Home Visite

12
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA LAPORAN HOME VISIT OLEH : Sri Martini H1A 008 015 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA 0

description

gvdyjhshvgbkjdfnbgf,mnmm,.n

Transcript of Home Visite

Page 1: Home Visite

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT JIWA

LAPORAN HOME VISIT

OLEH :

Sri Martini

H1A 008 015

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA PROVINSI NTB

TAHUN 2015

0

Page 2: Home Visite

LAPORAN HOME VISITE

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Nn. Saili

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : -

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa Jelantik, Kec. Jonggat, Kab. Lombok Tengah

Tgl Home Visit : 03 April 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI (Alloanamnesis dengan Iq. Suti, 72 tahun, ibu kandung

pasien)

1. Keluhan Utama :

Sering keluyuran

2. Riwayat Gangguan Sekarang :

Pasien ditemukan dalam keadaan dikurung oleh keluarganya. Pasien

ditemukan dalam keadaan sendiri di rumahnya tidak dalam keadaan diikat. Pasien

tinggal di rumah bersama ibu kandungnya, pasien dikeluhkan oleh keluarga sering

pergi keluyuran setiap harinya sejak pagi dan baru kembali pada malam hari. Hal ini

dikeluhkan keluarga sejak pasien masih kecil. Menurut keluarga, pasien tidak bisa

diajak berkomunikasi. Pasien hanya mengenali anggota keluarganya saja yaitu

ibunya.

Pasien dikurung di dalam rumah karena sering keluyuran kadang tanpa

busana, sering memungut sampah-sampah yang berkeliaran dijalan. Pasien juga

sering mengamuk dengan cara mencaci maki, menunjuk-nunjuk, hingga melempar

barang disekitarnya, bila diganggu, diejek atau bila tidak dipenuhi keinginannya. Hal

ini membuat keluarga sering ditegur tetangga agar segera membawa pasien berobat.

1

Page 3: Home Visite

Pasien dikurung di dalam kamar kosong yang dibuatkan oleh ibunya yang

berukuran 4x3 meter. Pasien tidak pernah dibiarkan keluar dari kamarnya karena

takut mengganggu orang sekitar dan membuat keributan. Pasien sering terdengar

berbicara, berteriak dan marah-marah sendiri di dalam kamarnya serta malam hari

terkadang pasien tidak bisa tidur.

Keluhan lain pasien seperti sering berbicara sendiri seolah – olah mendengar

bisikan di telinganya. Hal ini yang kadang memicu pasien mengamuk. Keluarga

menyadari keluhan gangguan jiwa ini sejak pasien masih kecil. Keluhan-keluhan ini

semakin memberat sejak bapak pasien meninggal kurang lebih 20 tahun yang lalu.

Pasien semakin sering mengamuk, tidak mengurus diri, tidak mau mandi, tidak mau

makan makanan yang dihidangkan keluarganya dan semakin sering keluyuran.

Pasien selalu dibiarkan berkeliaran karena tidak ada yang bisa mengawasi pasien

dan pasien pasti pulang kembali ke rumahnya.

Menurut keluarga, pasien masih tidak bisa diajak berkomunikasi tetapi pasien

masih bisa mengenali anggota keluarganya yaitu ibunya. Pasien juga masih mau

makan dan minum dengan dibantu oleh kaluarganya, sementara itu untuk BAK dan

BAB dilakukan pasien di sembarang tempat dan dibersihkan oleh ibunya. Pasien

juga dikeluhkan jarang mandi dan hampir tidak pernah mandi.

3. Riwayat gangguan sebelumnya

- Pasien tidak pernah mengalami cedera kepala maupun kejang.

- Riwayat penggunaan NAPZA (-), riwayat konsumsi alkohol dan riwayat

merokok (-).

4. Riwayat kehidupan pribadi

a. Riwayat Prenatal dan perinatal

Pasien terlahir sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara. Pasien lahir cukup

bulan, lahir spontan ditolong oleh dukun, langsung menangis, berat badan

lahir tidak diketahui, tidak ada komplikasi selama proses persalinan.

b. Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)

Secara keseluruhan tumbuh kembang pasien sesuai dengan usianya dan sama

dengan anak-anak seusianya di lingkungan rumah.

c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

2

Page 4: Home Visite

Pasien sering mengalami demam tinggi tapi tidak sampai kejang saat usia 3

tahun. Sejak saat itu pasien mengalami keterlambatan perkembangan. Pasien

tidak bisa berbicara dengan jelas. Pasien tidak pernah bergaul dengan teman-

teman seusianya karena sering mengamuk dan memukul temannya tanpa

sebab yang jelas dan pasien tidak pernah sekolah.

d. Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)

Pasien mulai sering keluyuran dan berbicara sendiri. Pasien tinggal bersama

ibunya dan dikurung didalam sebuah kamar yang dikunci karena masih

sering keluyuran ke luar rumah tanpa tujuan yang jelas.

e. Dewasa

Pasien tidak pernah menikah dan juga tidak memiliki anak

5. Riwayat keluarga

Tidak terdapat keluarga yang memiliki gangguan jiwa serupa dengan pasien.

Genogram keluarga pasien :

Keterangan:Perempuan, hidup Laki-laki, hidup

Perempuan, meninggal Laki-laki, meninggal

Hubungan pernikahan Hubungan keturunan

Pasien Tinggal dalam 1 rumah

3

Page 5: Home Visite

6. Situasi Sosial Sekarang

- Pasien tinggal serumah dengan ibunya. Pasien dibuatkan gubuk yang terbuat dari

pagar, yang terletak di sebelah kamar ibunya, tempat tinggal pasien berukuran ±

4x3 meter, berdinding pagar dan berlantai tanah, pasien tidur di atas dipan yang

terbuat dari bambu dan kemudian beralaskan tikar tanpa kasur. Untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, ibu pasien bekerja sebagai pedagang dipasar.

- Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain, pasien biasanya hanya

bicara sendiri, tertawa sendiri, tersenyum sendiri, dan sering memarahi siapapun

yang mengganggunya. tidak ada kontak mata jika diajak bicara. Pasien

diceritakan pernah melempar orang-orang yang lewat dengan batu kerikil bahkan

kadang mencakar orang-orang yang duduk dipekarangan rumah. Kebutuhan

makan / minum, BAK/BAB, membersihkan diri, dikerjakan ibu pasien.

III. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN

Keluarga pasien merupakan keluarga yang kurang mampu yang hidup seperti

masyarakat Sasak pada umumnya.

IV. KEADAAN SOSIAL EKONOMI

- Saat ini pasien mendapat makan dan minum dibantu oleh ibunya, dimana ibunya

bekerja sebagai pedagang garam di pasar untuk keperluan sehari-hari pasien.

- Keluarga tersebut termasuk sosial ekonomi menengah ke bawah dan berpendidikan

rendah.

V. DESKRIPSI MASYARAKAT YANG BERADA DALAM RADIUS 1 KM DARI

DAERAH PASIEN TENTANG PASIEN GANGGUAN JIWA

Di sekitar lingkungan tinggal pasien, ada sekitar satu orang yang mengalami gangguan

jiwa namun tidak sampai di pasung. Menurut masyarakat di sana, orang yang

mengalami gangguan jiwa adalah :

Sering berbicara atau tertawa sendiri

4

Page 6: Home Visite

Mengamuk dan suka mengganggu serta menyebabkan keresahan orang lain dan

lingkungannya

Sering keluyuran sendirian tanpa tujuan yang jelas dan berperilaku yang aneh

serta berpakaian lusuh tidak merawat diri

Tidak bisa diajak komunikasi dan sering melamun dan berkhayal yang tidak

sesuai keyataan

Suka telanjang di depan umum

VI. SIKAP KELUARGA TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG DISANGKA

MENDERITA GANGGUAN JIWA

Keluarga beranggapan bahwa pasien memang mengalami gangguan jiwa. Namun,

keluarga beranggapan gangguan jiwa yang dialami oleh pasien disebabkan karena

bawaan dari lahir. Keluarga pasien lebih memilih untuk menggunakan pengobatan

secara tradisional. Selain itu keluarga pasien juga tidak memiliki biaya untuk membawa

pasien berobat ke RSJ. Petugas dari puskesmas setempat juga tidak pernah

mengunjungi pasien.

Keluarga pasien tidak merasa malu dan terbebani memiliki anggota keluarga

dengan gangguan jiwa karena baginya itu merupakan jalan hidup dan takdir yang telah

diberikan oleh Allah SWT kepada keluarganya. Keluarga sudah dapat menerima

keadaan tersebut sejak pasien masih kecil.

Pasien BAK dan BAB di sembarang tempat. Pasien tetap diantarkan makanan dan

minuman oleh ibunya pada waktu yang sama setiap harinya. ibunya juga mengganti

pakaian serta membersihkan BAB dan BAK pasien. Karena ketakutan kekhawatiran

dari keluarga jika pasien meresahkan masyarakat dan tidak bisa diawasi karena sering

hilang pasien akhirnya dibuatkan kamar sendiri dan dikunci dari luar. Selain itu Petugas

dari puskesmas setempat tidak pernah mengunjungi pasien.

VII. TANGGAPAN KELUARGA TERHADAP PASIEN YANG MENGALAMI

GANGGUAN JIWA DAN USAHA PENGOBATAN

Keluarga tidak merasa malu memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa,

tidak menganggap keluhan demikian sebagai aib, tetap bersabar dan pasrah. Menurut

keluarga, pasien hanya diberikan pengobatan tradisional (non medis) dengan

memanggil orang pintar (dukun). Usaha pengobatan terhadap pasien dilakukan ± 20

5

Page 7: Home Visite

tahun yang lalu. Usaha pengobatan yang telah dilakukan keluarga hasilnya tidak sesuai

harapan keluarga (tidak sembuh).

VIII.KENDALA DAN HAMBATAN YANG DIHADAPI KELUARGA TERKAIT

PENANGANAN ANGGOTA KELUARGANYA YANG DIPERSEPSIKAN

MENDERITA GANGGUAN JIWA

Kendala yang dihadapi keluarga, antara lain :

Tidak adanya biaya untuk pengobatan pasien serta pengetahuan yang kurang

terkait prosedur jaminan kesehatan dan perujukan.

Keluarga masih belum paham benar bahwa pengobatan bagi penderita gangguan

jiwa dengan tindakan medis membutuhkan waktu dan proses yang tidak

sebentar.

Kepercayaan yang cukup kuat bahwa kelainan-kelainan yang dialami pasien

disebabkan oleh hal-hal gaib, sehingga lebih condong untuk memberikan

pengobatan secara tradisional.

Sikap kurang aktif dari pelayanan kesehatan primer terhadap pasien gangguan

jiwa yang tidak tertangani.

Paradigma masyarakat yang menganggap gangguan jiwa tidak dapat

disembuhkan, sehingga percuma saja jika dibawa ke RSJ.

6

Page 8: Home Visite

DOKUMENTASI PASIEN

7