Hasbi Fariz (051109007) (ok)

download Hasbi Fariz (051109007) (ok)

of 11

Transcript of Hasbi Fariz (051109007) (ok)

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    1/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 1

    IDENTIFIKASI PENUTUP LAHAN MENGGUNAKAN

    CITRA SATELIT SPOT 4

    Hasbi Fariz1, Rudie R Atmawidjaja2, Diah Kirana Kresnawati3.

    Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Jl. Pakuan, Bogor16143e-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    KabupatenIndragiri Hulu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, yangmemiliki beragam sumber daya alam cukup banyak diantaranya sumber daya hutan,perkebunan, perairan, dan lain sebagainya. Dalam konteks pemeliharaannya dan

    pelestarian sumber daya alam diperlukan identifikasi penutup/penggunaan lahan untukmengetahui jenis-jenis tutupan/penggunaan lahan dan luas tutupan lahan dari daerah

    tersebut. Identifikas informasi mengenai tutupan lahan dapat ditempuh denganmemanfaatkan teknologi penginderaan jauh, yaitu menggunakan citra SPOT 4.

    Interpretasi visual citra SPOT 4 menghasilkan Jenis Penggunaan Lahan diKabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Total luas wilayah Kabupaten Indragiri HuluProvinsi Riau 795.569 Ha. Jenis Penggunaan Lahan didominasi oleh Hutan (hutantanaman industri, land clearing dan semak belukar) 54.11%, Perkebunan (sawit,campuran dan karet) 41.88%, Lahan Terbangun 2.06%, Lahan Terbuka 1.20%, Tubuh Air0.73%.

    Hasil penelitian disajikan dalam bentuk Peta Jenis Penggunaan Lahan diKabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau, dibuat dengan skala 1:50.000 dan dicetakdengan kertas A4 skala 1:750.000.

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kabupaten Indragiri Hulu merupakansalah satu Kabupaten di Provinsi Riau,yang memiliki beragam sumber dayaalam cukup banyak diantaranya sumber

    daya hutan, perkebunan, perairan, danlain sebagainya, merupakan salah satuaset yang dapat dimanfaatkan untukmemenuhi kebutuhan hidup manusia.Pemanfaatan sumber daya alam harusdiikuti oleh pemeliharaan danpelestarian karena sumber daya alambersifat terbatas.

    Dalam konteks pemeliharaannyadan pelestarian lingkungan,permasalahan yang muncul diKabupaten Indragiri Hulu pada dasarnya

    adalah jenis dan luas. Oleh karena itudiperlukan identifikasi

    penutup/penggunaan lahan untukmengetahui jenis-jenistutupan/penggunaan lahan dan luastutupan lahan dari daerah tersebut, agarmodal dasar tersebut makin besar

    manfaatnya untuk pembangunan lebihlanjut di masa mendatang.

    Untuk mengetahui penutup /penggunaan lahan wilayah Indragiri

    Hulu diperlukan data-data yang akurat,sementara dengan cakupan daerah yangluas tentu memerlukan waktu, tenagadan biaya cukup besar. Seiring

    perkembangan zaman dan teknologiidentifikasi suatu wilayah bisa dilakukandengan mudah dan cepat. Salah satunyaialah dengan pemanfaatan teknologipenginderaan jauh. Pemanfaatan tekniktersebut membantu memperoleh datacepat dalam waktu bersamaan dalamareal yang luas, data satelit tersebut

    dapat diproses sesuai dengan faktor yangakan ditampilkan, dalam hal inimenggunakan cita SPOT 4 untukinformasi penutup/penggunaan lahan.

    1.2

    Maksud dan Tujuan

    Maksud tugas akhir ini adalahmengidentifikasi jenis penutup /penggunaanlahan di Kabupaten IndragiriHulu, Provinsi Riau.

    Tujuan tugas akhir ini adalahMenyajikan Informasi Jenis

    Penutup/Penggunaan Lahan di

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    2/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 2

    Kabupaten Indragiri Hulu,Provinsi Riau.

    Membuat Peta Jenis Penutup /Penggunaan Lahan dari citraSPOT 4.

    2. LANDASAN TEORI

    2.1 Lahan

    Lahan merupakan suatu lingkungan fisikyang meliputi tanah, iklim, relief,hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensipenggunaannya. Termasuk didalamnyaadalah akibat kegiatan manusia, baikpada masa lalu maupun sekarang, sepertireklamasi daerah-daerah pantai,penebangan hutan, dan akibat-akibat

    yang merugikan seperti erosi danakumulasi garam. Faktor-faktor sosialekonomi secara murni tidak termasukdalam konsep lahan ini (Hardjowigeno

    dan Widiatmaka, 2001).

    2.2 Penutup LahanPenutup/tutupan lahan adalah vegetasidan konstruksi artifisial yang mentup

    permukaan lahan (Lindgren,1985).Penutup/tutupan lahan berkaitan dengan

    jenis kenampakan di permukaan bumi

    seperti bangunan, danau, vegetasi(Lillesand/Kiefer, 1994).

    2.3 Penginderaan Jauh

    Penginderaan jauh adalah suatu caradimana informasi tentang suatu obyekdideteksi, direkam dan diprotes tanpamelakukan kontak fisik antara pengamatdengan obyek tersebut (Handoyo,Y.S.1998). Penginderaan jauh ialah ilmudan seni untuk memperoleh informasi

    tentang obyek, daerah, atau gejala

    dengan jalan menganalisis data yangdiperoleh dengan menggunakan alattanpa kontak langsung terhadap obyek,daerah, atau gejala yang dikaji(Lillesand & Kiefer, 1979).

    2.4 Satelit Penginderaan Jauh

    Saat ini banyak sekali satelitpenginderaan jauh yang beredar,masing-masing jenis satelit sepertilandsat (1-7), NOAA, SPOT, Envisat,Ikonos, Quickbird, dan lain-lainmempunyai karakteristik dan tujuan

    masing-masing. Satelit penginderaanjauh menghasilkan citra penginderaanjauh.

    2.5 Citra Penginderaan JauhData penginderaan jauh dapat berupacitra maupun non citra. Secara definisicitra adalah gambaran suatu obyek daripantulan atau pancaran radiasielektromagnetik obyek yang direkam

    dengan cara optik, elektro optik, optikmekanik atau elektrik. Data non citra

    dapat berupa grafik, diagram, dannumerik. Citra pengindraan jauhmerupakan gambaran yang mirip denganwujud aslinya. Sehingga citra

    merupakan keluaran suatu sistemperekaman data dapat bersifat optic,analog, dan digital (Purwadhi, 2001).

    Citra SPOT 4

    Tabel 2. Karakteristik dan kemampuanSPOT-4 (SPOT Images, 2002)

    Tabel 3. Karakteristik tambahan SPOT4

    2.6 Pengolahan CitraDalam pemrosesan citra melaluibeberapa tahapan yaitu Koreksi

    Radiometrik, Koreksi Geometrik,

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    3/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 3

    Penajaman Citra, Pemotongan Citra danlainnya.

    2.7 Interpretasi CitraMenurut Estes dan Simonett (1986),disebutkan bahwa interpretasi citramerupakan perbuatan mengkaji fotoudara dan atau citra dengan maksuduntuk mengidentifikasi obyek danmenilai arti pentingnya obyek tersebut.Dalam interpretasi citra terdapat tigarangkaian kegiatan yang diperlukanyaitu deteksi, identifikasi, dan analisis.Deteksi adalah pengamatan atas adanyasuatu obyek. Identifikasi adalah upayamencirikan obyek yang telah dideteksi

    dengan menggunakan keterangan yangcukup. Sedangkan analisis berartipenentuan ada atau tidaknya suatu obyekpada citra.

    2.8

    Interpretasi Visual (Manual)

    Interpretasi citra secara manual (visual)adalah interpretasi data penginderaanjauh yang mendasarkan pada pengenalanciri (karakteristik) obyek secarakeruangan (spasial). Karakteristik obyek

    yang tergambar pada citra dapat dikenali

    berdasarkan unsur-unsur interpretasi.Interpretasi ini dilakukan pada citra yangdikonversi dalam bentuk fotoataudilakukan pada citra hardcopy atau citrayang tertayang pada monitor komputer.Interpreter memerlukan beberapa unsur-

    unsur interpretasi untuk dapatmelakukan interpretasi. Unsur-unsur ini

    mampu mempermudah interpreter kearah analisa yang tepat. Unsur unsurtersebut diantaranya rona, bentuk,

    ukuran, pola, bayangan, tekstur, situs,

    asosiasi.

    2.9 Kartografi

    Kartografi adalah seni, ilmu dan teknikdalam membuat peta, termasukpengertian-pengertian peta sebagai suatudokumen yang bersifat ilmiah maupunpeta sebagai karya seni (Aziz, 1986).Informasi pada suatu peta harus mencakup

    segala hal yang diperlukan, terutama untuk

    dapat mengetahui isi peta tersebut.

    Pengaturan letak informasi tepi sangat

    penting. Informasi tepi yang bersipat standar

    dan tidak berubah untuk seluruh lembar peta

    dalam satu seri :

    - Skala numeris dan grafis-Nomor dan judul lembar peta

    -

    Interval kontur- Sistem proyeksi yang digunakan- Arah Utara yang digunakan

    Isi informasi tepi pada peta :

    Gambar 2. Bagian-bagian pada peta

    2.10 Sistem Koordinat

    Sistem koordinat merupakan suatusistem yang digunakan untukmenyatakan posisi titik secara relatifterhadap suatu sistem sumbu tertentu.Ada dua macam sistem yang seringdigunakan yaitu sistem koordinat duadimensi dan sistem koordinat tigadimensi.

    2.11 Sistem Koordinat Geodetis

    Sistem koordinat ini dibangun oleh duaparameter geodetis, yaitu lintang dan

    bujur. Yang dimaksud dengan lintangsuatu titik adalah sudut yang dibentukoleh garis normal yang melalui tititktersebut dengan bidang ekuator (positifke utara dan negatif ke selatan). Garisnormal adalah garis yang ditarik melaluisuatu titik dan tegak lurus terhadapbidang elipsoid. Sedangkan yangdimaksud dengan bujur adalah besarnyasudut yang dibentuk oleh bidang

    meridian Greenwich dengan bidangmeridian melalui titik termaksud (positif

    ke timur dan negatif ke barat).Hubungan sistem koordinat kartesian 3D

    geosentrik dengan koordinat geodetisadalah sebagai berikut :

    X = (RN + h) . Cos L . Cos BY = (RN + h) . Cos L . Sin BZ = ((1 - e) . RN + h) . Sin B

    Dimana RN dan e adalah jenis-jeniskelengkungan vertikal dan eksentrisitasellipsoid referensi, yang keduanya dapatdihitung sebagai berikut :

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    4/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 4

    RN = , e =

    Dimana a dan b adalahsetengah sumbu panjang dan setengah

    sumbu pendek dari ellipsoid referensiyang digunakan.Hubungan sistem koordinat

    geodetis dengan koordinat kartesian 3Dgeosentrik adalah sebagai berikut(metode Bowg) :

    L=

    B =

    h = N

    dimana :

    P =

    = arc tan

    e = f (2ff)

    2.12 Sistem Koordinat Kartesian 3D

    (Geosentrik)

    Koordinat kartesian 3D merupakansistem koordinat siku-siku ruang dimanatitik pangkal dari sistem koordinatterletak pada pusat bumi dan posisi titikdinyatakan dalam besaran X, Y, dan Zdengan arah-arah dari sumbu-sumbukoordinat didefinisikan sebagai berikut :

    Sumbu Z berhimpit dengan

    sumbu rotasi bumi (CTP)

    Sumbu X mengarah dari pusatbumi ke meridian Greenwich dibidang ekuator

    Sumbu Y mengarah dari pusat

    bumi tegak lurus sumbu X dan Z.

    2.12 Datum

    Datum adalah sejumlah parameter yang

    digunakan untuk mendefinisikan bentukdan ukuran ellipsoid referensi yangdigunakan untuk pendefinisian koordinatgeodetik, serta kedudukan danorientasinya dalam ruang terhadap fisik

    bumi. (Umaryono Purworaharjo, 1986)

    2.13 Datum World Geodetic Sistem

    1984 (WGS 84)

    Ellipsoid referensi WGS 84 pada

    dasarnya mirip IUGG GeodeticReference Sistem 1980 (GRS 80)

    dengan sedikit perubahan. Besaran

    ellipsoid referensi WGS 84 adalahsebagai berikut :

    a = 6378137 m

    f = 1/298,257223563

    Dimana :a : panjang jarijari ekuatorf : penggepengan ellipsoid

    3. PELAKSANAAN PENELITIAN

    Gambar 3. Diagram Pelaksanaan

    Penelitian3.1 Alat dan Bahan

    Perangkat Keras, terdiri dari :

    - 1 Unit Komputer dengan

    Processor Intel Core i3-370M

    - Printer Canon PIXMA iP1000

    Perangkat Lunak, terdiri dari :

    -

    softwareEr Mapper 7.0

    - software ArcGIS 10.1 Citra SPOT 4 Peta citra SPOT 5

    Peta Batas Administrasi

    3.2 Koreksi Geometrik

    a. Step ke-1 ada tampilan menu

    buka software Er Mapper, klik

    process, kemudian klik

    geocording wizard.b. Klik polynominal, isikan input file

    dengan citra (Scene.tif), klik stepke-2.

    c. Step ke-3 isikan peta dasar yangmenjadi acuan dalam proses

    rektifikasi, pada pelaksanaan tugas

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    5/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 5

    akhir ini peta dasar yang menjadiacuan adalah Peta Citra tahun 2012skala 1:50.000 (yang sudahterkoreksi sebelumnya).

    d. Step ke-4 pilih beberapa titik-titik

    GCP minimal empat titik GCPsebagai referensi dalam melakukantransformasi koordinat darikoordinat citra (raw data) kekoordinat citra (sudah terkoreksi).

    Pada pemilihan titik-titik GCPdapat dilakukan pada pojok

    bangunan, sungai, jalan, ataudaerah yang mudah dikenali.

    e. Pada pelaksanaan tugas akhirpemilihan GCP dilakukan setiap

    layer citra. Jumlah titik GCPsebanyak 16 titik. Step ke-5 simpanhasil pekerjaan rektifikasi koreksigeometrik di output info.

    3.3 Koreksi Radiometrik

    a. Buka software Er Mapper, bukadata Scene.ers (Indragiri Hulu,

    Provinsi Riau).b. Klik algorithm window, buat

    duplicat layer (Red, Green, Blue)dan isi setiap layer dengan satu

    band mulai dari band 1 sampai band4 satu persatu.

    c. Pada algorithm window, klik icon

    histogram , maka akan munculedit transform limits.

    d. Hitung DN (Digital Number Value)bagi setiap band pada transformlimit editor.

    e. Klik formula editor , kemudianmasukkan rumus input1-minimumvalue pada setiap band,

    klik apply changes untukmelakukan proses pengurangannilai digital number value. Klik

    histogram icon untuk menampilkantransform dialog box, selanjutnyaulangi langkah tersebut untuksemua Scenecitra SPOT 4.

    f. Klik save untuk menyimpan hasil

    dari koreksi radiometrik setiap layercitra SPOT 4.

    g. Hasil dari koreksi radiometrikmenghasilkan nilai digital value

    pada Low DN Valuemenjadi nol.

    3.4 Komposit Warna

    a. Buka software Er Mapper lalumasukkan data citra SPOT 4(Scene.ers)

    b. Klik algorithm, muncul tampilan

    layerRGB (Red, Green, Blue).c. Lakukan komposit warna dengan

    menggunakan band seperti RGB214. Pada layer red memakai band2, layergreenmemakai band 1, dan

    layer blue memakai band 4.Penggunaan band 2 menunjukan

    daerah perairan atau yang tergenangair, band 1 menunjukkan daerahtanah, band 4 menunjukkan daerahvegetasi.

    3.5 Penajaman Citra

    a. Buka software Er Mapper, klikalgorithm window

    b. Klik edit transform limits, makaakan muncul dialog tranform.Untuk meningkatkan kekontrasancitra, klik create autoclip transform

    atau bisa dengan mengkilk

    histogram equalize kemudianlakukan stretching sampai

    mendapatkan hasil yang diinginkan.c. Simpan hasil dari proses penajaman

    dengan namaspot.alg

    3.6 Mozaik Citra

    a. Bukasoftware Er Mapper, klik filespot.alg

    b. Klik algorithm window, muncul

    tampilan RBG (Red, Green, Blue)dari setiap layer citra SPOT 4.

    Kemudian klik layer tersebutdengan cara tekan kursorpindahkan

    semua layer sehingga menjadi satulayer.

    c. Simpan hasil mozaik citra dengannama mozaik.ers dan gabungan.tif

    3.7 Pemotongan Citra

    a. Klik arc toolboxb. Klik data managemen toolc. Klik rasterd. Klik raster processinge. Klik clip

    Input raster: peta citra SPOT 4

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    6/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 6

    Output Extent : peta batasadministrasi

    Output raster dataset : masukkan

    nama CroppingCitra

    Klik use inputKlik oke

    f. Tunggubeberapa menit, makaakan muncul hasil pemotongancitra.

    3.8 Interpretasi Visual (Manual)

    a. Klik add data, masukkan Peta CitraSPOT 4 ke Arcgis 7.0

    b. Mengamati Peta Citra SPOT 4berdasarkan berdasarkan unsur -

    unsur interpretasi yaitu warna/ rona,bentuk, pola, tekstur, situs danasosiasi. Unsur interpretasi yangdigunakan selain warna adalahrona, pola, tekstur dan asosiasi.

    Tabel 4. Pengenalan Jenis Penggunaan

    dari Citra SPOT 4 RGB 214

    c.

    Melakukan digitasi pembuatangaris polygon pada daerah yangdiidentifikasi sebagai jenispenutupan lahan.

    d. Hasil dari interpretasi visual yaituJenis Penggunaan Lahan dari citra

    SPOT 4 di Kabupaten IndragiriHulu Provinsi Riau.

    3.9 Kartografi

    A.Mengatur Dan MenampilkanLayout Peta

    1. Pada menu utama softwareArcGIS, tekan Layout Viewuntuk menampilkan semua data(layer) yang akan di tampilkanpada layout, baik raster maupun

    data vektor.2. Tekan File Page and Print

    Setup untuk mengatur ukurandan orientasi kertas peta.

    B.Mengatur Dan Menampilkan

    Aksesoris Pada Layout PetaAgar sebuah peta disajikan menjadi

    lebih inofatif, maka diperlukanpenambahan aksesoris peta, sepertiarah mata angin, batang skala, legendapeta, dan judul peta.

    Tekan I nsert pada menu Bukasoftware ArcGIS, pilih aksesorisyang akan ditampilkan pada layoutpeta. Maka aksesoris yang dipilihakan ditampilkan pada layout peta,seperti contoh berikut ini:

    Pemilihan desain simbol, seperti

    simbol titik, garis, dan luasan.

    Pemilihan desain warna, sepertibiru, merah, hijau, dan lainsebagainya.

    C.Menampilkan Garis Koordinat Pada

    Layout PetaKeberadaan informasi koordinat pada

    sebuah peta merupakan hal yang

    sangat penting, karena informasitersebut menunjukkan lokasi darisebuah wilayah yang dipetakan.1. Tekan View Data frame

    Properties pada meneu ArcGIS,

    tekan Grid untuk melakukanpengaturan garis koordinat peta.

    2. Tekan New Griduntuk memulaipengaturan garis koordinat.

    3.

    Garis koordinat akan

    ditampilkan pada layout peta.D.Pencetakkan PetaPencetakkan peta merupakan prosesuntuk menyajikan peta dalam bentukhardcopy yang diperlukan dalamlaporan tugas akhir ini.

    4. PEMBAHASAN HASIL

    4.1 Koreksi Geometrik

    Pada proses pekerjaan koreksi geometrikdilakukan di software Er Mapper,

    metoda yang digunakan rektifikasi yaitu

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    7/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 7

    menggunakan Rectify dataset usinggroud control point (GCP). Peta yangmenjadi acuannya yaitu Peta Citra1:50.000 tahun 2012. Pemilihan GCPsebagai referensi dalam melakukan

    transformasi koordinat dari koordinatcitra (raw data) ke koordinat citra (sudahterkoreksi). Pada pemilihian titik-titikGCP dapat dilakukan pada obyek-obyekseperti vegetasi, sungai, rawa, atau pada

    daerah yang mudah dikenali.Proses koreksi geometrik dalam

    penelitian tugas akhir ini yaitu denganmeletakkan 16 titik ikat dan distribusipenyebarannya ke seluruh citra (tidakmengelompok). Hasil dari pemilihan

    titik-titik kontrol tanah tersebut akandisajikan nilai RMS pada setiap titikkontrol tanah, dimana nilai RMS padasetiap titik-titik kontrol tanah tidak bolehlebih dari 0,05 apabila terdapat nilaiRMS yang melebihi 0,05 hal inidikarenakan ketidak tepatan pada saatmeletakkan kursor pada derah yang

    dipilih. Apabila hasil dari pemilihan titikkontrol tanah tersebut melebihi dariyang telah ditentukan maka sebaiknya diulangi.

    Tabel 5. NilaiRMS (Scene 1)

    Tebel 6. NilaiRMS (Scene 2)

    Tabel 7. NilaiRMS (Scene 3)

    Tabel 8. NilaiRMS (Scene 4)

    Gambar 4. Grafik Koreksi Geometrik

    Citra Spot 4

    4.2 Koreksi Radiometrik

    Dalam penelitian Tugas Akhir koreksiradiometrik dilakukan di software ErMapper dengan menggunakan metodeHistogram Adjustment Technique, padametode Histogram AdjustmentTechnique diasumsikan bahwa nilaipiksel terendah pada suatu kerangkaliputan (scene) seharusnya nol, sesuaidengan bit-coding sensor. Dengan

    dilandasi atas dasar bit-coding sensor,maka obyek yang memberikan responspektral paling lemah atau tidak samasekali yang seharusnya nol. Apabila nilaispektral >0, maka nilai tersebut dihitungsebagai offset, dan koreksi dilakukandengan mengurangi nilai low digitalnumber value sehingga menjadi nol.Hasil dari koreksi radiometrik

    menghasilkan nilai digital number valuepadaLow DN Value menjadi nol, sepertitabel berikut ini.Tabel 9. Contoh Layer Citra Sesudah DiKoreksi Radiometrik

    4.3 Komposit Warna

    Pada Tugas Akhir ini dilakukankomposit warna dengan menggunakanband seperti RGB 214. Pada algorithm

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    8/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 8

    jika layer red memakai band 2, layergreen memakai band 1, dan layer bluememakai band 4. Penggunaan band 2menunjukan daerah perairan atau yangtergenang air, band 1 menunjukkan

    daerah tanah, band 4 menunjukkandaerah vegetasi. Dengan menggunakanpola pewarnaan yang dihasilkan padaproses citra komposit warna dapatmenginterpretasi kenampakkan obyek

    yang terdapat pada citra.

    4.4 Penajaman Citra

    Pada pelaksanaan tugas akhir prosespenajaman citra menggunakan metodateknik peregangan kontras ataustretching, hal ini dikarenakan lebih

    mudah dalam melakukan pekerjaanyayaitu dengan cara memanipulasi nilaiBV pada histogram citra tersebutsehinggga menghasilkan citra dengannilai maksimum baru yang lebih tinggi.Sedangkan secara visual akanmenghasilkan citra baru yang variasihitam putihnya lebih menonjol sehinggamemudahkan untuk dilakukkaninterpretasi.

    4.5 Mozaik Citra

    Mozaik citra dilakukan di software ErMapper. Dalam pelaksanaan tugas akhirini, menggabungkan setiap scene citrasehingga diperoleh data citra yang bagus

    atau kontinyu, data citra tidak ada yangtumpang tindih atau (overlapping).

    Mosaik citra merupakan prosesmenggabungkan/menempelkan dua ataulebih citra yang tumpang tindih

    (overlapping) sehingga menghasilkancitra yang representatif dan kontinyu.

    Gambar 5. Hasil mozaikcitraSPOT 4

    4.6 Pemotongan Citra

    Untuk membatasi daerah yang menjadiarea dari penelitian tugas akhir perlu

    dilakukan proses pemotongan citra.

    Agar proses pemotongan citra yang

    dilakukan sesuai dengan batas daerahatau wilayah dari pelaksanaan penelitiantugas akhir maka diperlukan datapendukung dalam hal ini BatasAdministrasi Kabupaten Indragiri Hulu

    skala 1:50.000 tahun 2012 yangditerbitkan oleh BAPPEDA Kabupaten

    Indragiri Hulu Provinsi Riau.

    4.7 Interpretasi Visual

    Interpretasi Visual dilakukan disoftwareArcGIS. Interpretasi yaitumengidentifikasi obyek data/citradengan keterangan yang cukup. Metodeinterpretasi citra pada Tugas Akhir iniadalah metode interpretasi secara visual.

    Interpretasi menggunakan Peta CitraSPOT 4. Interpretasi citra dilakukanberdasarkan unsur - unsur interpretasiyaitu warna/ rona, bentuk, pola, tekstur,situs dan asosiasi. Unsur interpretasi

    yang digunakan selain warna/ronaadalah pola, tekstur dan asosiasi.

    4.8 Luas Penutup Lahan

    Tabel 10. Luas Jenis Penggunaan Lahan

    dari Peta Citra SPOT 4 RGB 214

    Dari tabel diatas menunjukkankomposisi Jenis Dan Luasan

    Penggunaan Lahan di KabupatenIndragiri Hulu Provinsi Riau. JenisPenggunaan Lahan didominasi olehHutan (hutan tanaman industri, landclearing dan semak belukar) 54.11%,

    Perkebunan (sawit, campuran dan karet)41.88%, Lahan Terbangun 2.06%,Lahan Terbuka 1.20%, Tubuh Air0.73%.

    4.9 Kartografi (Layout Peta)

    Penyajian akhir dari pelaksanaan tugas

    akhir ini adalah berupa Peta Jenis

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    9/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 9

    Penggunaan Lahan dalam format citra.Proses layout peta ini meliputi desain :Isi Peta, Judul, Arah Mata Angin, Skala,Skala Batang, Legenda Peta, Insert,Informasi Sumber Data (Proyeksi Peta

    Dan Datum Yang Digunakan, Tahundibuat Peta dan Grid.Layout peta dilakukan menggunakanperangkat lunak software ArcGIS.Sistem koordinat: UTM, datum: WGS

    84, zona: 48S, dibuat dengan skala1:50.000, dicetak dengan kertas A4

    skala 1:750.000, tahun 2014 denganinterval grid 40.000 meter.

    Gambar 6. Peta Jenis Penggunaan Lahandi Kabupaten Indragiri Hulu

    Provinsi Riau

    Gambar 7. Susunan Pembuatan Peta

    5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    a. Metode Interpretasi visual dapatdigunakan untuk mengetahui jenistutupan lahan. Interpretasi citra

    dilakukan berdasarkan unsur - unsurinterpretasi yaitu warna/ rona,bentuk, pola, tekstur, situs danasosiasi. Untuk tutupan lahan derahkabupaten Indragiri Hulu dengan luas

    wilayah 795.569 Ha, pemakaiankunci interpretasi dapat diidentifikasi

    dan dideliniasi langsung pada citraSPOT 4. Kelas penutup lahan sepertihutan, lahan terbangun, tubuh air,perkebunan, lebih mudah

    diidentifikasi secara visualberdasarkan pola/bentuk yangteratur/tidak teratur, warna sertasitus/asosiai. Dibandingkan dengankelas terbuka, identifikasi masihmengalami kesulitan secara visual.

    b. Hasil interpretasi visual jenispenggunaan lahan di Kabupaten

    Indragiri Hulu Provinsi Riau daricitra SPOT 4 tahun 2011/2012,didominasi oleh Hutan (hutantanaman industri, land clearing dan

    semak belukar) 54.11%, Perkebunan(sawit, campuran dan karet) 41.88%,Lahan Terbangun 2.06%, LahanTerbuka 1.20%, Tubuh Air 0.73%.

    c. Hasil dari tugas akhir inimenggunakan citra SPOT 4menunjukan bahwa kelas penutuplahan dapat diidentifikasi dandideliniasi secara visual pada CitraSPOT-4.

    d. Penyajian desain simbol dalampenelitian ini menggunakan simbol

    garis untuk menyajikan bataskecamatan dan kabupaten, serta batas

    penutup lahan.Untuk desain warnadalam penelitian ini disesuaikan

    dengan kenyataan isi peta, seperti :warna biru untuk tubuh air, hijau tuauntuk hutan, hijau muda untukperkebunan, merah muda untuk lahanterbangun, magenta untuk lahan

    terbuka.e. Peta Jenis Penggunaan Lahan di

    Kabupaten Indragiri Hulu ProvinsiRiau dibuat dengan skala 1:50.000

  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    10/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 10

    dan dicetak dengan kertas A4 skala1: 750.000.

    f. Manfaat dari penelitian ini, dapatdigunakan untuk melihat penutuplahan Kabupaten Indragiri Hulu

    Provinsi Riau, sehingga bisadijadikan bahan pertimbangan untukpelestarian, pemanfaatan,perencanaan, pembangunan kawasantersebut di kemudian hari.

    5.2 Saran

    a. Mengingat wilayah Indonesia seringtertutup awan serta prosedur danproses pengadaan data penginderaanjauh itu cukup rumit, maka perlu

    dipersiapkan dengan waktu yangcukup.

    b. Pada pemetaan penutup lahan yangkompleks sebaiknya digunakan datacitra dengan resolusi tinggi, untukmeningkatkan tingkat ketelitian hasilperlu dilakukan pengamatanlapangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ardiansyah. 2005. Pembuatan PetaDigital Informasi Kebumian

    (Patahan dan Kelurusan) denganSRTM, Bogor. UniversitasPakuan.

    Bahtiar Dede. 2005. Pembuatan PetaPenutupan Lahan Dari CitraLandsat Menggunakan MetodaKlasifikasi Supervise DanKlasifikasi Unsupervise, Bogor.Universitas Pakuan.

    Bakosurtanal. 2000. SpesifikasiPemetaan Rupabumi IndonesiaSkala 1:50.000.

    Handoyo, Y.S. 1998. PenginderaanJauh Dasar, Institut Teknologi

    Nasional Malang.Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka.

    2001. Kesesuaian Lahan danPerencanaan Tata Guna Lahan.Departemen Tanah, Fakultas

    Pertanian, Institut PertanianBogor. Bogor.

    Heru Yudo, S. 2005. Pembuatan PetaCitra Kota Bogor MenggunakanCitra Digital Satelit Landsat

    ETM-7, Bogor.UniversitasPakuan.

    Lillesand, T.M & Kiefer, R.W., 1979,Penginderaan Jauh danInterpretasi Citra (terjemahan),

    Yogyakarta: Fakultas GeografiUGM.

    Nuniek Agustina, k. 2006. Analisapembuatan peta neracasumberdaya hutan propinsi

    Banten, Bogor. UniversitasPakuan.

    Pamungkas, A. 2014. PemantauanPerubahan Penutup LahanWilayah Pesisir Pantai Banten,Bogor. Universitas Pakuan.

    Purwadhi. 2001. Penginderaan Jauhdan Interpretasi Citra, Lapan.

    Rustadi. 2011. Integrasi TeknologiPenginderaan Jauh Dan SistemInformasi Geografi SebagaiBagian Materi PengetahuanUmum, Artikel. Tersedia di :

    http://rustadi14-

    newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html. [17 Mei2014]

    Sumaryono dan Nurwadjedi. 1999.Spesifikasi Pemetaan LiputanLahan. Bakosurtanal.

    Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh,Jilid 1, Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

    Wahyuddin. 2013. IdentifikasiPertanian Lahan Kering DiKabupaten Jeneponto DenganMenggunakan Citra SatelitResolusi Menengah (Citra Spot4), Makasar. Universitas

    Hasanuddin.

    PENULIS

    1. Hasbi Fariz, ST. Alumni (2014)

    Program Studi Teknik Geodesi FT-UNPAK.

    2. I r. Rudie R Atmawidjaja. Staf

    Dosen Program Studi TeknikGeodesi FT-Unpak

    3. Dra. Diah Kirana Kresnawati,M .Sc. Staf Dosen Program StudiTeknik Geodesi FT-Unpak

    .

    http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17http://rustadi14-newsartikel.blogspot.com/2011/12/integrasi-teknologi-penginderaan-jauh.html.%20%5b17
  • 7/25/2019 Hasbi Fariz (051109007) (ok)

    11/11

    Program Study Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Page 11