hirsprung

65
BAB I PENDAHULUAN Kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan intelektual yang optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut berjalan selaras dengan orang lain. Sementara pengertian sakit jiwa adalah kondisi kejiwaan seseorang tidak mampu mengaktualkan tiga potensi dalam dirinya yaitu adaptasi , regulasi, dan interaksi. Salah satu anggota jiwa yakni halusinasi. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra dalam skizoprenia. Penderita gangguan jiwa sering mengalami gangguan pikir dan sering memiliki khayalan serta halusinasi, dimana manifestasi dan khayalan ini adalah mengeluarkan perkataan yang bukan – bukan. Halusinasi tersebut benar – benar dapat didengar, dilihat, bahkan dirasakan oleh si penderita. Berdasarkan data yang ada, pada anak yang

description

hirsprung

Transcript of hirsprung

Page 1: hirsprung

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,

mental dan intelektual yang optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut

berjalan selaras dengan orang lain. Sementara pengertian sakit jiwa adalah kondisi

kejiwaan seseorang tidak mampu mengaktualkan tiga potensi dalam dirinya yaitu

adaptasi , regulasi, dan interaksi. Salah satu anggota jiwa yakni halusinasi. Halusinasi

adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra dalam skizoprenia.

Penderita gangguan jiwa sering mengalami gangguan pikir dan sering

memiliki khayalan serta halusinasi, dimana manifestasi dan khayalan ini adalah

mengeluarkan perkataan yang bukan – bukan. Halusinasi tersebut benar – benar dapat

didengar, dilihat, bahkan dirasakan oleh si penderita. Berdasarkan data yang ada,

pada anak yang kedua orang tuanya tidak menderita skizoprenia, kemungkinan

terkena penyakit ini adalah satu persen. Sementara pada anak yang salah satu orang

tuanya menderita skizoprenia, kemungkinan terkena adalah 13 persen. Dan jika kedua

orang tua menderita skizoprenia maka resiko terkena adalah 35 persen. Dari

Berdasarkan Data Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

jumlah penderita gangguan jiwa schizoprenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2006 sebanyak 1.311 jiwa rawat inap dan 8.417 jiwa rawat

jalan.

Page 2: hirsprung

Di Indonesia penderita schizoprenia masih kurang mendapatkan tempat,

padahal penyakit ini bisa disembuhkan. Dimana penderita schizoprenia sangat yakin

bahwa apa yang ia dengar dan lihat juga didengar dan dilihat oleh lingkungan

sekelilingnya. Keyakinan ini kadang menjadi kendala bagi penyembuhannya, karena

jika si penderita masih meyakini halusinasinya maka ia tetap menganggap dirinya

waras. Halusinasi sering sekali mengarahkan tindakan penderita , memperingatkan

tentang suatu bahaya atau memberitahu dia apa yang harus dilakukan. Bahkan tak

jarang si penderita asyik bercakap – cakap dengan tokoh yang muncul dalam

halusinasi ini. (www.Sinarharapan.com).

Berdasarkan pertimbangan di atas maka penulis berkeinginan untuk

membahas tentang Asuhan Keperawatan Jiwa pada klien dengan masalah utama

Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Adapun tujuan penulis untuk mendapatkan

pengalaman yang nyata tentang bagaimana usaha – usaha yang dilakukan dalam

pelaksanaan Asuhan Keperawatan Jiwa. Disamping itu penulis mampu memahami

konsep Keperawatan , melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa Keperawatan ,

membuat perencanaan , melaksanakan tindakan Keperawatan dan dapat membuat

evaluasi sekaligus membuat pembahasan dengan cara membandingkan antar konsep

yang ada dengan kenyataan yang terjadi pada kasus.

Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan pengetahuan maka penulis hanya

membatasi dan menguraikan satu kasus saja yaitu Asuhan Keperawatan Jiwa Pada

Tn. S dengan masalah utama Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran di Ruang

Singgalang Rumah Sakit Jiwa Medan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Page 3: hirsprung

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah dengan metode

deskriptif yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya melalui studi kasus dan

mempelajari literatur terkait dengan masalah perubahan persepsi sensori halusinasi

pendengaran dengan menggunakan teknik antara lain:

1. Studi kepustakaan dengan mempelajari buku – buku dan tulisan ilmiah yang

berhubungan dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran.

2. Observasi yaitu dengan mengamati kondisi klien sebagai pokok pelaksanaan

dalam asuhan Keperawatan .

3. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan klien dan tim kesehatan

lain.

4. Metode dokumentasi yaitu pengambilan data dan catatan medik dan

Keperawatan tentang klien.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Page 4: hirsprung

Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra:

dalam schizoprenia, halusinasi pendengaran merupakan

halusinasi yang paling banyak terjadi (Ann Isaacs, hal: 151)

Halusinasi pendengaaran adalah terdengar suara yang jelas yang tampaknya

timbul di luar diri sendir, suara ini harus terdiri lebih dari

bisikan, gerutu yang tak dapat dipahami atau sering kali suara –

suara ini mengkomentari atau mengarahkan tindakan pasien.

(Barry Guze,1997, hal: 115).

Perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran yaitu suatu keadaan seseorang

mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus

yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau eksternal)

disertai dengan suatu pengurangan berlebih – lebihan, distorsi

atau kelainan berespons terhadap setiap stimulus. (Townsen

M.C, hal: 156).

Page 5: hirsprung

Respons adaptif Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisten

dengan pengalaman Perilaku sesuia

hubungan sosial

Pikiran kadang menyimpang

ilusi reaksi emosional

berlebih atau berkurang perilaku ganjil atau

tidak biasa menarik diri

Respons mal adaptif Kelainan pikiran / delusi Halusinasi Ketidakmampuan untuk

mengalami emosi Ketidakberaturan Isolasi sosial

2.2 Konsep Dasar

Rentang respons neurobiologis

Menurut stuart dan sunnden rentang respons neurobiologis dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

2.3 Klasifikasi Halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan

karakteristik tertentu, diantaranya:

a. halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara,

terutama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang

sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan

untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan

dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan /

atau panorama yang luas dan kompleks.

Page 6: hirsprung

c. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis,

dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses.

d.Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak

enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang

dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang

busuk, amis, dan menjijikkan.

2.4 Manifestasi Klinis

a. bicara, senyum dan tertawa sendiri

b. menarik diri dan menghindar dari orang lain

c. tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata

d. tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi

e. sikap curiga dan bermusuhan

f. merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan

g. ekspresi wajah tegang

h. kekacauan alur pikir

Page 7: hirsprung

2.6 Tingkat Intensitas Halusinasi

Tahap Karakteristik Perilaku Klien

Tahap I: memberi rasa

nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.

Tahap II: menyalahkan tingkat kecemasan

berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati

Tahap III: mengontrol tingkat

kecemasan berat. Pengalaman

halusinasi tidak dapat ditolak lagi

Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas

Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (non psikotik)

Pengalaman sensorik menakutkan

Merasa dilecehkan oleh pengalaman, sensori tersebut .

Mulai merasa kehilangan kontrol

Menarik diri dari orang lain.Non psikotik

Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi )

Isi halusinasi menjadi atraktif.

Kesepian bila pengalaman sensori berakhir psikotik

Tersenyum tertawa sendiri

Menggerakkan bibir tanpa suara

Pergerakan mata yang cepat

Respons verbal yang lambat

Diam dan berkonsentrasi

Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah.

Perhatian dengan lingkuangan berkurang

Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya.

Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.

Perintah halusinasi ditaati Sulit berhubungan dengan

orang lain Perhatian terhadap

lingkungan berkurang hanya beberapa detik

Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tempat tremor dan berkeringat.

Page 8: hirsprung

Tahap IV: Klien sudah

dikuasai oleh halusinasi

Klien panik

Perilaku panik Resiko tinggi mencederai Agitasi atau kataton Tidak mampu berespons

terhadap lingkungan(Rasmun, SKp, hal: 24)

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Defenisi Psikoterapi

Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang

klien yang dilakukan oleh seorang yang berlatih dalam hubungan profesional

secara sukarela, dengan maksud menghilangkan, mengubah atau menghambat

gejala – gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan

mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

(WP. Maramis, hal: 483)

2.7.2 Psikoterapi

2.7.2.1 Psikoterapi Suportif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan

motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam

menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.

Page 9: hirsprung

2.7.2.2 Psikoterapi Re – Edukatif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang

maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan

pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang

baru sehingga penderita lebih adaktif terhadap dunia luar.

2.7.2.3 Psikoterapi Re – Konstruktif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian

yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula

sebelum sakit.

2.7.2.4 Psikoterapi Kognitif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif

(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan

nilai – nilai moral etika, mana yang baik dan buruk dan lain sebagainya.

2.7.2.5 Psikoterapi Psiko – Dinamik

Jenis psikoterapi dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya

untuk mencari jalan keluarnya.

Page 10: hirsprung

2.7.2.6 Psikoterapi Perilaku

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang

terganggu (mal adaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan

diri).

2.7.2.7 Psikoterapi Keluarga

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan hubungan penderita

dengan keluarganya.

(Hawari Dadang, hal: 105)

2.7.2.8 Psikofarmakologi

1. Anti Psikotik

Indikasi: - Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas, bermanifestasi

dalam gejala: kesadaran diri (awarennes) yang terganggu, daya nilai

norma sosial terganggu dan daya tilikan diri terganggu.

- Hendaya berat dalam fungsi – fungsi mental, bermanifestasi dalam

gejala: gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak

wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi ), gangguan perasaan (tidak

sesuai dengan situasi) , dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali.

- Hendaya berata dalam fungsi kehidupan sehari – hari, bermanifestasi

dalam gejala: tidak mampu bekerja, hubungan sosial, dan melakukan

kegiatan rutin.

Page 11: hirsprung

Obat – obatan anti psikotik

- chlorpromazine Dosis 150 – 1600 mg/h

- thioridazine Dosis 100 – 900 mg/h

- trifluoperazine Dosis 5 – 60 mg/h

- haloperidol Dosis 2 – 100 mg/h

- pimozide Dosis 2 – 6 mg/h

2. Anti Depresi

Indikasi: - Selama paling sedikit 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami :

1. Rasa hati yang murung

2. Hilang minat dan rasa senang

3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan.

- Keadaan di atas disertai gejala – gejala

1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian

2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri

3. Pikiran perihal dosa dan diri tidak berguna

4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan

5. Gagasan atau tindakan mencederai diri

6. Gangguan tidur

7. Pengurangan nafsu makan

Page 12: hirsprung

Obat – obatan anti depresi

- Amitriptylin Dosis 75 sampai dengan 150 mg/Hg

- Imipramin Dosis 25 mg: 3 x 1 sehari

- Klomipramin Dosis 75 sampai dengan 150 mg/Hg

- Mianserin Dosis 30 mg

3. Ansiolitik

Indikasi:- Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2

atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini

menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang.

- Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari, bermanifestasi dalam

gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan

melakukan kegiatan rutin.

Obat – obatan ansiolitik:

- DIAZEPAM Dosis oral 5 atau 10 mg

- CHLORDIAZEPOXIDE Dosis 15 – 30 mg/h: 2 – 3 kali sehari

- CHLORAZEPATE Dosis Cap. 5 – 10 mg

- MITRAZEPAM Dosis 2,5 – 10 mg

(MASLIM. R. , Hal: 14, 22, 34)

Page 13: hirsprung

2.8 Psikofarmakologi

Obat – obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang

merupakan gejala psikotik pada klien skizoprenia adalah obat – obatan anti

psikotik. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah:

1. Anti Psikotik

Klorpromazin Dosis : 300 mg per hari

Tioridazin Dosis : 600 mg per hari

Trifluoperazin Dosis : 5 mg 3 x 1 sehari

Promazin Tablet oral 75 sampai 200 mg/hari atau

50 mg dengan suntikan im.

Haloperidol Tablet 1,5 mg dan 5 mg

Pimozid Tablet 2,4 mg dan 10 mg.

2. Anti Depresi

Imipramin Dosis 25 mg 3 x 1 sehari

Amitriptilin Dosis 75 sampai dengan 150 mg/

Klomipramin Dosis 75 sampai dengan 150 mg/

Mianserin Dosis 30 mg

3. Antisiolitik Hipnotik

Diazepam Dosis 5 – 10 mg

Klordiazeporsid

Klorazepat Dosis 15 mg sehari

Termazepam Dosis 10 atau 20 mg (kapsul)

Page 14: hirsprung

Nitrazepam Dosis 2,5 sampai 10 mg

(Ingram, I.M, Hal: 148)

2.9 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

a) Faktor perkembangan terlambat

Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan , minuman dan rasa nyaman.

Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi

Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan

b) Faktor komunikasi dalam keluarga

Komunikasi peran ganda

Tidak ada komunikasi

Tidak ada kehangatan

Komunikasi dengan emosi berlebihan

Komunikasi tertutup

Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas

dan komplit orang tua

c) Faktor sosial budaya

Page 15: hirsprung

Isolasi sosial pada yang usia lanjut , cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan

yang terlalu tinggi

d) Faktor psikologis

Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri

tinggi, harga diri rendah, identitas jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan

koping destruktif.

e) Faktor biologis

Adanya kejadian terhadap fisik, berupa: atrofi otak, pembesaran vertikel,

perubahan besar dan bentuk sel korteks.

f) Faktor genetik

Adanya pengaruh herediter (keturunan) berupa anggota keluarga terdahulu

yang mengalami skizoprenia dan kembar monozigot.

2. Faktor Presipitasi

a) Biologis

Stresor biologis yang berhubungan dengan respons neurobiologik yang mal

adaptif termasuk:

Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang menatur implamasi

Abnormalisasi pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakitbatkan ketidakmampuan untuk secara efektif menangkap

rangsangan.

b) Stress Lingkungan

Page 16: hirsprung

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stesor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan

perilaku.

c) Pemicu Gejala

Pemicu yang biasanya terdapat pada respons neurobiologik yang mal

adaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

(stuart dan sudden, Hal: 310)

3. Perilaku

Bibiri komat – kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala mengangguk –

angguk seperti mendengar sesuatu, tiba – tiba menutup telinga, gelisah, bergerak

seperti mengambil atau membuang sesuatu, tiba – tiba marah dan menyerang,

duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.

4. Fisik

1) Kebiasaan

Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat – obatan dan zat

halusinogen dan tingkah laku merusak diri.

2) Riwayat kesehatan

Page 17: hirsprung

Schizoprenia, aelirium berhubungan dengan riwayat demam dan

penyalahgunaan obat.

3) Riwayat Schizoprenia dalam keluarga

4) Fungsi sistem tubuh

Perubahan berat badan, hipertemia (demam)

Neurologikal perubahan mood

Ketidakefektifan endokrin oleh peningkatan temperatur.

5) Status Emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif atau

bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka berkelahi.

6) Status Intelektual

Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap,

isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang

motivasi, koping regresi dan denial sedikit bicara.

7) Status Sosial

Putus asa, menurunnya kualitas hidup, ketidakmampuan mengatasi

stres dan kecemasan.

8) Mekanisme koping

Page 18: hirsprung

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis

termasuk:

a. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya

untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk

aktivitas hidup sehari – hari.

b. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.

c. Menarik diri.

(Gail W. Stuart)

Karakteristik perilakku

a. Bicara , senyum, dan tertawa sendiri

b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain

c. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata

d. Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi

e. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal

f. Sikap curiga dan bermusuhan

g. Sulit membuat keputusan

h. Ekspresi wajah tegang

i. Mudah tersinggung

(Anna , 2005)

Page 19: hirsprung

B. Diagnosa Keperawatan

Pada perumusan masalah, masalah yang dirumuskan akan lebih spesifik

dimana masalah saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah.

3 (Tiga) komponen penentuan pohon masalah yaitu: penyebab (causa), masalah

utama (core problem) dan effect (akibat) . dimana masalah utama adalah prioritas

masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien; umumnya masalah

utama berkaitan erat dan alasan masuk atau keluhan utama.

Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan

penyebab masalah utama: masalah ini dapat pula disebabkan oleh satu masalah yang

lain.

Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan

efek / akibat dari masalah utama.

Sebagai acuan pohon masalah halusinasi dapat dilihat pada diagram

berikut:

Resiko mencederai orang lain

Perubahan sensori persepsi halusinasi : pendengaran

Page 20: hirsprung

1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

2. Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri.

3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Penkajian

I. Identitas Pasien

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan harga diri: harga diri rendah

Page 21: hirsprung

Nama : Tn. S

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : laki - laki

Ruang rawat : Singgalang

Tanggal dirawat : 06 November 2006

RM . No : 022909

II. Alasan Masuk

Klien sering marah – marah, mondar – mandir, suka meludah, suka berbicara

kotor, suka membawa benda tajam.

III. Faktor Predoposisi

1. Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.

2. pengobatan sebelumnya tidak berhasil

3. Walaupun klien dulunya pernah mengalami gangguan jiwa namun klien

tidak pernah melakukan aniaya fisik, seksual, penolakan dan kekerasan

dalam keluarga namun klien pernah memukul bapaknya.

4. tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

5. penjelasan 1, 2 , 3

klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak masa lalu ± 5 tahun yang lalau,

dibawa ke pengobatan alternatif tapi kurang berhasil sehingga klien sewaktu

Page 22: hirsprung

– waktu bisa kambuh. Dulunya pada saat kambuh klien pernah melakukan

aniaya fisik dimana klien memukul bapaknya. Disamping itu klien juga

pernah mengalami kegagalan dalam bidang pekerjaan dimana pada waktu

klien bekerja di sebuah perusahaan migas tepatnya di kalimantan timur, klien

dikeluarkan dari pekerjaannya, karena halusinasi pendengaran yang

dideritanya kambuh sehingga klien menghancurkan barang – barang yang

ada di perusahaan dan marah – marah kepada karyawan lainnya.

Masalah Keperawatan

resiko tinggi mencederai diri / orang lain.

Koping keluarga in efektif

Koping individu in efektif

IV. Fisik

1. Tanda vital:

TD : 120 / 70 mmHg

Nadi : 80 x / i

Suhu : 37 oC

RR : 28 x / i

Page 23: hirsprung

2. Ukuran :

TB : 170 cm

BB : 70 Kg

3. keluhan fisik : klien tidak mengalami keluhan dengan kondisi yang dimilikinya.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah Keperawatan

V. Psikososial

1. Genogram

Tn. S

Page 24: hirsprung

: orang tua laki – laki meninggal

: orang tua perempuan meninggal

: laki - laki

: perempuan

: tinggal dalam satu rumah

: klien :

Penjelasan:

Klien anak ke- 7 dari 9 bersaudara, klien tinggal serumah bersama ayah, ibu,

abang dan kakak. Komunikasi klien dengan keluarganya baik.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

2. Konsep Diri

Page 25: hirsprung

a. Gambaran diri : Klien menerima seluruh tubuhnya apa adanya dan

menyukai bagian tangannya karena dapat melakukan aktivitasnya /

pekerjaannya.

b. Identitas : Klien sebagai anggota keluarga, anak ke – 7 dari 9

bersaudara, klien mengatakan dirinya tidak bisa bekerja lagi sejak masuk

Rumah Sakit Jiwa , klien dapat menyebutkan nama, tempat tinggal serta

kenal dengan keluarganya.

c. Peran : Sebelum masuk Rumah Sakit klien bekerja sebagai

karyawan dan klien mampu serta bertanggung jawab sebagai karyawan.

d. Ideal Diri : Klien berharap ingin cepat sembuh dan kembali

berkumpul dengan keluarganya, serta dapat kembali melakukan tugas /

perannya di dalam keluarga.

e. Harga Diri : Klien mengatakan dirinya dijauhi dari masyarakat

diasingkan dari lingkungan serta dirinya tidak berguna bagi orang lain.

Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri, harga diri rendah.

3. Hubungan Sosial

Bagi klien orang yang berarti adalah ibu kandungnya. Klien tidak pernah

mengikuti kegiatan di tengah masyarakat, klien jarang bergaul dengan orang

lain dan jarang berkomunikasi dengan orang lain.

Masalah Keperawatan : kerusakan interaksi sosial : menarik diri.

Page 26: hirsprung

4. Spritual

Klien menganut agama kristen, sewaktu klien belum dirawat di

Rumah Sakit Jiwa Medan, klien rajin melaksanakan ibadah karena sering

lupa dan tidak ada yang mengingatkan klien.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

VI. Status Mental

1. Penampilan

Klien berpenampilan tidak rapi, kuku panjang , rambut kotor, kotoran mata

ada, baju tidak terkancing, dan bau tidak sedap, rambut tidak disisir.

Masalah keperawatan : defisit perawatan diri.

Gangguan pemenuhan kesehatan.

2. Pembicaraan

Pembicaraan klien cukup baik, tidak cepat , tidak gagap, dan klien dapat

menjawab semua pertanyaan yang diajukan.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan .

3. Aktivitas Motorik

Klien mau beraktivitas apabila disuruh perawat dan klien tidak pernah mengeluh.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

4. Suasana Perasaan

Page 27: hirsprung

Klien bisa tertawa bila ada cerita yang lucu dan juga sedih bila ada cerita yang

sedih.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

5. Afek

Sesuai dengan topik pembicaraan.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

6. Interaksi Selama Wawancara

Kooperatif, klien mau menjawab semua pertanyaan yang diberikan perawat, dan

mau mengadakan kontak mata pada lawan bicara.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

7. Persepsi

Klien mengatakan sering mendengar suara – suara yang menyuruhnya untuk

mengamuk, menyiksa diri sendiri dengan memecahkan kaca dan memukul triplek /

dinding.

Masalah keperawatan

Perubahan sensori perseptual halusinasi pendengaran

Resiko tinggi melakukan kekerasan diri sendiri / orang lain.

8. Proses Pikir

Page 28: hirsprung

Klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, tidak berbelit – belit dan langsung

pada tujuan pembicaraan.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

9. Isi Pikir

Klien tidak mengalami gangguan isi pikir, waham tidak ada, klien tidak curiga

terhadap orang lain, walaupun klien jarang berkomunikasi , jika ada orang lain

menegur atau bertanya pada klien, klien mau menjawab.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

10. Tingkat Kesadaran

Compos mentis, klien mengetahui dimana sekarang, dengan siapa berbicara, dan

tahu berada dilingkungan seperti apa.

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

11. Memori

Klien mampu mengingat kejadian di masa lalu maupun kejadian yang baru saja

terjadi.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah.

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

Page 29: hirsprung

Klien mampu berhitung dengan hitungan sederhana seperti 3 + 2 = 5 tanpa dibantu

oleh perawat.

Masalah keperawatan: tidak ada masalah.

13. Kemampuan Penilaian

Klien dapat memilih mandi dulu, baru makan tanpa penjelasan dulu dari perawat.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

14. Daya Tilik Diri

Klien tidak mengingkari penyakit yang dideritanya, klien menyadari bahwa klien

sekarang berada di rawat di Rumah Sakit Jiwa karena ada gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

15. Aspek Medik

Terapi medis

Haloperidol 5 mg

Trifluoperazin 5 mg 3 x 1 sehari

CPZ

Page 30: hirsprung

Data Tambahan

Saat berkomunikasi : ekspresi wajah klien tegang, klien mengepal

tangannya, postur tubuh kaku, kontak mata kurang, ekspresi wajah tampak

sedih, sering menunduk.

Hasil observasi : klien sering berbicara sendiri, klien

memiringkan kepala saat mendengar sesuatu, sering diam dan menyendiri,

tidak mau bergaul, posisi klien meringkuk di tempat tidur.

VII. Daftar Masalah Keperawatan

1. resiko tinggi mencederai diri sendiri / orang lain

2. koping keluarga in efektif

3. gangguan konsep diri: harga diri rendah

4. kerusakan interaksi sosial: menarikdiri

5. defisit perawatan diri

6. perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

7. koping individu in efektif

8. gangguan pemeliharaan kesehatan

3.2. Analisa Data

Page 31: hirsprung

No DATA MASALAH

1.

2.

3.

4.

5.

DS: Klien mengatakan ingin memecahkan kaca dan memukul triplek jika mendengar suara – suara yang menyuruh klien untuk melakukannya.DO:

ekspresi wajah tegang klien mengepal tangannya postur tubuh kaku

DS: klien sering mendengar suara – suara yang tidak dikenal.DO:

klien sering berbicara sendiri klien memiringkan kepala saat

mendengarkan sesuatu kontak mata kurang

DS: klien mengatakan lebih suka menyendiri klien malas berbicara dengan orang laina

DO: klien lebih banyak diam klien sering menyendiri klien tidak mau bergaul / ngomong

dengan teman seruangan kontak mata kurang posisi klien meringkuk di tempat tidur

DS: klien mengatakan tidak berguna bagi orang lain, karena mengalami gangguan jiwa.DO:

ekspresi wajah klien tampak sedih kontak mata kurang, kadang – kadang

menunduk klien tampak menyendiri

DS: klien mengatakan malas mandi

DO: rambut tidak disisir

Resiko tinggi mencederai diri sendir / orang lain

Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran

Isolasi sosial menarik diri

Harga diri rendah

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Page 32: hirsprung

6.

7.

kuku panjang ada kotoran menempel bau badan tidak sedap

DS: klien mengatakan malas mandi

DO: rambut kotor kuku panjang ada kotoran mata menempel bau badan tidak sedap rambut tidak disisir

DS: klien mengatakan dulu dia pernah

mengalami gangguan jiwa ± 5 tahun yang lalu tetapi tidak di rawat di Rumah Sakit Jiwa .

keluarga membawa kepengobatan alternatif

klien mengatakan selama di rumah keluarga tidak memperdulikan dirinya

DO: ekspresi wajah tampak sedih klien jarang dikunjungi keluarga

Defisit perawatan diri

Koping keluarga in efektifKoping individu in efektif

3.3 Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri sendiri / orang lain

Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Koping individu in efektifKoping keluarga

in efektif

Defisit perawatan diri

Gangguan pemenuhan kesehatan

Page 33: hirsprung

3.4 Perumusan Diagnosa Keperawatan

a. Resiko tinggi mencederai diri sendiri / orang lain berhubungan dengan

halusinasi pendengaran

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri

c. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

d. Gangguan pemenuhan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri

Kebutuhan Persiapan Pulang

1. kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan. Klien memerlukan

bantuan minimal dalam bidang makanan, klien dapat berpakaian sendiri,

dapat menjaga keamanan, tidak dapat memenuhi uang, memerlukan

perawatan kesehatan dan tempat tinggal namun tidak memerlukan

transportasi karena sampai saat ini klien masih dirawat di Rumah Sakit Jiwa

Medan.

Page 34: hirsprung

2. a. Kegiatan kehidupan sehari – hari

Klien memerlukan bantuan minimal untuk mandi, makan, kebersihan,

sedangkan untuk BAK / BAB dan ganti pakaian, klien sudah mandiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

b. Nutrisi

Klien merasa tidak puas dengan pola makannya, namun klien tidak

pernah memisahkan diri dari teman – teman yang lain pada saat makan.

Klien makan tiga kali sehari, nafsu makan klien meningkat, berat badan

manurun dan klien tidak pernah mengadakan diet khusus

c. Tidur

Klien tidak mengalami masalah pada saat tidur, dan klien merasa segar

pada saat bangun pagi. Klien selalu tidur siang lamanya 1,5 jam

(14.00 – 15.30 WIB). Waktu tidur malam jam 23.00 – 05.00 WIB :

bangun pagi jam 05.00 WIB pagi.

3. Kemampuan klien dalam mengantisipasi kebutuhan sehari klien tidak

memiliki kemampuan dalam hal mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat

keputusan berdasarkan keinginan sendiri, mengatur penggunaan obat dan

melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up).

4. Klien memiliki sistem pendukung

Sistem pendukung klien berasal dari keluarga klien itu sendir.

Page 35: hirsprung

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan hobi.

Klien tidak pernah menikmati saat bekerja baik itu dalam keluarga ataupun

teman.

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn. Serta dengan

perubahan persepsi sensori Halusinasi pendengaran di Ruang Singgalang Rumah

Sakit Jiwa Medan, maka dalam bab ini penulis akan membahas beberapa hal, baik

yang mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan serta

Page 36: hirsprung

mencari alternatif pemecahan masalah agar tindakan keperawatan selanjutnya dapat

lebih terarah dan mencapai tujuan seoptimal mungkin.

4.1 Tahap Pengkajian

Dalam tahap pengkajian kegiatan yang dilakukan yaitu mengumpulkan

data – data yang lengkap. Selanjutnya akan diidentifikasi untuk masalah – masalah

yang dirumuskan sebagai diagnosa keperawatan.

Pada pengkajian penulis tidak banyak menemukan hambatan – hambatan

karena klien kooperatif dalam memberikan keterangan – keterangan yang dibutuhkan.

Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kesenjangan yang terjadi antara teori

dan kasus. Dimana data yang ditemukan dalam tinjauan teoritis tetapi tidak

ditemukan di kasus yaitu karakteristik perilaku seperti tidak dapat memusatkan

perhatian, pembicaraan kacau, sikap curiga dan bermusuhan, sulit membuat

keputusan tetapi hal tersebut tidak dijumpai pada kasus karena tidak adanya gangguan

proses pikir merupakan isi pikir pada klien tersebut.

4.2 Tahap Diagnosa

Dalam tinjauan teoritis diagnosa keperawatan yang penulis jumpai ada 3

diagnosa yaitu :

1. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran

2. Perubahan sesuai persepsi halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik

diri

Page 37: hirsprung

3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Sedangkan dalam kasus penulis menjumpai 4 diagnosa keperawatan yaitu :

1. Resiko tinggi mencederai orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran.

2. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik

diri

3. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4. Gangguan pemenuhan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri.

Dalam diagnosa keperawatan penulis menjumpai 1 (satu) kesenjangan

diagnosa keperawatan, dimana diagnosa tersebut dijumpai pada kasus tetapi tidak

dijumpai pada teoritis yaitu :

1. Gangguan Pemenuhan Kesehatan Berhubungan dengan Defisit Perawatan Diri

Hal ini dijumpai pada kasus sedangkan di teoritis tidak dijumpai karena pada

saat pengkajian observasi perawat klien terlihat rambut kotor, rambut tidak disisir,

kuku panjang, ada kotoran mata menempel, dan bau badan tidak sedap.

4.3 Tahap Intervensi

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan

keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan penentuan

diagnosa keperawatan.

Page 38: hirsprung

Pada tahap perencanaan penulis tidak mendapatkan kesenjangan dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan konsep keperawatan jiwa dan

sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan yaitu hanya 3 hari, sehingga penulis

hanya merencanakan untuk menyelesaikan 3 diagnosa saja.

4.4 Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan

yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.

Pada tahap pelaksanaan penulis mengalami sedikit kesulitan untuk

melaksanakan beberapa intervensi yaitu intervensi diagnosa pertama TUK ke 4 yaitu

klien mendapat keuntungan dari keluarga. Hal ini dikarenakan selama penulis

melakukan pengkajian keluarga tidak pernah mengunjungi klien.

4.5 Tahap Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Pada tahap evaluasi telah melaksanakan 4 diagnosa yang penulis temukan

ditinjauan kasus dari keempat diagnosa tersebut ada beberapa TUK yang tercapai,

adapun TUK – TUK yang tercapai tersebut adalah:

Pada Diagnosa I :

Page 39: hirsprung

1. DX. Keperawatan 1 : Resiko mencederai diri sendiri/orang lain berhubungan

dengan halusinasi pendengaran

TUK 1 : Tercapai karena klien mampu membina hubungan saling percaya

TUK 2 : Tercapai karena klien dapat mengenal halusinasinya

TUK 3 : Masalah teratasi dimana klien dapat mengontrol halusinasinya

TUK 5 : Masalah teratasi dimana klien dapat memanfaatkan fasilitas obat

untuk mengontrol

2. DX Keperawatan 2. perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

berhubungan dengan menarik diri.

TUK 1 : Masalah teratasi karena klien dapat membina hubungan saling

percaya

TUK 2 : Tercapai karena klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan

perilaku menarik diri.

TUK 3 : Masalah teratasi dimana klien dapat menilai kemampuan

Pada TUK 4, TUK 5, TUK 6 masalah tidak teratasi klien tidak diberi asuhan

keperawatan karena keterbatasan waktu pada penulis.

Diagnosa 3 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

TUK 1 : Masalah teratasi dimana klien dapat mengidentifikasi kemampuan

yang dimiliki klien.

TUK 2 : Masalah teratasi dimana klien dapat menilai kemampuan

Page 40: hirsprung

Pada TUK 3, TUK 4, TUK 5 masalah tidak teratasi klien tidak diberikan asuhan

keperawatan karena keterbatasan waktu pada penulis.

Diagnosa 4 : Gangguan pemenuhan kesehatan berhubungan dengan defisit perawat

diri.

TUK 1 : Masalah teratasi klien telah mengenal tentang pentingnya

pengendalian diri

TUK 2 : Masalah teratasi dimana klien mau melakukan usaha keberhasilan

diri secara bertahap.

TUK 3 : Masalah teratasi dimana klien dapat melakukan kebersihan perawatan

diri secara mandiri.

TUK 4 : Masalah teratasi dimana klien dapat mempertahankan diri secara

mandiri.

Page 41: hirsprung

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan terhadap klien dengan

masalah utama perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran di ruang

Singgalang Rumah Sakit Jiwa Medan, maka penulis membuat kesimpulan.

5.1 Kesimpulan

- Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra dalam

skizofrenia

Page 42: hirsprung

- Secara umum hal – hal yang dijumpai pada klien dengan halusinasi pendengaran

adalah merusak diri sendiri, orang lain, tidak dapat membedakan hal nyata dan

tidak nyata, menarik diri, sehingga perlu adanya pendekatan serta kontak mata

dimana guna tercapainya hubungan yang terapeutik.

- Masalah utama halusinasi pendengaran pada kasus yang dapat dijumpai resiko

tinggi mencederai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi

pendengaran dapat tercapai pada TUK 1, TUK 2, TUK 3, dan TUK 5.

Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri dapat teratasi pada TUK 1, TUK 2.

Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah dapat

teratasi pada TUK 1, TUK 2.

Gangguan pemenuhan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan diri

dapat teratasi dengan tercapainya semua TUK .

5.2 Saran

- Karena keterbatasan waktu, maka penulis menginginkan kerja sama dengan

perawat di ruang Singgalang untuk melanjutkan rencana tindakan yang belum

tercapai.

- Kepada perawat ruangan Singgalang yang merawat klien dengan masalah utama

perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran diharapkan menjaling kerja

sama yang baik dengan tenaga medis lain dalam memberikan intervensi yang bagi

Page 43: hirsprung

klien dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien dengan

gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Guze Barry. M.D, (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Hawary Dadang. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia, Jakarta: FKUI

http/ www.SinarHarapan.com .(2001). Menelusuri Halusinasi Pendengaran Penderita Schizoph.

http/www.Digitized by USU Digital Library. (2004), Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran.

Keliat. B.A. dkk. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa di Sajikan dalam Pelatihan Askep Keperawatan pada Klien dengan

Page 44: hirsprung

Gangguan Jiwa di RSJD. Dr. Amino Gondohutomo. Tanggal 20 – 22 November 2004, Semarang.

Maramis. W.E. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Air langga University Press

Maslim. R. (1997). Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : FKUI

Rasmun. (1997). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. Edisi 1. Jakarta

Stuart. G.W. Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC

Townsend, Mary. (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: EGC