Hukum Kesehatan (Autosaved)

9
Nama Mahasiswa : Chintami Octavia NIM/Kelas : 147032123 / ARS-A Nama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH HUKUM KESEHATAN Di negara yang berlandaskan hukum, sudah selayaknya jika hukum dijadikan supremasi dimana setiap warga negara diharapkan tunduk dan patuh terhadap hukum. Untuk itu, maka terdapat perangkat-perangkat hukum yang mengatur seluruh sektor kehidupan, salah satunya sektor kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan, yaitu Hukum Kesehatan. Adapun kerangka Hukum Kesehatan adalah sebagai berikut: Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 1

description

hukum kesehatan

Transcript of Hukum Kesehatan (Autosaved)

Page 1: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

HUKUM KESEHATAN

Di negara yang berlandaskan hukum, sudah selayaknya jika hukum dijadikan

supremasi dimana setiap warga negara diharapkan tunduk dan patuh terhadap hukum. Untuk

itu, maka terdapat perangkat-perangkat hukum yang mengatur seluruh sektor kehidupan,

salah satunya sektor kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

setiap orang, yang merupakan bagian integral dari kesejahteraan, diperlukan dukungan

hukum bagi penyelenggaraan berbagai kegiatan di bidang kesehatan, yaitu Hukum

Kesehatan.

Adapun kerangka Hukum Kesehatan adalah sebagai berikut:

Menurut Van der Mijn di dalam makalahnya menyatakan bahwa, “…health law as

the body of rules that relates directly to the care of health as well as the applications of

general civil, criminal, and administrative law”. Lebih luas apa yang dikatakan Van der Mijn

adalah pengertian yang diberikan Leenen bahwa hukum kesehatan adalah “…. het geheel van

rechtsregels, dat rechtstreeks bettrekking heft op de zorg voor de gezondheid en de toepassing

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 1

Page 2: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

van overig burgelijk, administratief en strafrecht in dat verband. Dit geheel van rechtsregels

omvat niet alleen wettelijk recht en internationale regelingen, maar ook internationale

richtlijnen gewoonterecht en jurisprudenterecht, terwijl ook wetenschap en literatuur bronnen

van recht kunnen zijn”.

Dari apa yang dirumuskan Leenen tersebut memberikan kejelasan tentang apa yang

dimaksudkan dengan cabang baru dalam ilmu hukum, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan (zorg voor de gezondheid). Rumusan tersebut dapat berlaku secara

universal di semua negara. Dikatakan demikian karena tidak hanya bertumpu pada peraturan

perundang-undangan saja tetapi mencakup kesepakatan/peraturan internasional, asas-asas

yang berlaku secara internasional, kebiasaan, yurisprudensi, dan doktrin.

Sementara menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia

(PERHUKI), Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung

dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban baik bagi

perseorangan maupun segenap lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan

kesehatan dalam segala aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu

pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumber-sumber hukum lain.

Dengan kata lain, hukum kesehatan mencakup semua ketentuan hukum yang

berhubungan dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan (health care) serta penerapan

hak dan kewajiban penerima palayanan kesehatan. Dalam hal ini, pemeliharaan dan

pelayanan kesehatan bukan hanya di bidang pengobatan, tetapi lebih luas, mencakup bidang

diagnostik, preventif, rehabilitatif, maupun promotif. Sedangkan hak penerima pelayanan

kesehatan dapat berupa Hak atas kesehatan. Hermien Hadiati Koeswadji menyatakan pada

asasnya hukum kesehatan bertumpu pada hak atas pemeliharaan kesehatan sebagai hak dasar

social (the right to health care) yang ditopang oleh 2 (dua) hak dasar individual yang terdiri

dari hak atas informasi (the right to information) dan hak untuk menentukan nasib sendiri

(the right of self determination).

Adanya interaksi kedua faktor diatas, menimbulkan suatu perjanjian atau persetujuan,

yaitu hubungan timbal balik antara kedua belah pihak (pemberi dan penerima pelayanan

kesehatan) yang disebut transaksi terapeutik. Pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini

bukan hanya dokter, namun seluruh tenaga kesehatan.

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 2

Page 3: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

Menurut PP No. 32 Tahun 1996, tenaga kesehatan meliputi:

- Tenaga medis: dokter dan dokter gigi.

- Tenaga keperawatan: perawat dan bidan.

- Tenaga kefarmasian: apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.

- Tenaga kesehatan masyarakat: epidemiolog kese-hatan, entomolog kesehatan,

mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

- Tenaga gizi:nutrisionis dan dietisien.

- Tenaga ketrampilan fisik: fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.

- Tenaga keteknisian medis: radiografer, radiotherapis, teknisi gigi, teknisi

elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi

dan perekam medis.

Dahulu, hubungan antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan dalam transaksi

terapeutik didasarkan pada hubungan paternalisme dan berdasarkan kepercayaan (fiduciary

relationship). Contohnya, seseorang yang sakit akan menyerahkan sepenuhnya pengobatan

kepada dokter dengan anggapan bahwa sebagai seorang dokter beliau pasti akan memilih

yang terbaik bagi pasiennya. Pasien pasrah saja dan menerima akibat apapun yang akan

terjadi. Jadi, sampai meninggal pun hal ini sudah dianggap kehendak Tuhan. Dokrin inilah

yang dulu tertanam di dalam pikiran orang bahwa dengan berobat ke dokter maka

penyakitnya akan sembuh.

Namun kini, pola pemikiran tersebut telah berubah drastis seiring perkembangan

zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga hubungan antara pemberi dan penerima

pelayanan kesehatan berubah menjadi sejajar. Kedua belah pihak dituntut untuk memahami

hak dan kewajibannya masing-masing.

Semakin berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat atas hak mereka

khususnya dalam pelayanan kesehatan, menyebabkan jumlah sengketa medik dalam

pelayanan kesehatan. Kasus-kasus dugaan kelalaian pelayanan kesehatan, baik yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun rumah sakit secara institusional banyak muncul di

masyarakat.

Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran,

muncul permasalahan-permasalahan medik yang sebelumnya belum terjadi, misalnya:

tranplantasi organ, euthanasia, bayi tabung, aborsi, serta kemajuan genetik seperti cloning dll.

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 3

Page 4: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

Adapun kondisi tersebut di atas mendorong para pembuat undang-undang untuk menyusun

perundang-undangan di bidang pelayanan kesehatan, berupa Hukum Kesehatan.

Secara umum, dari sudut pandang materi muatan yang terdapat pada Hukum

Kesehatan mengandung 4 (empat) obyek, yaitu:

1. Pengaturan yang berkaitan dengan upaya kesehatan;

2. Pengaturan yang berkaitan dengan tenaga kesehatan;

3. Pengaturan yang berkaitan dengan sarana kesehatan;

4. Pengaturan yang berkaitan dengan komoditi kesehatan.

Selanjutnya dari ketentuan yang ada dalam keputusan dan peraturan yang dibuat oleh

organisasi profesi dan asosiasi bidang kesehatan serta sarana kesehatan adalah mencakup

kode etik profesi, kode etik usaha dan berbagai standar yang harus dilakukan dalam

penyelenggaraan upaya kesehatan. Apabila diperhatikan prinsip-prinsip yang dikandung

dalam ketentuan ini mencakup 4 (empat) prinsip dasar, yaitu autonomy, beneficence, non

maleficence dan justice.

Di indonesia, terdapat beberapa Hukum Kesehatan yang berkaitan dengan

administrasi rumah sakit, seperti:

- UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

- UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran diikuti Peraturan Menteri

Kesehatan No.1419/MENKES/PER IX/2005 tentang Penyelenggaraan Praktek Dokter

dan Dokter Gigi

- UU No 44 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit

- PP No 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional

- PP No 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan

- PERMENKES No 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis

- PERMENKES No 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medis

- PERMENKES No 971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang Standart Kompetensi

Pejabat Struktural Kesehatan

- PERMENKES No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Perawat

- PERMENKES No 147MENKES/PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit

- PERMENKES No 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 4

Page 5: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

- PERMENKES No 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan

Kedokteran

- PERMENKES No 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan

Praktik Bidan

- PERMENKES No 1787/MENKES/PER/XII/2010 Tentang Iklan dan Publikasi

Pelayanan Kesehatan

- PERMENKES No 755/MENKES/PER/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite

Medik di Rumah Sakit

- PERMENKES No 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit

- KepMenkes No 772/MENKES/SK/VI Tahun 2002 tentang Pedoman Peraturan

Internal Rumah Sakit (Hospital by Laws)

- Keputusan Menteri Kesehatn RI No.631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman

Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit

- KepMenKes No 604/MENKES/PER/III/2008 Tentang Pedoman Pelayanan Maternal

Perinatal pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C, dan Kelas D

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 5

Page 6: Hukum Kesehatan (Autosaved)

Nama Mahasiswa : Chintami OctaviaNIM/Kelas : 147032123 / ARS-ANama Dosen : Prof.dr.Amri Amir, Sp.F (K), SH

REFERENSI

Amir, A. & Hanifah, M.J., 2013. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Edisi 4. Jakarta:

EGC.

Depkes RI, 2012. Hukum Kesehatan. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id

[Accessed 8 March 2015]

Hiswani & Thalal, M. 2007. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Available from:

http://www.repository.usu.ac.id [Accessed 8 March 2015]

PERSI Daerah Sumatera Utara. 2013. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Bidang

Perumah Sakitan. Medan : Sekretariat PERSI SUMUT.

Tugas Etika dan Hukum Kesehatan Page 6