HUKUM HAM 1

6
SYI’AH DI SAMPANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Alasan memilih judul: Hak Asasi Manusia adalah suatu hak yang melekat pada diri manusia sejak ia lahir dan tumbuh berkembang, Hak Asasi Manusia adalah karunia Allah yang harus disyukuri, dijaga, dan dilindungi. Sebenarnya tujuan Hak Asasi Manusia itu adalah menjaga keselamatan manusia baik keseimbangan individu dan bersama. Dan upaya untuk menjaga dan melindungi Hak Asasi Manusia itu menjadi tanggung jawab bersama baik Pihak-pihak Negara seperti Pemerintah, sipil maupun militer. Di dalam pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar Indonesia tahun 1945 dikatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta pengakuan yang sama dihadapan hukum. Didalam pasal ini telah jelas bahwa UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia mengamanatkan kepada negara dalam arti para aparatur negara untuk melindungi hak-hak warga negara termasuk didalamnya melindungi warga negara. Namun ironis jika kita lihat pada fakta yang terjadi di negara ini ternyata masih banyak warga minoritas yang mendapatkan diskriminasi dan termarjinalkan. Salah satu kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembakaran rumah dan penganiayaan terhadap warga kampung syiah di Sampang oleh warga non syiah. Kasus tersebut menjadi salah satu sejarah kelam penegakan ham di Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa aparatur negara tidak becus di dalam melindungi warga negara. Dengan berbagai masalah yang sekarang

Transcript of HUKUM HAM 1

Page 1: HUKUM HAM 1

SYI’AH DI SAMPANG

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Alasan memilih judul:

Hak Asasi Manusia adalah suatu hak yang melekat pada diri manusia sejak ia lahir dan tumbuh berkembang, Hak Asasi Manusia adalah karunia Allah yang harus disyukuri, dijaga, dan dilindungi. Sebenarnya tujuan Hak Asasi Manusia itu adalah menjaga keselamatan manusia baik keseimbangan individu dan bersama. Dan upaya untuk menjaga dan melindungi Hak Asasi Manusia itu menjadi tanggung jawab bersama baik Pihak-pihak Negara seperti Pemerintah, sipil maupun militer.

Di dalam pasal 28D ayat 1 Undang-Undang Dasar Indonesia tahun 1945 dikatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta pengakuan yang sama dihadapan hukum. Didalam pasal ini telah jelas bahwa UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia mengamanatkan kepada negara dalam arti para aparatur negara untuk melindungi hak-hak warga negara termasuk didalamnya melindungi warga negara. Namun ironis jika kita lihat pada fakta yang terjadi di negara ini ternyata masih banyak warga minoritas yang mendapatkan diskriminasi dan termarjinalkan. Salah satu kasus yang cukup menggemparkan adalah kasus pembakaran rumah dan penganiayaan terhadap warga kampung syiah di Sampang oleh warga non syiah. Kasus tersebut menjadi salah satu sejarah kelam penegakan ham di Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa aparatur negara tidak becus di dalam melindungi warga negara. Dengan berbagai masalah yang sekarang ini banyak terjadi menyangkut Hak Asasi Manusia, maka kami tertarik untuk menganalisis masalah tersebut.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah kejadian ini termasuk pelanggarah HAM atau Kejahatan HAM?2. Bagaimana upaya pemerintah untuk merehabilitasi korban pasca kejadan?

Page 2: HUKUM HAM 1

MAKSUD DAN TUJUAN

PEMBAHASANKRONOLOGI KEJADIAN1:

Inilah kronologis kasus kekerasan atas warga Syiah di Sampang, Madura. Menurut Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan dalam siaran pers yang diterimaSP di Jakarta,  Senin (27/8), data dan keterangan dari kronologis ini diambil dari keterangan warga, petugas polisi, dan petugas RSUD Sampang yang berada di lokasi kejadian.   

Pada sekitar pukul 6.30 WIB, sejumlah anak-anak warga syiah dengan didampingi orang tuanya akan pergi keluar desa dengan tujuan ke beberapa tempat. Di antara ada yang akan bersilaturahmi ke keluarga yang ada di luar Omben, dan beberapa yang lain akan berangkat ske luar kota untuk masuk sekolah dan pesantren mengingat libur lebaran sudah usai.   

Ketika rombongan anak-anak warga syiah dan orang tuanya yang berjumlah sekitar 20-an hendak menaikki dua buah mobil sewaan, puluhan lelaki dewasa dari warga non Syiah, dengan membawa senjata tajam mendatangi mereka dan melarang mereka meninggalkan desa.  Bahkan mobil yang akan mereka tumpangi diancam akan dibakar. 

Dan selanjutnya, layaknya ‘tawanan perang’ rombongan anak-anak warga syiah digiring kembali ke desa dan di paksa pulang ke rumah masing-masing.   

Saat itulah, orang tua dari anak-anak warga syiah berusaha melawan tindakan sekumpulan warga yang mengancam mereka. Akhirnya seluruh anak-anak warga syiah beserta orang tuanya kembali ke rumah mereka masing-masing.   

Tidak berselang lama, sekitar pukul 08.00 WIB, puluhan warga non syiah yang mengancam akan menyerang warga syiah telah bertambah menjadi ratusan orang. Dan tersiar kabar bahwa mereka akan menyerang dan membakar semua rumah warga syiah, bagi yang melawan akan dibunuh.   

Dan serangan akan dimulai dari rumah Ustad Tajul Muluk, yang saat itu ditempati oleh ibu, istri, dan 5 orang anak-anaknya. Rumah Tajul Muluk sesungguhnya telah dibakar  massa anti syiah pada akhir Desember 2011, dan  saat ini tersisa bangunan seluas 4x5 meter dan ditempati oleh ibu, istri dan anak-anaknya.   

Sedangkan Tajul sendiri saat ini sedang berada di LP Sampang. Dia menjalani hukuman dua tahun penjara yang diputuskan oleh PN Sampang dengan dakwaan penodaan agama.

1 http://www.suarapembaruan.com/home/inilah-kronologis-kekerasan-warga-syiah-di-sampang/23865

Page 3: HUKUM HAM 1

Pada sekitar pukul 9.30 WIB, sekitar 20-an orang lelaki dewasa dari warga syiah berkumpul di rumah Ust. Tajul bersiap untuk melindungi perempuan dan anak-anak yang tinggal di rumah itu dari serangan warga non syiah.   

Pada sekitar pukul 10.30, warga non syiah yang berjumlah lebih dari 500 orang, sebagian besar adalah lelaki dewasa yang bersenjatakan aneka macam senjata tajam, batu dan bom ikan (bahan peledak yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap ikan  di laut) bergerak mengepung rumah Ust. Tajul. Tidak berselang lama terjadilah perang mulut di antara mereka yang dilanjutkan dengan saling lempar batu.    

Tewas Dibacok

Saat kondisi sedang memanas, salah satu warga syiah, Moch Chosim (50), yang biasa dipanggil Pak Hamama berusaha menenangkan massa. Lelaki tua ini maju ke tengah-tengah massa non syiah yang akan menyerang mereka. Naas bagi Chosim, maksud baiknya justru memicu amarah massa. 

Sedikitnya 6 orang lelaki dewasa dengan senjata clurit, pedang, dan pentungan mengeroyoknya. Tubuhnya bersimbah darah, perutnya terburai dan meninggal di tempat.   

Melihat Chosim dikeroyok, Tohir (45) adiknya berusaha melerai dan melindungi sang kakak. Akibatnya, Tohir mengalami luka berat di bagian punggung dan sekujur tubuhnya akibat sabetan pedang, clurit dan lemparan batu. Untunglah nyawa Tohir masih terselamatkan.   

Massa semakin beringas. Ratusan massa beramai-ramai melempari rumah Tajul dengan batu. Semua orang yang berada dalam rumah itu terkena lemparan batu. Ibu Tajul Muluk, Ummah (55), jatuh pingsan karena kepalanya terkena lemparan batu.   

Anak-anak menjerit, sebagian di antaranya pingsan. Selain Ummah, 3 orang yang lain juga mengalami luka serius akibat terkena lemparan batu, yaitu Matsiri (50), Abdul Wafi (50), dan Tohir (45).   

Akhirnya keluarga Ust. Tajul  dan warga syiah yang terkepung itu tidak lagi melawan dan membawa kerabat mereka yang luka-luka dan meninggal ke Gedung SD Karang Gayam yang berjarak beberapa ratus meter dari rumah itu. 

Massa penyerang membiarkan mereka menyelamatkan diri. Selanjutnya massa membakar rumah Ust. Tajul hingga habis. Sampai dengan sekitar pukul 10.30 WIB, yaitu saat serangan massa non syiah dilakukan, Kontras mendapat keterangan dari warga bahwa petugas polisi yang tampak di lapangan hanya dua atau tiga orang. 

Padahal beberapa warga telah menyampaikan laporan via telepon kepada polisi sejak pukul

Page 4: HUKUM HAM 1

06.30 WIB.   Dan sesungguhnya Polisi juga telah mengetahui bahwa beberapa hari sebelumnya, situasi di wilayah ini telah memanas.   

Beberapa warga memberikan keterangan kepada Kontras bahwa pada saat lebaran, warga syiah dilarang oleh pemuka warga non syiah untuk melakukan takbiran. Bahkan beberapa warga non syiah telah mendatangi rumah-rumah warga syiah untuk menanyakan apakah mereka masih menjadi pengikut syiah atau tidak, dan apabila tetap menjadi pengikut syiah, maka rumah mereka akan dibakar, dan apabila melawan akan dibunuh.   

Beberapa perwakilan dari Warga Syiah telah melaporkan situasi ini ke beberapa petugas Polisi. Setelah massa non syiah membakar rumah yang didiami istri, ibu, dan anak-anak Ust., Tajul, sekitar pukul 11.30 WIB massa mulai bergerak membakar satu demi satu rumah warga syiah.   

Pada sekitar pukul 12.00 WIB, puluhan petugas polisi datang ke lokasi dan memberikan pertolongan kepada sejumlah warga syiah yang terluka. Akan tetapi jumlah polisi sangat tidak memadai untuk mencegah dan melarang massa melakukan pembakaran rumah-rumah warga syiah. 

Sampai dengan maghrib, sekitar pukul 18.00 WIB, jumlah rumah yang dibakar berjumlah setidaknya 60 unit bangunan milik warga syiah. Aparat kepolisian tidak berdaya mencegah hal ini terjadi.   

Pada sekitar setelah maghrib, yaitu pukul 18.30 WIB sejumlah warga syiah dievakuasi oleh pihak kepolisian di Gedung Olahraga Sampang. Sedang ratusan warga syiah yang lain berlari bersembunyi ke hutan dan persawahan yang berada di sekitar rumah mereka.   

Total data warga syiah yang dievakuasi ke Gor Sampang sampai Senin (27/8) pagi adalah 51 orang laki-laki dewasa dan  56 orang perempuan dewasa.