HIPERTENSI

33
HIPERTENSI DIAGNOSIS, PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN SATUAN ACARA PENGAJARAN Tujuan intruksional Umum Setalah mengikuti kuliah hipertensi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester VII, akan dapat merencanakan penatalaksanaan penderita hipertensi. Khusus Dapat membuat diagaram / skema patofisiologi hipertensi Dapat menjelaskan gejala – gejala umum hipertensi Dapat menjelaskan gejala – gejala hipertnsi sekunder Dapat menjelaskan gejala – gejala komplikasi hipertensi Dapat menjelaskan faktor – faktor fisiko hipertensi Dapat menyusun diagnosis klinik hipertensi Dapat merencanakan pemeriksaan penunjang pada hipertensi Dapat merencnakan pengobatan hipertensi Dapat merencanakan rujukan pada penderita hipertensi Dapat meramalkan keadaan penyakit penderita hipertensi Pokok bahasan 1. Patofisiologi hipertensi 2. Diagnosis hipertensi 3. Pengobatan hipertensi 4. Pencegahan hipertensi 5. Prognosis 6. Rujukan

description

membahas sekilas tentang hipertensi..

Transcript of HIPERTENSI

Page 1: HIPERTENSI

HIPERTENSI

DIAGNOSIS, PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

SATUAN ACARA PENGAJARAN

Tujuan intruksional

Umum

Setalah mengikuti kuliah hipertensi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester VII, akan dapat

merencanakan penatalaksanaan penderita hipertensi.

Khusus

Dapat membuat diagaram / skema patofisiologi hipertensi

Dapat menjelaskan gejala – gejala umum hipertensi

Dapat menjelaskan gejala – gejala hipertnsi sekunder

Dapat menjelaskan gejala – gejala komplikasi hipertensi

Dapat menjelaskan faktor – faktor fisiko hipertensi

Dapat menyusun diagnosis klinik hipertensi

Dapat merencanakan pemeriksaan penunjang pada hipertensi

Dapat merencnakan pengobatan hipertensi

Dapat merencanakan rujukan pada penderita hipertensi

Dapat meramalkan keadaan penyakit penderita hipertensi

Pokok bahasan

1. Patofisiologi hipertensi

2. Diagnosis hipertensi

3. Pengobatan hipertensi

4. Pencegahan hipertensi

5. Prognosis

6. Rujukan

Sub Pokok Bahasan

1. Patofisiologi hipertensi

2. Diagnosis hipertensi dan evaluasi klinik hipertensi

Gejala umum hipertensi

Gejala hipertensi sekunder

Gejala komplikasi hipertensi d. Faktor – faktor risiko hipertensi

Kriteria diagnosis dan klasifikasi berat / ringan hipertensi

Page 2: HIPERTENSI

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan

3. Pengobatan hipertensi

Pengobatan non – farmakologi b. Pengobatan farmakologi

Pengobatan pada keadaan khusus

4. Pencegahan hipertensi

Pencegahan primer hipertensi

Pencegahan sekunder hipertensi

5. Prognosis

6. Rujukan

PENDAHULUAN

Pravalensi hipertensi di dunia sekitar 5 – 18%. Pravalensi hipertensi di indonesia tidak jauh

berbeda yaitu sekitar 6 – 15%, walaupun dilaporkan adanya pravalensi yang rendah yaitu :

Ungaran 1, 8%

Lembah balim 0,6%

Serta adanya pravalensi yang tinggi :

Silungkang 19,4%

Talang 17,8%

Pravalensi hipertensi di Jawa Timur hampir sama yaitu :

Sumber pucung (1976) 10%

Lawang (1987) 11%

Kampak (1987) 17%

PATOFISIOLOGI HIPERTENSI

Hal ini tidak dibicarakan lagi karena sudah dibahas pada Kuliah patofisiologi

EVALUASI KLINIK HIPERTENSI

Evaluasi klinik dan laboratorium hipertensi dilakukan untuk 4 tujuan :

1. Konfirmasi hipertensi dan menentukan tingkatnya

2. Untuk menyingkirkan dan menemukan hipertensi sekunder

3. Untuk menentukan kerusakan organ target dan kuantitas beratnya

4. Untuk mencari faktor risiko kardiovaskuler dan kondisi klinik lain yang mempengaruhi prognosis dan

pengobatan hipertensi

Page 3: HIPERTENSI

Riwayat klinik

Penting riwayat klinik yang lengkap meliputi

1. Riwayat keluarga hipertensi, diabetes mellitus, displimedia, penyakti jantung koroner, stroke atau

penyakit ginjal

2. Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek samping obat anti hipertensi

sebelumnya

3. Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dna gagal jantung penyakit serebrovaskuler,

penyakit vaskuler perifer, dibetes mellitus, pirai, displimeida, asma bronkhiale, disfungsi seksual,

penyakit ginjal, penyakit nyata yang lain dan informasi obat yang diminum

4. Gejala yang mencurigakan adanya hipertensi sekunder

5. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium dan alkohol, jumlah rokok, tingkat aktifitas fisik,

dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa

6. Riwayat obat – obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah termasuk kontrasepsi

oral, obat anti keradangan non steroid, liquorice, kokain dan amfetamin,. Perhaitan juga untuk

pemakaian eritropoeitin , siklosporin atau steroid untuk penyakit yang bersamaan

7. Faktor pribadi, psikososisal dan lingkungan yang dpat mempengaruhi hasil pengoabatan antihipertensi

termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja dan latar belakang pendidikan

Pemeriksaan fisik

Penting untuk dilakukan pemeriksaan fisik yang lengkap termasuk pengukuran tekanan darah

yang teliti. Faktor lain yang penting pada pemeriksaan fisik termasuk

1. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body mass Index) yaitu berat dalam kg dibagi

tinggi dalam m2.

2. Pemeriksaan sistim kardiovaskuler terutama jantung , bukti adanya gagal jantung, penyakit arteri

karotis, renal dan perifer lain serta koarktasio aorta

3. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising abdomen, pembesaran ginjal serta

tumor yang lain

4. Pemeriksaan fundus optikus dan sistim syaraf untuk mengetahui kemungkinan adnaya kerusakan

serebrovaskular

Pengukuran tekanan darah

Karena adanya variasi yang besar tekanan darah, diagnosa hipertensi harus berdasarkan beberapa

kali pengukuran yang diambil dari beberapa kesempatan (waktu) yang terpisah

Pengukuran tekanan darah di praktek atau klinik

Tekanan darah biasanya diukur secara tak langsung dengan sphygmomanometer air raksa atau alat

noninvasif lainnya pada posisi duduk atau telentang. Ketepatan alat yang bukan air rkasa harus

Page 4: HIPERTENSI

dibandingkan dengna sfigmomanometer air raksa secara bersamaan dan hal ini (kalibraasi) dilakukan

secara berkala.

Pada saat pengukuran tekanan darah, perhaitan utama harus ditujukan pada hal – hal berikut :

1. Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit diruangan yang tenang

2. Ukuran manset lebar 12 – 13 cm serta panjang 35 cm, ukuran lebih besar pada penderita gemuk

(ukuran sekitar 2/3 lengan)

3. Diperiksa pada fosa kubiiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar iga IV)

4. Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang

5. Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) diatas tekanan sistolik (palpasi), kemudian

dituurunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik) dan dimonitor dengan stetoskop di atas brankhilais

6. Tekanan sistolik ialah tekanan pada saat terdengar suara Korotkoff I sedangkan tekanan diastolik pada

saat Korotkoff V menghilangkan. Bila suara tetap terdengar, dipakai patokan Kororkoff IV (muffling

sound)

7. Pada pengukurann pertam dianjurkan pada kedua lengan terutama bila terdapat penyakit pembuluh

darah perifer

8. Perlu pengukuran pada posisi duduk / telentang dan berdiri untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi

postural terutama pada orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lain yang menimbulkan hal tersebut

(pemberian penyekat alfa)

Alat pengukuran lain dnegan aneroid atau digital (semi otomatik atau otomatik) yang kurang

tepat dan harus dikalibrasi secara periodik terhadap sphygmomanometer air raksa.

Beberapa mesin otomatik dipakai untuk mengukur tekanna darah selama 24 – 72 jam yang

biasanya menggunakan cara osilometrik. Digunakan pula alat yang dijepitkan pada ujung jari untuk

monitor selama operasi atau keadaan lain dalam posisi penderit aduduk atau telentnag.

Pengukuran langsung inra arteri pada rawat jalan hanya untuk tujuan penelitian.

Pengukuran tekanan darah ambulatory dan di rumah

Sekarang terdapat alat semi – otomatis dan otomatis untuk mengukur tekanan darah selama 24

jam atau lebih. Indikasi pemeriksaan tersebut (APBM = Ambulatory Blood Pressure Monitoring) ialah

sebagai berikut :

1. Adanya variasi tekanan darah yang tidak seperti biasanya pada kunjungan hari yang sama atau pun

pada hari yang berbeda

2. Office hypertension pada penderita dengna resiko kardiovaskuler rendah

3. Gejala menunjukkan adanya episode hipotensi

4. Hipertensi yang resisten terhadap pengobatan

Page 5: HIPERTENSI

Keterbatasab cara pengukuran tekanan darah ambulatory dan di rumah tersebut ialah :

1. Data mengenai nilai prognostik pengukuran tekanan darah dengan cara ini terbatas

2. Pengukuran tekanan darah di rumah atau ambulatory lebih rendah daripada pengukuran di praktek /

klinik. Pengukuran tekanan darah dirumah atau mabulatory (24 jam) sebesar 125 / 80 mmHg setara

dengan pengukuran tekanan darah di praktek / klinik 140 / 90 mmHg

3. Alat yang digunakan harus dicek untuk ketepatan dan penampilannya secara berkala (dikalibrasi).

Dihindarkan penggunaan alat dengan mengukur tekanan darah pada jari dan tangan di bawah siku

Keuntungan cara pengukuran ini

1. Pengukuran dapat dilakukan lebih sering dengan keadaan yang mendekati kehidupan sehari – hari

2. Memperbaiki persepsi penderita terhadap hipertensi dan memperbaiki kepatuhan terhadap pengobatan

3. Mungkin berguna untuk menilai efektifitas pengobatan. Penelitian menunjukkan bahwa kerusakan

organ terget lebih erat berhubungan dengan tekanan darah 24 jam dibandingkan tekanan darah di

praktek / klinik. Demikian pula regresi kerusakan organ – organ (seperti LVH)

4. Tekanan darah sebelum pengobatan mempunyai nilai prognostik

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan rutin

1. Urinalis untuk darah, protein dan gula serta pemeriksaan mikroskopik urin

2. Serum kalium, gula darah puasa & 2 jam dan kholesterol total

3. EKG

Pemeriksaan tambahan (opsional) tergantung riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

1. Kholsesterol HDL, kholsesterol LDL dan trigliserida

2. Asam urat

3. Pemeriksaan hormonal seperti pengukuran aktifitas renin plasma, aldosteron plasma dan katekolamin

urin atas indikasi khusus (hipertensi sekunder)

4. Ekhokardiografi diperiksa bila mencurigakan adanya kerusakan organ target (LVH atau kelainan

jantung yang lain)

5. Ultrasonografi vaskuler bila mencurigakan adanya penyakit arteri karotis, aorta atau perifer yang lain

Biaya pemeriksaan harus diperhitungkan sesuai kebutuhan penderita dan ketersediaan alat / laboratorrium

yang menunjang.

BATASAN (DEFINISI) OPERASIONAL HIPERTENSI

Batasan hipertensi sulit untuk dirumuskan, biasanya secara arbitrary. Karena bentuk kurva

seperti bel dan kontinyu, maka tidak ada batas jelas antara normotensi dan hipertensi. Tetapi jelas terdapat

Page 6: HIPERTENSI

korelasi langsung antara tekanan darah dan resiko penyakit kardivaskuler, makin tinggi tekanan darah

makin tinggi risiko terjadi stroke dan penyakit jantung koroner.

Batasan (definisi) hipertensi hanya dapat dibuat secara operasional yaitu tingkat tekanan yang

mana deteksi dan pengobatan lebih menuntungkan daripada merugikan.

Menurut WHO – ISH (1999)

Menurut petunjuk WHO – ISH yang baru (WHO – ISH 1999) klasifikasi hipertensi menyerupai

JNC VI, dengan definisi tekanan darah optimal < 120 / 80 mmHg dan tekanan darah normal bila tekanan

darah < 130 / 85 mmHg (Tabel 1)

Tabel 1 : Klasifikasi Derajat Tekanan Darah Menurut WHO – ISH 1999

KATEGORISISTOLIK

(mmHg)DIASTOLIK

(mmHg)

Optimal < 120 < 80Normal < 130 < 85Normal tinggi 130 – 139 85 – 89Hipertensi derajat 1 (ringan)Subgrup : perbatasan

140 – 159140 – 149

90 – 9990 – 94

Hipertensi derajat 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109Hipertensi derajat 3 (berat) < 140 > 110Hipertensi Sistolik(Isolated Systolic Hypertension)subgrup : Perbatasan

< 140140 - 149

< 90< 90

Dikutip dari 1999 WHO – ISH Guidelines for the manajement of hypertension J. Hypertens 1999, 17 : 151 – 183

Page 7: HIPERTENSI

Tabel 2 : Faktor – faktor yang mempengaruhi Prognosis

Faktor risiko penyakit kardiovaskuler Digunakan untuk

stratifikasi risiko Tingkat tekanan darah

sistolik dan diastolik Pria > 55 tahun Wanita > 65 tahun Merokok Kholesterol total

> 6,5 mmol/1 (250 mg%) Diabetes mellitus Riwayat keluarga

penyakit kardiovaskuler dini

II. Faktor – faktor lain memepengaruhi prognosis yang jelek Kholesterol HDL yang

turun Kholesterol LDL yang

meningkat Mikroalbuminemia pada

Diabetes mellitus Gangguan toleransi gula Gaya hidup banyak duduk Fibrinogen meningkat Kelompok sosioekonomi

risiko tinggi Kelompok etnik risiko

tinggi Daerah geografik risiko

tinggi

Kerusakan organ target LVH ( Left Ventricle

Hypertrophy) pada pemeriksaan elektrokardiografi, ekhokardiografi atau foto thoraks

Proteinurei dan atau peningkatan ringan konsetrasi kreatinin plasma (1,2 – 2,0 mg%)

Plaque atheroklerosis (arteri karotis, aorta, iliaka dan femoral) pada pemeriksaan ultrasonografi atau radiologi

Penyempitan fokal atau general arteri retina

Kondisi klinik yang berhubunganPenyakit Serebrovaskuler Stroike iskhemik Perdarahan serebral Transient ischemic attack

Penyakit jantung Infark miokardial Angina pektoris Revaskularisasi koroner Gagal jantung kongestif

Penyakit renal Nefropati diabetik Gagal ginjal (kreatinin

plasma > 2,0 mg%)

Penyakit vaskuler Aneurisma diseksi Penyakit arteri

simptomatik

Retinopati hipertensil anjut Perdarahan atau eksudat Edema papil

Dikutip dari 1999 WHO – ISH Guidelines for the management of hypertension . J. Hypertens 1999 17 : 151 – 183

WHO – ISH (1999) masih mempertahankan istilah hipertensi ringan, sedang dan berat dengan

menggunakan isitlah derajat 1,2 dan 3 sebagai ganti derajat I, II dan II pada dokumen JNC VI Amerika

Serikat (JNC VI 1997).

Sebagai tambahan terdapat subgrup hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) dengan

batasan bila tekanan darah TDS / TDD 140 – 149 / < 90 mmHg (WHO – ISH 1999)

Perlu diingat bahwa klasifikasi ringan, sedang dan berat tidak menunjukkan berat penyakit

(ringan tidak berarti prognosis benigna) tetapi lebih banyak menunjukkan tingkat tekanan darah

(WHO – ISH 1999).

Stratifikasi Risiko Absolut Kardiovaskuler

Page 8: HIPERTENSI

Penatalaksanaan hipertensi tidak berdasarkan tingkat tekanan darah saja, juga tergantung adanya

faktor risiko yang lain (displimedia, diabetes mellitus, dll), penyakit yang menyertai (asma bronkhiale,

penyakit ginjal, dll), komplikasi dengan target (gagal jantung, stroke, dll) maupun situasi pribadi, medikal

sosial penderita.

Tabel 3. Stratigikasi risiko untuk kualitas prognosis

Tekanan Darah (mmHg)

Faktor – faktor Risiko lain

Riwayat penyakit

Derajat 1(Hipertensi Ringan)TDS 140 – 159 atau

TDD 90 - 99

Derajat 2 (Hipertensi Sedang)TDS 160 – 179 atau

TDD 100 - 109

Derajat 3(Hipertensi Berat)TDS > 180 atau

> 110

I. Tidak ada faktor risiko lain

Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi

II. 1 – 2 faktor – faktor risiko

Risiko sedang Risiko sedang Risiko sangat tinggi

III 3 atau lebih faktor risiko atau kerusakan organ target atau diabetes mellitus

Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko sangat tinggi

IV Kondisi klinik yang menyertai

Risiko sangat tinggi Risiko sangat tinggi Risiko sangat tinggi

Dikutip dari 1999 WHO – ISH Guidelines for the management of hypertension. J. Hypertens 1999, 17 : 151 – 183

Penunjuk penatalaksanaan hipertensi tersebut memberikan cara sederhana untuk memperkirakan

efek kombinasi beberapa faktor risiko dan kondisi tertentu terhadap risiko kejaidan kardiovaskuler dimasa

mendatang yang dihitung dari risiko kematian kardiovaskuler, stroke nonfatal dan infark miokard nonfatal

selama 10 tahun pada penderita umur awal 60 tahun (antara 45 – 80 tahun) dari penelitian Framingham

(WHO – ISH 1999).

Pada tabel 3 dapat dilihat stratifikasi risiko kardiovaskuer absolut untuk menentukan prognosis

penderita dengan Hipertensi.

Kelompok risiko rendah

Pada kelompok risiko rendah termasuk pria di bawah umur 55 tahun dan wanita di bawah 65

tahun dengan hipertensi derajat 1 dan tidak terdapat faktor risiko ralin. Pada kelompok ini risiko kejadian

kardiovaskuler mayor kurang dari 15%. Risiko lebih rendah lagi pada penderita dengan Hipertensi

Perbatasan (WHO – ISH 1999).

Kelompok risiko sedang

Page 9: HIPERTENSI

Pada kelompok ini tingkat tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskuler bervariasi. Beberapa

penderita mungkin tekanan darah rendah tetapi dengan faktor risiko multipel, sedangkan penderita

lainnya mungkin tekanan darah lebih tinggi tetapi tidak ada atau sedikit faktor risiko. Pada kelompok ini

risiko terjadinya kejadian kardiovaskuler mayor 10 tahun mendatang sebesar 15 – 20%. Risiko 15% pada

penderita derajat 1 (hipertensi ringan) dan 1 faktor risiko.

Kelompok risiko tinggi

Pada kelompok ini termasuk derajat 1 atau 2 yang mempunyai 3 atau lebih faktor risiko (Tabel2)

diabetes atau kerusakan organ target dan penderita dengna derajat 3 tanpa faktor risiko lain. Rissiko

terjadinya kejadian kardiovaskuler pada 10 tahun mendatang sebesar 20 – 30%.

Kelompok risiko sangat tinggi

Penderita dengan hipertensi derajat 3 dan 1 atau lebih faktor risiko dan seluruh penderita dengna

penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal dengan gejala klinik membawa risiko kejadian

kardiovaskuler pada 10 tahun mendatang 30% atau lebih dan harus dilakukan pengobatan yang cepat dan

intensif.

PENGOBATAN

Tujuan pengobatan

Tujuan utama pengobatan penderita dengan hipertensi ialah tercapainya penurunan maksimum

risiko total morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Hal ini memerlukan pengobatan semu afaktor risiko

reversible yang ditemukan seperti merokok, peningkatan kholesterol, diabetes mellitus dan pengobatan

yang memadai kondisi klinik yang berhubungan selain pengobatan tekanna darah tingginya sendiri.

Intensitas pengobatan sesuai dengan stratifikasi drisiko absolut kardiovaskuler seperti yang terlihat pada

Tabel 3.

Karena hubungan antara risiko kardiovaskuler dan tingkat tekanan darah kontinyu, maka tujuan

pengobatan antihipertensi harus mengembalikan tekanan darah menjadi normal atau optimal (Tabel 1)

yang terbukti pada penelitian HOT (Hypertension Optimal Study). Adanya kurv J seperti yang disinggung

oleh banyak peneliti ternyata tak terbukti (Hansson et al 1998). Pada penelitian ini penurunan tekanan

darah < 80 mmHg tidak dihubungkan dengan peningkatan risiko kradiovaskuler. Demikian pula pada

penderita diabetes mellitus darah yang ketat (TDS / TDD = 144 / 82 mmHg) menunjukkan penurunan

risiko kardiovskuler lebih besar dibandingkan kontrol tekanan darah yang kurang ketat (TDS / TTD = 154

/ 87 mmHg). Nampaknya tekanan darah optimal untuk penderita muda umur pertengahan atau dibetes

mellitus < 130 / 85 mmHg dan paling tidak normal tinggi pada orang tua yaitu < 140 / 90 mmHg

(Tabel 1).

Stratifikasi risiko selain berguna untuk menentukan mulainya pengobatan farmakologi, juga

untuk menentukan tekanan darah yang harus dicapai dan intensitas pengobatan.

Page 10: HIPERTENSI

Bila digunakan tekanan darah ambulatory atau di rumah, digunakan tekanan darah sistolik 10 –

15 mmHg lebih rendah dan tekanan darah diastolik 5 – 10 mmHg lebih rendah dibandingkan tekanan

darah di praktek / klinik (WHO – ISH 1999)

Strategi Penatalaksanaan

Setelah menentunkan risiko absolu tkradiovaskuler (Tabel 3), selanjutnya

1. Segera berikan pengobatan farnakologi untuk penderita hipertensi risiko tinggi dan sangat tinggi

2. Monitor tekanan darah, faktor risiko dan dapatkan informasi lain untuk bebrapa minggu sebelum

menentukan untuk memberikan pengobatan farmakologi (risiko sedang)

3. Observasi penderita selama waktu tertentu sebelum memberikan pengobatan farmakologi (risiko

ringan)

Pada keadaan sumber daya yang terbatas perlu dilakukan modifikasi strategi

Pengobatan Farmakologi

Diberikan pada semua tingkatan dan strafikasi hipertensi. Tujuan intervensi gaya hidup

1. Untuk menurunkan tekanan darah

2. Untuk mengurangi kebutuhan dan meningkatkan efikasi obat antihipertensi

3. Untuk mengoabtai faktor risiko lain yang ada

4. Untuk pencegahan primer hipertensi dan kelainan kardiovaskuler yang berhubungan di masyarakat

Berhenti merokok

Merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovskuler dan

nonkardiovskuler pada penderita hipertensi.

Untuk penderita yang sulit untuk menghentikan merokok dapat dibantu dengan pengobatan

penggantian nikotin.

Penurunan berat badan

Obesitas merupakan faktor predisposisi penting terjadi hipertensi. Penurunan berat badan

sebesar 5 kg pada penderita hipertensi dengan obesitas (kelebihan berat badan > 10%) dapat tekanan

darah. Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memeprbaiki faktor risiko yang lain (resitensi

insulin, diabetes mellitus, hiperlipidemia dan LVH)

Konsumsi alkohol sedang

Page 11: HIPERTENSI

Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan darah dan prevalensi

hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurnkan efek obat antihipertensi, tetapi efek presor ini

menghilang dalam 1 – 2 minggu dengan mengurnagi minum alkohol sampai 80%. Pada penderita

hipertensi konsumsi alkohol dibatasi 20 – 3o g etanol per hari untuk pria dan 10 – 20 g etanol untuk

wanita.

Penurunan diet garam

Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan prevalensi hipertensi.

Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet natrium dari 180 mmol (10,5 kg) per hari

menjadi 80 – 100 mmol (4,7 – 5,8 g) per hari menurunkan tekanan darah sistolik 4 – 6 mmHg. Tetapi

pengaruh lebih kuat pada etnis kulit hitam, obesitas dan umur tua. Penurunan diet natrium menjadi 40

mmol (2,3 g) per hari ternyata cukup aman pada orang tua. Tujuan diet rendah natrium ialah sampai <

100 mmol (5,8 g) per hari atau < 6 g NaCL per hari (WHO – ISH 1999)

Perubahan diet yang kompleks

Vegetarian mempunyai tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan pemakan daging dan diet

vegetarian pada hipertensi dapat menurunkan tekanan darah. Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran.

Menurunkan tekanan darah TDS / TDD 3/1 mmHg sedangkan mengurangi diet lemak menurunkan

tekanan darah 6/3 mmHg. Pada penderita tekanan darah tinggi, kombinasi keduanya dapat menurunkan

tekanan darah 11/6 mmHg. Adanya diet kalsium, magnesium dan kalium mungkin berperanan terhadap

efek tersebut. Makan ikan secara teratur sebagai cara mengurangi berat badan akan meningkatkan

penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.

Peningkatan aktifitas fisik

Latihan fisik aerobik secara teratur (jalan atau renang selamam 30 – 45 menit 3 – 4 x seminggu)

mungkin lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan olah raga berat seperti lari, joggng.

Tekanan darah sistolik turun 4 – 8 mmHg. Latihan fisik isometrik seperti angkat besi dapat meningkatkan

tekanan darah dan harus dihindari pada penderita hipertensi (WHO – ISH 1999)

Penanganan faktor psikologi dan stres

Penanganan stres mungkin terbukti ialah bio – fed back, terhadap tekanan darah dan kepatuhan

terhadap pengobatan antihipertensi.

Cara – cara lain

Cara lain yang belum terbukti ialah bio-feedback, mikronutrien dan penambahan diet kalsium,

magnesium dan serat (WHO-ISH 1999).

Pengobatan farmakologi

Page 12: HIPERTENSI

Enam golongan obat antihipertensi utama ialah : diuretik, penyekat beta, antagonis kalsium,

inhibitor ACE, antagonis angiotensin II dan penyekat adrenergik alfa. Dibeberapa bagian dunia masih

digunakan reserpin dan metildopa.

Prinsip pengobatan farmakologi

1. Dimulai dosis rendah, dinaikkan secara perlahan.

2. Kombinasi obat yang sesuai dosis rendah sehingga mengurangi efek samping .

3. Bila respon kecil atau terdapat efek samping, diberikan golongan abat lain.

4. Penggunaan obat berefek jangka panjang, sehingga cukup diberikan sekali sehari akan

memperbaiki kepatuhan penderita dan variabilitas tekanan darah.

Mengawali pengobatan farmakologi

Pada risiko tinggi dan sangat tinggi, pengobatan dimulai segera sampai bebrapa hari setelah

konfirmasi tekanan darah penderita. Pada penderita risiko sedang dan ringan pemberian pengobatan

farmakologi dipengaruhi oleh :

1. Konsultasi dengan penderita mengenai strategi yang dipilih

2. Derajat penurunan tekanan darah yang dicapai dengan pengobatan nonfarmakologi

3. Derajat kontrol yang dicapai terhadap faktor risiko lain

4. Ketersediaan sumber daya pada sistim kesehatan umum

Pada penderita dengan risiko sedang dicoba dengan pengobatan nonfarmakologi selama 3 bulan

sebelum memutuskan pengobatan farmakologi ; bila tingkat tekanan darah yang diinginkan tidak tercapai

selama 6 bulan, harus dimulai pengobatan farmakologi. Pada penderita dengan risiko rendah dicoba

dengan pengobatan nonfarmakologi saja selama 6 bulan. Bila sampai 1 tahun tidak ada respon yang baik

diberikan pengobatan farmakologi.

Perkecualian untuk rekomendasi ini pada penderita hipertensi perbatasan TDDS 140 – 149

mmHg dan TTD 90 – 94 mmHg setelah konsultasi dengan penderita mungkin memeilih pengobatan

nonfarmakologi saja (WHO – ISH 1999)

Golongan lain yang perlu mendapat perhatian ialah tekanan darah normaltinggi TDS / TDD 130

– 139 / 85 – 89 mmHg. Bila terdapat diabetes mellitus atau insufisiensi renal, pengobatan farmakologi

diberikan dini

tabel 4

Tabel 4 . Efek pengobatan hipertensi terhadap risiko kardiovaskuler

Page 13: HIPERTENSI

Kelompok penderitaRisiko ansolur

(kejadian penyakit kardiovaskuler selama 10 tahun )

Efek absolut pengobatan (kejadian penyakit kardiovaskuler yang dicegah per 1000 penderita

tahun ) 10 / 5 mmHg 20 / 10mmHg

Penderita risiko rendahPenderita risiko sedangPenderita risiko tinggiPenderita risiko sangat tinggi

< 15%15 – 20%20 – 30%

> 30%

< 55 – 77 – 10> 10

< 98 – 1111 – 17

> 17

Semua golongan obat yang tersedia dapat dipakai untuk mengawali maupun mempertahankan

pengobatan antihipertensi, tetapi pilihan obat dipengaruhi banyak faktor seperti dapat dilihat pada Tabel 5

termasuk

1. Faktor sosioekonomi menentukan ketersediaan obat dibeberapa negara atau daerah

2. Profil faktor risiko kardiovaskuler setiap penderita

3. Adanya kerusakan organ target, penyakit kardiovaskuler, ginjal dan diabetes mellitus

4. Adanay penyakit lain yang menyertai yang membatasi penggunaan obat antihipertensi tertentu

5. Variasi respon individu terhadap bermacam golongan obat

6. Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan penderita untuk penyakit lain yang

diderita

7. Kuatnya bukti penurunan risiko kardiovaskuler dari obat yang digunakan

Dokter harus menyesuaikan pilihan obat terhadap kondisi penderita dan memperhitungkan pilihan

penderita. Hal dapat dilihat pada Tabel 1

Page 14: HIPERTENSI

Pilihan obat antihipertensi

Tabel 5. Petunjuk untuk seleksi pengobatan hipertensi

Golongan obat

Indikasi Kuat

Indikasi yangmungkin

Kontra Indikasi kuat

Kontra Indikasi yang

MungkinDiuretik

Penyekat beta

Penyekat ACE

Antagonis Kalsium

Penyekat Alfa

Antagonis Angiotensin

Gagal jantung orang tua Hipertensi sistolik

Angina pektoris Pasca infark Miokard takhiaritmia

Gagal jantung DisfungsioVentrikel kiriPasca infark miokardDefropatik diabetik

Angina pektorisOrang tua Hipertensi sistolik

Hipertrofi Prostat

Batuk karena Penyekat ACE

Diebetes mellitus

Gagal jantung Kehamilan Diabetes mellitus

Penyakit Pembuluh darahPerifer

Intoleransi gula

Gagal jantung

Pirai

Asma Bronkhiale danPPOM Blok jantung

Kehamilan Hiperkalemia StenosisArteriRenalisBilateral

Blok jantung

Kehamilan stenosis Arteri RenalisBilateral

Dislipidemia pria yang seksual aktif

DislipidemiaAtlit danPenderita yang Fisik aktifPenyakit pembuluh darah perifer

Gagal jantung Konfestif

Hipotensi ortostatik

Diuretik

Golongan obat antihipertensi yang paling berharga, murah, efektif, ditoleransi dengan baik pada

dosis rendah. Dibuktikan dapat mencegah kejadian kardiovaskuler mayor termasuk stroke dan penyakit

jantung koroner pada bermacam kelompok penderita hipertensi.

Page 15: HIPERTENSI

Efeks amping diuretik seperti hipokalemia, intoleransi fula, itama ektopik ventrikel dan inpoten

dihubungkan dengan dosis yang tinggi (HCT dan chlorthalidone 50 – 100 mg). Diuretik terutama

digunakan pada orang tua dan kulit hitam.

Obat – obatan yang ada dipasaran ialah :

1. HCT (Hydroclorothiazide) 25 mg (tablet putih) dan 50 mg (tablet merah). Dosis 50 – 200 mg/hari.

Dosis aman 1 x 12,5 – 25 mg/hari. Hati – hati pada dosisi lebih tinggi karena akan menyebabkan

hipokatemia.

2. Chlorthalidone 9Hygroton, Thalidone) tablet 50 mg. dosisi 1 x 24 – 50 mg/hari

3. Bumetanide (Burinex) tablet 1 mg. Dosis 1 x 1 mg/hari

4. Pustanide sustained – release (Arelix) tablet 6 mg. Dosis 1 x 6 – 12 mg/hari

5. Furosemide (Lasix, Impugan, Cetasix, Diurefo, Furosix, Farsix, Furosetic, Nclex, Uresix) tablet 40

mg. Dosis 1 – 3 x 20 – 40 mg/hari

6. Torasemide (unat) tablet 2,5 – 5 dan 10 mg. Dosis 1 x 2,5 – 5 mg/hari maksimal 10 mg/hari

7. Xipamide (Diurexan) tablet 20 mg. Dosis 1 x 2 – 40 mg/hari

8. Indapamine (Natrilix) tablet 2,5 mg. Dosis 1 x 2,5 mg/hari

9. Spironolactone (Aldactone, Idrolattone, Letonal, Spirolactone, Carpiaton) tablet 25 mg dari 100 mg.

Dosis 1 x 50 – 100 mg/hari

10. Amiloride HCL (Puritride) tablet 5 mg. Dosis 1 x 5 – 10 mg/hari

11. Kombinasi spironolactone 25 mg dan Thiabutazide 2,5 mg per tablet (Aldazide). Dosis

1 – 4 tablet/perhari

12. Kombinasi Amiloride 2,5 mg dan Hydrochlorotiazide 25 mg (Amitrid Mite). Dosis 1 – 2 tablet/hari

13. Kombinasi Amiloride 5 mg dan Hydrochlorothiazide 50 mg (Lorinide Mite, Sacndiuret). Dosis 1 – 2

tablet/hari dalam 1 – 2 x dosis.

Penyekat beta

Aman, murah dan efektif sebagai pengobatan tunggal atau kombinasi dengan diuretik, antagonis

kalsium dihidropiridin dan penyekat alfa.

Gagal jantung biasanya merupakan kontra – indikasi penyekat beta dosis standar, tetapi bukti

terakhir mungkin bermanfaat bila diberikan pada dosis yang rendah. Dihindari pemberian penyekat beta

pada penyakit paru obstruktif menahun dan penyakit pembuluh darah perifer.

Terdapat laporan yang menunjukkan penyekat beta memperberat angina spastik / varian pada

orang Jepang dan sering kurang efektif pada kulit hitam.

Page 16: HIPERTENSI

Obat – obat yang ada dipasaran

1. Proparad (Inderal, Propadex, Prestoral, Blocard, Farmadral) tablet 10 mg dan 40 mg Dosis 2 – 3 x

2. Osprenolol (Trasicor) tablet 80 mg

3. Acebutolol (Sectral, Decretan) tablet 400 mg

4. Pindolol (Visken, Decreten) tablet 5 mg

5. Alprenolol (Alpressor) tablet 50 mg

6. Metoprolol turtrate (Lopressor, Seloken, Cardiosel) tablet 100 mg. Dosis 1 x 100 – 200 mg/hari.

Metoprolol succinate tablet 95 mg. Dosis 1 x 95 – 190 mg/hari

7. Atenolol 9Tenormin, Betablok, Zantablok, Fornormin, Cardiosel, Hiblok, Tensimorm) tablet 50 mg

dan 100 mg. Dosis 1 x 25 – 100 mg/hari

8. Carteolol HCL (Mikelan) tablet 5 mg. Dosis 10 – 30 mg/hari dalam 2 – 3 kali dosis

9. Nadolol (corgard, Farmagard) tablet 40 mg. Dosis 1 x 40 mg/hari

10. Sotalol (Sotacor) tablet 80 mg dan 160 mg. Dosis 160 – 320 mg/hari

11. Bisoprolol (Concor, Maintate) tablet 5 mg. Dosis 1 x ½ - 2 tablet/hari

12. Kombinasi Acebutolol 400 mg dan Hydrochlorothiziade 25 mg 9sectrazide). Dosis 1 x ½ - 1 ½ atau 2

tablet/hari

14. Kombinasi Metaprolol 100 mg dan Hydrochlorothiziade 12,5 mg (Seloken Comp). Dosis 1 – 2 tablet

1 – 2 x/hari

15. Kombinasi Atenolol 100 mg dan Chlorthalidone 25 mg 9Tenoretic). Dosis 1 x 1 tablet/hari

16. Kombinasi Atenolol 50 mg dan Nifedipine retard 20 mg (Beta – Adalat, Niften). Dosis 1 x 1 kapsul

sampai 2 x 1 kapsul/hari

penyekat alfa dan beta

1. Labelatol HC (Trandate) tablet 50 dan 100 mg. Dosis 2x 100 mg hari sampai 2,4 gram/hari dalam 3 –

4 kali dosis

2. Carvedilol (Dibloc) tablet 25 mg. Dosis 1 x 12,5 – 50 mg/hari

inhibitor ACE

Aman dan efektif. Berguna terutama pada gagal jantung dan retardasi progesi penyakit ginjal

pada diabetes mellitus terutama bila terdapat proteinuria.

Efek samping umum batuk kering dan jarang sekali terjadi angiodema kurang efektif pada kulit hitam.

Obat – obat yang ada dipasaran :

1. Captopril (Capoten, Captensin, Acepress, Dexacap, Farmoten, Tensicap, Tensolan, Otoryl, Casipril)

tablet 12,5 mg, 25 mg dan 50 mg. Dosis 2 – 3 x 12,5 – 25 mg/hari

2. Enalapril (Renivace, Tenace, Inoprilat, Renacardon, Repanitril) tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg. Dosis

10 – 40 mg dalam 1 x 2 pemberian/hari

Page 17: HIPERTENSI

3. Benazepril HCL (Cupressin) tablet 5 mg dan 10 mg. Dosis 1 x 5 – 10 mg/hari

4. Cilazapril (Inhibace) tablet 1 mg dan 2,5 mg. dosis 1 x 1 mg/hari

5. Dellapril (Tanapress) tablet 15 mg. Dosis 2 x 15 – 30 mg/hari

6. Imidapril (Tanapress) 5 dan 10 mg. Dosis 1 x 5 – 10 mg. Dosis 1 x 5 – 10 mg/hari

7. Lisinopril (Zestril, Interpril, Noperten) tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg. Dosis 1 x 5 – 20 mg/hari

8. Pirindropil (Prexum) tablet 4 mg. Dosis 1 x 4 – 8 mg/hari

9. Quinapril (Accupril) tablet 5 mg, 10 mg dan 20 mg. Dosis 1 x 5 – 40 mg/hari

10. Fosinopril Na (Acenor – M) tablet 10 mg. Dosis 1 x 10 – 40 mg/hari

11. Ramipril (Triatec) tablet 1,25 mg, 2,5 mg dan 5 mg. Dosis 1 x 1,25 – 5 mg/hari

12. Trandolapril sebentar lagi masuk indonesia

13. Kombinasi Captopril 50 mg dan Hydrochlorothiaziade 25 mg (Caporetic). Dosis 2 x ½ tablet/hari

14. Kombinasi Captopril 25 mg dan Hydrochlorothiaziade 12,5 mg dan Captopril 50 mg dan

Hydrochlorothiazide 25 mg (Capozide). Dosis 2 x ½ tablet/hari

15. Kombinasi Lisinopril 20 mg dan Hydrochlorothiziade 25 mg (Zestoretic). Dosis 1 x 1 – 2 tablet/hari

16. Kombinasi Enapril maleate 10 mg dan Hydrochlorothiazide 25 mg (Tenazide). Dosis 1 x 1- 2

tablet/hari

17. Kombinasi amipril 2,5 mg dan Hydrochlorothiazide 12,5 mg (Triatec Plus) dosis 1 x 1 tablet/hari dan

Ranipril 5 mg dan Hydrochlorothiazide 25 mg (Triatec 5 Plus) dosis 1 x 1 tablet/hari

Antagonis Kalsium

Semua golongan obat ini efektif dan ditoleransi dengan baik oleh penderita hipertensi.

Bermanfaat untuk mencegah stroke pada orang dengan hipertensi sistolik. Pada penyakit jantung koroner

dipilih yang efek jangka lama.

Antagonis kalsium terutama berguna untuk orang tua dengan hipertensi sistolik dan kulit hitam.

Efeks amping meliputi takhikardia, muka merah, edema tungkai dan konstipasi (pada verapamil)

Obat – obatan yang ada dipasaran ialah :

1. Diltiazem (Herbessar, Cardizem, Carditen, Dilso, Dilmen, Diltikor, Cardyne, Farmabes) tablet 30 mg,

60 mg dan Herbessaer – SR 90 mg dan Herbassaer SR 180 mg

2. Verapamil (Isoptin, Corpamil) tablet 80 mg dosis 2 x ½ - 1 tablet/hari dan Verapamil SR 240 mg

dosis 1 x 1 tablet/hari

3. Nifedipine (Adalat, Carvas, Cordalat, Coropinin, Farmalat, Calcianto, Fedipin, Ficor, Kemolat,

Nifecard, Niprocor, Nifedin, Pincard, Vasdalat, Xepalat) tablet 5 mg, 10 mg. Dosis 3 x 5 – 20

mg/hari, serta Adalat Oros 30 dan 60 mg dosis 1 x 30 – 60 mg/hari

4. Nicardipin HCL (Loxen, Safcard) tablet 20 mg dan retard 40 mg 3 x 20 mg/hari atau 1 x Laxen retard

40 mg/hari

5. Nilvadipine 9Escorl) kapsul retard 8 mg. Dosis 1 x 8 – 16/hari

Page 18: HIPERTENSI

6. Felodipine (Plendipil) tablet 2,5 mg, 5 mg dan 10 mg. Dosis 1 x 2,5 – 10 mg/hari

7. Lacidipine (Lacipil, Tens) tabet 2 mg dan 4 mg. Dosis 1 x 2 – 6 mg/hari

8. Amlopidipine besylate (Norvask, Tensivask) tablet 5 mg dan 10 mg. Dosis 1 x 5 – 10 mg/hari

Mulai pengobatan

TDS 140 – 180 mmHg atau TDD 90 – 110 mmHg pada beberapa kesempatan(Hipertensi Derajat 1 dan 2)

Nilai faktor risiko yang lainKerusakan organ target dan

Kondisi klink yang berhubungan

Intervensi gaya hidup

Stratifikasi faktor risiko absolut

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah

Mulai Tx Mulai Tx Monitor tekanan darah Monitor tekanan darahFarmakologi Farmakologi dan faktor risiko lain dan faktor risiko lain

Selama 3 – 6 bulan selama 6 – 12 bulan

TDS > 140 atau TDS < 140 atau TDS > 150 atau TDS < 150TDD > 90 TDD < 90 TDD > 95 TDD < 95Mulai Tx Terus Mulai Tx TerusFarmakologi Monitor Farmakologi Monitor

Gambar 1. Rekomendasi Pengoabtan Hipertensi (WHO – ISH 1999)

Antagonis Angiotensin II

Golongan obat antihipertensi paling baru yang gambaran umumnya mirip inhibitor ACE. Efek

samping lebih sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan penderita, lebih unggul dibanding inhibitor ACE

karena tidak menimbulkan batuk.

Obat – obatan yang ada dipasaran ialah :

Page 19: HIPERTENSI

1. Losartan K (Cozaar, Insaar, Acetensa) tablet 50 mg. Dosis 1 x 25 – 50 mg/hari

2. Valsavarian (Diovan) tablet 80 mg. Dosis 80 – 160 mg/hari

3. Candesartan (Blopress) tablet 8 mg dan 16 mg. Dosis 1 x 8 – 16 mg/hari

4. Irbesartan (Approvel) 150 mg dan 300 mg. Dosis 1 x 150 – 300 mg/hari

5. Telmisartan (Micardis) tablet 40 mg dan 80 mg. Dosis 1 x 40 – 80 mg/hari

Penyekat alfa

Aman dan efektif untuk menurunkan tekanan darah. Efek samping utama hipotensi postural.

Obat mungkin bermanfat pada penderita displimedia, intoleransi gula dengan hipertrofi prostat.

obat – obatan yang ada dipasaran ialah :

1. Prazosin HCL (Minipress, Rexibet) tablet 1 dan 2 mg. Dosis 2 x 0,5 – 10 mg/hari

2. Terazosin HCL (Hytrin) tablet 1 mg dan 2 mg. Dosis 1 x 1 – 2 mg/hari

3. Bunazosin HCL (Detantol) tablet 1 mg. Dosis 1 – 3 mg dalam 2 – 3 x/hari

4. Doxazosin mesylate 9Cardura, Kaltensif) 1 mg dan 2 mg. Dosis 1 x 1 – 16 mg/hari

Obat bekerja sentral

Obat golongan lama Agonis Reseptor Alfa – 2 ialah reserpine, metildopa, klonidin, guanfasin,

sedangkan golongan baru Agonis Reseptor Imidazolin seperti rilmenidine dan maxonidine. Obat

golongan ini jarang dipakai karena efek smaping yang kurang menguntungkan. Metildopa masih dipakai

terutama untuk hipertensi dalam kehamilan reserpine masih dipakai terutama pada penderita tidak

mampu.

1. Reserpine (Serpasil)tablet 0,1 mg dan 0,25 mg. Dosis 1 x 0,1 – 0,5 mg/hari

2. Methyldopa (Aldomet, Dopamet, Tensipas) tablet 250 mg. Dosis 1 x ½ - 1 sampai dengan 2 – 3 x

125-250 mg/hari

3. Clonidine HCL (Catapres) tablet 0,075 mg dan 0,15 mg. Dosis 2 x 0,075 – 0, 15 mg/hari

4. Guanfacine HCL (Estulic) tablet 1 mg. Dosis 1 x ½ - 3 mg/hari malam hari

obat Vasodilator lama seperti hidralazin banyak dipakai di beberapa belahan dunia. Karena efek samping

hidralazin dan minoksidil (takhikardia, pusing kepala dan retensi air dan garam) kurang dianjurkan untuk

pengobatan pertama penderita hipertensi :

1. Hydrolazine (Apresoline) tablet 25 mg. Tak ada saat ini di Indonesia

2. Kombinasi Reserpine 0,1 mg dan Dihydralazine sulfate 10 mg (Adelphane). Dosis 2 – 3 x 1

tablet/hari (maksimal 5 tablet/hari)

3. Kombinasi Reserpine 0,1 mg. Dihydralazine 10 mg dan Hydrochlorothizide 15 mg (Serapes). Dosis 1

x 1 – 4 tablet/hari

4. Kombinasi Reserpine 0,1 mg. Hydralazine HCL 25 mg dan Hydrochlorothiazide 15 mg (Serapes).

Dosis 1 x 1 – 4 tablet/hari

Page 20: HIPERTENSI

5. Kombinasi Carbazochrome Na Sulronate 1,5 mg, vitamin C 20 mg, Reserpine 0,1 mg, di Methionine

50 mg dan Inositol 20 mg (Tensidona) Dosis 1 x 1 sampai 2 x 2 tablet/hari

6. Kombinasi L- a – Methyldopa 125 mg dan Hydrochlorothiazide 15 mg. Dosis 2 x 1 sampai 3 x 1

tablet/hari

Pendidikan Kesehatan dan Kepatuhan terhadap Pengobatan

Kunci keberhasilan pengoabtan ialah komunikais yang baik antara dokter dengan penderita.

Informasi yang baik tentang tekanan darah dan hipertensi, tentang risiko dan prognosis, tentang manfaat

pengobatan dan tentang risiko dan efek sampaing pegobatan akan sangat membantu kontrol jangka

panjang hipertensi.

Kegagalan membangun hubungan komunikais yang baik menyebabkan ketidakpatuhan terhadap

pengobatan dan kontrol yang tak memuaskan terhadap hipertensinya. 70 – 75% penderita hipertensi

didunia tidak diobati atau tidak terkontrol dengan baik.

Sasaran tekanan darah tercapaiRisiko tinggi & sangat tinggi

Risiko sedang & rendah

- Periksa setiap 3 bln

- Monitor TD & faktor risiko

- Intensifkan intervensi gaya hidup

- Periksa setiap 6 bln

- Monitor TD & faktor risiko

- Intensifkan intervensi gaya hidup

Gambar 2. Stabilisasi, perawatan dan pantauan setelah Tx Rarmakologi

Hipertensi Resistan / Refrakter

Dianggap refrakter bila dengan intervensi gaya hidup dan pengobatan kombinasi dosis optimal

tekanan darah (TSS / TDS) tidak dapat turun di bawah 140 / 90 mmHg pada hipertensi klasik, atau turun

Obat hipertensi mulai diberikan

Sasaran TD tidak tercapai setelah 3 bln

- Tidak ada respon ganti obat atau kombinasi dosis rendah dari obat yang berbeda kelas

- Respon sebagian naikkan dosis, tambah obat golongan lain atau kombinasi obat dosis rendah

- Intensifkan intervensif gaya hidup

Efek samping yang nyata

- Ganti obat atau kombinasi obat dosis rendah dari golongan yang berbeda

- Kurangi dosis dan tambahkan obat golongan lain

Hipertensi sulit dikontrol

Rujuk ke spesialis atau RS rujukan

Page 21: HIPERTENSI

di bawah TDS 140 mmHg pada hipertensi sistolik. Pada keadaan demikian sebaiknya penderita dirujuk ke

Dokter Spesialis atau ke RS rujukan

Sebab – sebab Hipertensi Refrakter ialah sebagai berikut :

1. Terdapat Hipertensi Sekunder (penyakit ginjal dan endokrin)

2. Tidak patuh terhadap rencana pengobatan

3. Minum obat yang meningkatkan tekanan darah (obat anti keradangan nonsteroid, dll)

4. Kegagalan untuk mengubaha gaya hidup (tambah gemuk, tetap minum alkohol berlebih)

5. Kelebihan cairan karena kurang cukup diuretik, insufisiensi renal progresif

Pengobatan yang lain

Karena tujuan pengobatan untuk penurunan risiko total kardiovaskuler maka snagat penting

untuk mengonati faktor risiko lain dan kondisi klinik lain yang menyertai. Perlu pengoabtan diabetes

mellitus hiperlipidemia, penyakti jantung koroner, serebrovaskuler dan ginjal bila ada

Obat Antiplatelet

Aspirin dan obat antiplatelet lain diberikan pada penderita penyakit jantung koroner dan

serebrovaskuler karena terbukti dapat menurunkan risiko kejadian koroner fatal, stroke dan keamtian

kardiovaskuler

Obat penurun Kholesterol

Diberikan pada penderita hipertensi dengan hiperlipidemia dan risiko tinggi penyakit jantung

koroner.

Tindakan Lanjutan (Follow – Up)

Selama masa evaluasi dan stabilisasi pengoabtan, perlu monitor yang lebih sering tekanan darah,

faktor risiko yang lain serta kondisi klinik yang ada. Monitor jug aberguna untuk menilai hasil

pengobatan. Frekuensi kunjungan tergantung pada kategori risiko kardiovaskuler total penderita seperti

dapat dilihat pada gambar 2.

RINGKASAN

Pravelansi hipertensi di Indonesia (6 – 15%) tidak banyak berbeda degan ditunda (5 – 18%).

Tujuan evaluasi klinik penderita hipertensi ialah konfirmasi hipertensi dan menetukan tingkatnya,

Page 22: HIPERTENSI

menyingkirkan / menemukan hipertensi sekunder, menentukan kerusakan organ target serta kuantitas

beratnya serta mencari faktor risiko kardiovaskuler dan kondisi kliniklain yang mempengaruhi prognosis

dan pengobatan hipertensinya.

Menurut batasan WHO – ISH yang abru (1999) tekanan darah optimal, bila < 120 / 80 mmHg

dan normal bila < 130 / 85 mmHg. Hipertensi derajat 1 (140 – 159/90 – 99 mmHg), derajat 2 (160 – 179 /

100 – 109 mmHg), derajat 3 (> 180 / > 110 mmHg). Berat ringan hipertensi (stratifikasi risiko abosulut

kardiovaskuler) yang dibagi menjadi risiko rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi, ditentukan oleh

faktor risiko penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ target serta kondisi klinik yang berhubungan yang

memperngaruhi prognosis.

Tujuan pengobatan hipertensi ialah tercapainya menuurnkan maksimum morbiditas dan

mortalitas kardiovaskuler. Selain mengobati hipertensinya juga mengobati faktor risiko kardiovaskuler,

mengobati kerusakan organ target dan mengobati kondisi klinik lain yang menyertai. Pilihan obat

tentunya juga ditentukan oleh keadaan tersebut di atas.

Pengobatan nonfarmakologi diberikan pada semua tingkat hipertensi yang meliputi mengurangi

didet natrium < 100 mmol (5,8 g) per hari atau < 6 g NaCl per hari, mengurangi berat badan pada

obsesitas, olahraga aerobik, dan lain sebagainya, yang berguna juga untuk pencegahan primer maupun

sekunder.

Pengobatan farmakologi dimulai dosis rendah. Pada pednerita risiko tinggi dan sangat tinggi

diberikan segera, sedangkan pada risiko rendah dan sedang dapat ditunda setelah 6 – 12 bulan. Penderita

dengan risiko sangat tinggi dan hipertensi refrakter dirujuk ke dokter spesialis atau ke RS rujukan.

Prognosis tergantung stratifikais risiko kardiovaskuler (rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi)

dan respon serta kepatuhan terhadap pengobatan.