hipertensi
-
Upload
ristianti-nilamsari -
Category
Documents
-
view
15 -
download
2
description
Transcript of hipertensi
Lahar Satrya WiranagaraSMF Ilmu Penyakit DalamRSUD SIDOARJO-UWKS
Pembimbing : dr. Umira, Sp.
Jp
Menurut JNC 7...•Adalah kondisi dimana TDS ≥ 140 mmHg atau TDD ≥ 90 mmHg
beberapa istilah hipertensi..• Isolated systolic hypertensionn (ISH) :
TDS meningkat, tanpa kenaikan TDS
• Isolated diastolic hypertension (IDH) : TDD meningkat, tanpa kenaikan TDS
•White coat hypertension : TD di klinik meningkat, tp di rumah tidak,
tanpa kerusakan target organ
• Diberikan obat-obatan melalui intravena, karena harus diturunkan dalam waktu beberapa jam
Krisis Hipertensi• Tekanan darah ≥ 180/120 mmHg• Ada/ tanpa kerusakan target organ
Hipertensi Emergensi Hipertensi Urgensi
Peningkatan tekanan darah (≥180/120 mmhG)
Kerusakan target organ : iskemia koroner, gangguan fungsi serebral, cerebrovascular event, edema paru, dan gagal ginjal.
Peningkatan tekanan darah (≥180/120 mmhG)
Tanpa kerusakan target organ
• Diberikan obat-obatan melalui peroral, karena penurunan tekanan darah dalam beberapa hari
Istilah lain..• Hipertensi refrakter : tdk respon thdp pengobatan,
meski sudah diberi obat efektif
• Hipertensi akselerasi : - TDD ≥ 120 mmHg - pendarahan retina - eksudat dan tanpa papil
edema
• Hipertensi maligna : - TDD ≥ 120 mmHg - pendarahan retina - eksudat dan papil edema
Istilah lain..• Hipertensi ensefalopati : TD naik mendadak +
nyeri kepala hebat, reversibel jika TD diturunkan
• Hipertensi resisten : kegagalan mencapai target tekanan darah yang diinginkan, setelah mendapat 3 obat HT dan diuretik, dlm waktu min 3 bulan
• Hipertensi tidak terkontrol : kontrol TD buruk akibat tidak patuh pengobatan dan resisten trhdp pengobatan
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal ≤120 dan ≤80Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89HT stadium 1 140-159 atau 90-99HT stadium 2 ≥160 atau ≥100
Menurut JNC-7
Klasifikasi Hipertensi
Kategori JNC 6 Kategori JNC 7
TDS/TDD
Optimal ≤120/80 normal
Normal 120-129/80-84
Pre-hipertensiPerbatasan
(borderline) 130-139/85-89
Hipertensi stadium 1 140-159/90-99 Hipertensi stadium 1
Hipertensi stadium 2 160-179/100-109Hipertensi stadium 2
Hipertensi stadium 3 ≥180/110
Non-modifiable Modifiable
1. Jenis Kelamin2. Usia3. Genetik 4. Ras
1. Pendidikan2. Kontrasepsi oral3. Diet garam
(natrium)4. Obesitas5. Dislipedia6. Alkohol7. Merokok8. Kopi (kafein)9. NSAID10.Latihan Fisik11.Stress Mental
Faktor Resiko
tekanan darah (blood pressure)
curah jantung(cardiac output)
tekanan arteri perifer(resistensi perifer)= x
Patofisiologi
•Retensi sodium oleh ginjal
Ginjal Gagal ekskresi sodium volume cairan curah jantung vasokonstriksi resistensi perifer tekanan darah
Mekanisme terkait patofisiologi..
• Renin Angiotensin Aldosteon System (RAAS)
Angiotensinogen
Angiotensin I
Angiotensin II
Aldosteron
Retensi Na+
Umpan balik negatif tdhp pelepasan renin
Renin (jukstaglomerulus ginjal)
ACE (membran sel endotel, terutama paru)
Vasokonstriksi
Korteks adrenal
Ginjal
•Sistem saraf simpatis
Reflek baroreflektor teraktivasi
daya dan kecepatan konstraksi jantung Curah jantung
total peripheral resistance (TPR) Venous return
Pelepasan renin oleh ginjal
Retensi Na+ + air
Target organ hipertensi
Pemeriksaan 1. Riwayat Klinik
a. Riwayat keluarga
b. Lama dan tingkat HT sebelumnya dan hasil serta efek samping obat anti HT sebelumnya.
c. RPS : PJK dan DC, penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, DM, dislipidemia, asma bronkiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal.
d. Gejala hipertensi sekunder.
e. Penilaian faktor resiko termasuk diet lemak, natrium dan alkohol, jumlah rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.
f. Riwayat obat-obatan : kontrasepsi oral, NSAID, dll.
g.Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan
2. Riwayat fisik
a. Pengukuran TB, BB serta BMI (Body Mass Index)
b. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti adanya gagal jantung, penyakit arteri kronis, renal dan perifer lain serta koarktasio aorta.
c. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising abdomen, pembesaran ginjal serta tumor yang lain.
d.Pemeriksaan fundus optikus dan sistem syaraf untuk mengetahui kemungkinan adanya kerusakan serebrovaskuler.
3. Pengukuran tekanan daraha.Pengukuran tekanan darah di praktek atau di
klinik
1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan yang tenang.
2. Ukuran manset lebar 10-12 cm serta panjang 35 cm, ukuran lebih kecil pada anak-anak dan lebih besar pada penderita gemuk (ukuran sekitar 2/3 lengan).
3. Diperiksa pada fosa kubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV).
4. Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.
5. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik (palpasi), kemudian diturunkan 2 mmhg/detik dan di monitor dengan stetoskop di atas arteri brakhialis.
6. Tekanan sistolik ialah tekanan pada saat terdengar suara Krotkoff I sedangkan tekanan diastolik pada saat suara Korotkoff V menghilang. Bila suara tetap terdengar, dipakai patokan Korotkoff IV (muffling sound).
7. Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan tertutama bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.
8. Perlu pengukuran pada posisi duduk/terlentang dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut.
b. Pengukuran tekanan darah ambulatory dan di rumah.
Indikasi1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak
seperti biasanya pada kunjungan hari yang sama atau pun pada hari yang berbeda.
2. Office hypertension pada penderita dengan resiko kardiovaskular rendah.
3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi.
4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan.
• Data nilai prognostik terbatas
• Tekanan darah di rumah atau ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di praktek/klinik
• Pengukuran lebih sering• Memperbaiki kepatuhan
terhadap pengobatan• Menilai efektifitas
pengobatan• Tekanan darah sebelum
pengobatan mempunyai nilai prognostik.
KeuntunganKerugian
Pemeriksaan ambulatory dan di rumah
4. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan rutin, yaitu :
• Urinalis untuk darah, protein, dan gula serta pemeriksaan mikroskopik urin.
• Serum kalium, kreatinin, gula darah puasa & 2 jam, dan kholesterol total.
• Pemeriksaan EKG, jika dicurigai adanya LVH• Foto thorax, jika dicurigai adanya LVH
b. Pemeriksaan tambahan (opsional) yaitu :
• HDL, LDL, dan Tg.• Asam urat.• Ekhokardiografi, untuk melihat bentuk dan
fungsi jantung, jika dicurigai adanya LVH• Ultrasonografi vaskuler• Ultrasonografi renal
•Non-Farmakologi
1. Membatasi Asupan Garam2. Modifikasi Diet/Nutrisi3. Penurunan Berat Badan4. Olahraga rutin5. Berhenti Merokok
Penatalaksanaan
•Farmakologi1. Diuretik•Fx : meningkatkan volume urin pada ginjal, karena menyebabkan ekskresi Na+ dan mengurangi volume cairan dengan menghambat transpor elektrolit di dalam tubulus renal
•Bermanfaat pada pasien dg RFT baik•Chlorthalidone 25-50 mg / hari•Hydrochlorothiazid (HCT) 12,5-25 mg / hari, merupakan lini pertama pada pasien >50th, tanpa target organ. •Menghambat pelepasan Ca+ shg mencegah osteoporosis•Dosis tinggi dpt menyebabkan hipokalemia
Thiazid
•Mengurangi ekskresi kalium dan ion hidrogen•Mencegah hipokalemia•Spironolakton 1x 5-10 mg/ hari, efek rendah untuk anti aldosteron dan anti hikokalemi
Diuretik Hemat Kalium
•Menghambat transpor elektrolit pada ascending limb dari loop of Henle•Efektif pada pasien gagal ginjal•Furosemid 20-40mg, 1-3x/hr, merupakan diuretik kuat.
Diuretik loop
2. Beta-blocker• Relatif aman, murah, dan efektif• Kurang efektif dalam mencegah kejadian kardiovaskular
dibanding ACE, ARB, CCB, diuretik• Menghambat reseptor-β1 di dlm jantung dan jaringan lain• Di SSP tonus simpatis• Di jantung denyut jantung• Di ginjal produksi renin shg angiotensin II & aldosteron • Anti iskemia, kebutuhan O2 miokard dengan mengurangi
denyut jantung, kontraktilitas, dan tekanan darah sistolik• Memperbaiki struktur dan fungsi ventrikel kiri, mengurangi
ukuran ventrikel dan meningkatkan fraksi ejeksi• Kontra indikasi : Gangguan saluran pernafasan• Propanolol 2-3 x 10 mg/hari• Bisoprolol 1 x 2,5-10 mg/ hari, aman untuk asma, krn tdk
terlalu menyebabkan brokhospasme, merupakan selektif beta blocker
3. ACE Inhibitor• Sebagai proteksi jantung• Menghambat enzim yang mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II.• Menghambat pemecahan bradikinin, yang memiliki
fx sbg antiplatelet, dan mengeluarkan nitric oxide yang berguna sbg vasodilator pemb. darah.
• Mengurangi proteinuria.• Efektif pada pasien gagal jantung, penyakit ginjal,
diabetes melitus, dan nefropati diabetik.• Efek samping bradikinin : batuk, oedem, rasa
tercekik.• Captopril 2-3 x 12,5-25 mg/hari• Lisinopril 1 x 5-20 mg/hari• Ramipril 1 x 1,25-5 mg/hari efek remodelling
Efek hipotensi kuat
4. Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)•Menduduki reseptor AT1 di pembuluh
darah atau jaringan lain.•Efek sebanding dengan ACE Inhibitor•Jarang menimbulkan batuk. •Losartan K (insaar) 1 x 25-50 mg/hari•Valsartan (Diovan)80-320 mg/hari•Irbesartan (Approvel)1 x 150-300 mg/hari•Termisaltan (Micardis) 1 x 40-80 mg/hari•Candesartan efek
remodelling
Efek hipotensi kuat
5. Calsium channel blocker• Menyebabkan vasodilatasi dan dapat menurunkan
resisensi perifer.• Mencegah stroke pada orangtua dengan HT sistolik• Efek samping : takhikardia, muka merah, edema tungkai,
dan konstipasi• Diltiazem (Herbessaer) 60-200 mg, tidak untuk HT
emergensi, menghambat heart rate. Syarat pemberian tidak ada DC dan cardiomegali. Memiliki efek inotropik negatif, efeh hipotensi rendah.
• Amlodipine 1 x 5-10 mg/hari, efek hipotensi rendah• Nifedipine 3 x 5-20 mg/hari, Adalat oros 1x30-60 mg/hari• Nicardipin HCL 3 x 20 mg i.v. • Nifedipine dan nicardipine memiliki efek hipotensi kuat.
6. Alpha blocker•Unggul pada pasien dengan dislipidemia, intoleransi
glukosa, dan hipertofi prostat.•Memiliki efek diuretik.•Efek samping : hipotensi postural•Prazosin HCL 2 x 0,5-10 mg hari•Terazosin HCL 1 x 1-2 mg/hari•Bunazosin HCL 2-3 x 1-3 mg/hari•Doxazosin mesylate 1 x 1-16 mg/hari
Terimakasih..