Ikterus Neonatorum Referat Done
-
Upload
monica-bellynda -
Category
Documents
-
view
244 -
download
3
Transcript of Ikterus Neonatorum Referat Done
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
1/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Monica Bellynda
NIM : 406137024
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Tarumanagara Jakarta
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Kedokteran
Bidang : Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak
Periode Kepaniteraan Klinik : 15 September 2014 22 November 2014
Judul : Hiperbilirubinemia
Diajukan :
Pembimbing : dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A
TELAH DISERAHKAN DAN DISAHKAN TANGGAL:
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
Fakultas Kedokteran Tarumanagara Jakarta
RSUD Kota Semarang
Mengetahui
Kepala SMF Anak RSUD Kota Semarang Pembimbing
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
2/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-bsarnya penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas ahmat dan
karunia- Nya sehingga makalah dengan judul Hiperbilirubinemia ini dapat selesai dengan baik
dan tepat waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik
Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RSUD Kota
Semarang periode 15 September 2014 22 November 2014
Melalui referat ini penulis ingin mencoba menyajikan informasi mengenai
Hiperbilirubinemia bagi para pembaca, khususnya kalangan medis dan paramedia dengan
harapan dapat menambah pengetahuan mengenai Hiperbilirubinemia dan penanganannya.
Dalam menyusun referat ini, penulis menghadapi berbagai hambatan, sepeeti sulitnya
memperoleh keakuratan data dengan melakukan seleksi dari berbagai sumber, serta kurangnya
pegalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dan
kerjasama yang telah diberikan selama menyusun referat ini, kepada :
1. Pimpinan beserta staf RSUD Kota Semarang
2. Dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A selaku ketua SMF dan pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Kota Semarang
3. Dr. Slamet Widi, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Kota Semarang
4. Dr. Hartono, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Kota Semarang
5. Dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Kota Semarang6. Seluruh staf medis dan non-medis Bangsal Anak RSUD Kota Semarang
7. Rekan rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Kota
Semarang
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
3/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 3
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah ikut membantu
sehingga referat ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam referat ini karena
kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua piha supaya referat ini dapat
menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi yang membacanya. Penulis mohon maaf
apabila banyak kesalahan maupun kekurangan dalam referat ini.
Semarang , 2014
Monica Bellynda
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
4/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 4
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Bab 1 Pendahuluan 5
Bab 2 Hiperbilirubinemia 6
Definisi dan Epidemiologi 6
Metabolisme Bilirubin 7
Etiologi 9
Patofisiologi 10
Klasifikasi 11
Tanda dan Gejala 12
Diagnose 14
Penatalaksanaan medis 17
Diagnose Banding 23
Komplikasi dan pencegahan 25
Bab 3 Kern Ikterus 26
Daftar Pustaka 39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
5/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 5
BAB 1PENDAHULUAN
Salah satu keadaan yang membuat khawatir tenaga medis, orangtua tehadap bayi baru
lahir adalah kuning atau hiperbilirubinemia atau icterus neonatorum. Hal ini juga menjadi
penyebab gangguan gagal tumbuh pada bayi. Kasus icterus ditemukan sekitar 60 % pada
neonates aterm dan 80 % pada neonates preterm selama minggu pertama kehidupan. Icterus
timbul akibat penimbunan pigmen bilirubin unconjugated di kulit. Bilirubin unconjugated
bersifat neurotoxic bagi bayi pada tingkat tertentu dan pada berbagai keadaan.
Icterus pada bayi baru lahirdapat bersifat fisiologis maupun patologis. Icterus fisiologis
sekitar 25-50 % pada bayi cukup bulan dan lebih tinggi pada bayi kurang bulan. Timbulnya hari
ke tiga kehidupan dantidak ada tanda patologis yang menyertai. Dasar patologis yang dimaksud
adalah jenis bilirubine , saat timbul dan hilangnya kuning , serta penyebabnya. Neonates yang
mengalami icterus dapat terjadi komplikasi akibat gejala sisa yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan. Oleh karena itu, penanganan yang baik, intensif sangat diperlukan.
Pemberian ASI megurangi kejadian icterus neonatorum
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
6/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 6
BAB 2
HIPERBILIRUBINEMIA
A.PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia atau icterus neonatorum Ikterus adalah perubahan warna kulit atau
sclera mata dari putih menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus
pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis, terdapat pada 25%-50%
pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga merupakan hal yang patologis (tidak normal)
misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat),
penyumbatan saluran empedu, dan lain lain.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3 dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai
potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sampai hari ketujuh biasanya akan menghilang.
Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut
sebagai hiperbilirubinemia.
B.EPIDEMIOLOGI
Kejadian hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sekitar 60-70% , bahkan pada bayi
kurang bulan atau bayi berat lahir rndah jauh lebih tinggi. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang
dirawat kembali dalam minggu pertama kehidupan karena hiperbilirubinemia neonatal tersebut.
Walaupun insiden hiperbilirubinemia neonatal tinggi, tetapi hanya sebagian yang bersifat
patologis yang mengancam kelangsungan kehidupan neonates tersebut.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
7/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 7
C.METABOLISME BILIRUBIN
Bilirubin indirect maupun direct berasal dari degradasi, penghancuran atau proses
hemolysis dari eritrosit maupun dari myoglobin dan katalase (heme protein) di dalam sistem
RES oleh enzim heme oksigenase menjadi biliverdin yang selanjutnya oleh enzim bilrubine
reductase diubah menjadi bilirubin indirect. Secara difusi bilirubine indirect akan masuk ke
dalam sirkulasi darah yang selanjutnya diikat oleh albumin serum. Kemudian bilirubin ini
dibawa ke dalam hati melalui membrane sinusoid lalu ditangkap oleh protein Y dan Z,
selanjutnya ditransfer ke Reticulum Endoplasmin kasar atau halus. Disini akan dimetabolisir oleh
enzim UDPG-T menjadi bilirubine mono dan diglukoronoid yang larut dalam air. Pada proses
selanjutnya bilirubin direct akan dirubah menjadi garam empedu dan di salurkan ke kantung
empedu untuk digunakan dalam proses pencernaan lemak di usus. Pada tahap akhir produk bilirubin ini akan dikeluarkan menjadi stercobilinogen melalui feses dan urobilinogen melalui
urin.
Jika neonates dipuasakan terlalu lama, didalam usus garam empedu ini oleh Beta-
Glucoronidase yang dapat menghidrolisa monoglukoronidase dan diglukoronidase kembali
menjadi bilirubin indirect yang selanjutnya diabsorpsi kembali terjadilah siklus enterohepatik,
sehingga bilirubin indirect meningkat di dalam darah.
IKTERUS FISIOLOGIS
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis . Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya
mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun
kembali dalam minggu pertama setelah lahir. Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin
sampai 12 mg/dL dengan bilirubin terkonyugasi
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
8/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 8
6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir.
Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi
peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80
hari dibandingkan dewasa 120 hari), proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur
dan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah
ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Timbul pada hari kedua ketiga
Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan
dan 10 mg % per hari pada kurang bulan
Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
Ikterus hilang pada 10 hari pertama
Tidak mempunyai dasar patologis
IKTERUS PATOLOGIS
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi. Tingginya
kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga
diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin, yang serumnya mungkin menjurus ke arah
terjadinya kerinkterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia
ialah:
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
9/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 9
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonates kurang bulan dan 12,5 mg%
pada neonates cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD
dan sepsis).
5. Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36
minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia,
hiperkapnia, hiperosmolalitas darah. Kernikterus ialah ensefalopati bilirubin yang
biasanya ditemukan pada neonates cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin indirek
lebih dari 20 mg% dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan
bercak bilirubin pada otak. Kernikterus secara klinis berbentuk kelainan saraf spasticyang terjadi secara kronik.
D.ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
1.
Produksi yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis,
hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom
criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang
berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.Bilirubin
dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
10/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 10
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau
kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam
hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
E.PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel
hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau
pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam airtapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila bilirubin tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati darah otak
apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, hipoksia, dan hipolikemia.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
11/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 11
F.KLASIFIKASI
Ikterus Hemolitik
Ikterus hemolitik disebabkan oleh lisis (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus hemolitik merupakan penyebab prahepatik karena terjadi akibat faktor-faktor
yang tidak harus berkaitan dengan hati. Ikterus hemolitik dapat terjadi pada destruksi sel darah
merah yang berlebihan dan hati tidak dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan.
Ikterus ini dapat dijumpai pada reaksi transfuse, atau lisis sel darah merah akibat gangguan
hemoglobin, misalnya anemia sel sabit dan talasemia. Destruksi sel darah merah karena proses
otoimun yang dapat menyebabkan ikterus semolitik.
Pada ikterus hemolitik apapun sebabnya, sebagian bilirubin akan terkonjugasi (disebut bilirubin
bebas atau hiperbilirubinemia indirek) akan meningkat.
Ikterus Hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosis
dan disebut ikterus hepatoseluler. Disfungsi hati dapat terjadi apabila hepatosit terinfeksi dan
oleh virus, misalnya pada hepatitis, apabila sel sel hati rusak akibat kanker atau sirosis. Sebagian
kelainan kongenital juga mempengaruhi kemampuan hati untuk menangani bilirubin, Obat-
obatan tertentu termasuk hormone steroid, sebagian anti biotic dan anestetik halotan juga dapat
mengganggu sel hati. Apabila hati tidak dapat mengkonjugasikan bilirubin, kadar bilirubin
terkonjugasi akan meningkat sehingga timbul ikterus.
Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau duktus biliaris disebut ikterus
obstruktif. Ikterus obstruktif dianggap berasal intrahepatik apabila disebabkan oleh sumbatan
aliran empedu melintasi duktus biliaris. Obstruksi intra hepatik dapat terjadi apabila duktus
biliaris tersumbat oleh batu empedu atau tumor.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
12/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 12
Pada kedua jenis obstruksi tersebut, hati tetap mengkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus. Akibatnya adalah penurunan atau tidak adanya
ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna pekat. Bilirubin terkonjugasi tersebut
masuk ke aliran darah dan sebagian besar di ekskresikan melalui ginjal sehingga urin berwarna
gelap dan berbusa. Apabila obstruksi tersebut tidak di atasi maka kanalikulus biliaris di hati
akhirnya mengalami kongesti dan rupture sehingga empedu tumpah ke limfe dan aliran darah.
G.TANDA DAN GEJALA
Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
1. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah
letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
2. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan
opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral
dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia
dentalis).
Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai
sekitar 40 mol/l.
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula
disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi.Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO,
rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir. Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
13/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 13
4. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan
memotong tali pusat.
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau
eritroblastosis.
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan dengan anemia hemolitik,
infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya
konsultasikan ke bagian hepatologi.
PENILAIAN IKTERUS MENURUT KRAMER
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk penilaian ikterus,
Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang di mulai dari kepala dan leher,
dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu
pergelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan.
Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjolseperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari
tiap tiap nomor di sesuaikan dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak
menunjukkan intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut
menunjukkan arah meluasnya ikterus.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
14/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 14
Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut Kramer
Derajat
Ikterus
Daerah Ikterus Perkiraan kadar Bilirubin (rata-rata)
Aterm Prematur
1 Kepala sampai leher 5,4 -
2 Kepala, badan sampai dengan
umbilicus
8,9 9,4
3 Kepala, badan, paha, sampaidengan lutut
11,8 11,4
4 Kepala, badan, ekstremitas
sampai dengan tangan dan kaki
15,8 13,3
5 Kepala, badan, semua
ekstremitas sampai dengan ujung
jari
H.DIAGNOSA
Visual
Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat digunakan
apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena
besarnya bias penilaian. Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan,
namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi
dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut.
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut:
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
15/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 15
a) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa
tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.
b) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan
jaringan subkutan.
c) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning.
Bilirubin Serum
Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus
neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perludipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan
tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang
diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium
foil).
Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL
atau usia bayi > 2 minggu.
Bilirubinometer Transkutan
Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip
memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya
yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi
pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yangtidak terpengaruh pigmen. Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining,
bukan untuk diagnosis.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
16/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 16
Sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin
transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo).
Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi >34
minggu. Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum >14.4
mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum
Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303, r=0.76, p
Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining. Hasil
analisis menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai
tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah
terjadinya ensefalopati hiperbilirubin.
Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan
mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.
Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas. Salah
satunya dengan metode oksidase-peroksidase. Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi
oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin. Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna. Dengan
pendekatan bilirubin bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah.
Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO
dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini, maka pengukuran konsentrasi CO yang
dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin.
Tabel. Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus
Usia Kuning terlihat pada Tingkat keparahan ikterus
Hari 1 Bagian tubuh manapun Berat
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
17/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 17
Hari 2
Hari 3
Tengan dan tungkai *
Tangan dan kaki *
* Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan,
tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan
memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin
serum untuk memulai terapi sinar.
I.PENATALAKSANAAN MEDIS
Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan yang khusus, kecuali pemberian minum sedini
mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang cukup. Pemberian minum sedini mungkin akan
meningkatkan molitas khusus dan juga menyebabkan bakteri di introduksi ke usus. Bakteri dapat
merubah bilirubin direct menjadi urobilin yang dapat di absorpsi kembali. Dengan demikian,
kadar bilirubin serum akan turun. Meletakkan bayi di bawah sinar matahari selama 15-20 menit,
ini di lakukan setiap hari antara pukul 6.30 8.00. Selama ikterus masih terlihat, perawat harus
memperhatikan pemberian minum dengan jumlah cairan dan kalori yang cukup dan pemantauan
perkembangan ikterus. Apabila ikterus makin meningkat intensitasnya, harus segera di catat dan
di laporkan karena mungkin di perlukan penanganan yang khusus.
Tindakan umum
1. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) dan lain lain pada waktu hamil
2. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi
3. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan
bayi baru lahir
4. Iluminasi yang cukup baik di tempat bayi di rawat.
5. Pengobatan terhadap faktor penyebab bila di ketahui.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
18/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 18
Tindakan khusus
Setiap bayi yang kuning harus di tangani menurut keadannya masing masing. Bila kadar
bilirubin serum bayi tinggi, sehingga di duga akan terjadi kern ikterus, hiperbilirubenia tersebut
harus di obati dengan tindakan berikut:
1. Pemberian fenobarbital , agar proses konjugasi bisa di percepat serta mempermudah
ekskresi. Pengobatan ini tidak begitu efektif karena kadar bilirubin bayi dengan
hiperbilirubinemia baru menurun setelah 4-5 hari. Efek pemberian fenobarbital ini
tampak jelas bila di berikan kepada ibu hamil beberapa minggu sebelum persalinan,
segera sesudah bayi lahir atau kedua keadaan tersebut. Pemberian fenobarbital
profilaksis tidak di anjurkan karena efek samping obat tersebut, seperti gangguan
metabolik dan pernafasan, baik pada ibu maupun pada bayi.
2. Memberi substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi, misalnya pemberian
albumin untuk memikat bilirubin bebas. Albumin biasanya di berikan sebelum transfusi
tukar dikerjakan oleh karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstra
vaskuler ke vaskuler, sehingga bilirubin yang di ikatnya lebih mudah di keluarkan dengan
tranfusi tukar.
3. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.
FOTOTERAPI
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk
menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a
bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan
bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan
merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin.Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian
bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
19/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 19
tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi
tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi
bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi
pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.
Tabel Terapi
Berikut tabel yang menggambarkan kapan bayi perlu menjalani fototerapi dan penanganan medis lainnya,
sesuai The American Academy of Pediaatrics (AAP) tahun 1994
Bayi lahir cukup bulan (38 42 minggu)
Usia bayi(jam)
Pertimbanganterapi sinar
Terapisinar
Transfusetukar bilaterapi sinar
intensif gagal
Transfuse tukardan terapi sinarintensif
Kadar bilirubin
Indirekserum
Mg/dl
9 >12 >20 >25
49 72 >12 >15 >25 >30
>72 >15 >17 >25 >30
Bayi lahir kurang bulan perlu fototerapi jika:
Usia (jam) Berat lahir BL 1500 2000 gkadar bilirubin
BL >2000 gkadar bilirubin
> 4 > 4 > 5
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
20/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
21/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 21
Lamanya terapi sinar dicatat.
Apabila dalam evaluasi kadar bilirubin serum barada dalam batas normal, terapi sinar dihentikan.
Jika kadar bilirubin masih tetap atau tidak banyak berubah, perlu dipikirkan adanya beberapa
kemungkinan, antara lain lampu yang tidak efektif atau bayi menderita dehidrasi, hipoksia,
infeksi, dan gangguan metabolisme.
Pemberian terapi sinar dapat menimbulkan efek samping. Namun, efek samping tersebut bersifat
sementara, yang dapat di cegah atau dapat ditanggulangi dengan memperhatikan tata cara
penggunaan terapi sinar dan diikuti dengan pemantauan keadaan bayi secara berkelanjutan.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonates yang mendapati terapi sinar adalah :
Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur.
Energi cahaya fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan
peningkatan penguapan melalui kulit. Terutama bayi premature atau berat lahir sangat
rendah. Keadaan ini dapat di antisipasi dengan pemberian cairan tambahan. Frekuensi defekasi meningkat. Meningkatnya bilirubin indirect pada usus akan
meningkatkan pembentukan enzim lactase yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya diare.
Timbul kelainan kulit di daerah muka badan dan ekstremitas, dan akan segera hilang
setelah terapi berhenti. Di laporkan pada beberapa bayi terjadi bronze baby syndrome ,
hal ini terjadi karena tubuh tidak mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar.
Perubahan warna kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh
kembang bayi.
Peningkatan suhu.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
22/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 22
Beberapa neonates yang mendapat terapi sinar, menunjukkan kenaikan suhu tubuh, ini
disebabkan karena suhu lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu
tubuh bayi.
Kadang di temukan kelainan, seperti gangguan minum, letargi, dan iritabilitas. Ini
bersifat sementara dan hilang sendirinya.
TRANSFUSI PENGGANTI
Transfuse pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl
7. Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus
Transfusi pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah
terhadap antibody maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)
3. Menghilangkan serum bilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
23/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 23
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh
negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B. Setiap 4 -
8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.
J.DIAGNOSA BANDING
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaanpenunjangataudiagnosis lainyang sudahdiketahui
Kemungkinandiagnosis
Timbul saat lahirhari ke-2
Riwayat ikteruspada bayi
sebelumnya
Riwayat penyakitkeluarga:
ikterus, anemia,pembesaranhati,pengangkatanlimfa, defisiensi
G6PD
Sangatikterus
Sangat pucat
Hb8mg/dl pada hari
ke-1 atau kadarBilirubin>13mg/dl pada harike-2ikterus/kadarbilirubin cepat
Bila adafasilitas:
Coombs tespositif
Defisiensi G6PD Inkompatibilitasgolongan darahABO atau Rh
Ikterushemolitik akibat
inkompatibilitasdarah
Timbul saat lahirsampai
dengan hari ke2
atau lebih Riwayat infeksi
maternal
Sangatikterus
Tanda
infeksi/sepsis:malas minum,kurang aktif,tangis lemah,suhu tubuhabnormal
Lekositosis,leukopeni,trombositopenia
Ikterus didugakarena infeksiberat/sepsis
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
24/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 24
Timbul pada hari1
Riwayat ibu hamil
pengguna obat
Ikterus hebattimbul pada hari
ke2
Ensefalopatitimbul
pada hari ke 3-7
Ikterus hebat
yang tidak atau
terlambat diobati
Ikterus menetapsetelah
usia 2 minggu
Timbul hari ke2atau lebih
Bayi berat lahirrendah
Ikterus
Sangatikterus,kejang,posturabnormal,letragi
Ikterusberlangsung> 2 minggupada bayicukup bulandan > 3minggu padabayi kurangbulan
Bayi tampaksehat
Bila adafasilitas: Hasiltes Coombspositif
Faktorpendukung:Urine gelap,feses pucat,peningkatanbilirubin direks
Ikterus akibatobat
Ensefalopati
Ikterusberkepenjangan(ProlongedIkterus)
Ikterus padabayi prematur
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
25/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 25
K.KOMPLIKASI
o Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
o Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy , retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
L.PENCEGAHAN
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
1. Pengawasan antenatal yang baik.
2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan
kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin, oksitosin dan lain-lain.
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
5. Iluminasi yang baik pada bangsal bayi baru lahir.
6. Pemberian makanan yang dini.
7. Pencegahan infeksi
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
26/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
27/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 27
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kern ikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubinindirek/tak terkonjugasi dalam sel otak 1, 2, 3, 6 .
2.2. Insidensi
Dengan menggunakan kriteria patologis, sepertiga bayi (semua umur kehamilan) yang
penyakit hemolitiknya tidak diobati dan kadar bilirubinnya lebih dari 20 mg/dL, akan mengalami
kern ikterus. Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah 2-16 %.
Perkiraan frekuensi klinis tidak dapat dipercaya karena luasnya spektrum manifestasi penyakit2, 7,
Di Amerika Serikat, 8-10 % dari semua bayi sehat tetap dapat terjadi hiperbilirubinemia
berat yang selanjutnya mengalami kern ikterus.
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan meningkatnya kasus kern ikterus, yaitu:
- Para orang tua tidak mengetahui tanda-tanda ikterus sehingga mereka tidak segera
menghubungi dokter.
- Banyaknya bayi baru lahir yang segera meninggalkan Rumah Sakit, padahal kadar bilirubin
darah belum mencapai puncaknya (48-72 jam setelah kelahiran), ditambah dengan tidak
kontrol kembali dalam jangka waktu satu minggu kemudian.
- Dokter yang hanya mengandalkan penglihatan dalam menilai derajat kuningnya kulit akibat
ikterus yang mana rentan terhadap kesalahan terutama pada kasus yang berat dan tidak
adanya informasi kepada para orang tua untuk memperhatikan kualitas kuningnya kulit pada
bayi mereka.
- Beberapa bayi baru lahir pulang dari Rumah Sakit dalam kondisi pemeriksaan kadar bilirubin
yang belum selesai 5, 6,8,10 .
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
28/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
29/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 29
- Ekskresi bilirubin menurun.
Ikterus patologis:
- Anemia hemolitik: isoimunisasi, defek eritrosit, penyakit hemolitik bawaan, sekunder dariinfeksi, dan mikroangiopati.
- Ekstravasasi darah: hematoma, ptekie, perdarahan paru, otak, retroperitoneal dan
sefalhematom.
- Polisitemia.
- Sirkulasi enterohepatik berlebihan: obstruksi usus, stenosis pilorus, ileus mekonium, ileus
paralitik, dan penyakit hirschprung.
- Berkurangnya uptake bilirubin oleh hepar: gangguan transportasi bilirubin, obstruksi aliran
empedu 1,2,3 .
2.5. Patogenesis
Patogenesis kern ikterus bersifat multi faktorial dan melibatkan interaksi antara kadar
bilirubin yang tidak terjonjugasi, ikatan albumin dan kadar bilirubin yang tak terikat/bebas,
menembusnya ke sawar darah otak, dan kerentanan neurologik terhadap jejas. Permeabilitas
sawar darah otak dapat dipengaruhi oleh penyakit, asfiksia, dan maturasi otak.
Pada setiap bayi, nilai persis kadar bilirubin yang dapat bereaksi indirek atau kadar
bilirubin bebas dalam darah yang kalau dilebihi akan bersifat toksik, tidak dapat diramalkan,
tetapi kern ikterus jarang terjadi pada bayi cukup bulan yang sehat dan pada bayi tanpa adanya
hemolisis, yaitu bila kadar serum berada di bawah 25 mg/dL. Pada bayi yang mendapat ASI,
kern ikterus dapat terjadi bila kadar bilirubin melebihi 30 mg/dL, meskipun batasannya luas yaitu
antara 21-50 mg/dL. Onset terjadi dalam minggu pertama kehidupan, tetapi dapat terjadi
terlambat hingga minggu ke-2 bahkan minggu ke-3. Lamanya waktu pemajanan yang diperlukan
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
30/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
31/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
32/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 32
Pusat, hematologik dan kulit. Dari hasil laboratorium didapatkan anemia, leukopenia, netropenia
absolut, trombositopenia, peningkatan Laju Endap Darah dan C- Reactive Protein.
2.7.2. Asfiksia
Merupakan keadaan yang ditandai oleh gejala-gejala akibat hipoksia yang progresif, akumulasi
CO 2, dan asidosis.
2.7.3. Hipoglikemia
Merupakan keadaan yang terdapat pada bayi kurang bulan dan berat badan lahir rendah,
mempunyai kadar glukosa darah
Kriteria diagnosis ditandai dengan atau tanpa gejala; letargi/apati, tremor, apnea, sianosis,
kejang, koma, menangis lemah atau high pitched cry , poor feeding .
2.8. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kadar bilirubin.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan yang masih akan timbul akibat toksisitas
kadar bilirubin yang sangat tinggi.
- Pemeriksaan fungsi otak: EEG
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan otak yang telah terjadi.
2.9. Pengobatan
2.9.1. Transfusi Tukar
Jika ada tanda-tanda kern ikterus, transfusi tukar merupakan indikasi. Jadi jika ada tanda-
tanda kern ikterus selama evaluasi atau pengobatan, pada kadar bilirubin berapapun, maka
transfusi tukar darurat harus dilakukan.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
33/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 33
Pengobatan yang diterima secara luas ini (transfusi tukar) harus diulangi sesering yang
diperlukan untuk mempertahankan kadar bilirubin indirek dalam serum di bawah kadar yang
tercatat pada tabel. Ada berbagai faktor yang dapat mengubah kriteria ini ke arah yang
sebaliknya, namun bergantung pada individu penderita. Munculnya tanda-tanda klinis yang
memberi kesan kern ikterus merupakan indikasi untuk melakukan transfusi tukar pada kadar
bilirubin serum berapapun. Bayi cukup bulan yang sehat dengan ikterus fisiologis atau akibat
ASI, dapat mentoleransi kadar bilirubin sedikit lebih tinggi dari 25 mg/dL tanpa tampak sakit,
sedangkan bayi prematur yang sakit dapat mengalami ikterus pada kadar bilirubin yang sangat
rendah. Kadar yang mendekati perkiraan kritis pada setiap bayi dapat merupakan indikasi untuk
transfusi tukar semasa usia 1 atau 2 hari ketika kenaikan yang lebih lanjut diantisipasi, tetapi
bukan pada hari ke-4 pada bayi cukup bulan atau pada hari ke-7 pada bayi prematur, ketika
penurunan yang terjadi segera bisa diantisipasi saat mekanisme konjugasi hati menjadi lebihefektif 2.
Teknik transfusi tukar:
Bayi ditempatkan di meja resusitasi yang dihangatkan, anggota badan pada posisi istirahat.
Kerjakan melalui vena umbilikalis/vena sefana magna.
Gunakan darah segar dari donor darah (
Darah yang digunakan yaitu darah citrat atau mengandung heparin.
Transfusi ganti diberikan biasanya 2 x volume darah bayi (80 ml/kg BB), yaitu 160 ml/kg B
(diharapkan dapat menggantikan darah bayi 87 %). Setiap kali menukar/mengambildan
memasukkan darah sebesar 10-20 ml (tergantung toleransi bayi.
Bayi sakit atasi dulu penyakitnya (misalnya: asfiksia dan hipoglikemia)
Bayi-bayi yang disertai anemia (HTpartial exchange dengan PRC (25-80 ml/kg
BB) sampai HT naik menjadi 40 %. Bila keadan sudah stabil, lakukan transfusi untuk
mengatasi hiperbilirubinemia.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
34/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
35/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 35
Transfusi dihentikan bila emboli, hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis,
hipoglikemia, gangguan pembekuan, dan perforasi pembuluh darah.
Komplikasi transfusi tukar antara lain gangguan vaskular, kelainan jantung, gangguan
elektrolit, koagulasi, infeksi, hipotermia, dan hipoglikemia.
2.9.2. Fisioterapi
Untuk bayi yang sudah mengalami cacat akibat kadar bilirubin terlalu
tinggi, pengobatan diarahkan pada fisioterapi untuk memperbaiki
kekakuan otot dan gerakan serta stimulasi untuk mengoptimalkan fungsi
intelek (kognitif). Dengan cara ini diharapkan kemampuan si anak
sebisanya mendekati normal.
2.10. Prognosis
Tanda-tanda neurologis yang jelas mempunyai prognosis yang jelek, ada 74 % atau lebih
bayi-bayi yang demikian meninggal, dan 80 % yang bertahan hidup menderita koreoatetosis
bilateral dengan spasme otot involunter. Retardasi mental, ketulian, dan kuadriplegia spastis
lazim terjadi. Bayi yang beresiko harus menjalani skrining pendengaran 2.
2.11. Pencegahan
- Segera menurunkan kadar bilirubin indirek.
- Penanganan bayi ikterus; fototerapi, kemoterapi, transfusi tukar.
Bayi dengan kadar bilirubin tinggi diobati dengan menggunakan fototerapi, bahkan
dengan transfusi tukar. Kini terdapat obat baru yaitu Stanate yang dalam ujicoba terbukti dapat
memblokade produksi bilirubin sehingga dapat mencegah kern ikterus, hingga sekarang obat ini
masih terus dikembangkan 4.
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
36/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Kota SemarangFak. Kedokteran Univ. Tarumanagara JakartaPeriode 15 September 2014 22 November 2014 Page 36
Tanpa memandang etiologi, tujuan terapi adalah mencegah kadar yang memungkinkan
terjadinya neurotoksikosis, dianjurkan agar fototerapi, dan jika tidak berhasil, transfusi tukar
dilakukan untuk mempertahankan kadar maksimum bilirubin total dalam serum di bawah kadar
yang ditunjukkan pada tabel 1 (untuk preterm) dan tabel 2 (untuk bayi cukup bulan). Pada setiap
bayi, resiko jejas bilirubin terhadap sistem saraf pusat harus dipertimbangkan dengan resiko yang
ditimbulkan oleh pengobatan. Belum ada persetujuan yang umum mengenai kriteria untuk
memulai fototerapi. Karena fototerapi mungkin memerlukan 6-12 jam untuk mempunyai
pengaruh yang dapat diukur, maka fototerapi ini harus dimulai saat kadar bilirubun masih berada
di bawah kadar yang diindikasi untuk transfusi darah. Bila teridentifikasi, penyebab dasar dasar
ikterus harus diobati, misalnya antibiotik untuk septikemia. Faktor-faktor fisiologis yag
menambah resiko cedera neurologis harus diobati juga (misalnya koreksi terhadap asidosis) 2.
Fototerapi biasanya dimulai pada 50-70 % dari kadar maksimum bilirubin indirek. Jika
nilai sangat melebihi kadar ini, jika fototerapi tidak berhasil mengurangi kadar bilirubin
maksimum, atau jika ada tanda-tanda kern ikterus, transfusi tukar merupakan indikasi. Jadi jika
ada tanda-tanda kern ikterus selama evaluasi atau pengobatan, pada kadar bilirubin berapapun,
maka transfusi tukar darurat harus dilakukan 2.
- Melakukan pemeriksaan kadar bilirubin pada semua bayi baru lahir sebelum meninggalkan
Rumah Sakit.
- Kontrol bayi baru lahir ke dokter dalam jangka waktu 24-48 jam setelah meninggalkan Rumah
Sakit.
- Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang ikterus 5.
Tabel 1.
Kadar bilirubin serum indirek maksimum yang disarankan pada bayi preterm.
Berat Badan Lahir
(gram)
Tidak Ada Komplikasi Ada Komplikasi*
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
37/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
38/39
-
8/10/2019 Ikterus Neonatorum Referat Done
39/39
Monica Bellynda (406137024) Hiperbilirubinemia
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdurachman Sukadi, Ali Usman, Syarief Hidayat Efendi. 2002. Ikterus Neonatorum.
Perinatologi. Bandung. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 64-84.
2. Behrman, Kliegman, Jenson. 2004. Kernicteru. Textbook of Pediatrics . New Yorkl. 17 th edition. Saunders. 596-598.
3. Garna Herry, dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi kedua. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS. 97-103
4. http://rarediseases.about.com/cs/kernicterus/a/090703.htm
5. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP 2011 Hiperbilirubinemia
6. Blog : #www.ikakedokteran.blog.spot/hyperbilirubinemia/kernicterus
7.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit#World HealthOrganization#ikterus neonatorum
8. Medscape#hepatobilier#pediactric#hyperbilirubinemia
9. Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal . JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
http://rarediseases.about.com/cs/kernicterus/a/090703.htmhttp://rarediseases.about.com/cs/kernicterus/a/090703.htm