Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

75
STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : By. Ny Rita Jenis Kelamin : Perempuan TTL : Bekasi, 11 November 2013 Agama : Islam Alamat Rumah : Jakasampurna Umur : 3hari Berat Badan : 3700 gr Usia Gestasi : 38 minggu Anak : G3P2A0 Lahir : lahir spontan ORANG TUA / WALI Ayah : Nama / umur : Tn. A / 37 thn Agama : Islam Alamat : Jakasampurna Ibu : Nama / umur : Ny. R/ 33 thn Agama : Islam Alamat : Jakasampurna Hubungan dengan orang tua : Anak Kandung

description

case inters

Transcript of Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Page 1: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

STATUS PASIEN

I IDENTITAS

Nama By Ny Rita

Jenis Kelamin Perempuan

TTL Bekasi 11 November 2013

Agama Islam

Alamat Rumah Jakasampurna

Umur 3hari

Berat Badan 3700 gr

Usia Gestasi 38 minggu

Anak G3P2A0

Lahir lahir spontan

ORANG TUA WALI

Ayah Nama umur Tn A 37 thn

Agama Islam

Alamat Jakasampurna

Ibu Nama umur Ny R 33 thn

Agama Islam

Alamat Jakasampurna

Hubungan dengan orang tua Anak Kandung

II ANAMNESA

Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan pada tanggal 13 November 2013

a Keluhan Utama

Bayi kuning segera setelah lahir

b Keluhan Tambahan

Tidak ada

c Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke perinatologi dengan kuning Lahir dari ibu G 4P3A0 ANC (antenatal

care) (+) teratur ANB (antenatal bleeding) (-) Penyakit penyerta kehamilan tidak ada

Trauma kehamilan tidak ada Bayi lahir dengan cara spontan atas indikasi letak belakang

kepalaPasien lahir cukup bulan (usia kehamilan 39-40 minggu) Ketuban warna hijau

dengan bau mekonium Pada saat lahir keadaan umum pasien tidak langsung menangis

begerak aktif kulit kemerahan dengan AS 67 dengan berat badan lahir 3700 grdengan

jenis kelamin laki-laki serta tidak dijumpai kelainan bawaan Kemudian dilakukan

resusitasi di OK dan AS menjadi 9 Setelah lahir kulit pasien terlihat berwarna

kekuningan Kekuningan tampak di wajah leher dan dada sampai ke kaki Segera setelah

lahir pasien dirawat di ruang perinatologi RSUD bekasiSelama di rawat di Perinatologi

pasien tidak pernah mengalami kejang maupun penurunan kesadaran Buang air besar

tidak tampak seperti dempul

d Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah dan kuning pada anak pertamakedua dan

ketiga disangkal ibu Riwayat darah tinggi dan kencing manis dalam keluarga tidak ada

e Riwayat Kelahiran dan Kehamilan

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan

Perawatan antenatal Ibu pasien t rajin kontrol selama

masa kehamilan minum vitamin

KELAHIRAN Tempat kelahiran RSUD Bekasi

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Persalinan normal

Keadaan bayi - Berat lahir 3700 gr

- Panjang badan 48cm

- Lingkar Kepala 30 cm

- Langsung menangis

- Pucat -

- Biru -

- Kuning +

- Kelainan bawaan -

- Cacat -

- AS 67

- Anus (+)

Kesan Riwayat kehamilan dan kelahiran kurang baik

e Riwayat Makanan dan Gizi

-

f Riwayat Imunisasi

Hep B

g Riwayat Penyakit Dahulu

-

h Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kuning saat lahir

III PEMERIKSAAN FISIK

dilakukan pada tanggal 13112013

Status Generalis

Ukup 44

Keadaan umum tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis

Tanda Vital

Nadi 140 x menit

Suhu 37 oC

Pernafasan 40x menit

Status Antropometri

Berat Badan 3700 gr

Panjang Badan 48cm

Lingkar Kepala 30 cm

Pemeriksaan Sistematis

Kulit Turgor baik

Warna ikterik +

Kramer 5

Kepala Normocephali

Wajah Simetris sianosis (-) ikterik (+) pucat (-)

Rambut Hitam lurus distribusi merata tidak mudah

dicabut

Mata Pupil bulat isokor RCL + + RCTL + +

Conjungtiva anemis + +

Sclera ikterik + +

Telinga Normotia

Serumen - -

Sekret - -

Hidung Tidak ada deviasi septum

Nafas cuping hidung (-)

Sekret - -

Mulut Bibir kering (-) pecah-pecah

sianosis (-)

Leher -

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi Retraksi sela iga (-)

Palpasi tidak dilakukan

Perkusi Sonor di kedua paru

Auskultasi Ronki -- wh --

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba

Perkusi batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi S1-S2 regular murmur (-) gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar warna kulit perut ikterik

Palpasi Supel hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi tympani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

Bawah Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 2: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

b Keluhan Tambahan

Tidak ada

c Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke perinatologi dengan kuning Lahir dari ibu G 4P3A0 ANC (antenatal

care) (+) teratur ANB (antenatal bleeding) (-) Penyakit penyerta kehamilan tidak ada

Trauma kehamilan tidak ada Bayi lahir dengan cara spontan atas indikasi letak belakang

kepalaPasien lahir cukup bulan (usia kehamilan 39-40 minggu) Ketuban warna hijau

dengan bau mekonium Pada saat lahir keadaan umum pasien tidak langsung menangis

begerak aktif kulit kemerahan dengan AS 67 dengan berat badan lahir 3700 grdengan

jenis kelamin laki-laki serta tidak dijumpai kelainan bawaan Kemudian dilakukan

resusitasi di OK dan AS menjadi 9 Setelah lahir kulit pasien terlihat berwarna

kekuningan Kekuningan tampak di wajah leher dan dada sampai ke kaki Segera setelah

lahir pasien dirawat di ruang perinatologi RSUD bekasiSelama di rawat di Perinatologi

pasien tidak pernah mengalami kejang maupun penurunan kesadaran Buang air besar

tidak tampak seperti dempul

d Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah dan kuning pada anak pertamakedua dan

ketiga disangkal ibu Riwayat darah tinggi dan kencing manis dalam keluarga tidak ada

e Riwayat Kelahiran dan Kehamilan

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan

Perawatan antenatal Ibu pasien t rajin kontrol selama

masa kehamilan minum vitamin

KELAHIRAN Tempat kelahiran RSUD Bekasi

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Persalinan normal

Keadaan bayi - Berat lahir 3700 gr

- Panjang badan 48cm

- Lingkar Kepala 30 cm

- Langsung menangis

- Pucat -

- Biru -

- Kuning +

- Kelainan bawaan -

- Cacat -

- AS 67

- Anus (+)

Kesan Riwayat kehamilan dan kelahiran kurang baik

e Riwayat Makanan dan Gizi

-

f Riwayat Imunisasi

Hep B

g Riwayat Penyakit Dahulu

-

h Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kuning saat lahir

III PEMERIKSAAN FISIK

dilakukan pada tanggal 13112013

Status Generalis

Ukup 44

Keadaan umum tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis

Tanda Vital

Nadi 140 x menit

Suhu 37 oC

Pernafasan 40x menit

Status Antropometri

Berat Badan 3700 gr

Panjang Badan 48cm

Lingkar Kepala 30 cm

Pemeriksaan Sistematis

Kulit Turgor baik

Warna ikterik +

Kramer 5

Kepala Normocephali

Wajah Simetris sianosis (-) ikterik (+) pucat (-)

Rambut Hitam lurus distribusi merata tidak mudah

dicabut

Mata Pupil bulat isokor RCL + + RCTL + +

Conjungtiva anemis + +

Sclera ikterik + +

Telinga Normotia

Serumen - -

Sekret - -

Hidung Tidak ada deviasi septum

Nafas cuping hidung (-)

Sekret - -

Mulut Bibir kering (-) pecah-pecah

sianosis (-)

Leher -

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi Retraksi sela iga (-)

Palpasi tidak dilakukan

Perkusi Sonor di kedua paru

Auskultasi Ronki -- wh --

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba

Perkusi batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi S1-S2 regular murmur (-) gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar warna kulit perut ikterik

Palpasi Supel hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi tympani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

Bawah Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 3: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Keadaan bayi - Berat lahir 3700 gr

- Panjang badan 48cm

- Lingkar Kepala 30 cm

- Langsung menangis

- Pucat -

- Biru -

- Kuning +

- Kelainan bawaan -

- Cacat -

- AS 67

- Anus (+)

Kesan Riwayat kehamilan dan kelahiran kurang baik

e Riwayat Makanan dan Gizi

-

f Riwayat Imunisasi

Hep B

g Riwayat Penyakit Dahulu

-

h Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit kuning saat lahir

III PEMERIKSAAN FISIK

dilakukan pada tanggal 13112013

Status Generalis

Ukup 44

Keadaan umum tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis

Tanda Vital

Nadi 140 x menit

Suhu 37 oC

Pernafasan 40x menit

Status Antropometri

Berat Badan 3700 gr

Panjang Badan 48cm

Lingkar Kepala 30 cm

Pemeriksaan Sistematis

Kulit Turgor baik

Warna ikterik +

Kramer 5

Kepala Normocephali

Wajah Simetris sianosis (-) ikterik (+) pucat (-)

Rambut Hitam lurus distribusi merata tidak mudah

dicabut

Mata Pupil bulat isokor RCL + + RCTL + +

Conjungtiva anemis + +

Sclera ikterik + +

Telinga Normotia

Serumen - -

Sekret - -

Hidung Tidak ada deviasi septum

Nafas cuping hidung (-)

Sekret - -

Mulut Bibir kering (-) pecah-pecah

sianosis (-)

Leher -

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi Retraksi sela iga (-)

Palpasi tidak dilakukan

Perkusi Sonor di kedua paru

Auskultasi Ronki -- wh --

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba

Perkusi batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi S1-S2 regular murmur (-) gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar warna kulit perut ikterik

Palpasi Supel hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi tympani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

Bawah Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 4: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Kesadaran compos mentis

Tanda Vital

Nadi 140 x menit

Suhu 37 oC

Pernafasan 40x menit

Status Antropometri

Berat Badan 3700 gr

Panjang Badan 48cm

Lingkar Kepala 30 cm

Pemeriksaan Sistematis

Kulit Turgor baik

Warna ikterik +

Kramer 5

Kepala Normocephali

Wajah Simetris sianosis (-) ikterik (+) pucat (-)

Rambut Hitam lurus distribusi merata tidak mudah

dicabut

Mata Pupil bulat isokor RCL + + RCTL + +

Conjungtiva anemis + +

Sclera ikterik + +

Telinga Normotia

Serumen - -

Sekret - -

Hidung Tidak ada deviasi septum

Nafas cuping hidung (-)

Sekret - -

Mulut Bibir kering (-) pecah-pecah

sianosis (-)

Leher -

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi Retraksi sela iga (-)

Palpasi tidak dilakukan

Perkusi Sonor di kedua paru

Auskultasi Ronki -- wh --

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba

Perkusi batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi S1-S2 regular murmur (-) gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar warna kulit perut ikterik

Palpasi Supel hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi tympani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

Bawah Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 5: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Sekret - -

Mulut Bibir kering (-) pecah-pecah

sianosis (-)

Leher -

Thoraks

Paru-paru

Inspeksi Retraksi sela iga (-)

Palpasi tidak dilakukan

Perkusi Sonor di kedua paru

Auskultasi Ronki -- wh --

Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi Ictus cordis tidak teraba

Perkusi batas jantung sukar ditentukan

Auskultasi S1-S2 regular murmur (-) gallop (-)

Abdomen

Inspeksi Datar warna kulit perut ikterik

Palpasi Supel hepar dan lien teraba tidak membesar

Perkusi tympani

Auskultasi Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

Bawah Akral hangat edema (-) sianosis (-) ikterik (+)

IV PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 6: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Kimia Klinik

13 november 2013

Fungsi Hati

Bilirubin Total

18mgdl 5-10 mgdl

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal

14 September 2013 Darah Lengkap

Hb

Leukosit

Eritrosit

Ht

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

139

14000

39

43

378000

902

315

349

11-16 gdl

30000ul

4 ndash 5 Juta ul

40-48

150rb ndash 400rb ul

82 - 92 fl

27- 32 pg

32 - 37 gdl

Rencana pemeriksaan

1 Kadar Bilirubin serum berkala

2 bilirubin direk dan indirek

3 Pemeriksaan Darah Lengkap

4 Golongan darah Ibu dan Bayi

5 Uji Coombs

6 Pemeriksaan penyaring enzim G6PD

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 7: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

VDIAGNOSA BANDING

Hiperbilirubinemia neonataldd

Hiperbilirubinemia direk

dehidrasi

kolestasis

atresia biliaris

kista koledokus

Hiperbilirubinemia indirek

Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)

-Inkompatibilitas rhesus

-Inkompatibitas ABO

anemia hemolitik

G6PD

Sepsis

Breast milk jaundice

VI DIAGNOSA KERJA

Vigorous bayi (AS 9)

Neonatus aterm

Hiperbilirubinemia neonatal

VII PENATALAKSANAAN

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO)

o Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berato Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir

sebelum usia kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsiso Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan

golongan darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi

sinar

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 8: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

o Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan

o Tentukan diagnosis banding

Tata laksana Hiperbilirubinemia Hemolitik

o Paling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

o Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

o Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukarkadar hemoglobin

lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk dilakukan tes

Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukaro Persiapkan transfero Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas transfusi tukaro Kirim contoh darah ibu dan bayio Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa perlu dirujuk

dan terapi apa yang akan diterima bayi

Nasihati ibuo Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan

informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

o Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi daraho Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3

minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

o Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

VIII PROGNOSIS

Ad vitam dubia ad bonam

Ad fungsionam dubia ad bonam

Ad sanationam dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 9: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

ANALISA KASUS

Berdasarkan anamnesa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka diagnosa yang

ditegakkan pada pasien ini

Hiperbilirubinemia

Diagnosis Hiperbilirubinemia ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan

laboratorium Pada anamnesis ditemukan kuning seluruh tubuh langsung setelah lahir Pasien

Ditemukan wajah kulit sklera ekstremitas ikterik Lab Bilirubin total 18 mgdl Oleh

karena itu kemungkinan diagnosis ke arah hiperbilirubinemia patologis

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 10: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Derajat

IkterusDaerah Kkterus

Perkiraan Kadar

Bilirubin

I Kepala dan leher 50 mg

II Sampai badan atas (di atas umbilikus) 90 mg

III

Sampai badan bawah (di bawah

umbilikus) hingga tungkai atas (di atas

lutut)

114 mgdl

IV Sampai lengan tungkai bawah lutut 124 mgdl

V Sampai telapak tangan dan kaki 160 mgdl

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 11: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

1 Apakah kemungkinan penyebab ikterus pada kasus ini

2 Kapan diperlukan foto terapi dan transfusi tukar pada kasus ini

Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin11

Usia

Terapi sinar Transfusi tukar

Bayi sehat Faktor Risiko Bayi sehat Faktor Risiko

mg

dL

μmol

L mgdL μmolL mgdL

μmol

L mgdL

μmol

L

Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat 15 260 13 220

Hari 2 15 260 13 220 25 425 15 260

Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340

Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 12: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Dari penelusuran kepustakaan didapatkan sebuah panduan klinis terbaru mengenai tata laksana ikterus neonatorum yang dikeluarkan oleh American Association of Pediatrics pada tahun 2004 Intisari dari panduan tersebut adalah sebagai berikut13

Bayi baru lahir

Penilaian Ikterus setiap 8-12 jam

Nilai TSB gtpersentil 95 (gambar 5)

Nilai TSB meningkat melewati garis persentil

Nilai TSB usia gestasi dan usia (dalam jam) Lakukan tindakan apabila telah memenuhi kriteria

Follow up hingga usia 48-120 jam batas ditentukan usia dan faktor risiko

Tidak

Lakukan pemeriksaan TSB atau TcB lalu nilai berdasarkan usia (dalam jam)

Jika usia bayi lt24 jam apakah ikterus yang nampak pada penilaian visual atau TcB cukup berat dan memerlukan pemeriksaan TcB atau TSB

Apakah bayi dapat dipulangkan

Periksa TSB ulang

Evaluasi penyebabLakukan tindakan

apabila telah memenuhi kriteria (gb67)

Ulang pemeriksaan TSB tiap 4-24 jam

ya

Bayi dapat dipulangkan dan follow up di rumah

Apakah pemeriksaan TcB atau TSB telah dilakukan

Adakah Ikterus

ya

ya

Tidak

Tidak

Follow up terpercaya

Bayi dapat dipulangkan dengan rencana follow up

Periksa TSB atau TcB jika belum dilakukan Buat rencana follow up

Adakah faktor risiko atau usia bayi lt72 jam

Tidak

Tidak

Tidak

ya

ya

ya

ya

Tidak

Tidak

ya

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 13: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Faktor risiko hiperbilirubinemiaMayor

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko tinggi- Ikterus muncul pada 24 jam pertama kehidupan- Inkompatibilitas golongan darah- Usia gestasi 35-36 minggu- Riwayat saudara kandung menerima terapi sinar - Hematoma sefal atau memar luas- ASI eksklusif terutama jika ASI tidak lancar dan kehilangan berat badan- Ras Asia timur

Minor- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB pada zone risiko sedang- Usia gestasi 37-38 minggu- Ikterus muncul sebelum dipulangkan- Saudara kandung mengalami ikterus neonatorum- Makrosomia dengan ibu diabetes- Usia ibu gt 25 tahun- Bayi laki-laki

Risiko rendah- TSB atau TcB pada zone risiko rendah- Usia gestasi gt 41 minggu- Susu botol eksklusif- Kulit hitam (ditentukan warna kulit ibu)- Pulang dari RS setelah 72 jam

Gambar 5 Nomogram

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 14: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Gambar 5 Nomogram dibuat berdasarkan pemeriksaan 2830 bayi baru lahir usia gestasi 36 minggu atau lebih dengan berat lahir 2000g atau lebih atau 35 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500g atau lebih dari pemeriksaan serum bilirubin tiap jam Bilirubin serum diperiksa sebelum bayi dipulangkan

Gambar 6 Pedoman terapi sinar bagi bayi yang dirawat dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Gunakan bilirubin serum total Tidak perlu memeriksakan bilirubin bebas maupun bilirubin konjugasi

Faktor risiko = penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi suhu tubuh tidak stabil sepsis asidosis albumin lt 30gdL

Untuk bayi sehat dengan usia gestasi 35-36 67 minggu tindakan dilakukan apabila nilai bilirubin serum total melewati zone risiko sedang Intervensi dapat dilakukan pada nilai bilirubin serum total lebih rendah untuk bayi dengan usia gestasi lebih muda

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 15: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Dapat pula dilakukan terapi sinar konvensional di RS maupun terapi sinar di rumah pada nilai bilirubin serum total 2-3mgdL (30-35mmolL) di bawah nilai yang ditentukan Namun terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi dengan faktor risiko

Catatan pedoman ini dibuat berdasarkan bukti ilmiah yang terbatas dan nilai yang dicantumkan merupakan nilai yang paling mendekati Pedoman ini ditujukan untuk terapi sinar intensif apabila nilai bilirubin serum total melewati garis tindakan bagi tiap kategori Bayi dimasukkan dalam kelompok risiko tinggi dari potensi efek negatif berdasarkan ikatan albumin pada bilirubin sawar darah otak dan kecenderungan kerusakan sel otak akibat bilirubin

Terapi sinar intensif merupakan penyinaran menggunakan spektrum biru-hijau (panjang gelombang 430-490 nm) sebesar 30 microWcm2 per nm (dinilai pada kulit bayi tepat di pusat unit terapi sinar ) dan diberikan pada permukaan tubuh bayi sebanyak mungkin

Apabila bilirubin serum tidak turun atau bahkan terus meningkat dengan terapi sinar maka sangat mungkin terjadi hemolisis Bayi yang menerima terapi sinar dan mengalami peningkatan bilirubin direk atau bilirubin konjugasi (ikterus kolestasis) sangat mungkin akan mengalami sindroma Bronze-baby

Gambar 7 Pedoman Transfusi tukar untuk bayi dengan usia gestasi 35 minggu atau lebih

Garis putus-putus pada 24 jam pertama menunjukkan adanya rentang yang cukup besar pada kondisi klinis dan respon terhadap terapi sinar

Tindakan transfusi tukar sangat direkomendasikan apabila bayi menunjukkan tanda-tanda bilirubin ensefalopati akut (hipertoni opistotonus retrocoli demam tangis melengking) atau apabila serum bilirubin total gt 5mgdL (85 micromolL)

Faktor risiko ndash penyakit hemolitik isoimun defisiensi G6PD asfiksia letargi temperatur tidak stabil sepsis asidosis

Periksa albumin serum dan nilai rasio bilirubin albumin Gunakan bilirubin serum total tidak perlu membagi bilirubin direk atau bilirubin bebas Apabila bayi sehat dan usia gestasi 35-37 minggu (risiko sedang) dapat dilakukan dibuat nilai

acuan individual berdasarkan usia gestasi aktual

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 16: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Perhatikan bahwa pedoman ini merupakan konsensus anggota komite namun bukti ilmiah yang mendasarinya masih sangat terbatas dan angka yang tercantum adalah nilai yang mendekati Selama perawatan di RS transfusi tukar direkomendasikan apabila bilirubin serum total terus meningkat mencapai level yang tercantum meskipun sudah mendapatkan terapi sinar intensif Untuk bayi yang datang kembali jika bilirubin serum total berada di atas level transfusi tukar ulang pemeriksaan bilirubin serum total tiap 2-3 jam dan pertimbangkan tindakan transfusi tukar bila kadarnya tetap tinggi setelah pemberian terapi sinar intensif selama 6 jam Rasio BilirubinAlbumin (BA) berikut dapat digunakan bersama dengan kadar bilirubin serum total untuk menentukan perlu tidaknya tindakan transfusi tukar

Tabel 8 Indikasi transfusi tukar berdasarkan rasio BAKategori Risiko Rasio BA di mana tindakan transfusi

tukar sebaiknya dilakukanTSB mgdL Alb

gdLTSB μmolL Alb

μmolLBayi gt 38 07 mingguBayi 35 07 ndash 36 67 mgg sehat atau gt 38

07 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

Bayi 35 07 ndash 37 67 mgg dengan risiko tinggi atau penyakit hemolitik isoimun atau defisiensi G6PD

8072

68

094084

080

Apabila nilai TSB mencapai level transfusi tukar segera kirim contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah dan crossmatch Darah yang digunakan untuk transfusi adalah modifikasi darah lengkap (eritrosit dan plasma) yang telah dicocokkan (crossmatched) dengan darah ibu dan sesuai dengan darah bayi

Kesimpulan1 Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa sedangkan

hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdLRekomendasi C

2 Ikterus neonatorum pada umumnya fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin total untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt 10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdLhari d Bilirubin direk gt 2 mgdL e Ikterus menetap pada bayi cukup bulan gt 1 minggu atau pada bayi kurang bulan gt 2

minggu f Terdapat faktor risikoIkterus fisiologis tidak diterapiRekomendasi C

3 Diagnosis ikterus neonatorum ditegakkan dengan a Serum bilirubinb Bila tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan serum bilirubin dapat digunakan cara

visual (sesuai panduan WHO) kemudian pasien harus segera dirujuk Rekomendasi C

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 17: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

4 Tata laksana hiperbilirubinemia neonatoruma Fototerapi- apabila fasilitas memadai dilakukan sesuai pedoman dari AAP- fasilitas tidak memadai dilakukan sesuai pedoman dari WHO

b Transfusi tukar- dilakukan sesuai panduan WHO

Rekomendasi C

Tatalaksana sebagai dokter umum

Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien

Mampu membedakan tipe ikterik dan hipebilirubinemia

Pemberian cairan dan kalori yang cukup

Monitor tanda-tanda vital

Cek komplikasi yang sudah terjadi (kernicterus)

Konsul spesialis anak mengenai tatalaksana lanjutan

s

TINJAUAN PUSTAKADefinisi

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin Secara klinis ikterus pada neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mgdL2

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah gt13 mgdL2

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 18: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Pada bayi baru lahir ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis kecualia Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan b Bilirubin totalindirek untuk bayi cukup bulan gt 13 mgdL atau bayi kurang bulan gt10 mgdL c Peningkatan bilirubin gt 5 mgdL24 jamd Kadar bilirubin direk gt 2 mgdLe Ikterus menetap pada usia gt2 minggu f Terdapat faktor risiko

Efek toksik bilirubin ialah neurotoksik dan kerusakan sel secara umum Bilirubin dapat masuk ke jaringan otak Ensefalopati bilirubin adalah terdapatnya tanda-tanda klinis akibat deposit bilirubin dalam sel otak Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronik Bentuk akut terdiri atas 3 tahap tahap 1 (1-2 hari pertama) refleks isap lemah hipotonia kejang tahap 2 (pertengahan minggu pertama) tangis melengking hipertonia epistotonus tahap 3 (setelah minggu pertama) hipertoni Bentuk kronik pada tahun pertama hipotoni motorik terlambat Sedang setelah tahun pertama didapati gangguan gerakan kehilangan pendengaran sensorial3

Epidemiologi

Di Amerika Serikat dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya sekitar 65 mengalami ikterus Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekitar 75 bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama

Di Indonesia didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumah sakit pendidikan Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58 untuk kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 293 dengan kadar bilirubin di atas 12 mgdL pada minggu pertama kehidupan4 RS Dr Sardjito melaporkan sebanyak 85 bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5 mgdL dan 238 memiliki kadar bilirubin di atas 13 mgdL5

Pemeriksaan dilakukan pada hari 0 3 dan 5 Dengan pemeriksaan kadar bilirubin setiap hari didapatkan ikterus dan hiperbilirubinemia terjadi pada 82 dan 186 bayi cukup bulan Sedangkan pada bayi kurang bulan dilaporkan ikterus dan hiperbilirubinemia ditemukan pada 95 dan 56 bayi Tahun 2003 terdapat sebanyak 128 kematian neonatal (85) dari 1509 neonatus yang dirawat dengan 24 kematian terkait hiperbilirubinemia

Data yang agak berbeda didapatkan dari RS Dr Kariadi Semarang di mana insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 137 78 di antaranya merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis Angka kematian terkait hiperbilirubinemia sebesar 131 Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup bulan sebesar 120 dan bayi kurang bulan 2286

Insidens ikterus neonatorum di RS Dr Soetomo Surabaya sebesar 30 pada tahun 2000 dan 13 pada tahun 2002 Perbedaan angka yang cukup besar ini mungkin disebabkan oleh cara pengukuran yang berbeda Di RS Dr Cipto Mangunkusumo ikterus dinilai berdasarkan kadar bilirubin serum total gt 5 mgdL RS Dr Sardjito menggunakan metode spektrofotometrik pada hari ke-0 3 dan 5 dan RS Dr Kariadi menilai ikterus berdasarkan metode visual

Etiologi dan Faktor Risiko

1 Etiologi

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir karena2

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 19: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek

- Fungsi hepar yang belum sempurna (jumlah dan fungsi enzim glukuronil transferase UDPGT dan ligand dalam protein belum adekuat) penurunan ambilan bilirubin oleh hepatosit dan konjugasi

- Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih berfungsinya enzim glukuronidase di usus dan belum ada nutrien

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan (ikterus nonfisiologis) dapat disebabkan oleh faktorkeadaan2

- Hemolisis akibat inkompatibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus defisiensi G6PD sferositosis herediter dan pengaruh obat

- Infeksi septikemia sepsis meningitis infeksi saluran kemih infeksi intra uterin- Polisitemia- Ekstravasasi sel darah merah sefalhematom kontusio trauma lahir- Ibu diabetes- Asidosis- Hipoksiaasfiksia- Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Resiko terjadinya efek toksik yang ditimbulkan oleh tingginya kadar bilirubin indirect akan

mengalami peningkatan jika terdapat factor-faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam aliran

darah (hipoproteinemia asidosis peningkatan asam lemak bebas yang disebabkan oleh

hipoglikemia kelaparan dan hipotermia) atau oleh karena peningkatan permeabilitas sawar darah

otak atau membrane sel saraf terhadap masuknya bilirubin (asfiksia premature hiperosmolaritas

dan infeksi)

Disamping itu mekonium yang mengandung sekitar 1 mgdl bilirubin dapat menimbulkan

ikterus mellui siklus enterohepatik pada keadaan seperti obstruksi saluran cerna Obat-obatan seperti

oksitosin dan zat kimia seperti detergen phenolik juga dapat menimbulkan keadaan

hiperbilirubinemia unconjugated

Pendekatan untuk mengetahui penyebab ikterus pada neonatus

Etiologi ikterus pada neonatus terkadang sangat sulit untuk ditegakkan dan tidak jarang pula

etiologinya terdiri dari baberapa jenis Untuk itu dapat digunakan pendekatan menurut saat atau

waktu terjadinya ikterus

Aikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 20: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Inkompatibilitas golongan darah ABORhatau golngan darah lainya

Infeksi intrauterin (rubella toxoplasmosis sitomegalovirus sifilis dan sepsis bakterialis)

Kadang ndash kadang oleh defisiensi enzim G6PD

B ikterus yang timbul pada 24-72 jam sesudah lahir

Biasanya ikterus fisiologik

Ada kemungkinan inkompatibilitas golongan darah (delayed)

Defisiensi enzim G6PD

Polisitemia

Hemolisis peradarahan tertutup(hemtom kepala perdarahan hepar kapsula dll)

Dehidrasi hipoksia dan asidosis

Sferositosis eliptosis dsb

Cikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai pada akhir minggu pertama

Infeksi (sepsis)

Dehidrasi asidosis

Defisiensi G6Pd

Pengaruh obat ndash obatan

Sindroma criggler najjar

Sindroma Gilbert

D ikterus yang timbul sesudah minggu pertama dan selanjutnya

Biasanya karena ikterus obstruktif

Hipotiroidism

Breast milk jaundice

Infeksi

Hepatitis neonatal

Galaktosemia

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 21: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Dll

2 Faktor Risiko3

Faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatoruma Faktor Maternal- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia Native AmericanYunani)- Komplikasi kehamilan (DM inkompatibilitas ABO dan Rh)- Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik- ASIb Faktor Perinatal- Trauma lahir (sefalhematom ekimosis)- Infeksi (bakteri virus protozoa)c Faktor Neonatus- Prematuritas- Faktor genetik- Polisitemia- Obat (streptomisin kloramfenikol benzyl-alkohol sulfisoxazol)- Rendahnya asupan ASI- Hipoglikemia- Hipoalbuminemia

Patofisiologi

Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam dan puncaknya pada hari ke 3-5 Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu

1 Ikterus fisiologisSecara umum setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum namun kurang 12 mgdL pada hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mgdL kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir Kadang dapat muncul peningkatan kadar bilirubin sampai 12 mgdL dengan bilirubin terkonyugasi lt 2 mgdL1

Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas ras dan faktor-faktor lain Sebagai contoh bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama kadang sampai beberapa minggu Bayi ras Cina cenderung untuk memiliki kadar puncak bilirubin maksimum pada hari ke-4 dan 5 setelah lahir Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi 80 hari dibandingkan dewasa 120 hari) proses ambilan dan konyugasi di hepar yang belum matur dan peningkatan sirkulasi enterohepatik

Kriteria diagnosis yang digunakan dalam penentuan neonatus dengan ikterus fisiologis adalah 1 timbul pada hari ke2 ndash 3 dan menghilang pada hari ke7-10

2 bilirubin indirect lt10 mgdl pa bayi cukup bulan dan lt125 mgdl pada bayi kurang bulan

3 bilirubin direct lt1 mgdl

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 22: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

4 kenaikan bilirubin lt5 mgdl

5 tidak ditemukan gejala dan tanda keadaan patologi

6 umumnya disebabkan karena tingginya kadar eritrosit neonatus usia eritrosit neonatus yang

relatif lebih pendek dan defisiensi enzim glukoronil transferase akibat belum maksimlnya

fungsi hati5

Bahkan ada beberapa refrensi yang menulis bahwa jika kadar bilirubin indirect pada bayi

cukup bulan lt12 mgdl dan pada bayi kurang bulan lt10-14 mgdl masih tergolong fisiologis

Di samping itu tanda-tanda yang jika ditemukan akan menunjukkan keadaan nonfisiologis

seperti riwayat penyakit hemolitik dalam keluarga pucat hepatomegali splenomegali

gagalnya penurunan kadar bilirubin setelah fototherapi muntah-muntah lemas tidak mau

makan penurunan berat badan yang eksesif apnoe bradikardi hipotermia feses berwarna

terang urin berwarna gelap dan tanda-tanda kern-ikterus perlu diperhatikan untuk

memastikan jenis ikterus pada neonatus

Gambar berikut menunjukan metabolisme pemecahan hemoglobin dan pembentukan bilirubin Gambar 13

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 23: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Sel darah merah

Hemolisis

Biliverdin

HemeHemoglobin

Karbonmonoksida

Bilirubin

BMGBDG

Karboksi hemoglobin

CO ekspirasi

Sirkulasi entero hepatik

Ekskresi melalui usus dan kandung empedu

BMG bilirubin monoglucuronide BDG bilirubin diglucuronide

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 24: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

2 Ikterus pada bayi mendapat ASI (Breast milk jaundice)7

Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat terjadi ikterus yang yang berkepanjangan Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor tertentu dalam ASI yang diduga meningkatkan absorbsi bilirubin di usus halus Bila tidak ditemukan faktor risiko lain ibu tidak perlu khawatir ASI tidak perlu dihentikan dan frekuensi ditambah Apabila keadaan umum bayi baik aktif minum kuat tidak ada tata laksana khusus meskipun ada peningkatan kadar bilirubin

3 Ikterus Patologik

Kadar bilirubin yang dapt menimbulkan keadaan patologi disebut dengan hiperbilirubinemia

Hal ini dikaitkan dengan waktu dan lama terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah

Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu

misalnya sel otak yang akan mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari Karena itu bayi dengan

ikterus baru dianggap fisiologik jika telah dibuktikan bukan suatu keadaan patologik

Kriteria diagnosa untuk hiperbilirubinemia patologik adalah

1 timbul dalam 24 jam pertama kehidupan

2 kadar bilirubin darah total gt129 mgdl pada bayi cukup bulan dan gt15 mgdl pada bayi

kurang bulan

3 peningkatan kadar bilirubin darah gt5 mgdlhari

4 kadar bilirubin direct gt15-2 mgdl

5 ikterus menetap gt 1 minggu pada bayi cukup bulan dan gt2 minggu pada bayi kurang bulan

Umumnya kadar billirubin dalam darah yang menimbulkan keadaan patologik tidak selalu

sama pada tiap bayi untuk itu disetiap center terkadang mempunyai patokan tersendiri misalnya di

RSCM bayi yang dinyatakan menderita hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total mencapai 12

mgdl pada bayi cukup bulan dan gt10 mgdl pada bayi kurang bulan

METABOLISME BILIRUBIN

Sebagian besar (70-80 ) produksi bilirubin berasal dari eritrosit yang rusak Heme dikonversi

menjadi bilirubin indirek (tak terkonjugasi) kemudian berikatan dengan albumin dibawa ke hepar

Didalam hepar dikonjugasikan oleh asam glukuronat pada reaksi yang dikatalisasi oleh glukuronil

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 25: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

transferase Bilirubin direk (terkonjugasi) disekresikan ke traktus bilier untuk diekskresikan melalui

traktus gastrointestinal Pada bayi baru lahir yang ususnya bebas dari bakteri pembentukan

sterkobilin tidak terjadi Sebagai gantinya usus bayi banyak mengandung beta glukuronidase yang

menghidrolisis bilirubin glukuronid menjadi bilirubin indirek dan akan direabsorpsi kembali melalui

sirkulasi enterohepatik ke aliran darah

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada neonatus perlu

diketahui tentang metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus Perbedaan utama metabolisme

adalah bahwa pada janin melalui plasenta dalam bentuk bilirubin indirek Metabolisme bilirubin

mempunyai tingkatan sebagai berikut

1 Produksi

Sebagian besar bilirubin terbentuk sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem

retikuloendotelial (RES) Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi dari

pada bayi yang lebih tua Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek

Bilirubin indirek yaitu bilirubin yang bereaksi tidak langsung dengan zat warna diazo (reaksi

hymans van den bergh) yang bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

2 Transportasi

Bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin sel parenkim hepar mempunyai cara yang

selektif dan efektif mengambil bilirubin dari plasma Bilirubin ditransfer melalui membran sel

ke dalam hepatosit sedangkan albumin tidak Didalam sel bilirubin akan terikat terutama pada

ligandin (protein g glutation S-transferase B) dan sebagian kecil pada glutation S-transferase

lain dan protein Z Proses ini merupakan proses dua arah tergantung dari konsentrasi dan

afinitas albumin dalam plasma dan ligandin dalam hepatosit Sebagian besar bilirubin yang

masuk hepatosit di konjugasi dan di ekskresi ke dalam empedu Dengan adanya sitosol hepar

ligadin mengikat bilirubin sedangkan albumin tidak Pemberian fenobarbital mempertinggi

konsentrasi ligadin dan memberi tempat pengikatan yang lebih banyak untuk bilirubin

3 Konjugasi

Dalam sel hepar bilirubin kemudian dikonjugasi menjadi bilirubin diglukosonide Walaupun

ada sebagian kecil dalam bentuk monoglukoronide Glukoronil transferase merubah bentuk

monoglukoronide menjadi diglukoronide Pertama-tama yaitu uridin di fosfat glukoronide

transferase (UDPG T) yang mengkatalisasi pembentukan bilirubin monoglukoronide Sintesis

dan ekskresi diglokoronode terjadi di membran kanilikulus Isomer bilirubin yang dapat

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 26: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

membentuk ikatan hidrogen seperti bilirubin natural IX dapat diekskresikan langsung kedalam

empedu tanpa konjugasi Misalnya isomer yang terjadi sesudah terapi sinar (isomer foto)

4 Ekskresi

Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan di ekskresi

dengan cepat ke sistem empedu kemudian ke usus Dalam usus bilirubin direk ini tidak

diabsorpsi sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan

direabsorpsi Siklus ini disebut siklus enterohepatis Pada neonatus karena aktivitas enzim B

glukoronidase yang meningkat bilirubin direk banyak yang tidak dirubah menjadi urobilin

Jumlah bilirubin yang terhidrolisa menjadi bilirubin indirek meningkat dan tereabsorpsi

sehingga siklus enterohepatis pun meningkat

5 Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus

Pada likuor amnion yang normal dapat ditemukan bilirubin pada kehamilan 12 minggu

kemudian menghilang pada kehamilan 36-37 minggu Pada inkompatibilitas darah Rh kadar

bilirubin dalam cairan amnion dapat dipakai untuk menduga beratnya hemolisis Peningkatan

bilirubin amnion juga terdapat pada obstruksi usus fetus Bagaimana bilirubin sampai ke likuor

amnion belum diketahui dengan jelas tetapi kemungkinan besar melalui mukosa saluran nafas

dan saluran cerna Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi

kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas Demikian pula

kesanggupannya untuk mengkonjugasi Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin

dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh

hepar ibunya Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi

akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus

mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh

hepar ibunya tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai

gejala ikterus Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat

gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim

glukoronil transferase atau kekurangan glukosa kadar bilirubin indirek dalam darah dapat

meninggi Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin

dalam serum Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat

dimengerti bila kadar bilirubin indek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya

karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak Inilah yang

menjadi dasar pencegahan lsquokernicterusrsquo dengan pemberian albumin atau plasma Bila kadar

bilirubin indirek mencapai 20 mg pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin

oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 27: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

MANIFESTASI KLINIS

Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya matahari Bayi baru lahir (BBL) tampak

kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mgdl atau 100 mikro molL (1mgdl = 17 1

mikromol L) Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis sederhana dan

mudah adalah dengan Penilaian menurut Kramer (1969) Caranya dengan jari telunjuk ditekankan

pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung dada lutut dan lain-lain

Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing

tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya

Bahaya hiperbilirubinemia adalah kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan

bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum talamus nukleus subtalamus hipokampus

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 28: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

nukleus merah dan nukleus di dasar ventrikel IV Secara klinis pada awalnya tidak jelas dapat

berupa mata berputar letargi kejang tak mau menghisap malas minum tonus otot meningkat leher

kaku dan opistotonus Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot opistotonus kejang atetosis yang

disertai ketegangan otot Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi gangguan bicara dan retardasi

mental

Derajat Ikterus pada neonatus menurut Kramer

Zona Bagian tubuh yang kuning Rata-rata serum bilirubin indirek (micromolL)

1

2

3

4

5

Kepala dan leher

Pusat ndash leher

Pusat ndash paha

Lengan + tungkai

Tanga + kaki

100

150

200

250

gt 250

Penegakan Diagnosis

1Anamnesis

Riwayat ibu melahirkan bayi yang lalu dengan ikterus

Golongan darah ibu dan ayah

Riwayat ikterus hemolitik G6PD atau inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah

ABO pada kelahiran sebelumnya

Riwayat anemia pembesaran hati atau limpa pada keluarga

2Pemeriksaan Fisik

Bayi tampak berwarna kuning Amati ikterus pada siang hari dengan sinar lampu yang cukup

Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 29: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

yang kurang Tekan kulit dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan

jaringan subkutan

Pada hari pertama tekan pada ujung hidung atau dahi

Pada hari ke-2 tekan pada lengan dan tungkai

Pada hari ke-3 dan seterusnya tekan pada tangan dan kaki

3Visual

Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi namun masih dapat digunakan apabila tidak ada alat Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus kulit berwarna karena besarnya bias penilaian Secara evidence pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan namun apabila terdapat keterbatasan alat masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif segera dirujuk untuk diagnostik dan tata laksana lebih lanjut

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual sebagai berikut 7

- Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang

- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan

- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (tabel 1)

4 Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan morbiditas neonatus Umumnya yang diperiksa adalah bilirubin total Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium foil)

Beberapa senter menyarankan pemeriksaan bilirubin direk bila kadar bilirubin total gt 20 mgdL atau usia bayi gt 2 minggu

5 Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 30: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit Saat ini alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral reflectance yang tidak terpengaruh pigmen3 Pemeriksaan bilirubin transkutan dilakukan untuk tujuan skrining bukan untuk diagnosis

Briscoe dkk (2002) melakukan sebuah studi observasional prospektif untuk mengetahui akurasi pemeriksaan bilirubin transkutan (JM 102) dibandingkan dengan pemeriksaan bilirubin serum (metode standar diazo) Penelitian ini dilakukan di Inggris melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia gestasi gt34 minggu Pada penelitian ini hiperbilirubinemia dibatasi pada konsentrasi bilirubin serum gt144 mgdL (249 umoll) Dari penelitian ini didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki korelasi yang bermakna (n=303 r=076 plt00001) namun interval prediksi cukup besar sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB Namun disebutkan pula bahwa hasil pemeriksaan TcB dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan TSB8

Umumnya pemeriksaan TcB dilakukan sebelum bayi pulang untuk tujuan skrining Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan bilirubin serum ataupun transkutan secara rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam mencegah terjadinya ensefalopati hiperbilirubin9

6 Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak Hal ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah Beberapa metode digunakan untuk mencoba mengukur kadar bilirubin bebas Salah satunya dengan metode oksidase-peroksidase Prinsip cara ini berdasarkan kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin Bilirubin menjadi substansi tidak berwarna Dengan pendekatan bilirubin bebas tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah10

Seperti telah diketahui bahwa pada pemecahan heme dihasilkan bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen Berdasarkan hal ini maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan dapat digunakan sebagai indeks produksi bilirubin3

Tabel 1 Perkiraan Klinis Tingkat Keparahan Ikterus

Usia Kuning terlihat pada

Tingkat Keparahan

IkterusHari 1 Bagian tubuh

manapuna Berat Hari 2 Lengan dan

Tungkaia

Hari 3 dan seterusnya

Tangan dan Kaki

a Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 31: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

7Pemeriksaan penunjang lainnyao Golongan darah

o Coombs test

o Darah lengkap dan hapusan darah

o Pemeriksaan hapusan darah diperlukan untuk membedakan kelainan hemolitik11

o Hitung retikulosit

o Jumlah retikulosit yang gt 6 setelah tiga hari kehidupan bayi biasanya menandakan proses

hemolitik yang abnormal11

o Skrining G6PD

o ETCOc (End Tidal Carbon Monoxide Concentration)

Tata laksana1 Ikterus Fisiologis

Bayi sehat tanpa faktor risiko tidak diterapi Perlu diingat bahwa pada bayi sehat aktif minum kuat cukup bulan pada kadar bilirubin tinggi kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat dapat dilakukan beberapa cara berikut

- Minum ASI dini dan sering- Terapi sinar sesuai dengan panduan WHO - Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat

(terutama bila tampak kuning)

Bilirubin serum total 24 jam pertama gt 45 mgdL dapat digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya Hal ini kurang dapat diterapkan di Indonesia karena tidak praktis dan membutuhkan biaya yang cukup besar

Tata laksana Awal Ikterus Neonatorum7 (WHO) Mulai terapi sinar bila ikterus diklasifikasikan sebagai ikterus berat pada tabel 1 Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut berat lahir lt 25 kg lahir sebelum usia

kehamilan 37 minggu hemolisis atau sepsis Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin tentukan golongan

darah bayi dan lakukan tes Coombso Bila kadar bilirubin serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar hentikan terapi sinaro Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya terapi sinar lakukan

terapi sinar o Bila faktor Rhesus dan golongan darah ABO bukan merupakan penyebab hemolisis atau bila

ada riwayat defisiensi G6PD di keluarga lakukan uji saring G6PD bila memungkinkan Tentukan diagnosis banding

2 Tata laksana Hiperbilirubinemia HemolitikPaling sering disebabkan oleh inkompatibilitas faktor Rhesus atau golongan darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi Tata laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua ikterus hemolitik apapun penyebabnya7

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 32: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Bila nilai bilirubin serum memenuhi kriteria untuk dilakukannya terapi sinar lakukan terapi sinar

Bila rujukan untuk dilakukan transfusi tukar memungkinkano Bila bilirubin serum mendekati nilai dibutuhkannya transfusi tukar (tabel 4) kadar

hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40) dan tes Coombs positif segera rujuk bayio Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa dan tidak memungkinkan untuk

dilakukan tes Coombs segera rujuk bayi bila ikterus telah terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin lt 13 gdL (hematokrit lt 40)

o Bila bayi dirujuk untuk transfusi tukar Persiapkan transfer Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas

transfusi tukar Kirim contoh darah ibu dan bayi Jelaskan kepada ibu tentang penyebab bayi menjadi kuning mengapa

perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi Nasihati ibu

o Bila penyebab ikterus adalah inkompatibilitas Rhesus pastikan ibu mendapatkan informasi yang cukup mengenai hal ini karena berhubungan dengan kehamilan berikutnya

o Bila bayi memiliki defisiensi G6PD informasikan kepada ibu untuk menghindari zat-zat tertentu untuk mencegah terjadinya hemolisis pada bayi (contoh obat antimalaria obat-obatan golongan sulfa aspirin kamfermothballs favabeans)

Bila hemoglobin lt 10 gdL (hematokrit lt 30) berikan transfusi darah Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan atau 3 minggu

lebih lama pada bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan 37 minggu) terapi sebagai ikterus berkepanjangan (prolonged jaundice)

Follow up setelah kepulangan periksa kadar hemoglobin setiap minggu selama 4 minggu Bila hemoglobin lt 8 gdL (hematokrit lt 24) berikan transfusi darah

Ikterus Berkepanjangan (Prolonged Jaundice) 7

Diagnosis ditegakkan apabila ikterus menetap hingga 2 minggu pada neonatus cukup bulan dan 3 minggu pada neonatus kurang bulan

Terapi sinar dihentikan dan lakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap persiapkan kepindahan bayi dan

rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk evaluasi lebih lanjut bila memungkinkan

Bila tes sifilis pada ibu positif terapi sebagai sifilis kongenitalIndikasiTabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

mgdL micromoll mgdL micromollHari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb

Hari ke-2 15 260 13 220Hari ke-3 18 310 16 270Hari ke-4

dan seterusnya

20 340 17 290

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 33: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

a faktor risiko meliputi bayi kecil (berat lahir lt 25 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu) hemolisis dan sepsisb Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan tungkai tangan dan kaki pada hari kedua maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar

Tabel 3 Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

TERAPI SINAR Mekanisme kerjaBilirubin tidak larut dalam air Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau urin Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi bilirubin akibat terapi sinar pada manusia Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu Hanya produk foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin

Terapi sinar konvensionalMenggunakan panjang gelombang 425-475 nm Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 wattcm2 per nm Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah terdiri dari biru (F20T12) cahaya biru khusus (F20T12BB) atau daylight fluorescent tubes Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat bayi terlihat biru walaupun pada bayi yang sehat hal ini secara umum tidak mengkhawatirkan Untuk mengurangi efek ini digunakan 4 tabung cahaya biru khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight fluorescent pada setiap bagian samping unit

Teknik terapi sinar Persiapan Unit Terapi sinar7 Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38 0C sampai 30 0C Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik Ganti tabunglampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

o Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebuto Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan walaupun

tabung masih bisa berfungsi Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin kepada bayi

Pemberian Terapi sinar7 Tempatkan bayi di bawah sinar terapi sinar (Gambar 3)

o Bila berat bayi 2 kg atau lebih tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet Tempatkan bayi yang lebih kecil dalam inkubator

o Letakkan bayi sesuai petunjuk pemakaian alat dari pabrikTutupi mata bayi dengan penutup mata pastikan lubang hidung bayi tidak ikut tertutup Jangan tempelkan penutup mata dengan menggunakan selotip

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 34: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Gambar 3 Bayi dalam Unit Terapi sinar

Balikkan bayi setiap 3 jam Pastikan bayi diberi makan

o Motivasi ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI ad libitum paling kurang setiap 3 jam- Selama menyusui pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan penutup mata- Pemberian suplemen atau mengganti ASI dengan makanan atau cairan lain (contoh

pengganti ASI air air gula dll) tidak ada gunanyao Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI perah) tingkatkan

volume cairan atau ASI sebanyak 10 volume total per hari (tabel 3) selama bayi masih diterapi sinar

o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT jangan pindahkan bayi dari sinar terapi sinar

Perhatikan selama menjalani terapi sinar konsistensi tinja bayi bisa menjadi lebih lembek dan berwarna kuning Keadaan ini tidak membutuhkan terapi khusus

Teruskan terapi dan tes lain yang telah ditetapkano Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur yang tidak

bisa dilakukan di dalam unit terapi sinar o Bila bayi sedang menerima oksigen matikan sinar terapi sinar sebentar untuk

mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir biru) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam Bila suhu bayi lebih

dari 375 0C sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 365 0C - 375 0C

Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam kecuali kasus-kasus khususo Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin lt 13mgdLo Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel 4)

persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar Sertakan contoh darah ibu dan bayi

Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa hentikan terapi sinar setelah 3 hari Setelah terapi sinar dihentikan

o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila memungkinkan atau perkirakan keparahan ikterus menggunakan metode klinis (tabel 1)

o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar ulangi terapi sinar seperti yang telah dilakukan Ulangi langkah ini pada setiap

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 35: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

penghentian terapi sinar sampai bilirubin serum dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di bawah nilai untuk memulai terapi sinar

Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi bayi bisa makan dengan baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan pulangkan bayi

Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali bayi bila bayi bertambah kuning

Komplikasi Terapi Sinar7

Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel

Tabel 4 Komplikasi terapi sinarKelainan Mekanisme yang mungkin terjadi

Bronze baby syndrome Berkurangnya ekskresi hepatik hasil penyinaran bilirubin

Diare Bilirubin indirek menghambat laktaseHemolisis Fotosensitivitas mengganggu sirkulasi

eritrositDehidrasi Bertambahnya Insensible Water Loss (30-

100) karena menyerap energi fotonRuam kulit Gangguan fotosensitasi terhadap sel mast

kulit dengan pelepasan histamin

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas terapi sinar1

Intensitas radiasi kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm Terdapat hubungan antara dosis dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai Hal ini bisa dicapai dengan memberikan paparan pada permukaan kulit secara maksimum dari 40 Wcm2 per nm cahaya yang sesuai Di atas titik saturasi peningkatan intensitas tidak memberikan efek tambahan apa-apa

Efikasi terapi sinar meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 moll Penurunan sebanyak 50 dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin gt15 mgdL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama dengan spektrum absorpsi bilirubin

Faktor lain adalah usia bayi umur gestasi berat badan dan etiologi ikterus Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak efektif untuk bayi matur yang

Bilirubin di kulit cepat menghilang selama terapi

sinar Warna kulit tidak bisa dijadikan acuan untuk

menentukan kadar bilirubin serum selama bayi masih

dalam terapi sinar dan dalam 24 jam setelah penghentian

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 36: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat berat) dengan peningkatan hematokrit Selain itu makin tinggi kadar bilirubin pada saat memulai fototerapi makin efektif

Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang tidak adekuat sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik dengan kuadrat jarak) lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat Idealnya semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk melakukan terapi sinar intensif

TRANFUSI TUKAR

Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel 1982)

Pada hiperbilirubinemia tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi Pada bayi dengan isoimunisasi transfusi tukar memiliki manfaat tambahan karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi Sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia

Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar12

1 Darah yang digunakan golongan O 2 Gunakan darah baru (usia lt 7 hari) whole blood Kerjasama dengan dokter kandungan

dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar

3 Pada penyakit hemolitik rhesus jika darah disiapkan sebelum persalinan harus golongan O dengan rhesus (-) crossmatched terhadap ibu Bila darah disiapkan setelah kelahiran dilakukan juga crossmatched terhadap bayi

4 Pada inkomptabilitas ABO darah donor harus golongan O rhesus (-) atau rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B Biasanya menggunakan eritrosit golongan O dengan plasma AB untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang muncul

5 Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain darah donor tidak boleh berisi antigen tersensitisasi dan harus di crossmatched terhadap ibu

6 Pada hiperbilirubinemia yang nonimun darah donor ditiping dan crossmatched terhadap plasma dan eritrosit pasienbayi

7 Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---- 160 mLkgBB sehingga diperoleh darah baru sekitar 87

Teknik Transfusi Tukara SIMPLE DOUBLE VOLUME Push-Pull tehnique jarum infus dipasang melalui kateter

vena umbilikalis vena saphena magna Darah dikeluarkan dan dimasukkan bergantianb ISOVOLUMETRIC Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan melalui arteri

umbilikalis dan dimasukkan melalui vena umbilikalis dalam jumlah yang samac PARTIAL EXCHANGE TRANFUSION Tranfusi tukar sebagian dilakukan biasanya pada

bayi dengan polisitemia

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 37: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Di Indonesia untuk kedaruratan transfusi tukar pertama menggunakan golongan darah O rhesus positifPelaksanaan tranfusi tukar1 Personel Seorang dokter dan minimal 2 orang perawat untuk membantu persiapan

pelaksanaan dan pencatatan serta pengawasan penderita

2 Lokasi Sebaiknya dilakukan di ruang NICU atau kamar operasi dengan penerangan dan pengaturan suhu yang adekuat alat monitor dan resusitasi yang lengkap serta terjaga sterilitasnya

3 Persiapan Alata Alat dan obat-obatan resusitasi lengkapb Lampu pemanas dan alat monitorc Perlengkapan vena seksi dengan sarung tangan dan kain penutup sterild Masker tutup kepala dan gaun sterile Nier bekken (2 buah) dan botol kosong penampung darahf Set tranfusi 2 buahg Kateter umbilikus ukuran 4 5 6 F sesuai berat lahir bayi atau abbocathh Three way stopcock semprit 1 mL 5 mL 10 mL 20 mL masing-masing 2 buahi Selang pembuanganj Larutan Calsium glukonas 10 CaCl2 10 dan NaCl fisiologisk Meja tindakan

Indikasi

Hingga kini belum ada kesepakatan global mengenai kapan melakukan transfusi tukar pada hiperbilirubinemia Indikasi transfusi tukar berdasarkan keputusan WHO tercantum dalam tabel 5

Tabel 5 Indikasi Transfusi Tukar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7

Bila transfusi tukar memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat atau bayi bisa dirujuk secara cepat dan aman ke fasilitas lain dan kadar bilirubin bayi telah mencapai kadar di atas sertakan contoh darah ibu dan bayi

Tabel 6 Indikasi Transfusi Tukar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah11

Berat Badan (gram)

Kadar Bilirubin (mgdL)

lt 1000 10 ndash 121000 ndash 1500

12 ndash 15

1500 ndash 2000

15 ndash 18

2000 ndash 2500

18 ndash 20

Usia Bayi Cukup Bulan Sehat

Dengan Faktor Risiko

mgdL mgdLHari ke-1 15 13Hari ke-2 25 15Hari ke-3 30 20Hari ke-4

dan seterusnya

30 20

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 38: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Keterangan Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasia Kadar bilirubin tali pusat gt 45 mgdL dan kadar Hb lt 11 grdLb Kadar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam walaupun sedang mendapatkan terapi sinarc Selama terapi sinar bilirubin meningkat gt 6 mgdL12jam dan kadar Hb 11 ndash 13 grdLd Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol secara adekuat

dengan terapi sinar

Transfusi tukar harus dihentikan apabila terjadi- Emboli (emboli bekuan darah) trombosis- Hiperkalemia hipernatremia hipokalsemia asidosis hipoglikemia- Gangguan pembekuan karena pemakaian heparin- Perforasi pembuluh darah

Komplikasi tranfusi tukar- Vaskular emboli udara atau trombus trombosis- Kelainan jantung aritmia overload henti jantung- Gangguan elektrolit hipohiperkalsemia hipernatremia asidosis- Koagulasi trombositopenia heparinisasi berlebih- Infeksi bakteremia hepatitis virus sitomegalik enterokolitis nekrotikan- Lain-lain hipotermia hipoglikemia

Perawatan pasca tranfusi tukar- Lanjutkan dengan terapi sinar- Awasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi

Persiapan Tindakan Tranfusi Tukar 12a Berikan penjelasan tentang tujuan dan risiko tindakan mintakan persetujuan tertulis dari

orang tua penderitab Bayi jangan diberi minum 3 ndash 4 jam sebelum tindakan Bila tranfusi harus segera

dilakukan isi lambung dikosongkan dengan sonde dan menghisapnyac Pasang infus dengan tetesan rumatan dan bila tali pusat telah mengering kompres dengan

NaCl fisiologisd Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika kadar

albumin lt 25 grdL Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus menurun kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera dilakukan

e Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit dekstrostik Hb hematokrit retikulosit trombosit kadar bilirubin indirek albumin golongan darah rhesus uji coombs direk dan indirek kadar G6PD dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah

f Koreksi gangguan asam basa hipoksia dan hipotermi sebelum memulai tranfusi tukarg Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek label

darah)

Jumlah Darah Donor yang DipakaiJika darah donor yang diberikan berturut-turut 50 mLkgBB 100 mLkgBB 150 mLkgBB dan 200 mLkgBB maka darah bayi yang terganti berturut-turut adalah sebagai berikut 45 70 85-85 dan 90

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 39: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Pemasangan Kateter Vena UmbilikalisAbbocatha Bayi diletakkan dalam posisi terlentang Fiksasi lengan dan tungkai dijaga agar tidak

banyak bergerak (diikat longgar)b Pasang alat monitor yang dibutuhkan (neonatal monitoring) Suhu bayi dipertahankan

pada suhu optimal atau jika ada meja resusitasi bayi diletakkan di bawah lampu pemanassorot dengan jarak 2 meter

c Semua tindakan harus dilaksanakan secara aseptik dan antiseptik personil yang terlibat langsung harus memakai gaun sarung tangan dan masker steril

d Bersihkan daerah sekitar tali pusat atau tempat lain yang akan dipasang abbocath dengan cairan antiseptik tutup dengan kain steril yang berlubang ditengahnya sehingga tampak tali pusat daerah yang akan dipasangkan abbocath

e Jika dilakukan melalui vena umbilikalis bersihkan dengan betadine 10 tali pusat dipotong kurang lebih 1 cm di atas dasarkulit abdomen dengan skalpelpisau steril

f Jika tali pusat kering lunakkan dengan kompres NaCl fisiologis selama frac12 - 1 jamg Vena umbilikalis dicari dan masukkan kateter vena sesuai ukuran bayi diisi NaCl

fisiologis Kateter dimasukkan sampai (1) tampak ada darah mengalir dari tubuh bayi atau (2) pada posisi aman yaitu ujung kateter sedikit di atas diafragma dan di dalam vena cava inferior (ukuran sekitar panjang dari bahu kirikanan ke tali pusat kemudian diukur ke diagram khusus ukuran kateter tali pusat) Kateter harus diisi cairan untuk mencegah emboli udara

h Setelah kateter vena umbilikalis terpasang dilakukan fiksasi dengan jahitan melingkari kulittali pusat diameter 15 cm dengan benang sutra steril

i Jika kateter gagal dipasang di vena umbilikalis tranfusi dapat dilakukan di vena saphena magna

j Kateter atau abbocath dihubungkan dengan three way stopcock bagian depan dengan selang infus donor dan bagian belakang dengan selang infus pembuangan yang telah dihubungkan dengan botol kosong di bawah botol tindakan

Pelaksanaan Tranfusi Tukara Mula-mula darah bayi dihisap sebanyak 10 ndash 20 mL atau tergantung berat badan bayi

jangan melebihi 10 dari perkiraan volume darah bayib Darah dibuang melalui pipa pembuangan dengan mengatur klep pada three way stopcock

Jika ada pemeriksaan yang belum lengkap dapat memakai darah ini karena belum bercampur dengan darah donor

c Masukkan darah donor dengan jumlah yang sama secara perlahan-lahan Kecepatan menghisap dan mengeluarkan darah sekitar 2 mLkgBBmenit

d Setelah darah masuk ke tubuh ditunggu selama 20 detik agar beredar dalam sirkulasie Hisap dan masukkan darah berulang kali dengan cara yang sama sampai target transfusi

tukar selesaif Catat setiap kali darah yang dikeluarkan dan yang masuk pada lembaran observasi

transfusi tukarg Jika memakai darah dengan pengawet asam sitrat atau stearat fosfat (ACDPCD) setiap

tranfusi 100 mL diberikan 1 mL kalcium glukonas 10 intra vena perlahan-lahan Pemberian tersebut terutama bila kadar kalsium sebelum tranfusi lt 75 mgdL Bila kadarnya di atas normal maka kalsium glukonas tidak perlu diberikan Pemberian larutan kalsium glukonas harus dilakukan secara perlahan-lahan karena bila terlalu cepat dapat mengakibatkan timbulnya bradikardi cardiac arest Beberapa peneliti menganjurkan untuk tidak memberikan kalsium kecuali pada pemeriksaan fisik dan elektrokardiografi menunjukkan adanya tanda-tanda hipokalsemia

h Selama tindakan semua tanda-tanda vital harus diawasi dengan neonatal monitoring

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 40: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

i Setelah transfusi tukar selesai darah bayi diambil untuk pemeriksaan pasca transfusi tukar

j Jika tidak diperlukan transfusi tukar ulang lakukan jahitan silk purse string atau ikatan kantung melingkari vena umbilikalis Ketika kateter dicabut jahitan yang mengelilingi tali pusat dikencangkan

G Efek Hiperbilirubinemia

Perhatian utama pada hiperbilirubinemia adalah potensinya dalam menimbulkan kerusakan sel-sel saraf meskipun kerusakan sel-sel tubuh lainnya juga dapat terjadi Bilirubin dapat menghambat enzim-enzim mitokondria serta mengganggu sintesis DNA Bilirubin juga dapat menghambat sinyal neuroeksitatori dan konduksi saraf (terutama pada nervus auditorius) sehingga menimbulkan gejala sisa berupa tuli saraf3

Kerusakan jaringan otak yang terjadi seringkali tidak sebanding dengan konsentrasi bilirubin serum Hal ini disebabkan kerusakan jaringan otak yang terjadi ditentukan oleh konsentrasi dan lama paparan bilirubin terhadap jaringan

Ensefalopati bilirubin

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan komplikasi ensefalopati bilirubin Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal batang otak dan serebelum yang menyebabkan kematian sel Pada bayi dengan sepsis hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada sawar darah otak Dengan adanya ikterus bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk ke dalam cairan ekstraselular Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang disebabkannya

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bilirubin pada sel otak bayi baru lahir sangat kompleks dan belum sepenuhnya dimengerti Faktor tersebut antara lain konsentrasi albumin serum ikatan albumin dengan bilirubin penetrasi albumin ke dalam otak dan kerawanan sel otak menghadapi efek toksik bilirubin Bagaimanapun juga keadaan ini adalah peristiwa yang tidak biasa ditemukan sekalipun pada bayi prematur dan kadar albumin serum yang sebelumnya diperkirakan dapat menempatkan bayi prematur berisiko untuk terkena ensefalopati bilirubin

Bayi yang selamat setelah mengalami ensefalopati bilirubin akan mengalami kerusakan otak permanen dengan manifestasi berupa serebral palsy epilepsi dan keterbelakangan mental atau hanya cacat minor seperti gangguan belajar dan perceptual motor disorder

H Pencegahan13

Perlu dilakukan terutama bila terdapat faktor risiko seperti riwayat inkompatibilitas ABO sebelumnya AAP dalam rekomendasinya mengemukakan beberapa langkah pencegahan hiperbilirubinemia sebagai berikut

1 Primer

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 41: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan hampir cukup bulan yang sehat Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama

Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses menyusui dan dapat menimbulkan ikterus neonatorum Meningkatkan frekuensi menyusui dapat menurunkan kecenderungan keadaan hiperbilirubinemia yang berat pada neonatus Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses menyusui yang baik

AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air susu botol maupun dekstrosa) pada neonatus nondehidrasi Pemberian cairan tambahan tidak dapat mencegah terjadinya ikterus neonatorum maupun menurunkan kadar bilirubin serum

2 SekunderDokter harus melakukan pemeriksaan sistematik pada neonatus yang memiliki risiko tinggi ikterus neonatorum

Pemeriksaan Golongan Darah

Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun Bila ibu belum pernah menjalani pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus Apabila golongan darah ibu adalah O dengan Rh-positif perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat Jika darah bayi bukan O dapat dilakukan tes Coombs

Penilaian Klinis

Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk mengawasi terjadinya ikterus Ruang perawatan sebaiknya memiliki prosedur standar tata laksana ikterus Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital lain Pada bayi baru lahir ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga memperlihatkan warna kulit dan subkutan Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan yang cukup terang paling baik menggunakan sinar matahari Penilaian ini sangat kasar umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang tinggi Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah kemudian akan menjalar ke kaudal dan ekstremitas

KOMPLIKASI

Jika bayi kuning patologis tidak mendapatkan pengobatan maka akan terjadi penyakit kernikterus

Kernikterus adalah suatu sindrom neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan tak terkonjugasi

dalam sel-sel otak Kerikterus dapat menimbulkan kerusakan otak dengan gejala gangguan

pendengaran keterbelakangan mental dan gangguan tingkah laku25

Pada neonatus cukup bulan dengan kadar bilirubin yang melebihi 20 mg sering keadaan berkembang

menjadi kernicterus Pada bayi prematur batasnya ialah 18 mg kecuali bila kadar albumin serum

lebih dari 3gram Pada neomatus yang menderita asidosis dan hipoglikemia kernicterus dapat terjadi

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 42: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

walaupun kadar bilirubin lt16mg Pencegahan kernicterus ialah dengan melakukan transfusi tukar

darah bila kadar bilirubin I mencapai 20mg 25

KERNIKTERUS

Kernikterus adalah sindroma neurologik yang disebabkan oleh menumpuknya bilirubin

indirektak terkonjugasi dalam sel otak Bayi yang mempunyai kadar bilirubin lebih dari 20 mgdL

akan mengalami kernikterus Insidensi pada otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah

2-16 1 2 3 4

Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler

yang mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang berfungsi membatasi serta mengatur

pergerakan molekul antara darah dan SSP Pada kondisi sawar darah otak normal yang dapat

menembus barier ini adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat albumin) Pada kondisi

abnormal adanya brain injury (trauma serebral) diperberat keadaan hipoksemia acidemia

hiperkapnia hipoalbumin bilirubin yang terikat pun dapat melewatimenembus sawar darah otak

Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan mekanisme masuknya

bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf

Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik Bilirubin indirek bebas yang bersifat lipofilik

dapat menembus sawar darah otak dan masuk ke sel neuron otak selanjutnya terjadi presipitasi

dalam memran sel syaraf Keadaan asidosis hipoalbulminemia akan meningkatkan jumlah bilirubin

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 43: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

bebas ke dalam jaringan otak Bilirubin indirek dalam plasma berikatan dengan albumin Suasana

asam bilirubin indirek cenderung membentuk mono-anion (bilirubin acid) serta menyebabkan

penurunan afinitas albumin-bilirubin indirek Pada bentuk tersebut akan meningkatkan presipitasi

didalam jaringan serta dapat menembus sawar otak P-glikoprotein (P-gp) adalah suatu substrat

dalam sawar darah otak yang dapat membatasi masuknya bilirubin ke dalam SSP Pada kerusakan

sawar otak zat tersebut mengalami penurunan sehingga bilirubin indirek bebas dapat menembus

sawar otak yang mengakibatkan presipitasi bilirubin indirek di dalam SSP

Berdasarkan temuan histologi dan biofisika penelitian Madan (2005) mekanisme toksisitas

bilirubin terhadap sel syaraf adalah sebagai berikut

Bilirubin masuk ke dalam sel-sel neuron sehingga menyebabkan

- pertukaran Na ndash K berkurang

- akumulasi cairan sel syaraf meningkat

- pembengkakan akson syaraf

- menurunkan potensial membran dan potensial aksi

- mengurangi aktifitas rdquoauditory brain stem responsesrdquo

- mengurangi fosforilasi protein kinase dan synapstosis

- mengurangi tyrosin uptake sintesis dopamine

- mengurangi uptake methionine dan thymidine

- merusak mitokondria

- pada penelitian memakai isotop 31p secara invitro maupun invivo bilirubin dapat

menyebabkan perubahan metabolisme energi sel syaraf

Gangguan neurotransmisi merupakan tahap awal dan toksisitas bilirubin yang bersifat reversibel

pada aktifitas auditory brain stem responses

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 44: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Patogenesis kernikterus

bull Mekanisme penting terhadap toksisitas bilirubin adalah menghambat enzim fosforilase sinapsis 1

dan reseptor non channel N-methyl-D-aspartate yang berfungsi untuk pelepasan neurotransmiter bull

Penumpukan bilirubin akan menimbulkan perubahan potensial membran dan potensial aksi yang

akan mempengaruhi transmisi neuro- transmiter sinaps bull Hal yang esensial pada patogenesis

ensefalopati bilirubin dan ireversibel adalah kerusakan mitokondria sebagai akibat dari presipitasi

bilirubin acid dalam membran fosfolipid sehingga menyebabkan disfungsi mitokondria

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 45: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Tabel 1 Patofisiologi kernikterus (saripediatri IDAI)

Tabel 2 Manifestasi klinis kernikterus (New England Journal Of Medicine)

Manifestasi klinis ensefalopati bilirubin terdiri dari 2 tahapan sesuai dengan proses perjalanan

penyakit

Fase akut yang diikuti ensefalopati bilirubin akut dan fase kronis yaitu ensefalopati bilirubin kronis

yang disebut juga kern ikterus

1 Ensefalopati bilirubin akut

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 46: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

a Fase awal (early phase) Timbulnya beberapa hari pertama kehidupan Klinis BBL tampak ikterus

berat (lebih dari Kramer 3) Terjadi penurunan kesadaran letargi mengisap lemah dan hipotonia

Terapi dini dan tepat akan memberikan prognosis lebih baik

b Fase intermediate (intermediate phase) Merupakan lanjutan dari fase awal tindakan terapi

transfusi tukar emergensi dapat mengembalikan perubahan susunan syaraf pusat dengan cepat Fase

ini ditandai stupor yang moderatsedang ireversibel hipertonia dengan retrocollis otot-otot leher

serta opistotonus otot-otot punggung panas tangis melengking (high-pitched cry) yang berlanjut

berubah menjadi mengantuk dan hipotonia

c Fase lanjut (advanced phase) Fase ini terjadi pada BBL setelah usia 1 minggu kehidupan yang

ditandai dengan retrocollis dan opistotonus yang lebih berat tangisnya melengking tak mau minum

menetek apnea panas stupor dalam sampai koma kadang-kadang kejang dan meninggal Dalam

fase ini kemungkinan kerusakan SSP ireversibelmenetap4

2 Ensefalopati bilirubin kronis (chronic bilirubin encephalopathykern icterus) Ensefalopati

bilirubin kronis disebut juga kernikterus Perjalanan penyakit berlangsung lamban setelah bentuk

akut terjadi awal tahun pertama kehidupan Secara klinis dibedakan dalam 2 fase

Fase awal terjadi dalam tahun pertama kehi-dupan dengan gejala klinis hipotonia hiperefleksi

keterlambatan perkembangan motorik milestone dan timbulnya refleks tonik leher

Fase setelah tahun pertama kehidupan Gejala klinis refleks tonik leher (tonic-neck reflex) menetap

setelah tahun pertama kehidupan terjadi gangguan ekstrapiramidal gangguan visual pendengaran

defek kognitif gangguan terhadap gigi gangguan intelektual minor dapat terjadi

- Gangguan ekstrapiramidal koreoathetosis merupakan kelainan umum yang nampak Ekstremitas

atas biasanya lebih berat daripada ekstremitas bawah Keadaan tersebut disebab- kan adanya

kerusakan pada ganglia basalis yang mana merupakan gambaran klasikkhas dari ensefalopati

bilirubin kronis

- Gangguan penglihatan gerakan bola mata terganggu paralisis dari upward gaze Kelainan tersebut

sebagai akibat dari kerusakan nukleus nervus kranialis di batang otak

- Gangguan pendengaran kelainan pendengaran merupakan kelainan yang menetap dan paling berat

ditemukan tuli pendengaran terhadap frekuensi tinggi baik derajat ringan sampai berat Kelainan ini

disebabkan kerusakan nukleus kokhlearis di batang otak serta nervus auditorius yang sangat peka

terhadap toksisitas bilirubin indirek walaupun pada kadar yang relatif rendah Tampak secara klinis

keterlambatan perkembangan bicara oleh sebab itu pemeriksaan fungsi pendengaran harus dilakukan

secepat mungkin pada bayi berisiko tinggi terhadap ensefalopati bilirubin kronis Pada anak dengan

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 47: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

gangguan ini sering diberikan alat bantu dengar atau implant koklea dan memberikan hasil yang

baik

- Gangguan pada gigi dapat dijumpai adanya displasia dental-enamel setelah usia bayi bulan ke-9

- Gangguandefek kognitif pada kernikterus tidak mencolok atetosis atau korea dengan defek

pendengaran yang terjadi dapat memberikan impresi salah dari gangguan mental (mental

retardasi)456

Tanda-tanda dan gejala-gejala kernikterus biasanya muncul 2-5 hari sesudah lahir pada bayi

cukup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur Tanda-tanda awal bisa tidak terlihat

jelas dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis asfiksia hipoglikemia pendarahan intrakranial dan

penyakit sistemik akut lainnya pada bayi neonatus Lesu nafsu makan jelek dan hilangnya refleks

Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim Selanjutnya bayi dapat tampak sangat sakit tidak

berdaya disertai refleks tendo negatif dan kegawatan pernapasan Opistotonus dengan fontanela

yang mencembung muka dan tungkai berkedut dan tangisan melengking bernada tinggi dapat

menyertai Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi dan spasme kekakuan pada bayi dengan lengan

yang terekstensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam2

Ensefalopati bilirubin akut

Bentuk akut ini terdiri atas 3 tahap

1048707 Tahap I (1ndash2 hari pertama) refleks hisap lemah letargi hipotonia kejang (terutama pada bayi

yang sangat kuning)

1048707 Tahap II (pertengahan minggu pertama) hipertonia bergantian dengan hipotonia opistotonus

spasme otot ekstensor peningkatan tonus otot punggung dan ekstensor leher (retrocollis) demam

menangis dengan nada tinggi (high pitch cry) mata tidak dapat bergerak ke atas (gangguan upward

gaze) dan terlihat gejala setting sun

1048707 Tahap III (setelah minggu pertama) hipertonia Pada fase akut dapat disertai gangguan Brainstem

Auditory Evoked Response (BAER) dan kelainan pada pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI)35484950

49

Ensefalopati bilirubin kronik

Gejalandashgejala klinis dari ensefalopati birubin kronik yang klasik (Kernicterus) berkorelasi dengan

temuanndashtemuan patologis yang spesifik Sekuele klasik dari hiperbilirubinemia neonatal yang

berlebihan membentuk sebuah tetrad yang terdiri dari 184851

1 gangguan ekstrapiramidal yang menyebabkan serebral palsi atetoid dan spastisitas

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 48: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

2 gangguan pendengaran baik berupa tuli total atau parsial

3 gangguan gerakan mata kearah atas (gangguan upward gaze)

4 displasia enamel dentin pada gigi susu

Yang kesemuanya berhubungan dengan lesindashlesi patologis pada globus palidus nukleus

subtalamikus nukleus auditorik dan okulomotor pada batang otak IQ dapat normal pada sebagian

besar anak namun sebagian kecil dapat mengalami retardasi mental ringan Disamping gangguan

gerak dapat pula menyebabkan gangguan bicara ambulasi komunikasi dan motorik Masalah

gangguan integrasi visualndashmotor ketulian atau neuropati auditori menyebabkan bertambahnya

frustasi dan mengurangi kemampuan intelegensi yang sebenarnya Beberapa penelitian melaporkan

bahwa proses kronik ini dapat terjadi pada usia 4 bulan-14 tahun184851

Ensefalopati samar Neuropati auditorik

Anakndashanak ini mengalami gangguan kognitif yang lebih ringan kelainan neurologis yang ringan

ganggguan pendengaran dan neuropati auditori Gejala dapat 50 pula terdeteksi beberapa tahun

kemudian sehingga sulit membuat korelasi antara hiperbilirubinemia dan gangguan yang terlihat

Neuropati auditori bukan hanya gangguan pendengaran sensori neural namun disebabkan adanya

disfungsi pada tingkat batang otak atau saraf tepi Fungsi telinga tengah tetap normal Keadaan

inidapat di identifikasi dengan pemeriksaan Brainstem Auditory Evoked Response (BAER)

Gangguan BAER telah dapat terlihat pada anak dengan hiperbilirubinemia lt20 mgdL (16-20

mgdL) dan umumnya membaik setelah di lakukan terapi sinar Keadaan ini membuktikan bahwa

bilirubin telah masuk ke dalam otak pada kadar yang lebih rendah dari kadar yang biasa

menyebabkan ensefalopati bilirubin akut484952

PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebab utama ikterikBiasanya baik jika ditangani secara tepat dan cepat Namun jika komplikasi telah terjadi prognosis memburuk5

DAFTAR PUSTAKA1 Health Technology Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health

Malaysia 2002 Management of neonatal hyperbilirubinemia 2 Masukan berdasarkan hasil rapat tim ahli HTA Indonesia3 Dennery PA Seidman DS Stevenson DK Neonatal hyperbilirubinemia N Engl J Med

2001344581-904 Suradi R Situmeang EH Tambunan T The association of neonatal jaundice and breast-feeding

Paedatr Indones 20014169-755 Laporan RS Dr Sardjito Yogyakarta6 Laporan RS Dr Kariadi Semarang7 Managing newborn problemsa guide for doctors nurses and midwives Departement of

Reproductive Health and Research World Health Organization Geneva 2003

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 49: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

8 Briscoe L Clark S Yoxall CW Can transcutaneous bilirubinometry reduce the need for blood tests in jaundiced full term babies Arch Dis Child Fetal Neonatal 200286F190-2

9 Suresh GK Clark RE Cost-effectiveness of strategies that are intended to prevent kernicterus in newborn infants Pediatrics 2004114917-24

10 Surjono A Hiperbilirubinemia pada neonatuspendekatan kadar bilirubin bebas Berkala Ilmu Kedokteran 19952743-6

11 Martin CR Cloherty JP Neonatal Hyperbilirubinemia In Cloherty JP Eichenwald EC Stark AR editors Manual of Neonatal Care 5th edition Philadelphia Lippincott Williams and Wilkins2004185-222

12 Masukan Dr Ali Usman SpA(K)13 American Academy of Pediatrics Clinical Practice Guideline Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation Pediatrics 2004114297-316

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 50: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Disusun Oleh

Birri Ifkar

03008061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

PERIODE 4NOVEMBER - 11 JANUARI 2013

BEKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 51: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan hormat

Presentasi kasus pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 4 November

ndash 11 Januari 2013 2013 dengan judul ldquoHiperbilirubinemia neonatorumrdquo yang disusun oleh

Nama Birri Ifkar

NIM 03008061

Telah disetujui dan diterima hasil penyusunannya oleh Yth

Pembimbing

dr Mas Wishnuwardhana Sp A

Menyetujui

(dr Mas Wishnuwardhana Sp A

  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar
Page 52: Case Ikterus Neonatorum Birri Draft
  • Tabel 2 Indikasi Terapi sinar Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum7
    • Teknik terapi sinar
    • Komplikasi Terapi Sinar7
    • Komplikasi terapi sinar umumnya ringan sangat jarang terjadi dan reversibel
    • Tabel 4 Komplikasi terapi sinar
      • Teknik Transfusi Tukar