Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di...

12
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI DESA JATIGUWI, KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG Wawin Misterianingtiyas * , Endang Asmaningsih ** , Astutik Pudjirahaju *** Abstrak Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan salah satu dari empat masalah utama kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia. Prevalensi AGB pada ibu hamil di Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang sebesar 70%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dan zat gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 ibu hamil trimester III yang berdomisili di Desa Jatiguwi. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain Cross-Sectional. Hasil uji statistik Regresi Linier pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hubungan tingkat konsumsi protein terhadap kejadian anemia (kadar Hb) diperoleh OR=0,286 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 gram protein akan meningkatkan kadar Hb sebesar 28,6% dari kadar Hb awal. Sedangkan hubungan tingkat konsumsi zat besi terhadap kejadian anemia (kadar Hb) diperoleh OR=0,215 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 miligram zat besi akan meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5% dari kadar Hb awal. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan dan diperlukan adanya perbaikan pola konsumsi makan. Kata kunci : tingkat konsumsi, anemia, ibu hamil trimester III Abstract Iron nutrient anaemia serves as one of four main problems of nutrient insufficiency for Indonesian people. Iron nutrient anaemia prevalence of the pregnant women in Jatiguwi Village, Subdistrict of Sumberpucung, Malang Municipality is 70%. The objective of this study was to determine the correlation between energy, nutrient intake, and anaemia of the third trimester pregnant women. The observational study was conducted using 1

Transcript of Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di...

Page 1: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI DESA JATIGUWI,

KECAMATAN SUMBERPUCUNG, KABUPATEN MALANG

Wawin Misterianingtiyas*, Endang Asmaningsih**, Astutik Pudjirahaju***

Abstrak

Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan salah satu dari empat masalah utama kekurangan gizi pada masyarakat Indonesia. Prevalensi AGB pada ibu hamil di Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang sebesar 70%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dan zat gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 ibu hamil trimester III yang berdomisili di Desa Jatiguwi. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain Cross-Sectional. Hasil uji statistik Regresi Linier pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hubungan tingkat konsumsi protein terhadap kejadian anemia (kadar Hb) diperoleh OR=0,286 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 gram protein akan meningkatkan kadar Hb sebesar 28,6% dari kadar Hb awal. Sedangkan hubungan tingkat konsumsi zat besi terhadap kejadian anemia (kadar Hb) diperoleh OR=0,215 yang berarti bahwa setiap penambahan 1 miligram zat besi akan meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5% dari kadar Hb awal. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar ibu hamil dapat mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan selama masa kehamilan dan diperlukan adanya perbaikan pola konsumsi makan.

Kata kunci : tingkat konsumsi, anemia, ibu hamil trimester III

Abstract

Iron nutrient anaemia serves as one of four main problems of nutrient insufficiency for Indonesian people. Iron nutrient anaemia prevalence of the pregnant women in Jatiguwi Village, Subdistrict of Sumberpucung, Malang Municipality is 70%. The objective of this study was to determine the correlation between energy, nutrient intake, and anaemia of the third trimester pregnant women. The observational study was conducted using Cross-Sectional design with 20 participant pregnant. The statistical test indicated that protein and iron intakes significantly correlated with anaemia of the third trimester pregnant. The linear Regression on the CI 95% of the protein intake on anaemia showed OR=0,286 that means every addition of 1 gram protein will increase the Hb test 28,6%. Menwhile the iron intake toward anaemia showed is founded that OR=0,215 that means every addition of 1 milligram iron will increase the Hb test of 21,5%. It is suggested that pregnant women should consume the food in accordance with the requirement during pregnancy and there should be a better consumption pattern.

Keywords : nutrient intake, anaemia, third trimester pregnant women

* Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan FKUB** Histologi FKUB*** Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Malang

1

Page 2: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

PENDAHULUAN

Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan salah

satu dari empat masalah utama kekurangan gizi

pada masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survey

Nasional (Survey Kesehatan Rumah

Tangga/SKRT) tahun 1995 dan 2001 menunjukkan

prevalensi AGB pada ibu hamil menurun dari

50,9% (1995) menjadi 40,1% (2001), pada WUS

15-44 tahun dari 39,5% (1995) menjadi 27,9%

(2001), sedangkan prevalensi AGB pada balita

berdasarkan SKRT tahun 2001 berkisar antara 40-

70% (Atmarita dan Tatang S. Fallah,2004).

Keadaan ini memprihatinkan, mengingat AGB

dapat mempengaruhi produktifitas kerja dan proses

pertumbuhan dan perkembangan sel otak yang

akan mempengaruhi kemampuan intelektual, yang

pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas

Sumber Daya Manusia (Soekirman,2000).

Pada ibu hamil, masalah AGB dapat

disebabkan karena asupan zat besi yang tidak

cukup dan penyerapan zat besi yang tidak adekuat.

Selain itu, karena pada masa kehamilan terjadi

peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk

pembentukan hemoglobin (Arisman,2004). Dampak

dari masalah AGB pada ibu hamil adalah bayi lahir

sebelum waktunya, Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) dan kematian bayi. Disamping itu, masalah

AGB merupakan penyebab utama tingginya angka

kematian ibu melahirkan (Rimbawan dan Yayuk F.

Baliwati,2004).

Intervensi masalah AGB secara nasional

masih memprioritaskan ibu hamil dengan

pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) yang

cakupan dari pemberian TTD kepada ibu hamil

masih sulit dipantau (Atmarita dan Tatang S.

Fallah,2004). Menurut Arisman (2004), intervensi

terhadap masalah AGB dapat dilakukan dengan

peningkatan asupan zat besi melalui konsumsi

makanan. Hal ini disebabkan total kebutuhan zat

besi selama sembilan bulan masa kehamilan

meningkat yaitu sebesar 1000 miligram, apabila

penyerapan zat besi sempurna atau 100% diserap

oleh tubuh. Namun kenyataannya, penduduk

Indonesia pada umumnya mengkonsumsi zat besi

yang berasal dari pangan nabati, yang mempunyai

daya serap rendah dibandingkan dengan pangan

hewani, yaitu 5% dari total konsumsi zat besi

(Hardinsyah,1992). Sehingga, dalam

mengkonsumsi makanan sumber zat besi, selain

memperhatikan kuantitas atau jumlah zat besi yang

terkandung dalam makanan, juga harus

memperhatikan kualitasnya yaitu daya serap dan

bahan makanan yang mempunyai nilai biologis

tinggi (makanan hewani) agar dapat memberikan

sumbangan zat gizi yang cukup bagi tubuh

(Rimbawan dkk,1999). Banyak faktor yang

mempengaruhi tingkat penyerapan zat besi pada

makanan, baik faktor pendorong maupun faktor

penghambat. Faktor pendorong penyerapan zat

besi yaitu daging, ikan dan asam askorbat (vitamin

C), sedangkan faktor yang dapat menghambat

antara lain asam fitat, oksalat, tanin dan serat

makanan (Sunita Almatsier,2002).

Kebutuhan zat besi selama trimester I relatif

lebih sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian

meningkat selama trimester II dan III yaitu hingga

6,3 mg sehari. Sebagian peningkatan ini dapat

terpenuhi dari cadangan zat besi dan dari zat besi

yang dapat diserap oleh saluran cerna. Jika

cadangan zat besi sangat sedikit, sedangkan

kandungan dan penyerapan zat besi dari dan

dalam makanan sedikit, maka pemberian

suplementasi menjadi sangat penting

(Arisman,2004).

1

Page 3: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

Berdasarkan Survey Kajian Data Anemia

Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2002,

prevalensi AGB ibu hamil di Jawa Timur sebesar

42,6%, sedangkan di Kabupaten Malang tahun

2003 sebesar 39,33%. Walaupun prevalensi AGB

tersebut relatif rendah, namun di Desa Jatiguwi,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang

menunjukkan prevalensi AGB pada ibu hamil

sebesar 70%. Prevalensi tersebut menduduki

peringkat kedua dari 27 kecamatan yang ada di

Kabupaten Malang dan merupakan suatu masalah

kesehatan masyarakat karena menurut Supariasa

(2002), Anemia Gizi Besi pada ibu hamil

merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat

apabila melebihi prevalensi sebesar 63,5%.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka

dipandang perlu untuk dikaji hubungan tingkat

konsumsi energi dan zat gizi dengan kejadian

anemia pada ibu hamil trimester III di Desa

Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten

Malang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan tingkat konsumsi energi dan zat gizi

dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester

III.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan desain Cross-Sectional.

Sampel pada penelitian ini sebesar 20 ibu hamil

trimester III. Teknik pengambilan sampel dilakukan

secara Quota Sampling. Penelitian ini dilaksanakan

pada Bulan Desember 2006 - Januari 2007.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jatiguwi,

Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis terhadap frekuensi konsumsi

makan responden disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan Rata-rata Skor

Frekuensi Konsumsi Makan

Jenis Bahan Makanan

Rata-Rata Skor

Frekuensi Konsumsi

Makan

Berat Setiap

Kali Konsumsi

(Gram)

KARBOHIDRAT

Beras 85.50 81.25Jagung 10.25 45Ubi Jalar 3.80 47.5Singkong 2.35 40

PROTEIN HEWANI

Daging Sapi 1.95 30Telur 31.75 55Daging Ayam 6.70 47.5Ikan 31.50 50Hati Ayam 1.20 27.5

PROTEIN NABATI

Tahu 61.25 82.5Tempe 60.50 38.75Kacang Tanah 1.30 7Kacang Hijau 4.55 22Kacang Merah 0.55 25

SAYURAN

Bayam 30.90 29.25Daun Singkong 22.65 25.75Kangkung 13.00 24Kacang Panjang 27.65 24.5Sawi Hijau 16.40 29Buncis 8.95 22.5

BUAH-BUAHAN

Pisang 30.50 82.5Nangka 2.90 10Pepaya 13.25 43.75Jeruk 3.05 27.5Mangga 16.65 35Jambu 1.35 15

LAIN-LAINTeh 40.35 180 ccKopi 15.60 100 ccSusu Sapi 9.65 90 cc

Tabel 1 menunjukkan bahwa bahan makanan yang

sering dikonsumsi oleh responden adalah beras,

telur, ikan, tahu, tempe, bayam, pisang dan teh.

Beras dikonsumsi setiap kali makan yaitu 3 kali

sehari, protein nabati dikonsumsi 2 kali sehari,

sedangkan protein nabati, sayuran dan buah-

buahan dikonsumsi 1 kali sehari.

2

Page 4: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

Hasil analisis terhadap kebiasaan konsumsi

makan responden disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makan

Kebiasaan Konsumsi Makan

Jumlah Respondenn %

Baik Kurang BaikTidak Baik

812

0

4060

0Jumlah 20 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kebiasaan konsumsi makan

yang kurang baik, yaitu sebesar 60%. Kebiasaan

konsumsi makan ini dinilai dari 6 aspek kebiasaan

makan sehari-hari, yaitu kebiasaan makan

beranekaragam makanan (nasi, lauk nabati, lauk

hewani, sayuran dan buah-buahan), kebiasaan

makan lebih sering dan lebih banyak dari biasanya,

kebiasaan mengkonsumsi makanan sumber zat

besi, kebiasaan sarapan pagi, kebiasaan minum air

bersih dan aman yang cukup jumlahnya, dan tidak

mengkonsumsi minuman beralkohol.

Hasil analisis terhadap jenis dan jumlah

bahan makanan yang dikonsumsi disajikan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan Jenis dan Jumlah Bahan

Makanan yang Dikonsumsi

Jenis Bahan Makanan

Konsumsi(gram)

Standar(gram)

Pencapaian (%)

KonsumsiNasi/Pengganti 406.7 500 81.3Protein Nabati 64.0 150 42.7Protein Hewani 73.8 150 49.2Sayuran 96.5 300 32.2Buah-buahan 78.1 200 39.0

Tabel 3 menunjukkan bahwa konsumsi nasi yang

merupakan sumber energi telah mencapai 81,3%

jika dibandingkan dengan standar yang telah

ditetapkan (500 gram/hari) untuk konsumsi ibu

hamil, dengan rata-rata konsumsi sebesar 406,7

gram/hari. Pencapaian konsumsi sumber protein

yang berasal dari lauk nabati dan lauk hewani

masing-masing hanya mencapai 42,7% dan 49,2%

jika dibandingkan dengan standar yang telah

ditetapkan (150 gram/hari), dengan rata-rata

konsumsi untuk lauk nabati sebesar 64 gram/hari

dan lauk hewani sebesar 73,8 gram/hari.

Sedangkan, untuk konsumsi sayuran hanya

mencapai 32,2% jika dibandingkan dengan standar

yang telah ditetapkan (300 gram/hari), dengan rata-

rata konsumsi sebesar 96,5 gram/hari. Konsumsi

buah-buahan hanya mencapai 39% dari standar

yang telah ditetapkan (200 gram/hari), dengan rata-

rata konsumsi sebesar 78,1 gram/hari.

Hasil analisis terhadap pola konsumsi

makan responden disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden berdasarkan Pola Konsumsi Makan

Pola Konsumsi Makan Jumlah Responden

n %Baik Cukup Kurang

513

2

256510

Jumlah 20 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa 25% memiliki pola

makan yang baik, 65% memiliki pola makan cukup,

dan 10% memiliki pola makan kurang. Dikatakan

mempunyai pola makan baik apabila nilai rata-rata

konsumsi makan responden ≥ 65,85, cukup apabila

nilai rata-rata konsumsi makan responden 38,07 -

65,85 dan dikatakan kurang jika nilai rata-rata

konsumsi makan responden < 38,07.

Hasil analisis terhadap tingkat konsumsi

responden disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Konsumsi

Energi dan Zat Gizi (Protein, Zat Besi dan Vitamin C)

Tingkat KonsumsiEnergi Protein Fe Vit C

n % n % n % n %Diatas AKGNormal Def. Tk. Ringan Def. Tk. Sedang Def. Tk. Berat

0037

10

00

153550

011621

05530105

0001

19

0005

95

45362

2025153010

Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa tingkat

konsumsi energi sebesar 50% mengalami

3

Page 5: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

defisiensi tingkat berat, tingkat protein sebesar

55% normal, tingkat konsumsi zat besi sebesar

95% mengalami defisiensi tingkat berat, dan

tingkat konsumsi vitamin C sebesar 30%

mengalami defisiensi tingkat sedang.

Hasil analisis terhadap status anemia

responden disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden berdasarkan Kejadian Anemia Gizi Besi

Kejadian Anemia Jumlah Responden

n %Tidak Anemia Anemia

164

8020

Jumlah 20 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang

mengalami anemia sebesar 20% sedangkan 80%

tidak mengalami anemia.

Hasil analisis Regresi Linier menunjukkan

bahwa variabel bebas yang berhubungan secara

signifikan terhadap kejadian anemia adalah tingkat

konsumsi protein (p=0,009) dan tingkat konsumsi

zat besi (p=0,023). Sedangkan untuk variabel

bebas yang lain (pola konsumsi makan, tingkat

konsumsi energi, tingkat konsumsi vitamin C)

menunjukkan hubungan yang tidak signifikan

terhadap kejadian anemia.

PEMBAHASAN

Berdasarkan susunan hidangan yang

disajikan oleh responden dalam kehidupan sehari-

hari, menunjukkan bahwa bahan makanan yang

dikonsumsi oleh responden merupakan bahan

makanan yang mempunyai daya absorbsi zat besi

yang rendah karena termasuk dalam golongan non

heme-iron. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pencapaian konsumsi tertinggi adalah nasi

(81,3%), hal ini dikarenakan nasi dikonsumsi oleh

responden setiap kali makan yaitu 3 kali sehari.

Walaupun sering dikonsumsi oleh responden

dengan berat 406,7 gram/hari, namun nasi

merupakan hasil olahan beras, dimana daya

absorpsi zat besi dari beras termasuk rendah yaitu

1%. Protein nabati dikonsumsi oleh responden

sebesar 64 gram/hari dengan pencapaian

konsumsi 42,7%, dimana protein nabati yang paling

sering dikonsumsi adalah tahu dan tempe yang

merupakan hasil olahan kedelai. Diketahui daya

absorpsi zat besi dari kedelai termasuk rendah

yaitu hanya mencapai 6%, selain itu adanya

kandungan asam fitat dalam kedelai yang

merupakan senyawa penghambat penyerapan zat

besi dalam tubuh. Protein hewani dikonsumsi oleh

responden sebesar 73,8 gram/hari dengan

pencapaian konsumsi 49,2%. Lauk hewani yang

paling sering dikonsumsi adalah telur, dimana daya

absorpsi zat besi dari telur termasuk rendah yaitu

hanya mencapai 2-6%.

Sayuran dikonsumsi oleh responden

sebesar 96,5 gram/hari dengan pencapaian

konsumsi 32,2%. Sayuran yang paling sering

dikonsumsi adalah bayam yang merupakan

sumber zat besi, namun bayam termasuk non-

heme iron dan daya absorpsi zat besi dari bayam

termasuk rendah yaitu 1%, selain itu sayuran

tersebut dikonsumsi oleh responden dengan jumlah

yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan

standar. Sedangkan buah-buahan dikonsumsi oleh

responden sebesar 78,1 gram/hari dengan

pencapaian konsumsi 39%. Buah merupakan

sumber vitamin dan mineral. Buah yang paling

sering dikonsumsi oleh responden adalah pisang,

dimana salah satu kandungan dari pisang adalah

vitamin C yang merupakan senyawa yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi.

4

Page 6: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan

responden belum beragam. Hal ini disebabkan

karena pola makan responden masih didominasi

oleh kelompok padi-padian terutama beras sebesar

81,3% sehingga sumbangan energi dari kelompok

pangan hewani, nabati, sayuran dan buah-buahan

masih relatif rendah. Pada tingkat nasional, pola

konsumsi pangan penduduk belum beragam

karena masih didominasi oleh kelompok padi-

padian terutama beras sebesar 86,3%.

Penganekaragam konsumsi pangan selama ini

sering diartikan terlalu sederhana, berupa

penganekaragam konsumsi pangan pokok.

Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya

mengkonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai

kelompok pangan baik pangan pokok, lauk-pauk,

sayuran maupun buah dalam jumlah cukup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang mengalami anemia hanya 20%.

Meskipun 80% responden tidak mengalami

anemia, tetapi resiko untuk terjadinya anemia pada

responden kemungkinan dapat terjadi apabila

responden dalam mengkonsumsi makanan sumber

zat besi tidak memperhatikan kuantitas dan kualitas

(daya serap dan bahan makanan yang mempunyai

nilai biologis tinggi) bahan makanan tersebut.

Prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil ini telah

mengalami penurunan yaitu 70% (2003) menjadi

20%, hal ini dikarenakan adanya upaya

menanggulangi masalah anemia gizi besi pada ibu

hamil, yaitu dengan adanya pemberian 90 tablet Fe

pada ibu hamil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

konsumsi protein dan zat besi mempunyai

hubungan yang signifikan terhadap kejadian

anemia pada ibu hamil trimester III. Hasil uji

statistik Regresi Linier pada tingkat kepercayaan

95% menunjukkan hubungan tingkat konsumsi

protein terhadap kejadian anemia (kadar Hb)

diperoleh OR=0,286 yang berarti bahwa setiap

penambahan 1 gram protein akan meningkatkan

kadar Hb sebesar 28,6% dari kadar Hb awal.

Sedangkan hubungan tingkat konsumsi zat besi

terhadap kejadian anemia (kadar Hb) diperoleh

OR=0,215 yang berarti bahwa setiap penambahan

1 miligram zat besi akan meningkatkan kadar Hb

sebesar 21,5% dari kadar Hb awal.

Kebutuhan ibu hamil terhadap protein dan

zat besi selama masa kehamilannya mengalami

peningkatan dan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut selain memperhatikan kuantitas bahan

pangan yang dikonsumsi juga harus

memperhatikan kualitas bahan pangan tersebut.

Protein merupakan senyawa yang dapat

meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh.

Bahan pangan yang mempunyai kualitas protein

yang baik adalah bahan pangan yang berasal dari

hewani, hal ini dikarenakan kandungan protein dari

pangan hewani lebih tinggi jika dibandingkan

dengan pangan nabati. Selain itu, bahan pangan

hewani merupakan bahan pangan dengan daya

absorpsi zat besi yang baik. Namun, bahan pangan

sumber protein yang sering dikonsumsi oleh

responden merupakan bahan pangan nabati yang

mempunyai daya serap zat besi rendah seperti

tahu dan tempe.

KESIMPULAN

1. Sebagian besar pola konsumsi makan

responden termasuk dalam kategori cukup dan

masih didominasi oleh kelompok padi-padian

terutama beras sebesar 81,3% yang

5

Page 7: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

merupakan bahan dasar dari nasi. Nasi

dikonsumsi setiap kali responden makan

sebanyak 3 kali sehari.

2. Tingkat konsumsi energi dan zat besi

responden sebagian besar mengalami

defisiensi tingkat berat, tingkat konsumsi protein

responden sebagian besar dalam kategori

normal, dan tingkat konsumsi vitamin C

responden sebagian besar mengalami

defisiensi tingkat sedang.

3. Responden yang mengalami anemia sebesar

20% dan 80% responden tidak mengalami

anemia, tetapi resiko untuk terjadinya anemia

kemungkinan dapat terjadi bila dalam

mengkonsumsi makanan sumber zat besi tidak

memperhatikan kuantitas dan kualitas (daya

serap dan bahan makanan yang mempunyai

nilai biologis tinggi) bahan makanan tersebut.

4. Tingkat konsumsi protein dan zat besi

merupakan faktor konsumsi makanan yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester III, dimana setiap penambahan

1 gram protein akan meningkatkan kadar Hb

sebesar 28,6% dari kadar Hb awal dan setiap

penambahan 1 miligram zat besi akan

meningkatkan kadar Hb sebesar 21,5% dari

kadar Hb awal.

SARAN

1. Hendaknya ibu hamil dapat mengkonsumsi

makanan sesuai dengan kebutuhan selama

masa kehamilan yang mengalami peningkatan.

Upaya yang dapat dilakukan guna memenuhi

kebutuhan ibu hamil adalah dengan

mengkonsumsi beranekaragam makanan,

makan lebih banyak dan lebih sering dari

biasanya, mengkonsumsi makanan sumber zat

besi, membiasakan diri untuk sarapan/makan

pagi, minum air bersih dan aman yang cukup

jumlahnya, serta tidak mengkonsumsi minuman

beralkohol dan rokok.

2. Perlu adanya perbaikan pola konsumsi makan

terutama untuk mencapai tingkat konsumsi

energi dan zat gizi (protein, zat besi dan vitamin

C) yang normal, guna mencegah terjadinya

anemia pada ibu hamil trimester III yang dapat

berdampak pada peningkatan resiko morbiditas

maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan

melahirkan BBLR dan prematur.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Krisno Budiyanto, 2002. Gizi dan Kesehatan. Bayu Media dan UMM Press, Malang.

Allen, Lindsay, 2000. Anemia and Iron Deficiency : Effects Pregnancy Outcome. American Journal Clinical Nutrition, 2000.

Arisman, 1995. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. World Health Organization, Jenewa.

, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta.

Atmarita dan Tatang S Fallah, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Dalam Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta.

Azrul Azwar, 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. Makalah disajikan dalam Seminar Kesehatan Obesitas, Senat Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, Depok, 15 Februari. http://www.bebas.vlsm.org/v12/artikel/pangan/DEPKES/pedum_gizi-seimbang.pdf. Diakses 4 Agustus 2006.

Davidson, Lena, 2001. Improving Iron Absorption from a Peruvian School Breakfast Meal by Adding Ascorbic Acid or Na2EDTA. American Journal Clinical Nutrition, 2001, 73 : 283-7. http://www.ajcn.org . Diakses 22 Maret 2006.

6

Page 8: Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Zat Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Desa Jatiguwi (Lengkap)

Dep. Kes. RI, 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Pedoman Petugas Puskesmas, Jakarta.

, 2003. Gizi dalam Angka Sampai Dengan Tahun 2002, Jakarta.

FG.Winarno, 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gary G and Torgeldy S, 2002. Anemia Prevention and Control in Four Central Asian Republics and Kazakhstan. American Journal Clinical Nutriiton, 2002. http://www.ajcn.org . Diakses 22 Maret 2006.

Hardinsyah, dkk, 1992. Gizi Terapan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Katrin R dan Yayuk F Baliwati, 2004. Sistem Pangan dan Gizi. Dalam Yayuk F Baliwati, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta.

Linder, Mc, 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Klini., Universitas Indonesia, Jakarta.

Muhilal, 2002. Peran Gizi Dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia : Telaah dari Aspek Biokimia Gizi Hingga Pedoman Gizi Seimbang, Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Padjajaran Bandung.

Prihatini, S. B. Budiman, dkk, 1995. Metode Kualitatif untuk Pemantauan Konsumsi Pangan dalam PWSPG. Dalam PGM Jilid 18, Departemen Kesehatan RI, Badan Litbangkes, Puslitbang Gizi.

Rimbawan, dkk, 1999. Bioavailabilitas Zat Besi Secara In Vitro pada Menu Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dalam Media Gizi dan Keluarga XXIII : 46-57.

Rimbawan dan Yayuk F Baliwati, 2004. Masalah Pangan dan Gizi. Dalam Yayuk F Baliwati, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta.

Siti Madanijah, 2004. Pola Konsumsi Pangan. Dalam Yayuk F Baliwati, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Jakarta.

Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta.

Sunita Almatsier, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supariasa, dkk, 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Trisno Haryanto, 1999. Ibu Hamil Tak Harus Ngemil. http://www.Indomedia.com/intisari/1999/juni/hamil.htm. Diakses 19 Maret 2006.

Velster, Anna, 1995. Guidelines for the Control of Iron Deficiency in Countries of the Eastern Mediterranean Middle East and North Africa. Teheran, Islamic Republic of Iran.

WHO, Food and Agricultural Organization of The United Nations, 1998. Vitamin and Mineral Requirements in Human Nutrition Second Edition.

Yenni Mulyawati, 2003. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengan dan Tanpa Vitamin C terhadap Kadar Hb pada Pekerja Wanita di Perusahaan Plywood. Thesis. Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Zulahida Lubis, 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya terhadap Bayi Yang Dilahirkan. http://tumoutou.net/702_07134/zulhaida_lubis.htm. Diakses 4 Agustus 2006.

7