hemoptisis (Autosaved)
-
Upload
muhamad-azhari-m -
Category
Documents
-
view
64 -
download
7
description
Transcript of hemoptisis (Autosaved)
PENDAHULUAN
Di Indonesia , berdasarkan studi yang dilakukan pada pasien rawat inap dan
IGD RS Persahabatan, tuberkulosis paru merupakan penyakit terbanyak yang
mendasari hemoptisis.1 Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno
dkk: 323 pasien hemoptisis diIGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %,
bronkiektasis 16,71 % , karsinomaparu 3,4 % dan Maria : 102 pasien hemoptisis
rawat inap dan IGD RS Persahabatandidapatkan TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7
%, bronkiektasis 7,8 % Indonesia termasuk ke dalam 22 negara yang dikategorikan
oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagian besar adalah
negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas tuberkulosis (TB) yang tinggi
(World Health Organization, 2013). Diperkirakan setiap tahun di Indonesia terdapat
528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif, dengan kematian sekitar
91.000 orang.2
DEFINISI
Batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari
saluran nafas di bawah pita suara. Sinonim batuk darah ialah haemoptoe atau
haemoptysis.3 Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit
yang mendasari sehingga etiologinya harus dicari melalui pemeriksaan yang
seksama.4
ETIOLOGI
Etiologi hemoptisis adalah sebagai berikut : 4,7,8
1. Batuk darah idiopatik
Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya,
dengan insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah
2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50 tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti
spontan dengan suportif terapi.
2. Batuk darah sekunder
1
Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui penyebabnya.
Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale > 4% (normal l1%)
1) TB : batuk sedikit - sedikit, masif perdarahannya dan bergumpal.
2) Bronkiektasis : bercampur purulen.
3) Abses paru : bercampur purulen.
4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih.
5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir.
b. Neoplasma
1) Karsinoma paru.
2) Adenoma.
c. Lain-lain
1) Trombo emboli paru – infark paru.
2) Mitral stenosis.
3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat.
ASD
VSD
4) Trauma dada.
Tabel 1. Diffential Diagnosis of Hemoptysi (Di kutip dari Weinberger SE. Principle
of pulmonary medicine, #rd edition 1998)
2
PATOGENESIS
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi
dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk emberikan nutrisi pada
jaringan paru, juga bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan
fungsinya untuk pertukaran gas.5
Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang
merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori terjadinya
perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan
tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi
bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan
asal dari perdarahan pada hemoptisis.4
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :4,5
1. Batuk darah pada karsinoma paru.
Terjadi oleh karena erosi permukaan tumor dalam lumen bronkus atau berasal dari
jaringan tumor yang mengalami nekrosis, pecahnya pembuluh darah kecil pada area
tumor atau invasi tumor ke pembuluh darah pulmoner.
2. Batuk darah pada bronkiektasis:
a. Mukosa bronkus yang sembab mengalami infeksi dan trauma batuk
menyebabkan perdarahan.
b. Terjadi anastomose antara pembuluh darah bronchial dan pulmonal dan juga
terjadi aneurisma, bila pecah terjadi perdarahan.
c. Pecahnya pembuluh darah dari jaringan granulasi pada dinding bronkus yang
mengalami ektasis.
3. Batuk darah pada bronchitis kronis:
Terjadi oleh karena mukosa yang sembab akibat radang, terobek oleh mekanisme
batuk.
4. Batuk darah pada abses paru:
Pada abses kronik dengan kavitas berdinding tebal yang sukar menutup, maka
pembuluh darah pada dinding tersebut mudah pecah akibat trauma pada saat batuk.
3
5. Batuk darah pada mitral stenosis dan gagal jantung kiri akut:
a. Bila batuk darah ringan, perdarahan terjadi secara perdiapedesis, karena tekanan
dalam vena pulmonalis tinggi menyebabkan rupture vena pulmonalis atau distensi
kapiler sehingga butir darah merah masuk ke alveoli.
b. Menurut ferguson, batuk darah terjadi karena pecahnya varises di mukosa
bronkus.
c. Pada otopsi ternyata ada anastomose vena pulmonalis dan vena bronkialis yang
hebat sehingga tampak seperti varises.
6. Batuk darah pada infark paru:
Pada infark paru karena adanya penutupan arteri, maka terjadi anastomose. Selain
itu juga terjadi reflek spasme dari vena di daerah tersebut, akibatnya terjadi daerah
nekrosis dimana butir-butir darah masuk ke alveoli dan terjadi batuk darah.
7. Batuk darah pada Good Pasture syndrome:
Terjadi kelainan pada membrane basalis alveol kapiler yaitu terbentuknya
antibody to glomerular basement membrane (anti GBM Ab) lebih spesifiknya
kolagen tipe IV pada paru sehingga membuat hilangnya keutuhan membranan basalis
epithelial-endotelial dan memudahkan masuknya sel darah merah dan netrofil masuk
ke dalam alveoli.
8. Batuk darah pada infeksi jamur:
Terjadi friksi pada pergerakan mycetoma dan terjadi pelepasan antikoagulan serta
enzim proteoitik yang menyerupai tripsin dari jamur.
9. Batuk darah pada batuk keras:
Sifat khas bahwa darah terletak di permukaan sputum, jadi tidak bercampur di
dalamnya.
a. Kelenjar getah bening yang mengapur, waktu batuk terjadi erosi pada bronkus
yang berdekatan.
b. Mungkin bronkolit yang ada pada saat batuk menggeser lumennya.
c. Batuk yang keras dan berulang-ulang merobek mukosa bronkus.
4
10. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke
dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.
11. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan
aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh
darah bronkial.Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah
cabang bronkial.Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh
darah bronkial dan pulmonal.Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat
menimbulkan hemoptisis masif.
KLASIFIKASI
Tabel 2. Batuk darah berdasarkan klasifikasi Pusel:8 (Di kutip dari Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. )
+ Batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis- garis dalam sputum
++ Batuk dengan perdarahan 1-30 ml
+++ Batuk dengan perdarahan 30- 150 ml
++++ Batuk dengan perdarahan 150- 500 ml
Masif Batuk dengan perdarahan 500- 1000 ml atau lebih
Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan.2,8
1. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam
Yang sering terjadi darah bercampur dengan sputum. Umumnya pada bronkitis.
2. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar. Biasanya pada
kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.
3. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam
Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.
5
4. Pseudohemoptisis
Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau
dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).
Johnson membuat pembagian lain menurut jumlah darah yang keluar9
menjadi:
1. Single hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung kurang dari 7 hari.
2. Repeated hemoptysis yaitu perdarahan berlangsung lebih dari 7 hari dengan
interval 2 sampai 3 hari.
3. Frank hemoptysis yaitu bila yang keluar darah saja tanpa dahak. Kesulitan dalam
menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis selain terjadi vasokontriksi
perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak selalu
memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah
yang dikeluarkan selama hemoptisis juga mempunyai kelemahan oleh karena:
a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang
dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang
hilang sesungguhnya.
b. Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan, bersama-sama dengan tinja,
sehingga tidak ikut terhitung.
c. Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi. Oleh karena itu
Suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh:
a. Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik.
b. Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai
dengan adanya iskemia miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan
mekanik jantung, maupun aliran darah serebral.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap:
a. Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis
b. Lamanya perdarahan
c. Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi
6
d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi dan kesadaran.
GEJALA KLINIS
Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari
nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut
benar - benar batuk darah dan bukan muntah darah.3
Tabel 3. Perbedaan batuk darah dengan muntah darah
Keadaan Batuk Darah Muntah Darah
1 Prodromal Darah dibatukan dengan rasa
panas di tenggorokan
Darah dimuntahkan dengan rasa
mual (Stomach Distress)
2 Onset Darah dibatukan dapat disertai
dengan muntah
Darah dimuntahkan dapat disertai
dengan batuk
3 Tampilan Darah berbuih Darah tidak berbuih
4 Warna Merah segar Merah tua
5 Isi Leukosit, mikroorganisme,
hemosiderin, makrofag
Sisa makanan
6 Ph Alkalis Asam
7 Riwayat penyakit
dahulu
Penyakit paru Peminum alkohol, ulkus
peptikum, kelainan hepar
8 Anemis Kadang tidak dijumpai Sering ditandai anemis
9 Tinja Blood test -, Benzine test - Blood test +, Benzine test +
Kriteria batuk darah: 8
1. Batuk darah ringan (<25cc/24 jam).
2. Batuk darah berat (25-250cc/ 24 jam).
3. Batuk darah masif (batuk darah masif adalah batuk yang mengeluarkan darah
sedikitnya 600 ml dalam 24 jam).
7
Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis massif, : 9
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam
pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih
dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk
darahnya masih terus berlangsung.
3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih
dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan
48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak
berhenti.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan gambaran
radiologis. Untuk menegakkan diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu
dilakukan urutan-urutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun
penunjang sehinggapenanganannya dapat disesuaikan.7,8
1. Anamnesis
Batuk, daraj berwarna merah segar, bercampur busa
Batuk sebelumnya, dahak (jumlah , bau, penampilan ), demam, sesak, nyeri
dada, riwayat penyakit paru, penurunan berat badan, anoreksia
Penyakit komorbid, riwayat penyakit sebelumnya Kelainan perdarahan,
penggunaan obat antikoagulan/ obat yang menginduksi trombositopenia
Kebiasaan merokok
Sifat, frekuensi dan jumlah hemoptisis harus ditanyakan. Hal-hal khusus berikut
akan menolong ke arah diagnosis :
Terdapat bronkitis kronik atau bronkiektasis
Sudah berapa lama hemoptisis itu telah terjadi dan gejala- gejala yang
menyertainya.
8
Riwayat sputum lama yang purulen berjumlah besar mengarahkan ke
bronkiektasis, sputum berbau busuk yang timbul belum lama mengarah ke abses
paru)
Kebiasaan merokok, pekerjaan dan keterpaparan terhadap debu
Terdapatnya perdarahan ditempat lain
Riwayat penyakit jantung atau trauma toraks
Terdapat nyeri atau trombosis tungkai
Gejala deteriorasi kesehatan umum, khususnya penurunan berat badan,
perubahan pola defekasi atau indikasi adanya penyakit pelvis, terutama pada
wanita.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum semua sistem akan mencakup pemeriksaan kulit dan
lokasi lain terhadap adanya tanda perdarahan atau nevi, serta pemeriksaan pelvik atau
colok dubur. Hal khusus yang harus diperhatikan :7,8
Untuk mengetahui perkiraan penyebab.
a. Panas merupakan tanda adanya peradangan.
b. Auskultasi :
1) Kemungkinan menonjolkan lokasi.
2) Ronchi menetap, whezing lokal, kemungkinan penyumbatan oleh : Ca, bekuan
darah.
c. Friction Rub : emboli paru atau infark paru
d. Clubbing finger : memberikan petunjuk kemungkinan keganasan
intratorakal dan supurasi intratorakal (abses paru, bronkiektasis).
Pemeriksaan lanjutan akan menelusuri dan memastikan hasil pemeriksaan
sebelumnya tentang kasus perdarahan.
3. Pemeriksaan lanjutan
a. Foto toraks dalam posisi PA dan lateral hendaklah dibuat pada setiap
penderitahemoptisis masif.2 Gambaran opasitas dapat menunjukkan
9
tempatperdarahannya. Pemeriksan foto thoraks merupakan salah satu
komponen penting dalam pemeriksaan untuk mengetahui penyebab
perdarahan terutama kelainan parenkim paru, misalnya pemeriksaan dengan
kaviti, tumor, infiltrat dan atelektasis. Perdarahan intra-alveolar menimbulkan
pola infiltrat retikulonedular. Namun demikian gambaran foto thoraks bisa
normal ataupun tidak informatif.12
b. Pemeriksaanbronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, sebab
sebagian penderita bronkiektasis sukar terlihat pada pemeriksaan X-foto
toraks.4
c. Pemeriksaan dahak baik secara bakteriologi maupun sitologi (bahan dapat
diambil dari dahak dengan pemeriksaan bronkoskopi atau dahak langsung).
Pemeriksaan sputum yang dapat dilakukan adalah untuk pemeriksaan bakteri
pewarnaan gram, basil tahan asam (BTA). Pemeriksaan dahak sitologi
dilakukan apabila penderita berusia >40 tahun dan perokok. Biakan kuman
juga dapat dilakukan terutama untuk BTA dan jamur.12
d. Laboratorium11
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap
i. Peningkatan Hb dan Ht :kehilangan darah yang akut
ii. Leukosit meningkat : infeksi
iii. Trombositopenia : koagulopati
iv. Trombositosis : kanker paru
b. CT dan BT; PT dan APTT jika dicurigai adanya koagulopati atau pasien
menerima warfarain/heparin
c. Analisa gas darah arterial harus diukur jika pasien sesak yang jelas dan sianosis.
e. Pemeriksaan bronkoskopi
Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan dan sekaligus untuk
penghisapan darah yang keluar, supaya tidak terjadi penyumbatan. Sebaiknya
10
dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber perdarahan
dapat diketahui. Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah : 2,4
1) Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
2) Batuk darah yang berulang
3) Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,
lokasiperdarahan, maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat
untukmelakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversial, mengingatbahwa
selama masa perdarahan, bronkoskopi akan menimbulkan batuk yanglebih impulsif,
sehingga dapat memperhebat perdarahan disampingmemperburuk fungsi pernapasan.
Lavase dengan bronkoskop fiberoptik dapatmenilai bronkoskopi merupakan hal yang
mutlak untuk menentukan lokasiperdarahan.2
Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat
optic jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat
dalammembersihkan jalan napas dari bekuan darah serta mengambil benda
asing,disamping itu dapat melakukan penamponan dengan balon khusus di
tempatterjadinya perdarahan.2
Gambar 1. CT- Scan pada tb paru
CT scan bagian thorax pasien 55 tahun dengan hemoptysis massif yang menunjukan tumor di perifer yang menyikirkan diagnosa TB sebelum nya .
11
Gambar 2. Bronskoskopi
Perdarahan aktif dari dinding tumor bronkus yang terlihat oleh bronkoscopi
Tabel 4. Petunjuk Diagnostik dari hemoptisis : Roetgen Thorax (Di kutip dari
Weinberger SE. Principle of pulmonary medicine,3rd edition 1998)
12
Tabel 5. Petunjuk Diagnostik dari hemoptisis : Labolatorium (Di kutip dari
Weinberger SE. Principle of pulmonary medicine, 3rd edition 1998)
13
Gambar 3. Diagnosis hemoptysis (Di kutip dari Weinberger SE. Principle of
pulmonary medicine, 3rd edition 1998)
14
PENATALAKSANAAN
Tujuan pokok terapi ialah: 6
1. Mencegah asfiksia.
2. Menghentikan perdarahan.
3. Mengobati penyebab utama perdarahan.
Langkah-langkah: 5
1. Pemantauan menunjang fungsi vital
a. Pemantauan dan tatalaksana hipotensi, anemia dan kolaps kardiovaskuler.
b. Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah dipertimbangkan sejak
awal.
c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar.
2. Mencegah obstruksi saluran napas
a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.
b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi atau bahkan bronkoskopi.
3. Menghentikan perdarahan
a. Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade perdarahan.
b. Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan.
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support kardiopulmaner
dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab
utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif.5,8
Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam saluran
napas yang menyebabkan asfiksia.Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptisis
paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel.Hemoptosis dalam
jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam
jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik.5,8
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Terapi konservatif
Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :4,6
a. Mencegah penyumbatan saluran nafas
15
Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat diletakkan dalam posisi
duduk, atau setengah duduk dan disuruh
membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu dengan
pengisapan darah dari jalan nafas dengan alat pengisap.Jangan sekali-kali disuruh
menahan batuk. Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik, diletakkan
dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan, dan sedikit
trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.Kalau masih dapat
penderita disuruh batuk bila terasa ada darah di saluran nafas yang menyumbat,
sambil dilakukan pengisapan darah dengan alat pengisap.Kalau perlu dapat dipasang
tube endotrakeal.10
Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan sukar
berhenti.Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein 10 - 20 mg. Penderita
batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan, sehingga kadang-kadang berusaha
menahan batuk.Untuk menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan
(Valium) supaya penderita lebih kooperatif.
b. Memperbaiki keadaan umum penderita
Bila perlu dapat dilakukan :
1) Pemberian oksigen.
2) Pemberian cairan untuk hidrasi.
3) Tranfusi darah.
4) Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.
c. Menghentikan perdarahan
Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan. Di dalam
kepustakaan dikatakan hemoptisis rata-rata berhenti dalam 7 hari. Pemberian
kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresin (Pitrissin).,ascorbic acid dikatakan
khasiatnya belum jelas. Apabila ada kelainan didalam faktor-faktor pembekuan darah,
lebih baik memberikan faktor tersebut dengan infus.
16
Di beberapa rumah sakit masih memberikan Hemostatika (Adona Decynone)
intravena 3 - 4 x 100 mg/hari atau per oral.Walaupun khasiatnya belum jelas, paling
sedikit dapat memberi ketenangan bagi pasien dan dokter yang merawat.
d. Mengobati penyakit yang mendasarinya (underlying disease)
Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu
diberikan secara bersama tuberkulostatika.Kalau perlu diberikan juga antibiotika yang
sesuai.
2. Terapi pembedahan
Pembedahan merupakan terapi definitif pada penderita batuk darah masif
yang sumber perdarahannya telah diketahui dengan pasti, fungsi paru adekuat, tidak
ada kontraindikasi bedah.4 Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan
pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan: 4
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada
perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptisis yang
berulang dapat dicegah.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptosis, yaitu ditentukan
oleh tiga faktor :
1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptosis dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam
jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.
Penyulit hemoptisis yang biasanya didapatkan :4
17
1. Bahaya utama batuk darah ialah terjadi penyumbatan trakea dan saluran napas,
sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis tetapi
sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah masif (600-1000 cc/24 jam).
2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena darah
terhisap ke bagian paru yang sehat.
3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps dan terjadi
atelektasis.
4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemia. Anemia timbul bila perdarahan
terjadi dalam waktu lama.
PROGNOSIS
Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita
mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptisis sekunder ada
beberapa faktor yang menentukan prognosis :4,12
1. Tingkatan hemoptisis: hemoptisis yang terjadi pertama kali mempunyai prognosis
yang lebih baik.
2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptisis.
3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan untuk
menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.
a. Hemoptisis < 200ml / 24 jam prognosa baik
b. Profuse massive > 600cc/24 jam prognosa jelek 85% meninggal
SIMPULAN
Batuk darah adalah ekspektoransi darah atau dahak yang berdarah, berasal
dari saluran nafas di bawah pita suara.
Hemoptysis sendiri terbagi atas beberapa klasifikasi , yaitu menurut etiologi ,
dan derajat keparahan hemoptysis.
Untuk diagnosis nya harus cermat dan harus di bedakan dengan muntah darah
yang berasal dari saluran pencernaan.
18
Untuk pemeriksaan penunjang ada beberapa metode seperti bronkoscopi , dan
CT scan .
Prinsip tatalaksana pada hemoptysis yaitu menghindari perdarahan tersebut
menghalangi jalan nafas , lalu bagaimana mengatasi penyakit yang mendasari
nya ,serta menghentikan sumber pendarahan .
19