hemoptisis (Autosaved)

27
PENDAHULUAN Di Indonesia , berdasarkan studi yang dilakukan pada pasien rawat inap dan IGD RS Persahabatan, tuberkulosis paru merupakan penyakit terbanyak yang mendasari hemoptisis. 1 Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk: 323 pasien hemoptisis diIGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %, bronkiektasis 16,71 % , karsinomaparu 3,4 % dan Maria : 102 pasien hemoptisis rawat inap dan IGD RS Persahabatandidapatkan TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7 %, bronkiektasis 7,8 % Indonesia termasuk ke dalam 22 negara yang dikategorikan oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagian besar adalah negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas tuberkulosis (TB) yang tinggi (World Health Organization, 2013). Diperkirakan setiap tahun di Indonesia terdapat 528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif, dengan kematian sekitar 91.000 orang. 2 DEFINISI Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim batuk darah ialah haemoptoe atau haemoptysis. 3 Batuk darah lebih sering merupakan tanda 1

description

EWQ

Transcript of hemoptisis (Autosaved)

Page 1: hemoptisis (Autosaved)

PENDAHULUAN

Di Indonesia , berdasarkan studi yang dilakukan pada pasien rawat inap dan

IGD RS Persahabatan, tuberkulosis paru merupakan penyakit terbanyak yang

mendasari hemoptisis.1 Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno

dkk: 323 pasien hemoptisis diIGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %,

bronkiektasis 16,71 % , karsinomaparu 3,4 % dan Maria : 102 pasien hemoptisis

rawat inap dan IGD RS Persahabatandidapatkan TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7

%, bronkiektasis 7,8 % Indonesia termasuk ke dalam 22 negara yang dikategorikan

oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagian besar adalah

negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas tuberkulosis (TB) yang tinggi

(World Health Organization, 2013). Diperkirakan setiap tahun di Indonesia terdapat

528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif, dengan kematian sekitar

91.000 orang.2

DEFINISI

Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari

saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim batuk darah ialah haemoptoe atau

haemoptysis.3 Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit

yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang

seksama.4

ETIOLOGI

Etiologi hemoptisis adalah sebagai berikut : 4,7,8

1. Batuk darah idiopatik

Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya,

dengan insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah

2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50 tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti

spontan dengan suportif terapi.

2. Batuk darah sekunder

1

Page 2: hemoptisis (Autosaved)

Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui penyebabnya.

Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale > 4% (normal l1%)

1) TB : batuk sedikit - sedikit, masif perdarahannya dan bergumpal.

2) Bronkiektasis : bercampur purulen.

3) Abses paru : bercampur purulen.

4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih.

5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir.

b. Neoplasma

1) Karsinoma paru.

2) Adenoma.

c. Lain-lain

1) Trombo emboli paru – infark paru.

2) Mitral stenosis.

3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.

ASD

VSD

4) Trauma dada.

Tabel 1. Diffential Diagnosis of Hemoptysi (Di kutip dari Weinberger SE. Principle

of pulmonary medicine, #rd edition 1998)

2

Page 3: hemoptisis (Autosaved)

PATOGENESIS

Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi

dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk emberikan nutrisi pada

jaringan paru, juga bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan

fungsinya untuk pertukaran gas.5

Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang

merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori terjadinya

perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan

tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi

bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan

asal dari perdarahan pada hemoptisis.4

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :4,5

1. Batuk darah pada karsinoma paru.

Terjadi oleh karena erosi permukaan tumor dalam lumen bronkus atau berasal dari

jaringan tumor yang mengalami nekrosis, pecahnya pembuluh darah kecil pada area

tumor atau invasi tumor ke pembuluh darah pulmoner.

2. Batuk darah pada bronkiektasis:

a. Mukosa bronkus yang sembab mengalami infeksi dan trauma batuk

menyebabkan perdarahan.

b. Terjadi anastomose antara pembuluh darah bronchial dan pulmonal dan juga

terjadi aneurisma, bila pecah terjadi perdarahan.

c. Pecahnya pembuluh darah dari jaringan granulasi pada dinding bronkus yang

mengalami ektasis.

3. Batuk darah pada bronchitis kronis:

Terjadi oleh karena mukosa yang sembab akibat radang, terobek oleh mekanisme

batuk.

4. Batuk darah pada abses paru:

Pada abses kronik dengan kavitas berdinding tebal yang sukar menutup, maka

pembuluh darah pada dinding tersebut mudah pecah akibat trauma pada saat batuk.

3

Page 4: hemoptisis (Autosaved)

5. Batuk darah pada mitral stenosis dan gagal jantung kiri akut:

a. Bila batuk darah ringan, perdarahan terjadi secara perdiapedesis, karena tekanan

dalam vena pulmonalis tinggi menyebabkan rupture vena pulmonalis atau distensi

kapiler sehingga butir darah merah masuk ke alveoli.

b. Menurut ferguson, batuk darah terjadi karena pecahnya varises di mukosa

bronkus.

c. Pada otopsi ternyata ada anastomose vena pulmonalis dan vena bronkialis yang

hebat sehingga tampak seperti varises.

6. Batuk darah pada infark paru:

Pada infark paru karena adanya penutupan arteri, maka terjadi anastomose. Selain

itu juga terjadi reflek spasme dari vena di daerah tersebut, akibatnya terjadi daerah

nekrosis dimana butir-butir darah masuk ke alveoli dan terjadi batuk darah.

7. Batuk darah pada Good Pasture syndrome:

Terjadi kelainan pada membrane basalis alveol kapiler yaitu terbentuknya

antibody to glomerular basement membrane (anti GBM Ab) lebih spesifiknya

kolagen tipe IV pada paru sehingga membuat hilangnya keutuhan membranan basalis

epithelial-endotelial dan memudahkan masuknya sel darah merah dan netrofil masuk

ke dalam alveoli.

8. Batuk darah pada infeksi jamur:

Terjadi friksi pada pergerakan mycetoma dan terjadi pelepasan antikoagulan serta

enzim proteoitik yang menyerupai tripsin dari jamur.

9. Batuk darah pada batuk keras:

Sifat khas bahwa darah terletak di permukaan sputum, jadi tidak bercampur di

dalamnya.

a. Kelenjar getah bening yang mengapur, waktu batuk terjadi erosi pada bronkus

yang berdekatan.

b. Mungkin bronkolit yang ada pada saat batuk menggeser lumennya.

c. Batuk yang keras dan berulang-ulang merobek mukosa bronkus.

4

Page 5: hemoptisis (Autosaved)

10. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke

dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

11. Perdarahan kavitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan

aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh

darah bronkial.Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah

cabang bronkial.Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh

darah bronkial dan pulmonal.Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat

menimbulkan hemoptisis masif.

KLASIFIKASI

Tabel 2. Batuk darah berdasarkan klasifikasi Pusel:8 (Di kutip dari Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. )

+ Batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis- garis dalam sputum

++ Batuk dengan perdarahan 1-30 ml

+++ Batuk dengan perdarahan 30- 150 ml

++++ Batuk dengan perdarahan 150- 500 ml

Masif Batuk dengan perdarahan 500- 1000 ml atau lebih

Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.2,8

1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam

Yang sering terjadi darah bercampur dengan sputum. Umumnya pada bronkitis.

2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam

Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada

kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.

3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam

Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.

5

Page 6: hemoptisis (Autosaved)

4. Pseudohemoptisis

Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau

dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).

Johnson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar9

menjadi:

1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari.

2. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari dengan

interval 2 sampai 3 hari.

3. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak. Kesulitan dalam

menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis selain terjadi vasokontriksi

perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu

memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah

yang dikeluarkan selama hemoptisis juga mempunyai kelemahan oleh karena:

a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang

dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang

hilang sesungguhnya.

b. Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan, bersama-sama dengan tinja,

sehingga tidak ikut terhitung.

c. Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi. Oleh karena itu

Suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh:

a. Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik.

b. Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai

dengan adanya iskemia miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan

mekanik jantung, maupun aliran darah serebral.

Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:

a. Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis

b. Lamanya perdarahan

c. Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi

6

Page 7: hemoptisis (Autosaved)

d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.

GEJALA KLINIS

Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari

nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut

benar - benar batuk darah dan bukan muntah darah.3

Tabel 3. Perbedaan batuk darah dengan muntah darah

Keadaan Batuk Darah Muntah Darah

1 Prodromal Darah dibatukan dengan rasa

panas di tenggorokan

Darah dimuntahkan dengan rasa

mual (Stomach Distress)

2 Onset Darah dibatukan dapat disertai

dengan muntah

Darah dimuntahkan dapat disertai

dengan batuk

3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih

4 Warna Merah segar Merah tua

5 Isi Leukosit, mikroorganisme,

hemosiderin, makrofag

Sisa makanan

6 Ph Alkalis Asam

7 Riwayat penyakit

dahulu

Penyakit paru Peminum alkohol, ulkus

peptikum, kelainan hepar

8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering ditandai anemis

9 Tinja Blood test -, Benzine test - Blood test +, Benzine test +

Kriteria batuk darah: 8

1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).

2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).

3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah

sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).

7

Page 8: hemoptisis (Autosaved)

Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis massif, : 9

1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam

pengamatannya perdarahan tidak berhenti.

2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih

dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk

darahnya masih terus berlangsung.

3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih

dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan

48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak

berhenti.

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran

radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu

dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun

penunjang sehinggapenanganannya dapat disesuaikan.7,8

1. Anamnesis

Batuk, daraj berwarna merah segar, bercampur busa

Batuk sebelumnya, dahak (jumlah , bau, penampilan ), demam, sesak, nyeri

dada, riwayat penyakit paru, penurunan berat badan, anoreksia

Penyakit komorbid, riwayat penyakit sebelumnya Kelainan perdarahan,

penggunaan obat antikoagulan/ obat yang menginduksi trombositopenia

Kebiasaan merokok

Sifat, frekuensi dan jumlah hemoptisis harus ditanyakan. Hal-hal khusus berikut

akan menolong ke arah diagnosis :

Terdapat bronkitis kronik atau bronkiektasis

Sudah berapa lama hemoptisis itu telah terjadi dan gejala- gejala yang

menyertainya.

8

Page 9: hemoptisis (Autosaved)

Riwayat sputum lama yang purulen berjumlah besar mengarahkan ke

bronkiektasis, sputum berbau busuk yang timbul belum lama mengarah ke abses

paru)

Kebiasaan merokok, pekerjaan dan keterpaparan terhadap debu

Terdapatnya perdarahan ditempat lain

Riwayat penyakit jantung atau trauma toraks

Terdapat nyeri atau trombosis tungkai

Gejala deteriorasi kesehatan umum, khususnya penurunan berat badan,

perubahan pola defekasi atau indikasi adanya penyakit pelvis, terutama pada

wanita.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan umum semua sistem akan mencakup pemeriksaan kulit dan

lokasi lain terhadap adanya tanda perdarahan atau nevi, serta pemeriksaan pelvik atau

colok dubur. Hal khusus yang harus diperhatikan :7,8

Untuk mengetahui perkiraan penyebab.

a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.

b. Auskultasi :

1) Kemungkinan menonjolkan lokasi.

2) Ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca, bekuan

darah.

c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru

d. Clubbing finger : memberikan petunjuk kemungkinan keganasan

intratorakal dan supurasi intratorakal (abses paru, bronkiektasis).

Pemeriksaan lanjutan akan menelusuri dan memastikan hasil pemeriksaan

sebelumnya tentang kasus perdarahan.

3. Pemeriksaan lanjutan

a. Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat pada setiap

penderitahemoptisis masif.2 Gambaran opasitas dapat menunjukkan

9

Page 10: hemoptisis (Autosaved)

tempatperdarahannya. Pemeriksan foto thoraks merupakan salah satu

komponen penting dalam pemeriksaan untuk mengetahui penyebab

perdarahan terutama kelainan parenkim paru, misalnya pemeriksaan dengan

kaviti, tumor, infiltrat dan atelektasis. Perdarahan intra-alveolar menimbulkan

pola infiltrat retikulonedular. Namun demikian gambaran foto thoraks bisa

normal ataupun tidak informatif.12

b. Pemeriksaanbronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, sebab

sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan X-foto

toraks.4

c. Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat

diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung).

Pemeriksaan sputum yang dapat dilakukan adalah untuk pemeriksaan bakteri

pewarnaan gram, basil tahan asam (BTA). Pemeriksaan dahak sitologi

dilakukan apabila penderita berusia >40 tahun dan perokok. Biakan kuman

juga dapat dilakukan terutama untuk BTA dan jamur.12

d. Laboratorium11

a. Pemeriksaan darah tepi lengkap

i. Peningkatan Hb dan Ht :kehilangan darah yang akut

ii. Leukosit meningkat : infeksi

iii. Trombositopenia : koagulopati

iv. Trombositosis : kanker paru

b. CT dan BT; PT dan APTT jika dicurigai adanya koagulopati atau pasien

menerima warfarain/heparin

c. Analisa gas darah arterial harus diukur jika pasien sesak yang jelas dan sianosis.

e. Pemeriksaan bronkoskopi

Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk

penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan. Sebaiknya

10

Page 11: hemoptisis (Autosaved)

dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan

dapat diketahui. Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : 2,4

1) Bila radiologik tidak didapatkan kelainan

2) Batuk darah yang berulang

3) Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,

lokasiperdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat

untukmelakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingatbahwa

selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yanglebih impulsif,

sehingga dapat memperhebat perdarahan disampingmemperburuk fungsi pernapasan.

Lavase dengan bronkoskop fiberoptik dapatmenilai bronkoskopi merupakan hal yang

mutlak untuk menentukan lokasiperdarahan.2

Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat

optic jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat

dalammembersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda

asing,disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di

tempatterjadinya perdarahan.2

Gambar 1. CT- Scan pada tb paru

CT scan bagian thorax pasien 55 tahun dengan hemoptysis massif yang menunjukan tumor di perifer yang menyikirkan diagnosa TB sebelum nya .

11

Page 12: hemoptisis (Autosaved)

Gambar 2. Bronskoskopi

Perdarahan aktif dari dinding tumor bronkus yang terlihat oleh bronkoscopi

Tabel 4. Petunjuk Diagnostik dari hemoptisis : Roetgen Thorax (Di kutip dari

Weinberger SE. Principle of pulmonary medicine,3rd edition 1998)

12

Page 13: hemoptisis (Autosaved)

Tabel 5. Petunjuk Diagnostik dari hemoptisis : Labolatorium (Di kutip dari

Weinberger SE. Principle of pulmonary medicine, 3rd edition 1998)

13

Page 14: hemoptisis (Autosaved)

Gambar 3. Diagnosis hemoptysis (Di kutip dari Weinberger SE. Principle of

pulmonary medicine, 3rd edition 1998)

14

Page 15: hemoptisis (Autosaved)

PENATALAKSANAAN

Tujuan pokok terapi ialah: 6

1. Mencegah asfiksia.

2. Menghentikan perdarahan.

3. Mengobati penyebab utama perdarahan.

Langkah-langkah: 5

1. Pemantauan menunjang fungsi vital

a. Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps kardiovaskuler.

b. Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah dipertimbangkan sejak

awal.

c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar.

2. Mencegah obstruksi saluran napas

a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.

b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan bronkoskopi.

3. Menghentikan perdarahan

a. Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade perdarahan.

b. Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan.

Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support kardiopulmaner

dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab

utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif.5,8

Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran

napas yang menyebabkan asfiksia.Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis

paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel.Hemoptosis dalam

jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam

jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik.5,8

Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :

1. Terapi konservatif

Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :4,6

a. Mencegah penyumbatan saluran nafas

15

Page 16: hemoptisis (Autosaved)

Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan dalam posisi

duduk, atau setengah duduk dan disuruh

membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu dengan

pengisapan darah dari jalan nafas dengan alat pengisap.Jangan sekali-kali disuruh

menahan batuk. Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan

dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit

trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.Kalau masih dapat

penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat,

sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap.Kalau perlu dapat dipasang

tube endotrakeal.10

Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan sukar

berhenti.Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein 10 - 20 mg. Penderita

batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang berusaha

menahan batuk.Untuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan

(Valium) supaya penderita lebih kooperatif.

b. Memperbaiki keadaan umum penderita

Bila perlu dapat dilakukan :

1) Pemberian oksigen.

2) Pemberian cairan untuk hidrasi.

3) Tranfusi darah.

4) Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.

c. Menghentikan perdarahan

Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di dalam

kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti dalam 7 hari. Pemberian

kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresin (Pitrissin).,ascorbic acid dikatakan

khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktor-faktor pembekuan darah,

lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus.

16

Page 17: hemoptisis (Autosaved)

Di beberapa rumah sakit masih memberikan Hemostatika (Adona Decynone)

intravena 3 - 4 x 100 mg/hari atau per oral.Walaupun khasiatnya belum jelas, paling

sedikit dapat memberi ketenangan bagi pasien dan dokter yang merawat.

d. Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease)

Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu

diberikan secara bersama tuberkulostatika.Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang

sesuai.

2. Terapi pembedahan

Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif

yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat, tidak

ada kontraindikasi bedah.4 Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan

pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan: 4

a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.

b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada

perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi.

c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptisis yang

berulang dapat dicegah.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis, yaitu ditentukan

oleh tiga faktor :

1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran

pernapasan.

2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat

menimbulkan renjatan hipovolemik.

3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam

jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan :4

17

Page 18: hemoptisis (Autosaved)

1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan saluran napas,

sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis tetapi

sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah masif (600-1000 cc/24 jam).

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena darah

terhisap ke bagian paru yang sehat.

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps dan terjadi

atelektasis.

4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila perdarahan

terjadi dalam waktu lama.

PROGNOSIS

Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita

mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada

beberapa faktor yang menentukan prognosis :4,12

1. Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis

yang lebih baik.

2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.

3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk

menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

a. Hemoptisis < 200ml / 24 jam prognosa baik

b. Profuse massive > 600cc/24 jam prognosa jelek 85% meninggal

SIMPULAN

Batuk darah adalah ekspektoransi darah atau dahak yang berdarah, berasal

dari saluran nafas di bawah pita suara.

Hemoptysis sendiri terbagi atas beberapa klasifikasi , yaitu menurut etiologi ,

dan derajat keparahan hemoptysis.

Untuk diagnosis nya harus cermat dan harus di bedakan dengan muntah darah

yang berasal dari saluran pencernaan.

18

Page 19: hemoptisis (Autosaved)

Untuk pemeriksaan penunjang ada beberapa metode seperti bronkoscopi , dan

CT scan .

Prinsip tatalaksana pada hemoptysis yaitu menghindari perdarahan tersebut

menghalangi jalan nafas , lalu bagaimana mengatasi penyakit yang mendasari

nya ,serta menghentikan sumber pendarahan .

19