Gangguan Depresi yang Disertai Penyakit Diabetes Melitus.doc
Transcript of Gangguan Depresi yang Disertai Penyakit Diabetes Melitus.doc
Gangguan Depresi yang Disertai Penyakit Diabetes Melitus
Jennifer Tannus
102012155
F8
Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari – hari kita seringkali mengalami banyaknya masalah ,
dimulai dari masalah ringan sampai berat dan dimulai juga dari masalah yang dapat kita
selesaikan sampai yang tidak dapat kita selesaikan. Sehingga masalah itu terus larut dalam
pikiran kita dan menganggu proses kehidupan sehari – hari kita. Sampai ada juga orang yang
mengalami gangguan kejiwaan dan dapat memberatkan penyakit yang sedang ia derita atau
membuat sistem kekebalan tubuh kita akan menjadi lemah karena sudah tidak dapat lagi
mengontrol semua permasalahan yang sedang ia hadapi.
Terdapat berbagai macam cara kita untuk menyelesaikan masalah – masalah yang kita
hadapi dengan hal yang sederhana seperti meminta solusi ataupun bercerita kepada orang lain
yang dapat kita percaya sehingga tidak membuat kita untuk berpikir sendirian. Telah banyak
diteliti bahwa dengan bercerita atau berbagi masalah kita kepada orang lain akan mengurangi
tingkat depresi kita.
Pembahasan
Anamnesis
Pertama- tama seperti biasanya kita akan melakukan anamnesis terlebih dahulu untuk
mendapatkan data – data dan persetujuan pasien dalam menentukan suatu diagnosis. Disini
pasien harus dibuat dengan tempat yang senyaman mungkin karena dalam kenyataannya,
tempat dengan kondisi tertentu akan mempengaruhi kehidupan dan fungsionalitas psikis
seseorang. Seperti pengaturan perabotan contohnya meja, kursi, lemari harus sedemikian
1
sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan tidak sebaliknya yaitu menekan, meneganggkan
bahkan mudah menambah kcemasan yang sudah ada.1
Menurut penelitian pemilhan tempat duduk oleh pasien, diteliti oleh Brockman &
Moller (1973) dan hasilnya menunjukkan, pada pasien yang lemah – pasif dan mudah
bergantung, cenderung memilih tempat yang jaraknya lebih besar, sebaliknya pasien yang
dominan atau terlalu yakin pada diri sendiri atau pula bersikap bebas, cenderung memilih
pengaturan tempat duduk yang mendekat.1
Dan penataan ruangan jangan terlalu rapi karena akan menimbulkan kesan yang
sangat formal demikian juga terhadap cahaya lampu yang tidak langsung menyoroti masing –
masing pribadi serta warna yang cerah.
Pada wawancara pendahuluan ini diperoleh data pribadi atau hasil – hasil
pemeriksaan, termasuk misalnya hasil pemeriksaan psikologis melalui tes psikologi. Data
pribadi meliputi berbagai hal yang bisa memberikan keterangan mengenai diri pasien secara
lebih lengkap dan mendalam, biasanya dikenal dengan data riwayat kasus (case history).1
Proses wawancara ini didahului dengan percakapan basa – basi untuk mencipta
rapport, suatu percakapan sosial yang membutuhkan beberapa waktu bisa lama atau singkat
untuk meredakan ketegangan dan memasuki suasana wawancara yang lebih serius.
Wawancara permulaan dianggap oleh para ahli sebagai suatu yang sangat penting, karena
proses selanjutnya benar – benar sangat bergantung dari apa yang terjadi pada saat dilakukan
pertemuan pertama kali. Kalau wawancara permulaan bisa berlangsung dengan baik, pada
klien mulai tumbuh kepercayaan terhadap konselor.1
Menanyakan keluhan utama pasien, hal ini merupakan gambaran masalah pasien yang
menyebabkan pasien meminta bantuan. Harus diusahakan untuk mencatat pernyataan
deklaratif yang ringkas dalam bahasa pasien sendiri, contohnya “ saya tidak bisa berhenti
menangis”.
Riwayat penyakit sekarang, hal ini didapat dengan mengajukan pertanyaan open –
ended kepada pasien. Pasien didorong untuk menghubungkan riwayat dalam kata – katanya
sendiri. Pewawancara harus berusaha untuk mendengarkan pasien sambil menyatakan
keprihatinannya dan perhatian dan secara serentak mengamati perilaku pasien. Akan
2
membantu jika dibuat catatan ringkas dari riwayat pasien. Namun, hal ini tidak boleh
menghalangi pasien atau menganggu pasien untuk mengadakan hubungan.
Riwayat pskiatrik masa lalu, dalam hal ini termasuk gejala dan diagnosa psikiatrik
sebelumnya yang kemungkinan dialami oleh pasien seperti jumlah, tempat, dan lama
perawatan psikiatrik, riwayat usaha bunuh diri, jenis medikasi psikotropik yang diresepkan
dan dosis maksimum yang dicapai, lama medika dan efek yang dicapai dan tipe serta
lamanya psikoterapi rawat jalan.
Menanyakan juga tentang riwayat psikiatrik keluarga, informasi yang sama seperti di
atas ditentukan untuk anggota keluarga pasien. Setelah itu riwayat medis masa lalu harus
dikarateristikan dengan baik. Efek dari penyakit medis dan obat – obatan terhadap alam
perasaan, pemikiran dan perilaku pasien.riwayat medis keluarga, informasi yang sama seperti
tercantum di atas ditentukan untuk anggota keluarga pasien. Terutama, ditentukansetiap
riwayat ateroskelrotis, stroke, demensia, dan gangguan metabolik atau genetik.
Riwayat penggunaan alkohol dan obat. Laporkan penggunaan alkohol, kokain, ganja,
fenilsklikdin hidroklorida (PCP) dan zat lain oleh pasien dalam hubungan dengan jumlah,
lama penggunaan, kekerapan dan efek yang diinginkan. Cari hubungan temporal antara
masalah yang timbul dan penggunaan atau penarikan akibat zat yang digunakan.
Riwayat pekerjaan dan riwaat perkembangan dan sosial. Hal ini merupakan sket
biografi ringkas dari pasien sejak lahir hingga sekarang, termasuk perincian berikut: ukuran
selama perkemabngan prenatal atau kelahiran pasien, wakttu dari tahap perkembangan utama,
ciri – ciri dari hubungan dengan orang tua, saudara sekandung, dan teman – teman, jenis
sekolah yang dimasuki dan tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai, riwayat hubungan
interpersonal, minat dan hobi, status perkawinan sekarang, jumlah anak, keadaan kehidupan
dan jenis dukungan keuangan.
Seperti hal melakukan anamnesis yang seperti biasa kita wajib untuk:1
1. Memperkenalkan diri kita siapa dan kita sebagai apa agar tidak terjadi timbulnya rasa
ketidakpercayaan pada pasien ada awal mula bertatap muka.
2. Meminta persetujuan pasien untuk mencatat dan menanyakan riwayat psikiatriknya.
3
3. Bertanya kepada pasien dengan pertanyaan yang terbuka, seperti “coba ceritakan apa
yang sodara rasakan”. Hindari pertanyaan yang jawabannya hanya “ya” atau “tidak”.
Usahakan menyusun pertanyaan agar jawabannya akan diberikan lengkap. Hindari
pertanyaan yang menghambat kebebasan untuk menjawab. Hindari berbicara terlalu
banyak. Hindari keinginan untuk memperoleh keterangan yang terlalu cepat.
4. Ajukan pertanyaan secara langsung dengan menatap mata.
5. Bila pasien mengalami kesulitan untuk menceritakan pengalamannya, kita dapat
memfasilitasi dengan anggukan, pertanyaan – pertanyaan yang empatik seperti
“kedengarannya sulit ya”, sehingga dapat mendoronh pasien untuk melanjutkan
ceritanya.
6. Tidak interogeratif, menggurui dan menghakimi.
7. Menanyakan dari onset penyakit yang telah diderita oleh pasien.
8. Menanyakan faktor etiologinya dan distressnya
9. Menanyakan apakah adanya gangguan fungsi ( pekerjaan, sosial dan fungsi
keseharian)
Setelah selesai mengemukakan mengenai perlunya kreativitas untuk menentukan
sesuatu keputusan, baik pada konselor maupun pasiennya. Model pemecahan – persoalan
seperti perumusan masalah pada tahap ini ada tiga aktivitas yang berutuan yaitu perumusan
masalah oleh pasien, penjalbaran alternatif perumusan masalah oleh dokter dan pasien,
keputusan untuk memilih satu perumusan masalah untuk diskusi awal. Setelah tahap ini
selesai, kalau pasien bisa menerima perumusan, diteruskan dengan tahap berikutnya.
Sebaliknya kalau pasien tidak menerima, akan diulang dari permulaan.1
Dalam kasus ini didapatkan seorang wanita berusia 66 tahun dikonsulkan kebagian
psikiatri karena mengamuk saat dirawat di RS. Pasien tersebut dirawat karena mengalami
peningkatan gula darah puasa disertai luka pada kaki yang sudah berbau. Pasien mengalami
DM tipe 2 sejak 25 tahun yang lalu, pasien selalu menjaga diet pola makan dan kontrol
teratur, namun akhir – akhir ini pasien bosan menjalani semuaperawatan dan inginmenyusul
suaminya saja yang sudah wafat. Beberapa bulan terakhir, pasien makan dengan porsi tinggi
4
karbohidrat dan minum – minuman manis, tidak berolahraga, lebih banyak tidur dan tidak
mau melakukan kegiatan harian.
Pemeriksaan fisik
Selain anamnesis yang sangat mendukung disini kita tetap harus melakukan
pemeriksaan fisik dimana ditakutkan pasien dapat terdiagnosa dengan gangguan mental
organik karena pada fisik pasien terlihat adanya luka pada kaki yang berbau dan terdapat
peningkatan gula darah puasa.2
Seperti biasa kita melakukan pemeriksaan keadaan umum, keasadaran, dan tanda –
tanda vital. Kemudian kita lanjutkan pada pemeriksaan status mental pasien. Pembedakan
gangguan fungsi mental psikiatrik dari organik biasanya secara langsung, tetapi kadang –
kadang sulit. Status mental organik yang membingungkan seringkali disebabkan oleh
intoksikasi / penarikan akibat zat yang disalahgunakan atau zat yang diresepkan, infeksi
sistemik atau SSP. Agitasi, konfusi, disorientasi, pikiran aneh, halusinasi auditorik, euforik,
atau depresif dan penurunan sensorium harus selalu menunjukkan adanya kemungkinan suatu
gangguan mental organik.2
Kemungkinan gangguan mental organik harus selalu diingat. Status mental dan
temuan dari pemeriksaan fisik dapat menimbulkan kecurigaan atau memberikan bukti yang
memperkuat, tetapi diagnosis dari penyakit organik biasanya dimulai dari riwayat.
Kemudian pemeriksaan pasien tanda – tanda dari gangguan mental organik yaitu
setiap pasien psikiatrik harus menjalani skrining menyeluruh yaitu, pemeriksaan fisik umum
dan neurologik.disamping pemeriksaan yang rutin kita harus mempertimbangkan juga apabila
gambaran umum pasien dari habitus, perhatian terhadap hygiene, pakaian, kebersihan,
kelelahan atau anxietas yang tidak seharusnya, keadaan gemetar yang tak terkoordinasi,
bicara dan proses berpikir, pasien terdepresi, manik atau skizonfrenia.2
Pemeriksaan penunjang
Disini karena pasien terlihat adanya luka pada bagian kaki yang sudah berbau,
kemungkinan besar pasien dicurigai terdapatnya gangren yang disebabkan karena diabetes
melitus tipe 2. Dan pada saat anamnesis dilakukan pasien mengatakan mempunyai riwayat
diabetes melitus tipe 2 pada 25 tahun yang lalu. Oleh karena itu kita akan melakukan
5
pemeriksaan penunjang untuk lebih memperkuat diagnosis yang akan ditegakkan, dengan
cara melakukan test TTGO.
WHO menganjurkan untuk diabetes mellitus dilakukan tes toleransi glukosa oral
dengan beban glukosa 75 gram. Kriteria diagnosis yaitu puasa ≥ 126 mg/dl dan dua jam pasca
beban ≥ 200 mg/dl, dengan tambahan mereka yang tergolong toleransi glukosa terganggu
didiagnosis juga sebagai diabetes melitus.3
Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO adalah :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari
(dengankarbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti
biasa.
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
airputih tanpa gula tetap diperbolehkan.
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa.
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkandalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit.
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelahminum larutan glukosa selesai.
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
atau GDPT(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.4
Pemeriksaan penunjang yang terakhir dapat kita lakukan dengan melakukan kultur
pus untukmengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuaidengan
jenis kuman. Inilah berikut klasifikasi Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik
menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “
6
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Working diagnosis
Dari keluhan yang pasien derita bahwa pasien akhir – akhir ini bosan menjalani
semua perawatan dan ingin menyusul suaminya saja yang sudah wafat. Beberapa bulan
terakhir, pasien makan dengan porsi tinggi karbohidrat dan minum – minuman manis,tidak
berolahraga, lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan kegiatan harian. Maka dapat saya
diagnosa bahwa pasien mengalami depresi yang diakibatkan oleh kematian sang suami
sehingga menyebabkan penyakit diabetes melitus pasien yang telah lama muncul kembali dan
menjadi lebih buruk karena dipengaruhi oleh aktivitas sehari – hari.
Istilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afek ( mood )
sebagai gejala primer, semua gejala lain bersifat sekunder. Afek bisa terus –menerus depresi
atau gembira ( dalam mania ) dan kedua episode ini bisa timbul bersamaan. Penyakit dengan
hanya satu jenis serangan dinamai unipolar, jika episode manik dan depresif keduana ada
disebut bipolar. Semua gejala inimerupakan depresi primer. Depresi sekunder bisa mengikuti
kelainan psikiatri lain atau penyakit fisik.5
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala pernyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya
serta gagasan bunuh diri.6
Depresi merupakan salah satu masalah ksehatan mental utama saat ini, yang mendapat
perhatian serius. Di negara berkembang, WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2000
depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan
menjadi penyebabkematian kedua terbesar kematian setelah serangan jantung. Karena depresi
termasuk gangguan jiwa, maka kita bisa mengatakan bahwa 80% orang menderita gangguan
jiwa. Banyak yang menganggap depresi sebagai kesedihan biasa yang lumrah, bukan sebuah
gangguan jiwa yang perlu mendapat perhatian khusus. Padahal, jika dibiarkan dan tidak
7
segera diatasi, depresi bisa menjadi pemicu dari gangguan kesehatan mental atau kesehatan
fisik lainnya.
Pada telesurvei Intisari, sebagian besar orang mengalami depresi tingkat ringan. Yang
mengalami depresi tingkat berat “ hanya” sebesar 5%. Depresi dianggap ringan jika gejala
yang sering muncul hanya satu. Jika ada paling tidak lima gejala yang sering muncul, depresi
bisa dikategorikan tingkat berat.
Depresi berat biasanya dinamakan endogen yaitu depresi yang muncul karena sebab
dari dalam, misalnya genetik dan biokimia. depresi berat mungkin lebih erespon terhadap
terapi obat dan ECT. Ini berikut gejala – gejala yang sering muncul pada gejala depresi.
Tabel1. Gejala – Gejala pada Depresi
Gejala Persentase
Mengalami sulit berkonsentrasi atau menjadi pelupa 74%
Kehilangan semangat untuk melakukan hobi atau aktivitas sehari – hari 74%
Gangguan tidur atau sering terbangun di tengah malam 74%
Murung, mudah marah 62%
Kehilangan selera makan atau ingin ngemil 60%
Capek berkepanjangan 57%
Merasa putus asa atau sulit untuk melupakan permasalhanyang sulit dihadapi 53%
Merasa tidak berharga atau sangat bersalah 48%
Sedih berkepanjangan atau merasa pikiran kosong 46%
Pesimis terhadap masa depan 19%
Seseorang dianggap mengalami depresi jika ia menunjukkan lima atau lebih gejala
dari sepuluh gejala depresi tersebut. Dari sepuluh gejala itu, yang paling sering ditemukan
adalah tiga gejala pertama, yaitu sulit berkomunikasi atau menjadi pelupa, kehilangan
8
semangat untuk melakukan hobi atau aktivitas, serta mengalami gangguan tidur atau sering
terbangun di tengah malam.5
Dapat juga terjadi gangguan pada gejala psikis seperti hilangnya rasa percaya diri,
orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif,
termasuk menilai diri sendiri. mereka senang sekali membandingkan dirinya dengan orang
lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih
berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan dan pikiran negatif lainnya. Dan orang
tersebut menjadi lebih sensitif, orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan
segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang
netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan.
Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akanmaksud orang lain,
mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri.
Orang juga menjadi merasa dirinya menjadi tidak berguna, perasaan ini muncul arena
mereka menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang mereka kuasai.
Perasaan bersalah mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu
hukuman atau akbat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusna
menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.
Dan terakhir perasaan terbebani, banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kesushan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani
tanggung jawab yang berat.
Dapat juga menimbulkan gejala pada sosial, masalah depresi yang berawal dari diri
sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya.
Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada
umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi
dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun
masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada dianatar kelompok
dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu
untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
9
Tabel2. Penilaian Kriteria Depresi7
Tidak
pernah
atau
sedikit
Kadang -
kadang
Cukup
sering
Hampir
selalu
1. Saya merasa tidak bersemangat dan
sedih
2. Saya merasa paling semangat pada
pagi hari
3. Saya menangis atau merasa seperti
ingin menangis
4. Saya mengalami kesulitan tidur pada
malam hari
5. Saya makan sebanyak yang biasa
saya makan
6. Saya masih menikmati seks
7. Saya merasa berat badan saya turun
2. Jantung saya berdetak lebih cepat
dari normal
3. Saya merasa lelah tanpa alasan
tertentu
4. Pikiran saya jernih seperti biasanya
5. Saya merasa mudah melakukan hal –
hal yang biasa saya lakukan
10
6. Saya merasa gelisah dan tidak dapat
tenang
7. Saya merasa penuh harapan akan
masa depan
8. Saya lebih mudah tersinggung
daripada biasanya
9. Saya merasa mudah membuat
keputusan
10. Saya merasa saa berguna dan
dibutuhkan
11. Hidup saya cukup bermakna
12. Saya merasa orang lain akan lebih
baik jika saya mati
13. Saya masih menikmati hal – hal
yang biasa saya lakukan
Keterangan :
1. Tidak pernah atau sedikit (1)
2. Kadang- kadang (2)
3. Cukup sering (3)
4. Hampir selalu (4)
5. Nilai total diperoleh dengan menjumlahkan nilai – nilai yang untuk setiap pertanyaan.
Semakin depresi responden, semakin tinggi nilai ang diperoleh. Klien yang depresi
biasanya memiliki nilai lebih dari 60
11
Differential diagnosis
Karena dari keluhan utama pasien yang sudah ingin menyusul suaminya yang telah
wafat dapat kemungkinan lain pasien terdiagnosis dengan tentamen suicide. Tentamen
suicide merupakan sesuatu yang ingin melakukan bunuh diri merupakan kematian yang
diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Harold I, Kaplan & Berjamin J. Sadock,
1998). Penyebab bunuh diri pada usia lanjut seperti perubahan status dari mandiri ke
tergantung, penyakit ang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di
masyarakat, kesepian dan isolasi sosial, kehilangan ganda seperti pekerjaan, kesehatan dan
pasangan, dan terakhir dapat uga diakrenakan sumber hidup berkurang.
. Tanda dan Gejala tak langsung seperti merokok, mengebut, berjudi, tindakan
kriminal, terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara sosial, perilaku yang menimbulkan stress.
Sedangkan gejala yang secara langsung seperti gangguan makan, ketidakpatuhan pada
tindakan medik, keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak
berharga, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan
berat badan berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
Patofisiologi
Kadar neurotransmiter, terutama norepinefrin danserotonin, menurunpada depresi.
Neurotransmiter ini dilepaskan dari neuronsinaptik untuk memungkinkannya memasuki
sinaps dan berikatan dengan reseptor pascasinaptik. Depresi terjadi jika terlalu sedikit
neurontransmiter dilepaskan, jika neurontransmiter berada di sinaps terlalu singkat, jika
neurontransmiter terlalu cepat diabsorpsi kembali oleh neuron prasinapstik yang telah
melepaskannya.
Etiologi
1. Genetika
Insiden dalam masyarakat umum sebesar 1% dan dalam keluarga tingkat pertama 10 -
15%. Jenis transmisinya kemungkinan poligenik, mengarah ke berbagai tingkat
prediposisi. Penyakit bipolar dan unipolar bersifat menurun.12
2. Biokimia
Katekolamin menyatakan bahwa setidaknya beberapa penyakit depresi berhubungan
dengan defisiensi katekolamin pada reseptor di otak. Indolamina membuat pernyataan
serupa untuk hidroxitriptamin ( 5HT). Metabolit utamanya asama 5-hidroksi indol
asetat ( 5HIAA) menurun dalam LCS pasien depresi, dan 5HIAA rendah pada otak
pasien yang bunuh diri.
3. Tes Hormon dan Deksametason
Kelaianan depresi major dihubungkan dengan hipersekresi kortisol dan kegagalan
menekan sekresi kortisol sesudah pemberian deksametason.
4. Insiden Seks
Wanita dua kali lebih sering dan dihubungkan dengan menopause. Bunuh diri dan
saat masuk rumah sakit biasanya menstruasi.
5. Pengaruh Musim
Pada akhir musim semi dan awal musim panas insiden penyakit dan bunuh diri
meningkat.( seasonal affective disorder )
Epidemiologi
Di eropa danAS selama musim dingin 3% dari penduduk dihinggapi depresi. Pada
wanita usia 15 – 50 tahun mempunyai resiko 4 kali lebih sering daripada pria. Letak geografis
berepran pada insidensinya, semakin utara semakin banyak penderitanya, misalnya di Alaska
dekat kutub utara setinggi 10%.
Penatalaksanaan
Pencegahan untuk Depresi
1. Terbuka dan jangan suka memendam masalah. Didunia ini tidak ada orang yang luput
dari masalah.orang yang tidak mempunyai masalah cenderung tidak mempunyai
pegangan. Sedikit sekali ada orang yang selalu biasa mengatasi masalahnya sendiri.
13
2. Curhat dan sharing, kalau masalah tidak dapat dipecahkan secara sendiri lebih baik
mengajak teman untuk sharing, atau siapapun orang yang kita percayai.
3. Kerjakan banyak hal saat waktu senggang dan masih muda, banyak cara untuk
menghilangkan beban perasaan. Selain olahraga, membaca buku, menonton dan
istirahat adalah penting artinya dalam hidup.
4. Mencoba yang belum pernah, bukan berati coba – coba sesuatu yang mengundang
resiko, akan tetapi menguji nyali diri untuk melakukan yang dapat mensupport diri.
Penatalaksaan Non – Farmakologi
1. Terapi Cahaya
Depresi musim dingin ini seringkali dapat diatasi secara efektif dengan terapi vahaya
yang mampu memperbaiki biologis ang terganggu. Caranya pasien harus duduk 2 kali
sehari selama 1 jam dibawah 4 - lampu dari 40W ( minimal 2500 lux; 1 lux =
kekuatan cahaya dari 1 lilinpada jarak 1m ). Mata pasien tidak perlu ditutup, karena
perlu terkena cahaya. Dengan demikian produksi melatonin yang juga dinamakan
hormon tidur alamiaholeh epifisis dihambat dan sisntesis serotonin memperbaiki
suasana. Terapi ini tidak boleh dikombinasi dengan penggunaaan antidepresan
trisiklik karena senyawa ini membuat retina lebih peka bagi cahaya.
2. Terapi Interpersonal
Berfokus pada kesulitan dalam hubungan, seperti reaksi berduka. Misalnya individu
yang ketika masih kanak - kanak tidak pernah belajar bagaiman mempunyai dan
mempercayai teman diluar struktur keluarga, mengalami kesulitan membina suatu
persahabatan ketika dewasa. Terapi interpersonal membantu individu menemukan
cara untuk menyelesaikan tugas perkembangan ini.
3. Penghentian Obat
Menyingkirkan penyebab gejala depresi seperti defisiensi vitamin B12, C, steroid dan
hormon
4. Berolahraga
14
Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan dan kebingungan disebabkan
oleh pikiran dan perasaan yang negative. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood
negative adalah dengan berolahraga.
5. Diet
Symptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan ntrisi di dalam tubuh.
Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah seperti
mengkonsumsi kafein secara berkala, gula, kekurangan vitamin B dan C
6. Terapi Elektrokonvulsif
Psiakiater dapat menggunakan terapi ECT untuk mengobati depresi jika klien tidak
dapat menoleransi efek samping antidepresan, banyak tipe antidepresan tidak efektif,
atau pasienmemiliki kondisi kesehatan yang menghalangi penggunaan tipe
antidepresan apapun. ECT bilateral (pemberian arus listrik pada kedua hemisfer otak )
menyebabkan suatu periode ketidaksadaran singkat, kejang umum dan kehilangan
memorijangka panjang yang permanen. Efek samping ECT yang lain ialah fraktur
tulang, cedera jaringan lunak
7. Psikoterapi
Kombinasi psikoterapi dan obat – obatan psikoterapeutik dianggap sebagai terapi
yang paling efektif untuk mengatasi gangguan depresi. Teknik terapi perilaku
dilakukan melalui pembentukan kembali perilaku individu.
Penatalaksanaan Farmakologi
Antidepresan Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif
Nama Dagang Dosis Implikasi Keperawatan
Fluoksetin ( Prozac ) 10 – 80mg/hari Berikan pada pagi hari.
Apabila dosis dibagi berikan
dosis kedua pada pagi hari
untuk menghindari dari
insomnia. Timbang berat
15
badan setiap minggu.
Interaksi obat : aprazolam,
carbamazepin, diazepam
Sertralin ( Zoloft ) 50 – 200 mg/hari Dapat diberikan pada sore
hari atau pagi hari. Periksa
cairan dan natrium pada
lansia
Antidepresan Trisiklik
Nama Dagang Dosis Implikasi Keperawatan
Amitriptilin ( Elavil ) Dewasa : 75 – 300 mg/hari
Geriatrik: 10 – 25mg pada
jam tidur
Dikontraindikasikan pada
infark miokardium akut,
gangguan kejag dan
kehamilan
Klomipiramin ( Anafranil ) 75 – 300mg/hari dalam dosis
terbagi
Berikan bersama makanan
untuk mengurangi efek
samping GI.
Dikontraindikasikan pada
infark miokardium akut,
kehamilan dan Ibu menyusui
Imipramin ( Tofranil ) Dewasa : 75 – 300 mg/ hari
dalam dosis terbagi
ES: peningkatan BUN.
Berikan bersama makanan
dan laporkan penambahan
berat badan.
16
Prognosis
Depresi berat merupakan suatu kondisi yang menagncam jiwa sehingga diwajibkan
untukmelakukan perawatan inap secarapaksa. Bila pasien secar aktif untuk bunuh diri atau
pernah secara serius mencoba bunuh diri, perawatan inap benar – benar diwajibkan.5
Penutup
Kesimpulan
Depresi merupakan terganggunya funsgi manusia yang terkadang dapat sampai
menimbulkan gangguan fisik kita sehingga membuat kita menjadi tidak produktif dalam
sosial maupun ekonomi. Depresi terbagi menjadi depresi ringan, sedang sampai berat.
Depresi ringan dapat sembuh total atau juga dapat menjadi depresi yang sangat berat
dikarenakan penangan yang tidak benar – benar. Dan apabila sudah menjadi depresi berat
kemungkinan untuk rekurens akan lebih besar. Secara tidak sadar gangguan depresi akan
menimbulkan segala macam penyakit yag dikarenakan sistem imun tubuh kita akan menurun
diakibatkan karena gejala dari depresi.
Daftar Pustaka
1. Gunarsa SD. Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia; 2007. p. 98
– 102.
2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simandibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. ed.5. Jakarta: nterna Publishing; 2009. p.1873-1960.
3. Maulany RF. Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC; 2007.p 90 – 5.
4. Welsby PD. Clinical history taking and examination. Harcourt Publishers Limited:
London; 2002.p.18-34.
5. Whole brain training for social intelligent. Jakarta:Gramedia; 2010.p. 16 – 8.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC. 2006. p.1260-70.
7. Videbeck SL. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC; 2008.p.17.
17
18