ikterus neonatorum

58
MAAF, SEBAGAI CONTOH HANYA BAB 1-3 SAJA (PROPOSAL) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Datangnya era global dan otonomi menuntut suatu perubahan dan perkembangan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang keperawatan, yang mana hingga saat ini masih dalam proses profesionalisasi. Trens dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap sistem dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan pencatatan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. (Nursalam, 2001). Dokumentasi keperawatan sendiri mempuyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek, antara lain : hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian dan akreditasi (Nursalam, 2001). Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa RSU ditemukan bahwa kemampuan perawat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan dengan

description

bcjhsdbchsjdcghcbgdhjchcghgddsgbsdvbhvbhdsvbhdsvhgdvchdscvdshchs

Transcript of ikterus neonatorum

Page 1: ikterus neonatorum

MAAF, SEBAGAI CONTOH HANYA BAB 1-3 SAJA (PROPOSAL)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Datangnya era global dan otonomi menuntut suatu perubahan dan

perkembangan dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang keperawatan, yang

mana hingga saat ini masih dalam proses profesionalisasi. Trens dan perubahan

yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap sistem

dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan pencatatan oleh perawat

dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. (Nursalam, 2001). Dokumentasi

keperawatan sendiri mempuyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek,

antara lain : hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian

dan akreditasi (Nursalam, 2001).

Melalui evaluasi dokumentasi keperawatan pada beberapa RSU ditemukan

bahwa kemampuan perawat mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan rata-rata kurang dari 60% yang

memenuhi kriteria, dari hasil evaluasi terhadap dokumentasi proses keperawatan

jiwa pada dua RS Jiwa ditemukan kurang dari 40% yang memenuhi kriteria

(Keliat B.A, dkk, 1998). Hal ini juga tidak menutup kemungkinan pada RSUD

lainnya termasuk RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmojo Kuala Kapuas.

Hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis di RSUD Dr. H. Soemarno

Sostroatmojo Kuala Kapuas, ternyata diperoleh data bahwa sistem pelaksanaan

Page 2: ikterus neonatorum

pendokumentasin asuhan keperawatan yang selama ini dilakukan dicatat dalam

sebuah buku besar dan penulisannyapun beraneka ragam dan banyak yang tidak

dilakukan sesuai dengan standar pendokumentasian. Dari kenyataan tersebut

muncul suatu pernyataan “ apakah yang menyebabkan tidak terdokumentasinya

asuhan keperawatan tersebut dengan baik ?”.

Menurut Patricia (1991) rendahnya pendokumentasian asuhan

keperawatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tingkat pendidikan,

pengetahuan, motivasi, format asuhan keperawatan dan pengalaman kerja dari

perawat itu sendiri . Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui

sejauh mana hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi keperawatan.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Pernyataan masalah

Kemampuan perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan

keperawatan masih rendah. Disebabkan karena belum adanya standar

dokumentasi keperawatan yang baku. Untuk itu perawat perlu menyusun suatu

model dokumentasi yang baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam pencatatan

dan penyimpanannya yang meliputi ketrampilan komunikasi, ketrampilan

dokumentasi dan ketrampilan standar dokumentasi.

Kegiatan perawat sendiri dalam melakukan dokumentasi asuhan

keperawatan dipengauhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat pendidikan,

pengetahuan, motivasi, format asuhan keperawatan serta kemampuan perawat

Page 3: ikterus neonatorum

dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan dan pengalaman kerja dari

perawat itu sendiri.

1.2.2 Pertanyaan masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalahnya sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam pelaksanaan

dokumentasi keperawatan ?

2. Bagaimanakah gambaran sikap perawat dalam pelaksanaan dokumentasi

keperawatan ?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat dalam

pelaksanaan dokumentasi keperawatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mempelajari hubungan tingkat pengetahuan dan sikap perawat

dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di RSUD. Dr. H. Soemarno

Sastroatmojo Kuala Kapuas.

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi

keperawatn di RSUD Dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas

2) Mengindentifikasi sikap perawat dalam pelaksanaan dokumentasi

keperawatan di RSUD Dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas.

3) Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan dengan pelaksanaan

Page 4: ikterus neonatorum

dokumentasi.

4) Menganalisa sikap dengan pelaksanaan dokumentasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini adalah :

1) Sebagai bahan masukan bagi RSUD Dr. H. Soemarno Sostroatmojo Kuala

Kapuas tentang pentingnya pendokumentasian keperawatan guna menjaga

dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

2) Bahan masukan untuk menyususn standar pendokumentasian keperawatan di

RSUD Dr. H. Soemarno Sostroatmojo Kuala Kapuas.

3) Sebagai masukan untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam

meningkatkan pemahaman tentang proses keperawatan khususnya sistem

pendokumentasian.

1.5 Relevansi

Trend dan perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan

berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan

pencatatan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Untuk mengatasinya perlu

pemikiran-pemikiran tentang standar pendokumentasian keperawatan yang cocok

bagi keperawatan saat ini yang efektif, efisien dan lebih bermakna. Sebelum

menyusun standar tersebut perlu kiranya dipertimbangkan aspek social dan

budaya dari keperawatan Indonesia, dehingga memudahkan dan menyeragamkan

dalam proses pencatatan dan pendokumentasian yang akhirnya berdampak pada

eksistensi dari keperawatan itu sendiri. Selain itu pendokumentasian asuhan

Page 5: ikterus neonatorum

keperawatan yang benar akan mampu memberikan masukan pada perkembangan

ilmu keperawatan dan sebagai riset/nbahan penelitian.

Page 6: ikterus neonatorum

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Penjelasan yang akan diuraikan dalam tinjauan pustaka ini meliputi :

Pengertian pengetahuan, sikap, dokumentasi keperawatan.

2.1. Pengetahuan.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melaului panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh dari mata dan telinga

( Notoatmojo, 1993 ; 127 – 128 )

Pengetahuan juga dapat di artikan sebagi ketrampilan untuk mengatakan

kembali dari ingatannya hal-hal atau informasi tentang apa saja yang telah

dialaminya dan saling menghubungkan hal-hal, gejala-gejala atau kejadian-

kejadian tertentu, sehingga terbentuk ketrampilan. Untuk mengatakan kembali dan

menerapkannya pada situasi lain dan sesuai dengan keperluan suatu pola, metode,

aturan, keadaan atau kegiatan ( Adi Sewodjo, dkk, 1980 ; 87 ). Sedangkan

menurut Soemadi ( 1996 ; 31 ), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang

untuk meningkatkan fakta, simbol, prosedur, teknik, dan teori.

Menurut Notoatmojo ( 1993 ; 128-129 ) pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan yang mencakup doman kognitif mempunyai enam tingkat yaitu :

Page 7: ikterus neonatorum

1. Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagi mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali ( recall ) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di

pelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, “ tahu “ ini dalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami ( Komprehension )

Memahami diartikan sebagi suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi ( Application )

Aplikasi diartikan sebagi suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata / sebenarnya. Aplikasi disini

dapat di artikan sebagi aplikasi atau penggunaan hukum-hukum dan prinsip.

4. Analisa ( Analysis )

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi suatu obyek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis ( Syntesis )

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

atau menyususn formula baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6

Page 8: ikterus neonatorum

6. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi itu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

pembenaran terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria yang ada.

Menurut Rogers ( 1974 ) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

Mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni ;

1. Awarenness ( kesadaran ), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

menegtahui lebih dahulu terhadap stimulus ( obyek ).

2. Interest ( merasa tertarik ) terhadap stimulus atau obyek tersebut, disini sikap

subyek sudah mulai timbul.

3. Evaluation ( menimbang-nimbang ) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah jauh lebih baik

lagi.

4. Total, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai denagn pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

7

Page 9: ikterus neonatorum

2.2 Sikap

2.2.1.Definisi sikap

Menurut Soemadi (1996; 38), sikap merupakan respon seseorang yang

berhubungan dengan nilai, interes (perhatian), apresiasi (penghargaan), persepsi

(perasaan). Berkowitz yang dikutip Azwar S. (2002), mengatakan sikap adalah

suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak ( favorable ) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak ( unfavorable ) pada objek tersebut.

Sikap didefinisikan sebagai suatu pola prilaku, tedensi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan

(LaPierre dikutip Azwar S, 2002 ; 5). Sedangkan menurut Secord & Backman

yang dikutip Azwar S ( 2002 ), mendifinisikan sikap sebagi keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi). Pemikiran(kognisi), dan predisposisi tindakan

(konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Menurut Notoatmodjo (1997 ; 130 ) sikap merupakan reaksi respons

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sedangkan

menurut salah seorang ahli psikologi, sosial new comb, dr. Kuto Notoatmodjo

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak ,

dan bukan merupakan pelaksanaan mitos tertentu. Sikap belum menyampaikan

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “ predisposisi “ tindakan atau

perilaku peran. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi

terbuka, merupakan reaksi objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

8

Page 10: ikterus neonatorum

terhadap obyek.

Dalam bagian lain Allport dikutip Notoatmodjo ( 1997;31) menyatakan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu : (1) kepercayaan

( keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek (2) kehidupan emosional atau

evaluasi emosional terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak

( trend to behave ). Ketiga komponen ini secara bersma-sama membentuk sikap

yang utuh ( total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto ( 1999) Pembentukan siakp tidak terjadi demikian saja,

melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus

antara individu dengan individu lain di sekitarnya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terbentuknya sikap adalah : (1) Faktor internal yaitu : faktor-faktor

yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas dan (2)

Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar manusia, yaitu :

1) Sifat objek yang di jadikan sasaran sikap

2) Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap

3) Sikap orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

4) Media komunikasi yang digunakan dalam penyampaian sikap

5) Situasi pada saat sikap terbentuk

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbeda

dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang pengetahuan mengenai suatu objek

tidak sama dengan sikap terhadap objek itu. Pengetahuan saja belum menjadi

penggerak seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru

9

Page 11: ikterus neonatorum

menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai

dengan pengetahuan terhadap objek itu.

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara antara lain :

1) Adopsi

Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama

kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan memepengaruhi

terbentuknya suatu sikap.

2) Deferensiasi

Dengan perkembangan intelegensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang

di pandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat objek tersebut dapat

terbentuk sikap tersendiri pula.

3) Integritas

Pembentukan sikap dasar terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

4) Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam

pada jiwa orang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat

juga menyebabkan terbentuknya sikap.

2.2.2 Struktur sikap

Menurut Azwar S ( 2002:23), struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen

konatif. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

10

Page 12: ikterus neonatorum

berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu terbentuk,

maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat di

harapkan dari obyek tertentu.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional, subyektif seseorang

terhadap suatu obyek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan pribadi sering kali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan

sikap.

Komponen konatif / prilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan

dengan objek sikap yang di hadapi. Kaitan ini di dasari oleh asumsi bahwa

kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

2.2.3 Pengukuran sikap

Azwar S ( 2002;90), menguraikan beberapa diantara banyak metode

pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan :

1) Observasi Perilaku

Kalau seseorang menampakkan perilaku yang konsisten ( berulang ), dapat

ditafsirkan sikapnya dari bentuk perilaku yang tampak. Dengan kata lain

untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan

perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.

2) Penanyaan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan

sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling

tahu meengenai dirinya sendiri, dan kedua adalah asumsi keterusterangan

11

Page 13: ikterus neonatorum

bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.

Oleh karena itu dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang

ditanyai dijadikan indikator sikap mereka.

3) Pengungkapan langsung

Suatu pengungkapan langsung ( direct assemant ) secara tertulis yang dapat

dilakukan dengan menggunakan sistem tanggal maupun sistem ganda.

Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis

dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

4) Skala sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk skala report yang hingga kini

dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar

pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab oleh individu. Dari respons

subjek pada setiap pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah

dan intensitas sikap seseorang.

5) Pengukuran terselubung

Metode terselubung (covert measures) sebenarnya berorientasi kembali ke

metode observasi perilaku yang telah dikemukakan diatas, akan tetapi sebagai

objek pengamatan bukan lagi perilaku yang disadari atau sengaja dilakukan

oleh seseorang melakukan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar

kehendak orang yang bersangkutan

2.2.4 Tingkatan Sikap

12

Page 14: ikterus neonatorum

Azwar S ( 2002 ; 87 ), menguraikan beberapa tingkatan sikap diantaranya :

1) Menerima ( receving )

Menerima, diartikan bahwa orang ( subyek ) mau dan memperhatikan

stimulus yang di berikan ( objek ). Misalnya sikap orang terhadap dapat

dilihat dari kesadaran dan perbuatan terhadap ceramah-ceramah.

2) Merespon ( Responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang di berikan adalah suatu indikasi dari sikap , karena dengan mengerjakan

tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang

menerima ide tersebut.

3) Menghargai ( Valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah. Adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,

misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain ( tetangganya,

saudaranya dan sebagainya ) untuk pergi pergi menimbangkan anaknya ke

Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu

tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab ( responsible )

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah menunjukkan siakp yang paling tinggi, misalnya : seorang ibu

mau menjadi apseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau

orang tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah pada benda, orang, tetapi juga

peristiwa pandangan, lembaga, norma dan nilai.

13

Page 15: ikterus neonatorum

2.2.5 Ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannya dengan syarat motif-motif biogenitis sepertii lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah

pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan terhadap suatu objek.

Sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenan dengan suatu

objek yang dapat dirumuskan secara jelas.

4) Objek sikap ,dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

2.3 Dokumentasi Keperawatan

2.3.1 Pengertian dokumentasi keperawatan

Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang status

kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan

perawat. ( Potter and Perry, 1985 ). Pendapat lain menjelaskan dokumentasi

keperawatan adalah pengumpulan, penyimpanan dan desiminasi informasi guna

mempertahankan sejumlah kejadian (Fishback, 1991 ). Dari pengertian diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa dokumentasi keperawatan adalah kegiatan

pencatatan, pelaporan dan pemeliharaan yang berkaitan dengan pengelolaan klien

guna mempertahankan sejumlah fakta, dari suatu kejadian dalam suatu waktu.

14

Page 16: ikterus neonatorum

2.3.2 Tujuan dokumentasi keperawatan.

Menurut Nursalam (2001), mengatakan bahwa tujuan dari dokumentasi

Asuhan Keperawatan sebagi berikut :

2.3.2.1 Mengkonfirmasikan data pada semua anggota tim kesehatan

1) Untuk menghindari salah informasi atau pengertian.

2) Untuk menghindari pengulangan tindakan.

3) Untuk mempersempit jarak antar anggota lain.

4) Untuk menghindari klien merasa tidak aman karena ditanya hal yang sama

berulang-ulang.

2.3.2.2 Memberikan bukti untuk tujuan evaluasi asuhan keperawatan.

2.3.2.3 Sebagai tanggung jawab dang tanggung gugat

2.3.2.4 Sebagai metode pengembangan ilmu keperawatan.

2.3.3 Fungsi dokumentasi keperawatan

2.3.3.1 Sebagai alat komunikasi

1) Meningkatkan koordinasi dan kesinambungan pelayanan

2) Saling melengkapi pelayanan.

3) Menghindari, mengurangi kealpaan dan tumpang tindih.

4) Dapat mengetahui apa yang telah dilakukan oleh anggota tim lain.

2.3.3.2 Sebagai jaminan mutu.

Pengorganisasian data klien yang lengkap akan memberi

15

Page 17: ikterus neonatorum

kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien,

disamping itu melalui sistem pencatatan yang akurat dapat dimonitor

permasalahan klien yang teratasi serta melacak masalah baru yang terjadi.

2.3.3.3 Aspek financial.

Dokumentasi dapat bernilai keuangan karena isinya dapat

dijalankan sebagai bahan dalam menetapkan biaya terhadap jasa pelayanan.

2.3.3.4 Aspek pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya

menyangkut informasi kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat

digunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran bagi profesi keperawatan.

2.3.3.5 Aspek akreditasi.

Melalui dokumentasi keperawatan akan tercermin sebagai

banyak permasalahan klien yang berhasil diatasi. Dengan demikian dapat diambil

kesimpulan tentang tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan, guna

pembinaan dan pengembangan lebih lanjut.

2.3.3.6 Aspek penelitian

Karena isinya menyangkut data informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan atau obyek penelitian dan pengembangan profesi

keperawatan.

2.3.3.7 Aspek legal

Semua catatan informasi tentang klien merupakan

dokumentasi resmi dan berkekuatan hukum, karena bila terjadi sesuatu

permasalahan yang menyangkut hubungan kepentingan profesi sebagai pemberi

16

Page 18: ikterus neonatorum

jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka sewaktu-waktu bila dibutuhkan

catatan keperawatan dapat dijadikan barang bukti di pengadilan, oleh karena itu

fakta – fakta harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, obyektif, ditandatangani

dan diberi tanggal serta perlu di hindari penulisan yang dapat menimbulkan

interpretasi yang berbeda.

2.3.4 Cakupan dokumentasi keperawatan

Kegiatan pendokumentasian mencakup pencatatan,

penyimpanan atau pemeliharaan dan pelaporan. Pencatatan adalah dokumen atau

profil dalam bentuk tulisan yang menjadikan bukti otentik terhadap kondisi klien

yang termonitor. Pencatatan bermanfaat bagi klien, rumah sakit, tim kesehatan,

serta perkembangan ilmu keperawatan, oleh karena itu dokumentasi yang sah

berisi tentang status kesehatan klien, status keperawatan serta informasi dari

kesehatan lain.

2.3.5 Prinsip – prinsip pendokumentasian keperawatan.

Menurut Potter and Perry ( 1989 ), petunjuk cara

pendokumentasian yang benar yaitu :

1) Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang salah

ketika mencatat cara yang benar menggunakan garis pada tulisan yang salah,

kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan yang benar.

2) Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun tenaga

kesehatan lain. Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak profesional atau

17

Page 19: ikterus neonatorum

asuhan keperawatan yang tidak bermutu.

3) Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis diikuti

kesalahan tindakan.

4) Catatan harus akurat teliti dan reliable, pastikan apa yang ditulis adalah fakta,

jangan berspekulatif atau menulis perkiraan saja.

5) Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena dapat

menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tadi,

untuk itu buat garis horisontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan

tanda tangan dibawahnya.

6) Semua catatan harus bisa dibaca dan ditulis dengan tinta dan menggunakan

bahasa yang jelas.

7) Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat sedang

mengklarifikasikan, karena jika perawat melakukan tindakan di luar batas

kewenangannya dapat di tuntut.

8) Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan

bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.

9) Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik) , karena

informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa secara tidak

sengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum. Oleh karena itu tulisan

harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.

10) Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani setiap

selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi keperawatan

harus obyektif, konfrehensif, akurat dan menggambarkan keadaan klien serta

18

Page 20: ikterus neonatorum

apa yang terjadi pada dirinya.

2.3.6 Standar Dokumentasi

Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan yang

dirumuskan Departemen Kesehatan tahun 1995 sebagai berikut :

2.3.6.1 Standar pengkajian data keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi ;

1) Pengumpulan data dengan kriteria : Kelengkapan data,sistematis,

menggunakan format, akurat, dan valid.

2) Pengelompokkan data dengan kriteria : data biologis, data psikilogis, data

sosial dan data spritual.

3) Perumusan masalah dengan tingkat kriteria kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2.3.6.2 Standar diagnosa keperawatan.

Kriteria :

1) Status kesehatan dibandingkan dengan norma untuk menentukan kesenjangan

2) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan klien.

3) Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang perawat.

4) Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan gejala

tanda atau terdiri dari masalah dan penyebab.

5) Diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang

sudah nyata terjadi.

6) Diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang

19

Page 21: ikterus neonatorum

kemungkinan besar akan terjadi apabila tidak dilakukan upaya pencegahan.

2.3.6.3 Standar perencanaan keperawatan

Komponen keperawatan meliputi :

1) Prioritas masalah dengan kriteria : masalah yang mengancam kehidupan

merupakan prioritas yang pertama, masalah kesehatan prioritas yang kedua.

Yang mempengaruhi perilaku prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan dengan kriteria :

Tujuan dirumuskan secara singkat dan jelas, di susun berdasarkan diagnosa

keperawatan, spesifik pada diagnosa keperawatan, dapat diukur, realistik

menggunakan komponen yang terdiri dari subyek perilaku klien, kondisi

klien, dan kriteria tujuan.

3) Rencana tindakan

Kriteria :

Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan merupakan alternatif

tindakan secara tepat, melibatkan dan melakukan tindakan keperawatan

berpedoman pada prosedur teknik yang telah ditentukan.

2.3.6.4 Standar evaluasi

Kriteria :

1) Pengkajia ulang diarahkan pada tercapainya tujuan atau tidak.

2) Prioritas dan tujuan baru di tetapkan serta pendekatan keperawatan lebih

lanjut dilakukan dengan tepat dan akurat.

3) Tindakan keperawatan yang baru di tetapkan dengan cepat dan tepat.

20

Page 22: ikterus neonatorum

2.3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dokumentasi

2.3.7.1 Faktor sosial

Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan sehingga tuntutan

akan mutu pelayanan keperawatan meningkat.

2.3.7.2 Praktek profesional

1) Pengetahuan dokumentasi keperawatan mengambarkan asuhan individu

dalam memcahkan masalah keperawatan.

2) Ketrampilan kemampuan dokumentasi yang lengkap dan benar sesuai standar,

menggambarkan profesionalisasi perawat.

3) Pengalaman kerja dapat mencerminkan kemampuan perawat dalam

memecahkan masalah dan keterampilan melakukan tindakan kurangnya

tenaga perawat, tidak adanya standar dukumentasi menyebabkan waktu untuk

memberikan asuhan lebih lama.

21

Page 23: ikterus neonatorum

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan :- Pengkajian- Diagnosa keperawatan- Rencana keperawatan- Implementasi- Evaluasi

Faktor Internal- Pendidikan- Masa kerja- Status

kepegawaian

Faktor Eksternal- Formulir Askep- Juknis Askep- Protap Askep- Kesejahteraan- Status pegawai

Pelaksanaan dokumentasi keperawatan

Kualitas pelayanan

keperawatan

Kepuasan klien Profesionalisme

keperawatan

- Pengetahuan- Sikap

- Perawat tugas dan tanggung jawab

Informasi tentang keadaan kesehatan pasien

Tanggung jawab Tanggung gugat

Page 24: ikterus neonatorum

Keterangan :

= Areal yang diteliti

= Areal yang tidak diteliti

Perawat adalah seseorang yang telah lulus minimal sekolah perawat atau

akademi keperawatan. Tugas perawat adalah memberikan pelayanan sesuai

dengan profesionalisme keperawatan. Segala pelayanan yang diberikan oleh

perawat harus didokumentasikan, guna dokumentasi adalah untuk pencatatan dan

pelaporan informasi tentang status kesehatan klien, serta semua kegiatan asuhan

keperawatan yang dilakukan perawat.

Sistem dokumentasi dapat berjalan dengan baik didukung oleh pendidikan,

masa kerja dan umur. Dalam setiap tugas perawat melakukan pendekatan proses

keperawatan mulai pengkajian sampai evaluasi seluruhnya harus

didokumentasikan.

3.2 Hipotesa

Adapun hipotesa penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat

pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

23

Page 25: ikterus neonatorum

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti, berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan.

Desain sangat erat dengan kerangka konsep penelitian sebagai petunjuk

perencanaan pelaksanaan suatu penelitian (Nursalam dan Siti Pariani,2001).

Berdasarkan tujuan penelitian, desain yang di gunakan : deskritif korelasi yang

bersifat “ Cross Sectional “ yaitu : memberikan gambaran tentang hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan dokumentasi

keperawatan.

4.2 Frame work

Variabel Dependen

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel kontrol

- Tingkat pengetahuan

- Sikap

Pelaksanaan dokumentasi

keperawatan

- Baik

- Cukup

- Pendidikan

- Masa kerja

- Status kepegawaian

Page 26: ikterus neonatorum

4.3 Desain Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut

masalah yang diteliti ( Nursalam dan Siti Pariani, 2001). Pada penilaian ini

populasinya adalah seluruh perawat yang bekerja di RSUD Dr. H. Soemarno

Sastroatmojo Kuala Kapuas. Sebanyak 146 orang.

4.3.2 Sampel dan sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “ sampling

“ tertentu untuk bisa memenuhi / mewakili populasi ( Nursalam dan Siti Pariani,

2001 ). Pada penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu sampel

diambil dari sebagian perawat yang bekerja di RSUD. Dr. H. Soemarno

Sostroatmojo Kuala Kapuas yang memenuhi kriteria inklusi, sebagai berikut :

1) Perawat dengan pendidikan D-III ( Akper )

2) Perawat pelaksana

3) Masa Kerja >5 tahun

4) Status Pegawai Negeri

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini, dengan kriteria inklusi seperti

tersebut diatas sebanyak 30 orang.

4.4 Identifikasi Variabel

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah faktor yang di duga sebagai faktor yang

mempengaruhi variabel dependen ( Nursalam dan Siti Pariani, 2001 ). Dalam

25

Page 27: ikterus neonatorum

penelitian ini variabel independennya adalah : tingkat pengetahuan dan sikap

perawat.

4.4.2 Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

atau variabel independen ( Nursalam dan Siti Pariani , 2001 ). Dalam penelitian

ini variabel dependennya adalah : Pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

4.4.3 Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini variable kontrolnya adalah : Pendidikan, masa kerja

dan status kepegawaian

26

Page 28: ikterus neonatorum

4.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor

Variabel Independen

Pengetahuan Pengetahuan adalah

kemampuan seorang

perawat untuk

mengingat, memahami

dan mengaplikasikan

dokumentasi

keperawatan

Menjawab dengan benar :

Pengertian dokumentasi

keperawatan

Tujuan dokumentasi

Manfaat dan pentingnya

dokumentasi

keperawatan

Standar dokumentasi

pengkajian keperawatan

Standar dokumentasi

diagnosa keperawatan

Standar dokumentasi

Kuesioner Ordinal 1) Skoring dengan

cara :

Jawaban benar

bernilai : 2

Jawaban salah

bernilai : 1

Seluruh item

pertanyaan dikalikan

skor tertinggi

( 10x2 = 20 )

kemudian

diklasifikasikan

27

Page 29: ikterus neonatorum

perencanaan

keperawatan

Standar dokumentasi

tindakan keperawatan

Standar dokumentasi

evaluasi keperawatan

menurut Arikunto

( 2000)

Baik : 76-100 %

Cukup : 56 –75 %

Kurang : < 55 %

2) Penilaian akhir

adalah sebagai

berikut :

Baik : Nilai 15-20

dengan kode

tabulasi data 3

Cukup : Nilai 11 –

14 dengan kode

tabulasi data 2

Kurang : Nilai < 11

28

Page 30: ikterus neonatorum

Sikap Sikap adalah pola

perilaku yang

ditampilkan oleh seorang

perawat dalam

pelaksanaan

dokumentasi

keperawatan

Favorable : mendukung

pelaksanaan

dokumentasi

keperawatan yang baik

dan benar

Unfavorable : tidak

mendukung pelaksanaan

dokumentasi

keperawatan yang baik

dan benar

Kuesioner Ordinal

dengan kode

tabulasi data 1

Untuk pernyataan

positif

penilaiannya

adalah :

SS : 5

S : 4

R : 3

TS : 2

STS : 1

Sedangkan untuk

pernyataan negatif

penilaiannya

29

Page 31: ikterus neonatorum

adalah : SS : 1

S : 2

R : 3

TS : 4

STS : 5

Kemudian

diklasifikasikan

menurut Arikunto :

76 – 100 % = baik

56 – 75 % = cukup

< 56 % = kurang

Penilaian akhir

untuk pertanyaan

seluruh item

pertanyaan

30

Page 32: ikterus neonatorum

dikalikan skor

tertinggi ( 7x5=35 )

Baik = nilai 27-35

Dengan kode

tabulasi data 3

Cukup = Niali 20 –

26 dengan kode

tabulasi data 2

Kurang = Nilai

kurang dari 20

dengan kode

tabulasi data 1

31

Page 33: ikterus neonatorum

Variabel Dependen

Pelaksanaan

dokumentasi

keperawatan

Dokumentasi

keperawatan adalah

sistem pencatatan dan

pelaporan tentang status

kesehatan klien serta

semua kegiatan asuhan

keperawatan yang

dilakukan perawat

Pengkajian keperawatan

Diagnosa keperawatan

Rencana tindakan

Implementasi

Evaluasi keperawatan

Catatan asuhan

keperawatan

Checlist

(Observasi)

Ordinal

Penilaian :

Bila Jawaban ya

dinilai 1

Bila Jawaban

tidak dinilai 0

Seluruh item

dikalikan skor

tertinggi (24x1 = 24)

diklasifikasikan

menurut Arikunto

(2000)

Baik : 76 - 100 %

Cukup: 56 – 75 %

Kurang : < 55 %

32

Page 34: ikterus neonatorum

Penilaian akhir

adalah sebagai

berikut :

Baik : Nilai 18-24

dengan kode

tabulasi data 3

Cukup : Nilai 13- 17

dengan kode tabulasi

data 2

Kurang : Nilai < 13

dengan kode

tabulasi data 1

33

Page 35: ikterus neonatorum

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di masing-masing ruang rawat inap RSUD Dr.

H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas dengan prosedur sebagai berikut :

Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi peneliti kepada

Direktur RSUD Dr. Soemarno Sastroatmojo. Setelah mendapat izin dari Direktur,

kemudian mengadakan pendekatan dengan masing-masing kepala ruangan dan

perawat pelaksana, selanjutnya kepada perawat pelaksana akan di berikan

penjelasan tujuan penelitian dan dimohon bantuannya menjadi responden. Bila

bersedia menjadi responden dan selanjutnya dipersilahkan menandatangani

informed consent.

Responden yang memenuhi kriteria di berikan angket agar mengisinya

dan peneliti berada di dekat responden agar apabila ada pertanyaan dari

responden, peneliti dapat segera menjelaskannya. Responden diingatkan agar

semua pertanyaan diisi dengan lengkap, bila telah selesai diisi dilakukan pada saat

akan melakukan dokumentasi keperawatan.

4.6.1 Instrumen

Alat pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan yang mengacu pada kerangka

konsep. Pertanyaan terdiri dari bagian, yaitu : Bagian A memuat pertanyaan

mengenai tingkat pengetahuan, bagian B memuat tentang sikap dan bagian C

tentang pedoman observasi pelaksanaan dokumentasi keperawatan.

34

Page 36: ikterus neonatorum

4.6.2 Tempat dan waktu

Penelitian di laksanakan di RSUD. Dr. H. Soemarno Sastroatmojo-

Kuala Kapuas dan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2002.

4.6.3 Analisa data

Analisa data merupakan kegiatan setelah seluruh kuesioner dari responden

terkumpul. Kuesioner yang terkumpul diperiksa ulang untuk mengetahui

kelengkapan isi datanya. Setelah data lengkap, data dikelompokkan dan ditabulasi

berdasarkan fariabel yang diteliti, kemudian dilakukan perhitungan untuk masing-

masing sub variabel yaitu : variabel pengetahuan, sikap, dokumentasi

keperawatan, data yang sudah dikelompokkan dianalisa untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel yang diteliti dengan menggunakan uji statistik

koefisien korelasi spearman rank dengan rumus (Sugiyono, 2001 : 284)

Keterangan :

= Koefisien korelasi spearman rank

bi = Perbedaan antara pasangan rank

n = Jumlah pasangan rank

Bila n lebih dari 30, maka pengujian signifikansinya menggunakan rumus

(Sugiyono, 2001 : 292)

Hasil perhitungan atau harga hitung dibandingkan dengan harga tabel

sesuai dengan derajat kebebasannya dan tingkat kesalahannya. Jika harga hitung

35

Page 37: ikterus neonatorum

lebih besar dari harga tabel, maka HO ditolak artinya terdapat hubungan antara

dua variabel yang diteliti. Jika harga hitung lebih kecil atau sama dengan harga

tabel, maka HO diterima artinya tidak terdapat hubungan antara dua variabel

yang diteliti. (Sugiyono, 2001 : 292).

Setelah data terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dibantu dengan

program SPSS Versi 10.

4.7 Masalah Etika.

Dalam melakukan penelitian , peneliti mengajukan permohonan izin kepada

panitia etik RSUD. Dr. H. Soemarno sastroatmojo Kuala kapuas untuk

mendapatkan persetujuan. Kemudian kuesioner di kirim ke subyek yang diteliti

dengan menekankan pad amasalah etika yang meliputi :

4.7.1 Lembara Persetujuan

Lembar persetujuan penelitian di berikan pada responden . tujuannya adalah

subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Jika subyek bersedia diteliti maka harus menanda

tangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak

akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

4.7.1 Anomity ( tanpa nama )

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencamtumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data ( kuesioner ) yang

diisi oleh subyek. Lembar tersebut hanya di beri nomor kode tertentu

36

Page 38: ikterus neonatorum

4.7.2 Confidentialy

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.

4.7.3 Inform concent

Formulir merupakan pengukuhan atau pendokumetasian dari apa yang telah

disepakati. Subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

riset yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk berpatisipasi atau menolak

menjadi responden. Pada informed consent juga perlu di cantumkan bahwa data

yang diperoleh hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu.

4.8 Keterbatasan

4.8.1 Instrumen / alat ukur

Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki lebih banyak dipengaruhi

oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang bersifat subyektif, sehingga hasilnya

kurang mewakili secara kualitatif.

4.8.2 Sampling desain

Dengan menggunakan simple random sampling, menyebabkan hilangnya

kesempatan pada responden yang memnuhi kriteria inklusi.

4.8.3 Faktor peasibility

1) Waktu dan dana yang dimiliki peneliti terbatas sehingga hasil penelitian ini

kurang sempurna dan kurang memuaskan.

2) Instrumen / kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini tidak dilakukan uji

kuesioner terlebih dahulu sehingga dimungkinkan data yang terkumpul

37

Page 39: ikterus neonatorum

kurang valid.

3) Pengumpulan data menggunakan teknik non probability sampling

( purpassive sampling ) sehingga responden kurang mewakili populasi yang

ada.

38