kelompok 2.docx

16
Kelompok 2 Dian Krisnamurti : 260112120511 Sri Eli Lestari : 260112120513 Lia Puspita Hasan : 260112120515 Putria : 260112120517 Deviyanti Mega Puspitasari : 260112120519

description

kelompok 2.docx

Transcript of kelompok 2.docx

Kelompok 2Dian Krisnamurti: 260112120511Sri Eli Lestari: 260112120513Lia Puspita Hasan: 260112120515Putria: 260112120517Deviyanti Mega Puspitasari: 260112120519

Sel kankerKanker merupakan penyakit tidak menular yang berawal dari kerusakan materi genetika, atau DNA, pada sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetika sudah cukup untuk menghasilkan jaringan kanker atau neoplasma, sehingga kanker disebut juga penyakit seluler (Zakaria 2001). Kanker juga merupakan salah satu penyakit degeneratif yang membutuhkan perhatian khusus, karena sebagian besar penderita kanker berakhir dengan kematian. Perbedaan struktur sel normal dan sel kanker disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan struktur sel normal dan sel kankerSel kanker merupakan sel yang pertumbuhannya berlebih dan tidak dikoordinasi oleh jaringan normal (Spector dan Spector 1993). Hal ini berbeda dengan sel normal. Sel normal diatur oleh mekanisme kontrol kuat yang mendorong sel-sel tersebut membelah dengan tepat ketika diperlukan. Mekanisme kontrol tersebut juga mencegah sel-sel tersebut tumbuh dan membelah secara tidak tepat. Sel pada jaringan manusia dewasa terlindung secara normal pada proses pembelahan. Sel-sel tersebut bereproduksi hanya untuk menggantikan sel-sel lain yang telah mati atau rusak. Sel kanker telah kehilangan beberapa kontrol sehingga akan membelah secara terus menerus (Solomon et al. 2005). Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses perubahan sel normal menjadi sel kanker (Medicastore 2006)Faktor-faktor Penyebab Kanker Sel kanker merupakan sel yang pertumbuhannya berlebih dan tidak dikoordinasi oleh jaringan normal (Spector dan Spector 1993) akibat perubahan atau kerusakan pada materi genetika (mutasi gen) yang sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor eksternal (Zakaria 2001). Faktor eksternal yang dapat mengubah struktur DNA, yaitu virus, infeksi berkelanjutan, polusi udara, radiasi dan bahan-bahan kimia asing yang tidak diperlukan oleh tubuh (xenobiotik). Bahan-bahan kimia asing ini dapat berasal dari pencemaran makanan, air dan udara serta bahan kimia yang ditambahkan pada makanan (Zakaria 2001). Mutasi gen karena faktor eksternal terjadi pada sel somatik, khususnya pada organ yang sering mengalami pergantian sel atau berfungsi mensekresi, seperti payudara dan rahim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya +10-15% kejadian kanker yang disebabkan oleh faktor endogen, yaitu faktor keturunan dan kesalahan replikasi. Kejadian kanker dengan persentase +80-85% disebabkan oleh faktor eksternal (WCRF dan AICR 1997). Virus yang hidup dan berkembang dalam sel dapat merusak struktur genetika sel karena virus tersebut menggunakan gen milik sel inangnya untuk memperbanyak dirinya dan menyebabkan lisis gen atau integrasi viral pada DNA sel. Infeksi yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan kerusakan sel yang dapat menghasilkan sel termutasi. Zat-zat kimia nongizi yang berasal dari polusi udara dan makanan akan dimetabolisme oleh tubuh, terutama oleh organ hati agar dapat dikeluarkan oleh tubuh, khususnya melalui urin dan cairan empedu. Sel-sel hati berperan dalam pengeluaran xenobiotik. Xenobiotik diproses melalui system enzim monooksigenase. Hal ini bertujuan mengoksidasi xenobiotik agar dapat diproses oleh sistem enzim yang kedua, yaitu sistem enzim konyugasi. Hasil dari aktivitas enzim konyugasi adalah xenobiotik terkonyugasi, yang selanjutnya dapat dikeluarkan dengan mudah oleh tubuh (Zakaria 2001). Pengeluaran atau detoksifikasi xenobiotik seringkali menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya, yaitu senyawa yang bersifat radikal sebagai hasil proses oksidasi pada sistem enzim monoksigenase. Senyawa radikal ini disebut juga senyawa karsinogenik, yang umumnya bersifat elektrofil dan sangat mudah berikatan dengan molekul yang banyak mengandung elektron seperti molekul asam-asam amino histidin dan arginin serta molekul guanin pada DNA. Ikatan senyawa elektrofil dengan molekul DNA membentuk jembatan-DNA (DNA-adduct) (Zakaria 2001).Radikal Bebas Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Radikal bebas memiliki struktur yang tidak stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan senyawa lain dan menggantikan ikatan normal pada senyawa tersebut. Oleh karena itu, radikal bebas bersifat sangat reaktif (Jadhav et al. 1996). Tubuh memiliki aktivitas biologis dalam memproduksi senyawa oksigen dan nitrogen reaktif secara metabolik. Senyawa tersebut pada jumlah besar selanjutnya secara berturut-turut menjadi ROS (reactive oxygen species, senyawa oksigen reaktif) dan RNS (reactive nitrogen species, senyawa nitrogen reaktif). Senyawa oksigen reaktif dan senyawa nitrogen reaktif dapat merusak komponen tubuh yang lain serta dapat menyebabkan disfungsi seluler dan penyakit (Institute of Medicine 1998). Sejumlah 1-3% dari oksigen yang digunakan dalam tubuh akan menjadi senyawa oksigen reaktif. Senyawa oksigen reaktif adalah bentuk kolektif, beberapa oksigen radikal dan nonradikal termasuk di dalamnya. Oksigen radikal antara lain superoksida (O2-) dan bentuk protonasinya, hidroperoksil (HO2), hidroksil (OH), peroksil (RO2) dan alkoksil (RO). Oksigen nonradikal antara lain hidrogen peroksida (H2O2), asam hipoklorit (HOCl), ozon (O3) dan singlet oxygen (1O2). Oksigen nonradikal merupakan agen pengoksidasi yang dapat dengan mudah terkonversi menjadi radikal. Senyawa yang termasuk senyawa nitrogen reaktif antara lain nitrit oksida (NO), peroksinitrit (ONOO) dan asam peroksinitrit (ONOOH) (Institute of Medicine 1998). Proses metabolisme sehari-hari merupakan proses biokimia yang memungkinkan pembentukan radikal bebas yang bersifat sementara karena sistem antioksidan tubuh segera mengubahnya menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi tubuh. Pembentukan radikal bebas di dalam tubuh dapat dimungkinkan berlebihan. Hal ini disebabkan oleh pengikatan elektron dari atom oksigen yang terdapat di dalam tubuh sehingga menjadi tidak berpasangan (Jadhav et al. 1996). Atom oksigen yang tidak berpasangan menjadi radikal bebas yang reaktif dan sangat berbahaya karena akan mengikat elektron dari senyawa lain seperti protein, lipid, karbohidrat, atau DNA sehingga terjadi reaksi berantai dan mengakibatkan berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung dan kanker (Duthie 1999). Hal ini dapat terjadi karena molekul radikal bebas bersifat sebagai karsinogenik yang kuat (Halliwell et al. 1992). Mekanisme kanker Beberapa konsep dasar tentang mekanisme terjadi kanker telah banyak diajukan. Di antaranya adalah Doll's nature, nurture and luck dan teori promotion and initiation.1. Doll's Nature, Nurture and LuckNurture yang dimaksud adalah bawaan genetika dari individu semenjak lahir, misalnya orang kulit putih lebih berkemungkinan menderita kanker kulit daripada berkulit berwarna. Nurture berkaitan dengan apa yang dilakukan sejak lahir dan luck berkaitan dengan nasib atau faktor kemungkinan.Gabungan ketiga faktor inilah yang menentukan terjadinya kanker. Antara nature dan nurture, faktor nurture kelihatan menonjol pada kanker tertentu dan sebaliknya factor nurture menonjol pada aspek lain terjadinya kanker. Misalnya dari riwayat keluarga wanita yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara maka risikonya 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang tidak memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara.2. Teori Promotion dan InitiationPermulaan terjadinya kanker dimulai dengan adanya zat bersifat initation, yang merangsang permulaan perubahan sel. Untuk terjadinya kanker initiation perlu disusul dengan zat promotion yang mempunyai efek reversible terhadap perubahan sel sehingga diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan. Initiaty agent biasanya berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan mengubah struktur dasar dari komponen genetic/DNA sel. Keadaan selanjutnya diikuti dengan tahap promosi. Proses ini ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor. Berlangsung lama, minggu sampai tahunan seperti kanker payudara.Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut:1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel.2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi.3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor.4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain.5. Pembalikan. Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat tahap pertama.Karsinogenesis Salah satu penyebab karsinogenesis adalah induksi zat kimia. Induksi kanker oleh zat kimia merupakan proses yang kompleks dan bertahap sebagai interaksi antara faktor endogenus dan faktor lingkungan (eksternal) (Levi 2000) yang menyebabkan kerusakan DNA sel inang sehingga berdampak pada kegagalan dalam menghambat keganasan tumor (Li et al. 2009). Sejumlah 80-90% kasus kanker disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait lingkungan (makanan), sehingga berpeluang besar untuk dicegah. Pengaruh faktor lingkungan antara lain terlihat pada kasus orang-orang yang bermigrasi dari satu budaya ke pola budaya hidup yang lain (Khomsan 2004). Senyawa-senyawa elektrofil karsinogenik dapat dihasilkan karena proses detoksifikasi dalam tubuh atau langsung dari luar sudah bersifat karsinogen (karsinogen primer). Sejumlah 90% senyawa karsinogen merupakan hasil dari reaksi detoksifikasi xenobiotik yang mengubah senyawa yang tadinya bersifat nonkarsinogenik (kokarsinogenik) menjadi karsinogenik (Zakaria 1996). Jika senyawa karsinogenik tersebut memasuki sel dan berikatan dengan DNA, maka DNA sel akan mengalami mutasi, atau memasuki tahap inisiasi (Zakaria 2001).Karsinogenesis biasanya terjadi melalui beberapa rangkaian tahapan sebelum pembentukan malignant neoplasm. Karsinogenesis dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu inisiasi, promosi dan progresi, yang dilanjutkan oleh adanya tahap metastasis tumor. Skema utama karsinogenesis zat kimia disajikan pada Gambar 3 (Levi 2000).

Skema utama karsinogenesis zat kimia (Levi 2000)1) Inisiasi Gen yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan kanker ada tiga, yaitu gen reparasi DNA, gen supresor (penekan) tumor dan protoonkogen. Senyawa karsinogenik yang memasuki sel, akan berikatan dengan DNA, sehingga DNA sel akan mengalami mutasi, atau memasuki tahap inisiasi. Kegagalan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA dan mutasi pada gen supresor tumor dan onkogen, baik karena keturunan atau tercapainya mutasi, merupakan tahap inisiasi dalam pembentukan sel kanker (Zakaria 2001, Stratton et al. 2009).Tahap inisiasi merupakan tahap yang terjadi secara cepat, pada dasarnya merupakan perubahan materi genetik sel secara tak dapat balik (ireversibel) yang membangun sel untuk pengembangan neoplasma berikutnya. Sel ini disebut sel terinisiasi sehingga memerlukan serangkaian replikasi untuk menghasilkan perubahan genetik. Zat kimia penginisiasi merupakan salah satu elektrofil atau yang secara metabolik akan teraktivasi menjadi elektrofil. Zat kimia yang reaktif ini selanjutnya akan berikatan dengan DNA untuk membentuk suatu kompleks yang permanen dan dapat diturunkan (Levi 2000). Faktor yang juga dapat mengubah genom adalah kejadian inflamasi dan infeksi (Li et al. 2009). 2) Promosi Sel yang sudah terinisiasi dapat menjadi dorman hingga sel tersebut terpapar pada agen promosi tumor yang selanjutnya menyebabkan pertumbuhan sel yang serupa, yang pada akhirnya akan menghasilkan tumor. Agen promosi merupakan zat kimia yang tidak bersifat karsinogenesis pada zat itu sendiri, akan tetapi jika terinteraksikan secara berulang-ulang terhadap zat kimia penginisiasi, maka akan meningkatkan kejadian kanker. Promotor bisa jadi meningkatkan jumlah tumor. Promotor biasanya bukan elektrofil dan tidak berikatan dengan DNA (Levi 2000). 3) Progresi Pertumbuhan tumor yang sangat ganas dari tumor jinak disebut progresi, yang meliputi perubahan genetik yang lebih jauh (Levi 2000). 4) Metastasis tumor Kanker menyebar melalui invasi dan ekstensi secara langsung untuk menumbuhkan sel kanker pada tubuh dan melakukan metastasis melalui pembuluh darah dan limfa. Metastasis digambarkan sebagai perkembangan tumor sekunder yang letaknya jauh dari tumor primer. Tumor yang bermetastasis memiliki karakteristik seperti tumor primer. Pada proses metastasis, sel kanker harus melepaskan diri dari tumor primer, kemudian menginvasi matriks ekstraseluler di sekitarnya, menuju pembuluh darah, tumbuh dari pembuluh darah pada lokasi yang nyaman, menginvasi jaringan sekitar dan mulai tumbuh (Twite 2005, Soejono et al. 2005). Metastasis merupakan masalah utama dari penyakit tumor. Metastasis akan meningkatkan keparahan penyakit dan menurunkan tingkat keberhasilan pengobatan. Metastasis yang semakin luas menyebabkan penyakit tumor menjadi semakin sulit untuk diobati (Soejono et al. 2005).

Stadium kankerStadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan patologis (Nasca 2008).Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel), penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).

Daftar pustakaCancerhelps. 2010. Apakah Kanker Bisa Dicegah? http://iwandahnial.wordpress. com /2010/02/08/apakah-kanker-bisa-dicegah/.Corwin J, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Kedokteran EGC.Duthie GG. 1999. Determination of activity of antioxidants in human subjects. Proceedings of the Nutrition Society 58: 1015-1024.Halliwell B, Gutteridge JMC, Cross CE. 1992. Free radicals, antioxidants and human disease: Where are we now? J Lab Clin Med 119: 598-620.Institute of Medicine. 1998. Dietary Reference Intakes: Proposed Definition and Plan for Review of Dietary Antioxidant and Related Compounds. Washington DC: National Academy Press.Jadhav SJ, Nimbalkar SS, Kulkarni AD, Madhavi DL. 1996. Lipid Oxidation in Biological and Food Systems di dalam Food Antioxidants: Technological, Toxicological and Health Perspectives. Editor: D. L. Madhavi, S. S. Deshpande dan D. K. Salunkhe. New York: Marcel Dekker, Inc.Krinke UB. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. USA : Thomson & Wadsworth.Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup Bagian 25: Waspadai Makanan Pencetus Kanker. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Levi PE. 2000. Chronic Toxicity: Carcinogenesis, Mutagenesis, Teratogenesis di dalam A Textbook of Modern Toxicology Second Edition. Singapore: McGraw-Hill Book Co.Li S, Pan HM, Lo CY, Tan D, Wang Y, Shahidi F, Ho CT. 2009. Chemistry and health effects of polymethoxyflavones and hydroxylated polymethoxyflavones. Journal of Functional Foods 1 (1): 2-12.Medicastore. 2006. Obat Kanker. http://www.medicastore.com/apotik_online/ kemoterapi_antimikroba/obat_kanker.htm.Nasca, Philip C. 2008. Fundamentals Of Cancer Epidemiology. Canada : Jones and Bartlett Publishers.Rusmarilin H.2008. http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=1915& task=view. Aktivitas antikanker ekstrak rimpang lengkuas lokal (Alpiniagalanga (L) Sw) pada alur sel kanker manusia serta mencit yang ditransplantasi dengan sel tumor primer [disertasi].Soejono G, Priosoeryanto BP, Huminto H. 2005. Pendekatan pencegahan penyakit tumor melalui kajian mekanisme invasi dan metastasis sel tumor serta efek antimetastasis dari interferon rekombinan dan kombinasinya pada hewan [laporan penelitian]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.Solomon EP, Berg LR, Martin DW. 2005. Biology Seventh Edition. Belmont, USA: Brooks/Cole-Thomson Learning.Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum Edisi Ketiga. Penerjemah: Soetjipto NS, Harsoyo, Amelia Hana, Pudji Astuti. Penyunting: MP Eddy Moelyono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Stratton MR, Campbell PJ, Futreal PA. 2009. The cancer genome. Nature 458 (7239): 1-15.Twite K. 2005. Neoplasia di dalam Pathophisiology: Concept of Altered Health States Seventh Edition. Editor: Carol Mattson Porth. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.WCRF, AICR. 1997. Food, Nutrition and the Prevention of Cancer: a Global Perspective. London: WCRF and AICR.Zakaria FR et al. 1996. Hubungan antara status imunologi dan pola konsumsi makanan jajanan populasi remaja di Bogor Jawa Barat. dalam : Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 1 (2):50-59.