halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak...

92
i SEJARAH SALATIGA Dari Kota Militer Hingga Kota Pengepul Hasil Bumi Tahun 1746-1917 Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Program Studi Sejarah Disusun oleh: Aprian Prayogo 124314005 PROGRAM STUDI SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak...

Page 1: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

i

SEJARAH SALATIGA

Dari Kota Militer Hingga Kota Pengepul Hasil Bumi

Tahun 1746-1917

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada

Program Studi Sejarah

Disusun oleh:

Aprian Prayogo

124314005

PROGRAM STUDI SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu

terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat yang selalu menyajikan

kenyaman dan kegembiraan, Kota Salatiga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

v

MOTTO

“I have to remind myself that some birds arent meant to be caged.”

(Ellis Boyd “Red” Redding)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

vii

ABSTRAK

Aprian Prayogo, Sejarah Salatiga; Dari Kota Militer Hingga Kota Pengepul

Hasil Bumi 1746-1917. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sejarah, Fakultas

Sastra, Universita Sanata Dharma, 2017.

Penulisan mengenai Sejarah Salatiga ini bertujuan untuk menjawab dan

menjelaskan tiga pokok permasalahan. Pertama, mengapa Salatiga mengalami

perubahan identitas dari Kota Militer menuju Kota Pengepul Hasil Bumi. Kedua,

bagaimana proses perubahan identitas yang terjadi di Salatiga. Ketiga, apa saja

dampak yang dialami masyarakat Salatiga akibat perubahan identitas tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi arsip. Arsip yang

berupa dokumen dan foto-foto tersebut diperoleh dari lembaga-lembaga

pengarsipan, perpustakaan, dan beberapa tokoh pemerhati sejarah Salatiga.

Analisis dilakukan dengan cara melihat otentisitas dan kredibilitas data sebelum

melakukan pembandingan dan interpretasi terhadap sumber yang didapat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan identitas kota yang

dialami Salatiga berawal dari berlakunya Sistem Tanam Paksa di Jawa pada tahun

1830. Sistem tersebut dibangun sebagai bentuk usaha pemulihan perekonomian

pemerintah Belanda yang sempat melemah. Perubahan identitas tersebut juga

didukung oleh kondisi wilayah Salatiga dan sekitarnya yang memilki kapasitas

untuk dijadikan sebagai wilayah aktivitas perkebunan.

Peristiwa perubahan Kota Militer menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi

membawa dampak pada masyarakat di Salatiga. Hingga saat ini, dampak

perubahan tersebut masih dapat dijumpai di wilayah Salatiga dan sekitarnya.

Rumah-rumah Belanda, perkebunan-perkebunan, dan rel kereta api menunjukkan

bahwa Salatiga pernah menduduki posisi penting dalam perjalanan sejarah

perkebunan di Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

viii

ABSTRACT

Aprian Prayogo, History of Salatiga; From Military City Until The City of

Harvest’s Collective Trader 1746-1917, Undergraduate Thesis, Yogyakarta;

Department of History, Faculty of Letters, Sanata Dharma University, 2017.

The objective of this research is to answer three important questions. First,

why the identity of Salatiga has turned from Military City to The City of

Harvest’s Collective Trader. Second, how did the process of identity changing

occurred in Salatiga. Third, what is the impact of identity changing to Salatiga’s

society.

Method of this research is an archives study. The archives that consist of

documents and pictures are obtained from the archive institutions, library, and

some Salatiga’s history observers. Data analysis is done by checking the

authenticity and credibility before comparing and interpreting it.

The result of this research shows that the identity changing in Salatiga

began from Cultuurstelses that happened in Java, 1830. The system was born as

an effort to reconstruct the economic by Nederlansch Goverment that used to be

weak. Identity changing was also supported by environmental condition in

Salatiga that had capability as a region for plantation activities.

The phenomenon of the identity changing from Military City became The

city of Harvest’s Collective Trader had many impacts to Salatiga’s society. Until

this day, the impact still can be found in the region of Salatiga and its environs.

Dutch Indies country houses, plantations, and railways show that Salatiga used to

be important place in the history of Indonesian plantation’s journey.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

x

KATA PENGANTAR

Kota Salatiga merupakan kota yang ideal bagi saya, bukan karena saya

lahir dan berkembang di sana, namun terdapat banyak alasan lain yang

menyebabkan tingginya rasa senang terhadap kota tersebut. Setelah lama tinggal

dan menetap di kota ini, terdapat perasaan bangga yang selalu muncul ketika ada

kesempatan diajak membandingkan kota kelahiran dengan kota-kota lain. Selain

memilki lingkungan yang indah dan menarik perhatian, Salatiga juga memiliki

sejarah panjang yang juga menarik untuk dipelajari. Berangkat dari hal tersebut,

saya memilih sejarah Kota Salatiga sebagai topik penulisan skripsi ini dengan

tujuan selain ingin mengerti dan memahami sejarah kota kelahiran, juga ingin

menghasilkan historiografi yang memperkaya khasanah sejarah Kota Salatiga.

Skripsi mengenai Kota Salatiga yang saya tulis, sempat mengalami

beberapa kali pergantian tema dan judul. Hal ini terjadi karena banyaknya sejarah

Salatiga yang sangat menarik untuk diteliti, namun tidak semua dapat diakses

data-datanya. Setelah kurang lebih 9 bulan mencari celah dan data-data untuk

menulis sejarah kota ini, pada akhirnya saya mendapatkan bahan penelitian yang

tepat untuk skripsi saya. Proses pencarian data dan penulisan skripsi ini tidak saya

lakukan sendirian. Terdapat banyak pihak yang sangat membantu kelancaran

penelitian mengenai sejarah Kota Salatiga ini, maka dari itu, saya sebagai penulis

berterima kasih kepada:

Allah SWT yang telah melindungi, memperlancar, dan memberikan jalan

petunjuk selama proses penulisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

xi

Ibu Siti Arbiyati, atas “apapun” yang terjadi tetap memberikan

kepercayaan penuh pada anak-anaknya.

Keluarga besar Ibu Maryam yang senantiasa memberi nasihat dan

dukungan.

Segenap Dosen Jurusan Sejarah Universitas Sanata Dharma; Dr. Lucia

Juningsih, M.Hum, Drs. Silverio R. L Aji Sampurna, M.Hum, Drs. Hb

Hery Santosa, M.Hum, Dr. H. Purwanta, M.A, Dr. Yerry Wirawan, dan

Drs. Heri Priyatmoko M.A, atas segala pelajaran dan bimbingan yang

telah diberikan.

Staf sekretariat Fakultas Sastra, dan Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma, yang telah banyak membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Bapak Edi Supangat selaku penulis dan pemerhati Sejarah Salatiga, Bapak

Slamet Rahardjo selaku sejarawan Salatiga, dan Bapak Bagus selaku

pengurus Arsip Daerah Kota Salatiga, atas bantuannya memberi banyak

informasi penting seputar sejarah Salatiga.

0298 Crew yang selalu memberi hiburan dan semangat baru ditengah

tuntutan perkuliahan.

Kartel Krangkungan; Hernowo Adi Saputro, Thomas Kevinar, Pade

Ainun, Jay “The old man”, Krisna Ramadhananda, Lemon, Blackyjol, dan

Yarenda, atas pengertiannya memberikan dukungan dan bantuan yang luar

biasa dalam proses pengerjaan skripsi.

Cak Rowi, atas hiburan-hiburan yang diberikan selama pengerjaan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

xii

Yohanes de Britto Tambunan, Alfonsus Mario Eljiyananto, Prasetya

Bagus “Bagong”, dan Maria Puspitasari, yang selalu memberi masukan

dan bersedia diajak berdiskusi.

Teman-teman dan alumnus Jurusan Sejarah, Sastra Indonesia, dan Sastra

Inggris Universitas Sanata Dharma yang kapan saja dapat memberikan

ruang untuk belajar dan menimba pengalaman baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………...... iv

HALAMAN MOTTO……………………………………………….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….. vi

ABSTRAK…………………………………………………………… vii

ABSTACT…………………………………………………………… viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………………….. ix

KATA PENGANTAR………………………………………………. x

DAFTAR ISI………………………………………………………… xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Identifikasi & Pembatasan Masalah........................................... 7

B.1 Identifikasi Masalah............................................................. 7

B.2 Batasan Masalah.................................................................. 7

C. Rumusan Masalah...................................................................... 8

D. Tujuan Penulisan........................................................................ 8

E. Manfaat Penulisan...................................................................... 9

F. Kajian Pusataka.......................................................................... 9

G. Landasan Teori........................................................................... 12

H. Metode Penelitian....................................................................... 14

I. Sistem Penelitian....................................................................... 15

BAB II. SALATIGA SEBAGAI KOTA MILITER

TAHUN 1746-1852

A. Kondisi Lingkungan Salatiga..................................................... 17

B. Asal-usul Salatiga...................................................................... 20

C. Pembangunan Sebuah Kota....................................................... 22

D. Salatiga Sebagai Basis Militer VOC.......................................... 23

D.1 Kekuasaan VOC di Salatiga................................................ 25

D.1.2 Pembangunan Basis Militer di Salatiga........................... 26

BAB III. SALATIGA SEBAGAI KOTA MILITER HINGGA

KOTA PENGEPUL HASIL BUMI

A. Keadaan Militer di Salatiga abad ke-19..................................... 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

xiv

B. Kondisi Ekonomi Pemerintah Belanda tahun 1825-1830........ 32

B.1 Perang Melawan Pangeran Diponegoro.............................. 32

B.2 Pemberontakan Masyarakat Belgia..................................... 35

C. Solusi Untuk Mengembalikan Kondisi Keuangan

Pemerintah Belanda.................................................................... 36

C.1 Aturan Sistem Tanam Paksa................................................ 38

D. Peran Salatiga Pada Masa Sistem Tanam Paksa......................... 40

D.1 Berlakunya Undang-undang Agraria .................................. 42

BAB IV. DAMPAK SALATIGA SEBAGAI KOTA PENGEPUL

HASIL BUMI BAGI MASYARAKATNYA

A. Dampak Ekonomi....................................................................... 48

A.1 Beredarnya Uang di Salatiga............................................... 50

A.2 Kondisi Sosial Masyarakat di Salatiga................................ 52

A.3 Lahirnya Pasar Tradisional……………………………….. 54

A.4 Lahirnya Transportasi Modern............................................ 56

B. Salatiga Kota Prestisius.............................................................. 62

B.1 Salatiga Mendapat Status Sebagai Kota Praja atau

Gemeente.................................................................................... 64

BAB V. KESIMPULAN....................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

1

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salatiga merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang dikelilingi oleh

beberapa kota besar, yakni Semarang, Surakarta, Magelang, dan Yogyakarta.

Letak Salatiga yang demikian, menyebabkan kota dengan luas wilayah 17,87 km²

ini mudah dijumpai ketika melakukan perjalanan ke sekitar kota-kota besar

tersebut. Selain letaknya di sekitar kota-kota besar, Salatiga yang pada tahun 2010

berpenduduk 170.332 orang ini1 berada dekat dengan gunung-gunung dan

perbukitan, antara lain Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Telomoyo,

Bukit Andong, Bukit Kendil, dan Gunung Ungaran.

Berdasarkan letak geografis, sekitar 20% tanah yang ada di Salatiga

merupakan tanah miring dan berada pada ketinggian 525-675 meter di atas

permukaan laut, dan dengan suhu rata-rata 23-24ºC.2 Hal tersebut menjadikan

Salatiga sebagai kota yang indah dan memiliki suhu udara yang sejuk, bahkan

ketika berstatus Gemeente pada 1917, Salatiga tumbuh menjadi wilayah yang

indah dan terencana secara baik, sehingga mendapat julukan Solotigo de

Schoonste Stad van Midden Java atau Kota Terindah se Jawa Tengah.3

1Suara merdeka.com, 21 Junia 2011, Seputar Salatiga:Penduduk Miskin 8,28 Persen,

(diakses pada 16 Juni 2017 pukul 01.39 WIB) 2Suwarti, “Peran Pendudukan Militer Jepang Dalam Meningkatkan Militasi Pemuda

Salatiga 1942-1945”,Skripsi FKIP Universitas Kristen Satya Wacana, 2004, hlm 37. 3Hari Jadi Kota Salatiga 24 juli 750, Salatiga ; Pemerintah Kota Madia Tingkat II

Salatiga, 1975 hlm 33.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

2

Berada di sekitar kota-kota besar dan memiliki lingkungan seperti di

Eropa, menyebabkan Salatiga menjadi pilihan VOC untuk dijadikan sebagai basis

militer pada tahun 1746 dan wilayah perkebunan oleh pemerintah Hindia Belanda

setelah tahun 1830. Posisi Salatiga yang berada di jalur persimpangan kota-kota

besar dianggap oleh VOC sebagai tempat yang tepat untuk dijadikan tempat

persinggahan para pedagang. Singgahnya para pedagang tersebut, dimanfaatkan

VOC untuk mengontrol barang dagangan yang beredar di Jawa Tengah. Selain

itu, VOC juga menilai bahwa Salatiga merupakan jalur penghubung kota-kota

pedalaman Jawa Tengah dengan kota-kota Pantai Utara Jawa.4 Dengan alasan

tersebut, VOC membangun sebuah benteng bernama De Hersteller di Salatiga

pada tahun 1746.5

Pembangunan benteng tersebut merupakan awal dari dijadikannya Salatiga

sebagai Kota Militer. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di

beberapa tempat di Salatiga, yakni bangunan-bangunan militer yang kini menjadi

Kompleks Angkatan Darat 414 dan Korem 073 Makutarama6, menunjukan bahwa

pada abad ke- 18 sudah terdapat aktivitas militer yang kuat di Salatiga. Selain

membangun benteng dan bangunan-bangunan lainnya untuk kepentingan militer,

pemerintah kolonial juga pernah menjadikan Salatiga sebagai pusat pemerintahan,

serta tempat peristirahatan bagi para pembesar dan penguasa onderneming yang

sedang melakukan perjalanan jauh. Salatiga dijadikan tempat peristirahatan karena

4Emy Wuryani, ”Distrik Salatiga 1900-1942”, Thesis Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta,

2006, hlm 26-27. 5VOC juga membangun benteng-benteng militer lain di wilayah Jawa Tengah pada abad

ke-18, seperti Benteng Van Der Wick di Gombong, dan Benteng Willem II di Ungaran. 6Suwarti, Op,cit., hlm 52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

3

selain berada di jalur antar kota, kota ini memiliki udara sejuk yang disukai oleh

orang-orang Eropa.7

Benteng militer De Hersteller dibangun untuk mengawasi jalur

perdagangan. Hal tersebut merupakan sebuah usaha VOC untuk menjamin

keamanan dan kelancaran kegiatan lalu lintas perdagangan dari pedalaman Jawa

Tengah sampai Pantai Utara, sehingga ketika terjadi sebuah ancaman di jalur

perdagangan mereka, dengan mudah pasukan militer datang untuk mengatasinya.

Pembangunan benteng ini juga tidak terlepas dari peristiwa Geger Pacinan.

Seperti yang diketahui bahwa Salatiga pernah dikuasai oleh pasukan gabungan

pada tahun 1742, sehingga setelah hal tersebut berlalu VOC merasa perlu

membangun basis militer di kota tersebut.8

Keberadaan benteng De Hersteller mulai diabaikan oleh pemerintah Hindia

Belanda pada awal abad 19. Benteng tersebut terletak di sebuah dataran yang

lebih tinggi daripada wilayah yang disekitarnya, sehingga menyebabkan

terganggunya sistem pengairan di dalam benteng tersebut. Pada tahun 1857,

benteng megah tersebut dirubuhkan oleh pemerintah Hindia Belanda, dan

kemudian diganti dengan mendirikan tangsi-tangsi yang berintikan pasukan

kavaleri dan gedung perkantoran di bagian barat sebuah lapangan yang berada di

wilayah bekas benteng De Hersteller pada tahun 1885. Tangsi ini dilengkapi

7Kantor Statistik Kodya Salatiga, 1893, Monografi Kotamadya Salatiga 1893, hlm 3-4.

8Daradjadi, Geger Pacinan 1740-1743, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2013, hlm

219.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

4

dengan sistem sanitasi di tempat pemukiman dan kandang kuda dengan sumber

air dari Senjoyo9, yang merupakan salah satu mata air besar di Salatiga.

Pada tahun 1830, secara perlahan Sistem Tanam Paksa mulai

diperkenalkan di Pulau Jawa, termasuk Salatiga dan sekitarnya. Hal ini terjadi

setelah Johanes van den Bosch yang ditunjuk oleh Raja Belanda sebagai pencari

solusi dari masalah keuangan Belanda, menyampaikan kepada Raja Belanda

tentang usulan-usulan yang kelak disebut Cultuurstelsel pada tahun 1829.10

Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan fokus mereka di sekitar Salatiga dari

bidang militer ke bidang perkebunan. Kondisi lingkungan Salatiga dan sekitarnya

yang berada di ketinggian 525-675 meter diatas permukaan laut dan memiliki

suhu yang baik untuk tanaman, menyebabkan wilayah di sekitar Salatiga

dijadikan pusat sejumlah perkebunan oleh pemerintah kolonial. Perkebunan-

perkebunan tersebut berada di Getas, Ngasinan, Tlogo, Noborejo, Gebugan,

Banaran, Barukan, Gesangan, dan Mblambang Ampel.11

Seluruh hasil bumi yang

berasal dari perkebunan-perkebunan tersebut dikumpulkan di Salatiga, sebelum

kemudian dikirim ke Semarang. Salatiga dipilih sebagai Kota Pengepul12

Hasil

Bumi karena letaknya yang berdekatan dengan perkebunan, dan pada saat itu

9Mata air senjoyo adalah mata iar yang terletak di Salatiga. Debit air yang keluar dari air

mata ini cukup besar, sebagian airnya digunakan oleh PDAM Salatiga dan sebagian masuk ke

saluran irigasi, dan selebihnya mengalir di beberapa sungai Senjoyo dan menyebar ke seluruh

wilayah Salatiga. Daerah recharge mata air ini meliputi lereng timut Gunung Merbabu, yang

merupakan daerah resapan porus dengan luar sekitar 40 km2, yang menyimpan air hujan selama

musim hujan dan dikeluarkan di Mata Air Senjoyo. 10

M.C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta,

2008, hlm 260. 11

Karyono, “Studi Tentang Perkembangan Kota Kolonial 1917-1942”, Thesis, Pasca

Sarjana UGM, Yogyakarta, 2002, hlm 2-3. 12

Dalam istilah perdagangan, pengepul adalah bandar dagang yang tugasnya

mengumpulkan barang-barang yang kemudian dijual atau didistribusikan ke tempat lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

5

dianggap aman oleh pemerintah kolonial karena ada kekuatan militer di kota

tersebut.

Apabila dilihat dengan batas-batas wilayah kota Salatiga saat ini,

perkebunan-perkebunan tersebut bukan berada atau tidak merupakan bagian dari

kota Salatiga yang saat ini statusnya adalah Kotamadya. Pada periode sebelum

Salatiga diangkat menjadi Gemeente atau Kota Praja, yaitu pada tahun 1917,

Salatiga pernah berstatus kota kabupaten hingga tahun 1895, dan kemudian

menjadi wilayah kabupaten Semarang, atau dikenal dengan sebutan Afdeeling,

yaitu anak daerah dari Kota Semarang. Ketika Salatiga menjadi kota kabupaten,

perkebunan-perkebunan sudah mulai berkembang di wilayah tersebut, namun

tidak di wilayah pusat kota melainkan di daerah pinggiran yang masih merupakan

bagian dari wilayah kabupaten.

Masyarakat sekitar Salatiga tidak bisa membedakan atau melihat batas-

batas wilayah pada waktu itu, sehingga perkebunan yang berada di pinggiran atau

di luar Salatiga, tetap saja disebut dan dinyatakan berada di wilayah Salatiga. Hal

tersebut tidak lepas dari ketenaran Salatiga ketimbang wilayah-wilayah di

sekitarnya pada waktu itu, sehingga banyak yang menganggap dulunya Salatiga

juga merupakan Kota Perkebunan.

Pada tahun 1867 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membuat

jalur kereta api yang diawali dari Semarang. Pembuatan jalaur kereta api tersebut

merupakan salah satu akibat dari hasil bumi yang terus menumpuk di Salatiga.

Hingga tahun 1900, terdapat 32 buah perkebunan. Maraknya pertumbuhan

perkebunan di sekitar Salatiga, membuat semakin banyak orang kulit putih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

6

datang dan membangun rumah di wilayah perkotaan Salatiga. Mereka yang

datang ke Salatiga, biasanya adalah orang-orang yang ditugaskan oleh pemerinah

Belanda untuk mengelola perkebunan di tempat tersebut. Kehadiran rumah-rumah

bergaya arsitektur Eropa di Salatiga membuat perkebunan-perkebunan di

sekitarnya menjadi tampak menawan.13

Berkembangnya Salatiga menjadi kota dengan hasil bumi yang melimpah,

tidak mengubah kekuatan militer yang ada pada kota ini. Pemerintah Hindia

Belanda tetap membangun bangunan militer untuk kepentingan mereka pada

tahun 1830. Bangunan militer ini berupa benteng yang diberi nama Fort Hock.

Benteng yang berukuran 1.000 meter persegi di atas tanah seluas 20.000 meter

persegi ini sejak awal hanya difungsikan untuk asrama prajurit pemerintah, bukan

untuk fasilitas pertahanan wilayah.14

Pada tahun 1947 hingga sekarang, benteng

ini menjadi Kantor Polisi Lalu Lintas (Polantas), yang letaknya di tepi Jalan

Diponegoro, jalur utama Kota Salatiga menuju Kota Semarang. Kondisinya saat

ini mungkin sudah tidak sebaik pada masanya, namun pemerintah dan pihak

kepolisian merawat bangunan tersebut dengan menggunakannya sebagai kantor

yang digunakan untuk mengurus segala sesuatu mengenai surat ijin mengendarai

kendaraan bermotor.

Salatiga menjadi menarik karena sebuah kota yang kecil wilayahnya dan

jumlah penduduk yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kota-kota

sekitarnya, ternyata pernah menjadi kota yang kuat secara militer dan kemudian

menonjol di bidang perkebunan pada periode 1746 hingga 1900-an. Tidak banyak

13

Edi Supangat, Galeria Salatiga, Salatiga, Griya Media, 2010, hlm 23. 14

Ibid, hlm 158.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

7

yang mengetahui bahwa Salatiga yang memiliki keindahan di beberapa

wilayahnya, merupakan kota yang di dalamnya memiliki kekuatan militer yang

kuat, dan tidak banyak yang mengetahui juga bahwa Salatiga yang kini menjadi

sasaran bisnis dan lekat dengan pertokoan, dahulu pernah menjadi kota yang

memiliki hasil bumi yang sangat melimpah.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

B.1 Identifikasi Masalah

VOC memilih Salatiga sebagai basis militer pada tahun 1746. Salatiga

yang berada di wilayah strategis, yaitu persimpangan jalur kota-kota besar di Jawa

Tengah, merupakan salah satu alasan VOC membangun kekuatan militer di

tempat tersebut. Basis militer ini difungsikan untuk menjaga keamanan jalur

perdagangan mereka di Jawa Tengah hingga pantai utara Jawa. Selain letaknya

yang strategis, keadaan alam di Salatiga yang sejuk juga mempengaruhi VOC

untuk memilih tempat tersebut sebagai tempat transit para pedagang dan pejabat

kolonial. Pada tahun 1830 pemerintah Hindia Belanda memberlakukan Sistem

Tanam Paksa di Jawa. Peristiwa tersebut merupakan titik awal lahirnya

perkebunan-perkebunan di sekitar Salatiga. Sistem tersebut dibangun sebagai

usaha rekondisi perekonomian mereka pasca perang melawan Pangeran

Diponegoro, pemisahan wilayah oleh masyarakat Belgia di Belanda, dan beberapa

masalah lainnya yang mereka alami di Eropa.

B.2 Pembatasan Masalah

Penulisan ini dimulai pada tahun 1746 dimana Salatiga mulai mendapat

julukan sebagai Kota Militer, yang ditandai dengan dibangunnya sebuah benteng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

8

bernama De Hersteller. Setelah membahas latar belakang mengapa Salatiga

menjadi Kota Militer, akan dibahas tentang proses perubahan Salatiga sebelum

menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi pada pertengahan abad ke-19. Tahun 1830

merupakan titik berangkat Salatiga menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi. Hal

tersebut merupakan akibat dari banyaknya perkebunan di sekitarnya yang terus

berkembang di tahun-tahun berikutnya. Dampak dari perubahan identitas tersebut

bagi masyarakat Salatiga akan dibahas hingga tahun 1917.

C. Perumusan Masalah

Berangkat dari uraian di atas, lahir beberapa permasalahan untuk menjadi

fokus dalam penelitian ini;

1. Mengapa Salatiga mengalami perubahan identitas dari Kota Militer

menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi?

2. Bagaimana proses perubahan identitas Salatiga dari Kota Militer ke

Kota Pengepul Hasil Bumi?

3. Apa saja dampak Salatiga sebagai Kota Pengepul Hasil Bumi bagi

masyarakatnya hingga tahun 1917?

D. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan perubahan identitas Kota Salatiga dari Kota Militer

menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi.

2. Menjelaskan proses perubahan identitas Salatiga dari Kota Militer

menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi.

3. Memaparkan dampak dari perubahan identitas kota bagi masyarakat

Salatiga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

9

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang membahas salah satu sejarah Salatiga ini memiliki

beberapa manfaat. Pertama, secara keilmuan, penelitian ini memberi sumbangan

terhadap penulisan sejarah lokal yang mengenai perubahan sebuah identitas kota.

Kedua, bagi mahasiswa ilmu sejarah dan pemerhati sejarah, penelitian ini dapat

menambah wawasan tentang pengetahuan yang berkaitan dengan perubahan

sebuah identitas kota. Ketiga, bagi masyarakat umum hasil penelitian dapat

digunakan untuk membantu mereka yang ingin memahami sejarah Salatiga pada

periode 1746-1917.

F. Kajian Pustaka

Terdapat beberapa kajian tentang sejarah Kota Salatiga, antara lain yang

dilakukan oleh Eddy Supangat yang berjudul Salatiga Sketsa Kota15

dan Galeria

Salatiga16

. Buku Salatiga Sketsa Kota Lama memaparkan kondisi dan suasana

Salatiga pada periode kolonial, menjelaskan bangunan dan jalan-jalan era kolonial

dan pasca proklamasi, serta menceritakan beberapa tokoh yang memiliki prestasi

di ranah nasional yang berasal dari Salatiga. Buku ini membahas tentang Salatiga

sebagai Kota Militer dan Kota Perkebunan, namun tidak menjelaskan secara

mendalam mengenai proses perubahannya.

Dalam karyanya yang lain berjudul Galeria Salatiga, Edy Supangat juga

banyak menjelaskan tentang gedung dan jalan di Salatiga, namun yang

membedakan dari Salatiga Sketsa Kota Lama adalah jumlah foto yang disuguhkan

di buku tersebut. Galeria Salatiga memiliki banyak foto tentang bangunan, jalan,

15Edi Supangat, Salatiga Sketsa Kota Lama, Salatiga, Griya Media, 2010.

16Edi Supangat, Galeria Salatiga, Salatiga, Griya Media, 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

10

dan kondisi Salatiga pada periode kolonial, tetapi dengan periode yang kurang

jelas dan tidak kronologis. Buku ini juga memperlihatkan Salatiga sebagai Kota

Militer dan Kota Perkebunan, namun seperti buku tentang Salatiga yang dibuat

sebelumnya, Edy Supangat tidak menjelaskan secara mendalam bagaimana proses

perubahan Kota militer menjadi Kota Perkebunan, ia hanya memberikan tahun

dimana perkebunan mulai tumbuh di Salatiga.

Selain kedua buku tersebut, terdapat sejumlah skripsi dan tesis yang juga

membahas mengenai Sejarah Salatiga yang tidak dibahas oleh Edy Supangat.

Skripsi berjudul “Peranan Pendudukan Militer Jepang dalam meningkatkan

Militansi Pemuda Salatiga 1942-1945”17

yang ditulis oleh Suwarti, menjelaskan

pendudukan Jepang di Jawa, dan terutama di Salatiga. Suwarti banyak

menjelaskan bagaimana pendudukan militer Jepang di Salatiga dan bagaimana

peran mereka di kota kecil tersebut. Ia juga memaparkan kondisi geografis dan

pemerintahan kolonial Salatiga hingga tahun 1917. Dalam skripsi ini, sejarah

transportasi darat seperti kereta api di sekitar Salatiga yang merupakan dampak

dari kebijakan adanya perkebunan tidak dibicarakan, namun kemudian dibahas

secara baik oleh Sindie Astuti dalam skripsinya yang berjudul “Sejarah

Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang Tahun 1870-1900”18

. Dalam

skripsi ini dijelaskan sejarah munculnya perusahaan kereta api di wilayah sekitar

Salatiga yang diawali dari Semarang. Jika Sindie Astuti hanya bicara kereta api di

wilayah sekitar Salatiga, terdapat skripsi yang ditulis oleh Mia Nuraini dengan

17

Suwarti, “Peranan Pendudukan Militer Jepang dalam Meningkatkan Militasi Pemuda

Salatiga 1942-1945”, Skripsi, Program Studi Sejarah,FKIP-UKSW, Salatiga, 2004. 18

Sindie Astuti, “Sejarah Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang Tahun 1870-

1900”, Skripsi, Program Studi Sejarah, FKIP-UKSW, Salatiga, 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

11

judul “Perkembangan Transportasi di Salatiga Tahun 1900-1942”19

, yang

menjelaskan tentang transportasi dan aktivitas ekonomi di Salatiga periode

tersebut sebagai dampak dari perkebunan swasta yang telah berkembang.

Selain beberapa skripsi di atas, ada dua tesis yang juga membahas sejarah

Salatiga periode kolonial. Tesis yang pertama ditulis oleh Emy Wuryani dengan

judul “Distrik Salatiga 1900-1942”20

. Dalam tesisnya, selain banyak membahas

Kota Salatiga periode tersebut, Emy juga memberikan gambaran mengenai

Salatiga yang pernah menjadi Kota Militer. Tesis ini tidak banyak memberikan

pembahasan tentang perkebunan, namun dibahas dalam tesis lain milik Karyono

yang berjudul “Studi Tentang Perkembangan Kota Kolonial 1917-1942”21

. Selain

menjelaskan perkembangan-perkembangan kota akibat kebijakan kolonial,

Karyono juga membahas perkebunan-perkebunan di Salatiga dan sekitarnya.

Kajian-kajian tersebut di atas, meski sama-sama membahas tentang Kota

Salatiga pada periode kolonial, terdapat kekurangan seperti sedikitnya

pembahasan mengenai proses perjalanan Salatiga dari Kota Militer menjadi Kota

Hasil Bumi. Kekurangan tersebut akan dibahas dalam penelitian ini dengan

menjelaskan bagaimana proses Salatiga mengalami perubahan identitas dari Kota

Militer ke Kota Pengepul Hasil Bumi. Berbeda dengan kajian-kajian yang ada di

atas, penelitian ini akan menggunakan istilah Salatiga sebagai Kota Pengepul

19

Mia Nuraini, Skripsi, “Perkembangan Transportasi di Salatiga Tahun 1900-1942”,

Program Studi Sejarah, FKIP-UKSW, Salatiga, 2012. 20

Emy Wuryani, ”Distrik Salatiga 1900-1942”, Thesis Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta,

2006. 21

Karyono, “Studi Tentang Perkembangan Kota Kolonial 1917-1942”, Thesis Pasca

Sarjana UGM, Yogyakarta, 2002.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

12

Hasil Bumi, bukan Kota Perkebunan, dengan alasan melihat letak perkebunan-

perkebunan yang ada pada periode kolonial.

G. Landasan Teori

Konsep Kota Menurut John Brickerhoff Jackon tahun 1984 adalah sebuah

manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagai unsur

seperti bangunan, jalan, dan ruang terbuka hijau.22

Dengan melihat tiga unsur

tersebut untuk membangun sebuah kota, tentu akan berimbas pada identitas kota

yang nantinya dibangun. Kota sebagai suatu lingkungan fisik memiliki berbagai

aspek yang dapat mengangkat, mengembangkan dan mencirikan kota itu sendiri,

seperti nilai historis dan aspek-aspek yang bersifat faktual lainnya yang

membuahkan suatu identitas bagi kota.23

Menurut Kevin Lynch, kota yang memiliki identitas yang spesifik dapat

digunakan untuk membedakan suatu tempat dengan tempat lainnya. Dalam hal ini

masing-masing lingkungan tentu memiliki identitas, sesuatu yang melahirkan

karakter yang membedakan dengan kota lainnya. Memahami citra dan identitas

kota tidak hanya berorientasi pada keberadaan elemen-elemen fisik maupun

kejelasan struktur kotanya namun yang lebih penting bagaimana keberjalinan

antara manusia dengan artefak fisik dapat terbangun.24

Kota bisa berkembang diikuti pertambahan populasi dan bentuk fisiknya.

Tentu hal ini juga memiliki dampak pada identitas. Karena identitas dapat

22

Aida Izzul Imah, Konsep dan Pengertian Kota Menurut Para Ahli, Academia.edu, hlm

3. (diakses pada 14 Mei 2017 pukul 22.19 WIB) 23

Kabupung, Sonny Fernando, “Studi Citra Kota Maumere di Nusa Tenggara Timur”,

Thesis UAJY, Yogyakarta, 2012, hlm 43. 24

I Wayan Yudi Artana, Transformasi Struktur dan Kultural Masyarakat Peri Urban

Badung Dalam Pembentukan Identitas Kekotaannya.Transformasi Spasial; Determinan

Perubahan Struktur dan Kultural Peri Urban Badung, Jurnal, hlm 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

13

berwujud bermacam-macam,tidak metutup kemungkinan bahwa perkembangan

kota bisa melahirkan identitas baru. Identitas kota atau kawasan tidak harus

merupakan suatu hal yang selalu sama. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kota mampu

berkembang menjadi kota yang lebih besar, kota yang lebih baik maupun menjadi

kota yang lebih buruk. Hal ini memungkinkan pudarnya identitas yang melekat

sebelumnya pada suatu kota oleh sesuatu yang baru. Misalnya, identitas fisik

suatu kawasan bisa berubah dengan adanya pembangunan-pembangunan yang

bersifat fisik pada kawasan tersebut.

Dibangunnya Salatiga sebagai Kota Militer tidak lepas dari apa yang telah

disampaikan oleh John Brickerhoff Jackon, bahwa kota dibangun karena unsur

bangunan, jalan, dan ruang hijau terbuka. Unsur jalan yang dimaksud adalah

Salatiga berada di wilayah yang strategis karena berada di jalan persimpangan

menuju kota-kota besar, serta berada di wilayah gunung dan perbukitan. Kota

yang seperti ini dimanfaatkan oleh VOC sebagai kota untuk mengawasi jalur

perdagangan dan sebagai kota untuk bertahan dari ancaman pihak luar. VOC

membangun benteng dan bangunan-bangunan yang dipenuhi oleh para prajurit.

Banyaknya aktivitas militer di Salatiga pada periode 1746, berimbas pada

identitas Salatiga sebagai Kota Militer.

Pada periode pemerintahan Hindia Belanda unsur ruang terbuka hijau dan

berada di sekitar gunung dan perbukitan, menyebabkan perkembangan identitas

Salatiga sebagai Kota Pengepul Hasil Bumi. Udara yang sejuk dan banyaknya

lahan terbuka di kota tersebut menyebabkan Salatiga dan sekitarnya dimanfaatkan

oleh pemerintah kolonial sebagai penghasil tanaman komoditas dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

14

banyaknya perkebunan yang dibangun di berbagai wilayah pinggiran Salatiga. Hal

tersebut merupakan bentuk usaha merekondisi keuangan mereka yang sempat

turun. Identitas sebagai Kota Pengepul Hasil Bumi didapat karena Salatiga

merupakan wilayah untuk menampung hasil bumi dari perkebunan-perkebunan di

sekitarnya, sebelum dikirim ke Semarang.

H. Metode Penelitian

Menurut Kuntowijoyo, penulisan sejarah mempunyai lima tahap, yaitu

pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi data atau kritik sumber,

interpretasi, penulisan.25

Tahap pertama adalah pemilihan topik. Pemilihan topik

mengenai Salatiga sebagai Kota Militer dan perubahannya menjadi Kota Pengepul

Hasil Bumi berawal dari kedekatan personal dan kedekatan intelektual dengan

kota tersebut, sehingga ingin menulis sesuatu tentang kota kelahiran. Salatiga

memiliki banyak sejarah yang menarik untuk dibahas, terlebih topik yang dipilih

belum banyak yang membahas secara mendalam.

Setelah pemilihan topik, tahap kedua yang dilakukan adalah pengumpulan

sumber. Penelitian ini banyak menggunakan studi pustaka sebagai sumber, seperti

buku-buku sejarah, arsip, skripsi, jurnal, tesis, dan artikel-artikel tentang Salatiga.

Sumber-sumber tersebut dapat diakses melalui media online seperti suara

merdeka.com, salatiga.nl, repository.uksw, dan PTPN IX Getas - Salatiga. Selain

media online, sumber-sumber yang telah didipakai juga didapatkan di

perpustakaan, dan mendatangi langsung institusi yang bersangkutan seperti Arsip

Nasional di Jakarta, Arsip Daerah Semarang, dan Arsip Daerah Salatiga. Setelah

datang ke institusi-institusi di atas, tidak banyak data mengenai sejarah Salatiga

25

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013, hlm 69.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

15

yang dapat diakses. Meskti demikian, ditemukan foto-foto tentang Salatiga era

kolonial yang didapat dari kantor-kantor arsip yang telah dikunjungi. Foto-foto

tersebut membantu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang ada di kota Salatiga.

Setelah proses pengumpulan data dilakukan, maka langkah berikutnya

adalah melakukan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua bagian. Yang

pertama adalah kritik eksternal, yaitu memperhatikan otentisitas atau keaslian

sumber, misalnya dengan melihat kondisi fisik sebuah foto yang telah diperoleh,

apakah kertas foto tersebut sama dengan tahun dimana foto tersebut diambil.

Yang kedua adalah kritik internal, yaitu memperhatikan kredibilitas isi sumber

dengan peristiwa sejarah yang diteliti dapat dipercaya atau tidak. Data-data yang

telah diverifikasi, kemudian dibaca secara menyeluruh dalam tahapan interpretasi.

Dari pembacaan tersebut baru kemudian diperoleh makna mengenai data-data

yang telah didapat. Data-data yang telah diuji kebenarannya, kemudian

diinterpretasikan dan dijadikan bahan penulisan sejarah atau disebut juga dengan

tahap historiografi.

I. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis ke dalam lima Bab. Diawali dengan Bab I, yang

berisi pendahuluan, yakni latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, tinjauan

pustaka berisi sumber-sumber yang dipergunakan dalam penelitian, metode yang

digunakan untuk penelitian, dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II dibahas hubungan letak Salatiga secara geografis dan

klimatologis dengan basis militer yang didirikan oleh VOC di kota tersebut pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

16

tahun 1746. Pada bab III, dibahas bagaimana proses perjalanan Salatiga dari Kota

Militer menjadi Kota Hasil Bumi setelah tahun 1830.

Setelah menjadi Kota Pengepul Hasil Bumi, di dalam Bab IV akan

dijelaskan dampak yang terjadi akibat perubahan tersebut bagi masyarakat

Salatiga hingga tahun 1917, seperti dampak ekonomi, sosial, dan trasnportasi di

kota tersebut. Sebagai penutup, di bab V berisi kesimpulan yang merupakan

jawaban atas perumusan masalah yang telah disampaikan di bab pendahuluan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

17

BAB II

Salatiga sebagai Kota Militer tahun 1746-1852

A. Kondisi lingkungan Salatiga

Secara geografis Salatiga terletak di kaki Gunung Merbabu di Provinsi

Jawa Tengah dengan titik kordinat 7°.16’ .4” -- 7°.21’ .48” garis Lintang Selatan

dan 110°.29’ .39” -- 110° .32’ .79” garis Bujur Timur.26

Wilayah yang berbatasan

sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang ini memiliki luas wilayah 5.678,11 Ha.

Salatiga berada di jalan utama yang menghubungkan Kota Semarang dan Kota

Surakarta. Jarak Salatiga dengan Kota Semarang adalah 49km, sedangkan jarak

Salatiga dengan Kota Surakarta adalah 52 km. Dari jarak tersebut Salatiga hampir

berada di tengah-tengah antara Kota Semarang dan Kota Surakarta, sehingga

ketika melakukan perjalanan dari atau menuju ke dua kota tersebut, maka akan

menjumpai Salatiga di tengah-tengah perjalanan.

Dari segi klimatologi, daerah ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu

daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 900 meter dari permukaan laut yang

rata-rata hawanya dingin dengan suhu 19°C dan daerah dataran dan bergelombang

yang berketinggian di atas 900 meter hingga 500 meter dari permukaan laut

dengan hawa yang sejuk dengan suhu 24°C. Di musim panas, udara Salatiga tidak

begitu panas, karena letaknya yang berada di sekitar kaki gunung dengan suhu

26

Chusnul Hajati, dkk., Peranan Masyarakat Desa di Jawa Tengah Dalam Perjuangan

Kemerdekaan Tahun 1945-1949; Daerah Kendal dan Salatiga, Proyek Inventaris dan

Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta, 1996, hlm 97.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

18

rata-rata daerah ini antara 17,5°C hingga 28°C.27

Letak Kota Salatiga dapat dilihat

dalam peta Jawa Tengah berikut ini;

Peta 1. Peta Provinsi Jawa Tengah.

Sumber; www.kopi-ireng.com/2016/11/peta-jawa-tengah-lengkap-beserta-kabupaten-

dan-kota.html (diakses pada 17 Januari 2017)

Peta diatas menunjukan Salatiga (warna merah muda) dikelilingi oleh

Kabupaten Semarang. Salatiga terdiri dari 4 kecamatan, yakni Kecamatan

Argomulyo, Kecamatan Tingkir, Kecamatan Sidomukti, dan Kecamatan Sidorejo.

Salatiga yang kini berstatus sebagai Kotamadya berbatasan langsung dengan

kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Semarang, yakni

Kecamatan Pabelan (Desa Pabelan dan Pejanten) dan Kecamatan Tuntang

(Kesongo dan Watu Agung) di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Pabelan (Ujung-Ujung, Sukoharjo, Glawang) dan Kecamatan

Tengaran (Bener, Tegal Waton, Nyamat), sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Getasan (Sumogawe, Samirono, Jetak) serta Kecamatan Tengaran

27

Chusnul Hajati, dkk.,Loc,cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

19

(Patemon, Karang Duren), dan di sebelah barat, Salatiga berbatasan dengan

Kecamatan Tuntang (Candirejo, Jombor, Sraten, Gedongan) dan Kecamatan

Getas (Desa Polobogo).28

Peta Salatiga dan batas-batasnya dapat dilihat dalam peta

berikut ini;

Peta 2. Peta Kota Salatiga.

Sumber; Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-1030, Pemerintah

Kota Salatiga

Secara Geomorfologi, Salatiga berada di daerah kaki Gunung Merbabu dan

gunung-gunung kecil lainnya, yakni Gajah Mungkur, Telomoyo, Andong, Kendil,

Payung, dan Rong, dengan struktur tanah yang terdiri dari tanah datar (0-20%),

28

Lampiran Peraturan Walikota Salatiga nomor 10 Tahun 2016, Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015, Pemerintah Kota Salatiga, 2016, hlm 16.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

20

tanah bergelombang (2-15%), tanah curam (15-40%), dan sangat curam (40%)29

.

Sebagian besar tanah di Salatiga terbentuk dari bahan vulkanis, terutama tufa30

dan abu vulkanis yang mudah lapuk, sehingga tanah mudah diresapi oleh air. Jenis

tanah dan suhu yang seperti ini cocok untuk ditanami sayur-sayuran, buah-

buahan, tanaman bunga. Kegiatan bertanam di Salatiga juga didukung oleh

adanya potensi hidrologi yang cukup besar, selain mata air Senjoyo yang dikenal

cukup besar, ada tiga sumber air lain di Salatiga, yakni Kalitaman, Kalisombo,

dan Benoyo.31

B. Asal-usul Salatiga

Sejarah mengenai asal-usul Salatiga terdapat dalam sebuah prasasti yang

bernama Plumpungan.32

Prasasti ini berada di Kauman Kidul, Sidorejo, daerah

yang tidak jauh dari pusat kota Salatiga. Berdasarkan prasasti tersebut, Hampra

atau yang saat ini dikenal dengan Salatiga ada sejak tahun 750 Masehi.33

Salatiga

yang pada waktu itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno

disebut sebagai wilayah perdikan. Perdikan adalah wilayah yang dibebaskan dari

segala kewajiban pajak atau upeti karena memiliki keistimewaan tertentu sesuai

dengan perintah kerajaan. Selain karena keistimewaannya, pemberian tanah

perdikan kepada suatu wilayah merupakan sebuah kebijakan seorang pemimpin

29

Eye Mualif, ”Pengembangan Sektor Pertanian di Kota Salatiga Dengan Pendekatan

Tipologi Klassen”, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, hlm

28. 30

Tufa adalah endapan dari sumber air panas dan debu vulkanik yang terbentuk ketika

terjadi letusan gunung. 31

Chusnul Hajati, dkk.,Op Cit., hlm 98. 32

Batu Plumpungan merupakan batu jenis andesit dengan ukuran panjang 170 cm, lebar

160 cm, dan garis lingkar 5 m. 33

Asmara Dewi, dkk, Kajian dan Identifikasi Bangunan Bersejarah, Bapeda Kota

Salatiga dan BP3 Jawa Tengah, 2009,hlm 7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

21

untuk mensejahterakan rakyatnya.34

Raja yang memiliki kuasa atas Hampra pada

waktu itu bernama Raja Bhanu. Ia adalah raja pertama dan pendiri Dinasti

Syailendra Mahayana, yang kemudian berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno. Raja

Bhanu adalah orang yang memberikan hadiah berupa status perdikan kepada

Hampra atau Salatiga demi mensejahterakan rakyatnya yang tinggal daerah

tersebut.

Raja Bhanu pada saat itu terkenal sebagai pemimpin yang

mempertemukan relasi agama dan negara, khususnya di daerah Hampra. Dalam

Prasasti Plumpungan, Raja Bhanu menulis sebuah mandat tentang tanah perdikan,

yang isinya sebagai berikut;

//Srīr = astu swasti prajābyah śakakālātīta 672/4/31/..(..)

maddhyāham //O//

//dharmmārthaṃ kṣetradānaṃ yad = udayajananaṃ yo

dadātiśabhaktya

hampragramaṃ trigrāmyamahitaṃ = anumatam sīddhadewyāśca

tasyāh

kośāmrāgrāwalekhāksarawidhiwidhita prāntasimāwidhānam

tasyaitad = bhānunāmno bhuwi bhawatu yaśo jiwitamcaiwa nityam35

Pengertian dari tulisan di atas adalah Raja Bhanu menuliskan sebuah

mandat untuk menjadikan desa Hampra yang berada di wilayah Trigramyama

sebagai daerah perdikan. Pemberian status perdikan kepada desa Hampra

merupakan dampak dari adanya bangunan suci untuk memuja Siddha Dewi di

daerah tersebut. Masyarakat Hampra tidak lagi harus membayar pajak kepada

penguasa, karena telah merawat bangunan suci Siddha Dewi.

34

Hati Beriman, Belajar dari Kepemimpinan Raja Bhanu, Majalah Berita Warga Kota

Salatiga, Edisi III Tahun 2007, hlm 5. 35

Asmara Dewi, Loc, cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

22

Tulisan dalam prasasti tersebut juga menjadi dasar untuk penetapan hari

jadi Kota Hampra atau Salatiga yaitu pada 24 juli tahun 750 Masehi.Ketetapan

tanggal tersebut disahkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Salatiga Nomor 15

Tahun 1995, yang kemudian menjadi tanggal Hari Jadi Kota Salatiga. Diceritakan

dalam sejarah lisan yang populer di Salatiga, bahwa perubahan nama Hampra

menjadi Salatiga merupakan akibat dari adanya 3 kesalahan yang dilakukan oleh

Pandanaran dan istrinya ketika sedang melakukan perjalanan dari Semarang

menuju ke Selatan. Kesalahan-kesalahan tersebut terjadi di suatu tempat yang

tidak jauh dari Semarang, sehingga Sunan Kalijaga yang merupakan guru dari

Pandanaran menamani tempat tersebut menjadi Salah Tiga atau Salatiga. Ada juga

yang beranggapan bahwa nama Salatiga memang sudah tertera di dalam Prasasti

Plumpungan. Pendapat-pendapat lain mengatakan bahwa nama Salatiga tertera

dalam prasasti dengan kata Tri Sala, Tri Gramya, dan Tri Gostya, yang kemudian

menjadi Salatiga.

C. Pembangunan Sebuah Kota

Posisi kota terbentuk dari hubungan antara kota dengan berbagai alam di

sekitarnya, baik di masa lampau maupun di masa sekarang, yang kemudian

mempengaruhi perkembangan di kota tersebut.36

Posisi merupakan suatu

pengertian mengenai nilai-nilai yang bersifat relatif yang perumusannya

didasarkan atas faktor-faktor kenyataan dari gejala urbanisasi dan proses

perkembangan kota. Lokasi pemilihan sebuah kota ditentukan oleh kerangka

topografis yang dimiliki oleh kota sejak didirikan. Dalam pertumbuhannya, kota

36

Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagan Sosiologi Kota dan Ekologi

Kota), Bandung, Penerbit Alumni, 1978, hlm 104.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

23

dapat bergeser fungsi atau perannya berdasarkan perkembangan jaman, seperti

menjadi kota sebagai pusat pemerintahan kemudian berkembang menjadi pusat

pertahanan militer, atau pusat aktivitas perdagangan.37

Selain faktor alam yang menjadi menentu dibangunnya sebuah kota atau

lahirnya peran dalam sebuah kota, terdapat faktor lain yakni jaringan lalu lintas.

Lalu lintas merupakan jaminan pelaksanaan pindahnya manusia dan barang-

barang. Berkembangnya suatu aktivitas perdagangan selalu dipengaruhi oleh

pentingnya peran jalan raya sebagai tempat berlangsungnya aktivitas keluar

masuk barang-barang mentah ataupun produksi. Kota yang berada di

persimpangan jalan raya memberikan keleluasaan kepada pengangkutan dan

pemasaran barang. Berdasarkan kepentingannya, kemudian terjadi pembagian atas

jaringan jalan raya berdasarkan strategi ekonomi, pemerintah, atau militer.38

D. Salatiga sebagai Basis Militer VOC

Letak dan kondisi wilayah Salatiga yang telah memiliki faktor-faktor

seperti di atas, menarik pemerintah kolonial untuk menetap di tempat tersebut.

Terdapat 3 alasan bagi Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk

memilih Salatiga sebagai basis militer, yakni wilayahnya lebih tinggi dari pada

kota-kota di sekitarnya, berada di jalur antar kota-kota besar, dan terletak di

wilayah perbatasan antara VOC dan Kerajaan Mataram. Tempat yang tinggi dan

berbukit sangat menguntungkan VOC dalam mengawasi aktivitas apapun yang

bergerak di sekitaran wilayah mereka. Terlebih Salatiga merupakan wilayah

37

Djoko Marihandono, Perubahan Peran dan Fungsi Benteng Dalam Tata ruang Kota,

Makalah Seminar Kebudayaan Maritim yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin,

Makassar pada tanggal 26 - 28 Oktober 2007, hlm 2. 38

Daldjoeni, Op, cit, hlm 108.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

24

perbatasan dengan Kerajaan Mataram, sehingga VOC dapat melihat pergerakan

mereka dari atas bukit. Upaya pengawasan wilayah kekuasaan tersebut dilakukan

dengan cara membangun benteng militer di wilayah perbukitan.

Alasan berikutnya adalah letak Salatiga yang berada di jalan utama yang

menghubungkan kota-kota besar, yakni Surakarta, Semarang, Magelang, dan

Yogyakarta. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial untuk menjadi

tempat persinggahan bagi para pedagang dan pegawai pemerintah karena letak

kota yang mudah dijumpai. VOC juga merasa perlu menjaga keamanan jalur

tersebut karena selain menjamin keamanan para pegawai pemerintah mereka yang

sedang melintas, jalur tersebut merupakan jalur utama lalu lintas perdagangan

VOC dari pedalaman Jawa Tengah menuju Pantai Utara Jawa. Prajurit militer

yang ada di Salatiga menjadi pengawal atau pengaman ketika terjadi masalah

yang terjadi di jalur perdagangan mereka. Letak benteng yang dibangun VOC di

Salatiga dapat dilihat dalam gambar berikut ini;

Gambar 1. Sebuah benteng di Salatiga yang berada di daerah perbukitan.

(Dilukis oleh W. Thorn pada tahun 1815)

Sumber; Perpustakaan Nasional, Album; 85A-1058.10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

25

D.1 Kekuasaan VOC di Salatiga

Pada tahun 1705, VOC mulai berkuasa di Salatiga. Pada waktu itu terjadi

penyerahan Kabupaten Semarang oleh Susuhunan Pakubuwono I kepada pihak

VOC. Penyerahan kekuasaan ini mengakibatkan Salatiga juga berada di bawah

kuasa VOC karena desa-desa di sepanjang jalan antara Semarang sampai

Kartasura telah diserahkan oleh Susunahan Pakubuwana I kepada Bupati

Semarang (Adipati Suradimenggala).39

Pemerintah VOC mengenal Salatiga

sebagai kota yang memiliki manfaat untuk kelangsungan kekuasaannya setelah

Susuhunan Amangkurat IV membuat kesepakatan dengan VOC pada tahun 1723.

Kesepakatan tersebut membuat status yuridiksi Salatiga menjadi netral dan

menetapkan kota kecil ini sebagai titik perbatasan antara VOC dan Kerajaan

Mataram. Keberadaan Salatiga di wilayah perbatasan dan statusnya yang netral,

menyebabkan kota ini menjadi wilayah yang sangat dinamis bagi pemerintahan

VOC.

Babad Keraton menceritakan peran Salatiga dalam perjuangan melawan

pemerintahan kolonial. Dalam peristiwa Geger Pacinan, Salatiga sempat dikuasai

oleh sebuah pasukan gabungan dari para pejabat, Raden Mas Said, Raden Mas

Garendi, serta Laskar Cina dari Batavia dan Jawa Tengah pada pertengahan tahun

1742. Pada waktu itu, Pakubuwono II yang semula berpihak pada pasukan

gabungan, berkhianat dan berbalik berpihak pada VOC setelah melihat kekalahan

pasukan gabungan yang ada di Semarang. Kegigihan dari pasukan gabungan yang

melakukan perlawanan tanpa henti di wilayah Jawa Tengah, tidak merubah

39

Asmara Dewi, dkk, Op,cit, hlm 8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

26

keputusan Sunan Pakubowo II dalam Perjanjian Ponorogo. Perjanjian tersebut

terjadi pada tanggal 11 November 1743. Hasil dari perjanjian dengan pihak VOC

tersebut menyatakan bahwa Mataram menyerahkan seluruh wilayah Madura dan

Pantai Utara Jawa, seperti Salatiga, Semarang, Jepara, Rembang, Surabaya,

hingga ujung timur Pulau Jawa. Sejak saat itu, secara resmi Salatiga kembali

berada di bawah kuasa pemerintah VOC.40

Kekuasaan VOC di Jawa Tengah,

berlanjut pada dipilihnya Salatiga sebagai kota dengan basis militer yang kuat.

D.1.1 Pembangunan Basis Militer di Salatiga

Pada dasarnya, kesadaran kolonial muncul setelah menyadari akan

pentingnya penguasaan politik dan militer terhadap wilayah-wilayah produksi

pertanian dan perkebunan di pedalaman Jawa. Mereka, pihak kolonial,

membangun wilayah-wilayah pertahanan dengan meletakkan garnisum dan

benteng sehingga terbentuklah kota-kota garnisum di pedalaman Jawa41

. Di

Salatiga, VOC mendirikan sebuah benteng militer bernama De Hersteller pada

tahun 1746 untuk memperkuat pertahanan mereka dari musuh-musuhnya, serta

menjaga jalur-jalur perdagangan mereka di sekitar tempat tersebut.

Nama Benteng De Hersteller ini diambil dari nama sebuah kapal yang

dipakai oleh Gubernur Jenderal yang berkuasa pada tahun 1743-1745. Pasukan

yang bertugas di benteng tersebut sebagian besar terdiri dari pasukan berkuda atau

kavaleri42

, yang tugasnya menjaga keamanan jalur perdagangan yang

40

Asmara Dewi, dkk ,Op, cit, hlm 9 41

Rony Gunawan Sunaryo, dkk, Pengaruh kolonialisme pada morfologi ruang kota jawa,

periode 1600-1942, seminar Nasional Riset Arsiektur dan Perencanaan, 22-23 agustus 2014,

Jurusan Teknik Arsitektur dan Perncanaan UGM, hlm 332. 42

Dilihat dalam koleksi foto tentang Pasukan Militer di Salatiga pada masa VOC, milik

seorang fotografer dari Belanda bernama H. Graaf. (diakses pada 7 Oktober 2016 di situs

Salatiga.nl)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

27

menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah. Jumlah pasukan berkuda atau

kavaleri di Salatiga pada waktu itu tergolong besar. Sebagai penunjuk bahwa di

sana ada markas kavaleri, ruas jalan di sisi selatan Benteng De Hersteller berada,

dahulu diberi nama Cavalereweg, yang artinya banyak aktivitas pasukan berkuda

di tempat tersebut.

Jalan Cavalereweg saat ini telah berubah nama menjadi Jalan Veteran43

,

yang letaknya didekat Batalyon Infanteri Mekanis 411/Pandawa Salatiga.

Banyaknya pasukan berkuda dimaksudkan untuk memudahkan operasi militer

mereka di wilayah Salatiga dan sekitarnya, karena memang pada waktu itu

kendaraan seperti mobil, sepeda motor, atau transportasi mesin lainnya belum

diproduksi. Para perwira dalam pasukan berkuda diberi fasilitas berupa kuda-kuda

besar yang didatangkan dari Australia.44

Benteng De Hersteller yang diperkuat oleh pasukan kavaleri dan

dilengkapi dengan pasukan infantri, serta artileri menyebabkan Salatiga menjadi

kota yang benar-benar memiliki kekuatan militer yang kuat, sehingga tidak sedikit

pejabat-pejabat Hindia Belanda yang mengklaim bahwa Salatiga adalah kota yang

aman. Keadaan kota yang demikian, pada tanggal 17 Maret 1757 Salatiga

digunakan sebagai tempat perundingan antara Sunan Pakubuwana III dengan

Raden Mas Said, yang kemudian dikenal dengan nama perjanjian Salatiga.45

Penandatangan perjanjian ini dilakukan di Gedung Pakuwon, yang saat ini

bangunan tersebut terletak di sekitar alun-alun Salatiga. Pertemuan Pakubuwana

43

Edi Supangat, Op Cit., hlm 4. 44

Semarang Metro, Senin 3 November 2014, Nostalgia Salatiga; Ngebul, Markas

Kesatuan Elite Belanda, hlm 30. 45

Emy Wuryani, Op Cit., hlm 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

28

III dan Raden Mas Said merupakan sebuah usaha penyelesaian serangkaian

konflik perebutan yang mengakhiri Kesultanan Mataram.Perjanjian tersebut

dimediatori oleh Gubernur Hartingh dari pihak VOC, yang kemudian hasilnya

adalah melahirkan kerajaan baru Mangkunegaran di Surakarta.46

46

Lutvia Maharani, “Pengambilan Kota Salatiga dari kekuasaan Belanda ke Pemerintah

Republik Indonesia tahun 1945-1950”, Skripsi, Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang,

Semarang, 2009, hlm 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

29

BAB III

Salatiga sebagai Kota Militer

hingga Kota Pengepul Hasil Bumi

A. Keadaan Militer di Salatiga abad ke-19.

Memasuki tahun 1857, De Hersteller dibongkar oleh pemerintah Hindia

Belanda setelah terlantar bertahun-tahun pasca dibubarkannya VOC pada 31

Desember 1799 karena beban hutang mereka yang mencapai 136,7 juta gulden.

Benteng yang memiliki banyak manfaat bagi pemerintahan VOC dalam menjaga

dan mengawasi jalur perdagangan ini dihancurkan karena kondisinya yang sudah

rusak dan tidak berfungsi.Terganggunya sistem pengairan juga merupakan salah

satu faktor pembongkaran bangunan megah tersebut.Letaknya yang berada di atas

bukit, merupakan akibat dari terganggunya sistem pengairan pada bangunan

tersebut.

Setelah De Hersteller diruntuhkan, pemerintah Hindia Belanda mendirikan

tangsi-tangsi militer yang berintikan pasukan kavaleri dan gedung perkantoran

yang berada di bagian barat sebuah lapangan dalam tangsi tersebut.Tangsi ini

dibangun menyusul dibangunnya sebuah bangunan yang difungsikan sebagai

asrama militer bernama Fort Hock pada tahun 1830. Tangsi yang dibangun di

wilayah De Hersteller diperkirakan berkembang pada tahun 1885 sesuai tanda

pada bangunan utama yang menunjukan angka tahun 1885.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

30

Salah satu bangunan tangsi bertuliskan ''Menege'', yang berarti tempat

untuk latihan berkuda. Bangunan ini dilengkapi dengan sistem sanitasi di tenpat

pemukiman dan kandang kuda dengan suplai air dari salah satu sumber mata air di

Salatiga, Senjoyo. Tangsi tersebut beralih fungsi menjadi Batalyon Infanteri

Mekanis 411/Pandawa pada tahun 1950-an hingga saat ini.

Bangunan bertuliskan “Menege” yang telah disinggung di atas,

merupakan salah satu bangunan besar di tangsi tersebut, yang saat ini kondisinya

telah usang. Bangunan dengan cat yang sudah luntur dan ditumbuhi banyak lumut

itu kini dimanfaatkan oleh Batalyon 411 Salatiga sebagai salah satu tempat untuk

pelatihan menembak para prajurit di sana. Berikut adalah foto salah satu bangunan

utama yang telah usang di dalam tangsi bekas benteng De Hersteller;

Gambar 2. Salah satu bangunan di tangsi Salatiga yang dibangun di area Benteng De

Hersteller.

Sumber; Dokumen Pribadi. (diambil pada bulan Maret 2016)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

31

Di tempat yang berbeda, yaitu daerah Ngentak, pemerintah Hindia

Belanda mendirikan pula rumah sakit tentara dan perumahan pada tahun 1880-an.

Rumah sakit tersebut dikhususkan untuk para tentara pemerintah Hindia Belanda

yang terluka atau mengalami gangguan kesehatan. Sementara perumahan yang

dibangun di sekitar rumah sakit tersebut dibangun untuk tenaga medis yang

bekerja di rumah sakit, serta membangun pusat-pusat pemakaman yang terpisah

sesuai kebangsaannya. Untuk makam orang-orang Eropa, pemerintah

menyediakan tanah di dekat rumah sakit itu yang disebut Kerkhof47

, atau yang

saat ini dikenal masyarakat Salatiga sebagai Taman Makam Pahlawan di daerah

Ngentak.

Pembangunan asrama militer dan markas militer pada 1830 dan 1885,

serta disusul berdirinya rumah sakit tentara pada 1880-an, memperlihatkan bahwa

meskipun pemerintahan telah beralih ke tangan pemerintah Hindia Belanda,

kekuatan militer yang dibangun oleh VOC di Salatiga tidak hilang begitu saja.

Namun, fungsi militer pada periode ini berbeda dengan periode VOC. Jika pada

abad ke-18 militer digunakan untuk menjaga jalur perdagangan, dan mengawasi

pergerakan musuh di perbatasan, pada abd ke-19 militer lebih mengarah pada

penjagaan atau pengawalan hasil bumi yang diantarkan ke luar kota. Hal tersebut

juga dikarenakan pemberontakan sudah tidak banyak seperti pada periode

sebelumnya, serta pada masa pemerintahan Hindia Belanda ini wilayah Salatiga

dan sekitarnya didominasi oleh perkebunan dan hasil bumi, sehingga wajah

47

Emy Wuryani, Op, cit, hlm 26-17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

32

Salatiga yang terekspose di publik adalah perannya sebagai pengepul hasil bumi

dari perkebunan-perkebunan di sekitarnya, ketimbang menjadi Kota Militer.

B. Kondisi ekonomi pemerintah Belanda tahun 1825-1830

B.1 Perang Melawan Pangeran Diponegoro.

Pada tahun 1825-1830 terjadi perang antara pemerintahan Hindia Belanda

melawan Pangeran Diponegoro. Perang dengan durasi 5 tahun tersebut yang

kemudian disebut dengan Perang Jawa. Perlawanan Pangeran Diponegoro

merupakan akibat dari banyaknya persoalan yang dibuat oleh Pemerintah Hindia

Belanda. Orang-orang Belanda begitu rajin melakukan campur tangan mereka

dalam aturan dan kehidupan di Kasultanan Yogyakarta. Keputusan-keputusan

dalam membuat kebijakan justru menjadi persoalan baru ketika orang-orang

Belanda ikut campur dalam pemerintahan keraton. Hukum adat istiadat semakin

menurun sementara kehidupan masyarakat pedesaan dianggap rendah.

Terdapat kebijakan-kebijakan ekonomi yang mulai tidak pada tempatnya

dan merugikan masyarakat kelas bawah, seperti penyewaan tanah kerajaan dan

apanage kepada penyewa asing, pengumpulan pajak serta pungutan bea lainnya

dilakukan secara besar-besaran. Pembuatan gerbang-gerbang pajak (tol poorten)

semakin banyak, yang kemudian disewakan kepada orang-orang Cina.48

Begitu

banyak bangsawan yang tiba-tiba menjadi kaya dari hasil penyewaan tanah,

sedangkan beban kehidupan masyarakat lapisan bawah semakin berat. Para

bangsawan mulai meninggalkan nilai dan norma-norma kehidupan Jawa dan

48

Saleh A. Djamhari, Strategi Menjinakkan Diponergoro; Stelsel Benteng 1827-1830,

Jakarta, Komunitas Bambu, 2004, hlm 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

33

Islam yang disakralkan karena banyak hal yang telah terpengaruh oleh orang-

orang Belanda.

Salah satu kesewenang-wenangan pemerintah Hindia Belanda yang

mempengaruhi Diponegoro untuk melakukan perlawanan adalah ketika tanggal 19

Desember 1823 terjadi penobatan Hamangkubawana V. Pangeran Diponegoro

memiliki kekecewaan yang mendalam dan merasa terhina saat ditunjuk sebagai

wali dari keponakannya yang masih balita. Kekecewaan Diponegoro disebabkan

oleh dinobatkannya seorang balita usia dua tahun di takhta keraton hanya karena

ia lahir dari seorang istri resmi, sedangkan tetangganya di Surakarta, hanya

setahun kemudian, seorang dari istri tidak resmi diangkat sebagai Susuhan

Pakubuwono VI.

Penguasa Belanda juga tidak menghormati hak-hak Pangeran Diponegoro

sebagai putra tertua Sultan HM III, hak yang semestinya pantas ia gunakan untuk

dihormati sebagai paman tertua dan wali Sultan HM V.49

Perlakuan-perlakuan

pejabat Hindia Belanda yang tidak kompeten seperti itulah yang membuat

Pangeran Diponegoro memutuskan untuk berbuat sesuatu dan merebut kembali

Pulau Jawa dari campur tangan asing, dengan merencanakan sebuah perlawanan

melawan pemerintah kolonial.

Ketika Perang Jawa sedang berlangsung, Salatiga dan sekitarnya dijadikan

sebagai salah satu basis pasukan Belanda untuk menghadapi gerakan pasukan

Diponegoro. Pemerintah Hindia Belanda juga mengadakan perundingan di

Salatiga pada tahun 1826 yang dihadiri oleh para residen yang daerah

49

Peter Carey, Takdir; Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), Jakarta, Kompas

Media Nusantara, 2014, hlm 260.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

34

kekuasaannya terlibat dalam perang Diponegoro.50

Kota yang memilki wilayah

yang kecil tersebut dipilih sebagai tempat perundingan konflik yang dialami

pemerintah kolonial karena dianggap sebagai kota yang aman dengan benteng

pertahanan yang kuat.

Perlawanan Pangeran Diponegoro pada akhirnya harus selesai pada bulan

Maret tahun 1830. Bukan karena ia menyerah atau kalah, namun karena dijebak

dan kemudian diasingkan. Pada tahun tersebut Diponegoro menerima tawaran

berunding dengan pemerintah kolonial di Magelang, meskipun sebenarnya ia

tidak tahu pasti apa tujuan dari perundingan tersebut. Banyak sahabatnya yang

telah menyerah kepada pemerintah karena tidak ada kejelasan tentang masa depan

pemberontakan, mengatakan bahwa perundingan itu adalah sebuah jebakan. Hal

tersebut terbukti, Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado setelah

perundingan selesai, dan Perang Jawa pun berakhir.

Meski telah selesai dengan Diponegoro, Perang Jawa membawa dampak

besar bagi perekonomian Belanda. Negeri Kincir Angin tersebut mengalami

kerugian yang cukup menggelisahkan keuangan negara mereka. Merosotnya

perekonomian akibat Perang Jawa terhitung sekitar 20 juta gulden.51

Perang ini

juga telah menghabiskan 8.000 nyawa prajurit berkebangsaan Eropa dan 7.000

berkebangsaan Indonesia.52

Kondisi ekonomi tersebut semakin parah ketika pada

tahun yang sama terjadi pemberontakan orang-orang Belgia terhadap pemerintah

Belanda.

50

Sagimun, M.D., Pahlawan Diponegoro Berdjuang, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Yogyakarta, 1960, hlm 30. 51

Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, Jakarta, Grasindo Kompas, 2006, hlm, 123. 52

Ricklef, Op, cit, 256.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

35

B.2. Pemberontakan Masyarakat Belgia.

Belgia yang awalnya merupakan negara bagian dari Belanda, merasa harus

memerdekakan dirinya karena cukup banyak masalah yang buntu dan tidak

terselesaikan.53

Masalah-masalah yang ada di kedua pihak berawal dari adanya

perbedaan sosial budaya yang sangat kontras pada saat kedua negara tersebut

menyatu, yang kemudian semakin memperburuk setelah pemerintah Belanda

menolak masukan rakyat Belgia agar menaikkan pajak pada barang impor. Pada

waktu itu, banyak wilayah Belanda yang didominasi oleh para pedagang,

sedangkan wilayah Belgia terdiri dari beberapa kompleks industri. Usulan

mengenai kenaikan pajak impor diutarakan karena masuknya produk-produk

impor dari Inggris terlalu banyak, sehingga hasil poduk dari industri-industri milik

Belgia kesulitan dalam bersaing di pasar lokal. Usulan yang tidak diamini oleh

pemerintah Belanda memunculkan interpretasi bahwa Belanda lebih memilih

mengutamakan kepentingan ekonomi wilayah mereka sendiri ketimbang

kesejahteraan ekonomi rakyat Belgia.

Rakyat Belgia yang termotivasi oleh perjuangan rakyat Napoli melawan

Perancis, melakukan permberontakan kepada pemerintah Belanda pada tanggal 25

Agustus 1830 yang sekaligus menandai lahirnya Revolusi Belgia. Belanda yang

gagal menggunakan jalur diplomasi untuk meredam pemberontakan, mengirim

pasukan pada tanggal 23 September, namun dipukul mundur pada 27 September

karena Belgia mendapat dukungan dari relawan luar daerah mereka.54

Rakyat

53

The Brussels Journal; The Voice of Conservatism in Europe, Crisis in Belgium:

Resurgam, Flanders Gains Momentum, Reuters, 18 September 2007. 54

Belgium.Be; Official Information and Service, Belgium’s Independence (1830-Present

Time).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

36

Belgia yang semakin percaya diri, segera mendeklarasikan kemerdekaan mereka

pada 4 Oktober 1830. Dalam perang ini, selain kehilangan negara bagian, Belanda

juga mengalami kerugian ekonomi akibat kontak senjata dengan para

pemberontak.

Merosotnya perekonomian Belanda juga tidak lepas dari meledaknya

Revolusi Perancis di Eropa dan turunnya harga kopi di Eropa pada tahun 1920-an.

Belanda kehilangan perannya sebagai distributor hasil produksi Eropa dan Asia

Tenggara akibat Revolusi Perancis. Negara-negara di sana mulai mengembangkan

perusahaannya sendiri, sehingga tidak lagi bergantung pada Belanda sebagai

pedagang perantara, sedangkan jatuhnya harga kopi yang hebat di Eropa memberi

pukulan hebat pada perekonomian Belanda karena kopi merupakan andalan

pendapatan mereka pada waktu itu. Belanda terus mengalami penurunan dalam

bidang keuangan dari tahun ke tahun, yang dimulai pada tahun 1799 ketika

Persekutuan Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dibubarkan dan kekayaan

serta utang-utangnya diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.55

C. Solusi untuk mengembalikan kondisi keuangan pemerintah

Belanda.

Awal abad ke- 19 benar-benar merupakan suatu zaman di mana Belanda

membutuhkan sebuah sistem yang berguna untuk menjadikan Jawa lebih

menguntungkan. Melihat kondisi ekonomi Hindia Belanda yang begitu buruk,

pemerintah Belanda menunjuk seorang bernama van den Bosch untuk membantu

menemukan solusi. Van den Bosch merupakan pengelola perkebunan pemerintah

55

Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia,

2003, hlm 156.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

37

Belanda di Kepulauan Karibia dan yang memiliki reputasi yang baik terhadap

urusan perkebunan.56

Pada tahun 1829, van den Bosch memberikan sebuah

gagasan bernama Cultuurstelsel atau yang kemudian disebut Sistem Tanam Paksa

kepada Raja Belanda.

Van den Bosch berpendapat bahwa Sistem Tanam Paksa mengarah pada

penamanan dan penyetoran wajib sebagai soko guru pemerintah seperti yang dulu

pernah dilaksanakan oleh VOC.57

Ia juga menambahkan kembalinya praktik

politik pada masa itu, sependapat dengan pemungutan upeti yang dihadapan para

petani desa sudah menjadi hal yang lumrah sejak dahulu. Jawa merupakan aset

yang menguntungkan bagi pemerintah Hindia Belanda. Bosch mengangap Jawa

dapat menghasilkan komoditi pertanian tropis dalam waktu singkat.

Pada awal abad ke-19, komoditas yang paling dianggap laku dan memiliki

potensi ekspor adalah kopi, nila, gula, dan beras. Semua hasil bumi didasarkan

atas penanaman dan penyerahan hasil bumi secara paksa kepada pemerintah

kolonial, dan dengan harga yang sangat murah sehingga Hindia Belanda dapat

bersaing dengan produk-produk serupa dari berbagai belahan dunia.58

Dalam

memori jabatan pertengahan tahun 1830 van den Bosch menyatakan bahwa tidak

hanya tanaman komoditas yang mendapat perhatian lebih, namun tanaman lain

juga harus mendapat dorongan, seperti kapas, sutera, dan teh, kemudian ditambah

56

Zulkarnain, Serba-Serbi Tanam Paksa, Jurnal, hlm 4. 57

Jan Breman, Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa; Sistem Priangan dari Tanam

Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014, hlm 205. 58

Zulkarnain, “Sejarah Sosial Ekonomi”, Makalah Diskusi, Jurusan Pendidikan Sejarah,

Universitas Negeri Yogyakarta, hlm 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

38

dengan tembakau, lada, kayumanis, Dactylopius coccus (sejenis serangga untuk

bahan cat) dan kina.59

Raja Belanda menyetujui Sistem Tanam Paksa tersebut dan mengangkat

van den Bosch sebagai jenderal baru di tanah Jawa pada Januari tahun1830.

Sistem Tanam Paksa merupakan solusi yang sangat cepat dalam menanggapi

permasalahan pemerintah Belanda, bahkan sebelum pemberontakan masyarakat

Belgia pecah. Saat tiba di Jawa, van den Bosch memberikan pedoman untuk para

pejabat pemerintah mengenai sistem yang ia bawa.

Secara keseluruhan, pedoman tersebut dengan jelas menunjukan bahwa

van den Bosch begitu berambisi untuk mengembalikan kehormatan para pejabat

pemerintah Hindia Belanda dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memajukan

potensi tanaman dagang agar dapat diekspor ke luar wilayah Jawa. Untuk

mendapatkan tanaman dagang yang bisa diekspor dan laku terjual, Sistem Tanam

Paksa mewajibkan masyarakat desa Jawa menanam sebagian dari tanah mereka

dengan tanaman wajib yang ditentukan oleh pemerintah.

C.1 Aturan Sistem Tanam Paksa

Menurut perhitungan yang diperoleh dari beberapa data, tanah yang

diperlukan untuk kepentingan Sistem Tanam Paksa adalah seperlima dari ukuran

tanah desa, dengan porsi berkisar dari nol sampai hampir separuhnya, tergantung

pada keberhasilan penanaman tanaman tertentu di daerah tertentu.60

Terdapat lima

persen dari rata-rata tanah pemerintah di Jawa yang ditanamai dengan tanaman

59

Jan breman, Op,cit, hlm 211. 60

Robert van niel, Measurement of Change Under the Cultivation System in Java, 1837-

1851, dalam bahasa Indonesia, 14 oktober 1972, hlm 89-109.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

39

pemerintah. Perhitungan ini tidak termasuk daerah penanaman kopi, karena kopi

tidak ditanam di tanah-tanah garapan desa.61

Warga desa yang bersangkutan, memiliki kewajiban untuk merawat

tanaman pemerintah hingga masa panen yang telah ditentukan. Ketika masa panen

telah datang, mereka juga tugaskan untuk memetik dan mengirim hasil bumi ke

pabrik pengolahan atau penampungan setempat. Para petani desa yang

menyerahkan seperlima tanah mereka dan bersedia meluangkan seperlima waktu

kerja mereka untuk memproduksi tanaman wajib, akan mendapat nasib lebih baik

dari pada keadaan sebelumnya. Nasib yang lebih baik adalah janji pemerintah

kolonial untuk melunakkan para pribumi supaya bersedia mengerjakan apa yang

menjadi kepentingan mereka, dan pada akhirnya pribumilah yang tetap

mengalami kerugian.

Para petani penggarap akan menerima pembayaran berupa uang dari hasil

bumi yang mereka petik. Pembayaran tersebut telah dihitung ketika tanaman

wajib masih tegak berdiri di ladang. Van den Bosch menyatakan bahwa uang

yang dibayarkan kepada para petani cukup untuk menutup utang sewa tanah atas

seluruh luas tanah desa, yang meliputi lahan yang ditanami tanaman sendiri dan

lahan yang ditanami tanaman pemerintah. Apabila pembayaran tanaman wajib

lebih besar dari sewa tanah yang sudah dihitung, maka para petani desa berhak

mengambil selisihnya, namun jika pembayaran di bawah perhitungan sewa tanah,

maka para petani wajib menutup kekurangannya.

61

Ibid, hlm 176.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

40

Kegagalan dalam urusan hasil bumi, merupakan hal yang diluar kuasa

petani, tidak akan akan terkena pajak dan pemberian ganti rugi. Hal tersebut di

atas adalah aturan formal dari Sistem Tanam Paksa, namun pada pelaksanaannya

selalu ada penyelewengan-penyelewengan aturan yang dilakukan oleh para

pejabat pemerintahan, dan kembali lagi para pribumilah yang harus menanggung

kerugian mereka.

D. Peran Salatiga pada masa Sistem Tanam Paksa.

Salatiga memiliki wilayah dengan suhu udara dan keadaan tanah yang

cocok untuk aktivitas perkebunan. Keadaan yang demikian dibuktikan pada masa

jauh sebelum Tanam Paksa berlaku di Jawa, VOC berhasil menjadikan sekitar

Salatiga sebagai pusat penanaman kopi dengan jumlah tanaman mencapai 240.000

batang.62

Penanaman ini merupakan hasil karya orang VOC bernama Pierre

Hamar de la Brethoniere, yang kemudian mendapat julukan sebagai Raja Kopi

Salatiga.Keberhasilan dalam menghasilkan kopi menyebabkan Salatiga pada

tahun 1792 disebut-sebut sebagai lumbung kopi VOC.63

Pada periode ini, Salatiga telah menjadi tempat dikumpulkannya kopi-kopi

dari wilayah di sekitarnya. Meski begitu, para penulis sejarah Salatiga sepakat

bahwa pada saat itu kota tersebut belum bisa dikatakan sebagai pengepul hasil

bumi, karena hasil dari perkebunan utama yang dikumpulkan hanyalah kopi.

Salatiga lebih pantas jika disebut sebagai lumbung kopi VOC. Kejayaan sebagai

tempat penyimpanan kopi tersebut tidak berlangsung lama, karena pada 1799

62

Edi Supangat, Op, cit, hlm 13. 63

Berita Pemkot Salatiga, Nostalgia Salatiga; Kebun Getas Punya Laboratorium Kakao

Sendiri, Senin 27 Oktober 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

41

VOC dinyatakan bubar karena terdapat banyak masalah yang tidak terselesaikan

di dalam pemerintahannya, yakni hutang dan korupsi.

Pada periode pemerintahan Hindia Belanda, kondisi geografis Salatiga

yang dikenal menguntungkan, dimanfaatkan untuk ladang eksekusi proyek Sistem

Tanam Paksa. Sistem ini diperkenalkan sejak tahun 1830 dan memasuki tahun

1840 secara perlahan mulai berjalan di Pulau Jawa.64

Belum ada data yang

menunjukan ketetapan tahun dimana Salatiga mulai terpengaruh oleh sistem ini,

namun pada tahun 1852-1856 Salatiga sudah dikenal kembali menjadi salah satu

penghasil kopi terbesar di Jawa. Melihat periodesasi tersebut, tahun 1830 hingga

1850 wajah Salatiga masih merupakan wajah Kota Militer, karena masih ada

pembangunan-pembangunan yang sifatnya untuk kepentingan militer, seperti

pembangunan asrama tentara dan renovasi-renovasi bangunan militer. Selain itu,

hingga tahun 1850 perkebunan belum banyak muncul di wilayah-wilayah sekitar

Salatiga sebagai akibat dari berlakunya Sistem Tanam Paksa.

Memasuki tahun 1852, pemerintah Hindia Belanda menunjukan bahwa

Salatiga dan sekitarnya sejak awal memang sudah menjadi salah satu tempat

pilihan bagi mereka untuk pengepul hasil bumi dan membangun perkebunan.

Pencapaian Salatiga sebagai penghasil kopi tersebar di Jawa untuk kedua kalinya,

tidak lepas dari peran pemimpin Salatiga pada periode tersebut, yaitu Bupati

Raden Ngabehi Parbodiwidjo yang cakap dalam mengkoordinir penanaman

kopi.65

64

Linbald, J. Thomas, Sejarah Ekonomi Modern Indonesia Berbagai Tantangan Baru,

Jakarta, LP3S, 2000, hlm 80. 65

Edi Supangat, Op, cit, hlm 15.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

42

Bupati tersebut terkenal berhasil membawa kemajuan bagi daerahnya di

bidang administrasi, hal tersebut tidak lepas dari kinerjanya yang rajin,

berperilaku dan berpendidikan baik, sehingga mampu memimpin rakyatnya

dengan bijak.66

Pada periode ini, identitas Salatiga sebagai Kota Militer bergeser

ke Kota Pengepul Hasil Bumi. Identitas yang baru ini semakin terlihat dan

menonjol jika dibandingkan saat periode VOC, karena hasil bumi yang

dikumpulkan di Salatiga bukan hanya kopi, namun terdapat teh, kina, karet,

coklat, lada, kapas, dan tembakau.

D.1 Berlakunya Undang-Undang Agraria di tanah Jawa.

Perkebunan di Salatiga semakin berkembang setelah memasuki tahun

1870. Banyak perusahaan swasta yang aktif dalam bidang perkebunan. Hal

tersebut merupakan akibat dari berlakunya Undang-Undang Agraria

(Agrarischewet) yang menggantikan Sistem Tanam Paksa pada tahun 1870, yang

mana ketika itu para pemilik modal swasta diberi peluang untuk mengembangkan

usaha mereka, salah satunya adalah perkebunan. Kebebasan dan kemanan para

pengusaha pada waktu itu mendapat jaminan. Hanya orang-orang Indonesialah

yang dapat memiliki tanah, tetapi orang-orang asing diperkenankan menyewanya

dari pemerintah dalam durasi waktu 75 tahun atau menyewa dari para pribumi

pemilik tanah dengan masa sewa paling lama antara 5 dan 20 tahun, tergantung

pada persyaratan hak kepemilikan tanah.67

Peralihan Sistem Tanam Paksa ke sistem perusahaan swasta yang sesuai

dengan Undang-Undang Agraria, sejalan dengan bergesernya kebijakan politik

66

Edi Supangat, Salatiga Sketsa Kota Lama, Salatiga, Griya Media, 2010, hlm 7. 67

M.C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta,

2008, hlm 271.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

43

kolonial dari tangan kaum konservatif ke tangan kaum liberal yang menentang

sistem eksploitasi tanah Jawa oleh pemerintah. Meskipun sistemnya berbeda,

akantetapi tujuannya sama yakni menggali sumber kekayaan tanah jajahan untuk

keuntungan negeri Belanda.68

Pembukaan tanah jajahan bagi penanaman modal swasta, dan pembukaan

perusahaan perkebunan di Indonesia sejak 1870, merupakan gejala perkembangan

baru di tanah jajahan yang memperngaruhi perubahan masyarakat Indonesia.69

Politik Liberal yang mengakibatkan berkembangnya perusahaan-perusahaan

swasta, berdampak pada dibutuhkannya banyak tenaga buruh untuk bekerja di

perusahaan-perusahaan tersebut. Tenaga buruh kasar yang dibutuhkan untuk

mengerjakan irigasi, pembuatan jalan, dan kepentingan perusahaan lainnya,

diambil dari desa-desa di Jawa.

Tenaga birokrasi perkantoran golongan rendah maupun menengah diambil

dari suku Jawa yang berpendidikan sekolah, sedangkan pejabat tinggi lainnya

banyak didatangkan dari negeri Belanda. Dengan tersebarnya aparat pemerintah

Belanda ke berbagai daerah di Jawa, berkembanglah percampuran gaya hidup

Belanda dan orang Jawa yang disebut gaya hidup indis.70

Pada masa sekarang,

hal-hal yang masih merupakan budaya Indis di Salatiga, dapat dilihat dalam

bentuk bangunan-bangunan di sekitar jalan Diponegoro atau Jendral Sudirman.

68

Hendra Kurniawan, Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian

Petani Jawa 1830-1870, USD, SOCIA (jurnal ilmu-ilmu sosial), September 2014, Vol. 11, No. 2, hlm 171.

69Sartono Kartodirdjo, dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial

Ekonomi, Yogyakarta, Aditya Media, 1991, hlm 72. 70

Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis; Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi,

Yogyakarta, Komunitas Bambu, 2011, hlm 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

44

Setelah memasuki tahun 1870, perkebunan-perkebunan yang berkembang

cukup pesat diantaranya berada di Getas, Ngasinan, Tlogo, Noborejo, Gebugan,

Banaran, Barukan, Gesangan, dan Mblambang Ampel.71

Secara umum,

perkebunan yang ada di Getas, Assinan, dan Banaran berada pada ketinggian 300

hingga 800 meter diatas permukaan laut dengan topografi datar, bergelombang,

dan berbukit. Ditambah dengan letak Salatiga dan sekitarnya yang berada di

wilayah vulkanisme Merapi-Merbabu. Kegiatan vulkanik Gunung Merbabu di

masa lalu dan erupsi Gunung Merapi yang bersifat periodik membawa pengaruh

kesuburan pada tanah, di samping udara yang sejuk dan curah hujan yang cukup.72

Menurut penelitian yang dilakuan oleh lembaga RC Getas, jenis tanah yang ada di

tempat tersebut adalah aluvial, regosol, mediteran latosol, andosol, dan grumosol

dengan pH antara 6-7, struktur tanah remah, temperatur berkisar antara 23°-26° C,

kelembaban relatif berkisar 80-81%, dan penyinaran matahari 60-65%.

Kondisi lingkungan yang seperti itu, sangat mendukung pertumbuhan

tanaman-tanaman perkebunan. Kebun Getas didirikan oleh FA.HG. Th. Crone

yang berkedudukan di Amsterdam Belanda dengan nama CO. Getas (Cultuur

Ordeneming Getas) dan berkantor pusat di Kota Semarang. Selain mengelola

kebun Getas, Crone juga mengelola kebun Ngobo, Jatirunggo, Assinan, dan

Batujamus.73

Perkebunan-perkebunan tersebut merupakan penghasil kina, karet,

coklat, lada, kapas, dan tembakau. Selain Crone dengan CO. Getasnya yang

memiliki sejumlah perkebunan di Salatiga, NV Bibitonderneming yang berlokasi

71

Karyono, Op, cit, hlm 2-3. 72

Endang Setyawati, “Perkembangan Fungsi Bangunan Istana Djoeng Eng di Salatiga

pada tahun 1921-1968”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, UKSW, Salatiga, 2012, hlm 18. 73

PTPN IX GETAS – SALATIGA (diakses pada 23 April 2017)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

45

di Banyubiru, Ambarawa, juga merupakan perusahaan perkebunan yang memiliki

kuasa di beberapa wilayah perkebunan di Ambarawa dan Salatiga.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah bertahun-tahun dijuluki

sebagai Kota Garnisun atau Kota Militer karena terdapat banyak aktivitas militer

di dalamnya, pada periode ini Salatiga dan sekitarnya menjadi kawasan

perkebunan karena terdapat banyak wilayah yang ditumbuhi tanaman komoditi

sesuai kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Sebelum banyak macam

perkebunan, tanaman teh dan kopi merupakan wajah bagi Salatiga.

Berkembangnya bermacam-macam perkebunan yang tersebar di berbagai

wilayah sekitar Salatiga, menyebabkan Salatiga menjadi pusat pengumpulan hasil

bumi dari perkebunan-perkebunan di sekitarnya. Hampir seluruh hasil bumi yang

berasal dari perkebunan di sekitar Salatiga, akan dibawa menuju ke kota tersebut,

terutama yang letaknya jauh dari wilayah Tuntang dan Ambarawa. Perkebunan-

perkebunan yang dekat dengan Tuntang dan Ambarawa, akan membawa hasil

buminya langsung ke tempat tersebut.

Perlu diketahui, berdasarkan surat keputusan pemerintah Hindia Belanda

dengan Staatsblad No. 35/1895 bahwa hingga tahun 1895 Salatiga masih berstatus

kota kabupaten. Sederhananya adalah perkebunan-perkebunan yang dimaksud di

atas berada di wilayah kabupaten dan berkembang di wilayah tersebut, sedangkan

kota Salatiga sendiri berperan sebagai wilayah pengepul hasil bumi. Seluruh hasil

bumi yang dikumpulkan di Salatiga tersebut, nantinya akan dikirim ke pelabuhan

di Kota Semarang. Salah satu perkebunan yang berkembang pesat setelah tahun

1870 dapat dilihat pada foto berikut ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

46

Gambar 3. Perkebunan di wilayah Getas yang semakin berkembang setelah tahun 1870.

Sumber: Edi Supangat, Galeria Salatiga, Griya Media, Salatiga, 2010.

Hasil bumi yang terus melonjak dari tahun ke tahun, secara perlahan

memperbaiki kondisi perekonomian pemerintah Hindia Belanda. Hal tersebut

dapat dilihat dari saldo keuntungan antara tahun 1832-1867 yang diperkirakan

sudah mencapai angka 967 juta Gulden, sehingga kas negara terisi kembali,

bahkan hutang-hutang luar negeri Belanda dapat dilunasi dan sisanya digunakan

untuk modal usaha-usaha industri di Belanda.74

Selain itu, keberhasilan ini dapat

dilihat dari jumlah perkebunan terbesar di Salatiga yang sudah mencapai 12

perkebunan. Pada titik ini usulan van den Bosch tentang Sistem Tanam Paksa

dianggap berhasil menerbangkan kembali perekonomian Belanda yang sempat

jatuh pasca beberapa konflik yang mereka alami pada tahun 1825 hingga 1830,

merosotnya harga barang-barang komoditas di Eropa, dan hilangnya perang

74

Wawasan Sosial, Indonesia Pada Masa Kolonial Eropa, hlm 232. (diakses pada 22

Desember 2016)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

47

negeri Belanda sebagai pedagang perantara di pasar Eropa dan Asia Tenggara,

ditambah tanggungan hutang-hutang milik VOC yang belum terbayar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

48

BAB IV

Dampak Salatiga sebagai Kota Pengepul Hasil Bumi

bagi Masyarakatnya.

A. Dampak Ekonomi

Menurut penelitian sejarah, sistem tanam paksa adalah sebuah sistem yang

revolusioner dan merupakan cikal bakal atas sebuah perubahan tradisi dalam

masyarakat jawa, khususnya di wilayah pedesaan. Sistam Tanam Paksa secara

umum telah mempengaruhi dua unsur pokok dalam kehidupan agraris pedesaan

Jawa, yaitu tanah dan tenaga kerja.75

Sistem yang dibuat untuk merekondisi

perekonomian Belanda pasca perang tersebut mewajibkan masyarakat

menyerahkan tanah mereka demi kepentingan tanaman komoditi. Tuntutan akan

kebutuhan tanah pertanian untuk penanaman tanaman ekspor yang dilakukan

dengan menggunakan ikatan desa, telah memperngaruhi pergeseran kepemilikan

dan penguasaan tanah di kalangan petani pedesaan.76

Hal tersebut terjadi karena adanya pertukaran atau pembagian tanah-tanah

pertanian untuk perataan pembagian kewajiban penyediaan tanah dan kerja

kepada pemerintah, dan adanya kecenderungan perubahan kepemilikan tanah

perseorangan menjadi tanah komunal desa. Salah satu penyebab terjadinya

pergeseran tanah milik perseorangan menjadi tanah komunal adalah banyaknya

masyarakat yang bermigrasi ke daerah lain.77

Migrasi tersebut merupakan bentuk

75

Hendra Kurniawan,Op, cit, hlm 169. 76

Sartono Kartodirdjo, dan Djoko Suryo, Op, cit, hlm 66. 77

Hendra Kurniawan, Op,cit, hlm 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

49

usaha masyarakat untuk menghindarkan diri dari tugas wajib yang diberikan

pemerintah akibat berlakunya Sistem Tanam Paksa.

Dalam hal tenaga kerja, Sistem Tanam Paksa benar-benar membutuhkan

tenaga kerja yang banyak untuk penggarapan lahan, penanaman, pengangkutan

dan pengolahan. Pengerahan tenaga kerja ini dilakukan dengan menggunakan

ikatan organisasi desa, supaya dapat menyentuh kehidupan masyarakat agraris di

pedesaan. Cara ini sangat memberatkan penduduk, selain karena tidak diberi

upah, juga karena tugas pekerjaan yang harus dikerjakan secara fisik cukup berat,

dan secara sederhana semua praktek yang dijalankan merupakan sistem kerja

paksa.78

Secara tidak langsung pelaksanaan Sistem Tanam Paksa, telah

mengenalkan teknologi baru, terutama dalam pengenalan terhadap biji-bijian

tanaman perdagangan, seperti tebu, indigo, dan tembakau, beserta cara

penanamannya. Selain itu, sejalan dengan tuntutan terhadap peningkatan produksi

tanaman perdagangan dan pertanian pada umumnya, pelaksanaan sistem ini

banyak melakukan atau perbaikan irigasi, jalan, dan jembatan, yang

memperlancar transportasi dan komunikasi antara daerah pedalaman dengan

daerah pelabuhan, atau antara daerah pedesaan perkebunan dengan daerah

perkotaan yang ada di sekitarnya.

Setelah berbicara dampak Sistem Tanam Paksa secara umum, berikut akan

membahas dampak-dampak yang lebih spesifik dan nyata terjadi di Salatiga.

Dampak-dampak tersebut tidak serta merta terjadi tepat setelah Sistem Tanam

78

Sartono Kartodirdjo, dan Djoko Suryo, Loc, cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

50

Paksa berlaku di Jawa. Hal tersebut baru dapat dilihat setelah beberapa tahun,

terlebih setelah tahun 1870, yang mana Undang-undang Agraria menyebabkan

banyak perusahaan swasta muncul dan bergerak di bidang perkebunan.

A.1 Beredarnya Uang di Salatiga

Di balik pelaksanaan Sistem Tanam Paksa yang cukup berat bagi

masyarakat, terdapat sisi positif yang sebenarnya membantu masyarakat itu

sendiri. Terdapat pembaharuan dalam sistem administrasi pemerintahan desa

sebagai akibat dari campur tangan pemerintahan kolonial.79

Kehidupan

perekonomian desa yang semula masih tradisional, secara perlahan berkenalan

dengan ekonomi uang melalui proses penjualan produksi pertanian dan harga

pasaran kerja. Dua hal tersebut telah menjadi pintu utama masuknya peredaran

uang ke daerah pedesaan secara luas, yang besar pengaruhnya dalam membawa

pergeseran perekonomian desa ke arah ekonomi pasar.

Peredaran uang tersebut masuk antara lain melalui sistem pembayaran

upah tanaman kepada petani penanam atau plantloon, pembayaran uang

penggalak tanaman atau cultuurprocenten kepada para pejabat, pembayaran upah

kerja bebas dan dalam perkembangan terakhir pembayaran sewa tanah kepada

petani. Uang yang terlah beredar di masyarakat kemudian memiliki fungsi yang

beragam, yakni untuk membayar pajak, berbelanja barang kebutuhan, dan untuk

keperluan hidup lainnya. Masyarakat tidak perlu lagi menggunakan barang-barang

mereka sebagai alat tukar untuk mendapatkan barang atau keperluan yang

dibutuhkan seperti yang dilakukan sebelum beredarnya uang.

79

Hendra Kurniawan, Op., Cit, hlm 170.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

51

Berikut ini adalah Mata Uang yang beredar setelah perkebunan

berkembang di Salatiga, yang diketahui mulai beredar di Salatiga tahun 1890

ketika Ratu Wihelmimma berkuasa di Belanda;80

No. Nama Mata Uang Nilai Mata Uang

Dalam Sen

1. Bil 1 Bil = 0,5 Sen

2. Benggol 1 Benggol = 2,5 Sen

3. Kelip 1 Kelip = 5 Sen

4. Kethip 1 Kethip = 25 Sen

5. Setali 1 Setali = 50 Sen

6. Suku 1 Suku = 50 Sen

7. Gulden 1 Gulden = 5 Sen

Kemunculan uang yang memiliki fungsi sebagai alat penukaran

merupakan suatu solusi atas hambatan dalam penerapan sistem barter di

masyarakat, dimana pada waktu itu pertukaran barang dengan barang yang lain

secara langsung tanpa menggunakan alat pertukaran, dipandang kurang efektif

dalam pelaksanaannya karena membutuhkan tenaga dan waktu yang relatif lama

dalam prosesnya, sehingga dalam kenyataannya tidak banyak terjadi transaksi

atau kegiatan perdagangan yang mungkin dapat dilakukan apabila sistem barter

ini digunakan sebagai satu-satunya cara atau media dalam melakukan kegiatan

pertukaran dalam kurun waktu yang lama.81

Setelah uang mendapatkan perannya sebagai alat penghitungan, uang

dapat menyederhanakan praktek-praktek perhitungan dan penetapan harga. Nilai

semua barang dapat diperhitungkan dengan uang dan pembukuan dapat diadakan

80

Endang Setyawati,Op cit, hlm 29. 81

Agus Susanto Pranoto, “Impliaksi Pengaturan Tentang Mata Uang Dalam Undang-

Undang Tersendiri (Currency Act) Terhadap Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia di Bidang

Pengedaran Uang”, Thesis, Fakultas Hukum, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Kekhususan

Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009, hlm 19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

52

dengan cara yang sama. Uang menjadi denominator umum atau yang para ahli

ekonomi uang menyebutnya sebagai unit fungsi perhitungan.82

Selain memilki peran sebagai alat perhitungan, uang juga memiliki peran

sebagai alat pertukaran atau Medium of Exhange. Uang membantu melakukan

alokasi sumber daya yang langka secara optimal, menyalurkan barang dan jasa

secara efisien, dan membuka kebebasan dalam perekonomian untuk memperoleh

barang dan jasa.83

Dengan menggunakan uang, seseorang dapat secara langsung

menukarkan udang tersebut dengan barang dan jasa yang dibutuhkannya kepada

orang lain yang menghasilkan barang tersebut sesuai dengan perhitungan yang

ada, misalnya ketika masyarakat Salatiga yang akan menggunakan jasa kereta api,

bisa menukarkan uang mereka di stasiun untuk mendapatkan tiket perjalanan

mereka.

A.2 Kondisi Sosial Masyarakat di Salatiga.

Dalam kehidupan masyarakat di Salatiga, lahirnya perkebunan di kota

tersebut dan sekitarnya, membawa dampak sosial dalam kehidupan

masyarakatnya. Banyak petani pribumi yang kemudian beralih profesi sebagai

buruh ordeneming, pedagang hasil bumi antar desa, dan membuka usaha kecil di

tempat-tempat tertentu.84

Terdapat 70% orang pribumi yang menjadi petani, 30%

lainnya bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintah, dan pegawai

swasta.Orang-orang Tionghoa di Salatiga, sebesar 90% dari mereka berkutat di

82

Dudley G. Luckett, Uang dan Perbankan, Edisi Kedua (Money and Banking, 2nd

Edition), Amerika Serikat: MCGraw –Hill, Inc, 1976, diterjemahkan oleh Paul C. Rosyadi,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 1981, hlm 254. 83

Eugene A. Diulio, Uang dan Bank (Theory and Problems of Money and Banking),

Amerika Serikat: MCGraw-Hill, Inc, 1987, diterjemahkan oleh Burhanuddin Abdullah, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1990, hlm 2-3. 84

Chusnul Hajati, MS., dkk, Op, cit, hlm 106.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

53

bidang perdagangan, baik sebagai kolektor hasil bumi maupun distributor barang

buatan pabrik.85

Hampir keseluruhan warga pribumi yang tinggal di sekitar

wilayah perkebunan menjadi sasaran pemerintah kolonial untuk menjadi buruh

tani atau buruh kasar lainnya yang secara paksa diwajibkan mengurus

perkebunan-perkebunan di wilayah tersebut.

Bagi penduduk pribumi, setelah perkebunan ramai di wilayah Salatiga dan

sekitarnya mereka tidak hanya menjadi petani, namun juga menjadi kuli panggul

atau buruh pikul yang biasanya bekerja kepada orang-orang Tionghoa yang

mayoritas merupakan pengepul hasil bumi. Setelah memasuki tahun 1870, di

beberapa daerah perkebunan, kebutuhan pengangkutan hasil bumi telah

mendorong tumbuhnya pengusaha pengangkutan di kalangan para petani mampu,

dengan pengadaan alat transportasi berupa gerobak atau cikar yang ditarik oleh

binatang ternak. Para pengusaha pengangkutan mendapat borongan pengangkutan

produksi perkebunan dari lahan ke tempat pengolahan, atau ke pusat-pusat

penimpunan produksi, yang didapat dari pihak pemerintah atau pengusaha pabrik.

Berbeda dengan masyarakat Tionghoa di Salatiga, pemerintah Hindia

Belanda menganggap mereka sebagai pihak yang memiliki peran penting dalam

aktivitas perekonomian kolonial di tanah jajahan.Semenjak orang-orang Belanda

masuk ke Salatiga, masyarakat Tionghoa dimanfaatkan sebagai perantara

hubungan dagang mereka dengan penduduk pribumi yang mayoritas adalah

produsen hasil bumi, serta sebagai tukang-tukang untuk pembuatan dan

85

Chusnul Hajati, dkk, Loc, cit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

54

pemeliharaan rumah-rumah dan kota-kota yang didirikan.86

Orang-orang

Tionghoa secara sengaja ditempatkan pada satu pemukiman di sekitar jalan

Soloshceweg atau yang sekarang dikenal Jalan Jenderal Sudirman. Rumah-rumah

yang dibangun mayoritas kecil dan tidak memiliki halaman. Hal tersebut

dikarenakan rumah yang mereka dirikan, tidak hanya menjadi hunian namun juga

tempat berdagang atau membuka usaha. Rumah terebut didisain sesuai dengan

fungsinya, bagian depan untuk berdagang, sedangkan bagian belakang sebagai

tempat tinggal. Komplek orang-orang Tionghoa yang saat ini disebut Pecinan

oleh orang-orang di Salatiga tersebut, sejak dahulu menjadi pusat aktivitas

perdagangan masyarakat di kota tersebut.

A.3. Lahirnya Pasar Tradisional

Hasil bumi yang melimpah dari perkebunan-perkebunan di sekitar

Salatiga, menyebabkan lahirnya pasar untuk dijadikan sebagai tempat

mengumpulkan hasil bumi dan sebagai aktivitas perdagangan masyarakat di

Salatiga. Pasar tersebut dikenal dengan nama Pasar Kalicacing, yang berada di

lingkungan Pecinan, yakni yang kini disebut dengan Jalan Jenderal Sudirman.

Menurut informasi yang didapat dari beberapa narasumber, hasil bumi yang akan

dikirim ke Semarang, sebelumnya di kumpulkan di pasar tersebut. Barang-barang

berupa hasil bumi tersebut dibawa menggunakan gerobak-gerobak menuju ke

stasiun terdekat sebelum dikirim ke luar kota. Gerobak-gerobak tersebut dibawa

oleh orang-orang pribumi yang dikawal oleh beberapa prajurit berkuda milik

pemerintah Hindia Belanda.

86

Endang Setyawati, Op., Cit, hlm 28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

55

Sebelum lahirnya pasar, hasil bumi yang ada di Salatiga hanya

dikumpulkan di gudang-gudang penyimpanan di beberapa wilayah. Untuk

menampung kuota hasil bumi yang semakin besar dan memusatkan aktivitas

ekonomi mereka, maka pemerintah Hindia Belanda membuka pasar di wilayah

Kalicacing. Pembangunan pasar tidak lepas dari pertimbangan pihak kolonial

yang melihat banyaknya jumlah orang Tionghoa di daerah itu. Dengan adanya

orang-orang Tionghoa yang mahir dalam aktivitas perdagangan, pemerintah

kolonial memanfaatkan mereka sebagai pengatur lalu lintas hasil bumi dari

pingiran Salatiga menuju ke luar kota, yakni Semarang. Gambar pasar Kalicacing

yang berada di wilayah Jalan Jenderal Sudirman dapat dilihat dalam gambar

berikut ini;

Gambar 4.Tempat pengumpulan hasil bumi di Pasar Kalicacing, yang terletak di sekitar

wilayah Pecinan pada akhir abad ke-19.

Sumber; Dokumen pribadi milik Sejawaran Salatiga, Slamet Rahardjo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

56

A.4 Lahirnya Transportasi Modern

Membaiknya kondisi ekonomi Belanda, mendorong pemerintahan mereka

di Hindia Belanda melakukan pembangunan fasilitas transportasi darat di wilayah

Hindia Belanda.87

Fasilitas-fasilitas yang dibangun merupakan salah satu bentuk

usaha untuk terus melanggengkan kesuksesan mereka di bidang perkebunan.

Fasilitas transportasi darat yang dibangun salah satunya adalah kereta api. Kereta

apidibangun baru bisa dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial di Salatiga pada

tahun 1870 dimana Undang-undang Agraria mulai berlaku di kota tersebut, itupun

tidak dibangun di pusat aktivitas perdagangan di Salatiga. Jalur kereta api yang

didirikan meliputi Kedung Jati-Tempuran-Gododalem-Beringn-Tuntang-Williem

atau Ambarawa. Stasiun yang ada di Kedungjati hingga Ambarawa merupakan

stasiun kereta api milik Nederlansch Indissche Spoorweg Maatschappij (NIS).

Sebelum kereta api lahir, terdapat beberapa transportasi darat yang

menjadi andalan masyarakat Salatiga dan sekitarnya pada periode ini, yakni

dokar, gerobak, kuda, dan tandu.88

Transportasi tersebut bukan hanya digunakan

untuk mengangkut manusia saja, namun juga untuk mengangkut barang dan hasil

bumi. Dokar menjadi transportasi paling beken sebelum lahirnya kereta api.

Sirkulasi jalur yang dilalui dokar pada waktu itu bukan hanya dalam kota saja,

namun bisa juga ke luar kota, seperti contoh ketika ada seseorang yang akan

bepergian ke solo, ia harus naik dokar jurusan Boyolali dan turun di tempat

tersebut. Kemudian ia mencari dokar lain yang melayani rute Boyolali-Solo atau

87

Recharduz Deaz Prabowo, “Sejarah dan Perkembangan Stasiun Kereta Api Tugu di

Yogyakarta 1887-1930”, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta, 2013, hlm 30. 88

Mia Nuraini, Op, cit, hlm 41-52.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

57

yang disebut oper dokar lain. Rute yang relatif jauh, menyebabkan dokar hanya

bisa beroperasi sekali dalam sehari, sehingga pada saat bekerja ia harus menunggu

penumpang penuh terlebih dahulu sebelum berangkat menuju tujuan.89

Orang-orang Belanda yang hendak bepergian ke luar kota menggunakan

dokar, mendapat keistimewaan jika mereka mempunyai uang lebih. Perlakuan

khusus tersebut mereka dapatkan dari menyewa dokar tersebut hingga sampai di

tujuan. Menggunakan sistem sewamembuat mereka tidak perlu berbaur dengan

pribumi lain yang sama-sama menjadi penumpang dokar, serta waktu tempuh

yang dijalani akan lebih cepat sebab bebab yang dibawa oleh dokar juga tidak

terlalu banyak.

Setelah kereta api lahir, masyarakat Salatiga dan sekitarnya yang akan

pergi ke luar kota, khususnya menuju Semarang, tidak lagi menggunakan sistem

oper dokar untuk sampai ke sana. Mereka cukup menggunakan dokar sampai ke

stasiun-stasiun yang letaknya tidak jauh dari Salatiga, seperti Tuntang,

Ambarawa, atau Beringin, dan kemudian menuju ke Kota Semarang

mengggunakan jasa kereta api. Begitu pula dengan pengiriman hasil bumi dari

Salatiga ke Semarang. Hasil bumi tidak lagi dibawa menggunakan dokar,

gerobak, dan kuda hingga Semarang, namun cukup diantar menuju Stasiun

Tuntang, sebelum kemudian dikirim ke Semarang melewati Kedungjati.

Jalur kereta api yang dibangun tidak melewati Salatiga keadaan

wilayahnya yang bergelombang dan berbukit. Salatiga yang memiliki wilayah

alam yang berbukit dan tidak merata digambarkan dalam sebuah nama hotel

89

Edi Supangat, Salatiga Sketsa Kota Lama, Op, cit, hlm 58-59.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

58

megah yang dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-20

dengan nama Berg en Dal, yang memiliki arti bukit dan lembah.90

Nama hotel

Berg en Dal menggambarkan keadaan wilayah Salatiga pada saat itu yang

memiliki banyak wilayah lembah dan berbukit. Rute kereta api dari Ambarawa

atau Stasiun Williem hingga Semarang dapat di lihat dalam peta berikut ini;

Peta 3. Jalur kereta api Ambarawa-Kedung Jati-Semarang.

Sumber; http://versesofuniverse.blogspot.co.id/2012/02/kereta-api-wisata-ambarawa.html

(diakses pada tanggal 29 Mei 2017).

Peta diatas menunjukkan rute pengiriman hasil bumi dari Assiten Residen

Salatiga melalui jalur kereta api berawal Stasiun Ambarawa – Tuntang – Bringin

– Gogodalem – Kedung Jati – Semarang, namun menurut beberapa sejawaran dan

penulis sejarah di Salatiga, hasil bumi yang akan dikirim ke Semarang banyak

90

Ibid, hlm 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

59

juga yang langsung diantarkan ke Stasiun Tuntang menggunakan kereta kuda

yang dikawal oleh beberpa prajurit militer, tidak melalui Stasiun Williem atau

Stasiun Ambarawa. Hal tersebut dikarenakan jarak yang harus ditempuh menuju

Tuntang lebih pendek daripada menuju ke Ambarawa.

Pada periode kolonial, Stasiun Tuntang merupakan stasiun yang menjadi

tempat penampungan mayoritas hasil bumi dari Salatiga dan sekitarnya sebelum

diberangkatkan ke Semarang. Tempat tersebut dilengkapi dengan bangunan-

bangunan yang difungsikan sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang,

karena stasiun ini selalu dikaitkan dengan fungsinya sebagai pos pengangkutan

komoditas hasil bumi.91

Letak Stasiun Tuntang berada di Dusun Daleman,

Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang atau berada diantara Ambarawa dan

Beringin.

Saat ini kondisi Stasiun Tuntang tengah menjalani renovasi. Terdapat

wacana bahwa jalur kereta dari Kedungjati-Tuntang-Ambarawa akan kembali

diaktifkan setelah sekian lama tidak difungsikan sebagai alat transportasi.

Rencana tersebut bermula dari penataan dan pengembangan Stasiun Tuntang dan

Stasiun Ambarawa demi mempermudah masyarakat mengakses kedua tempat

tersebut, baik untuk kepentingan wisata maupun kepentingan lainnya. Pengaktifan

jalur Kedungjati-Tuntang-Ambarawa diharapkan dapat mendorong pemerintah

untuk membuka jalur-jalur lain yang telah mati.92

91

Pusat Arkeologi Nasional, Distribusi Hasil Bumi di Semarang Dengan Wilayah

Sekitarnya, Jakarta Selatan, 2015, hlm 33. 92

Akhmad Sujadi, Museum KA Uap Ambawara Satu-satunya di Dunia, Kompasiana, 18

Juni 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

60

Gambar.5 Stasiun Tuntang yang digunakan untuk mengangkut hasil bumi dari perkebunan-

perkebunan Salatiga dan sekitarnya menuju pelabuhan di Semarang.

Sumber; Arsip Daerah dan Perpustakaan Kota Salatiga tahun 1930.

Setiap hasil bumi di Salatiga yang akan dikirim ke luar kota dikumpulkan

di satu tempat bernama Pasar Kalicacing yang para pengepulnya merupakan

orang-orang Tionghoa, kemudian diantarkan menuju Stasiun Tuntang yang

jaraknya tidak jauh dari Salatiga menggunakan gerobak yang ditarik oleh kuda

ataupun lembu. Pengiriman seluruh hasil bumi tersebut dikawal oleh pasukan

berkuda milik pemerintah Hindia Belanda guna mengantisipasi terjadinya hal-hal

yang membahayakan hasil bumi.

Seluruh hasil bumi yang telah terkumpul di stasiun tersebut, segara akan

diberangkatkan menuju pelabuhan di Kota Semarang, dan diangkut oleh kapal-

kapal besar menyebrangi lautan lepas. Hasil bumi yang dibawa oleh kapal-kapal

besar tidak hanya ditujukan kepada satu lokasi, namun menyebar ke lokasi-lokasi

lain seperti Asia Tenggara dan Eropa yang merupakan pusat aktivitas

perdagangan internasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

61

Berikut ini adalah tabel yang menunjukan jumlah hasil bumi berupa kopi,

teh, coklat, lada, karet, kapas, dan kina yang diangkut dari Salatiga menuju

Semarang dari tahun 1870-1879 dalam hitungan volume93

dikali 100;

Nama

Stasiun

Tahun

1870 1871 1872 1873 1874 1875 1876 1877 1878 1879

Ambarawa 2,5 6,0 5,4 9,6 6,9 3,5 5,7

Tuntang 1,2 2,0 2,3 4,0 0,3 3,2 9,3

Bringin 2,2 2,7 1,7 0,9 1,8 0,9 0,8 0,7 1,1

Gododalem 0 0 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,0 0,0

Tempuran 0,3 3,2 9,3 9,1 10,2 8,2 9,7 2,5 1,0

Padas 0,8 0,0 0,1 0,8 0,9 1,3 2,7 2,7 1,3 1,4

Kedung Jati 13,8 11,7 11,5 8,2 10,1 6,7 9,7 10,5 12,3 11,6

Tabel 2.Sumber; Sindie, Astuti, “Sejarah Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang

Tahun 1870-1900”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, UKSW, Salatiga, 2012, hlm 39.

Selain untuk melanggengkan kesuksesannya di tanah Jawa, pembangunan

fasilitas kereta api ini juga bertujuan untuk mendukung kemampuan bersaing

Belanda di tengah-tengah persaingan perdagangan hasil bumi di wilayah Asia,

karena semakin lancarnya arus transportasi hasil bumi semakin lancar pula

komoditas tersebut dapat dikapalkan dan tersedia di pasar dunia.94

Dengan begitu,

hasil dari penjualan komoditas di tanah Jawa yang sifatnya sangat eksploitatif ini

dapat segera diterima oleh pemerintah kolonial. Disamping itu, perluasan jaringan

jalan rel didasarkan bukan hanya pada kepentingan ekonomi, namun juga

93

Volume merupakan hitungan sebuah paket atau barang yang akan dikirim menggunakan

jasa pengiriman seperti kereta api. Barang yang dikirim beratnya tidak dihitung sesuai dengan

berat sebenarnya, namun dihitung dengan rumus (Panjang x Lebar x Tinggi) dibagi 6000, dan

hasilnya akan ditentukan dalam satuan kilogram. 94

Pusat Arkeologi Nasional, Loc, cit, hlm 31.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

62

menyangkut masalah pasifikasi atau pengamanan daerah-daerah yang banyak

mengalami pergolakan, dan pembukaan daerah-daerah baru serta pengembangan

administrasi pemerintahan dan pengembangan kota.95

B. Salatiga Kota Prestisius.

Kota Salatiga dipilih oleh seorang pengusaha besar untuk mendirikan N.V.

KHTHM yang berkutat di bidang hasil bumi. Pengusaha tersebut bernama Djoeng

Eng, ia datang ke Salatiga pada pertengahan abad ke-19. Ia berasal dari Taiwan

yang sebelumnya menetap di Semarang, meski telah merambah di dunia ekspor

hasil bumi, mereka berfokus pada perdagangan gula. Djoeng Eng memilih

Salatiga untuk melanjutkan bisnisnya dan membangun istana disana karena suatu

hal.Pertama, merupakan sebuah kebanggaan karena dapat hidup di wilayah yang

didominasi oleh orang Eropa. Kedua, letak Salatiga yang berada di ketinggian 850

meter diatas permukaan laut, membuat udara di Kota Salatiga benar-benar sejuk

yang membuat penghuninya nyaman, ditambah wilayah yang kondusif dengan

kendaraan yang pada waktu itu tidak terlalu banyak.96

Selain itu, begitu banyak warga Eropa yang tinggal di Salatiga setelah

maraknya perusahaan swasta. Warga Eropa yang didominasi oleh orang-orang

Belanda tersebut merupakan para pengelola perkebunan, pekerja pemerintahan,

dan para ahli agama yang menjalankan misi-misi kristen. Hal ini menyebabkan

pengkotak-kotakan dalam hal wilayah tempat tinggal. Orang-orang kulit putih

tersebut menetap di wilayah Toentangscheweg atau yang kini dikenal sebagai

95

Sartono, Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari Emporium

Sampai Imoerium, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm 364. 96

Bambang Setyawan, Menengok Istana Konglomerat Salatiga Jaman Kolonial,

Kompasiana, 15 April 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

63

Jalan Diponegoro. Saat ini masih dapat dilihat, sepanjang jalan tersebut berjejer

bangunan-bangunan Indis yang apik, meskipun beberapa sudah dirubuhkan atau

direnovasi demi kepentingan industri. Sebuah bangunan di wilayah

Toentangscheweg yang merupakan rumah hunian bagi pejabat pemerintah

kolonial dapat dilihat dalam gambar berikut ini;

Gambar 6. Rumah Assistent Resindent di Salatiga yang kini menjadi rumah dinas Walikota

Salatiga.

Sumber; www.salatiga.nl (diakses pada 29 Mei 2017)

Di wilayah ini, pada periode kolonial pribumi sama sekali tidak

dibolehkan tinggal atau membangun rumah. Para pribumi membangun

pemukiman mereka sendiri yang banyak terpusat di wilayah-wilayah seperti

Krajan, Mrican, Togaten, Pancuran dan Kalitaman. Berbeda dengan warga

Tionghoa, yang sudah sejak lama berada wilayah yang dekat dengan pusat

aktivitas ekonomi. Sejak lama mereka dipusatkan di wilayah tersebut oleh

pemerintah kolonial karena peran mereka sebagai tangan kanan sangat dibutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

64

dalam urusan perekonomian. Ketelitian dan kerja keras mereka dimanfaatkan oleh

pemerintah kolonial untuk menjaga kestabilan perdagangan mereka di Salatiga.

Kini warga Tionghoa masih banyak yang menetap di wilayah yang disebut

Kalicacing dan sepanjang Jalan Solocheweg atau yang saat ini dikenal dengan

Jalan Jenderal Sudirman, dimana terdapat banyak sekali aktivitas ekonomi di

tempat tersebut.

B.1 Salatiga mendapat status sebagai Kota Praja (Gemeente).

Banyaknya orang kulit putih yang tinggal di Salatiga, menyebabkan

wilayah tersebut mendapat perhatian dari pemerintah Hindia Belanda. Puncaknya

terjadi pada tahun 1917 atau awal abad 20, Gubernur Jenderal Belanda melalui

Staatsblad No. 266 menjadikan Salatiga sebagai sebagai Gemeente atau Kota

Praja yang dipimpin oleh Burgemeester (walikota) dengan didampingi oleh

Gemeenteraad (dewan kota).97

Terdapat 3 syarat untuk menjadi Gemeente, yaitu

faktor penduduk, faktor keadaan tempat, dan faktor keuangan, namun

ditetapkannya Salatiga sebagai Kota Praja memiliki hubungan dengan adanya

kebijakan pemerintah Belanda dalam upaya memperluas desentralisasi di wilayah

Hindia Belanda.98

Faktor penduduk dilihat dari jumlah orang kulit putih, bukan sekedar

orang Belanda saja, namun juga orang-orang kulit putih dari Eropa lainnya,

termasuk orang-orang etnis Tionghoa. Hingga tahun 1900, lebih dari 600 orang

Eropa, dan lebih dari 1000 orang Tionghoa bertempat tinggal di Salatiga.

Banyaknya masyarakat Eropa pada waktu itu tidak lepas dari berkembangnya

97

Edi Supangat ,Salatiga Sketsa Kota Lama, Op, cit, hlm 12. 98

Emy Wuryani, Op, cit, hlm 57.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

65

perkebunan di sekitar Salatiga. Rumah-rumah dinas untuk para pengelola

perkebunan muncul dimana-mana. Hal tersebut juga didukung oleh pembukaan

Terusan Suez pada tahun 1869, serta adanya perkembangan pelayaran dengan

kapal uap, sehingga semakin banyak orang-orang Eropa yang dengan mudah

datang ke wilayah Hindia Belanda. Hal tersebut cukup menyebabkan Salatiga

memenuhi salah satu syarat menjadi Gemeente.

Faktor kedua adalah faktor keadaan setempat, yang artinya Gemeente

memiliki syarat bahwa daerah yang bersangkutan harus memiliki banyak wilayah

perkebunan.Terhitung hingga tahun 1900, Salatiga sudah memiliki lebih dari 40

perkebunan swasta yang dikelola oleh orang-orang kulit putih. Selain banyaknya

perkebunan di sana, suhu dan keadaan udara juga menjadi bagian dari faktor

kedua. Salatiga yang terletak di kaki Gunung Merbabu, memiliki suhu dan udara

yang mirip dengan tempat tinggal orang-orang kulit putih di Eropa, sehingga

mereka merasa berada di kampung mereka sendiri ketika tinggal di Salatiga.

Faktor ketiga adalah faktor keuangan, yang sangat erat kaitannya dengan

perpajakan di wilayah yang bersangkutan. Adanya orang kulit putih di Salatiga

dalam jumlah yang banyak, menimbulkan sumber pendapatan bagi pemerintah

setempat. Pendapatan tersebut didapat dari berbagai berbagai bidang, seperti;

i. Pendapatan Pajak, meliputi pajak; tanah, pasar, tontonan, reklame,

minuman keras, kendaraan bak bermotor, rumah, dan jalan raya.

ii. Penggunaan fasilitas pemerintah; air ledeng, listrik, dan telepon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

66

iii. Permohonan perijinan; ijin mendirikan bangunan tempat tinggal,

kegiatan usaha ekonomi, dan transportasi.99

Menjadi kota dengan gelar Gemeente adalah sebuah pencapaian yang

besar bagi kota kecil seperti Salatiga. Hal tersebut tidak lepas dari

peranperkebunan yang telah lahir di Salatiga dan sekitarnya, terlebih setelah

Sistem Tanam Paksa dan Undang-undang Agraria berlaku di Pulau Jawa.Dengan

status ini nantinya membuat Salatiga mendapat penghargaan de Schoonste Stad

van Midden Java yang artinya kota terintah di Jawa Tengah. Penghargaan tersebut

didapat karena setelah menjadi Gemeente, Salatiga secara terus menerus

mengalami perkembangan, dan juga merupakan akibat dari dukungan finansial

yang sangat besar untuk ukuran kota yang kecil.100

Sebelum tahun 1900-an, Kota Salatiga masih merupakan wilayah kecil di

pedalaman karisidenan Semarang, tipe kota Salatiga digambarkan tidak banyak

berbeda dengan lingkungan pedesaan sekitarnya, hanya rumah bupati dan

sekitarnya yang menonjol. Bentuk rumah kebanyakan masih tradisional.

Pemukiman ini terdiri atas kumpulan rumah bambu yang beratap daun pohon

nipah dan terletak tersebar di antara kebun-kebun buah dan kelapa serta sawah.101

Banyaknya orang-orang Eropa yang tinggal Salatiga semakin mendukung

perluasan sistem pemerintahan kolonial lengkap dengan birokrasinya, yang

kemudian menyebabkan wajah kota mulai berubah. Pusat kota Salatiga bertambah

dengan bangunan baru terutama gedung pemerintahan dan kediaman para pejabat

99

Edi Supangat, Op, cit, hlm 15. 100

Suara Merdeka, Salatiga Kota Terindah di Jawa Tengah, Semarang Metro, 8 September

2014. 101

W.F Wertheim, The Indonesian Town, Studies in Urban Sociology (A. Manteau, S.H.

Bruxell, W. van Hoeve Ltd, 1958) hlm 81.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

67

pribumi maupun Belanda. Bentuk fisik kota mengalami perubahan, seperi sarana

transportasi, perumahan, perkantoran, jalan-jalan, dan pergedungan.102

102

Karyono, Op, cit, hlm 3-4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

68

BAB V

Kesimpulan

Perubahan identitas dari Kota Militer ke Kota Pengepul Hasil Bumi di

Salatiga merupakan dampak dari sistem ekonomi politik yang diterapkan

pemerintah Hindia Belada di Jawa pada tahun 1830, yakni Sistem Tanam Paksa.

Sistem ini lahir sebagai bentuk usaha pemerintah Belanda untuk merekondisi kas

negara mereka yang sempat menurun pada tahun 1825. Turunnya perekonomian

negeri Belanda tersebut merupakan imbas dari beberapa peristiwa yang terjadi

sekitar tahun 1825 hingga 1830. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain jatuhnya

harga kopi di pasar Eropa, hilangya peran Belanda sebagai distributor utama hasil

bumi di beberapa wilayah di Eropa dan Asia Tenggara, perlawanan Pangeran

Diponegoro dan rakyatnya di Pulau Jawa, dan pemberontakan masyarakat Belgia

yang ingin memerdekakan diri.

Salatiga dipilih sebagai wilayah pengepul oleh pemerintah Hindia Belanda

bukan tanpa alasan. Wilayah Salatiga dan sekitarnya yang memiliki kapasitas

untuk aktivitas perkebunan kemudian dipilih oleh pemerintah untuk mendukung

kebijakan Sistem Tanam Paksa. Mereka membangun perkebunan-perkebunan di

sekitar Salatiga dengan maksud supaya Salatiga yang berada di wilayah strategis

dapat dijadikan sebagai tempat untuk mengumpulkan barang-barang hasil bumi

dan sebagai pengelola kegiatan di perkebunan-perkebunan tersebut.

Secara konstitusi, perubahan identitas yang dialami oleh Salatiga dimulai

pada tahun 1830. Perubahan tersebut yang ditandai dengan diberlakukannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

69

Sistem Tanam Paksa oleh pemerintah Hindia Belanda di tanah Jawa. Namun,

secara fisik salatiga mengalami perubahan identitas dari Kota Militer ke Kota

Pengepul Hasil Bumi pada tahun 1852. Perubahan secara fisik tersebut ditandai

dengan banyaknya perkebunan di sekitar Salatiga. Pada awalnya, perkebunan-

perkebunan tersebut ditanami teh dan kopi, namun kemudian lahir perkebunan-

perkebunan lain, seperti karet, kapas, dan kina.

Perubahan identitas kota di Salatiga terjadi dalam waktu yang cukup cepat,

yaitu 22 tahun. Untuk Kota Salatiga, 22 tahun merupakan waktu yang relatif cepat

jika dibandingkan dengan perubahan sebelumnya, yaitu ketika Salatiga

merupakan daerah perdikan milik Kerajaan Mataram yang kemudian berubah

menjadi Kota Militer pada masa kejayaan VOC. Perubahan tersebut

membutuhkan waktu ratusan tahun.

Perubahan dari Kota Militer ke Kota Pengepul Hasil Bumi merupakan hal

yang tidak direncanakan sebelumnya. Sistem Tanam Paksa tidak akan dibangun

jika tidak ada kerugian ekonomi yang hebat di pihak pemerintah Belanda,

sehingga sebenarnya tidak ada rencana yang telah dibangun jauh-jauh hari

mengenai Sistem Tanam Paksa. Kondisi tersebut menunjukan bahwa perubahan

identitas Salatiga dari Kota Militer ke Kota Pengepul Hasil Bumi ini sifatnya

adalah revolutif.103

Perubahan identitas Salatiga dari Kota Militer ke Kota Pengepul Hasil

Bumi diakibatkan oleh adanya perombakan dan pembaharuan sistem hukum dan

administrasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Salah satu pembaharuan

103

Perubahan Revolutif adalah perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada perencanaan sebelumnya, dan diinginkan oleh sebagian masyarakat atas kondisi ketidakpuasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

70

tersebut adalah diberlakukannya Sistem Tanam Paksa di tanah Jawa pada tahun

1830. Peristiwa perubahan tersebut kemudian berdampak pada berubahnya sistem

tata kota dan sistem sosial di Salatiga.

Perubahan tata kota dilihat pada pergeseran fungsi bangunan-bangunan

yang memiliki peran besar di wilayah Salatiga, salah satunya yakni benteng

militer. Pada masa VOC Benteng tersebut lebih banyak berfungsi sebagai alat

pengawas wilayah kekuasaan, kemudian pada masa pemerintahan Hindia Belanda

berubah menjadi markas militer. Fungsinya dari markas militer tersebut tidak

hanya untuk menjaga wilayah kekuasaan mereka, namun juga berkembang

menjadi bagian dari aktivitas ekonomi kota, seperti menjadi pengawal distribusi

hasil bumi ke wilayah luar.

Selain perubahan sistem tata kota, dampak dari perubahan identitas juga

mengarah ke sistem sosial di Salatiga. Perubahan Salatiga dari Kota Militer ke

Kota Pengepul Hasil Bumi telah menegaskan stratifikasi masyarakat sosial yang

sebenarnya sudah ada, yaitu dengan ditandai oleh bertambahnya populasi dan

perubahan peranan dalam tiap-tiap kelas sosial. Masyarakat pribumi yang dulunya

banyak berkutat di perkebunan, berkembang menjadi buruh pikul dan buruh

pengantar hasil bumi.

Orang-orang Tionghoa yang pada masa VOC lebih banyak berdagang dan

berbisnis demi kepentingan keluarganya, pada saat perubahan identitas kota

terjadi mereka banyak yang menjadi tangan kanan pemerintah kolonial dengan

menjadi pekerja yang dipercaya mengurus hasil bumi di Salatiga. Sedangkan

orang-orang Eropa semakin banyak yang tinggal di Salatiga setelah perubahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

71

identitas terjadi. Mereka bukan hanya merupakan pejabat-pejabat pemerintahan,

namun merupakan pemilik dan pengelola perkebunan-perkebunan yang ada di

sekitar Salatiga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

72

Daftar Pustaka

Arsip:

Foto koleksi W. Thorn tahun 1815, kode album; 85A-1058.10.

Oudheidkundige kaart van west en midden Java, 1891.

Staatsblad Van Nederlandsch-Indie No. 35, Binnenlandsch Bestuur. Semarang.

1885.

Staatsblad Van Nederlandsch-Indie No. 13, Vereenigingen. Reglementen.

Semarang. Goedkeuring wijziging van de statuten de societeit Harmonie te

Salatiga, 1891

The Cog Railway dan Vicinity of Ambarawa, 1900.

Buku:

Chusnul Hajati, dkk., Peranan Masyarakat Desa di Jawa Tengah Dalam

Perjuangan Kemerdekaan Tahun 1945-1949; Daerah Kendal dan

Salatiga, Proyek Inventaris dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat

Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta,

1996.

Daldjoeni, Seluk Beluk Masyarakat Kota (Pusparagan Sosiologi Kota dan

Ekologi Kota), Bandung, Penerbit Alumni, 1978.

Daradjadi, Geger Pacinan 1740-1743, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2013.

Djoko Soekiman, Kebudayaan Indis; Dari Zaman Kompeni sampai Revolusi,

Yogyakarta, Komunitas Bambu, 2011.

Dudley G. Luckett, Uang dan Perbankan, Edisi Kedua (Money and Banking, 2nd

Edition),

Amerika Serikat: MCGraw –Hill, Inc, 1976, diterjemahkan oleh Paul C. Rosyadi,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 1981.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

73

Edi Supangat, Galeria Salatiga, Salatiga, Griya Media, 2010.

___________, Salatiga Sketsa Kota Lama, Salatiga, Griya Media, 2010.

......................, Salatiga Kota Seribu Nuansa, Salatiga, Planet Salatiga, 2002.

Eugene A. Diulio, Uang dan Bank (Theory and Problems of Money and Banking),

Amerika Serikat: MCGraw-Hill, Inc, 1987, diterjemahkan oleh

Burhanuddin Abdullah, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1990.

Jan Breman, Keuntungan Kolonial dari Kerja Paksa; Sistem Priangan dari

Tanam Paksa Kopi di Jawa, 1720-1870, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, 2014.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2013.

Linbald, J. Thomas, “Sejarah Ekonomi Modern Indonesia Berbagai Tantangan

Baru”, Jakarta, LP3ES, 2000.

Parakitri T. Simbolon, Menjadi Indonesia, Jakarta, Grasindo Kompas, 2006.

Peter Carey, Takdir; Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), Jakarta,

Kompas Media Nusantara, 2014.

Peter Carey, Kuasa Ramalan (jilid I); Pengeran Diponegoro dan Akhir Tatanan

Lama di Jawa, 1785-1855, Jakarta, PT Gramedia, 2011.

Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta,

2008.

Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa di Jawa, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia,

2003.

Sagimun, M.D., Pahlawan Diponegoro Berdjuang, Yogyakarta, Departmen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1960.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

74

Saleh A. Djamhari, Strategi Menjinakkan Diponergoro; Stelsel Benteng 1827-

1830, Jakarta, Komunitas Bambu, 2004.

Sartono Kartodirdjo, dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian

Sosial Ekonomi, Yogyakarta, Aditya Media, 1991.

Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900, Dari

Emporium Sampai Imperium, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Tri Widiarto, Herman Waluyo, dkk, Legenda Kota Salatiga; Perjalanan Ziarah

Ki Ageng Pandanaran, Salatiga, Widya Sari Press, 2014.

Skripsi, Thesis:

Agus Susanto Pranoto, “Impliaksi Pengaturan Tentang Mata Uang Dalam

Undang-Undang Tersendiri (Currency Act) Terhadap Tugas dan

Kewenangan Bank Indonesia di Bidang Pengedaran Uang”, Thesis,

Fakultas Hukum, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Kekhususan

Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia, 2009.

Emy Wuryani, ”Distrik Salatiga 1900-1942”, Thesis, Pasca Sarjana UGM,

Yogyakarta, 2006.

Endang Setyawati, ”Perkembangan Fungsi Bangunan Istana Djoeng Eng di

Salatiga pada tahun 1921-1968”, Skripsi, Program Studi Pendidikan

Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UKSW, Salatiga, 2012.

Eye Mualif, ”Pengembangan Sektor Pertanian di Kota Salatiga Dengan

Pendekatan Tipologi Klassen”, Skripsi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret, Surakart, 2010.

Kabupung, Sonny Fernando, ”Studi Citra Kota Maumere di Nusa Tenggara

Timur”, Thesis, UAJY, Yogyakarta, 2012.

Karyono, “Studi Tentang Perkembangan Kota Kolonial 1917-1942”, Thesis,

Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta, 2002.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

75

Lutvia Maharani, ”Pengambilan Kota Salatiga dari kekuasaan Belanda ke

Pemerintah Republik Indonesia tahun 1945-1950”, Skripsi, Jurusan

Sejarah, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2009, hlm 38.

Sindie Astuti, “Sejarah Transportasi Kereta Api di Karesidenan Semarang Tahun

1870-1900”, Skripsi, Program Studi Sejarah,FKIP-UKSW, Salatiga, 2012.

Mia Nuraini, Skripsi, “Perkembangan Transportasi di Salatiga Tahun 1900-1942,

Program Studi Sejarah”, FKIP-UKSW, Salatiga, 2012.

Recharduz Deaz Prabowo, ”Sejarah dan Perkembangan Stasiun Kereta Api Tugu

di Yogyakarta 1887-1930”, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2013.

Suwarti, “Peranan Pendudukan Militer Jepang dalam Meningkatkan Militasi

Pemuda Salatiga 1942-1945”, Skripsi, Jurusan Studi Sejarah,FKIP-

UKSW, Salatiga, 2004.

Yohanes Chandra Widjie, “Perkembangan Fungsi Kota Salatiga dalam Abad

XX”, Skripsi, Jurusan Studi Sejarah, FKIP-UKSW, Salatiga, 1979.

Artikel, Jurnal, Makalah :

Aida Izzul Imah, Konsep dan Pengertian Kota Menurut Para Ahli, Academia.edu.

Akhmad Sujadi, Museum KA Uap Ambawara Satu-satunya di Dunia,

Kompasiana, 18 juni 2015.

Asmara Dewi, dkk, Kajian dan Identifikasi Bangunan Bersejarah, Bapeda Kota

Salatiga dan BP3 Jawa Tengah, 2009

Bambang Setyawan, Menengok Istana Konglomerat Salatiga Jaman Kolonial,

Kompasiana, 15 April 2016.

Belgium.Be; Official Information and Service, Belgium’s Independence (1830-

Present Time).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

76

Berita Pemkot Salatiga, Nostalgia Salatiga; Kebun Getas Punya Laboratorium

Kakao Sendiri, Senin 27 Oktober 2014.

Djoko Marihandono, Perubahan Peran dan Fungsi Benteng Dalam Tata ruang

Kota, Makalah Seminar Kebudayaan Maritim yang diselenggarakan oleh

Universitas Hasanuddin, Makassar pada tanggal 26 - 28 Oktober 2007.

Pemerintah Kota Madia Tingkat II Salatiga, Hari Jadi Kota Salatiga 24 juli 750,

Salatiga, 1975.

Hati Beriman, Belajar dari Kepemimpinan Raja Bhanu, Majalah Berita Warga

Kota Salatiga, Edisi III Tahun 2007.

Hendra Kurniawan, Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika

Perekonomian Petani Jawa 1830-1870, USD, SOCIA(jurnal ilmu-ilmu

sosial), September 2014, Vol. 11, No. 2.

Informasi Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial, No. 1 xxxvii th. 2011.

I Wayan Yudi Artana, Transformasi Struktur dan Kultural Masyarakat Peri

Urban Badung Dalam Pembentukan Identitas Kekotaannya, Transformasi

Spasial; Determinan Perubahan Struktur dan Kultural Peri Urban

Badung.

Kantor Statistik Kodya Salatiga, 1893, Monografi Kota Madya Salatiga 1893.

Lampiran Peraturan Walikota Salatiga nomor 10 Tahun 2016, Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015, Pemerintah Kota Salatiga, 2016.

Muhamad Ahwan Anas, Penggambaran Cerita Rakyat “Legenda Asal Mula

Salatiga” Dalam Bentuk Film Kartun 2D, Naskah Publikasi,

JurusanTeknik Informatika, Amikom, Yogyakarta, 2011.

Pusat Arkeologi Nasional, Distribusi Hasil Bumi di Semarang Dengan Wilayah

Sekitarnya, Jakarta Selatan, 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

77

Robert van niel, Measurement of Change Under the Cultivation System in Java,

1837-1851, dalam bahasa Indonesia, 14 oktober 1972.

Rony Gunawan Sunaryo, dkk, Pengaruh kolonialisme pada morfologi ruang kota

jawa, periode 1600-1942, seminar Nasional Riset Arsiektur dan

Perencanaan, 22-23 agustus 2014, Jurusan Teknik Arsitektur dan

Perncanaan UGM.

Semarang Metro, Nostalgia Salatiga; Ngebul, Markas Kesatuan Elite Belanda, 3

November 2014.

Suara Merdeka; Semarang Metro, Salatiga Kota Terindah di Jawa Tengah, 8

September 2014.

Suara merdeka.com, Seputar Salatiga:Penduduk Miskin 8,28 Persen, 21 Juni

2011.

The Brussels Journal; The Voice of Conservatism in Europe, Crisis in Belgium:

Resurgam, Flanders Gains Momentum, Reuters, 18 September 2007.

Wawasan Sosial, Indonesia Pada Masa Kolonial Eropa.

W.F Wertheim, The Indonesian Town, Studies in Urban Sociology (A. Manteau,

S.H. Bruxell, W. van Hoeve Ltd, 1958).

Zulkarnain, Sejarah Sosial Ekonomi, Makalah Diskusi, Jurusan Pendidikan

Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta.

WEB:

PTPN IX GETAS – SALATIGA

Suara Merdeka.com

versesofuniverse.blogspot.co.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: halaman merge Combined - core.ac.uk fileiv PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak Bambang Prihono (1960-2010), Ibu terkasih Siti Arbiyati, Dimas Prasetya, dan tempat

78

www.kopi-ireng.com

www.salatiga.nl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI