Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

28
Ileus Definisi Ileus merupakan hambatan pasase usus, dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa, dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi). Etiologi 1. Ileus Obstruktif Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh : - Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. - Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn. - Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia - Neoplasma.

description

Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Transcript of Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Page 1: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Ileus

Definisi

Ileus merupakan hambatan pasase usus, dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis.

Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi.

Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa, dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi).

Etiologi

1. Ileus ObstruktifObstruksi usus halus dapat disebabkan oleh :- Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit

usus.- Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.- Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia- Neoplasma.- Intususepsi.- Volvulus.- Benda asing, kumpulan cacing askaris- Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik.- Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik dan hematoma.

Obstruksi Usus Besar

Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi di setiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah :

- Karsinoma.- Volvulus.

Page 2: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

- Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel), Penyakit Hirschsprung.- Inflamasi.- Tumor jinak.- Impaksi fekal.

2. Ileus Paralitik, dapat disebabkan oleh :- Pembedahan, trauma abdomen.- Infeksi : peritonitis, appendicitis, diverticulitis.- Pneumonia.- Sepsis.- Serangan Jantung.- Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium.- Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot.- Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi.- Mesenteric ischemia.

Klasifikasi

1. Ileus Mekanik/ Obstruksia. Kecepatan timbul (speed of onset)

- Akut,- Kronik,- Kronik dengan serangan akut.

b. Letak sumbatan- Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum

terminal).

Page 3: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

- Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai anus).

c. Sifat sumbatan- Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah.- Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah

sehingga timbul nekrosis, gangren, dan perforasi.

d. Etiologi- Kelainan dalam lumen (intraluminal), disebabkan adanya benda asing,

skibala, atau ascariasis.- Kelainan di dalam dinding usus (intramural), disebabkan adanya

stenosis (radang kronik), maupun keganasan.- Kelainan di luar dinding usus (ekstramural), disebabkan adanya tumor

intraabdomen.

2. Ileus Neurogenika. Adinamik : Ileus Paralitik : Peristaltik usus dihambat sebagian akibat

pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.

b. Dinamik : Ileus Spastik

3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia

Patofisiologi

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).

Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen dan muntah-muntah.

Distensi yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan

Page 4: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.

Dinding usus halus : kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar : tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.

Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.

Page 5: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Manifestasi Klinis

Gejala Utama :

a. Nyeri-Kolik- Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus.- Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

b. Muntah- Stenosis Pilorus : Encer dan asam.- Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan.- Obstruksi kolon : onset muntah lama.

c. Perut Kembung (distensi)d. Konstipasi

- Tidak ada defekasi- Tidak ada flatus

Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hipovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.

Obstruksi sederhana

Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.

Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakain fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.

Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa gambaran klinik dapat membantu :

1. Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama makin hebat.2. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.3. Terdapatnya abdominal tenderness.

Page 6: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

4. Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi berat, tachycardi, hipotensi atau shock.

Perbedaan ileus obstruktif simple dan strangulata

Simple StrangulataNyeri Abdomen Kolik MenetapMuntah + +Distensi Abdomen + +Obstipasi + +Peristaltik +/ Meningkat +/ MenurunLeukosit N/ Naik NaikKU memburuk Lambat Cepat

Perbedaan ileus obstruktif usus halus dan usus besar

Usus Halus Usus BesarNyeri Abdomen +++ +Muntah +++ +Muntah Fekulen - ++Distensi Abdomen + +++Dehidrasi Cepat Lambat

Diagnosis dan Diagnosis Banding

Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan hal-hal seperti yang terdapat dalam manifestasi klinis.

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

- InspeksiPerut distensi, dapat ditemukan kontur (gambaran usus) dan steifung (gambaran gerakan usus). Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

- Auskultasi

Page 7: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

- PerkusiHipertimpani.

- PalpasiKadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Diagnosis Banding

Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. Strangulasi dapat dikacaukan oleh pankreatitis hemoragik atau oklusi vascular mesenteric.

Komplikasi

# Nekrosis Usus# Perforasi Usus# Sepsis# Syok-Dehidrasi# Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi# Pneumonia aspirasi dari proses muntah# Gangguan elektrolit# Meninggal

Prognosis

Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya. Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

Selain itu mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.

Sumber

http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-illius-obstruksi.html

http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/21/ileus-obstruktif/

http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif-limufita/

http://razimaulana.wordpress.com/2011/02/25/ileus-obstruktif/

Page 8: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

COLOK DUBUR

Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal examination adalah pemeriksaan rektum bagian bawah. Dokter menggunakan jari dalam sarung tangan yang dilumasi untuk memeriksa adanya kelainan.

Beberapa penyakit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan colok dubur :

1. Wasir (haemorrhoid). Ada yang di luar (eksterna) dan di dalam (interna). Bila diluar, langsung keliatan tanpa perlu memasukkan jari ke anus, sedangkan yang interna, perlu memasukkan jari ke anus.

2. Tumor dubur. Dapat langsung terlihat saat pasien mengedan sebelum memasukkan tangan, tapi apabila tumornya di dalam dan tidak terlihat, perlu memasukkan tangan juga.

3. Trauma usus. Biasanya ada darah saat kita memasukkan jari ke anus. Tentu saja sebelumnya pasien harus ada riwayat trauma pada daerah dada atau daerah perut. Tapi belum diketahui traumanya disebabkan oleh usus atau otot saja. Bila di sarung tangan kita ada darah, hampir pasti kalo pasien tsb juga mengalami trauma pada ususnya, sehingga ususnya berdarah.

4. Gangguan prostat. Pembesaran prostat/ tumor prostat juga bisa ditegakkan tanpa perlu periksa PSA (Prostat Spesific Antigen). Kalo periksa PSA ini perlu pake lab (lebih mahal). Tapi untuk prostat perlu jari yang panjang dan agak menjorok masuk, karena letak prostat di dalam.

5. Kalo didapatkan feces saat pemeriksaan, langsung fecesnya bisa diperiksa lebih lanjut. Kalo terlihat feces berwarna hitam (melena) atau merah (hematokhezia), kemungkinan ada perdarahan di saluran pencernaan.

Masih banyak penyakit-penyakit lain yg dpt diketahui, bahkan sampai penyakit kelamin pun bisa diketahui.

Bagaimana cara melakukan pemeriksaan ? (singkat)

Pertama, buka lipatan pantat sampai ketemu lubang anusnya, lalu minta pasien untuk mengedan. Dari mengedan bisa ketahuan, kalo ada wasir atau tumor di luar. Kalo ditemukan wasir atau tumor, jangan masukkan jari lagi karena merupakan suatu kontraindikasi.

Selanjutnya, minta pasien tarik nafas panjang > masukkan jari telunjuk ke anus > rasakan kekuatan otot anus (kalo meningkat atau menurun berarti ada kelainan), raba sekeliling ototnya (jari muter) mencari ada benjolan atau sesuatu yg abnormal, lalu masuk ke ampula rekti (kalo kolaps berarti ada kelainan), dan raba lebih jauh ke prostatnya. Kalo udah, keluarkan jari dan lihat di sarung tangan, ada darah, feces, atau nanah tidak. Kalo ada, oleskan pada kaca preparat untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Page 9: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)
Page 10: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Apabila pada rectal toucher didapatkan hasil sbb, maka dicurigai :

- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma- Feses yang mengeras : skibala- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Sumber :

http://dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif-limufita/

http://kamuskesehatan.com/arti/pemeriksaan-colok-dubur

http://bukucadok.blogspot.com/2011/11/colok-dubur-antara-enggan-n-kudu.html

http://www.scribd.com/doc/53258595/5/TEHNIK-PEMERIKSAAN-PROSTAT-DENGAN-COLOK-DUBUR (FK UNHAS 2011)

Page 11: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Hukum Operasi Menurut Agama Islam

Terkadang seorang muslim diuji oleh Allah dengan suatu penyakit, dia ingin sembuh dari penyakit tersebut, dia mengetahui bahwa berobat dianjurkan, akan tetapi penyakit di mana dia diuji oleh Allah dengannya, jalan menuju kepada kesembuhannya menurut para dokter adalah operasi. Pertanyaannya bagaimana pandangan syariat terhadap operasi medis yang umumnya adalah tindakan pembedahan?

Dalil-dalil dari al-Qur`an dan sunnah menetapkan dibolehkannya operasi medis dengan syarat-syaratnya, dan bahwa tidak ada dosa atas seorang muslim melakukannya untuk meraih kesembuhan dari penyakit yang Allah ujikan kepadanya dengan izin Allah. Adapun dalil-dalil tersebut maka ia sebagai berikut:

Firman Allah, “Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah: 32).

Dalam ayat ini Allah memuji orang yang berusaha menghidupkan dan menyelamatkan jiwa dari kematian dan sudah dimaklumi bahwa dalam banyak kasus operasi medis menjadi sebab terselamatkannya jiwa dari kematian yang hampir dipastikan.

Tidak sedikit penyakit di mana kesembuhannya tergantung setelah Allah kepada operasi medis, tanpa operasi penyakit penderita akan memburuk dan membahayakannya, jika tim medis melakukannya dan penderita sembuh dengan izin Allah berarti mereka telah menyelamatkannya. Tanpa ragu ini termasuk perbuatan yang dipuji oleh ayat di atas.

Adapun dari sunnah maka ada beberapa hadits yang bisa dijadikan pijakan dalam menetapkan dibolehkannya operasi medis, di antaranya

1. Hadits hijamah (berbekam)Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw berbekam di kepalanya. (HR. Al-Bukhari). Dari Jabir bahwa dia menjenguk orang sakit. Dia berkata, “Aku tidak meninggalkan tempat ini sebelum kamu berbekam karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Padanya terdapat kesembuhan”. (HR. Al-Bukhari).

Hadits tersebut menetapkannya disyariatkannya hijamah dan sudah dimaklumi bahwa hijamah dilakukan dengan membedah atau menyayat tempat tertentu pada tubuh untuk menyedot darah kotor dan membuangnya. Jadi disyariatkannya hijamah merupakan dasar dibolehkannya membedah tubuh untuk membuang penyakit atau penyebab penyakit.

2. Hadits Jabir bin AbdullahJabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah SAW mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Kaab maka tabib tersebut memotong pembuluh darahnya dan menempelnya dengan besi panas”. (HR. Muslim).

Page 12: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Dalam hadits ini Nabi SAW menyetujui apa yang dilakukan oleh tabib tersebut terhadap Ubay bin Kaab, dan apa yang dilakukan oleh tabib tersebut adalah salah satu bentuk operasi medis yaitu pemotongan terhadap anggota tertentu.

Kemudian dari sisi pertimbangan kebutuhan penderita kepada operasi yang tidak lepas dari dua kemungkinan yaitu menyelamatkan hidup dan menjaga kesehatan, pertimbangan yang dalam kondisi tertentu bisa mencapai tingkat dharurat maka tidak ada alasan yang rajih menolak operasi medis.

Page 13: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Penatalaksanaan Ileus

Penatalaksanaan ileus obstruktif telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi usus.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan.

Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan dalam aturan yang tetap, yaitu :

Persiapan penderita. Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :

1. Dekompressi usus, untuk menghilangkan peregangan dan muntah.2. Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.3. Atasi dehidrasi.4. Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24 jam sampai

saatnya penderita siap untuk operasi.

Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk dua alasan :

1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga

mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vaskular.

Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok :

1. Pendek, hanya untuk lambung.2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus.

Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatom.

Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus obstruksi.

Page 14: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Operatif. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :

1. Strangulasi2. Obstruksi lengkap3. Hernia inkarserata4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (denganpemasangan NGT,

infus, oksigen dan kateter)

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.b. Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat obstruksinya

maupun kondisi sebelum sakit.c. Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi dilakukan dengan mengingat beberapa kondisi atau pertimbangan. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

Tindakan bedah yang dilakukan pada ileus obstruktif adalah sbb :

1. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

2. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

3. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.

4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, lalu dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Pasca bedah. Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompresi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena

Page 15: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 – 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

Beberapa tindakan bedah tergantung dari etiologi masing-masing :

1. AdhesiPada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.

2. Hernia InkarserataDapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

3. NeoplasmaOperasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal.

4. AskariasisJika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.

5. Carsinoma ColonOperasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi.

6. DivertikelReseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon

Page 16: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

sigmoideum. Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada tempat abses.

Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan randang.

7. VolvulusPada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai.

Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi. Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong Hartman) harus dilakukan.

8. IntusussepsiSebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus.

Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

Sumber :

http://www.scribd.com/doc/37250440/Belibis-A17-Ileus-Obstruksi

dokteryudabedah.com/ileus-obstruktif-limufita/

Page 17: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

Pemeriksaan Radiologi

A. Foto Polos AbdomenPemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Foto Polos Abdomen menjadi salah satu alat bantu dalam mendiagnosis terjadinya gangguan pada abdomen.

Abdomen akut adalah keadaan sakit perut mendadak yang memerlukan tindakan segera. Macam-macamnya : ileus, perforasi (kebocoran dinding usus), ascites, massa intra abdominal.

Teknik radiografi abdomen untuk kasus abdomen akut dilakukan dalam 3 posisi :

1. Abdomen AP- Posisi Pasien. Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di

pertengahan meja. kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.

- Posisi Objek. Aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya).

- CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.

- FFD : 100 cm- Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya

: “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

2. Abdomen Setengah Duduk- Posisi Pasien. Pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan

MSP tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.

- Posisi Objek. Kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.

- CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)

- FFD : 100 cm- Jangan lupa memakai grid. Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah

ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

3. Abdomen LLD- Posisi Pasien. Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk

(difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala.

Page 18: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

- Posisi Objek. Aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.

- CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.- FFD : 100 cm- Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya

: “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)

Secara singkat : 1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi

anteroposterior (AP).2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar

horizontal proyeksi AP.3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,

proyeksi AP.

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43 cm.

Tujuan dari masing-masing posisi adalah sbb :

- Abdomen AP. Memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.

- Abdomen setengan duduk. Untuk menampakkan udara bebas dibawah diafragma.

- Abdomen LLD. Untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibat perforasi kolon.

Mengapa dibuat foto LLD bukan RLD ?Supaya terpisah dengan udara di lambung. Pada pasien tersangka kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. Jika dibuat foto RLD, udara bebas itu akan tampak menyatu/bercampur dengan udara diusus sehingga patologisnya sulit dinilai.

Apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?Pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan tampak jelas.

Penggunaan Foto Polos Abdomen 1. Kolelitiasis (Gallbladder Stones)

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang

Page 19: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.

2. Appendisitis Akut

Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya fekalith opaque (5% pasien) didapatkan pada kuadran kanan bawah (terutama pada anak-anak). Sehingga, X-ray abdominal tidak rutin dilakukan kecuali terdapat keadaan lain seperti kemungkinan adanya obstruksi usus atau adanya batu ureter.

3. Gagal Ginjal AkutFoto polos abdomen, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada pasien yang dicurigai mempunyai batu saluran kemih.

4. Obstruksi ileusAdanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran “step ladder dan air fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.

5. PeritonitisPada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi. Sebelum terjadi peritonitis, jika penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada foto polos abdomen 3 posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain:# Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya

penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dnding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance).

# Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedang jika panjang – panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.

Page 20: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

# Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level dan step ladder appearance.

Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial, air fluid level, dan herring bone appearance. Sedangkan pada ileus paralitik didapatkan gambaran radiologis yaitu:# Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga kadang –

kadang susah membedakan anatara intestinum tenue yang melebar atau intestinum crassum.

# Air fluid level# Herring bone appearance

Bedanya dengan ileus obstruktif: pelebaran usus menyeluruh sehingga air fluid level ada yang pendek – pendek (usus halus) dan panjang – panjang (kolon) karena diameter lumen kolon lebih lebar daripada usus halus. Ileus obstruktif bila berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik. Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada foto polos abdomen. Gambaran akan lebih jelas pada pemeriksaan USG (ultrasonografi).

Gambaran radiologis peritonitis karena perforasi dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos abdomen 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum, pecahnya usus buntu atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah :# Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line

menghilang, dan kekaburan pada cavum abdomen.# Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan

sabit (semilunair shadow).# Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling

tinggi. Letaknya antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen.

Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum abdomen, preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra peritoneal.

Perbedaan FPA dan BNO

Foto Polos Abdomen BNO (Blass Nier Oversich)- Foto didaerah abdomen untuk melihat

Gastro Intestinal.- Indikasi pemeriksaan ini salah satunya

adalah untuk melihat ada atau tidaknya udara bebas dalam rongga perut.

- Pemeriksaan lengkapnya ada ABDOMEN 3 POSISI.

- Foto abdomen diperlukan untuk indikasi abdomen akut yaitu pemeriksaan yang

- Foto didaerah abdomen untuk melihat tractus urinaria dari nier (ginjal) hingga blass (kandung kemih).

- Pemeriksaan dilakukan DENGAN PERSIAPAN.

- Biasanya indikasi pemeriksaan ini adalah batu ginjal.

- Pemeriksaan kompleksnya adalah BNO IVP yang menggunakan media

Page 21: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

memerlukan tindakan segera. kontras.B. BNO

BNO satu istilah medis dari bahasa Belanda yang merupakan kependekan dari Blass Nier Overzicht (Blass = Kandung Kemih, Nier = Ginjal, Overzicht = Penelitian). Dalam bahasa Inggris, disebut juga KUB (Kidney Ureter Blass). Jadi, BNO adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen atau pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.

Kegunaan foto BNO :- Mendeteksi penyakit pada sistem urinaria, misalnya batu ginjal (pada foto

rontgen, batu ginjal akan terlihat opaque : putih).- Sebagai plain photo (foto pendahuluan) pada rangkaian pemeriksaan BNO IVP.

BNO IVP atau Intra Venous Pyelography merupakan pemeriksaan radiografi pada sistem urinaria (dari ginjal hingga blass) dengan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah vena.

Dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran radiografi dari letak anatomi dan fisiologi serta mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter dan blass.

Indikasi pemeriksaan IVP antara lain nephrolithiasis (batu ginjal), vesicolithiasis (batu vesica urinari), nefritis (radang ginjal), cystitis (radang vesica urinari), ureterolithiasis (batu ureter), tumor, hipertrofi prostat.

Syarat bahan kontras :

- Memiliki nomor atom yang tinggi (seperti : Iodium, nomor atomnya 53), sehingga zat kontras akan tampak putih pada jaringan.

- Non Toxic atau tidak beracun, dapat ditolerir oleh tubuh.- Bersifat water soluble dan non ionik atau larut dalam air artinya dapat dengan

mudah diserap atau dikeluarkan dari tubuh setelah pemeriksaan.

Efek samping dari penggunaan bahan kontras :

- Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bentol.

- Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan.- Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung.

Sumber :

http://firzandinata.wordpress.com/2012/02/24/all-about-bno-ivp-frequently-asked-questions/

http://firzandinata.wordpress.com/2012/02/17/teknik-radiografi-abdomen-3-posisi-abdomen-akut/

Page 22: Ileus (Skenario 3 Blok GIT)

http://ino-kekasihyanghilang.blogspot. com/2009/01/foto-polos-abdomen.html