HIPERTENSI 2.docx
-
Upload
ayu-listari -
Category
Documents
-
view
228 -
download
2
Transcript of HIPERTENSI 2.docx
IPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan kelainan kardiovaskular yang masih banyak dijumpai dalam
masyarakat. Prevalensi hipertensi dalam masyarakat Indonesia cukup tinggi meskipun tidak
setinggi di negara-negara yang sudah maju yaitu sekitar 10%. Angka kejadian di RS Jantung
Harapan Kita sendiri, berdasarkan data dari UGD pada Oktober – Desember 2010, dari
sejumlah 2546 pasien, terdapat sejumlah 368 pasien ( 0,144 % ) dengan Hipertensi yang
terbagi atas Hipertensi Urgensi sejumlah 37 pasien ( 0,014%), Hipertensi Emergensi
sejumlah 12 pasien (0,004%), Hipertensi Stg I, II sejumlah 319 pasien (0,125%).
Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi dimana tekanan darah (TD)
diastolik sangat meningkat sampai 120 – 130 mmHg yang merupakan suatu kegawatan medik
dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Selain itu, apabila hipertensi ini tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai
komplikasi yaitu mengenai target organ jantung, otak (serebrovaskular), mata dan ginjal.
Pada kondisi seperti ini peranan perawat sangat penting sekali dalam melakukan upaya-upaya pencegahan komplikasi maupun penanganan yang cepat untuk melakukan penyelamatan jiwa melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi sangat
tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung.
Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai
meminum obat antihipertensinya.
Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi
kenaikan tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan
diastolik lebih atau sama dengan130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan
gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III ± IV menurut Keith-
Wagner (KW)
B. KLASIFIKASI
Krisis Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasar tingkat kegawatannya
1. Emergency Hypertension (Hipertensi Darurat): Tekanan darah yang sangat tinggi dan
terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam
menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi
di Indonesia memakai patokan >220/140.
2. Urgency Hypertension (Hipertensi Mendesak) :Tekanan darah yang tinggi tapi belum
disertai kerusakan organ. Tekanan darah harus diturunkan dalam hitungan jam atau hari
untuk mencegah kerusakan target organ. Sama seperti Hipertensi darurat, tidak ada patokan
mutlak, namun sebagai patokan tekanan darah yang lebih dari 180/110 mmHg.
C. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko hipertensi adalah :
Penderita hipertensi yg tidak meminum obat atau minum obat anti hipertensi
Kehamilan
Penggunaan NAPZA
Penderita dengan rangsangan simpatis yang tinggi seperti luka bakar berat,
phaechromocytoma, penyakit kolagen, penyakit vaskuler, trauma kepala.
Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
D. TANDA & GEJALA
Gejala krisis Hipertensi ini bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat
1. Gejala ringan :
- Mual, muntah
- Sakit Kepala
- Kaku pada tengkuk
- Nyeri Dada
- Sesak Napas
2. Gejala yang lebih berat
- Gangguan kesadaran sampai pingsan
- Kejang
- Nyeri Dada hebat
E. PATOGENESIS
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat
sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-
nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina
akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari
hipertensi maligna. Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi
menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang
sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible. Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi
akan menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada
hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap
atau berkala.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan Krisis Hipertensi
1. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan
ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40
mg. Penderita harus dirawat inap.
2. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)
Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek, tekanan darah
harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam pengeloaan.
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan
biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap
penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya
masalah baru. Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara
yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap
tubuh dan efek samping minimal.
a. Diazoxide
Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat dan
cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi
penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung atau aliran darah ke ginjal. Tetapi
menurut beberapa penulis, diazoxide juga menaikkan isi sekuncup, isi semenit dan denyut
jantung permenit, sehingga tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang disertai aorta diseksi
atau kelainan coroner.
Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan dapat menembus
plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin sehingga tidak direkomendasikan untuk
krisis hipertensi pada kasus eklamsia. Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg
selama 10-30 detik, penurunan tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh
puncak dicapai antara 2-3 menit, dan bertahan 4-12 jam. Untuk penderita dengan perdaraham
otak, dianjurkan pemberian intra vena sebesar 500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap
10-15 menit sampai didapat tekanan diastolik 100-105 mmHg.
b. Sodium Nitropusid
Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat
menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari hipotensi, pengawasan
ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini. Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan
pelan-pelan sampai tercapai penurunan tekanan darah yang cukup. Penurunan tekanan darah
terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai dalam 1-2 menit, hanya berlangsung 3-5
menit.
Efek samping : takikardi dan sakit kepala.
c. Trimetapan (Artonad)
Merupakan penghambat ganglion, bekerja dengan cara menurunkan isi sekuncup
jantung dan isi semenit jantung. Obat ini baik digunakan pada kasus krisis hipertensi dengan
payah jantung atau diseksi aorta anerisma.
Dosis : 500 mg/500 cc Dextrosa 5% dengan kecepatan 0,25 mg%/menit, kemudian dinaikkan
perlahan sampai dicapai penurunan tekanan yang dikehendaki, yaitu tekanan diastolik 110
mmHg dalam waktu 1 jam. Jangka waktu kerja 5-15 menit. Infus diberikan dengan posisi
duduk, untuk menghindari efek hipotensi yang berlebihan.
d. Hidralazin (Apresolin)
Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan vasodilatasi
perifer, tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin menaikkan denyut jantung
permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung. Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan
pada toksemia gravidarum dan
krisis hipertensi dengan ensefalopati.
Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena (1 ampul dari
20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan 10-60 tetes/menit.
Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20 menit, berlangsung sampai 1 jam. Apabila
selama 30 menit tidak berhasil, dapat diulang tiap 3-6 jam.
e. Klonidin (Catapres)
Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik pada batang
otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga menurunkan tekanan vaskular
sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh ginjal. Klonidin diberikan intravena 1 ampul
(150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9% dalam waktu 10 menit.Efek penurunan tekanan
terjadi dalam waktu 5- 10 menit. Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4
jam, terjadi penurunan tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai lebih aman
dan terkontrol, tetapi kurang dalam kekuatan dan kecepatan dibanding dengan Diazoxide,
Sodium Nitroprusid dan Trimetapan. Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut
kering dan kantuk yang hebat. Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi
dengan eklamsia dan aorta anerisma.
f. Kaptopril (Kapoten)
Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi glomeruli
dengan menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat (angiotensin II) dan juga
menghambat perusakan vasodilator yang kuat (bradikinin).
Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik dapat memberikan
efek potensiasi.
g. Pentolamin dan Penoxi Benzamin
Kedua obat merupakan penghambat alfa adrenergik, diberikan terutama untuk
feokromositoma atau karena hambatan MAO (mono amino oksidase). Dosis : 5-15 mg IV,
akan menurunkan tekanan darah dalam 10-15 menit.
h. Antagonis Kalsium (Nifedipin)
Antagonis kalsium (Nifedipin, Diltiazem dan Verapamil) bekerja dengan menghambat
pemasukan ion kalsium ke dalam sel dan merupakan vaso dilatator kuat yang mempunyai
daya aksi jangka panjang.
Nifedipin mempunyai harapan dalam pengobatan darurat dengan cara menurunkan
tahanan perifer dengan melemaskan otot polos pembuluh darah, tidak menimbulkan depresi
pada miokard dan tidak mempunyai sifat antiaritmia.
Dosis : 1-2 tablet (10-20mg) dosis tunggal. Pemberian sublingual dapat memberikan efek
yang lebih cepat, yaitu beraksi dalam 3 menit setelah pemberian. Apabila penderita tidak
sadar dapat diberikan lewat pipa lambung.
3. Obat-Obat Parenteral Untuk Penanganan Hipertensi Emergensi menurut standart pelayanan
medis RS Jantung Harapan Kita
Obat Golongan Dosis Onset Kerja Masa Kerja Efek Samping
Sodium Vasodilator 0,25 – 10 Segera 1 – 2 menit Mual, hipotensi,
Nitroprusid Arteri & Vena mg/kg/mnt keracunan tiosianat,
sianida,
Methemoglob,
ulinemia
Nitrogliserin Vasodilator
Arteri & Vena
5 – 100
mg/mnt
1 – 5 mnt 3 – 5 mnt Sakit kepala, mual,
takikardi, muntah
Nikardipin Antagonis
Kalsium
5 – 15 mg/jam 5 – 15 mnt 30 – 40 mnt Hipotensi, takikardi,
mual, muntah, muka
merah
Hidralazin Vasodilator 1- 20 mg
IV/50 mg IM,
ulang Setiap 4
– 6 jam
5 – 30 mnt 3 – 9 jam Peningkatan curah
jantung& laju
jantung Sakit
kepala, angina.
4. Obat-obatan Anti Hipertensi Oral Untuk Penanganan Hipertensi Urgensi
Obat Golongan Dosis (mg) Keterangan
Captopril Penghambat EKA 25 – 50 Diberikan oral / sublingual. Efek maksimal
dlm 30 - 90 menit. Penurunan tekanan
berlebihan pada pasien dengan status volum
kurang tidak direkomendasikan pada stenosis
arteri renalis
Nitrogliserin Vasodilator 1,25 – 2,5 Sublingual, efek maksimal dalam 15 – 30 menit
. direkomendasikan pada pasien penyakit
jantung iskemik
Nikardipin Antagonis Kalsium 30 Pemberian oral / sublingual. Hanya
menyebabkan sedikit peningkatan laju jantung
dan menyebabkan penurunan tekanan darah
yang lebih lambat & bertahan lama disbanding
nifedipin. Dapat menyebabkan hipotensi&
muka merah
Klonidin Agonis α 0,1 – 0,4 Pemberian oral . efek maksimal dalam 1 – 4
jam. Menyebabkan kantuk, melayang, mulut
kering, dan hipertensi akibat putus obat.
Furosemid Diuretik 40 – 80 Pemberian oral. Walaupun tidak diberikan pada
saat awal, bisa diberikan setelah obat-obat anti
hipertensi lain digunakan
5. Pengobatan khusus krisis hipertensi
a. Ensefalopati Hipertensi
PadaEnsefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi
esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan darah naik
dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal
(nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas)
melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal.
Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
b. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah
terkontrol. Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan
c. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat kenaikan
tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi, keringat banyak
dan tremor.
Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
d. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila
terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri dada
tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi : didapatkan
bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah pada kedua lengan.
Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu
dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.
e. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin
kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
f. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena penurunan
tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar tempat
perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan
sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120 mmHg
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KRISIS HIPERTENSI
Krisis Hipertensi (KH) biasanya secara klinis mudah dilihat tanda dan gejalanya.
Tanda dan Gejala
Tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
Tanda Ancaman Kehidupan Gejala KH:
1. Sakit Kepala Hebat
2. Nyeri dada
3. Peningkatan tekanan vena
4. Shock / Pingsan
1 . Pengkajian
Pengkajian dengan pendekatan ABCD.
A . Airway
1. Yakinkan kepatenan jalan napas
2. Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
bawa segera mungkin ke ICU.
B . Breathing
1. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
2. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
3. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan
bag-valve-mask ventilation
4. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2
5. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
6. Lakukan pemeriksan system pernapasan
7. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan kongesti paru
C . Circulation
1. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop
2. Kaji peningkatan JVP
3. Monitoring tekanan darah
PemeriksaanEKG mungkin menunjukan:
1. Sinus tachikardi
2. Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
3. Right bundle branch block (RBBB)
4. Right axis deviation (RAD)
5. Lakukan IV akses dekstrose 5%
6. Pasang Kateter
7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
9. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus Diazoksid,Nitroprusid
D . Disability
a. Kaji tingkat kesadaran
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
E . Exposure
1. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya.
2. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
Intervensi keperawatan :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi
h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher
j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi.
Hasil yang diharapkan :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang
yang dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :
a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman,
tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman
3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda vital stabil.
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
Intervensi keperawatan :
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping
atau efek toksik
d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g. Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h. Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan
i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Hasil yang diharapkan :
Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan.
Diagnosis Krisis Hipertensi:
Diagnosis Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat
mendiagnosa suatu krisis hipertensi.
Anamnesa : Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Krisis hipertensi
umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak napas
pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur pada edema papila mata; sakit kepala
hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada
gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah
pada umumnya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda
keterlibatan organ target.
Hal yang penting ditanyakan :
1. Riwayat hipertensi : lama dan beratnya.
2. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
3. Usia : sering pada usia 40 ± 60 tahun.
4. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, hoyong, perubahan mental, ansietas ).
5. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang ).
6. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri
dada ).
7. Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis.
8. Riwayat kehamilan : tanda eklampsi Pemeriksaan fisik :
9. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran TD ( baring dan berdiri ) mencari
kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung kongestif,
altadiseksi ). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan
neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit
penyerta lain seperti penyakit jantung koroner.
10. Pemeriksaan penunjang :
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan perencanaan. Urin
dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena tingginya
tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan kreatinin
meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan berpotensi
menimbulkan aritmia.
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. darah : darah rutin, BUN, creatinine, elektrolit, KGD.
b. urine : Urinalisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
ataupun gangguan koroner d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana ).
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald ( kasus
tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk Katekholamine, metamefrin,
venumandelic Acid ( VMA ).
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
11. Faktor presipitasi pada krisis hipertensi
Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dapat dibedakan
hipertensi emergensi urgensi dan faktor-faktor yang mempresipitasi krisis hipertensi.
Keadaan-keadaan klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi, antara lain :
a. Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis essensial (tersering)
b. Hipertensi renovaskular.
c. Glomerulonefritis akut.
d. Sindroma withdrawal anti hipertensi.
e. Cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat.
f. Renin-secretin tumors.
g. Pemakaian prekusor katekholamine pada pasien yang mendapat MAO Inhibitors.
h. Penyakit parenkhim ginjal.
i. Pengaruh obat : kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor, simpatomimetik
( pil diet, sejenis Amphetamin ), kortikosteroid, NSAID, ergotalk.
j. Progresif sistematik sklerosis, SLE.
Difrensial diagnosa
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi
seperti :
a. Hipertensi berat
b. Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
c. Ansietas dengan hipertensi labil.
d. Oedema paru dengan payah jantung kiri.
Penatalaksanaan Krisis Hipertensi:
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1 %.
Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan
tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik lebih
atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan gangguan fungsi
jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III ± IV menurut Keith-Wagner (KW).
Beberapa keadaan yang termasuk keadaan darurat hipertensi atau krisis hipertensi
akut adalah :
1. Ensefalopati Hipertensi.
2. Hipertensi Maligna.
3. Hipertensi dengan komplikasi :
a. Gagal jantung kiri akut
b. Perdarahan intra kranial
c. Perdarahan pasca operasi
d. Aortic dessection.
4. Eklamsia.
5. Feokromositoma.
Kesimpulan
1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang
memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi dalam
menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.
Beberapa Hal yang perlu diperhatikan
1. Disiplinlah dalam meminum obat antihipertensi anda
Kedisiplinan dalam meminum obat antihipertensi akan mencegah terjadinya
krisis hipertensi ini. Keitdakdisiplinan dalam meminum obat juga dapat
menyebabkan resistensi obat. Dimana diperlukan dosis yang lebih besar untuk menurunkan
tekanan darah anda ke angka yang ideal.
2. Sebaiknya anda memiliki pengukur tekanan darah sendiri
Alat pengukur tekanan darah elektronik dapat diperoleh dengan harga paling
murah sekitar Rp 300.000,00. Alat ini akan sangat membantu anda memantau tekanan darah
anda di rumah. Dan dapat member peringatan dini bila tekanan darah anda terlalu tinggi.
3. Kontrol secara teratur
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit lain seperti penyakit ginjal, mata,
pembesaran jantung, bahkan stroke. BIla anda penderita penyakit darah
tinggi anda lebih mudah terkena penyakit-penyakit tersebut. Maka dari itu
rajinlah memeriksakan diri anda untuk memantau kesehatan anda.
4. Ubah gaya hidup
Banyak pasien Hipertensi merasa cukup dengan pemberian obat anti hipertensi.
Perlu diketahui pemberian obat antihipertensi hanyalah salah satu aspek dalam penanganan
hipertensi. Anda juga harus berperan aktif dalam menjaga gaya hidup anda. Makanlah dengan
pola makan yang sehat, berhenti merokok, berolahraga, kurangi garam dan vetsin.
3.Evaluasi
Langkah-langkah untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan :
1) Menentukan garis besar masalah kesehatan yang di hadapi ,
2) Menentukan bagaimana rumasan tujuan perawatan yang akan dicapai,
3) Manantukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
sumber-sumber proses atau hasil, tergantung kepada dimensi evaluasi yang diinginkan,
4) Menentukan metode atau tehnik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diperlukan,
5) Membandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan standar
untuk evaluasi,
6) Identivikasi penyebab atau alasan yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang
memuaskan,
7) Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai perlu ditentukan alasan : mungkin
tujuan tidak realistik, mungkin tindakan tidak tepat, atau mungkin ada faktor lingkungan yang
tidak diatasi.
Macam-macam evaluasi yaitu :
1) Evalusi kuantitatif
Evaluasi ini dilaksanakan dalam kuantitas atau jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah
dikerjakan. Contoh : jumlah pasien hipertensi yang telah dibina selama dalam perawatan
perawat.
2) Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu dari tiga
diimensi yang saling terkait yaitu :
a) Struktur atau sumber
Evaluasi ini terkait dengan tenaga manusia, atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan. Dalam upaya keperawatan hal ini menyangkut antara lain:
Kualifikasi perawat
Minat atau dorongan
Waktu atau tenaga yang dipakai
Macam dan banyak peralatan yang dipakai
Dana yang tersedia
b) Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Misalnya : mutu penyuluhan yang diperlukan kepada klien dengan gejala-gejala yang
ditimbulkan.
c) Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya klien dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan.
Hasil dari keperawatan pasien dapat diukur melalui 3 bidang :
1. Keadaan fisik
Pada keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh turun, berat badan naik , perubahan
tanda klinik.
2. Psikologik-sikap
Seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap positif terhadap patugas kesehatan.
3. Pengetahuan-perilaku
Misalnya keluarga dapat menjalankan petunjuk yang diberikankeluarga dapat menjelaskan
manfaat dari tindakan keperawatan.