HIPERTENSI EMERGENCI
-
Upload
shara-yuppy -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of HIPERTENSI EMERGENCI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi seringkali disebut sebagai silent killer karena kadangkala tidak
muncul gejala apapun sampai terjadi kerusakan organ vital yang berat.seperti
misalnya stroke, aneurisma, gagal jantung, dan kerusakan ginjal .Apabila
kerusakan target organ tersebut disertai dengan peningkatan tekanan darah yang
tinggi yang berlangsung cepat dan tiba-tiba maka para ahli menyebutnya sebagai
hipertensi emergensi.(1)
Di Amerika Serikat insidensinya lebih tinggi dikalangan orang kulit hitam
setelah usia remaja. Dari 60 juta penduduk Amerika yang menderita hipertensi,
75% diantaranya adalah hipertensi tidak terkontrol dan 1-2% pernah mengalami
hipertensi krisis. Hipertensi Emergensi adalah merupakan bagian dari hipertensi
krisis yang jarang dijumpai , tetapi memerlukan penurunan tekanan sesegera
mungkin agar terhindar dari kematian maupun komplikasi seperti : Infark
cerebral 34%, edema pulmo akut 23%, dan encephalopaty hipetensi 16%. bila
kondisi ini dapat diatasi dengan cepat dan tepat biasanya kerusakan pada target
organ bisa dicegah.(2)
Morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler meningkat sejalan dengan
meningkatnya tekanan darah sistolik dan diastolic tetapi pada individu yang
berusia lebih dari 50 tahun tekanan darah sistolik merupakan predictor komplikasi
yang lebih baik. Pada penelitian oleh 18.700 dokter, peningkatan tekanan darah
sistolik perbatasan ( 140-159 mmHg ) berhubungan dengan peningkatan kejadiaan
stroke sebanya 42 % dan kematian kardiovaskuler 56 %. (3)
A.I. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
pengelolaan / penatalaksanaan hipertensi emergensi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Hipertensi emergency adalah Adanya peningkatan tekanan darah yang
cepat dalam waktu singkat , dengan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 130
mmhg, dimana penurunan tekanan darah tersebut harus dilakukan secepat
mungkin ( dalam hitungan menit ) untuk menghindari resiko morbiditas yang
serius atau kematian. Hipertensi emergensi menyebabkan hubungan antara
tekanan darah dan kerusakan organ sering jelek. Kerusakan organ targetlah yang
menjadi penentu keseriusan emergensi penyakit dan pendekatan terapi.(2)(6)
II. Etiologi
Disebabkan oleh :
- 90 % disebabkan oleh hipertensi essential (belum diketahui sebabnya )
- Vasokonstriksi humoral peningkatan mendadak pada RAA
- Peningkatan yang hebat dari tekanan darah atau berkurangnya
kemampuan autoregulasi tubuh.
- Injury endothelial dan nekrosis fibrinoid dari arteriola
- Iskhemia yang merupakan jawaban terhadap vasokonstriksi.(4)
III. Patofisiologi
Terjadinya kerusakan pada target organ :
1. JANTUNG
Pada Hipertensi kronis tekanan dalam aorta menjadi tinggi, karena
perubahan-perubahan vaskuler dengan demikian afterload juga akan lebih besar
dan ini berarti bahwa tegangan dinding menjadi lebih besar selama miokard
berkontraksi. Sehingga pada hipertensi kronis terdapat presure overload pada
ventrikel kiri dan lambat laun mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri.
2
Pada awalnya terjadi hipertrofi konsentris dari ventrikel kiri sampai batas
kritisnya mencapai 500 gram. Jumlah serat-serat otot jantung bertambah dan juga
menjadi lebih tebal dan lebih panjang (hiperplasia). Apabila batas kritis ini telah
dilampaui sedangkan beban afterload tetap masih meninggi , maka daya kontraksi
jantung kurang dapat mengimbangi curah jantung yang diperlukan dengan
demikian terjadi peninggian residual volume dalam ventrikel kiri sehingga
menyebabkan bertambahnya preload. Dalam keadaan demikian otot jantung
menjadi lebih meregang dan lapisan otot menjadi lebih tipis dan terjadi bagian-
bagian yng nekrotik. Pada tahap ini mulai keadaan insufisiensi jantung dan dan
dipercepat lagi prosesnya dengan insufisiensi koroner pada keadaan tersebut.
Perubahan tersebut diikuti oleh peninggian metabolisme serat miokard
yang memerlukan peninggian konsumsi oksigen serta perubahan struktur faal dari
serat miokard dan akhirnya terjadi hipertrofi miokard dan insufisiensi koroner
serta sklerosis koroner.
Selain itu untuk mempertahankan kardiak output atau stroke volume
adalah dengan meningkatkan pengisian darah dengan kata lain terjadi kenaikan
preload yang dilihat dari volume overload pada ventrikel kiri yang antara lain
dapat dilihat dari bertambahnya volume darah sirkulasi yang mengakibatkan
terjadinya dilatasi ventrikel kiri.
70% dari kenaikan volume intravaskuler terdapat dalam vena sistemik.
Perubahan tonus atau distensibilitas vena dan tonus sistem arterial menimbulkan
perubahan keseimbangan distribusi darah.
Kenaikan tonus vena perifer menyebabkan lebih banyak darah mengalir
ke dalam jantung sehingga akan meningkatkan preload dan meninggikan stroke
volume atau kardiak output. Peninggian tekanan darah sistemik akan
menyebabkan kenaikan impedance pada sistolik run off dari ventrikel kiri atau
resistensi perifer yang menyebabkan afterload dan kenaikan tegangan dinding dari
bentrikel kiri sehingga akan turut mempertahankan curah jantung dengan
menambah kekuatan kontraksi miokard.
3
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pre maupun after load
kedua-duanya berubah-ubah menyuesuakan besarnya curah jantung pada kenaikan
masa miokard dan jumlah volume darah sirkulasi.(2)(7)(10)
2. GINJAL
Pada penyakit endokrin sindrom Conn (hiperaldosteronisme)
feokromasitoma dan sindrom Cushing jelas terlihat bahwa faktor renin,
hiperaldoteronisme dan katekolamin yang menyebabkan terjdinya hipertensi.
Hipertensi oleh karena ginjal ( kerusakan parenkim dan stenosis arteri
renalis sekarang dapat diterangakan dengan lebih jelas melalui faktor-faktor:
1. Ginjal yanag menghasilkan renin.
2. Ginjal berfungsi mengontrol garam Na dan air
3. Ginjal menghasilkan prostaglandin yaitu hormon vasodepresor.
Sistem renin-angiotensin adalah suatu sistim yang rumit dan berkaitan
dengan sistem lain misalnya dipengaruhi oleh perangsangan saraf simatis ginjal
kekurangan deplesi kalium dan juga dikontrol oleh sistem reseptor adrenergik
Prostaglandin sebagai salah satu faktor dimana finjal mempengaruhi
tekanan darah , mekanisme ketiga, karena prostaglandin-suatu asam lemak yang
dihasilkan finjal yaitu PGE,dan PGA diduga menyebabkan vasodilatasi arteri
perifer, dan mempengaruhi reabsorbsi air dan natrium dengan cara
meredistribusikan aliran darah di dalam ginjal.(2)(8)
3. OTAK
Pengaturan aliran darah ke otak antara lain dicapai melalui mekanisme
autoregulasi dengan jalan mengubah tahanan pada pembuluh darah arteriol . Bila
misalnya tekanan darah menaik arteriol akan menciut dan bila tekanan darah
menurun maka pembuluh darah arterolakan melebar. Autoregulasi ini dapat
terganggu atau hilang sama sekali bila terjadi iskemia. Dalam hal demikian aliran
darah secara pasif bergantung kepada besarnya tekanan darah.Gangguan
autoregulasi ini terutama pada fase akut iskemia otak. Dengan demikian penting
untuk mempertahankan tekanan darah pada tingkat normal pada penderita dengan
4
infark uang baru. Ada yang menganjurkan untuk menimbulkan hipertensi sebagai
pengobatan pada iskemia atau infark akan tetapi peninggian tekanan darah di atas
yang biasa dapat berbahaya, karena perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah
yang sudah melemah akibat iskemia.
aliran darah ke suatu organ bergantung pada tekanan perfusi dan tahanan
setempat. Tekanan perfusi ialah tekanan uang mencampakkan atau mendorong
darah ke suatu organ. Bagi otak tekanan perfusi ialah selisih antara tekanan darah
arterial sistemik dengan tekanan darah vena serebral. Aliran darah ke otak
sebanding dengan tekanan perfusi dan berbanding terbalik dengan tahanan
vaskular di otak.
Perubahan pada dinding pembuluh darah dapat mempengaruhi aliran
darah secara lokal atau umum. Perubahan paling penting adalah aterosklerotik.
Trombus dapat terbentuk pada plaque aterosklerotik emboli dapat tersangkut pada
pembuluh darah yang telah menyempit karena aterosklerotik. Kepingan emboli
dapat berasal dari daerah yang aterosklerosis. Keadaan ini dapat mengurangi
aliran darah di sebelah distal daripada oklusi atau keadaan ini dapat mengurangi
aliran darah di sebelah distal daripada oklusi atau stenosis dan dapat
mengakibatkan terjadinya iskemia atau infark. Suatu oklusi tidak selalu diikuti
oleh infark secara langsung namun bila kemudian terdapat pula kelainan lain
misalnya tekanan perfusi menurun atau sirkulasi kolateral menurun
kemampuannya maka dapatlah terjadi iskemia atau infark.
Bila seseorang menderita oklusi pada salah satu arteri misalnya arteri
karotis interna maka didapatkan bermacam-macam kemungkinan yaitu :
-. Ia mungkin tidak mengalami kekurangan apa-apa
-. Ia mungkin menderita infark ringan atau yang luas
-. Ia mungkin menderita gangguan neurologik sepintas yang kemudian pulih
kembali.
Kemungkinan –kemungkinan ini dipengaruhi oleh banyak faktor
diantaranya faktor sirkulasi kolateral. Sirkulasi kolateral dapat didefibisikan
sebagai sirkulasi cadangan sekunder yang terdapat di seluruh jaringan sirkulasi
dan merupakan mekanisme pertahanan trhadap kegagalan pembuluh darah primer.
5
Akibat hipertensi yang menahun dapat mempercepat terjadinya
atrosklerosis yang menyebabkan rusaknya keutuhan intuma yang dapat
merupakan tempat terbentuknya trombus.
Trombus dapat mengakibatkan sumbatan pada pembuluh darah atau
kepingan dari trombus dapat melepas sebagai emboli. Aterosklerosis dapat pula
mengakibatkan stenosis uang memperkecil lumen pembuluh darah. Kelainan ini
merupakaa dasar daripada infark serebri.
Juga didapatkan korelasi yang tinggi antara hipertensi dengan perdarahan
di otak. Kelainan vaskuler yang mendasari perdarahan serebral ialah
arteriosklerosis, yang disebut juga sebagai hialinosis. Hialinosis biasanya terjadi
pada pembuluh darah yang berlumen 200 mu atau yang lebih kecil dan jarang
sekali pada pembuluh darah yang lebih besar. Pada daerah ini terlihat hyaline balls
(mikroaneurisma).
Penderita hipertensi kronik mengalami perubahan degeratif pada otot dan
jaringan elastik dinding pembulug daragnya. Perubahan ini lebih nyata di cabang
yang menembus dari arteria serebri media yang mendarahi nukleus lentikularis
dan kapsula interna dan didapatkan makroaneurisma yang disebut juga sebagai
aneurisma charcot Bouchard.Aneurisma ini dapat robek terutama bila kemudian
terjadi peninggian tekanan darah yang mendadak.
Robeknya dinding pembuluh darah arteri ini menyebabkan keluarnya
darah ke parenkim otak. Terjadilah destruksi jaringna otak sekitarnya. Disamping
itu darah ini dapat pula menguakkan jaringan saraf sepanjang traktus Gilroy dan
Meyer mengemukakan 70% perdarahan serebral di kapsula interna,20% di fossa
posterior dan 10% di tempat lain di hemisfer otak. Hipertensi ganas dapat
mengakibatkan terjadinya spasme dan konstriksi pembuluh darah di otak. Hal ini
mengurangi aliran darah sampai di bawah tingkat kritis dan terjadi llah
iskemia,edema dan infark otak.(2)(9)
6
IV. Klasifikasi dan manifestasi klinis Hipertensi Emergensi
A. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada usia > 18 tahun ( JNC VII, 2003 )
KlasifikasiTekanan sistolik
( mmHg )
Tekanan diastolik
( mmHg )
Normal <120 < 80
Pre Hipertensi 120 – 139 80 - 89
Stadium I 140 – 159 90 - 99
Stadium II 160 100
( JAMA, May, 21, 2003 – Vol. 289, No. 19 )
B. Manifestasi Klinis
Yang termasuk dalam hipertensi emergensi adalah sebagai berikut :
1. Ensefalopati Hipertensif
Kenaikan tekanan darah melampaui batas autoregulasi otak .Batas terendah
autoregulasi otak : 60 – 70 mmHg, pada hipertensi 120 mmHg. Batas tertinggi
adalah 150 mmHg pada normotensif, sedangkan pada hipertensi adalah adalah
200 mmHg. Dengan mengetahui batas di atas maka penurunan tekanan darah
secara drastis dihindari agar perfusi di otak tetap baik.
2. Perdarahan Intraserebral
Pecahnya sistem vaskularisasi intraserebral yang disebabkan terjadinya
perubahan degeneratif pembuluh darah, berlanjut menjadi anourisma karena
arteriosklerosis. Mekanisme lain terjadi karena nekrosis pembuluh darah otak,
trombosis multipel atau spasme pembuluh darah sebagai reaksi meningkatnya
tekanan darah secara tiba-tiba, gejala klinis berupa sakit kepala hebat mendadak
disertai penurunan kesadaran.
7
3. Diseksi Aorta Aneurysma Akut
Keadaan ini disebabkan meningginya tekanan darah maka perlu diturunkan
dengan cepat. Pada permulaan timbul robekan tunika intima yang melingkar atau
transversal sehinggga tumbul hematoma yang terus meluas lambat laun
mengakibatkan pecahnya aorta secara mendadak.
4. Feokromasitoma
Kenaikan tekanan darah terjadi karena banyak katekholamine dikeluarkan
oleh feocromacytoma suatu tumor jaringan chromaffin sering terdapat pada
medula adrenalis dan ditempat lain seperti bifurcatio aortae dan fanglia simpatik
abdominal dan thorakal. Keadaan ini diakibatkan juga adanyabahan makanan
yang mengandung tyramin ( keju, hati ayam, anggur) atu simpatomimetik
(efedrin, amfetamine) djumpai pada penderita dengan ingibitor monoamine
oxidase dan pada withdrawal karena chlonidine ( Becker 1979,Stumpe 1978)
5. Eklamsia
Hipertensi selama kehamilan merupakan salah satu penyulit kehamilan yang
ditandai dengan edema tungkai, hipertensi berat kesadaran menurun kejang, dan
proteinuria. Hipotesis yang mendukung Kearah terjadinya pelepasan renin dari
uterus dan meningkatnya sensitifitas terhadap angiotensin.
6. Gagal Jantung kiri akut
Dikarenakan ketidakmampuan jantung (ventrikel kiri) memompa darah
keseluruh tubuh guna memenuhi kebutuhan jaringan walaupun aliran balik
cukup,sehingga menimbulkan respon saraf simpatis dan neurohumoral.
Mekanismenya dapat dijelaskan sebagai berikut : Peningkatan tahanan vaskuler
perifer akibat tekanan darah yang tinggi sehingga terjadi peningkatan afterload di
ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri berakibat disfungsi ventrikel kiri, sehingga
menyebabkan terjadi retensi air dan garam.
8
7. Nefropati hipertensi
( hematuria, proteinuria, dan disfungsi ginjal progresif akibat nekrosis
arteriola dan hiperplasi intima dari arteri interlobuler )
8. Oedema Paru
Oedema paru akut merupakan tanda dari gagal jantung kiri ( oleh dari
berbagai sebab misalnya : insufisiensi mitral, HHD, Coronari arteri diseases )
sehingga terjadi peninggian tekanan dikapiler paru,.
C. Gejala Klinis :
Keluhan yang timbul sesuai dengan komplikasinya atau organ sasaran yang
terkena, misalnya :
1. Gagal jantung, berupa sesak nafas, lekas capai, sukar tidur dengan satu
bantal, dan sering berdebar-debar. dapat berupa sakit dada ( angina
pektoris )
2. Otak, mungkin pernah mengalami kesukaran berbicara, pusing, atau
pernah mengalami kelemahan organ gerak.
3. Ginjal, dapat berupa keluhan kencing ( kurang atau sering )
Tetapi dari beberapa hal tersebut diatas gejala yang paling utama adalah kenaikan
tensi darah sesuai dengan ketentuan diatas.dan tanda lain dari komplikasi yang
ada.
9
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Electrolit dan creatinin
b. Dipstick urinalisis untuk mendeteksi adanya hematuria, atau proteinuria
c. Microscopik urinalisis
d. Test kehamilan dan test endokrin
e. Chest x-ray – untuk mengetahui adanya CHF, Pulmonary edema, dan
coarctation aorta.
f. Head CT- Scan untuk mengetahui adanya intracranial bleeding, edema, atau
infark.
g. Chest CT-scan, transesophagal echo,atau, aortic angiogram. untuk
mengetahui adanya kelainan klinik dari aorta diseksi.
h. Electrocardiogram (ECG ) – mengetahui adanya ischemic atau infark. (5)
VI PENGOBATAN HIPERTENSI EMERGENCY
Tujuan pengobatan hipertensi emergency adalah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin. Penurunan tekanan darah secara cepat
mengandung resiko hipoperfusi otak, dianjurkan agar penurunan tekanan darah
diastolik jangan kurang dari 110 mmHg. Obat-obatan yang dipakai sebagai
berikut : (3)
10
Agen Aksi Dosis Onset Durasi Efek Samping Keterangan
Agen Parenteral ( intra vena, kecuali jika ada keterangan )
Nitrofusid Vasodilator 0,25-10 ug/kg/mnt Dlm dtik 3-5
menit
CNS;toksisitas
tiosianat dan
sianida terutama
dgn insufisiensi
renal dan
hepatik;
hipotensi
Paling efektif dan
mudah di titrasi.
Digunakan dengan
penghambat beta
pada diseksi aorta
Nitrogliserin Vasodilator 0,25-5 ug/kg/mnt 2-5 mnt 3-5 mnt Nyeri kepala,
mual bradikardi
Dapat tjd toleransi
terutama berguna
pada iskemic
miokard
Labetalol Penghamb
at alfa dan
beta
20-40 mg tiap 10
ment smpai
300mg;2mg mnt
infus
5-10
mnt
3-6 jam Hipotensi,
bronkospasmus,
bradikardi,henti
jantung
Hindari pada
pnderita gagal
jantung kongestif,
asma dpt
diteruskan peroral
Esmolol Penghamb
at beta
Loading 500
ug/kg slama 1
mnt rumatan 25-
200ug/kg mnt
1-2 mnt 10-30
mnt
Bradikardi, mual Hindari pada
penderita gagal
jantung congestif
asma, anti
hipertensi lemah
Nikardipin Penghamb
at saluran
kalsium
5 mg/jam dpt
meningkat sampai
1-2,5 mg/jam tiap
15 mnt sanpai 15
mg/jam
1-5 mnt 3-6 jam Hipotensi,takikar
di, nyeri kepala
Dpt mencetus
ischemic miokard
Enalaprilat Penghamb
at ACE
1,25 mg tiap 6
jam
15 mnt 6 jam
atau
lebih
Hipotensi
berlebihan
Bersifat adiktif dgn
diuretik
Furosemid Diuretik 10-80 mg 15 mnt 4 jam Hipokalemi, Tambahan utk
11
hipotensi vasodilator
Hidralazin Vasodilator 5-20 mg dpt
diulang setelah 20
mnt
10-30
mnt
2-6 jam Takikardi nyeri
kepala
Hindari pd pasien
artei koroner,
diseksi, jarang
digunakan kecuali
pada kehamilan
Diazoksid Vasodilator 50-150 mg
diulang dgn
interval 5-15 mnt
atau 15-30
mg/mnt per infus
maks 600 mg
1-2 mnt 4-24
jam
Hipotensi
berlebihan,
takikardi,
ischemic,mual
muntah nyeri
kepala,
hiperglikemia
Hindari pada pasien
arteri
koroner,diseksi.
Gunakan dgn
penghambat beta
dan diuretic (paling
jarang dipakai
kuno)
Trimethaph
an
Penghamb
at
ganglionik
0,5-5 mg mnt 1-3 mnt 10 mnt Hipotensi,
retensi urine,
henti nafas,
membebaskan
histamin
Berguna utk diseksi
aorta kecuali jk
jarang digunakan
Agen Oral
Nifedipin Penghamb
at saluran
kalsium
Awal 10 mg dpt
diulang setelah 30
mnt
15 mnt 2-6 jam Hipotensi
berlebihan,
takikardi, nyeri
kepala,angina,in
fark miokard,
stroke
Respon tidak dpt
diperkirakan
Klonidin Simpatolitik
sentral
0,1-0,2 mg ulang
0,1 mg tiap jam
sampai 0,8 mg
30-60
mnt
6-8 jam Sedasi Dpt terjadi rebound
Kaptopril Penghamb
at ACE
12,5-25 mg 15-30
mnt
4-6 jam Hipotensi
berlebihan
Fenoldopam Agonis 0,1-1,6 ug/kg/mnt 4-5 mnt <10 mnt Reflek akikardi, Dpt melindungi
12
resptor
dopamin
hipotensi,
kenaikan
tekanan intra
okuler
fungsi ginjal
BAB III
13
KESIMPULAN
Hipertensi emergency adalah Adanya peningkatan tekanan darah yang
cepat dalam waktu singkat , dengan tekanan diastolik lebih atau sama dengan 130
mmhg, dimana penurunan tekanan darah tersebut harus dilakukan secepat
mungkin ( dalam hitungan menit ) untuk menghindari resiko morbiditas yang
serius atau kematian
Tujuan awal terapi Hipertensi emergensi adalah mengurangi tekanan darah
tidak lebih dari 25 % ( dalam waktu beberapa menit sampai 1-2 jam ) dan
kemudian diarahkan pada tingkat 160/ 100 mmHg dalam waktu 2-6 jam.
Terapi hipertensi emergensi digunakan obat-obatan yang mempunyai
onset cepat, efektif, aman dan sedikit efek samping. Untuk hipertensi emergensi
diberikan secara intravena sedangkan hipertensi urgensi dapat diberikan obat-
obatan oral.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Anonim. Hiperternsi The Silent Killer Terus Mengintai. Dalam : Farmacia, Edisi Maret, Jakarta, 2002, hal: 7.
2. Price S., Wilson L. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku II, Edisi ke-IV, Cetakan Pertama, EGC, Jakarta, 1995, hal: 627-628.
3. Barry M. Massie .MD, Hypertensive Emergencies dalam Diagnosis dan Terapi Kedokteran ( Penyakit Dalam ), Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika, 2002, hal 380 – 420
4. Wasid H.A.: diktat Diagnosis fisik Kardiovaskular, Purwokerto, 2003, hal 1-6
5. Ferguson RK , et.al. : Hypertensive emergencies JAMA 2002 desember 30 at http://www.emedline.com
6. Tagor H. Hipertensi Essensial. Dalam: Buku Ajar Kardiologi, FKUI, Jakarta, 1998, hal: 203.
7. Mansjoer A., et.al. Krisis Hipertensi. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-III, Jilid I, Media Aesculapius FKUI, Jakarta, 1999, hal: 522-523.
8. Woodly M., Whelan A. Krisis Hipertensi. Dalam: Pedoman Pengobatan, Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset, Yogyakarta, 1995, hal: 126-130.
9. Tagor H. Hipertensi Essensial. Dalam: Buku Ajar Kardiologi, FKUI, Jakarta, 1998, hal: 203.
10. Gordon W. Harison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-XIII, Vol. 3, EGC, Jakarta, 2000, hal: 1271-1272.
15