HIPERURISEMIA DAN GOUT - · PDF fileginjal kronik/gagal ginjal, dehidrasi, diabetes insipidus,...
-
Upload
trinhnguyet -
Category
Documents
-
view
238 -
download
1
Transcript of HIPERURISEMIA DAN GOUT - · PDF fileginjal kronik/gagal ginjal, dehidrasi, diabetes insipidus,...
2
Model Hewan untuk Gout
HIPERURISEMIA DAN GOUT
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam
urat darah di atas normal. Asam urat merupakan hasil akhir metabolisme purin
dalam tubuh. Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara
pembentukan dan degradasi nukleotida purin serta kemampuan ginjal dalam
mengekskresikan asam urat. Apabila terjadi kelebihan pembentukan (over-
production) atau penurunan ekskresi (underexcretion) atau keduanya maka
akan terjadi peningkatan konsentrasi asam urat darah yang disebut dengan
hiperurisemia (Johnstone, 2005; Nurcahyanti dan Munawaroh, 2007; Hidayat,
2009; Wisesa dan Suastika, 2009). Secara biokimiawi akan terjadi
hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat pada serum yang melewati ambang
batasnya. Patokan untuk menyatakan keadaan hiperurisemia adalah kadar
asam urat >7 mg% pada laki- laki dan >6 mg% pada perempuan (Hidayat,
2009). Sedangkan menurut Vazquez-Mellado et al. (2004), dikatakan hiperuri-
semia bila asam urat serum >7 mg/dl (>0,42 mmol/l) pada laki-laki dan >6,5
mg/dl (>0,387 mmol/l) pada perempuan. Sementara kadar asam urat normal
pada laki-laki adalah 5,1±1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah 4,0±1,0 mg/dl
(Sunkureddi et al., 2006).
Sedangkan gout (pirai) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keadaan penyakit yang berkaitan dengan hiperurisemia. Gout
didefinisikan sebagai suatu sindrom yang disebabkan oleh respon peradangan
terhadap deposisi kristal monosodium urat. Gout merupakan diagnosis klinis
sedangkan hiperurisemia adalah kondisi biokimia (Johnstone, 2005). Menurut
3
Model Hewan untuk Gout
Hidayat (2009), manifestasi klinis deposisi kristal monosodium urat meliputi
artritis gout, akumulasi kristal di jaringan yang merusak tulang (tofi), batu urat,
dan nefropati gout.
2.1. Etiologi
Menurut Vazquez-Mellado et al. (2004), kadar asam urat pada serum
dan hiperurisemia merupakan interaksi multifaktor antara faktor jenis kelamin,
umur, genetik, dan lingkungan.
1. Faktor Jenis Kelamin dan Umur. Kadar asam urat pada serum
cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia pada laki-laki
dan pada wanita peningkatan tersebut dimulai sejak masa menopouse.
Hiperurisemia umum pada populasi yang telah berumur dan jarang pada
anak-anak dan perempuan muda; pada perempuan yang lebih tua,
kasus hiperurisemia diduga disebabkan karena pengaruh dari
berkurangnya estrogen.
2. Faktor Genetik. Pengaruh keturunan terhadap asam urat serum
diduga sekitar 40%. Faktor genetik dapat berkontribusi terhadap
prevalensi hiperurisemia yang tinggi pada beberapa kelompok etnik
tertentu.
3. Faktor Lingkungan. Kadar asam urat pada serum bervariasi pada
banyak keadaan: obesitas, diet, konsumsi alkohol, dan berbagai obat-
obatan. Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang tidak berpengaruh
terhadap kadar asam urat serum pada individu yang sehat, tetapi pada
4
Model Hewan untuk Gout
panderita hiperurisemia atau gout, jumlah dan periode konsumsi alkohol
menentukan kadar asam urat serum dan serangan gout.
Lebih lanjut Vazquez-Mellado et al. (2004) menyatakan bahwa
kebanyakan penderita hiperurisemia atau gout (80-90%) adalah karena
penurunan ekskresi asam urat. Secara klasik, hiperurisemia berkaitan dengan
gout dan lithiasis. Sebanyak 18,8% penderita hiperurisemia akan berkembang
menjadi gout dalam 5 tahun berikutnya, dimana faktor risiko yang
mempengaruhinya adalah konsumsi alkohol, diuretik, dan obesitas.
Menurut Hidayat (2009), penyebab hiperurisemia sebagai suatu proses
metabolik yang dapat menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi
penyebab primer, penyebab skunder, dan idiopatik. Penyebab primer berarti
bukan karena penyakit atau sebab lain, berbeda dengan penyebab skunder
yang didapatkan adanya penyebab yang lain, baik genetik maupun metabolik.
Pada 99% kasus gout dan hiperurisemia dengan penyebab primer, ditemukan
kelainan molekuler yang tidak jelas (undefined) meskipun diketahui adanya
mekanisme underexcretion pada 80-90% kasus dan overproduction pada 10-
20% kasus.
Kelompok hiperurisemia dan gout skunder, dapat melalui mekanisme
overproduction, seperti gangguan metabolisme purin pada defisiensi enzim
glucose-6-phosphatase atau fructose-1-phospate aldolase (Weselman dan
Agudelo, 2002; Hidayat, 2009). Hal yang sama juga terjadi pada keadaan
infark miokard, penyakit hemolisis kronis, polisitemia, status epileptikus,
psoriasis, asupan makanan yang mengandung purin tinggi, terapi sitolitik,
asidosis, latihan ekstrim, keganasan mieloproliferatif dan limfoproliferatif; yang
5
Model Hewan untuk Gout
meningkatkan pemecahan ATP dan asam nukleat dari inti sel (Johnstone,
2005; Luk dan Simkin, 2005; Hidayat, 2009).
Menurut Vazquez-Mellado et al. (2004), kandungan purin yang tinggi
ditemukan pada produk makanan dan minuman berikut:
1. Daging (daging sapi, daging babi, juga daging ayam dan kalkun).
Kandungan purin tidak hanya tergantung pada hewan sumbernya tetapi
juga tergantung pada cara penyajiannya, misalnya kandungan purin
pada daging iga berbeda dan bervariasi jika daging direbus atau
dipanggang. Pada daging unggas dan ikan, kandungan purin lebih tinggi
ditemukan pada kulitnya.
2. Ikan (tidak semua, tetapi pada beberapa daging ikan seperti sarden dan
tuna) dan juga pada seafood (kerang, siput).
3. Beberapa sayuran, seperti buncis, asparagus, bayam spinach, dan
jamur.
4. Semua minuman beralkohol, terutama bir.
5. Jeroan, terutama ampela dan ginjal.
Mekanisme underexcretion dapat ditemukan pada keadaan penyakit
ginjal kronik/gagal ginjal, dehidrasi, diabetes insipidus, peminum alkohol,
myxodema, hiperparatiroid, ketoasidosis, dan keracunan berilium. Selain itu
juga dapat terjadi pada pemakaian obat seperti diuretik, salisilat dosis rendah,
pirazinamid, etambutol, dan siklosporin (Weselman dan Agudelo, 2002;
Johnstone, 2005; Luk dan Simkin, 2005; Hidayat, 2009).
6
Model Hewan untuk Gout
Penyebab hiperurisemia dirangkum oleh Weselman dan Agudelo (2002)
seperti tersaji pada Tabel 1.
Table 1. Causes of hyperuricemia
Inherited enzyme defects: Glucose-6-phosphatase deficiency Hypoxanthine-guanine phosphoribosyltransferase deficiency Phosphoribosylpyrophosphate synthetase overactivity Myeloproliferative or lymphoproliferative diseases Hypertension Diabetic ketoacidosis Lactic acidosis Intrinsic renal disease Other Malignancies Alcohol use (including lead-contaminated moonshine) Obesity Drugs: Diuretics Low-dose salicylates Pyrazinamide Levodopa Cytotoxic drugs
Cyclosporine
2.2. Epidemiologi
Angka kejadian hiperurisemia di masyarakat berdasarkan berbagai
kepustakaan barat sangat bervariasi, diperkirakan antara 2,3-17,6%. Besarnya
angka kejadian hiperurisemia pada masyarakat Indonesia belum diketahui
secara pasti. Penelitian lapangan yang dilakukan pada penduduk Kota
Denpasar, Bali mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2% (Wisesa
dan Suastika, 2009). Sementara menurut Vazquez-Mellado et al. (2004),
hiperurisemia terjadi pada 5-30% populasi umum, dan prevalensi dapat lebih
tinggi pada beberapa kelompok etnik tertentu. Prevalensi hiperurisemia
belakangan ini menunjukkan peningkatan di seluruh dunia, diduga karena
peningkatan prevalensi hipertensi dan penggunaan obat-obatan.
Kejadian gout bervariasi antara 0,16-1,36% (Wisesa dan Suastika,
2009). Sedangkan menurut data yang dikemukan oleh Johnstone (2005),
7
Model Hewan untuk Gout
prevalensi gout bervariasi dari 0,2% di Eropa dan Amerika Serikat sampai 10%
pada laki-laki dewasa pada populasi Maori di Selandia Baru. Hiperurisemia
dan gout umum dijumpai pada penduduk Filipina, Samoan, Maori, dan
penduduk di daerah Pasifik Selatan lainnya. Hal tersebut diduga karena
asupan makanan yang tinggi purin seperti ikan laut dan faktor genetik (Luk dan
Simkin, 2005).
Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat
darah >9 mg%, 0,5% pada kadar 7-8,9 mg%, dan 0,1% pada kadar <7 mg%.
Insidensi kumulatif gout mencapai angka 22% setelah 5 tahun, pada kadar
asam urat >9 mg% (Hidayat, 2009).
Menurut Johnstone (2005), lebih dari setengah jumlah pasien yang
didiagnosis menderita gout adalah pasien yang teratur mengkonsumsi alkohol.
Gout jarang sekali terjadi pada anak-anak dan wanita premenopous, dan tidak
umum terjadi pada laki-laki yang berumur di bawah 30 tahun. Kejadian tertinggi
terjadi pada laki-laki berumur antara 40-50 tahun dan berumur lebih dari itu
pada wanita.
2.3. Patogenesis
Menurut Choi et al. (2005), jumlah urat di dalam tubuh sangat tergantung
pada keseimbangan antara asupan makanan, sintesis, dan laju ekskresi.
Hiperurisemia terjadi karena urat diproduksi berlebihan (10%), penurunan
ekskresi (90%), atau sering merupakan kombinasi keduanya. Sejalan dengan
itu, Choi et al. (2005) dan Hidayat (2009) juga menyatakan bahwa kadar asam
urat dalam serum merupakan hasil keseimbangan atara produksi dan sekresi.
8
Model Hewan untuk Gout
Ketika terjadi ketidakseimbangan kedua proses tersebut maka terjadi keadaan
hiperurisemia, yang menimbulkan hipersaturasi asam urat, yaitu kelarutan
asam urat pada serum melewati ambang batas, sehingga merangsang
timbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai
tempat/jaringan.
Patogenesis gout dimulai ketika terjadi kristalisasi urat pada persendian,
bursa, atau tendon. Selanjutnya mengakibatkan terjadinya peradangan yang
dengan cepat mengakibatkan munculnya rasa sakit, bengkak, dan panas
(Mandel dan Simkin, 2007). Pada jaringan, pembentukan kristal monosodium
urat dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama ditentukan oleh konsentrasi
urat di tempat pembentukan kristal tersebut (Johnstone, 2005; Richette dan
Bardin, 2010). Kelarutan urat pada cairan sendi tergantung pada keadaan
hidrasi persendian, temperatur, pH, konsentrasi kation, dan adanya protein
matriks ekstraselular seperti proteoglikan, kolagen, dan kondroitin sulfat
(Richette dan Bardin, 2010). Temperatur yang lebih rendah pada persendian
perifer (tangan dan kaki) menurunkan kelarutan sodium urat. Hal tersebut
dapat menjelaskan kenapa kristal monosodium urat mudah diendapkan pada
kedua tempat tersebut (Choi et al., 2005; Hidayat, 2009). Predileksi
pengendapan kristal monosodium urat adalah pada metatarsofalangeal-1
berhubungan dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut
(Hidayat, 2009). Penurunan jumlah cairan pada persendian, misalnya dehidrasi
yang terjadi pada malam hari, mengakibatkan serangan gout akut (Choi et al.,
2005).
9
Model Hewan untuk Gout
2.4. Gambaran Klinik
Gout terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang
mencapai tahap akhir. Keempat tahap tersebut adalah hiperurisemia
asimptomatis, serangan akut, periode interkritikal, dan gout tingkat lanjut atau
chronic tophaceous gout (Sunkureddi et al., 2006; Konshin, 2009).
A. Hiperurisemia asimptomatik
Hiperurisemia asimptomatik adalah suatu keadaan dimana kadar
asam urat di atas normal tanpa adanya manifestasi klinik gout.
Hiperurisemia asimptomatik akan berkembang menjadi gout apabila
penderita mengalami hiperurisemia asimptomatik dalam beberapa tahun.
B. Serangan akut
Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada
cairan sinovial. Menurut Sunkureddi et al. (2006), Konshin (2009), dan
Hidayat (2009), serangan gout akut yang pertama pada umumnya
berupa artritis monoartikuler dengan predileksi metatarsofalangeal-1
yang biasa disebut podagra (Gambar 1). Serangan berikutnya dapat
menjadi poliartikuler, dapat menyerang pergelangan kaki, lutut, dan
persendian pada tangan.
Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat
akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan
monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah, dan hangat, disertai
keluhan sistemik berupa demam, menggigil, dan merasa lelah, disertai
lekositosis dan peningkatan laju endap darah.
10
Model Hewan untuk Gout
Gambar 1. Kebengkakan dan kemerahan pada podagra (Konshin, 2009)
Gambaran radiologis hanya berupa pembengkakan pada jaringan
lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam
bahkan tanpa terapi sekalipun.
C. Stadium interkritikal
Periode di antara serangan akut dikenal dengan periode
interkritikal. Kadar asam urat pada periode ini tetap tinggi, dan serangan
gout dapat terjadi setiap saat. Walaupun tidak muncul simptom,
kerusakan pada jaringan tetap terjadi (Konshin, 2009). Selama periode
ini dapat terbentuk tofi, deposit kristal urat dapat membentuk tofi yang
sangat besar. Biasanya tofi terbentuk pada bagian tubuh yang
temperaturnya agak rendah, tetapi dapat juga terbentuk dimana saja,
bahkan di jantung dan organ internal lainnya (Konshin, 2009; Richette
dan Bardin, 2010).
11
Model Hewan untuk Gout
D. Gout tingkat lanjut atau chronic tophaceous gout
Pada tahap ini terjadi kerusakan persendian, dan bahkan
persendian mengalami kehancuran total oleh adanya deposit kristal
monosodium urat, terjadi kerusakan yang ekstensif dan permanen
(Konshin (2009).
Gambar 2. Tangan pasien yang mengalami gout tingkat lanjut (Konshin, 2009)
Gambar 3. Tangan penderita gout kronis, erosi pada persendian metacarpophalangeal kedua (Sunkureddi et al., 2006)
12
Model Hewan untuk Gout
Menurut Hidayat (2009), sekitar 20-40% penderita gout minimal
mengalami albuminuria sebagai akibat gangguan fungsi ginjal. Terdapat
tiga bentuk kelainan ginjal yang diakibatkan hiperurisemia dan gout,
yaitu:
1. Nefropati urat, yaitu deposisi kristal urat pada interstitial medulla dan
pyramid ginjal, merupakan proses yang kronis, ditandai oleh adanya
reaksi sel giant di sekitarnya.
2. Nefropati asam urat, yaitu presipitasi asam urat dalam jumlah yang
besar pada duktus kolektivus dan ureter, sehingga menimbulkan
keadaan gagal ginjal akut. Disebut juga sindrom lisis tumor dan sering
didapatkan pada pasien leukemia dan limfoma pascakemoterapi.
3. Nefrolitiasis, yaitu batu ginjal yang didapatkan pada 10-25% dengan
gout primer.
2.5. Diagnosis
Diagnosis definitif/gold standard kasus gout dibuat dengan
pemerikasaan menggunakan mikroskop terpolarisasi, yaitu dengan
ditemukannya kristal monosodium urat pada cairan sendi atau tofi (Pascual et
al., 1999; Weselman dan Agudelo, 2002; Johnstone, 2005; Sunkureddi et al.,
2006; dan Hidayat, 2009; Richette dan Bardin, 2010). Pada saat terjadi
serangan gout akut, sebagain besar penderita mengalami hiperurisemia,
sedangakan sedikit penderita memiliki kadar asam urat pada tingkat normal.
Sehinga tidak dibutuhkan keadaan dengan kadar asam urat yang tinggi untuk
menegakkan diagnosis gout akut (Sunkureddi et al., 2006).
13
Model Hewan untuk Gout
Pascual et al. (1999) menyatakan bahwa, sebagai akibat dari
hiperurisemia; kristal monosodium urat terbentuk pada persendian, tetap ada
selama terjadi hiperurisemia, dan dapat ditemukan pada cairan sinovial setiap
saat. Tetapi apabila kadar asam urat pada serum menurun menjadi normal,
kristal monosodium urat secara perlahan-lahan akan terlarut dan akhirnya tidak
ditemukan lagi pada persendian.
Gambar 4. Kristal monosodium urat pada cairan tofi, dengan mikroskop terpolasisasi (Richette dan Bardin, 2010)
2.6. Penanganan
Tujuan penanganan gout adalah menghentikan serangan akut secepat
mungkin, mencegah memburuknya serangan dan mencegah efek jangka
panjang (kerusakan sendi, kerusakan organ terkait, misalnya ginjal), dan
menurunkan kadar urat serum pada pasien (Mandel dan Simkin, 2007;
Johnstone, 2005; Hidayat, 2009).
Edukasi kepada penderita untuk mengendalikan kadar asam urat jangka
panjang dan perubahan gaya hidup memainkan peran yang penting dalam
mencegah serangan gout. Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk
14
Model Hewan untuk Gout
mengurangi kadar asam urat, meliputi: mengurangi berat badan (bagi yang
kelebihan berat badan), mengurangi konsumsi alkohol, menghindari makanan
dan minuman yang dapat memicu terjadinya gout (makanan yang mengandung
purin tinggi), meningkatkan konsumsi air, dan menghindari penggunaan obat
yang dapat memicu gout (Johnstone, 2005).
Penanganan gout dengan obat dilakukan untuk menangani serangan
akut, mencegah serangan selanjutnya, dan penatalaksanaan chronic
tophaceous gout (Johnstone, 2005). Terapi serangan akut dapat menggunakan
kolkisin, obat anti inflamasi non-steroid (NSAIDs), dan/atau steroid (Weselman
dan Agudelo, 2002; Mandel dan Simkin, 2007).