Hubungan Host

8
Hubungan host-agent-environment Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan). Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.

Transcript of Hubungan Host

Page 1: Hubungan Host

Hubungan host-agent-environment

Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi

yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam terjadinya

penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),agent

(agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).

Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung dan antropoda

yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan pernyakit. Yang termasuk

dalam faktor penjamu, yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial

ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style, hereditas, nutrisi, dan imunitas.

Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan

resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.

Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam menghadapi ancaman

penyakit, antara lain:

1. Imunitas, kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon immunologis,

dapat secara alamiah maupun perolehan (non-alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu

penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme

pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia

mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang

campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.

Page 2: Hubungan Host

2. Resistensi, kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap

suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam

menghadapinya.

3. Infektifnes (infectiousness), potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan

penyakit kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam

tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat menyebabkan

terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen tersebut meliputi agen biologis, kimia,

nutrisi, mekanik, dan fisika. Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan,

protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi pestisida, asbes, CO, zat

allergen, obat-obatan, limbah industri, dll. Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral, dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka dapat

menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang kronik, misalnya kecelakaan,

trauma organ yang menyebabkan timbulnya sakit, dislokasi (payah tulang), dll.

Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami perkembangan dengan

mempergunakan terminologi faktor resiko (risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas

yang tergolong faktor resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan kemungkinan

terjadinya penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat tingkah laku yang tidak sehat, yaitu

minum alkohol, drug abuse, merokok, tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang

olah raga, dll.

Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu (M.N Bustan: 2006):

1. Infekstivitas, kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap

lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang biak (multiply) dalam

jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah tertentu dari suatu mikroorganisme untuk

mampu menimbulkan infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektifitas minimum (minimum

infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan untuk menyebabkan

infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai species mikroba dan antara individu.

2. Patogenesitas, kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik

khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang diserang. Dengan

perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua

Page 3: Hubungan Host

orang yang terinfeksi dengan dengan virus smallpox menderita penyakit (high pathogenicity),

sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak semua jatuh sakit (low pathogenicity).

3. Virulensi, kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang

berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan kematian. Virulensi kuman menunjukkan

beratnya (severity) penyakit.

4. Toksisitas, kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang toksis dari

substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak jaringan untuk menyebabkan penyakit

berbagai kuman mengeluarkan zat toksis.

5. Invasitas, kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah

memasuki jaringan.

6. Antigenisitas, kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologis dalam

penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas lebih kuat dibanding yang lain. Jika

menyerang pada aliran darah (misalnya virus measles) akan lebih merangsang

immunoresponse dari yang hanya menyerang permukaan membrane (misalnya gonococcus).

Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias epidemiologi. Faktor ini

memiliki peranan yang sama pentingnya dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan

meliputi lingkungan fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan fisik

seperti kondisi udara, musim, cuaca, kandungan air dan mineral, bencana alam, dll.

Lingkungan biologi meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan

sosial-ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk, kehidupan sosial,

norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.

Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan antara host,

agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam

keseimbangan (equilibrium) pada seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan

bahwa individu yang sehat adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam keadaan seimbang.

Jika timbul penyakit pada diri individu, maka berkaitan dengan gangguan interaksi antara

ketiga faktor tersebut.

Page 4: Hubungan Host

Interaksi trias epidemiologi, antara lain:

- Interaksi Agen-Lingkungan

Keadaan dimana agent dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik host tidak

berpengaruh). Misal: ketahanan bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari

pendingin, dll.

- Interaksi Host-Lingkungan

Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment (karakteristik agen tidak

berpengaruh). Misal: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.

- Interaksi Host-Agen

Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini dapat berakhir dengan

kesembuhan, gangguan sementara, kematian atau carier.

- Interaksi Agent-Host-Lingkungan

Keadaan dimana host, agent & environment saling mempengaruhi satu sama lain

sehingga timbul penyakit. Misal: kontaminasi feses penderita tifus pada sumber air minum.

Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John Gordon berupa

Timbangan Keseimbangan. Dalam hukum Biologic Laws dikatakan bahwa suatu penyakit

timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut

tergantung pada sifat alami dan karakteristik dari agent dan host (individu/ kelompok).

Karakteristik dari agent dan host berikut interaksinya secara langsung tergantung pada

keadaan alami dari lingkungan biologi, fisik, dan sosial-ekonomi.

Timbangan kesimbangan, meliputi:

1. Periode Prepatogenesa, pada periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada

pengaruh dari lingkungan yang buruk atau bibit penyakit. Maka ini merupakan keadaan

seimbang.

2. Periode Patogenesa, pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul

suatu penyakit.

Page 5: Hubungan Host

Perubahan Lingkungan

- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran

agent. Misal: Kasus DBD meningkat pada musim hujan.

- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan pada faktor host.

Misal: Kasus ISPA meningkat karena meningkatnya polusi udara.

Perubahan Agent

Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah agent bertambah,

dan mutasi agent.

Perubahan Host

Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan terhadap suatu agent

mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap kuman difteri.

Daftar pustaka

Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bahan kuliah Pengantar Epidemiologi oleh Ibu Minsarnawati Tahangnacca, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Kiki Chairani Saputri

109101000086

Peminatan Gizi 2009