Nihonshi 2.docx

27
ZAMAN PERTENGAHAN (CHUUSEI) MAKALAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Nihonshi (Sejarah Jepang) Oleh : Atiekah Sumaroh Ichi Anggreini.D.K.P Melly Septiani M.S (1100098) Nia Novitasari M. Dzikri Oktaviani Zahrah.G R.Citra Mirasati Tina Nurtina (1104169) JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Transcript of Nihonshi 2.docx

Page 1: Nihonshi 2.docx

ZAMAN PERTENGAHAN (CHUUSEI)MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Nihonshi (Sejarah Jepang)

Oleh :

Atiekah Sumaroh

Ichi Anggreini.D.K.P

Melly Septiani M.S (1100098)

Nia Novitasari

M. Dzikri

Oktaviani Zahrah.G

R.Citra Mirasati

Tina Nurtina (1104169)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2012KATA PENGANTAR

Page 2: Nihonshi 2.docx

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Zaman

Pertengahan (Chuusei)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas

mata kuliah Nihonshi.

Dalam sejarah Negara Jepang terdapat lima pembagian zaman, yaitu; zaman kuno

(kodai), zaman pertengahan (chuusei), zaman pra modern (kinsei), zaman modern

(kindai) dan Gendai (dewasa ini). Dalam makalah ini akan dijelaskan zaman

pertengahan (chuusei), dimana terbagi ke dalam tiga zaman antara lain; zaman

Kamakura, Muromachi dan Azuchi Momoyama. Dari ketiga pembagian zaman

tersebut terdapat beberapa peristiwa yang berpengaruh terhadap negara Jepang

yang terangkum dalam sub judul keadaan zaman. Selain itu terdapat kebudayaan

pada masa itu serta peninggalan-peninggalan yang kini menjadi sejarah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena

masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan

teknik penulisannya. Akhirnya, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi

penulis dan bagi pembaca. Amin.

Bandung, 8 Mei 2012

Penulis

BAB I

Page 3: Nihonshi 2.docx

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

      Zaman Kamakura merupakan zaman dimulainya sistem pemerintahan

feodal (Hōkenseido). Sistem pemerintahan seperti ini baru dapat diakhiri

setelah zaman Edo. Oleh karena itu kebudayaan pada masa itu adalah

kebudayaan feodal. Inti dari sistem feodal tersebut adalah pengelolaan

tanah dikerjakan oleh petani dan pemilik tanah menggunakan tenaga Bushi

(Samurai) sebagai alat pemeras petani agar mereka terus bekerja dan

membayar pajak yang tinggi.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan zaman kamakura dan muromachi saat itu?

2. Bagaimana keterkaitan antara kebudayaan kamakuran dengan

sistem pemerintahan?

3. Bagaimana kebudayaan pada zaman muromachi?

4. Apa yang disebut dengan heike monogatari dan gunki

monogatari?

5. Apa saja peninggalan pada zaman kamakura dan muromachi ?

B. Tujuan Makalah

Untuk mengetahui sejarah pada zaman kamakura dan

perkembangan-perkembangannya sebagai bahan acuan sumber

untuk menambah wawasan terhadap sejarah jepang.

Page 4: Nihonshi 2.docx

BAB II

ZAMAN PERTENGAHAN (CHUUSEI)

MAKALAH

Zaman pertengahan atau Chuusei terbagi ke dalam tiga zaman yaitu; zaman

Kamakura, Muromachi dan zaman Azuchi Momoyama. Berikut ini uraiannya:

1. ZAMAN KAMAKURA 1192-1333 M

Keadaan Zaman

Setelah keluarga Taira yang dipimpin

Kiyomori, mengalahkan keluarga

Minamoto yang dipimpin Yoshitomo,

semua keluarga Minamoto dibunuh kecuali

Yoritomo dan Yoshitsune (keduanya masih

kecil). Mereka tidak dibunuh karena ibu

Yoshitsune dijadikan selir oleh Kiyomori.

Karena peperangan tersebut, Kiyomori

menggantikan kedudukan keluarga

Fujiwara di Kyōto.

Yoshitsune

Page 5: Nihonshi 2.docx

Yoritomo

        Pada tahun 1180 M Yoritomo

membentuk markas di Kamakura dan punya

banyak pengikut. Yoshitsune juga

membantunya untuk mengalahkan keluarga

Taira. Tahun 1185 M Yoritomo menyuruh

Yoshitsune dan Kiso Yoshinaka untuk

menyerang keluarga Taira. Terjadi

pertempuran di Dan no Ura. Dalam

pertempuran tersebut Yoshitsune

mengalahkan keluarga Taira. Kemenangan

Yoshitsune tersebut ternyata menimbulkan iri

hati pada Yoritomo. Akhirnya Yoshitsune

dibunuh.

         Yoritomo menguasai Jepang dengan sistem pemerintahan militer

(pemerintahan Bakufu) dan mendirikan pusat pemerintahan di Kamakura (Hal

inilah yang menyebabkan penamaan zaman ini dinamakan zaman Kamakura).

Saat itu ada 2 macam pemerintahan yaitu pemerintahan sipil dan agama yang

dipimpin oleh oleh Tennō yang ada di Kyoto dan pemerintahan militer (bakufu)

yang dipimpin oleh Yoritomo yang ada di Kamakura.

         Tahun 1185 M Yoritomo memberikan tanah kepada kaum militer yang aktif

berperang dan menjadikan mereka sebagai pengikutnya (Gokenin). Gokenin yang

berpotensi dijadikan Shugo (kepala polisi di daerah) dan Jittō (pengawas tanah

yang bertugas mengumpulkan pajak). Tahun 1192 M Yoritomo mendapat gelar

Sei-i-tai-Shōgun  (=Jendral yang menundukkan orang-orang liar. Orang liar di sini

adalah bangsa Ainu yang keberadaannnya semakin terpinggirkan) dan sejak saat

itu dimulailah pemerintahan Bakufu yaitu pemerintahan militer yang dipimpin

oleh Shōgun . Shugo dan Jittō yang diangkat dari keluaga dan pengikut dari

Yoritomo mulai menghapus sistem Shōen (tanah pribadi yang bebas pajak).

Akhirnya Shugo menguasai daerah propinsi dan menjadi kepala daerah dengan

Page 6: Nihonshi 2.docx

sebutan Daimyō. Mereka membentuk prajurit-prajurit bersenjata yang disebut

Samurai. Para Daimyō semakin berkuasa dan pemerintah Bakufu semakin lemah.

         Setelah Yoritomo meninggal tahun 1199, kekuasaan Bakufu bergeser ke

keluarga Hōjō (keluarga asal istri Yoritomo yaitu Masako). Tahun 1256,

Tokimune (usia 6 tahun) menjadi kaisar. Selama pemerintahannya dua kali Jepang

diserang oleh pasukan Kubilai Khan (tahun 1274 M dan 1281 M). Para Gokenin

yang ikut berperang tidak mendapatkan balas jasa yang cukup. Gokenin merasa

tidak puas dan tidak lagi mengikuti pemerintahan Bakufu.

         Tahun 1333 M, Tennō Godaigo yang melihat lemahnya Bakufu ini,

memanggil para Gokenin yang tidak puas terhadap keluarga Hōjō untuk

menjatuhkan Bakufu. Tokoh yang berjasa dalam perebutan kekuasaan itu adalah

Ashikaga Takauji, Kibatake Chikafusa, Kusonoki Masahige dan Niita Yoshida.

Dengan jatuhnya Bakufu Kamakura maka berakhirlah zaman Kamakura.

Kebudayaan

           Zaman Kamakura merupakan zaman dimulainya sistem pemerintahan feodal (Hōkenseido). Sistem pemerintahan seperti ini baru dapat diakhiri setelah zaman Edo. Oleh karena itu kebudayaan pada masa itu adalah kebudayaan feodal. Inti dari sistem feodal tersebut adalah pengelolaan tanah dikerjakan oleh petani dan pemilik tanah menggunakan tenaga Bushi (Samurai) sebagai alat pemeras petani agar mereka terus bekerja dan membayar pajak yang tinggi.

Sistem politik feodal Jepang di zaman Edo disebut Bakuhan Taisei (幕藩体制), baku dalam "bakuhan" berarti "tenda" yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintah militer atau keshogunan). Dalam sistem Bakuhan taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer.

Pada zaman ini lahir golongan prajurit yang disebut Samurai, sehingga pada zaman ini muncul dua orang pembuat pedang yang terkenal yaitu Masamune dan Muramasa. Adanya Samurai juga melahirkan suatu etika atau ajaran hidup yang disebut Bushidō. Misalnya berani mati, berani menghadapi bahaya, menjunjung tinggi tanah air, setia kepada pemimpin, dll. Bushido memberikan pedoman kepada setiap tingkah laku dalam pergaulan di masyarakat, termasuk

Page 7: Nihonshi 2.docx

cara berbicara, memberi hormat, mempertahankan kehormatan, dsb. Harakiri (bunuh diri dengan memotong perut) dianggap perbuatan yang mulia untuk menjunjung kehormatan.

Masamune adalah salah satu pembuat pedang Jepang yang terhebat di Jepang. Masamune juga tercatat sebagai swordsmith legendaris dalam catatan sejarah Jepang. Pedang-pedang katana yang diciptakan oleh masamune sendiri memiliki karakteristik yang khas dan berjeniskan tachi yaitu pedang Jepang sebelum adanya katana dan ukurannyapun lebih panjang dari pada katana biasa kita kenal selama ini. Muramasa memulai karirnya sebagai seorang Japanese Swordsmith yaitu pada tahun 1288 hingga tahun 1328. Muramasa hidup pada masa keshogunan Kamakura. .

Salah satu pedang ciptaan masamune yang paling terkenal dan bahkan dianggap sebagai Harta Negara Jepang yaitu Honjo Masamune. Selain Honjo Masamune ada juga beberapa pedang karya masamune yang cukup terkenal, diantaranya yaitu : Fudo Masamune, Hocho Masamune dan Kotegiri masamune. Pedang-pedang tersebut merupakan pedang-pedang yang pernah mendampingi beberapa orang besar dalam sejarah Jepang. Ini merupakan beberapa pedang yang diciptakan oleh masamune. Di katakan bahwa beberapa pedang ciptaan masamune telah hilang entah ke mana yang sampai sekarang belum di ketahui keberadaannya.

Muramasa merupakan salah satu pembuat pedang Jepang yang sangat terkenal dan merupakan seorang legenda pembuat pedang yang sangat pandai. Muramasa hidup di masa keshogunan Muromachi. Walau Muramasa merupakan seorang swordsmith yang pandai, tapi dia memiliki ambisi juga seorang pembuat pedang gila. Pedang-pedang karya Muramasa populer karena memiliki hawa pembunuh dan haus darah yang sangat tinggi sehingga membuat prajurit yang memegangnya didorong untuk melakukan pembunuhan atau bunuh diri.

Peninggalan

Kehidupan kaum militer pada zaman ini juga melahirkan sastra yang melukiskan

peperangan kaum militer yang disebut Gunki Monogatari, salah satunya yang

paling terkenal adalah Heike Monogatari yang melukiskan bangkit dan jatuhnya

keluarga Taira.

Page 8: Nihonshi 2.docx

Gunki monogatari (军 记 物语), Atau "war tales," adalah kategori sastra

Jepang yang ditulis terutama di Kamakura dan periode Muromachi yang berfokus

pada perang dan konflik, terutama perang saudara yang terjadi antara 1156 dan

1568. Contoh dari genre ini termasuk Monogatari Hogen dan Heiji Monogatari.

Para gunki paling terkenal adalah Heike Monogatari.

Heike monogatari (平 家 物语) Adalah rekening epik perjuangan antara

klan Taira dan Minamoto untuk menguasai Jepang pada akhir abad ke-12 dalam

Perang Genpei (1180-1185). Heike (平 家) mengacu pada Taira (平) klan; "hei"

menjadi bacaan alternatif dari kanji (karakter) untuk Taira. Dalam hal judul

Perang Genpei, "hei" dapat dibaca sebagai alternatif "pei" lagi dan "gen" (源)

adalah kanji yang sama digunakan dalam Minamoto (juga dikenal sebagai Genji)

nama klan.

Telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris paling tidak lima kali, yang pertama

oleh AL Sadler di 1918-1921. Sebuah terjemahan lengkap di hampir 800 halaman

oleh Hiroshi Kitagawa & T. Bruce Tsuchida, yang diterbitkan pada tahun 1975.

Juga diterjemahkan oleh Helen Mc Cullough pada tahun 1988. Dan terjemahan

ringkasan oleh Burton Watson diterbitkan pada tahun 2006.

Hal itu diceritakan kembali dalam prosa Jepang oleh novelis sejarah terkenal

yaitu Eiji Yoshikawa, yang diterbitkan di Asahi Mingguan pada tahun 1950

dengan judul Kisah Baru dari Heike.

Dari segi arsitektur, banyak dibuat patung Buddha (dari batu, kayu,

perunggu, tembaga). Patung yang paling terkenal adalah Daibutsu di Kamakura.

Patung ini dibuat dari tembaga dan tingginya 15 meter. Arsitektur pada zaman ini

lebih mementingkan keindahan yang struktural dari pada yang bersifat hiasan.

Misalnya di gerbang depan kuil Todaiji yaitu patung Niō-zo (Kongōrikishi). Di

zaman ini banyak pula dibuat lukisan gulung (emaki) seperti Genji Monogatari

Emaki, Mōkoshūrai Emaki.

Page 9: Nihonshi 2.docx

Pada zaman ini muncul juga Buddha aliran Zen. Aliran Zen cocok dengan

kepribadian kaum militer karena aliran ini mengajarkan kedisiplinan batin dengan

meditasi Zen (Zazen).

Tanaman teh juga mulai masuk ke Jepang dan menggantikan sake yang

memabukkan.

Niō-zō (kongōrikishi) Daibutsu di Kamakura

Portrait of Masamune

Page 10: Nihonshi 2.docx

Heike monogatari

        ZAMAN MUROMACHI (1338 M – 1568 M)

Keadaan Zaman

         Setelah bakufu Kamakura roboh, pada tahun 1333 M kaisar Godaigo

berkehendak memerintah secara de jure dan de facto. Perubahan dari

pemerintahan bakufu menjadi pemerintahan yang berpusat pada kaisar tersebut

dikenal dengan nama restorasi Kenmu. Restorasi tersebut hanya berlangsung

sampai 1336 M, karena pada tahun 1336 M Ashikaga Takauji yang sebelumya

membantu kaisar, berbalik menentang kaisar yang ingin memerintah sendiri. Ia

menyerang Kyōto. Niita Yoshida dan Kusonoki Masahige yang setia pada kaisar,

gugur pada pemberontakan tersebut.

         Kaisar kalah dan mundur ke Yoshino (di Nara) dan mendirikan istana di

sana. Sementara itu di Kyōto telah diangkat kaisar baru. Karena itu pada tahun

1336 M –1392 M ada dua orang Tennō. Tennō yang di utara/Kyōto (Tennō

Kōmyō) dan Tennō yang di selatan/Yoshino (Tennō Godaigo). Tennō yang di

utara mendirikan istana Hokuchō (istana utara) dan Tennō yang di selatan

mendirikan istana Nanchō (istana selatan). Sehingga pada rentang waktu tersebut

dikenal juga dengan zaman Nanbokuchō (zaman istana di utara dan selatan).

Rakyat menganggap bahwa Tennō yang sah adalah Tennō yang ada di Yoshino

(selatan). Sehingga ada pula yang menamakan zaman ini sebagai zaman Yoshino.

Page 11: Nihonshi 2.docx

Tahun 1338 M, Tennō

Kōmyō mengangkat Ashikaga

Takauji sebagai Seiitai Shōgun

dan mendirikan bakufu di

Kamakura (ada juga yang

menyebut zaman ini sebagai

zaman Ashikaga). Takauji

menjalankan pemerintahan

diarki. Dirinya menjadi kepala

kalangan samurai, sedangkan

adiknya yang bernama

Ashikaga Tadayoshi menjadi

kepala administrasi

pemerintahan. Pemerintahan

diarki tersebut ternyata

menimbulkan konflik internal

dalam keshōgunan.

Ashikaga Takauji

         Kō no Mōronao beserta pendukungnya yang anti-Tadayoshi berhadapan

dengan kelompok pro-Tadayoshi. Takauji yang semulanya bersikap netral

akhirnya memihak Mōronao. Tadayoshi dipaksa mengundurkan diri dari

jabatannya dan dijadikan biksu. Putra Takauji yang bernama Yoshiakira

menggantikan Tadayoshi sebagai kepala pemerintahan. Setelah Tadayoshi

mengundurkan diri, putra angkatnya yang bernama Ashikaga Tadafuyu melarikan

diri ke Kyūshū dan memberontak terhadap Shōgun.

         Pada tahun 1350 M, ketika Takauji memimpin ekspedisi untuk menghabisi

Tadafuyu, Tadayoshi melarikan diri dari Kyōto dan bergabung dengan istana

selatan. Pasukan Tadayoshi menjadi semakin kuat, sehingga Yoshiakira melarikan

diri dari Kyōto karena kalah perang. Pasukan Takauji juga kalah melawan

pasukan Tadayoshi. Tahun 1351 M, Takauji berdamai dengan Tadayoshi dengan

syarat Kō no Mōronao dan Kō no Mōrouji dijadikan biksu. Tadayoshi kembali

Page 12: Nihonshi 2.docx

menjadi sebagai pembantu Yoshiakira. Takauji dan Yoshiakira memiliki rencana

untuk menghabisi Tadayoshi dan Tadafuyu. Namun Tadayoshi lebih dahulu

melarikan diri. Di tahun 1351 M juga Tadayoshi tertangkap.

         Kemudian pihak istana selatan yang dipimpin pangeran Muneyoshi, Nitta

Yoshioki, Nitta Yoshimune, dan Hōjō Tokiyuki menyerang pasukan Takauji.

Tahun 1354 M, pihak istana selatan untuk sementara berhasil menduduki Kyoto.

Tapi tahun 1355 M, berhasil direbut kembali oleh pihak istana utara.

Ashikaga Yoshimitsu

Tahun 1392 M Shōgun  generasi ke-3

yaitu Ashikaga Yoshimitsu (cucu Ashikaga

Takauji) memindahkan bakufu dari

Kamakura ke Moromachi, dan mendirikan

bakufu Muromachi. Maka mulai tahun 1392

M – 1573 M disebut zaman Muromachi.

Tahun 1392 M Ashikaga Yoshimitsu

mendamaikan istana utara dan istana selatan

yang sebelumnya berselisih. Tennō yang di

selatan kembali ke Kyoto dan

mengundurkan diri serta mengakui Tennō

utara sebagai penggantinya.

         Tahun 1394 M Ashikaga Yoshimitsu menyerahkan jabatan Shōgun  kepada

anaknya, kemudian ia mengundurkan diri tetapi masih tetap memerintah.

Ashikaga Yoshimitsu yang mengundurkan diri ke Kitayama (dekat Kyoto)

mendirikan paviliun emas (Kinkaku).

         Setelah Yoshimitsu meninggal tahun 1408 M, timbul kekacauan dalam

pemerintahan. Terjadi percampuran Kuge (golongan bangsawan) dan Buke

(golongan militer) yang berlanjut pula dalam budayanya, yaitu timbulnya

Bukebunka (kebudayaan militer-bangsawan). Dalam kenyataannya, golongan

Kuge kalah dari golongan Buke sehingga golongan Kuge jatuh miskin.

Page 13: Nihonshi 2.docx

         Di ibukota Kyoto, Bakufu berkuasa tetapi kekuasaannya tidak mendapat

penghargaan dari Daimyō. Bakufu tidak mampu mengatasi kekacauan

pemerintahan yang disebabkan oleh Daimyō-Daimyō yang saling berperang untuk

memperluas daerah dan lingkungan kekuasaannya.

         Meskipun pemerintahan dalam negeri sedang kacau, tapi perdagangan baik

di dalam maupun luar negeri mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan pada tahun

1543 M Jepang membuka hubungan dagang dengan Portugis. Tahun 1549 M

Franciscus Xaverius memasukkan agama Kristen ke Jepang. Selain agama,

tembakau dan senjata api juga masuk ke Jepang.

         Pada masa pemerintahan Ashikaga Yoshimasa (Shōgun  generasi ke-8),

pemerintahan semakin kacau. Dia mendirikan paviliun perak (Ginkaku) di

Higashiyama. Untuk membiayai pembangunan paviliun tersebut harus ditarik

pajak yang besar dari rakyat. Rakyat pun mengadakan pemberontakan. Puncak

kekacauan terjadi pada perang Onin (Onin no ran) yang berlangsung 11 tahun

(1467 M – 1477 M). Perang itu disebabkan oleh perselisihan dua orang pemimpin

militer yaitu Yamanaka Sozen dan Hosokawa Katsumoto. Perang tersebut

merupakan suatu tanda dari permulaan pergolakan mati-matian yang baru dapat

diakhiri tahun 1615 M. Masa peperangan selama 100 tahun lebih tersebut disebut

sebagai Sengoku jidai (zaman negara-negara berperang). Bakufu Moromachi jatuh

setelah Oda Nobunaga berhasil merampas Kyōto.

Kebudayaan

         Dari segi arsitektur dibuat bangunan yang sangat megah seperti Kinkaku dan

Ginkaku. Dari segi seni lahirlah seni minum teh dan seni merangkai bunga

(ikebana) serta lukisan dengan tinta Cina. Dari segi pertunjukan, lahirlah drama

Nō dan Kyōgen (lelucon). Nō diciptakan oleh Kan’ami dan Zeami. Dari segi

pertanian, petani telah mampu membuat kincir angin dan sistem tumpang sari.

Peninggalan

Page 14: Nihonshi 2.docx

         Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah Kinkaku dan

Ginkaku. Kinkaku atau paviliun emas didirikan oleh Ashikaga Yoshimitsu.

Bangunannya mengambil gaya arsitektur bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina

yang seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan Ginkaku atau paviliun perak didirikan

oleh Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya arsitektur kuil Zen

yang disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya bangunan yang di

dalamnya terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami (lantai tikar), Fusuma

(pintu geser dari kertas), dan Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar

rumah gaya Jepang sekarang.

KinkakuGinkaku

Page 15: Nihonshi 2.docx

2. ZAMAN AZUCHI-MOMOYAMA (1568 M – 1600 M)

Keadaan Zaman

Keluarga Ashikaga yang ada di

ibukota sudah semakin lemah dan

tidak mampu menjaga kestabilan

negara. Akhirnya salah seorang

Daimyō terkuat yaitu Oda Nobunaga

dengan bantuan Toyotomi Hideyoshi

dan Tokugawa Ieyasu berhasil

mempersatukan Jepang. Tahun 1568

M Nobunaga berhasil merampas

Kyōto dan mengangkat Ashikaga

Yoshiaki sebagai Shōgun  boneka

(Shōgun  yang kekuasaannya ada di

tangan majikannya). Jadi

kekuasaannya ada di tangan

Nobunaga.

Oda Nobunaga

         Nobunaga memerintahkan Hideyoshi untuk menundukkan Daimyō di

sebelah barat, dan memerintahkan Ieyasu untuk menundukkan Daimyō di sebelah

timur dan utara. Sementara dirinya sendiri membereskan bagian pusat. Nobunaga

mendapat perlawanan dari kaum padri yang menjadikan biara-biara Buddha

sebagai benteng pertahanan. Serangan Nobunaga yang sangat keras terhadap

Buddhisme akhirnya dapat menghancurkan biara-biara tersebut. Dia dibantu

orang-orang Kristen dari Portugis dengan senjata apinya. Nobunaga mengijinkan

pelaksanaan perdagangan bebas, terutama dengan bangsa Portugis dan Spanyol,

serta melindungi agama Kristen. Hal itu dilakukan untuk menekan agama Buddha

dan mendapatkan senjata api.

Page 16: Nihonshi 2.docx

         Tahun 1573 M Nobunaga mendirikan istana Azuchi. Saat Nobunaga

melanjutkan masalah penyatuan negeri, dia meninggal karena dibunuh

pengikutnya yang bernama Akechi Mitsuhide pada tahun 1582 M.

Toyotomi Hideyoshi

            Kekuasaan Nobunaga berpindah ke

Toyotomi Hideyoshi. Hideyoshi kemudian

membangun istana Momoyama (Fushimi)

sebagai tempat tinggalnya, tetapi tempat

pemerintahannya ada di istana Osaka

(Himeji). Hideyoshi berhasil menyatukan

Jepang pada tahun 1590 M setelah

menaklukkan keluarga Hōjō di Odawara

dan keluarga Shimaru di Kyūshū.

            Saat berkuasa Hideyoshi mengontrol

kekuasaan para Daimyō dan menetapkan

cara menarik pajak yang disebut

Taikōkenchi serta mengatur para petani

untuk mencegah timbulnya pemberontakan

petani. Dengan demikian pembagian antara

Daimyō dan petani semakin maju. Sistem

Shōen pun hilang. Hideyoshi pun berniat

meluaskan kekuasaannya sampai ke Korea

pada tahun 1592 M dan 1597 M tetapi

gagal. Zaman Azuchi-Momoyama berakhir

setelah Toyotomi meninggal dalam

pertempuran Sekigahara melawan

Tokugawa Ieyasu.

Page 17: Nihonshi 2.docx

Kebudayaan

         Dari segi arsitektur, bangunan dibuat secara mewah. hal itu terlihat dari

istana Azuchi, istana Momoyama dan istana Oosaka. Dari segi seni, kebiasaan

minum teh juga makin berkembang dan kebiasaan tersebut ditetapkan sebagai

suatu tatacara minum teh yang disebut Sadō. Dari segi bahasa, kosakata asing

mulai masuk karena pada zaman ini perdagangan dengan bangsa barat dibuka.

Peninggalan

Istana Azuchi dan

Momoyama adalah suatu istana

yang megah pada zaman ini.

Hal inilah yang membuat nama

zaman ini diambil dari kedua

istana tersebut. Saat ini kedua

istana tersebut sudah tidak ada,

tetapi dengan masih adanya

istana Oosaka (Himeji) paling

tidak dapat menggambarkan

kemegahan kedua istana

tersebut.

Himeji (Oosakajō)

Page 18: Nihonshi 2.docx

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan kesimpulan

sebagai berikut:

Page 19: Nihonshi 2.docx

Daftar Pustaka

http://en.wikipedia.org/wiki/Gunki_monogatari

http://en.wikipedia.org/wiki/The_Tale_of_the_Heike

http://id.wikipedia.org/wiki/Keshogunan_Tokugawa

http://moshimoshi.netne.net/materi/sejarah_jepang/bab_5.htm