
c) Bersikap dingin
d) Memandang rendah
e) Bekerja bagaikan robot
f) Terlalu ketat pada prosedur
g) Sering melempar urusan kepada pihak lain.
Adapun pelayanan yang diinginkan oleh para pelanggan adalah :54
a) Waktunya semakin singkat
b) Mutunya semakin baik
c) Biayanya semakin murah
7) kepemimpinan.Sebuah organisasi memerlukan pemimpin yang memandu,
menggerakkan serta yang bertanggungjawab terhadap jalannya organisasi.
Seorang pimpinan mesti memiliki kepemimpinan.”Kepemimpinan berarti
54
Ibid. hal 97
49
kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan
bersama, sehingga yang bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat
proses kelompok”55
Dalam kepemimpinan ada teknik kepemimpinan yaitu “Cara atau
strategi yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuannya. Pemimpin
harus mempunyai berbagai teknik dalam mempengaruhi para bawahan
atau masyarakatnya agar tujuan segera tercapai, sesuai dengan kemampuan
pemimpin itu sendiri”56
Teknik kepemimpinan yang dimaksud adalah :57
a. Teknik Persuasif
b. Teknik komunikatif
c. Teknik fasilitas
d. Teknik motivasi
e. Teknik keteladanan
8) kebijakan.”Kebijakan negara adalah apapun yang diambil pemerintah,
baik melakukan sesuatu itu atau tidak melakukan sama sekali, jadi kalau
melakukan sesuatu menjadi keputusan,maka tidak melakukan apa-apa
sama sekali adalah juga keputusan”.58
9) kesembilan motivasi. Menurut Gary A.Steiner dalam Machrony “Motivasi
dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang
55
Ibid, hal 103-104. 56 Ibid, hal 127. 57
Ibid, hal 127-128 58 Ibid, hal 176.
50
memberikan energi, mendorong kegiatan (moves) dan mengarah atau
menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan dan mengurangi ketidakseimbangan”.59
Salah satu tantangan
berat yang sering dihadapi oleh seorang pemimpin adalah bagaimana ia
dapat menggerakkan para pegawainya agar senantiasa mau dan bersedia
mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk kepentingan organisasi. Salah
satu usaha ke arah itu ialah menimbulkan motivasi pada mereka.
G. Tinjauan Pustaka
Telaah terhadap penelitian terdahulu sangatlah dibutuhkan sebagai bahan
acuan guna memperjelas arah penelitian, sekaligus berhati-hati agar tidak terjadi
pengulangan penelitian yang persis serupa dengan penelitian terdahulu.
Berdasarkan hasil pencarian yang dilakukan, maka peneliti mengumpulkan
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan pokok masalah penelitian yang
diangkat. Secara ringkas, hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah peneliti
kumpulkan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.5
Tinjauan Pustaka
No Peneliti Judul Penelitian Metode Kesimpulan
1 Ai Nur Bayinah
Program Studi
Akuntansi
Syariah,
SEBI,201560
Implementasi zakat
sebagai pengurang
penghasilan kena
pajak
Kualitatif Ilustrasi implementasi
zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak
menggambarkan bahwa
penerimaan zakat yang
digunakan sebagai
pengurang penghasilan
59
H.B.Siswanto,Pengantar Manajemen PT.Bumi Aksara Jakarta, Cetakan ke kesebelas,
hal 119 60
Ai Nur Bayinah, Implementasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam 3, No. 1 (2015)
51
kena pajak, mampu
memberikan insentif
berupa penurunan biaya
sebesar lebih dari 10%.
Suatu hal yang layak untuk
dipertimbangkan, serta
didukung untuk kemajuan
bersama.
2
Bambang
Widarno,
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Slamet Riyadi
Surakarta, 200661
Zakat sebagai
pengurang
Penghasilan Kena
Pajak
Analisis
Deskriptif
Zakat penghasilan yang
memenuhi syarat
ketentuan perpajakan
sebagaimana yang telah
diuraikan, menyebabkan
jumlah pajak yang
terutang akan berkurang
atau lebih kecil. Pajak
penghasilan yang
berkurang dengan
diperhitungkannya zakat
penghasilan sebagai
pengurang pajak. Hal
tersebut amat bergantung
pada jumlah penghasilan
kena pajak seseorang atau
badan selama satu tahun
dan jumlah zakat
penghasilan yang
dibayarkan.
3 Dewi Soimah,
Jurusan
Ekonomi
Syariah,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis, UIN
Syarif
Hidayatullah,
201662
Praktek Zakat
Pengurang Pajak di
Indonesia dan
Singapura
Kualitatif Praktek zakat sebagai
pengurang pajak di
Indonesia masih sebatas
pembahasan yang masih
belum terlihat jelas
prakteknya. Berbeda
dengan Singapura dengan
penduduk muslim
minoritas namun
kesadaran untuk
membayar zakat sangat
tinggi.
61 Bambang Widarno, Zakat sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak,
Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 5, No. 1, April (2006). 62
Dewi Soimah, “Praktek Zakat Pengurang Pajak di Indonesia dan Singapura”, Skripsi
UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, (2016).
52
4 Sri Andriani,
dan Fitha
Fathya Dosen
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi UIN
Maulana
Maliki Ibrahim
Malang,
201363
Zakat sebagai
pengurang pajak
penghasilan pada
badan amil zakat
Kualitatif Zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak
dinilai cukup maju namun
pelaksanaannya nampak
belum begitu maksimal
mengingat ada kelemahan
yaitu dari segi sosialisasi.
Masyarakat banyak yang
belum mengetahui adanya
undang-undang Nomor 36
tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan dan Undang-
Undang Nomor 38 tahun
1999 tentang Pengelolaan
Zakat yang menyebutkan
bahwa zakat dapat
dijadikan sebagai
pengurang pajak
penghasilan bila
dibayarkan kepada
badan/lembaga yang
terdaftar dan disahkan
oleh pemerintah.
5 Siti Nurul
Azizah,
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis Islam,
UIN Walisongo
Semarang,
201864
Analisis Praktik
Zakat Sebagai
Pengurang Pajak
Penghasilan Kena
Pajak (Studi
Kasus BAZNAS
Kota Semarang)
Kualitatif Dengan adanya ketentuan
zakat dapat mengurangi
penghasilan kena pajak,
maka BAZNAS Kota
Semarang membentuk
UPZ (Unit Pengumpulan
Zakat) yang berada di
wilayah Pemerintah Kota
Semarang dan
berpengaruh terhadap
meningkatnya jumlah
muzakki dan
penghimpunan jumlah
dana zakat.
63 Sri Andriani dan Fitha Fathya, Zakat sebagai pengurang pajak penghasilan pada badan
amil zakat, JRAK Vol. 4 No.1 Februari (2013). 64 Siti Nurul Azizah, “Analisis Praktik Zakat Sebagai Pengurang Pajak Penghasilan Kena
Pajak (Studi Kasus BAZNAS Kota Semarang)”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN
Walisongo Semarang, (2018).
53
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu
sama-sama mengkaji bagaimana zakat dapat menjadi instrumen pengurang pajak
serta dapat mengangkat ekonomi umat. Sedangkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya ialah bagaimana implementasi Zakat sebagai
pengurang nilai pajak dengan melakukan penelitian terhadap BAZNAS Kota
Jambi.
54
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskrptif yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat
perbandingan dengan variabel lain.65
Penelitian kualitatif deskriptif ditujukan
untuk mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, mengidentifikasi
masalah, membuat perbandingan atau evaluasi dan menentukan apa yang
dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari
pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan di waktu
mendatang. Dengan demikian, penelitian kualitatif deskriptif hanyalah
menguraikan tanggapan terhadap situasi atau peristiwa, sehingga tidak
menjelaskan hubungan kausalitas maupun melakukan uji hipotesa.66
B. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini dilakukan di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Jambi, dimana peneliti memperoleh informasi dari Kepala Baznas yang
mengetahui secara keseluruhan tentang Baznas dan seperangkat Manajemennya,
yaitu Bapak Drs. H. Syamsir Nain. Penelitian ini dilakukan dari mulai bulan 10
Desember 2018 sampai dengan 14 Oktober 2019 .
65
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta), hlm. 142. 66
Suyanto dan Sutinah, metode penelitian sosidal, (Jakarta:Kencana Persada, 2006),
hlm. 35.
55
C. Unit Analisis Data
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
spradley dinamakan sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen
yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas yang berintegrasi secara
sinergis.67
Unit analisis dalam pengambilan sample disebut juga dengan sampling.
Tekhnik sampling adalah tekhnik pengambilan sampel untuk menentukan sample
yang akandigunakan pada penelitian. Adapun tekhnik sampling yang sering
digunakan pada penelitian kualitatif ada dua (2) yaitu, purposive sampling dan
snowball sampling. Kedua tekhnik tersebut dijelaskan secara ringkas sebagai
berikut :68
a) Purposive sampling
Yaitu tekhnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya peneliti memilih general
manajer sebagai orang yang dianggap tau sehingga memudahkan
peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosaial yang diteliti.
b) Snowball sampling
Adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal
jumlahnya sedikit, lama lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena
jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan
data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data, seperti bola salju yang menggelinding,
lama-lama menjadi besar.
67
Sugiono, metode penelitian kuantitatif dan R&D, (bandung:Alfabeta, 2017), hlm. 218. 68
Ibid, hlm. 219.
56
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kedua teknik tersebut, yaitu
purposive sampling dan snowball sampling. alasan peneliti menggunakan
kedua teknik tersebut agar informasi yang disajikan lengkap secara utuh
sehingga mampu memberikan data yang memuaskan bagi pembaca.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis Data yang penliti gunakan dalam penelitian ini ada dua data primer
dan data sekunder :
a) Data Primer adalah data yang diambil atau dihimpun langsung oleh
peneliti.69
Pada penelitian ini sumber data primer diambil dan dihimpun
langsung dari BAZNAS Kota Jambi yang berkaitan dengan
Implementasi Zakat terhadap nilai pajak melalui bapak Drs, H. Syamsir
Nain , kemudian informasi didapat dari muzakki yang berzakat melalui
BAZNAS Kota Jambi sekaligus Wajib Pajak.
b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain
sebagai data pendukung yang diperoleh dari lapangan. Data sekunder
merupakan sumper data yang sudah tersedia baik melalui media cetak
ataupun media elektronik.70
Media cetak yang dapat dijadikan sumber
penelitian ini, laporan penelitian sebelumnya, jurnal-jurnal yang telah
diterbitkan, baik itu paper atau makalah serta materi dalam bentuk slide
show oleh institusi, dan lain sebagainya. Sementara sumber dari media
69
Ridwan, Metodologi dan teknik penyusunan Proposal penelitian (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 24. 70
Hendri Tanjung dan Abrisa Devi, Metodologi Penelitian ekonomi islam, (Jakarta:
Gramedia Publishing, 201), hlm. 94-95.
57
elektronik ialah dengan mengunjungi situs-situs tertentu pada internet,
seperti website resmi BAZNAS dan Website resmi lainnya .
E. Instrumen Pengumpulan data
Berkaitan dengan bagaimana data dari penelitian akan diperoleh. Maka
metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berkut :
a) Observasi
Pengamatan atau observasi merupakan serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh peneliti terhadap suatu proses objek dengan tujuan untuk
memehamami pengetahuan dari sebuah fenomena atau perilaku
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya71
.
Sedangkan teknik observasi partisipasi pasif, dimana peneliti datang
langsung ke BAZNAS Kota Jambi untuk Mengamati Kegiatan yang
dilakukan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b) Wawancara
Wawancara merupakan alat yang baik untuk meneliti pendapat,
keyakinan, motivasi, perasaan dan proyeksi seseorang terhadap sesuatu
yang akan ditanyakan.72
Esterberg mengemukakan ada wawancara
terstrukur (Structured Interview), semi terstruktur (Semi Structured
Interview), dan tidak terstruktur (Unstructured Interview).73
Wawancara
pada penelitian ini dilakukan secara langsung maupun tidak langsung baik
71
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm.
hlm. 93 72
Ibid, hlm.83 73
Ibid, hlm. 73-74
58
informan yang berasal dari BAZNAS, Pajak , maupun Muzakki sekaligus
Objek Pajak . langsung dengan cara face to face, sedangkan tidak langsung
melalui pesawat telepon atau e-mail kepada informan.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya.74
Sedangkan menurut
sugiono, dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang.75
Adapun Dokumentasi yang dihasilkan dari
penelitian ini berupa buku, majalah, materi slide show, panduan
pengelolaan zakat dari BAZNAS Kota Jambi serta dokumen pelengkap
lainnya seperti rekaman melalui tape recorder, foto atau gambar saat
wawancara telah berlangsung yang dilampirkan pada bab bagian akhir.
F. Tekhnik analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan dan setelah dilapangan. Dalam hal ini analisis telah
dimulai sejak merumuskan masalah, sebelum terjun kelapangan dan berlangsung
terus sampai penulisan hasil penelitian.76
74 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktik, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2010), hlm. 274. 75
Ibid,hlm. 75. 76
Ibid, hlm. 245.
59
a). Analisis sebelum di lapangan
Penelitian Kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan.77
b). Analisis data di lapangan model Miles dan Huberman
Miles dan Huberman mengemukakan aktivitas dalam analisis data,
yaitu: data collection, data reduction, data display dan conclusion
drawing/verification.78
1. Data Collection, adalah langkah pertama dalam penelitian kualitatif
yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
mewawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah di analisis
dirasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi sampai tahap tertentu hingga diperoleh data yang kredibel.
2. Data Reduction (Reduksi data), adalah data yang diperoleh dari
lapangan jumlahnya cukup banyak , untuk itu perlu dicatat secara teliti
dan rinci, semakin lama peneliti ke lapangan, maka akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
77
Ibid, hlm. 256. 78
Ibid, hlm. 247-250.
60
3. Data display (penyajian data), setelah data di reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Dan yang palilng sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang naratif.
4. Conclusion drawing/Verification, langkah terakhir dalam analisis ini
menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat, tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan Konsisten saat peneliti kembali kelapangan
pengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
G. Sistematika Penulisan
BAB I: Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
dan tinjauan pustaka.
BAB II: Berisi metode penelitian yang mencakup, pendekatan penelitian,
objek dan waktu penelitian, unit analisis, jenis dan sumber data,
instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika
penulisan.
61
BAB III: Menjelaskan kondisi dan gambaran umum BAZNAS Kota Jambi,
yang meliputi visi dan misi, tujuan serta Standar Operasional
Prosdur (SOP) BAZNAS Kota Jambi.
BAB IV: Pada bab ini menjelaskan tentang hasil dan pembahasan
penelitian. Yang meliputi implementasi zakat sebagai pengurang
nilai pajak di BAZNAS Kota Jambi dan faktor penghambat dalam
implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak di BAZNAS
Kota Jambi.
BAB V: Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
lampiran dokumentasi serta biodata peneliti.
62
BAB III
GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA JAMBI
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Jambi
Berdasarkan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat, Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ) terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS). Badan Amil Zakat Daerah pada tingkat provinsi, kabupaten dan
kecamatan. Namun setelah terjadinya perubahan undang-undang nomor 38 tahun
1999 tentang pengelolaan zakat menjadi undang-undang nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat, lembaga pengelolaan zakat hanya terdiri dari
BAZNAS.
BAZNAS merupakan satu-satunya badan resmi yang dibentuk oleh
pemerintah berdasarkan keputusan presiden RI nomor 23 tahun 2011 yang
memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq, dan
sedeqah pada tingkat nasional.
Lahirnya undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam undang-undang tersebut
BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat Islam, amanah,
63
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.79
Oleh
karena itu agar semua asas tersebut tercapai, BAZNAS bersama pemerintah
membentuk badan amil zakat di setiap Provinsi yang ada di Indonesia, salah
satunya ialah Provinsi Jambi. Perubahan BAZIS menjadi Badan Amil Zakat
Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan), berdasarkan pada Undang-
undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Hal ini menunjukan
bahwa BAZDA adalah kelanjutan dan penjelmaan dari BAZIS.
Dengan adanya Undang-Undang tersebut, maka diamanatkan kepada
Walikota untuk membentuk BAZDA Kota Jambi.Kelanjutannya adalah
membentuk BAZDA kecamatan se kota Jambi. Berdasarkan data yang ada,
diseluruh Kecamatan di Kota Jambi sudah terbentuk Badan Amil Zakat (BAZ)
Kecamatan dengan SK Camat di delapan kecamatan yang ada di Kota Jambi.
Jadi, BAZDA merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
(daerah/provinsi) berdasarkan pada amanat Undang-undang Nomor 38 Tahun
1999 tentang pengelolaan zakat. BAZDA ini merupakan kesinambungan dari
lembaga sebelumnya yakni BAZIS, namun dengan adanya Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat maka terjadilah perubahan nama
menjadi BAZDA.
BAZDA Kota Jambi sendiri resmi didirikan pada tanggal 16 Maret 2001
yang beralamat di Jalan Jendral Basuki Rahmat Nomor 01 Kota baru Lantai II
Dispenda Kota Jambi. Namun, sebelum keberadaan BAZDA di alamat ini,
79 Wawancara dengan Bapak Syamsir Nian selaku Ketua BZNAS Kota Jambi
64
lembaga ini dulunya beralamat di Kantor Kementerian Agama Provinsi Jambi,
ketika itu lembaga ini masih bernama BAZIS.
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat serta Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor
DJ.II/568 tahun 2014 tentang pembentukan BAZNAS Kabupaten/Kota se-
Indonesia secara organisasi BAZDA Kota Jambi berubah nama menjadi
BAZNAS Kota Jambi dan pada tanggal 22 Juni 2015 kepengurusan BAZNAS
Kota Jambi secara resmi dilantik oleh Bapak Walikota Jambi berdasarkan SK
Walikota Jambi Nomor 334 tahun 2015 tanggal 17 Juni 2015 tentang
penunjukkan pimpinan BAZNAS Kota Jambi.
B. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi
1. Visi : Terwujudnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sebagai
Organisasi Pengelolaan Zakat yang Amanah, Profesional, Terbuka dan
bertanggung jawab
2. Misi :
a) Mewujudkan organisasi BAZNAS sebagai simpul pranata keagamaan
dalam meningkatkan kesejahteraan dan keadilan Sosial
b) Mewujudkan Organisasi BAZNAS yang terpercaya ditengah-tengah
masyarakat
c) Menggali potensi dana umat secara bertahap, terencana, realistis dan
terukur sebagai salah satu instrumen pemberdayaan ekonomi umat yang
bermoral
65
d) Membantu pemerintah dan masyarakat secara berkelanjutan untuk
mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan
C. Struktur Baznas Kota Jambi
Untuk memudahkan pembaca untuk melihat Struktur kepemimpinan yang
ada pad Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi , maka peneliti mencantumkan
struktur Organisasi secara sederhana , yakni sebagai berikut :
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi
PEMBINA
WALIKOTA JAMBI
WK.WALIKOTA JAMBI
SEKDA KOTA JAMBI
KETUA
Drs.H.Syamsir Nain
WAKIL KETUA I
Bidang
Pengumpulan
WAKIL KETUA II
Bidang
pendistribusian dan
pemberdayaan
Drs. H. Fachrur
WAKIL KETUA III
Bidang Keuangan
Dan pelaporan
A.Manan Samid, BA
WAKIL KETUA IV
Bidang Kesekretariatan,
Administrasi dan SDM
Drs.H. Husein Fakhlevie
Syam
SATUAN AUDIT INTERNAL
Ketua : Asisten Bidang Ekonomi dan
Pembangunan Kota Jambi
Anggota : Inspektur Kota Jambi
Ka. BPKAD Kota Jambi
Ka.Kan Kemenag Kota
Jambi
Sekretaris
Ahmad Ziyadi , S.Sy
KABAG
PENGUMPULAN
H. Toyib, S.Ag
KABAG
PENDISTRIBUSIAN
DAN
PEMBERDAYAAN
Kms. Beni, S.Sy
KABAG
KEUANGAN DAN
PELAPORAN
Nikmah Prasilia
KABAG
ADMINISTRASI
DAN SDM
M. Reza
Pahlawan,S.Pd
66
D. Mekanisme Distribusi Zakat pada BAZNAS Kota Jambi
Pendistribusian dana zakat pada BAZNAS kota Jambi berpijak pada 6
pilar program utama yaitu:
1. Jambi Kota sehat
Program Jambi kota sehat meliputi beberapa kegiatan utama yaitu:
a) Memberikan bantuan transportasi kepada masyarakat yang tidak mampu
membayar biaya berobat dalam daerah maupun keluar daerah.
b) Memberikan Bantuan Sanitasi Air Bersih di Kawasan Pemukiman
Kumuh dalam Kota Jambi
c) Memberikan \Bantuan Jambanisasi dikawasan Pemukiman Kumuh dalam
Kota Jambi.
2. Jambi Peduli
Program Jambi peduli meliputi beberapa program utama yaitu:
a) Memberi Bantuan Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Bedah Rumah).
b) Memberi Bantuan insidentil transportasi untuk musafir/ orang yang
kesulitan dalam perjalanan.
c) Memberikan bantuan bencana alam, Kebakaran, Banjir dan Gempa Bumi
secara Insidentil dalam Kota Jambi, Koordinasi dengan Camat, Lurah,
RT setempat.
KASUBAG
PENDISTRIBUSIAN
DAN
PEMBERDAYAAN
Yosy Desratia, S.Pd
KASUBAG
KEUANGAN DAN
PELAPORAN
Endah Sulistyawati,S.Sy
KASUBAG IT,
PELAPORAN
DAN UMUM
Adam Malik, SE
67
d) Memberikan bantuan kepada para penyandang cacat
e) Memberikan Santunan Anak Yatim
f) Memberikan bantuan kepada Petugas Memandikan Jenazah.
g) Mengadakan Sunat Masal bagi 100 warga tidak mampu.
h) Memberikan Bantuan untuk Organisasi yang bersifat Islami
3. Jambi Kota Bersih.
Memberikan bantuan Dana bagi petugas harian lepas dinas kebersihan yang
beragama Islam sebanyak.
4. Jambi Kota Taqwa.
a) Memberikan bantuan renovasi / Rehab Masjid/Mushalla,Madrasah dan
TPA secara Selektif.
b) Memberi Bantuan kepada Pegawai Syara' masjid yang di data oleh
Pengurus BAZNAS Kota Jambi.
c) Memberi Bantuan kepada Muallaf sebanyak.
5. Jambi Mandiri.
Memberikan Bantuan Perlengkapan Usaha kepada Pelaku Usaha Kecil dan
Menengah.
6. Jambi Cerdas
a) Memberikan Bantuan kepada siswa/i SD/MI Negeri dan Swasta
sederajat.
b) Memberikan Bantuan kepada siswa SMP/MTS Negeri dan Swasta
sederajat.
68
c) Memberikan bantuan beasiswa khusus kepada Mahasiswa/i S1 ( Mudim
dan mahasiswi yang masih Aktif Kuliah bagi yang tidak mampu).
d) Transportasi Guru Pendamping siswa/i penerima Bantuan Biaya
Pendidikan.
e) Dana Penunjang Kegiatan Bantuan Biaya Pendidikan selain dari Dana
Hibah.
E. Nisab dan Kadar Zakat
1) Harta Peternakan
a) Sapi dan kerbau
Nisab kerbau disetarakan dengan nisab sapi yaitu 30 ekor.
Artinya, apabila seseorang telah memiliki 30 ekor sapi, ia telah terkena
kewajiban zakat.
Berdasarkan hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Tirmizi dan
Abu Dawud dari Mu‟az bin Jabal ra, maka dapat dibuat tabel kadar zakat
sapi dan kerbau sebagai berikut:
Tabel 3.1
Nisab dan Kadar Zakat Harta Peternakan Sapi dan Kerbau
Jumlah Zakat
30-39 1 ekor anak sapi/kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
40-59 1 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun
60-69 2 ekor anak sapi/kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
70-79 1 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun dan
1 ekor anak sapi/ kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
80-89 2 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun
69
90-99 3 ekor anak sapi/kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
100-109 1 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun dan
2 ekor anak sapi/ kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
110-119 2 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun
dan 1 ekor anak sapi/
kerbau berumur 1 s.d. 2
tahun
Jumlah Zakat
120-129 3 ekor anak sapi/kerbau
berumur 2 s.d. 3 tahun dan
4 ekor anak sapi/kerbau
berumur 1 s.d. 2 tahun
Pada setiap kelipatan 30
ekor dikenakan seekor anak
sapi/kerbau berumur 1 s.d.
2 tahun dan setiap kelipatan
40 dikenakan seekor
anak sapi/kerbau berumur
2 s.d. 3 tahun
b) Kambing atau Domba
Nisab kambing atau domba adalah 40 ekor. Artinya, apabila
seseorang telah memiliki 40 ekor kambing atau domba, ia telah terkena
kewajiban zakat.
Berdasarkan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dari Anas bin Malik ra, maka dapat dibuat tabel kadar zakat kambing
atau domba sebagai berikut:
Tabel 3.2
Nisab dan Kadar Zakat Harta Peternakan Kambing dan Domba
Jumlah Zakat
40-120 1 ekor kambing
70
121-200 2 ekor kambing
201-299 3 ekor kambing
300-399 4 ekor kambing
Pada setiap kelipatan 100
diambil seekor kambing
c) Unggas (Ayam, Bebek, Burung) dan Ikan
Nisab pada ternak unggas dan perikanan tidak ditetapkan
berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi, dan kambing, tetapi
dihitung berdasarkan skala usaha. Ternak unggas dan perikanan adalah
setara dengan 20 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama
dengan 85 gram emas murni (24 karat).
Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun (tutup
buku) ia memiliki kekayaan berupa modal kerja dan keuntungan lebih
besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas murni, ia terkena kewajiban
zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian, usaha tersebut digolongan ke
dalam zakat perniagaan.
Contoh: Seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam per
minggu. Pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangan
sebagai berikut:
1. Stock ayam broiler 5600 ekor (dalam berbagai umur) ditaksir harga
sebesar Rp 20.000.000,-
2. Uang kas/bank setelah dikurangi pajak Rp 10.000.000,-
3. Stok pakan & obat-obatan Rp 2.000.000,-
4. Piutang (dapat tertagih) Rp 5.000.000,-
Jumlah Rp 37.000.000,-
71
5. Utang jatuh tempo Rp (5.000.000)
Saldo Rp 32.000.000,
Kadar zakat yang harus dibayarkan:
2,5% x 32.000.000 = Rp 800.000
Catatan:
Kandang dan alat-alat peternakan tidak diperhitungkan
sebagai harta yang wajib dizakati.
2) Harta Perniagaan dan Perusahaan
a) Harta Perniagaan
Harta perniagaan adalah harta yang disiapkan untuk diperjual-
belikan, baik dikerjakan oleh individu maupun kelompok atau syirkah
(PT, CV, PD, FIRMA). Azas pendekatan zakat perniagaan adalah
sebagai berikut:
(1) Mayoritas ahli fikih sepakat bahwa nisab zakat harta perniagaan
adalah sepadan dengan 85 gram emas atau 200 dirham perak.
(2) Ketetapan bahwa nilai aset telah mencapai nisab ditentukan
pada akhir masa haul sesuai dengan prinsip independensi tahun
keuangan sebuah usaha.
(3) Zakat ini dihitung berdasarkan asas bebas dari semua kewajiban
keuangan.
(4) Kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/40 dari nilai aset
pada akhir tahun atau sama dengan 2,5%.
b) Zakat Perusahaan
72
Nisab dan kadar zakat perusahaan dianalogikan dengan wajib
zakat perniagaan, yaitu 85 gram emas. Adapun kadar zakatnya adalah
2,5% dari aset wajib zakat yang dimiliki perusahaan selama masa satu
tahun.
Cara menghitung zakat perniagaan atau perusahaan Kekayaan yang
dimiliki badan usaha tidak lepas dari salah satu atau lebih dari tiga
bentuk di bawah ini:
(1) Kekayaan dalam bentuk barang.
(2) Uang tunai/bank.
(3) Piutang.
Maka, yang dimaksud harta perniagaan yang wajib di zakati adalah
ketiga bentuk harta tersebut dikurangi dengan kewajiban perusahaan,
seperti utang yang harus dibayar (jatuh tempo) dan pajak.
Contoh:
Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per 31 Desember 2010
dalam kondisi keuangan sebagai berikut:
1. Stock meubel 10 set seharga Rp 20.000.000,-
2. Uang tunai/bank Rp 20.000.000,-
3. Piutang Rp 5.000.000,
Jumlah Rp 45.000.000,-
4. Utang dan pajak Rp (5.000.000)
Saldo Rp 40.000.000‟-
Besar zakat yang harus dibayarkan:
2,5% x Rp 40.000.000,- = Rp 1.000.000,-
73
c) Hasil Pertanian
Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg.
Apabila hasil pertanian tersebut termasuk makanan pokok, seperti beras,
jagung, gandum, dan kurma, nisabnya adalah 653 kg dari hasil pertanian
tersebut. Tetapi jika hasil pertanian itu selain makanan pokok, seperti
buah-buahan, sayur-sayuran, daun, dan bunga, nisabnya disetarakan
dengan harga nisab dari makanan pokok yang paling umum di daerah
(negeri) tersebut, misalnya untuk Indonesia adalah beras.
Kadar zakat untuk hasil pertanian, apabila diairi dengan air hujan,
sungai, atau mata air adalah 10%, tetapi apa bila hasil pertanian diairi
dengan disirami atau irigasi (ada biaya tambahan), zakatnya adalah 5%.
Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang disirami
(irigasi), zakatnya adalah 5%. Artinya, 5% yang lainnya dialokasikan
untuk biaya pengairan. Imam az Zarkani berpendapat, apabila
pengelolaan lahan pertanian diairi dengan air hujan (sungai) dan disirami
(irigasi) dengan perbandingan 50:50, zakatnya adalah 7,5% (3/4 dari
10%).
Pada sistem pengairan saat ini biaya tidak sekadar air, tetapi ada
biaya-biaya lain seperti pupuk, dan insektisida. Untuk mempermudah
perhitungan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya diambil
dari hasil panen, kemudian sisanya (apabila melebihi nisab) dikeluarkan
zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairan).
Contoh:
74
Pada sawah tadah hujan ditanami padi. Dalam pengelolaan dibutuhkan
pupuk dan insektisida seharga Rp 200.000,- .
Hasil panen 5 ton beras.
Hasil panen (bruto) 5 ton beras = 5.000 kg
Saprotan = Rp 200.000 atau = 200 kg
Netto = 4.800 kg
Besar zakatnya: 10% x 4.800 kg = 480 kg
d) Emas dan Perak atau Harta Simpanan
Nisab emas dan perak adalah 20 dinar (85 gram emas murni) dan
perak adalah 200 dirham (setara 595 gram perak). Artinya, apabila
seseorang telah memiliki emas atau perak sebesar 20 dinar atau 200
dirham dan sudah memilikinya selama setahun, maka ia terkena
kewajiban zakat sebesar 2,5%.
Demikian juga jenis harta yang merupakan harta simpanan dan
dapat dikategorikan dalam emas dan perak, seperti uang tunai, tabungan,
cek, saham, surat berharga ataupun bentuk lainnya. Nisab dan zakatnya
sama dengan ketentuan emas dan perak. Artinya, jika seseorang memiliki
bermacam-macam bentuk harta dan jumlah akumulasinya lebih besar
atau sama dengan nisab (85 gram emas), ia telah tekena kewajiban zakat
sebesar 2,5%.
Contoh:
Seseorang memiliki harta kekayaan setelah satu tahun sebagai berikut:
1. Tabungan, deposito, obligasi Rp 100.000.000,-
2. Uang tunai (di luar kebutuhan pokok) Rp 5.000.000,-
75
3. Perhiasan emas (berbagai bentuk) 150 gram
4. Utang jatuh tempo Rp 5.000.000,-
Perhiasan emas yang digunakan sehari-hari atau
sewaktu-waktu tidak wajib dizakati, kecuali melebihi jumlah maksimal
perhiasan yang layak zakat. Jika seseorang layak memakai perhiasan
maksimal 50 gram, maka yang wajib di zakati hanyalah perhiasan yang
melampaui 50 gram, yaitu 100 gram.
Dengan demikian, jatuh tempo harta yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah sebagai berikut:
1. Tabungan, deposito, obligasi, Rp 100.000.000,-
2. Uang tunai Rp 5.000.000,-
3. Emas (150 – 50 = 100 gram)
@Rp 350.000 x 100 gram Rp 35.000.000,-
Jumlah Rp 140.000.000,-
4. Utang jatuh tempo Rp (5.000.000)
Saldo Rp 135.000.000,-
Besar zakat yang harus dikeluarkan:
2,5 % x Rp 135.000.000,- = Rp 3.375.00080
Berdasarkan Keputusan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 73 Tahun
2017 Tentang Nilai Nisab Zakat Pendapatan Tahun 2017 Di Seluruh Indonesia,
menetapkan:
a. Menetapkan nilai zakat pendapatan tahunan pada tahun 2017 di seluruh
Indonesia dengan nisab 85 gram emas rata-rata setara Rp 49.895.000,-
b. Menetapkan nilai zakat pendapatan perbulan berdasarkan nilai harga
emas ratarata sebesar Rp 4.160.000,-
c. Zakat pendapatan dibayarkan pada saat setelah menerima pendapatan
d. Kadar zakat pendapatan senilai 2,5% dari pendapatan bersih setelah
dikurangi hutang lancar.
80 Ibid, hlm. 22-33
76
Harta yang wajib dizakati apabila mencapai nishab dan mencapai satu
tahun (haul). Cara perhitungan zakat profesi menurut ulama ada dua model
yaitu pertama analogi kepada emas/perak dan kedua kepada pertanian.81
a. Cara menghitung zakat profesi analogi/qias zakat emas dan
perak. Contoh:
Seseorang memiliki simpanan harta sebagai berikut:
Tabungan : Rp 50.000.000,00
Uang tunai (di luar kebutuhan pokok) : Rp 20.000.000,00
Perhiasan emas (berbagai bentuk) : 100 gram
Dengan demikian jumlah harta orang tersebut adalah:
1. Tabungan :Rp 50.000.000,00
2. Uang tunai : Rp 20.000.000,00
3. Perhiasan (100-60) tidak terpakai gram
Misal @ 1 gram Rp 578.000,00 = Rp 23.120.000,00
Jumlah Rp 93.120.000,00 Besar zakat = 2,5% x Rp
93.120.00040,00 = Rp 2.328.000
b. Zakat profesi dianalogikan zakat pertanian Contoh:
Pak Ali mempunyai gaji bulanan sebesar 5 juta,
tunjangan dan bonus 2 juta, pendapatan lain-lain 1 juta, maka
perhitungan zakatnya adalah:
1. Gaji bulanan Rp. 5.000.000,00
2. Tunjangan dan Bonus Rp. 2.000.000,00
3. Pendapatan lain-lain Rp. 1.000.000,00
Total penghasilan yang wajib dizakatkan Rp. 8.000.000,00
Nishab zakat 524 kg [email protected] per kg Rp. 5.240.000,00
Karena harta melebihi nishab maka (wajib zakat) Zakat
(2,5%x Rp.8.000.000,00)-Dibayarkan perbulan Rp. 200.000,00
Catatan: bonus tahunan, THR dan penghasilan tidak
rutin lainnya dihitung saat diterima, sebagai penambahan
penghasilan bulan ynag bersangkutan. Maka jika pak Ali
membayarkan zakatnya di BAZNAS Kota semarang akan
memperoleh BSZ (Bukti Setor Zakat) yang dapat digunakan
sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada pajak
penghasilan. Sebagaimana pasal 23 ayat 1 UU No.23 Tahun
2011 bahwa BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti
setoran zakat kepada setiap muzakki.
81
Modul Penyuluhan Zakat, Kementerian Agama Republik Indonesia, 2013
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Zakat sebagai Pengurang Nilai Pajak di BAZNAS Kota
Jambi
Implementasi berarti pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini
bermaksud mencari bentuk, hal yang disepakati dulu.82
Implementasi adalah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang
efektif. 83
Untuk mewujudkan implementasi tersebut semua pihak yang terlibat
saling bekerja sama dalam implementasi kebijakan tersebut, agar visi dan misi
yang telah ditetapkan dapat terencana.
Zakat sebagai pengurang nilai pajak awalnya disebutkan dalam UU nomor
38 tahun 1999 tentang pengelolaan pajak pasal 14 ayat 3 yang menyatakan:”Zakat
yang telah dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat
dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.84
Selanjutnya UU nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas
undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang menyebutkan
mengenai zakat sebagai pengurang nilai pajak disebutkan dalam pasal 4 ayat 3
82 Departemen Pendidikan Nasional Edisi Keempat, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm 529 83
Anthonius Welly, Implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa Studi
Kasus Pelaksanaan Tuga Kepala Desa di Desa Gemar Baru Muara Ancalong Kabupaten Kutai
Timur, jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4, Nomor 4, 2016: 829-842, hlm 831 84 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 14 ayat (3)
78
huruf a nomor 1) menyatakan “ Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah:
a. 1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak” dan pasal 9 ayat 1 huruf g menyatakan “harta yang
dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata
dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah”.
BAZNAS Kota Jambi mulai menerapkan zakat sebagai pengurang nilai
pajak pada tahun 2012. Dalam proses pengenalan zakat sebagai pengurang nilai
pajak, BAZNAS Kota Jambi melakukan upaya seperti sosialisasi kekantor-kantor
yang berada di Kota Jambi, adapun kantor yang menjadi target sosialisasi sebagai
berikut;85
1. Kantor CAMAT yang berada di Kota Jambi,
2. Kantor Dinas Pemerintahan Kota Jambi,
3. Kemenag Kota Jambi,
4. BUMD (PDAM Tirta Mayang),
5. BUMS (Kopi AAA, dan Meranti), dan lain-sebagainya.
Dalam sosialisasi tersebut Baznas menjelaskan Urgensi Zakat juga
tentang bukti tanda terima setoran langsung zakat yang dikeluarkan BAZNAS
85
Wawancara dengan Ahmad Ziyadi, S.Sy. sebagai Sekretaris BAZNAS Kota Jambi, 26
September 2019
79
Kota Jambi, dibawa ke kantor pajak, maka itu dapat mengurangi nilai pajak.
Bapak Drs. H. Husein Fakhlevie Syam menjelaskan mengenai penerapan zakat
sebagai pengurang nilai pajak di Kota Jambi:
“BAZNAS telah melakukan tugasnya dalam terimplementasinya UU
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 22 dan 23, yang
menyatakan bahwasannya zakat bisa mengurang nilai pajak. Adapun
BAZNAS di Kota Jambi ini dengan melakukan sosialiasi dan
pemeberitahuan secara langsung kepada muzakki bahwasannya jika
membawa bukti setoran langsung zakat ke kantor pajak, maka itu dapat
diproses sehingga mengurang nilai pajak itu sendiri”.86
Pemberitahuan secara langsung kepada muzakki merupakan penerapan
yang dilakukan BAZNAS Kota Jambi dalam menerapkan zakat sebagai
pengurang nilai pajak. Setiap muzakki yang membayarkan zakatnya pada
BAZNAS Kota Jambi akan mendapatkan tanda terima setoran langsung zakat.
Sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat pasal 23 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa “ (1) BAZNAS atau LAZ
wajib memberikan bukti setor zakat kepada setiap muzakki, (2) bukti setor zakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 digunakan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak”.87
Jadi, Pengurus BAZNAS Kota Jambi selanjutnya memberikan
informasi kepada muzakki bahwa zakat yang telah dibayarkan dapat mengurangi
penghasilan kena pajak dengan menunjukkan Bukti Setor Zakat. Adapun contoh
bukti setor zakat di BAZNAS Kota Jambi, sebagai berikut:
86 Wawancara dengan Bapak Drs. H. Husein Fakhlevie Syam. Sebagai Wakil Ketua IV
Bidang Kesekretariatan, ADM dan SDM BAZNAS Kota Jambi, 26 September 2019 87
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 23 ayat (1)
dan (2)
80
Gambar 4.1
Contoh Bukti Setor Zakat yang dikeluarkan BAZNAS Kota Jambi
Setelah membayar zakat dan mendapatkan bukti setor zakat, maka saat
muzakki akan membayar pajak, tinggal menunjukkan bukti tersebut lalu akan
diproses oleh pegawai pajak yang bertugas , dan muzakki akan mendapat
pengurangan pajak. Sesuai dengan regulasi yang berlaku dan yang telah
dijelaskan di atas bahwasannya objek yang tidak termasuk kedalam objek pajak
adalah salah satunya yaitu zakat atau sumbangan wajib yang telah disahkan oleh
pemerintah. Dan sesuai dengan keterangan pada formulir SPT pada penghasilan
81
netto angka 6 yaitu zakat atau sumbangan yang bersifat wajib. Seperti yang tertera
pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.2
Contoh Formulir SPT yang ada di Kantor Pajak Kota Jambi
Regulasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak telah membuat
muzakki yang bukan wajib pajak akan membayar zakat. regulasi ini dapat
mengurangi beban ganda muzakki yang telah membayar zakat dan harus
membayar pajak. Meskipun tidak mengurangi pajak secara langsung, namun
muzakki dapat merasakan manfaatnya. Pengurangan yang lebih signifikan dapat
dirasakan oleh wajib pajak.
BAZNAS Kota Jambi tidak memiliki bukti atau daftar muzakki yang dapat
pengurangan nilai pajak dengan zakat yang telah dibayarkan oleh muzakki, karena
82
BAZNAS Kota Jambi hanya dapat memfasilitasi muzakki dengan menerbitkan
tanda terima setoran langsung zakat. Penjelasan ini didukung oleh Bapak Ahmad
Ziyadi, selaku Sekretaris BAZNAS Kota Jambi:
“BAZNAS Kota Jambi sendiri tidak memiliki daftar muzakki yang dapat
pengurangang nilai pajak, karena dari muzakkinya sendiri tidak ada yang
melaporkan kembali ke BAZNAS bahwasannya mereka dapat
pengurangan nilai pajak. Namun BAZNAS sendiri tetap melaporkan
kepada muzakki bahwa tanda terima setoran langsung zakat dapat
dipakai sebagai bukti untuk mengurangi nilai pajak jika dibawa saat
membayar pajak”.88
Implementasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, selain
dapat meringankan beban zakat muzakki, regulasi ini diharapkan mempunyai
dampak terhadap peningkatan penerimaan zakat dan pajak yang ada di BAZNAS
Kota Jambi. Sejauh ini penerimaan zakat di BAZNAS Kota Jambi telah
meningkat dari tahun ke tahun. Namun muzakkinya terbatas pada ASN kota
Jambi sedangkan badan usaha maupun karyawan badan usaha yang ada di Kota
Jambi masih kurang peduli terhadap pembayaran zakat kepada BAZNAS. Hal ini
juga merupakan tantangan dan tanggung jawab BAZNAS Kota Jambi untuk lebih
mengintensifkan sosialisasi zakat kepada masyarakat, serta menyadarkan para
muzakki agar menunaikan zakat melalui lembaga BAZNAS. Hal ini didukung
oleh pernyataan Bapak Syamsir Nain, selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi:
“Banyak toko-toko kecil yang ada di Kota Jambi ini jika di hitung lebih
dari ratusan, namun sejauh ini belum ada satupun yang membayar zakat
ke BAZNAS. Padahal pihak BAZNAS telah mendatangi mereka
termasuk ke perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Jambi.Namun
umpan balik dari upaya ini belum mendatangkan hasil ,tetap tidak ada
yang membayar zakat ke BAZNAS. Penyebab ini salah satunya karena
88
Wawancara dengan Ahmad Ziyadi, S.Sy. sebagai Sekretaris BAZNAS Kota Jambi, 26
September 2019
83
peraturan yang ada kurang tegas , dan pemerintah belum intensif
menyampaikan himbauan mengenai zakat ini”.89
Dalam penerimaan dana zakat Kota Jambi lima tahun terakhir terjadi
peningkatan, pada tahun 2014 BAZNAS Kota Jambi telah menerima Rp.
898.314.678,15, tahun 2015 menerima Rp. 1.039.771.309,29, tahun 2016
menerima Rp. 1.522.421.593,71, tahun 2017 menerima Rp. 2.520.123.122,57, dan
pada tahun 2018 BAZNAS Kota Jambi berhasil mengumpulkan dana zakat
sebesar Rp. 3.179.228.109,97.90
Gambar 4.3
Grafik Pengumpulan Dana Zakat BAZNAS Kota Jambi
89 Wawancara dengan Bapak Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi, 4
September 2019 90
Wawancara dengan Bapak Drs.H. Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi,
4 September 2019
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
2014 2015 2016 2017 2018
Pengumpulan Dana Zakat BAZNAS Kota Jambi Lima Tahun Terakhir (dalam Rp 1.000.000'- )
Pengumpulan Dana Zakat BAZNAS Kota Jambi Lima Tahun Terakhir (dalam Rp 1.000.000'- )
84
Peningkatan penerimaan dana zakat di Kota Jambi terjadi karena adanya
surat instruksi secara langsung dari Walikota Jambi yang menyatakan bahwa
wajib membayar zakat ke BAZNAS untuk para Aparatur Sipil Negara (ASN).
Namun dalam hal ini tidak ada himbauan secara langsung untuk para pemilik
NPWP yang beragama Islam untuk membayar zakat ke BAZNAS, sehingga
pembayaran zakat untuk muzakki biasa (diluar ASN) masih tergolong rendah.91
Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak Drs.H.Syamsir Nain, yaitu:
“Dalam kenyataannya para pengusaha di Kota Jambi belum
membayarkan zakat ke pihak BAZNAS Kota Jambi, sehingga
pemasukan BAZNAS dari zakat masih rendah. Jika para pengusaha yang
ada di Kota Jambi membayar zakat melalui BAZNAS ,maka penerimaan
zakat di BAZNAS Kota Jambi ini akan lebih banyak dari yang ada
sekarang.Kebanyakan pemilik perusahaan bukan orang muslim namun
karyawannya banyak yang muslim. BAZNAS Kota Jambi telah
melakukan sosialisasi namun realisasinya belum ada. Di Kota Jambi ini
banyak toko-toko besar jika diperhitungkan keuntungan untuk masing-
masing toko dalam waktu setahun, lebih dari 40,5 juta. Dan itu sudah
bisa dikatakan sampai nisabnya untuk membayar zakat namun tidak ada
yang membayar zakat ke BAZNAS.”92
Penjelasan dapat disimpulkan bahwa muzakki yang membayar zakat di
Kota Jambi sebagian besar adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) dan untuk para
muzakki dari wirausaha dan masyarakat belum ada.
B. Faktor yang menyebabkan belum terimplementasinya zakat sebagai
pengurang nilai pajak di Baznas Kota Jambi
BAZNAS Kota Jambi telah menerapkan zakat sebagai pengurang nilai
pajak mulai tahun 2012.Kendala yang dihadapi oleh BAZNAS adalah sampai
tahun 2019 para muzakki diluar para ASN belum membayar zakat di BAZNAS
91 Wawancara dengan Bapak Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi, 4
September 2019 92
Wawancara dengan Bapak Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi, 4
September 2019
85
Kota Jambi. Hal ini tentu menjadi himbauan untuk pihak BAZNAS dan
Pemerintah Kota Jambi. Implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak di
Kota Jambi cukup sulit untuk diterapkan karena kurangnya antusiasme dari
masyarakat untuk membayar zakat di BAZNAS. Dalam hal ini, adapun faktor-
faktor yang menghambat implementasi tersebut, yaitu :
1. Rendahnya minat masyarakat umum membayar zakat di BAZNAS
Kota Jambi
Masyarakat Jambi sebagian besar beragama Islam,dan sebagiannya
berprofesi sebagai pedagang, pengusaha, ahli dan wiraswasta lainnya.
Bila mereka merupakan muzakki dan menyerahkan zakatnya ke
BAZNAS kota Jambi, maka angka penerimaan dana zakat di
BAZNAS Kota Jambi cukup besar.Namun kenyataannya tidaklah
demikan.Penerimaan zakat di BAZNAS kota Jambi masih tergolong
kecil.Disamping BAZNAS itu, di Kota Jambi ada beberapa Lembaga
Amil Zakat (LAZ) diantaranya; Optimalisasi Sedekah Zakat dan Infaq
(OPSEZI), Daarut Tauhid Peduli (DT Peduli), Lembaga Amil Zakat
Infaq dan Sedekah Muhammadiyah (LAZISMU), Lembaga Amil
Zakat Infaq dan Shodaqoh Nahdlatul Ulama (LAZISNU), dan lain-
lain. Banyaknya LAZ yang ada di Kota Jambi membuat masyarakat
Jambi dapat memilih kemana ia akan menyalurkan zakatnya . Hal ini
didukung dengan beberapa pernyataan Muzakki
“Saya tau Baznas Alasan saya tidak berzakat disana dan lebih
memilih berzakat ditempat lain karena saya dan teman teman
86
saya tergolong orang yang sibuk dalam pekerjaan dan jarang
memiliki waktu luang, oleh karenanya kami suka berzakat
disalah satu Lembaga Amil Zakat yaitu LAZISMU
dikarenakan Petugasnya dapat mengambil zakat kerumah
ataupun ketempat kerja. Disatu sisi LAZISMU juga eksis
dalam setiap kegiatannya di media sosial sehingga kami para
muzakki merasakan kepuasan tersendiri melihat Kinerja
Nyata LAZISMU dalam Penyalurannya”.93
Berdasarkan hasil wawancara diatas muzakki menyampaikan
bahwa Lembaga Amil Zakat yang ia pilih bersedia Bergerak aktif
dalam Usaha pengumpulan Zakat, bersedia menghampiri
muzakkinya . Cara seperti ini dapat menjadi acuan agar dapat ditiru
oleh Baznas Kota Jambi
Adapun Pernyataan lain dari beberapa Muzakki :
“Ya Saya tau Badan Amil Zakat Nasional Kota Jambi Saya
memilih berzakat di OPSEZI, alasannya karena PNS sudah
banyak yang bayar Zakat BAZNAS dan pendapatan Baznas
kan sudah besar. Maknaya saya memlihih zakat di Opsezi
Menurut saya setiap lembaga itukan sudah ada porsinya
masing-masing, yang Zakat di Baznas kan itu cakupannya
negara Mainannya dibantuan bantuan besar yang pernah saya
93Wawancara dengan Bapak Ahmed Zakkie selaku Muzakki di salah satu lembaga amil
zakat LAZIZMU, 30 Oktober 2019
87
dengar seperti bedah rumah dan beasiswa. Nah kalau
Lembaga Lembaga Amil Zakat lain ada yang targetnya
sampai kepelosok, coba kalau semua bayar Zakat ke Baznas
mungkin yang dipelosok pelosok yang benar benar
membutuhkan tidak merasakan langsung manfaat Zakat”.94
Dalam hasil wawancara ini Muzakki menyatakan bahwa Lembaga
Amil Zakat lain ada target untuk penyaluran zakat ke pelosok . Ini
satu masukkan bagi Baznas perlu meniru hal tersebut agar
Masyarakat dipelosok dapat merasakan Manfaat zakat secara
langsung. Selanjutnya menurut salah satu muzakki yang tidak
memilih berzakat dibaznas :
“Ya tau Baznas itu Badan Amil Zakat Nasional yang bagus
karena bisa berkoordinasi langsung dengan pemerintah dalam
menjalankan tupoksinya. Tidak berzakat disana alasannya
karena menurut saya terkait dilapangan saya kurang Familiar
terhadap kerjanya karena lebih sering mendengar lembaga
yang lain yang lebih sering muncul dari pada Baznas”.95
Dalam hasil wawancara diatas Muzakki menyatakan bahwa
Baznas Kurang Update atau kurang Show dalam Masyarakat.
Baznas dapat melakukan berbagai cara untuk melakukan
94 Wawancara dengan Bapak Ahmad Febriansyah, S.ST.Pi selaku Muzakki di salah satu
lembaga amil zakat OPSEZI, 30 Oktober 2019
95
Wawancara dengan Bapak Reza Pahlawam, S.E selaku Muzakki di salah satu lembaga
amil zakat OPSEZI, 02 November 2019
88
promosi terhadap lembaganya. Bisa dengan cara Update di
Social media seperti Facebook, Twitter atau Instagram
sehingga Masyarakat lebih Familiar dengan Baznas.
Secara tidak langsung terjadi persaingan antar lembaga zakat
yang ada dalam mendapatkan para muzakki.Muzakki akan memilih
lembaga mana yang menurut penilaian mereka lebih baik dalam
pelayanannya, atau mereka akan menyerahkan zakatnya kepada
lembaga yang sudah mereka percayai (trust). Sebuah lembaga zakat
yang ingin mendapatkan trust masyarakat mestilah melakukan inovasi
agar konsumen atau nasabah memilih lembaga tersebut . Lembaga
BAZNAS perlu juga melakukan inovasi .Hal ini bertujuan agar dapat
menarik perhatian masyarakat luas .
2. Tidak adanya koordinasi antara pihak BAZNAS dan pihak Pajak Kota
Jambi dalam implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak.
Koordinasi antara pihak terkait dalam implementasi sangat diperlukan
untuk mencapai sebuah tujuan dari regulasi itu sendiri. Antara
BAZNAS dan Pajak pemerintahan Kota Jambi, belum bersinergi
dalam impelementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak. Dalam hal
ini baik pihak BAZNAS maupun Pajak berjalan sendiri-sendiri, tanpa
ada koordinasi. Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak Syamsir
Nain
89
“Kami sudah mengeluarkan bukti Pembayaran Tanda Terima
Setoran Langsung Zakat Sebagai tugas kami, untuk proses
selanjutnya dilakukan oleh Kantor pajak.
Setelah itu kami tidak ada menerima laporan kembali dari
muzakki apakah mereka sudah mendapatkan pengurangan
pajak atau belum”.96
Dari pernyataan tersebut bahwa ketua BAZNAS Kota Jambi
BAZNAS telah menjalankan tugasnya, begitupun kantor pajak. Hal ini
juga didukung dengan tidak adanya konfirmasi lebih lanjut dari
muzakki kepada BAZNAS .
3. Kurangnya himbauan dari Pemerintah
Regulasi mengenai zakat sebagai pengurang nilai pajak memang ada
tertera dalam undang-undang baik undang-undang tentang pengelolaan
zakat dan undang-undang tentang pajak penghasilan, namun di dalam
undang-undang tersebut hanya sebuah pernyataan. Dalam hal ini tidak
mewajibkan bagi masyarakat untuk membayar zakat di BAZNAS, dan
tidak ada himbauan lebih lanjut dari Pemerintah Pusat atau Daerah
mengenai zakat sebagai pengurang nilai pajak. Hal ini didukung
dengan pernyataan bapak Drs.H. Syamsyir Nain
“Semula Penerimaan BAZNAS Kota Jambi masih rendah
dikarenakan minat masyarakat yang rendah, namun setelah
96
Wawancara dengan Bapak Drs.H. Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi,
26 September 2019
90
Walikota Jambi mengeluarkan surat Instruksi Kepada seluruh
ASN maka jumlah Penerimaan Zakat pada Baznas Kota
Jambi Meningkat setiap Tahunnya.97
Himbauan lebih lanjut dan perhatian khusus yang diberikan
oleh Pemerintah kepada Masyarakat terkait regulasi tersebut sangat
diperlukan, hal ini bertujuan untuk memperkuat Regulasi yang telah
dikeluarkan Implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak. Agar
Regulasi tersebut dapat terimplementasi dengan baik berdasarkan
faktor dan hasil wawancara tersebut.
4. Kurangnya kinerja BAZNAS dalam implementasi zakat sebagai
pengurang nilai pajak
Yang menjadi pemeran utama dalam mengimplementasikan zakat
sebagai pengurang nilai pajak adalah BAZNAS, namun pihak
BAZNAS kurang gigih dalam mensosialisasikan kebijakan ini kepada
muzakki di luar ASN. Program sosialisasi rutin serta pendekatan-
pendekatan diperlukan untuk menarik para muzakki serta percaya
terhadap BAZNAS. Kebanyakan masyarakat yang tidak mengetahui
bahwa zakat dapat mengurangi nilai pajak, seperti wawancara dengan
beberapa muzakki yang merupakan wajib pajak adalah sebagai berikut:
a. Bapak Ahmed Zakkie, S.P
97 Wawancara dengan Bapak Drs.H. Syamsir Nain, Selaku Ketua BAZNAS Kota Jambi,
10 Desember 2018
91
“Belum , saya belum mengetahui bahwa Zakat dapat
mengurangi nilai pajak. Memang selama ini lihat di SPT
setiap kali mau bayar pajak, tapi saya tidak tau dan tidak
faham.”98
b. Bapak Ahmad Febriansyah, S.ST.Pi
“Belum, Tidak tau tentang zakat sebagai pengurang nilai
pajak dan Tidak mengerti”99
c. Bapak Reza Pahlawan, S.E
“Belum mengetahui zakat sebagai pengurang nilai pajak”100
d. Ibu Sri Wahyuni
“Tidak tahu tentang Zakat sebagai pengurang nilai
pajak”101
Dengan Hasil wawancara yang bersumber dari beberapa
informan berbeda dari kalangan berbeda dapat dilihat banyak
masyarakat yang belum mengetahui bahwa zakat sebagai
pengurang nilai pajak ,dapat membutikan bahwa kinerja BAZNAS
masih rendah dalam upaya merealisasikan Zakat sebagai
pengurang nilai pajak . BAZNAS dinilai kurang aktif dan terkesan
98
Wawancara dengan bapak Ahmed Zakkie, S.P Selaku Muzakki sekaligus wajib pajak,
30 Oktober 2019 99 Wawancara dengan bapak Ahmad Febriansyah S.ST.Pi Selaku Muzakki sekaligus
wajib pajak, 30 Oktober 2019 100 Wawancara dengan bapak Reza Pahlawan S.E Selaku Muzakki sekaligus wajib pajak,
02 November 2019 101 Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni S.Pd Selaku Muzakki sekaligus wajib pajak, 01
November 2019
92
menunggu bola , kurang melakukan pengenalan secara langsung
seperti sosialisasi, melalui media sosial ataupun pamflet dan baliho
juga belum dilakukan oleh BAZNAS.
C. Upaya yang dilakukan Baznas dan Pajak untuk menerapkan Zakat
sebagai Pengurang pajak di Kota Jambi
Implementasi atau penerapan dari kebijakan sangat perlu karena
untuk mewujudkan tujuan dari kebijakan itu sendiri, namun implementasi
dapat berjalan apabila pihak-pihak yang terlibat bekerjasama dengan baik
dalam menjalankan tugasnya, baik lembaga, organisasi, anggota, maupun
masyarakat didalamnya. Implementasi dilaksanakan untuk mencapai
tujuan bersama.
Zakat sebagai pengurang nilai pajak melibatkan beberapa pihak
yaitu masyarakat, Kantor Pajak , dan Baznas. sebagaimana hal ini dapat
dilakukan oleh Baznas di Kota lain dan kantor pajaknya yang saling
mendukung dan bekerjasama salah satunya pada penelitian siti nurul
azizah dalam penelitiannya yang berjudul “analisis praktik zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak (studi kasus baznas kota semarang)”.
Dalam penerapan zakat sebagai pengurang nilai pajak, pihak pihak yang
terlibat haruslah bekerjasama dengan baik . Sejauh ini Kantor Pajak dan
Baznas sama sama telah berusaha namun melihat dari berlum
terimplementasikannya Zakat sebagai pengurang nilai pajak di Kota jambi,
secara tidak langsung membuktikan bahwa kurang maksimalnya usaha
93
yang dilakukan kedua lembaga tersebut. Adapun upaya yang telah
dilakukan oleh Baznas Kota Jambi adalah
1. Mengeluarkan Bukti Setor Zakat
2. Melakukan sosialisasi pada lembaga lembaga pemerintahan
yang ada di Kota Jambi.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan
bahwa Baznas sebagai tonggak utama agar regulasi ini dapat diterapkan
dengan baik. Namun usaha yang dilakukan oleh Baznas masih dapat
dikatakan minim sekali . Disamping itu Upaya yang telah dilakukan oleh
Kantor Pajak sejauh ini hanyalah dengan :
1. Mengeluarkan SPT 1770 yang mana pada kolom penghasilan
netto bahwa Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib ada pada point 6.
Seharusnya kedua lembaga yang terkait dapat bersinergi dan
bekerjasama agar Zakat sebagai Pengurang nilai Pajak dapat diterapkan di
Kota Jambi, Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh kedua lembaga
tersebut adalah dengan :
1. Bekerjasama dan saling berkoordinasi untuk melakukan
Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat .
Pendekatan kepada masyarakat adalah hal utama agar
masyarakat tidak lagi merasa awam dan asing dengan regulasi
Zakat sebagai Pengurang nilai Pajak. Sosialisasi dapat
dilakukan dengan cara :
94
a. Langsung kepada masyarakat yang tentunya wajib pajak
dan juga Muzakki seperti mengadakan Seminar,Talkshow
dan kegiatan yang bebentuk edukasi lainnya .
b. Melalui media social seperti Instagram, Facebook, Twitter
dan berbagai media social lainnya
c. Melalui media cetak seperti Koran, Pamflet, Spanduk dan
Baliho yang tentunya dengan design semenarik agar dapat
menarik mungkin dan mudah dimengerti oleh wajib pajak
yang merupakan muzakki tentunya .
2. Bekerjasama dan saling berkoordinasi antara Kantor Pajak dan
Baznas Kota Jambi tentang jumlah Muzakki yang telah
mendapatkan pengurangan pajak.
Terlihat pada empat faktor yang peneliti temukan bahwa kedua
lembaga yaitu Baznas Kota Jambi dan Kantor Pajak belum
berkoordinasi dengan baik dan berjalan sendiri-sendiri. Dalam
penerapan Zakat sebagai pengurang nilai pajak sangat penting
kiranya agar kedua lembaga saling berkoordinasi salah satu
contohnya :
kedepan kedua lembaga dapat menggunakan sebuah aplikasi
yang menghubungkan 2 sistem. Sehingga ketika Wajib Pajak
mendapatkan Pengurangan pajak dapat terlihat secara Otomatis
oleh sistem yang terhubung langsung dengan Baznas sehingga
Baznas mengetahui berapa jumlah muzakki yang telah
95
mendapatkan pengurangan nilai pajak. Disisi lain Pihak pajak
juga dapat melihat berapa banyak Muzakki yang telah
membayar Zakat.
3. Mempermudah sistem dan layanan diantara kedua lembaga .
sehingga dalam prosesnya wajib pajak dan muzakki tidak
kebingungan untuk menghitung dan membayar zakat maupun
pajak .
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Implementasi Zakat sebagai pengurang nilai pajak pada BAZNAS Kota
Jambi dapat dikatakan belum terimplementasi dengan baik di Kota Jambi, namun
dalam perannya BAZNAS Kota Jambi telah berupaya mengimplementasikannya.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya upaya yang dilakukan BAZNAS Kota Jambi
Baik dengan Melakukan Sosialisasi maupun pemberitahukan secara langsung
kepada Muzakki yang membayar Zakat Pada BAZNAS Kota Jambi . Selain itu
BAZNAS Kota Jambi juga telah melakukan langkah pertama dalam upaya
pengimplementasian zakat sebagai pengurang nilai pajak ini dengan menerbitkan
bukti setoran langsung zakat, yang dalam proses pengimplementasian tersebut
harusnya tidak berhenti sampai disitu. Melainkan dibawa kekantor pajak untuk
proses lebih lanjut agar muzakki yang sekaligus wajib pajak merealisasikan zakat
sebagai pengurang nilai pajak.
Adapun faktor-faktor yang dinilai menjadi penghambat sehingga belum
terimplementasinya zakat sebagai pengurang nilai pajak ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan peneliti disebabkan oleh kurangnnya minat masyarakat dalam
berzakat di BAZNAS Kota Jambi, Tidak adanya koordinasi antara pihak
BAZNAS dan pihak Pajak Kota Jambi dalam implementasi zakat sebagai
pengurang nilai pajak, Kurangnya himbauan dari Pemerintah, Kurangnya kinerja
BAZNAS dalam implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak.
97
B. Saran
BAZNAS Kota Jambi telah melakukan beberapa upaya agar dapat
terwujudnya Impelementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak , namun hal ini
dirasa belum maksimal. Saran yang dapat peneliti berikan, hendaknya BAZNAS
Kota Jambi lebih maksimal dalam upaya yang dilakukan. Dimulai dari sosialisai
yang dilakukan BAZNAS Kota Jambi harus lebih gencar, melakukan pendekatan
kepada masyarakat agar BAZNAS Kota Jambi Lebih dikenal dan dekat dengan
masyarakat seperti hadir di Jambi Car free day setiap akhir pekan. Sehingga tidak
hanya ASN , Masyarakat dapat lebih mengenal BAZNAS Kota Jambi dan minat
masyarakat untuk berzakat di BAZNAS Kota Jambi dapat meningkat.
Jika dilihat didalam SPT Ada poin Zakat yang dapat mengurangi nilai
pajak yang akan dibayarkan oleh Muzakki sekaligus wajib pajak, hal ini
membuktikan bahwa BAZNAS Pusat dan Kantor Pajak Pusat telah melakukan
kerja sama. Maka dari itu BAZNAS Kota Jambi hendaknya mulai melakukan
kerjasama dengan Kantor Pajak Kota Jambi agar zakat sebagai pengurang nilai
pajak ini dapat terimplementasi dengan baik di Kota Jambi .
Penerimaan zakat pada BAZNAS Kota Jambi sebelumnya tidak sebanyak
sekarang namun setelah adanya surat instruksi yanng dikeluarkan oleh Walikota
Jambi Penerimaan zakat diBAZNAS Kota Jambi meningkat, saran yang dapat
penulis berikan kepada pemerintah agar dapat melakukan himbauan kepada
masyarakat agar masyarakat .
98
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Abdul aziz dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve)
Departemen Pendidikan Nasional Edisi Keempat, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013),
Drs. Amin widjaja Tunggal , AK. MBA, Pelaksanaan pajak penghasilan
perseorangan, (Rineka cipta: Jakarta ) 1992
Dr. H.B Siswanto, M.Si , Pengantar manajemen (PT. Bumi Aksara: Jakarta) Hal,
24
DR. Rochmat soemitro, S.H, pajak penghasilan (PT. Eresco : Bandung)
Dr. Husen Umar, S.E., MBA.,M.M 2014, Metode penelitian untuk skripsi dan
tesis bisnis, (Jakarta : PT. RajaGrafindo persada)
Drs. S Munawir , pojok – pojok perpajakan (Liberty : Yogyakarta)
H sulaiman rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : PT. Sinar baru Algensido, 1998)
Sabiq sayyid , Fiqh Sunnah, (Bandung : PT. Alma‟rif, 1985)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2018)
Sobirin dan Udin, kebijakan Publik, (Makasar: CV Sah Media, 2017)
99
B. Jurnal dan Penelitian
Moh. Abdur rohman wahid, integrasi pajak dan zakat di indonesia perspektif
hukum islam dan hukum positif, jurnal Ekonomi Islam ( Islamic Economics
Journal ) Vol.4, No.1 Januari - Juni 2016 ISSN 2354 – 905X.,Hal.31
Anthonius Welly, Implementasi Undang-Undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa
Studi Kasus Pelaksanaan Tuga Kepala Desa di Desa Gemar Baru Muara
Ancalong Kabupaten Kutai Timur, jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 4,
Nomor 4, 2016: 829-842, hal 831
Bintang Mikail subuh, manajemen zakat di badan amil zakat nasional (BAZNAS)
kota tanggerang selatan ,(UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta) , Hal.22
Naimah, Konsep hukum zakat sebagai instrumen dalam meningkatkan
perekonomian ummat , Jurnal Penelitian, Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi
Islam IAIN Antasari, Jl. Jendral Ahmad Yani Km 4,5 Banjarmasin
Moh. Abdur rohman wahid, integrasi pajak dan zakat di indonesia perspektif
hukum islam dan hukum positif, jurnal Ekonomi Islam ( Islamic Economics
Journal ) Vol.4, No.1 Januari - Juni 2016 ISSN 2354 – 905X.,Hal.31
100
LAMPIRAN WAWANCARA
Informan : Drs.H. Syamsyir Nain
Jabatan : Ketua BAZNAS Kota Jambi
Instansi : BAZNAS Kota Jambi
Tanggal : beberapa kali wawancara dari mulai pra riset , terakhir 04
September 2019
1. Bagaimana minat masyarakat Kota Jambi dalam berzakat?
“Minat masyarakat jambi dalam berzakat dinilai masih tergolong rendah
banyak toko-toko kecil yang ada di Kota Jambi ini jika di hitung lebih dari
ratusan, namun sejauh ini belum ada satupun yang membayar zakat ke
BAZNAS. Padahal pihak BAZNAS telah mendatangi mereka termasuk ke
perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Jambi.Namun umpan balik dari
upaya ini belum mendatangkan hasil ,tetap tidak ada yang membayar zakat
ke BAZNAS. Penyebab ini salah satunya karena peraturan yang ada
kurang tegas , dan pemerintah belum intensif menyampaikan himbauan
mengenai zakat ini”
2. Apakah undang undang tentang zakat sebagai penguranng nilai pajak telah
berlaku?
“Undang undang tentang zakat sebagai pengurang nilai pajak telah berlaku
sejak undang undang tersebut disahkan. Namun pada Kota Jambi belum”
3. Apakah zakat sebagai pengurang nilai pajak telah terimplementasi dikota
jambi ?
“untuk saat ini belum, padahal baznas telah mengeluarkan bukti setor
zakat yang selanjutnya dapat dibawa dan diproses agar dapat mengurangi
pajak”
4. Apakah baznas telah melaksanakan tugasnya agar zakat sebagai pengurang
nilai pajak dapat terimplementasi?
“Sudah, kami Baznas sudah melakukan sosialisasi kebeberapa kantor ,
BUMND dan Swasta. Kami juga sudah mengeluarkan bukti setor zakat
101
yang selanjutnya dapat dibawa oleh muzakki dan diproses dikantor pajak .
untuk urusan pengurangan memang sebenarnya dikantor pajak dan
kembali pada muzakkinya lagi”
5. Dari kalangan mana saja yang berzakat di BAZNAS Kota Jambi ?
“Untuk saat ini yang berzakat di Baznas Kota Jambi hanya ASN (Aparatur
Sipil Negara) ini pun dikarenakan adanya surat instruksi yang dikeluarkan
oleh Walikota jambi,Dalam kenyataannya para pengusaha di Kota Jambi
belum membayarkan zakat ke pihak BAZNAS Kota Jambi, sehingga
pemasukan BAZNAS dari zakat masih rendah. Jika para pengusaha yang
ada di Kota Jambi membayar zakat melalui BAZNAS ,maka penerimaan
zakat di BAZNAS Kota Jambi ini akan lebih banyak dari yang ada
sekarang.Kebanyakan pemilik perusahaan bukan orang muslim namun
karyawannya banyak yang muslim. BAZNAS Kota Jambi telah
melakukan sosialisasi namun realisasinya belum ada. Di Kota Jambi ini
banyak toko-toko besar jika diperhitungkan keuntungan untuk masing-
masing toko dalam waktu setahun, lebih dari 40,5 juta. Dan itu sudah bisa
dikatakan sampai nisabnya untuk membayar zakat namun tidak ada yang
membayar zakat ke BAZNAS.”
6. Apakah masyarakat Kota jambi telah mengetahui adanya Regulasi tentang
zakat sebagai pengurang nilai pajak?
“Saya rasa tau, kan sudah jelas dari undang undang No.23 Tahun 2011 dan
pada SPT juga ada. Kami juga sudah sosialisasi kebeberapa kantor dan
swasta”
7. Upaya apa saja yang telah dilakukan BAZNAS Kota jambi agar
Implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak dapat terimplementasi?
“-Sosialisasi kebeberapa kantor pemerintahan, BUMND dan Swasta
(Seperti Swalayan Meranti dan Kopi AA)
-Mengeluarkan Bukti Setor Zakat
-Memberitahukan secara langsung kepada penyetor zakat”
8. Seberapa besar potensi Zakat di Kota Jambi?
102
“Kalaulah ada himbauan lebih lanjut dari pemerintah sebagaimana surat
instruksi Walikota Jambi dan kesadaran Masyarakat akan zakat semakin
meningkat bisa sampai 5 Milyar”
103
LAMPIRAN WAWANCARA
Informasi : Drs.H. Husein Fakhlevie Syam
Jabatan : wakil ketua IV Bidang Kesekretariatan, Administrasi dan
SDM BAZNAS Kota Jambi
Instansi : BAZNAS Kota Jambi
Tanggal : 26 September 2019
1. Apakah undang undang tentang zakat sebagai pengurang nilai pajak telah
berlaku?
“Sejak undang-undang tersebut disahkan undang undang tersebut telah
berlaku namun belum semua dapat menerapkannya”
2. Apakah BAZNAS Kota Jambi telah berperan dalam implementasi zakat
sebagai pengurang nilai pajak?
“BAZNAS telah melakukan tugasnya dalam terimplementasinya UU
nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat pasal 22 dan 23, yang
menyatakan bahwasannya zakat bisa mengurang nilai pajak. Adapun
BAZNAS di Kota Jambi ini dengan melakukan sosialiasi dan
pemeberitahuan secara langsung kepada muzakki bahwasannya jika
membawa bukti setoran langsung zakat ke kantor pajak, maka itu dapat
diproses sehingga mengurang nilai pajak itu sendiri”
3. Upaya apa saja yang telah dilakukan BAZNAS Kota Jambi agar
implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak dapat terwujud?
“Sosialisasi dan Pemberitahuan secara langsung kepada muzakki”
4. Apakah zakat sebagai pengurang nilai pajak telah terimplementasi dikota
jambi ?
“Untuk dikota Jambi sendiri belum”
104
LAMPIRAN WAWANCARA
Informasi : Ahmad Ziyadi S.E
Jabatan : Sekretaris BAZNAS Kota Jambi
Instansi : BAZNAS Kota Jambi
Tanggal : 26 September 2019
1. Apakah undang undang tentang zakat sebagai penguranng nilai pajak telah
berlaku?
“Sudah berlaku karena undang undangnya sudah disahkan”
2. Apakah BAZNAS Kota Jambi telah berperan dalam implementasi zakat
sebagai pengurang nilai pajak?
“Sudah, peran Baznas hanya mengeluarkan bukti setor zakat untuk
selanjutnya diserahkan kepada Muzakki untuk membawa bukti tersebut
kekantor Pajak"
3. Upaya apa saja yang telah dilakukan BAZNAS Kota Jambi agar
implementasi zakat sebagai pengurang nilai pajak dapat terwujud?
“Upaya yang kami lakukan berupa sosialisasi dan pemberitahuan secara
langsung kepada muzakki yang menyetorkan zakatnya”
4. Apakah zakat sebagai pengurang nilai pajak telah terimplementasi dikota
jambi ?
“Belum”
5. Apakah Baznas memiliki daftar Muzakki yang dapat pengurangan nilai
pajak?
“BAZNAS Kota Jambi sendiri tidak memiliki daftar muzakki yang dapat
pengurangang nilai pajak, karena dari muzakkinya sendiri tidak ada yang
melaporkan kembali ke BAZNAS bahwasannya mereka dapat
pengurangan nilai pajak. Namun BAZNAS sendiri tetap melaporkan
kepada muzakki bahwa tanda terima setoran langsung zakat dapat dipakai
sebagai bukti untuk mengurangi nilai pajak jika dibawa saat membayar
pajak.
105
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Ahmed Zakkie S.P
Pekerjaan : Wiraswasta
Umur : 34 Tahun
Tanggal : 30 Oktober 2019
1. Apakah Bapak membayar zakat dan Pajak?
“Iya saya membayar zakat dan saya juga wajib pajak”
2. Apakah motivasi bapak dalam membayar zakat?
“Saya menyadari bahwa zakat merupakan kewajiban saya sebagai seorang
muslim, terlebih saya juga memiliki penghasilan yang alhamdulillah bisa
dikatakan cukup.”
3. Dimana bapak biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Saya Biasa membayar zakat di LAZIZMU alasannya Saya dan teman
teman saya tergolong orang yang sibuk dalam pekerjaan dan jarang
memiliki waktu luang, oleh karenanya kami memilih berzakat disalah satu
Lembaga Amil Zakat yaitu LAZISMU dikarenakan Petugasnya dapat
mengambil zakat kerumah ataupun ketempat kerja. Disatu sisi LAZISMU
juga eksis dalam setiap kegiatannya di media sosial sehingga kami para
muzakki merasakan kepuasan tersendiri melihat Kinerja Nyata LAZISMU
dalam Penyalurannya”
4. Apakah bapak mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa bapak tidak
berzakat disana?
“Ya saya tahu itu merupakan Badan Amil Zakat dibawah naungan
Pemerintah, alasannya sudah saya jelaskan sebelumnya.”
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Belum , saya sebagai masyarakat belum mengetahui bahwa Zakat dapat
mengurangi nilai pajak. Memang selama ini lihat di SPT setiap kali mau
bayar pajak, tapi saya tidak tau dan tidak faham.”
106
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
“saya sangat senang sekali jika itu dapat diterapkan dapat mengurangkan
bebabn ganda muzakki dan wajib pajak”
107
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Endah Tri Kurniasih, S.IP., M.M
Pekerjaan : Dosen Di Universitas Swasta
Umur : 33 tahun
Tanggal : 01 November 2019
1. Apakah Ibu membayar zakat dan Pajak?
“Iya”
2. Apakah motivasi Ibu dalam membayar zakat?
“Menjalankan rukun Islam”
3. Dimana Ibu biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Badan Amil Zakat di Masjid terdekat, Alsannya Karena lebih dekat
dengan rumah, kita mengetahui penerimanya dan proses penyalurannya”
4. Apakah ibu mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa Ibu tidak
berzakat disana?
“Tidak, Kurangnya Informasi di Masyarakat Kota Jambi”.
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Tidak”
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
“Selama telah sesuai dengan aturan yang berlaku dan sesuai dengan syariat
agama maka bisa saja itu dijalankan”
108
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Ahmad Febriansyah S.ST.Pi
Pekerjaan : Pengusaha (Pemilik Pempek Hafidz)
Umur : 31 Tahun
Tanggal : 30 Oktober 2019
1. Apakah Bapak membayar zakat dan Pajak?
“Iya saya membayar Keduanya”
2. Apakah motivasi bapak dalam membayar zakat?
“Kita sama-sama tau ya kalau zakat itu rukun iman ketiga, jadi itu
sudahkewajban yang harus dipenuhi”
3. Dimana bapak biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Saya Bayar Zakat di OPSEZI karena Sudah biasa bayar disana”
4. Apakah bapak mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa bapak tidak
berzakat disana?
“Ya tau Baznas itu Badan Amil Zakat, alasannya karena PNS sudah
banyak yang bayar Zakat disana dan pendapatan Baznas kan sudah besar.
Maknaya saya memlihih zakat di Opsezi Menurut saya setiap lembaga
itukan sudah ada porsinya masing-masing, yang Zakat di Baznas kan itu
cakupannya negara Mainannya dibantuan bantuan besar yang pernah saya
dengar seperti bedah rumah dan beasiswa. Nah kalau Lembaga Lembaga
Amil Zakat lain ada yang targetnya sampai kepelosok, coba kalau semua
bayar Zakat ke Baznas mungkin yang dipelosok pelosok yang benar benar
membutuhkan tidak merasakan langsung manfaat Zakat ”
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Belum ndak tau dan ndak ngerti .”
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
109
“Menurut Saya bagus sih kalau itu bisa diterapkan, tapi mungkin kayaknya
sosialisasinya aja yang digencarkan lagi ”
110
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Muhammad Efendi
Pekerjaan : Swasta (Perusahaan Batu Bara)
Umur : 40 Tahun
Tanggal : 01 November 2019
1. Apakah Bapak membayar zakat dan Pajak?
“Iya saya membayar Keduanya”
2. Apakah motivasi bapak dalam membayar zakat?
“Karena Kewajiban”
3. Dimana bapak biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Saya memilih utuk berzakat langsung Ketetangga atau orang yang
menurut saya membutuhkan”.
4. Apakah bapak mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa bapak tidak
berzakat disana?
“Ya tau Baznas Badan Amil Zakat kan ya, alasannya karena menurut saya
lebih memiliki kepuasan tersendiri kalau menyampaikan zakat saya secara
langsung”.
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Tidak tau”.
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
“Menurut Saya berdasarkan yang adek peniliti jelaskan bagus kalau bisa
diterapkan”.
111
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Sri Wahyuni S.Pd
Pekerjaan : Guru Honorer
Umur : 36 tahun
Tanggal : 01 November 2019
1. Apakah Ibu membayar zakat dan Pajak?
“Iya”
2. Apakah motivasi Ibu dalam membayar zakat?
“Menjalankan Kewajiban sebagai seorang Muslim”
3. Dimana Ibu biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Saya memilih berzakat sendiri , kekerabat dan keluarga terdekat. Karena
bagi saya penting untuk membantu keluarga yang susah terlebih dahulu”
4. Apakah ibu mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa Ibu tidak
berzakat disana?
“Tau Badan Amil Zakat Nasional, Karena masih banyak orang sekitar
yang harus saya bantu langsung, makanya belum membayraknnya ke
badan amil”.
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Tidak tahu tentang itu”
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
“Menurut saya bagus”
112
LAMPIRAN WAWANCARA MUZAKKI DAN WAJIB PAJAK
Informan : Reza Pahlawan S.E
Pekerjaan : Pengusaha (Pemilik Resto Nasi Ciprat dan Lapak Campus )
Umur : 28 Tahun
Tanggal : 02 November 2019
1. Apakah Bapak membayar zakat dan Pajak?
“Iya saya membayar Keduanya”
2. Apakah motivasi bapak dalam membayar zakat?
“Membersihkan harta yang kita dapatkan agar lebih berkah kedepannya”
3. Dimana bapak biasa membayar zakat dan apakah alasannya?
“Saya biasa membayar Zakat di OPSEZI, Alasannya karena Jambi Punya
dan tidak ada dikota lain selanjutnya karena percaya sama pengurusnya”.
4. Apakah bapak mengetahui Baznas Kota Jambi dan mengapa bapak tidak
berzakat disana?
“Ya tau Baznas itu Badan Amil Zakat Nasional yang bagus karena bisa
berkoordinasi langsung dengan pemerintah dalam menjalankan
tupoksinya. Tidak berzakat disana alasannya karena menurut saya terkait
dilapangan saya kurang Familiar terhadap kerjanya karena lebih sering
mendengar lembaga yang lain yang lebih sering muncul dari pada
Baznas”.
5. Apakah bapak mengetahui tentang Undang-Undang Zakat sebagai
pengurang nilai Pajak ?
“Belum Mengetahui”.
6. Bagaimana Menurut bapak jika undang-undang tersebut dapat diterapkan
dikota jambi?
“Sangat baik ya kalau dapat diterpakan di kota Jambi”.
113
DOKUMENTASI
(Wawancara : Drs.H Syamsir Na‟in, Ketua BAZNAS Kota Jambi dan Drs.H.
Husein Fakhlevie Syam, Wakil Ketua IV Bidang Kesekretariatan Administrasi
dan SDM tanggal 04 September 2019)
114
(Wawancara : Drs. H. Syamsir Nain, Ketua Baznas Kota Jambi, tanggal 26
September 2019)
115
(Wawancara : Ahmad Ziyadi S.Sy, Sekretaris Baznas Kota Jambi. Tanggal 26
September 2019)
116
(Wawancara : Endah Sulistyawati, S.Sy , KASUBAG Keuangan dan Pelaporan,
wawancara tanggal 26 September 2019)
117
(Wawancara : Ahmad Ziyadi S.Sy , Sekretaris Baznas Kota Jambi. Tanggal 30
Oktober 2019)
118
DAFTAR RIWAYAT
(CURICULUM VITAE)
Nama : Zulfa Rahmi
NIM : EES150914
Tempat, Tanggal Lahir : Ma.Bulian , 04 Mei 1997
Alamat : Komp Penerangan Simpang Rimbo Jambi
No HP : 085368745256
E-mail : [email protected]
Instagram :_Zlfrahm
Nama Orang Tua : Drs.Irman Khatib,.MH & Dirmanida,. S.PdI
Hobi : Membaca, Menonton
B. Riwayat Pendidikan
1. 2002 – 2003 : TK IQRO‟ Muara Bulian
2. 2004 – 2009 : SDIT Nurul Ilmi
3. 2010 – 2012 : SMPIT Nurul Ilmi
4. 2012 – 2015 : SMK Negeri 1 Kota Jambi
C. Pengalaman Organisasi
1. Pengurus Kelompok Study Pasar Modal 2016-2018
2. Anggota dan Mentor Forum Peduli Remaja Jambi 2015-2016
3.Anggota Pimpinan Wilayah „Aisyiyah Provinsi Jambi 2015-2020
D. Penghargaan Yang pernah dicapai
1.Lulus Kompeten Untuk Kompetensii Yunior Akuntansi Jenjang II Pada KKNI
Lembaga Sertifiasi Kompetensi Bond 09 pada Tahun 2017
2.Lulus Ujian Kecakapan Profesi Pasar Modal sebagai WAKIL PERANTARA
PEDAGANG EFEK PEMASARAN pada Tahun 2018
Motto Hidup : Jadilah sebaik-baiknya hidup yang bermanfaat. Meskipun kadang
kebaikan itu sering dimanfaatkan
Jambi, November 2019
Zulfa Rahmi
EES 150914