Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian...

134
i PENGARUH TERAPI SELF HELP GROUP PADA WANITA DIABETES TIPE 2 DENGAN KOMORBID DEPRESI TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh Nama : Fetty Theralisa No. Mahasiswa : 20080310076 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

description

Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

Transcript of Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian...

Page 1: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

i

PENGARUH TERAPI SELF HELP GROUP PADA WANITA DIABETES TIPE 2 DENGAN KOMORBID DEPRESI TERHADAP PENGENDALIAN

KADAR GLUKOSA DARAH

PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat MemperolehDerajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

Nama : Fetty Theralisa

No. Mahasiswa : 20080310076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2012

Page 2: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

ii

PENGARUH TERAPI SELF HELP GROUP PADA WANITA DIABETES TIPE 2 DENGAN KOMORBID DEPRESI TERHADAP PENGENDALIAN

KADAR GLUKOSA DARAH

PROPOSALKARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat MemperolehDerajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

Nama :Fetty Theralisa

No. Mahasiswa :20080310076

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2012

Page 3: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

iii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PENGARUH TERAPI SELF HELP GROUP PADA WANITA DIABETES TIPE 2 DENGAN KOMORBID DEPRESI TERHADAP PENGENDALIAN

KADAR GLUKOSA DARAH

Disusun oleh:

Fetty Theralisa20080310076

Yogyakarta,8 Februari 2012

Disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

dr. Denny Anggoro Prakoso

Anggota Tim Penguji

dr. Kusbaryanto

Mengetahui

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes

Page 4: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Fetty Theralisa

NIM : 20080310076

Program studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka

dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil jiplakan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 8 Februari 2012

Yang membuat pernyataan,

Fetty Theralisa

Page 5: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada

Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis

Pengaruh Terapi Sefl Help Group pada Wanita Diabetes Tipe 2 dengan Komorbid

Depresi Terhadap Kadar Glukosa Darah”.

Maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memenuhi

sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bantuan, dorongan semangat dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

2. dr.Denny Anggoro Prakoso, selaku dosen pembimbing KTI,

3. Kedua orang tuaku Abdul Hamid, S.E., M.Hum, dan Husnur Hayati yang

tidak pernah lelah memberikan doa dan dukungan serta perhatian yang

tulus kepada penulis,

4. Sahabat-sahabat kelompok KTI Hendra Setyawan, Karina Mayang Sari,

Nopi Purnamasari yang telah berjuang bersama, susah maupun senang,

telah dilalui dalam proses penelitian sampai Karya Tulis Ini dapat

terselesaikan.

5. Sahabat-sahabatku di FKIK UMY atas pengalaman hidup yang

mendewasakan, bantuan dan motivasinya sehingga Karta Tulis Ilmiah ini

dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

Page 6: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

vi

dari pembaca. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini nantinya dapat bermenfaat bagi

pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan kedokteran di Indonesia.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Page 7: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

vii

DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI....................................................................................iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.........................................................................iv

KATA PENGANTAR........................................................................................................v

DAFTAR ISI...................................................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN...................................................................................................xi

DAFTAR TABEL............................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xiii

ABSTRACT......................................................................................................................xiv

INTISARI.........................................................................................................................xv

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................6

C. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................7

1. TUJUAN UMUM..................................................................................................7

2. TUJUAN KHUSUS...............................................................................................7

D. MANFAAT PENELITIAN.......................................................................................7

E. KEASLIAN PENELITIAN.......................................................................................8

BAB II...............................................................................................................................9

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................9

A. DASAR TEORI.....................................................................................................9

1. Diabetes Melitus.................................................................................................9

2. Depresi.............................................................................................................17

3. Self Help Group................................................................................................25

Page 8: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

viii

4. Teori-Teori Hubungan Diabetes dan Depresi......................................................32

5. Stres Kaitannya dengan Metabolisme Glukosa...................................................34

B. KERANGKA KONSEP..........................................................................................36

C. HIPOTESIS.............................................................................................................37

BAB III............................................................................................................................38

METODOLOGI PENELITIAN.......................................................................................38

A. DESAIN PENELITIAN.......................................................................................38

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN.............................................................38

C. POPULASI DAN SAMPEL.................................................................................38

D. SUBYEK PENELITIAN......................................................................................40

E. PROTOKOL PENELITIAN................................................................................41

F. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN...................................................................43

G. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL..................................................43

H. ANALISIS DATA................................................................................................45

I. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS.............................................................45

J. PERTIMBANGAN ETIKA DAN IJIN PENELITIAN........................................46

K. RENCANA KEGIATAN.....................................................................................46

BAB IV............................................................................................................................47

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................47

A. HASIL PENELITIAN..........................................................................................47

1. Analisis Data Dasar..........................................................................................47

2. Karakteristik Subjek Kelompok SHG dan Kontrol...........................................48

3. Tabel Karakteristik Demografi Pasien..............................................................48

4. Tabel Karakteristik Baseline Pasien.................................................................49

5. Kepatuhan Subjek Kelompok SHG..................................................................51

6. Analisis Pengaruh SHG Terhadap Kadar Glukosa Darah.................................53

B. PEMBAHASAN..................................................................................................54

BAB V.............................................................................................................................58

KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................58

A. KESIMPULAN....................................................................................................58

B. SARAN................................................................................................................58

Page 9: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

ix

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................60

LAMPIRAN.....................................................................................................................65

Page 10: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

10

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

Kedua Orang Tua penulis Ayah dan Mama

Abdul Hamid, S.E ,M. Hum dan

Husnur Hayati

yang selalu memberikan yang terbaik kepada penulis, kasih sayang, cinta,

doa, harapan, maupun materi.

Almarhumah Nenek dan Kakek

tersayang, terima kasih banyak atas doanya kepada cucumu

ini. Semoga cucumu ini bisa membuat kalian bangga.

Saudara penulis Yogi Atmanagara dan Fivie

Oktarina yang selalu mendukung semua langkah penulis.

Teman-teman dan semua pihak yang ikut terlibat dalam penelitian ini baik

secara langsung maupun tidak langsung

Page 11: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

11

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

DM : Diabetes Melitus

GDP : Glukosa Darah Puasa

HT : Hipertensi

IRT : Ibu Rumah Tangga

OBD : Obvious Depression Scale

PNS : Pegawai Negeri Sipil

SD : Sekolah Dasar

SD : Standar Deviasi

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SHG : Self Help Group

SMA : Sekolah Menengah Atas

TB : Tinggi Badan

WHO : World Health Organization

Page 12: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM

Tabel 3. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

Tabel 4. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

Tabel 5. Sensitivitas dan spesifisitas BDI berdasarkan cut off points untuk diagnosis depresi pasien diabetes

Tabel 6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 7. Karakteristik Subjek Kelompok SHG dan Kontrol

Tabel 8. Uji Normalitas Data

Tabel 9. Karakteristik Demografi Pasien

Tabel 10. karakteristik Baseline Pasien

Tabel 11. Kehadiran Mengikuti Tahapan Pertemuan Kelompok Intervensi

Table 12. Kehadiran Mengikuti Tahapan Pertemuan Kelompok Kontrol

Tabel 13. Analisis Uji Tidak Berpasangan Kadar Glukosa Darah Puasa dan Skor Depresi Kedua Kelompok

Tabel 14. Analisis Uji Berpasangan Kadar Glukosa Darah Pretest dan Post test Pada Kedua Kelompok

Page 13: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah – Langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa

Gambar 2. Skema Protokol Penelitian

Page 14: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

xiv

ABSTRACT

The Influence of Self Help Group Therapy on Type 2 Diabetic Woman with Comorbid Depression to Control Blood Glucose Level

Fetty Theralisa1, Denny Anggoro Prakoso2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen

Kedokteran Keluarga dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Background: Indonesia is the fourth country in the world with the largest number of people with diabetes mellitus, especially type 2 diabetes. Diabetics are often comorbid with depression. But, 2/3 of that patients not recognized and did not get therapy in the majority of primary health centres. Diabetics with depression often associated with uncontrolled blood glucose levels. It is important to know the relationship between depression scores on blood glucose levels.

Methods: This research looking for the influence of Self Help Group therapy to controlled blood glucose levels in 26 type 2 diabetics woman with depression. The design of this research used quasi-experimental study. Data obtained using BDI questionnaire and measurements of fasting blood glucose levels.

Results: Analysis of Wilcoxon Signed Ranks Test showed that there is a significant influence of Self Help Group therapy to control blood glucose levels and decreased depression scores with p value are 0.011 and 0.001 (p<0.05). Analysis of Mann-Whitney Test showed that there is significant differences between intervention group and control group to control blood glucose levels and decreased depression score with p value are 0.022 and 0.001 (p<0.005).

Conclusion: From the research results we can concluded that there is a significant influence of Self Help Group therapy to control blood glucose levels and decreased depression scores

Keywords: blood glucose levels, depression scores, Self Help Group.

Page 15: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

xv

INTISARI

PENGARUH TERAPI SELF HELP GROUP PADA WANITA DIABETES TIPE 2 DENGAN KOMORBID DEPRESI TERHADAP PENGENDALIAN

KADAR GLUKOSA DARAH

Fetty Theralisa1, Denny Anggoro Prakoso2

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2Departemen Kedokteran Keluarga dan

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Intisari

Latar Belakang: Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar di dunia, terutama tipe2. Penderita diabetes seringkali rentan menjadi komorbid dengan depresi. Namun 2/3 pasien tersebut sering tidak dikenali dan tidak mendapat terapi pada sebagian besar pusat kesehatan primer. Penderita diabetes dengan depresi seringkali berhubungan dengan glukosa darah yang tidak terkontrol. Untuk itu penting diketahui hubungan antara skor depresi terhadap kadar glukosa darah.

Metode Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara pemberian terapi Self Help Group terhadap skor depresi dan penurunan kadar glukosa darah puasa pada 26 subjek. Rancangan penelitian ini menggunakan kuasi-eksperimental. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner BDI dan pengukuran kadar glukosa darah puasa.

Hasil: Analisis uji Wilcoxon-Signed Ranks menunjukkan nilai signifikan penurunan kadar glukosa darah dan skor depresi sebelum dan sesudah terapi Self Help Group, berturut-turut sebesar 0,011 dan 0,001 (p<0,05). Analisis uji Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikan rata-rata penurunan kadar glukosa darah dan skor depresi antara kelompok intervensi dan kontrol, berturut-turut sebesar 0,022 dan 0,001 (p<0,05).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara terapi Self Help Group dengan kadar glukosa darah dan skor depresi.

Kata Kunci : Self Help Group, skor depresi, kadar glukosa darah

Page 16: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

xvi

Page 17: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,

terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. World Health

Organization (WHO) sebelumya telah merumuskan bahwa DM merupakan

sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat

tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik

dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut

atau relatif dan ganguan fungsi insulin (Gustaviani, 2007).

Menurut International Diabetes Federation (IDF), terdapat 177 juta

penduduk dunia yang menderita diabetes melitus pada tahun 2002. World Health

Organization (WHO), memprediksi data diabetes melitus tersebut akan

meningkat 300 juta dalam 25 tahun mendatang (Suyono, 2006).

Dikutip dari pernyataan Professor Paul Zimmet AO Director, International

Diabetes Institute Melbourne, Australia, jumlah  penderita  diabetes  diseluruh

dunia saat ini  diperkirakan sekitar 190 juta. Pada tahun 2025,  jumlah 

ini diperkirakan  meningkat menjadi lebih dari 330 juta,  dengan  mayoritas 

Page 18: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

2

kasus adalah diabetes tipe 2. World Health Organization Regional Office for the

Western Pacific (WHO/WPRO), the International Diabetes Federation (IDF),

Regional Pasifik Barat, dan Sekretariat Komunitas Pasifik, memperkirakan

setidaknya 30 juta orang diwilayah tersebut terkena diabetes (Asian-Pacific Type

2 Diabetes Policy Group, 2011).

Data dari World Health Organization (2011) juga mencatat bahwa

Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di

dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO memastikan peningkatan

pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 paling banyak dialami negara-negara

berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka tertinggi untuk penderita

diabetes melitus terutama tipe 2.

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan

upaya penanganan yang tepat dan serius karena dapat menimbulkan komplikasi

seperti : penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistim saraf. Beberapa jenis

DM terjadi karena interaksi yang kompleks dari lingkungan, genetik, dan pola

hidup sehari-hari. DM dibagikan kepada beberapa kelas yaitu DM tipe 1, DM

tipe 2, DM tipe lain, dan DM kehamilan (ADA, 2005).

Depresi merupakan masalah yang sering dijumpai pada penderita diabetes

yang perlu mendapat perhatian. Depresi seringkali terjadi komorbid dengan

diabetes walaupun seringkali tidak dikenali dan tidak mendapatkan terapi pada 2/3

pasien dengan kondisi tersebut (Katon, 2008).

Page 19: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

3

Fisher, dkk (2001) membuat rangkuman faktor psikososial yang

mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes. Depresi lebih banyak

dijumpai pada: perempuan, ras minoritas, tidak menikah, umur pertengahan,

status sosial ekonomi rendah dan tidak bekerja. Melihat karakteristik penyakitnya,

depresi dijumpai lebih tinggi bila terdapat komorbiditas atau komplikasi, adanya

riwayat depresi sebelumnya, derajat hendaya yang tinggi dan rasa nyeri yang

menetap.

Pada penelitian Putranto (2004) di RSCM, didapatkan proporsi depresi

pada pasien diabetes melitus tipe II sebesar 41% dan Hasil penelitian diatas tidak

jauh berbeda dengan hasil penelitian Peyrot, dkk (1997) yang mendapatkan

prevalensi depresi pada pasien diabetes melitus sebesar 41,3%. Didapatkan angka

37,6% depresi pada nilai HbA1c <9,5%, angka 40,6% pada nilai HbA1c 9,5-

12,0% serta 43,6% pada nilai HbA1c >12,0%. Ini berarti kontrol gula darah yang

buruk berhubungan dengan tingginya kejadian depresi.

Boyle, dkk (2007) melakukan penelitian dengan menguji hubungan gejala

depresi dengan konsentrasi glukosa. Yang mana tingkat glukosa ditentukan

dengan tiga variabel ( diabetes, glukosa terganggu, dan normal) dan gejala depresi

diukur dengan Obvious Depression Scale (OBD) dari Minnesota Multiphasic

Personality Inventory. Hasilnya menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan

dari interaksi OBD dengan konsentrasi glukosa (P=0.0001). OBD positif

berhubungan dengan konsentrasi glukosa pada kedua kelompok ras (Afrika-

Amerika dan Kaukasia). Namun asosiasi ini lebih besar pada orang Amerika.

Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas hipotalamus-hipofisi- adrenal

Page 20: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

4

memainkan  peran penting dalam hubungan gejala depresi menjadi disregulasi

metabolisme glukosa dan dapat sedikit menjelaskan efek dari gejala depresi pada 

tingkat glukosa pada subjek laki-laki Afrika-Amerika dan Kaukasia.

Diabetes dan depresi mempunyai hubungan yang sinergis, diprediksikan

akan meningkatkan  angka kematian, insiden  yang besar  dari komplikasi 

makrovaskuler dan  mikrovaskuler, dan besarnya peningkatan  kejadian

kecacatan beraktivitas dalam kehidupan  sehari-hari, bahkan dengan kontrol pada

karakteristik sosiodemografi seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, akulturasi,

dan status perkawinan. Yang paling penting,  interaksi ini  ditemukan  bukan 

hanya untuk memprediksikan kejadian yang akan terjadi  tetapi  juga 

kejadian sebelumnya dari kejadian yang merugikan pada orang yang lebih tua

(lansia) (Black et al. 2003).

Perasaan stres (depresi) sering menjadi musuh dalam selimut dan dapat

memicu timbulnya berbagai penyakit. Mengingat Allah (Zikrullah) termasuk cara

yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres. Dengan mengingat dan

mengembalikan segalanya dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi.

Sesuai Al-Quran QS. Al-Raad:28,

“ Orang-orang beriman dan  yang  hatinya  dijamin  mengingat  Allah. Tidak

diragukan lagi,  dengan mengingat Allah hati terjamin. "

De Groot et al. (2001) melakukan sebuah metanalisis yang menunjukkan

hubungan klinis yang bermakna antara depresi dan berbagai macam komplikasi

Page 21: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

5

seperti retinopati, nefropati, neuropati, disfungsi seksual dan komplikasi

makrovaskular ukuran efek dari kecil hingga rentang sedang. Hasil ini

menunjukkan hubungan yang bermakna dan konsisten antara komplikasi diabetes

dengan gejala depresi.

Studi akhir ini menunjukkan bahwa koeksistensi depresi pada diabetisi

meningkatkan risiko kematian. Hasil dari studi NHANES mengindikasikan

individu diabetes dengan depresi memiliki kematian 54% lebih besar

dibandingkan dengan individu tanpa diabetes (Zhang et al. 2005). Diabetisi

dengan komorbid depresi risiko kematian pada sebab apapun meningkat 36%-

38% dalam periode 2 tahun (Katon et al. 2008).

Ironisnya penanganan depresi pada penderita diabetes tampaknya kurang

mendapat perhatian dibandingkan dengan komplikasi diabetes yang lainnya.

Kurangnya perhatian terhadap kondisi tersebut tidak seharusnya terjadi mengingat

depresi berhubungan dengan berbagai komplikasi diabetes dan kematian. Bukti

menduga bahwa pengenalan dan pengobatan untuk depresi kurang ideal dan

khususnya pada setting pelayanan primer dimana kebanyakan pasien dengan

diabetes mendapatkan perawatan (Egede, 2007).

Pusat pelayanan primer sering kali bertanggung jawab untuk mengelola

masalah ini dan berada pada posisi yang baik untuk menyediakan pelayanan yang

terintegrasi dalam meningkatkan keluaran fisik dan mental pasien (Riley et al.

2009). Pusat kesehatan masyarakat merupakan pusat pelayanan primer dalam

memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Puskemas menjadi ujung tombak

dalam pelayanan khususnya dalam pengelolaan pasien dengan diabetes. Dengan

Page 22: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

6

tugas ini diharapkan derajat kesehatan pasien dengan diabetes dan kondisi lain

yang menyertai termasuk diabetes dapat dikelola dengan baik sehingga kesehatan

optimal dan kualitas hidup pasien dapat tercapai.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 82,

” Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat

bagi orang-orang yang beriman.”

Manajemen diabetes di pusat kesehatan masyarakat tidak hanya

difokuskan pada pengelolaan farmakoterapi saja, akan tetapi non-farmakoterapi

juga menjadi pilar dalam pengelolaan. Self help group diharapkan bisa menjadi

salah satu bentuk non-farmakoterapi dalam usaha pengelolaan diabetes secara

lebih holistik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, peneliti ingin

menjelaskan, apakah terapi SHG ( Self Help Group ) mampu mengendalikan

kadar glukosa darah pada diabetes tipe 2 dengan komorbid depresi?

Page 23: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

7

C. TUJUAN PENELITIAN

1. TUJUAN UMUM

Menjelaskan seberapa besar pengaruh SHG (Self Help Group)

terhadap kadar glukosa darah diabetes tipe 2 dengan komorbid depresi di

puskesmas.

2. TUJUAN KHUSUS

1. Menjelaskan persentase kejadian depresi pada diabetes melitus

tipe 2 di puskesmas.

2. Menjelaskan kadar glukosa darah pada diabetes tipe 2 dengan

depresi sebelum dan sesudah dilakukan SHG (Self Help Group).

3. Menjelaskan karakterstik diabetes tipe 2 dengan depresi.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Terhadap Ilmu Pengetahuan

Sebagai usaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuan,

khususnya penerapan pengetahuan tentang penatalaksanaan non-

farmakologi diabetes melitus.

2. Terhadap Instansi Kesehatan

Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan data

tentang penderita diabetes melitus dalam rangka menyusun program

kesehatan selanjutnya dan upaya menurunkan angka kesakitan dan

kematian serta mampu mengembangkan metode SHG dimasyarakat.

Page 24: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

8

3. Terhadap Penderita Diabetes Melitus

Memberi sarana untuk saling bertukar pikiran bagi penderita

diabetes dengan depresi sehingga kadar glukosa darah terkendali dan dapat

meminimalkan komplikasi.

E. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian mengenai hasil guna terapi self help group terhadap kadar

glukosa darah pada diabetes tipe 2 dengan komorbid depresi sepanjang

penelusuran peneliti belum pernah dilakukan di Indonesia. Kesan ini didapatkan

setelah dilakukan pelacakan di internet dengan menggunakan kata kunci self help

group, glukosa darah, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan puskesmas.

Page 25: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI

1. Diabetes Melitus

a. Pengertian Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (2010) diabetes adalah

sebuah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya

hiperglikemia yang disebabkan karena kurangnya sekresi insulin, aksi

insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa

organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.

Gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk

heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika

telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai

oleh hiperglikemia puasa, aterosklerotik dan mikroangiopati, dan

neuropati (Price, 2006).

b. Klasifikasi Diabetes Melitus

Diabetes diklasifikasikan oleh American Diabetes Association

(2010), menjadi 4 tipe seperti yang terlihat pada tabel 1.

Page 26: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

10

Tabel 1. Klasifikasi Etiologi Diabetes Melitus

Tipe Diabetes Penyebab

Tipe 1

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut

- Autoimun- Idiopatik

Tipe 2

Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defiesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain

A. Defek genetik fungsi sel betaB. Defek genetik fungsi insulinC. Penyakit pankreas eksokrinD. EndokrinopatiE. Obat atau induksi kimiaF. InfeksiG. Sebab imunologi yang jarangH. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan

DM

Diabetes Melitus Gestational

(Sumber : American Diabetes Association, 2010 )

c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Price (2006) membagi gejala klinis diabetes berdasarkan tipenya.

Penderita DM tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang eksplosif

dengan polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah,

mengantuk (somnolen) yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa

minggu. Penderita dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta

Page 27: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

11

dapat meninggal kalau tidak mendapatkan pengobatan segera. Sebaliknya

pasien DM tipe 2 mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala

apapun. Pada hiperglikemia yang lebih berat,pasien tersebut mungkin

menderita polidipsia, poliuria, lemah, dan somnolen. Biasanya mereka

tidak mengalami ketoasidosis.

d. Gangguan Metabolisme pada Diabetes

Pada penyakit yang kompleks ini penggunaan bahan bakar tidak

normal: glukosa dibentuk berlebihan oleh hati dan sangat sedikit

digunakan oleh organ-organ yang lain. Pada pasien diabetes yang tidak

diobati, kadar insulin dalam darah relatif terlalu rendah dan kadar

glukagon relatif terlalu tinggi untuk kebutuhan tubuhnya. Karena

kekurangan insulin, masuknya glukosa ke dalam sel terganggu. Kadar

glukagon yang berlebihan dibandingkan dengan kadar insulin

menyebabkan jumlah fruktosa 2,6-bifosfat di hati berkurang. Karena itu,

glikolisis dihambat dan glukoneogenesis dirangsang. Karena efek

berlawanan fruktosa-2,6-bifosfat terhadap enzim fosfofruktokinase dan

fruktosa 1,6 biosfatase. Rasio glukagon/insulin yang tinggi pada diabetes

juga merangsang pemecahan glikogen. Jadi, glukosa dibentuk berlebihan

oleh hati dan dibebaskan ke dalam darah. Glukosa diekskresi ke dalam

urin (karena itu dinamai melitus), jika kadarnya dalam darah melampaui

kemampuan reabsorbsi tubulus renalis. Air akan menyertai glukosa yang

diekskresi, maka pasien diabetes yang tidak diobati, pada fase akut merasa

lapar dan haus (Stryer, 2000).

Page 28: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

12

Sebagian besar asam yang dihasilkan pada metabolisme normal

adalah dalam bentuk CO2 yang dengan mudah diekskresi oleh paru. Bila

kadar zat keton tinggi ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan

asam-basa. Pasien diabetes yang tidak diobati dapat jatuh ke dalam koma

karena pH darah turun dan dehidrasi. Peningkatan produksi zat keton

menyebabkan asidosis pada diabetes melitus tipe 1 atau diabetes yang

tergantung pada insulin (IDDM), yang biasanya dimulai sebelum umur 20

tahun. Istilah “tergantung pada insulin” berarti pasien membutuhkan

insulin dari luar. Sebaliknya, sebagian besar pasien diabetes mempunyai

kadar insulin darah yang normal atau lebih tinggi daripada normal, tetapi

seolah-olah tidak memberi respon terhadap hormon ini. Bentuk diabetes

seperti ini yang dikenal sebagai tipe 2 atau diabetes melitus yang tidak

tergantung pada insulin (NIDDM), khas timbul pada usia agak lebih tua

dibanding bentuk diabetes yang tergantung pada insulin (Stryer, 2000).

e. Glukosa Bereaksi dengan Hemoglobin Membentuk Suatu

Indikator Untuk Kadar Gula Darah

Indikator yang berharga untuk kadar glukosa darah telah

ditemukan dengan tak terduga pada penelitian dibidang yang berbeda,

yaitu transport O2. Selama umur sel darah merah (120 hari), glukosa,

glukosa 6 fosfat dan gula lain secara non enzimatik dapat membentuk

konjugat yang stabil dengan gugus amino α pada rantai β hemoglobin.

Gugus aldehida pada glukosa bentuk rantai terbuka, berkondensasi dengan

gugus amino ini membentuk basa Schiff. Reaksi yang reversible ini diikuti

Page 29: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

13

oleh reaksi-reaksi penataan kembali Amadori yang praktis ireversibel.

Pada penataan kembali ini, ikatan rangkap pindah ke C-2 glukosa untuk

membentuk derivat fruktosa dari hemoglobin yang stabil. Derivat ini yang

disebut HbA1c menunjukkan sifat elektroforesis yang berubah (Stryer,

2000).

Sel darah merah semua orang mengandung sedikit hemoglobin

A1c. Kecepatan pembentukannya berbanding lurus dengan kadar glukosa

darah. Pada pasien diabetes kadar hemoglobin A1c lebih tinggi daripada

normal (6% samapai 15% dibanding dengan 3% sampai 5%). Kadar

hemoglobin A1c menunjukkan konsentrasi glukosa darah dalam jangka

waktu beberapa minggu. Oleh karena itu, pemeriksaan kadar HbA1c tiap

beberapa minggu akan sangat berarti untuk menentukan apakah kadar

glukosa darah diabetes cukup terkontrol. Sebelum penemuan HbA1c

diperlukan pemantauan kadar glukosa darah lebih sering (Stryer, 2000).

f. Cara Penegakan Diagnosis

Ada perbedaan antara uji diagnostik diabetes dan pemeriksaan

penyaring. Uji diagnostik diabetes dilakukan pada mereka yang

menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring

bertujuan mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai

risiko DM.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan gula

darah sewaktu atau kadar gula darah puasa (tabel 2) kemudian dapat

Page 30: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

14

dilakukan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar (PB

PERKENI, 2006; Soegondo, 2007).

Tabel 2. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai

Patokan Penyaring dan Diagnosis DM

Bukan DMBelum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)

Plasmavena

< 100 100 ─ 199 ≥ 200

Darah kapiler < 90 90 ─ 199 ≥ 200

Kadar glukosa darah puasa (mg/dL)

Plasma Vena < 100 100 ─ 125 ≥ 126

Darah kapiler < 90 90 ─ 99 ≥ 100

(Sumber : PB PERKENI, 2006)

Diagnosis klinis diabetes melitus jika ada keluhan khas,

pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk

menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan gula darah puasa ≥ 126

mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk kelompok

tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu

kali saja abnormal belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka

abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa

darah sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari tes toleransi

glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥

200mg/dl. (PB PERKENI, 2006; Soegondo, 2007).

Page 31: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

15

Langkah-langkah diagnostik DM (gambar 1).

Gambar 1. Langkah – Langkah Diagnostik DM dan Gangguan Toleransi Glukosa

(Sumber : PB PERKENI, 2006)

g. Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis diabetes melitus secara jelas dan lengkap dapat

dilihat pada tabel 3.

Page 32: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

16

Tabel 3. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

1

Gejala klasik DM+ Glukosa darah sewaktu ≥ 200mg/dl (11.1 mmol/L)Glukosa sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhirAtau

2

Gejala klasik DM+Kadar Glukosa Darah Puasa ≥ 126 mg/dl (7 mmol/L)Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jamAtau

3

Kadar glukosa darah 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L)TTGO dilakukan dengan standar WHO menggunkan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrous yang dilarutkan ke dalam air

(Sumber : PB PERKENI, 2006)

h. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

Diabetes melitus sampai saat ini tidak dapat disembuhkan. Akan

tetapi, kadar glukosa darahnya dapat dikendalikan agar tetap selalu normal

dengan berbagai upaya pengobatan (Waspadji, 2005).

Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan

pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes

terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang

diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang

diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah. Kriteria

keberhasilan pengendalian.DM dapat dilihat pada tabel 4.

Page 33: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

17

Tabel 4. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus

(Sumber: PB PERKENI, 2006)

2. Depresi

a. Definisi Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta

bunuh diri (Kaplan, 2010). Depresi merupakan suatu kondisi yang dapat

disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik

neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di

SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002). Penderita diabetes

Page 34: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

18

melitus dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko seperti: usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perilaku merokok,

komplikasi, dan faktor-faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi

sehingga menjadi penderita diabetes dengan komorbid depresi.

Dalam pedoman penggolongan dan diagnosa gangguan jiwa di

Indonesia III (PPDGJ III) (1993) disebutkan bahwa gangguan utama

depresi adalah adanya gangguan suasana perasaan, kehilangan minat,

menurunya kegiatan, pesimisme menghadapi masa yang akan datang. Pada

kasus patologi, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrim untuk

bereaksi terhadap rangsang, disertai menurunnya nilai dari delusi, tidak

mampu dan putus asa (Maslim, 2001).

b. Tanda dan Gejala Depresi

Berdasarkan PPDGJ III, gejala-gejala depresi dikelompokkan

dalam dua katagori, yaitu:

1. Gejala Utama

a) Afek depresif

b) Kehilangan minat dan kegembiraan

c) Berkurangnya energi, mudah lelah dan menurunnya aktivitas

2. Gejala Tambahan (lainnya)

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Page 35: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

19

e) Gagasan/perbuatan yang membahaya atau bunuh diri

f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan terganggu

Sebagian besar pasien depresi mengalami penurunan dalam nafsu

makan namun beberapa diantaranya mengeluhkan adanya peningkatan

nafsu makan. Berbagai perubahan didalam asupan makanan dan pola

istirahat dapat memperberat penyakit medis yang menyertai seperti

diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru obstruktif dan penyakit jantung

(Saddock, 2003).

c. Penegakan Diagnosis Depresi

Penegakan diagnosis depresi adalah 2 dari gejala utama ditambah 2

dari gejala tambahan dan keduanya berlangsung minimal 2 minggu.

Diagnosis untuk episode depresi dapat dibuat apabila memenuhi kriteria

episode deprepsi menurut DSM IV maupun ICD-10. Selain penegakkan

diagnosis, terdapat skala penilaian depresi seperti Beck Depression

Inventory yang digunakan untuk membantu menilai beratnya derajat

depresi (Amir, 2005).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Lustman, et al., (1997)

melaporkan tentang sensistivitas dan spesifisitas instrumen BDI untuk

deteksi depresi pada pasien diabetes. Hasil tesebut dapat dilihat pada tabel

4. BDI merupakan alat skrining yang efektif untuk membedakan subjek

yang depresi dan tidak depresi dengan 21 item pertanyaan.

Page 36: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

20

Tabel 5. Sensitivitas dan spesifisitas BDI berdasarkan cut off points untukdiagnosis depresi pasien diabetes

Skor cut off BDI Sensitivitas Spesifisitas≥ 8≥ 10≥ 12≥ 14≥ 16

0,990,980,900,820,73

0,520,700,840,890,93

(Sumber: Lustman, et al., 1997)

Tes ini tidak membutuhkan sebuah wawancara, dapat diisi sendiri

dan memiliki toleransi yang baik, membutuhkan 5 sampai 10 menit untuk

menyelesaikannya dan dapat dinilai dengan mudah dan secara manual

dengan menjumlahkan nilai dari 21 item pertanyaan (Lustman, et al.,

1997).

d. Kriteria Diagnosis

A. Episode depresi ringan (F32.0)

Pedoman diagnosis

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas.

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainya.

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukanya.

Karakter kelima : F32.00 = tanpa gejala somatik

F32.00 = dengan gejala somatik

Page 37: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

21

B. Episode depresi sedang (F32.1)

Pedoman diagnosis

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0).

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainya .

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

Karakter kelima : F32.10 = tanpa gejala somatik

F32.11 = dengan gejala somatik

C. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2)

Pedoman diagnosis Semua gejala utama depresi harus ada.

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalkan agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok , maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian , penelitian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.

Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu , akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat , maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial , pekerjaan atau urusan rumah tangga , kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

D. Episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3)

Pedoman diagnosis

Page 38: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

22

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32,2 tersebut diatas.

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, dan pasien merasa tanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olafatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor .jika diperlukan , waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan efek (mood congruent).

E. Episode depresi lainya (F32.8)

F. Episode depresi YTT (F32.9)

G. Gangguan depresi berulang

Pedoman diagnosis Gangguan ini bersifat dengan episode berulang dari :

Episode depresi ringan (F32.0). Episode depresi sedang (F32.1). Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3).

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian efek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2)

Namun krategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hopomania (F30.0) segera sesudah suatu episode depresi (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode , namun sebagian kecil pasien mungkin mendapatkan depresi yang akhirnya menetap , terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan ).

Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

Page 39: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

23

H. Gangguan depresi berulang, episode kini ringan (F38.0)

Pedoman diagnosis

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-) harus memenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0); dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

Karakter kelima : F33.00 = tanpa gejala somatik

F33.01 = dengan gejala somatik

I. Gangguan depresi berulang , episode kini sedang (F33.1)

Pedoman diagnosis

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-)harus dipenuhi , dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang (F32.1); dan

b. Sekurang-kurang dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

Karakter kelima : F33.10 = tanpa gejala somatik

: F33.11 = dengan gejala somatik

J. Gangguan depresi berulang , episode kini berat tanpa gejala

psikotik (F33.2)

Page 40: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

24

Pedoman diagnosis

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-), harus dipenuhi , dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik (F33.2) ; dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna .

K. Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala

psikotik (F33.3)

Pedoman diagnosis

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-) harus dipenuhi , dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat dengan gejala psikotik (F32.3) ; dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna.

L. Gangguan depresi berulang, kini dalam remisi

Pedoman diagnosis

Untuk diagnosis pasti :

a. Kriteria untuk gangguan depresi berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi di masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun dalam F30-F39 ; dan

b. Sekurang-kurangnya dua episode telang berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna .

Page 41: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

25

3. Self Help Group

a. Definisi Self Help Group

Self help group, atau yang dikenal mutual help, mutual aid, atau

support group adalah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang

menyediakan dukungan sesama. Di dalam self help group, anggota

kelompok berbagi permasalahan yang dihadapi seringkali berupa masalah

kesehatan. Tujuan bersama mereka adalah saling membantu untuk

mengatasi, jika memungkinkan menyembuhkan atau mengembalikan dari

masalah yang mereka hadapi (Ahmadi, 2007; Magura et al. 2003). Di

dalam kelompok swabantu atau self help group tiap anggota saling berbagi

masalah baik fisik maupun emosional atau isu tertentu. Self help group ini

merupakan suatu bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada

berbagai situasi dan kondisi, terdiri dari dua orang atau lebih yang

memiliki masalah serupa untuk saling berbagi pengalaman dan cara

mengatasi masalah yang dihadapi (Keliat et al. 2007).

Self help group sebagai salah satu terapi kelompok telah digunakan

secara sukses dalam beberapa dekade pada pengobatan gangguan psikiatri

dan psikologi. Pada pasien dengan penyakit kronis, intervensi kelompok

menjadi lebih dikenal sebagai terapi tambahan pada terapi kedokteran

(Nicole, 2003).

Dalam self help group para anggota belajar bahwa mereka tidak

hanya sendirian yang menghadapi masalah. Salah satu efek yang paling

mungkin dari model terapi ini adalah penguatan (empowerment). Anggota

Page 42: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

26

self help group tergantung pada diri mereka sendiri, satu sama lain,

kelompok, mungkin kekuatan spiritual. Bersama mereka belajar

mengontrol masalah dalam kehidupan mereka. Anggota kelompok ini

berpegang pada pandangan bahwa yang mengalami masalah dapat

membantu satu sama lain dengan empati yang lebih besar dan lebih

membuka diri. Setiap anggota kelompok dapat menceritakan masalahnya,

perasaannya, hal-hal yang menyebabkan stres, bisa tentang penyakit yang

diderita, hal yang berkaitan dengan cara atau masalah-masalah lainnya

(Ahmadi, 2007).

Semua anggota dari self help group yang memiliki masalah yang

sama tidak hanya dapat menceritakan masalah atau perasaannya dan

menerima bantuan dari anggota lainnya, tetapi juga dapat memberikan

bantuan kepada anggota lainnya terkait dengan penyelesaian masalah yang

dihadapi. Anggota yang telah mampu mengatasi masalah tertentu dapat

berfungsi sebagai model peran berharga bagi mereka yang masih

membutuhkan dukungan dan informasi.

Self help group lebih santai dan ramah dalam menjalankan

aktivitasnya sehingga terlihat seperti klub sosial. Walaupun demikian,

sebenarnya tidak hanya fungsi dukungan sosial yang disediakan oleh self

help group. Self help group memberikan timbal balik kesetaraan,

kerjasama, kepedulian, meningkatkan pemberdayaan pribadi, harapan,

pemulihan kepercayaan, dan kualitas hidup. Self help group efektif dalam

meningkatkan fungsi, dukungan sosial, dan kualitas hidup, serta

Page 43: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

27

menurunkan rehospitalisasi dan efektif juga bagi orang dengan masalah

gangguan emosional (Humpreys, 1997). Bagi orang yang memiliki

kesehatan mental, self help group menyediakan dukungan sosial bagi

individu tersebut tetapi juga keluarganya. Intervensi self help group

memiliki bukti yang menjanjikan dalam membantu permasalahan mental

seperti berbagai gejala depresi (Morgan et al. 2008).

Mereka bisa memberikan dukungan, emosional, sosial, dan

dukungan praktis satu sama lain. Mereka dapat mengeksplor dan belajar

untuk memahami dan untuk melawan rasa malu dan stigma bersama,

untuk meningkatkan harga diri dan efektivitas diri (Ahmadi, 2007).

Melalui restrukturisasi kognitif anggota dapat belajar untuk mengatasi

stres, kehilangan dan perubahan pribadi (Silverman, 1992 cit Ahmadi,

2007).

Kelompok swabantu memiliki kualitas yang lebih positif karena

kelompok ini berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya tujuan yang

diinginkan dalam self help group ditentukan oleh dinamika kelompok itu

sendiri. Jika komponen utama dalam self help group yaitu kekuatan

hubungan interpersonal dan semua anggota kurang, maka tujuan kelompok

tersebut tidak akan tercapai. Sebaliknya jika hubungan interpersonal dan

masing-masing anggota erat merasa saling memiliki dan saling

mendukung, maka tujuan yang kelompok tersesebut akan tercapai.

Keberhasilan dari kelompok swabantu ini dapat dilihat dari tercapainya

Page 44: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

28

tujuan yang diharapkan dari eklompok, yang salah satunya dengan

menurunnya gejala (Chamberlin & Rogers, 1990).

b. Prinsip Kelompok Swabantu (Self Help Group)

Menurut Keliat et al. (2008) terdapat 9 prinsip dari kelompok

swabantu (self help group) yaitu sebagai berikut:

1) Self help group adalah kelompok informal dan dibimbing oleh volunter

2) Self help group bukan organisasi politik

3) Kepemimpinan bersifat kolektif

4) Pembiayaan untuk melaksanakan kegiatan ditanggung oleh bersama

kelompok

5) Tiap anggota berperan serta aktif untuk berbagi perasaan, pengetahuan

dan harapan dalam merawat anggota keluarga

6) Saling memahami dan membantu tanpa membeda-bedakan

7) Setiap anggota kelompok harus menghargai privasi dan kerahasiaan

masing-masing anggota

8) Kelompok mempunyai kemandirian (otonom) dalam mengambil

keputusan dengan melibatkan anggota keluarga

9) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab melaksanakan keputusan

yang telah diambil.

c. Pengorganisasian Kelompok Swabantu (Self Help Group)

Kelompok swabantu (self help group) terdiri dari leader

(pemimpin), anggota kelompok, dan fasilitator. Yang menjadi pemimpin

Page 45: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

29

adalah salah satu dari anggota kelompok, dimana setiap pertemuan akan

digantikan oleh anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota akan

mendapat giliran untuk menjadi pemimpin. Namun untuk awal pertemuan

fasilitator dapat berperan sebagai pemimpin agar anggota kelompok dapat

melihat dan belajar bagaimana menjadi pemimpin.

Tugas pemimpin (Keliat et al., 2008) adalah :

1) Memimpin jalannya diskusi

2) Memilih topic pertemuan sesuai dengan daftar masalah

3) Menentukan lamanya pertemuan

4) Mempertahankan suasana bersahabat agar anggota dapat kooperatif,

produktif dan berpartisipasi

5) Membimbing diskusi dan menstimuli anggota kelompok

6) Memberikan kesempatan peserta untuk mengekspresikan masalah

7) Memahami pendapat yang diberikan oleh anggota kelompok.

8) Menyimpulkan hasil diskusi setiap kali pertemuan

Sedangkan tugas fasilitator yang merupakan tenaga kesehatan

bertujuan membimbing atau memantau pelaksanaan self help group,

memberikan penjelasan dan motivasi anggota untuk mengungkapkan

masalah dan pendapatnya dan anggota kelompok mengikuti jalannya

pelaksanaan SHG sesuai dengan kesepakatan kelompok dan pemimpin.

Page 46: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

30

d. Pelaksanaan Self Help Group

A. Pertemuan pertama

Pada pertemuan yang pertama yang paling banyak berperan

adalah fasilitator karena anggota kelompok belum memahami

pelaksanaan SHG.

Langkah-langkah yang harus dilaksanakan fasilitator antara lain :

1. Pembukaan

i. Fasilitator dan anggota kelompok duduk bersama setengah

lingkaran

ii. Membuka diskusi dengan mengucapkan salam dan

pembukaan sesuai dengan agama masing-masing

iii. Memperkenalkan diri

iv. Menjelaskan tujuan, lama, dan tempat pertemuan

v. Mempersilahkan para anggota untuk memperkenalkan diri

satu persatu.

2. Kerja

i. Menjelaskan konsep self help group yang meliputi pengertian,

tujuan dan prinsip-prinsip self help group pada semua

anggota kelompok

ii. Membuat kesepakatan tentang aturan-aturan menegani

jalannya diskusi yang disepakati oleh semua anggota

kelompok

Page 47: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

31

iii. Menjelaskan dan memperagakan langkah-langkah kegiatan

self help group

a). Memahami masalah

Fasilitator menjelaskan dan memperagakan sebagai

leader dalam memperagakan cara mengidentifikasi

masalah. Fasilitator (sebagai leader) memfasilitasi anggota

untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya secara

bergiliran satu persatau sehingga dibuat daftar (list)

masalah

b.) Mengidentifikasi cara penyelesaian masalah

Fasilitator memfasilitasi anggota agar dapat saling

bertukar informasi dan pengalaman tentang masalah-

masalah yang dihadapi sehingga dapat ditemukan cara

penyelesaiannya.

c.) Memilih cara penyelesaian masalah

Fasilitator memfasilitasi semua pendapat anggota

kelompok tentang cara penyelesaian msalah yang dihadapi

yang dihadpi satu-persatu dengan mempertimbangkan

faktor-faktor yang dapat mendukung ataupun menghambat

penyelesaian masalah tersebut dan role play yang berkaitan

dengan cara penyelesaian masalah yang telah dipilih.

Page 48: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

32

3. Penutup

i. Menanyakan perasaan semua anggota setelah self help

group

ii. Menyepakati topik pertemuan berikutnya.

iii. Memilih leader atau ketua untuk pertemuan selanjutnya

iv. Membaca doa penutup

v. Mengucapkan salam penutup.

B. Pertemuan kedua sampai dengan pertemuan kedelapan

Untuk pertemuan kedua fasilitator masih bisa berperan sebagai

leader. Kemudian mulai dari pertemuan ketiga dan seterusnya, diskusi

dipimpin oleh leader dari anggota kelompok yang telah ditunjuk pada

pertemuan sebelumnya ada fasilitator bertugas dalam membimbing

jalannya diskusi.

4. Teori-Teori Hubungan Diabetes dan Depresi

Beberapa studi telah menyarankan bahwa gangguan depresi diikuti

dengan peningkatan aktivitas sistem simpatoadrenal yang diukur dengan

kadar norepinefrin, dopamin, dan epinefrin cairan serebrospinal, plasma,

dan urin (Kawakami et al. 1999; Lake, C.r. et al. 1982; Roy, A. et al.

1988; Maes, M. et al. 1990; Maes, M. et al. 1991 cit Arroyo, C. et al.

2004), yang kemudian dikenal berhubungan dengan toleransi glukosa

terganggu dan peningkatan glukosa darah (Surwit, R.S. et al. 1992).

Gangguan depresi juga berhubungan dengan disregulasi aksis

Page 49: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

33

hipotalamus-pituitari-adrenal (Kathol, R.G. et al. 1989 cit Arroyo, C. et al.

2004) yang mengakibatkan peningkatan pelepasan kortisol, pengambilan

glukosa yang berkurang, dan peningkatan kadar glukosa (Surwit, R.S. et

al. 1992 cit Arroyo, C. et al. 2004). Kemampuan untuk metabolisme

karbohidrat mungkin terganggu dengan peningkatan pelepasan hormon ini

pada depresi, yang memungkinkan peningkatan risiko berkembang

menjadi diabetes tipe 2 (Arroyo, C. et al. 2004).

Depresi berhubungan dengan perilaku yang kurang sehat seperti

merokok, aktivitas fisik yang kurang, serta intake kalori yang berlebihan

yang meningkatkan risiko diabetes tipe 2 (Strine, T. et.al. 2008). Depresi

juga berkaitan dengan kejadian obesitas sentral dan memiliki potensi

untuk berkembang menjadi toleransi glukosa terganggu (Weber, B. et al.

2000).

Diabetes mungkin meningkatkan risiko depresi oleh karena

perasaan ketakutan dan kehilangan ketika mendapatkan diagnosis ini dan

merasa perlu merubah gaya hidup agar tidak mendapatkan komplikasi

(Mezuk, B. et al. 2008).

Hubungan depresi dan diabetes pada beberapa studi menyimpulkan

bahwa hubungan keduanya adalah hubungan dua arah. Bukti menduga

paparan dan keluaran dapat berubah selama perjalanan hidup (Mezuk, B.

et al. 2008).

Ada dua kemungkinan mekanisme yang mendasari hubungan

antara diabetes tipe 2 dengan terjadinya depresi. Pertama, perubahan

Page 50: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

34

biokimia yang berhubungan dengan diabetes yang mana bisa

meningkatkan risiko terjadinya depresi (Talbot, 2000). Sebagai contoh,

hiperglikemia dan hiperinsulinemia meningkatkan aktivitas dari axis HPA

(Hipotalamus-Pituitari-Adrenal), kemudian merangsang sistim saraf pusat,

dan pada akhirnya mencetuskan depresi (Chan, 2003). Kedua, depresi

pada pasien diabetes mungkin dipandang sebagai hasil dari beban terhadap

suatu penyakit. Hal ini didukung dengan temuan bahwa ketika beban

terhadap diabetes meningkat, kemungkinan gangguan suasana hati

meningkat pula (Peyrot, 1999). Terlebih lagi, peningkatan prevalensi

depresi juga dapat dilihat pada pasien dengan penyakit kronis lain selain

diabetes (Katon, 2003).

5. Stres Kaitannya dengan Metabolisme Glukosa

Stres adalah suatu keadaan yang disharmoni atau yang mengancam

homeostasis. Efek stres terhadap regulasi glukosa telah banyak diteliti.

Cannon menunjukkan bahwa stres emosional dapat neningkatkan gula

darah dan glukosuria melalui peningkatan stimulus simpatoadrenal. Stres

juga meningkatkan produksi hormon hipofisis, katekolamin,

kortikosteroid, dan menekan pelepasan insulin. Akibatnya terjadi

peningkatan glukosa darah. Pola yang dilukiskan Cannon ini bersifat

adaptif, karena seringkali timbul dalam keadaan darurat. Dasar pola

adaptif ini adalah sekresi kelenjar adrenal yang memperkuat dan

mempertahankan reaksi darurat yang biasanya digerakkan oleh sistem

saraf simpatik. Pola tersebut adalah pelepasan adrenalin oleh kelenjar

Page 51: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

35

adrenal kedalam aliran darah yang juga menyebabkan dilepaskannya

glikogen di hati, kemudian dipecah menjadi karbohidrat yang masuk aliran

darah hingga glukosa darah naik. Selye meluaskan ide Cannon yaitu

bermacam situasi darurat tersebut mengakibatkan perubahan hormone

adrenokortikotropik yang bersifat adaptif. Chrousos mengajukan hipotesis

bahwa akibat stres kronik akan mengaktifkan sistem stres sehingga

terbentuk glukokortikoid yang akan meningkatkan lemak visceral akibat

akibat efek antagonisnya menekan hormon pertumbuhan dan gonad untuk

lipolisis. Keadaan ini ditemukan pada pasien depresi, ansietas kronik dan

sindrom metabolik X (obesitas viseral, resistensi insulin, hipertensi, dan

dislipidemia) (Mudjaddid, 2007).

Disamping jalur aksis HPA dikenal juga sistim saraf otonom

dalam regulasi metabolisme karbohidrat. Efek sistim saraf otonom

terhadap insulin ialah dengan cara menghambat atau mempermudah

sekresi. Cabang parasimpatik kanan n.vagus menginervasi islet pangkreas

dan stimulasi n.vagus kanan meningkatkan sekresi insulin. Sedangkan

stimulasi simpatis/adrenergik terhadap sel islet pangkreas akan

menyebabkan penghambatan atau memudahkan sekresi insulin

(Mudjaddid, 2007).

Stimulasi β-adrenergik pada level yang rendah memudahkan

sekresi insulin, sedangkan pada level yang tinggi atau stimulasi α-2

adrenergik akan menghambat sekresi insulin. Stimulasi α-2 adrenergik

juga akan merangsang pelepasan glukagon dari sel α pangkreas yang

Page 52: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

36

menyebabkan stimulasi produksi glukosa di hepar, juga mempromosi

koversi glikogen menjadi glukosa di hepar dan koversi lemak menjadi free

fatty acid (FFA) di jaringan adiposa. Epinefrin akan merangsang

glikogenolisis sedangkan stimulasi vagal akan menghambat produksi

glukosa hepar (Mudjaddid, 2007).

B. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan dasar teori diatas dapat disusun kerangka konsep penelitian

sebagai berikut: Penderita diabetes dengan komorbid depresi dapat berpengaruh

terhadap kadar glukosa darah. Menurut teori dari sumber-sumber dan penelitian

yang telah banyak dilakukan, depresi akan meningkatkan kadar glukosa darah.

Faktor- faktor yang berperan dalam pengendalian kadar glukosa darah pada

diabetes diantaranya: ketaatan pengobatan, malas memeriksakan darah, makan

dan minum berlebihan, dan biaya perawatan. Penderita diabetes dengan komorbid

depresi akan diukur kadar glukosa darahnya, kemudian diberikan terapi self help

group. Setelah diberikan perlakuan diharapkan kadar glukosa darah tetap

terkendali. Variabel inilah yang akan diteliti.

Page 53: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

37

Berdasarkan uraian kerangka konsep diatas dapat dibuat bagan kerangka

konsep seperti dibawah ini:

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

C. HIPOTESIS

Terapi SHG ( Self Help Group ) mampu mengendalikan kadar glukosa

darah pada kelompok penderita diabetes tipe 2 dengan komorbid depresi yang

mendapat perlakuan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.

DIABETES MELITUS

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA :

KETAATAN PENGOBATAN MALAS PERIKSA DARAH MAKAN/MINUM BERLEBIHAN BIAYA PERAWATAN

DEPRESI

KADAR GLUKOSA

TIDAK TERKENDALI

KADAR GLUKOSA

TERKENDALI

SHG

Page 54: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kuasi-eksperimental (quasi-

experimental) dengan menggunakan desain untreated control group untuk

mengetahui hasil guna terapi self help group pada wanita diabetes tipe 2

dengan komorbid depresi terhadap kadar glukosa darah.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di pusat kesehatan masyarakat Sedayu I dan

Kasihan II, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dengan estimasi waktu pelaksaan

2 bulan, mulai November 2011 sampai Januari 2012.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Target

Pasien wanita diabetes tipe 2.

2. Populasi Terjangkau

Pasien wanita diabetes tipe 2 yang tegak diagnosisnya berdasarkan

kriteria PERKENI 2006 yang kontrol di puskesmas di wilayah kabupaten

Bantul, Yogyakarta.

Page 55: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

2ˆ;

)(

][2 2

2

2

12

2

21

22ssZZ

n

39

3. Besar Sampel

Dengan menggunakan tingkat kemaknaan adalah 5% (Zα = 1,960)

dengan kekuatan (power) uji penelitian sebesar 80% (Zβ = 0,842),

digunakan rumus penghitungan sampel untuk rumus uji hipotesis dua

mean.

Rumus seperti yang tertulis dibawah ini :

Keterangan:

n : besar sampel

variansi angka yang menunjukkan penyimpangan

α : tingkat kemaknaan

Zβ : power

nilai rata-rata penurunan skor BDI populasi standar (dari pustaka)

S : simpangan baku populasi standar (dari pustaka)

Dari hasil penghitungan besar sampel didapatkan total besar sampel

adalah 50 orang, sehingga masing masing kelompok terdiri dari 25 orang.

Page 56: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

40

Untuk estimasi kasus drop out maka jumlah sampel masing-masing kelompok

menjadi 28 orang.

D. SUBYEK PENELITIAN

1. Kriteria Inklusi :

Diabetisi tipe 2 yang kontrol di puskesmas dengan: (1) jenis

kelamin wanita yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 sesuai dengan

kriteria PERKENI 2006; (2) berusia lebih dari 20 tahun; (3) ditemukan

gejala depresi dengan skor BDI lebih dari 10; (4) mengikuti terapi self help

group minimal sebanyak 3 kali pertemuan; (5) tidak menerima pengobatan

untuk gangguan psikiatri; (6) bersedia ikut dalam penelitian dengan

menandatangani informed consent; (7) pasien bukan perokok aktif dan

pecandu alkohol.

2. Kriteria Eksklusi :

(1) Pasien dalam kondisi hamil; (2) pasien mengalami komplikasi

berat yang berhubungan dengan diabetesnya.

Page 57: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

41

E. PROTOKOL PENELITIAN

Populasi Diabetisi di Wilayah Puskesmas

Populasi TerjangkauPasien Wanita Diabetisi Tipe II yang

Kontrol di Puskesmas

Wanita Diabetisi Tipe II dengan Komorbid Depresi

Wanita Diabetisi Tipe II Tanpa Komorbid Depresi

Penilaian Skor Depresi BDI

(Pretest)

Terapi Self Help Group Tanpa Terapi Self Help Group (kontrol)

Gambar 2. Skema Protokol Penelitian

Pengukuran Kadar Glukosa Darah (Pretest)

Pengukuran Kembali Kadar Glukosa Darah (Post test)

Page 58: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

42

1. Pasien yang menjadi subyek penelitian adalah diabetisi tipe 2

berjenis kelamin wanita yang kontrol di pusat kesehatan masyarakat.

Pasien kemudian dilakukan deteksi gejala depresi dengan menggunakan

instrumen Beck Depression Inventory (BDI). Pasien kemudian dinilai hasil

skor depresinya.

2. Subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi kemudian mengisi

lembar informed consent, kemudian dilakukan pembagian kelompok

perlakuan dan kontrol.

3. Seluruh subyek pada kedua kelompok sampel dilakukan

pengukuran kadar glukosa darah (pretest).

4. Kelompok perlakuan akan mendapat terapi self help group yang

dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, sedangkan kelompok kontrol tidak

mendapat terapi self help group.

5. Dilakukan pengambilan data awal berupa data identitas pasien,

data demografik, mengacu pada kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

6. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengikuti kegiatan

self help group subyek diminta untuk mengisi lembar jadwal kegiatan self

help group yang sudah dibuat dan disepakati bersama serta dilakukan cek

pertelepon atau kunjungan rumah secara acak.

7. Setelah kegiatan self help group selesai dilakukan dalam 4 kali

pertemuan pada kelompok yang mendapatkan terapi, dilakukan penilaian

Page 59: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

43

post test dengan mengukur kembali kadar glukosa darah pada kelompok

tersebut serta dilakukan juga pada kelompok kontrol.

F. ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner BDI

2. Informed consent

3. Ruangan (puskesmas)

4. Meja dan kursi

5. Lembar identitas diri

6. Lembar observasi

7. Alat tulis

8. Darah vena/kapiler

9. Spuit injeksi

10. Tourniquet

11. Kapas

12. Alkohol

13. Tabung dengan EDTA

G. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Jenis Variabel

a. Variabel Bebas (Independent) : self help group

b. Variabel Tergantung (Dependent) : kadar glukosa darah

Page 60: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

44

c. Variabel Antara :

d. Variabel Perancu :

2. Definisi Operasional :

a. Self Help Group (SHG): kelompok swabantu terdiri atas orang-

orang yang memiliki problematika yang sejenis lalu berkumpul

bersama untuk saling berbagi pengalaman mengenai masalah

mental, emosional, dan psikis masing-masing. Kebanyakan self

help group bersifat sukarela, asosiasi non-profit yang terbuka untuk

siapapun dengan keperluan atau minat yang sejenis.

b. Diabetisi tipe II: penderita wanita dewasa yang telah terdiagnosis

menderita diabetes melitus tipe 2 menurut kriteria PERKENI 2006

yaitu dengan pemeriksaan darah vena atau pasien yang telah

mendapatkan pengobatan rutin obat diabetes golongan sulfonilurea

yang diberikan dokter yang kemudian dilakukan pemeriksaan gula

darah kapiler.

e. Depresi : Skor yang menunjukkan tingkatan depresi yang dinilai

dengan menggunakan instrumen Beck Depression Inventory.

Instrumen ini terdiri dari 21 pertanyaan yang diberi skala 0-3,

dengan nilai maksimal adalah 63 dan minimal adalah 0. Penilaian

skala pengukuran BDI 0-9 : normal; 10-18 : depresi ringan; 19-29 :

depresi sedang; >30 : depresi berat. Variabel ini berupa skala

kategorikal (ordinal).

Page 61: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

45

f. Pusat kesehatan kasyarakat : unit pelaksanaan teknis dinas

kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab terhadap

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, sebagai penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

keluarga dan masyarakat, serta sebagai pusat pelayanan kesehatan

strata pertama.

g.Kasus drop out : subyek penelitian yang mengikuti kegiatan SHG

kurang dari 3 kali pertemuan dari jumlah total 4 kali pertemuan

yang dijadwalkan.

h.Kadar glukosa darah : pengukuran kadar glukosa plasma

menggunakan darah vena setelah pasien berpuasa sedikitnya

selama 8-10 jam. Pengukuran dilakukan di laboratorium.

H. ANALISIS DATA

Untuk mengukur perubahan pada kadar glukosa darah setelah

dilakukan terapi self help group digunakan Paired Sample T-Test untuk data

yang terdistribusi normal atau Wilcoxon Signed Rank Test apabila data tidak

terdistribusi normal. Perbedaan dianggap bermakna bila p<0.05 dengan

interval kepercayaan 95%.

I. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Penelitian ini menggunakan kuesioner BDI (Beck Depression

Inventory) untuk skrining depresi yang telah divalidasi oleh penelitian

Page 62: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

46

sebelumnya dan sudah diakui reliabilitasnya karena sudah digunakan berulang

kali.

J. PERTIMBANGAN ETIKA DAN IJIN PENELITIAN

Penelitian ini mengajukan persetujuan kepada komisi etika penelitian

biomedis pada manusia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, ijin pemerintah daerah Yogyakarta, ijin Dinas

Kesehatan Yogyakarta, ijin Pusat Kesehatan Masyarakat Bantul, dan

persetujuan pasien.

K. RENCANA KEGIATAN

Tabel 6. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

No KegiatanBulanMei 2011

Juni 2011

Juli 2011

Agustus 2011

September 2011

Oktober 2011

November 2011

1 Seminar proposal KTI

2 Pengumpulan sampel

3 Skrining depresi pada sampel

4 Pembagian kelompok terapi dan kontrol

5 Pengukuran kadar glukosa

6 Pelaksanaan terapi self help group

7 Pengukuran kadar glukosa

8 Menganalisa data hasil penelitian

9 Penyelesaian proposal KTI

Page 63: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Analisis Data Dasar

Peneliti melakukan survey terhadap 56 orang pasien diabetes

wanita yang kontrol di Puskesmas Sedayu I sebagai kelompok intervensi

dengan menggunakan instrument penelitian. Dari hasil survey didapatkan

data 31 orang yang masuk kriteria inklusi. Subjek kemudian dibagi

menjadi 4 kelompok berdasarkan kedekatan tempat tinggal untuk

memudahkan intervensi. Survey yang sama dilakukan pada 46 orang

pasien diabetes wanita yang kontrol di Puskesmas Kasihan II. Tiga puluh

empat orang masuk kedalam kriteria inklusi dan diambil sebagai subjek

penelitian kelompok kontrol.

Sebelum dilakukan intervensi, subjek pada kedua kelompok

diberikan pretest berupa pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

Kemudian kelompok intervensi diberikan terapi Self Help Group selama 4

kali pertemuan dengan lama ± 1 bulan mulai bulan November sampai

dengan Desember 2011. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan

dengan durasi yang sama dengan kelompok intervensi. Setelah itu

dilakukan post test terhadap kedua kelompok. Dalam perjalanan

Page 64: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

48

intervensi, didapatkan kasus drop out kelompok intervensi dan kelompok

kontrol masing- masing sebanyak 5 orang dan 9 orang.

2. Karakteristik Subjek Kelompok SHG dan Kontrol

Dibawah ini adalah tabel yang membandingkan karakteristik

subjek antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Variabel yang

digunakan antara lain berdasarkan umur, lama menyandang diabetes dan

penggunaan obat-obatan.

Tabel 7. Karakteristik Subjek Kelompok SHG dan Kontrol

Variabel SHG/n=26(rerata±SD)

Kontrol/n=25(rerata±SD)

Umur (tahun) ( 55,12 ± 8,968 ) (58,28±8,492)Lama DM (tahun) ( 3,740 ± 4,134 ) (6,68±5,057)Obat (n%) 24(92,3) 24(96,0)Insulin (n%) 2(7,7) 1(4,0)Kombinasi (n%) 2(7,7) 1(4,0)

Keterangan: DM : Diabetes Melitus; n: Jumlah subjek; SD : Standar deviasi ; SHG : Self Help Group

3. Tabel Karakteristik Demografi Pasien

Berikut adalah data karakteristik demografi pasien yang didapatkan

dari pengumpulan kuesioner. Berbagai variabel dari subjek pada kedua

kelompok dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pebedaan yang

bermakna secara statistik.

Page 65: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

49

Tabel 9. Karakteristik Demografi Pasien

Variabel SHG/n=26(rerata±SD)

Kontrol/n=25(rerata±SD)

95%CI P

Umur (tahun) (55,12±8,968) (58,28±8,492) -8,084-1,754 0,202Status Single(n%) Menikah(n%) Janda/cerai(n%)

0(0)19(73,1)7(26,9)

2(8,0)16(64,0)7(28,0)

-4,578- -1,5540,231-1,9980,320-2,110

0,0000,0130,008

Agama Muslim(n%) Non muslim(n%)

26(100)0(0)

17(68,0)8(32,0)

0,230-2,107-3,012- -1,098

0,0150,000

Pendidikan Tidak(n%) SD(n%) SMP(n%) SMA(n%)

5(19,2)8(30,8)9(34,6)4(15,4)

3(12,0)6(24,0)9(36,0)5(20,0)

-3,025- -1,100-1,404-0,1390,164-1,7721,433-4,367

0,0000,1080,0180,000

Pekerjaan RT(n%) PNS(n%) Swasta(n%)

15(57,7)1(3,8)6(23,1)

17(68,0)0(0)

6(24,0)

-1,660- -0,021-5,930- -1,820-1,678- -0,092

0,0450,0000,032

Penghasilan <808.000(n%) ≥808.000(n%)

21(80,8)5(19,2)

19(76,0)6(24,0)

0,235-2,0710,420-1,837

0,0140,000

Keterangan: CI : Confidential Interval; n : Jumlah subjek; P : Tingkat kemaknaan; PNS : Pegawai Negeri Sipil; RT : Rumah Tangga; SD : Standar Deviasi; SD : Sekolah Dasar; SHG : Self Help Group; SMP : Sekolah Menengah Pertama; SMA : Sekolah Menengah Atas

4. Tabel Karakteristik Baseline Pasien

Berikut adalah data karakteristik baseline pasien yang didapatkan

dari pengumpulan kuesioner. Berbagai variabel dari subjek pada kedua

kelompok dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya pebedaan secara

statistik.

Variabel SHG/n=26 Kontrol/n=25 95%CI P

Page 66: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

50

(rerata±SD) (rerata±SD)BB (kg) (56,31±10,395) (59,32±10,542) 0,137-0,503 0,320TB (cm) (149,73±4,285) (154,44±5,867) -7,592- -1,826 0,002BMI <18,5(n%) 18,5-24,9(n%) 25,0-29,9(n%) >30(n%)

0(0)13(50)

11(42,3)2(7,7)

0(0)12(48,0)11(44,0)2(8,0)

0-1,137-0,987-0,848-0,6941,277-3,576

00,0500,8440,000

Lama DM (tahun) (3,7404±4,1343) (6,68±5,057) 0,000-0,113 0,000Riwayat HTIya(n%)Tidak(n%)

17(65,4)9(34,6)

14(56,0)11(44,0)

-0,549-1,031-1,525-0,735

0,5490,493

Lama HT(tahun) (2,9615±3,5942) (2,61±4,816) 0,073-0,407 0,240Terapi DM Obat (n%) Insulin (n%) Kombinasi (n%)

24(92,3)2(7,7)2(7,7)

24(96,0)1(4,0)1(4,0)

1,178-5,178-1,773-3,159-1,773-3,159

0,0020,5820,582

Systole (mmHg) (138,85±17,338) (132,8±12,322) 48,55-65,541 0,000Diastole(mmHg) (86,92±12,890) (81,80±12,322) 0,000-0,113 0,000GDP pretest(mg/dl) (185,54±104,32) (156,80±70,354) 0,137-0,503 0,320Kolesterol total pretest(mg/dl) (219,92±35,922) (219,96±51,568) 0,615-0,918 0,713Skor BDI pretest (15,92±4,156) (16,92±5,943) 0,753-1,000 0,880

Tabel 10. Karakteristik Baseline Pasien

Keterangan: BB: Berat Badan; BDI: Beck Depression Inventory; BMI: Body Mass Index; CI: Confidential Interval; DM: Diabetes Melitus; GDP: Gula Darah Puasa; HT: Hipertensi; n: Jumlah subjek; P: Tingkat kemaknaan; PNS: Pegawai Negeri Sipil; RT: Rumah Tangga; SD: Standar Deviasi ; SD: Sekolah Dasar; SHG: Self Help Group; SMP: Sekolah Menengah Pertama; SMA: Sekolah Menengah Atas; TB: Tinggi Badan.

Page 67: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

51

5. Kepatuhan Subjek Kelompok SHG

Kehadiran subjek dalam proses penelitian disajikan dalam bentuk

tabel seperti di bawah ini. Subjek yang tidak mengikuti pretest atau post

test serta kehadiran yang kurang dari 3 kali pertemuan (75%) dikeluarkan

dari subjek penelitian (drop out).

Tabel 11. Kehadiran Mengikuti Tahapan Pertemuan Kelompok Intervensi

No Inisial Subjek Pretest SHG Post Test %1 2 3 4

1 Ny. A √ √ √ √ √ √ 1002 Ny.B √ √ √ √ √ √ 1003 Ny.C √ √ √ √ √ √ 1004 Ny.D √ √ √ √ √ √ 1005 Ny.E √ √ √ √ √ √ 1006 Ny.F √ √ √ √ √ √ 1007 Ny.G √ √ √ √ √ √ 1008 Ny.H √ √ √ √ √ √ 1009 Ny.I √ √ √ √ √ √ 10010 Ny.J √ √ √ √ √ √ 10011 Ny.K √ √ √ √ √ √ 10012 Ny.L √ √ √ √ √ √ 10013 Ny.M √ √ √ √ √ √ 10014 Ny.N √ √ √ √ √ √ 10015 Ny.O √ √ √ √ √ √ 10016 Ny.P √ √ √ √ √ √ 10017 Ny.Q √ √ √ √ √ √ 10018 Ny.R √ √ √ √ √ √ 10019 Ny.S √ √ √ √ √ √ 10020 Ny.T √ √ √ √ √ √ 10021 Ny.U √ √ √ √ √ √ 10022 Ny.V √ √ √ √ √ √ 10023 Ny.W √ √ √ √ √ √ 10024 Ny.X √ √ √ √ √ √ 10025 Ny.Y √ √ √ √ √ √ 10026 Ny.Z √ √ √ √ √ √ 10027 Ny.AA √ √ √ √ - - 7528 Ny.BB - - √ - - - 2529 Ny.CC - - √ √ √ √ 7530 Ny.DD - - √ √ √ √ 75

Page 68: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

52

31 Ny.EE - - - - - - 0Tabel 12. Kehadiran Mengikuti Tahapan Pertemuan Kelompok Kontrol

No Inisial Subjek Pretest Post Test %

1 Ny. A √ √ 1002 Ny.B √ √ 1003 Ny.C √ √ 1004 Ny.D √ √ 1005 Ny.E √ √ 1006 Ny.F √ √ 1007 Ny.G √ √ 1008 Ny.H √ √ 1009 Ny.I √ √ 10010 Ny.J √ √ 10011 Ny.K √ √ 10012 Ny.L √ √ 10013 Ny.M √ √ 10014 Ny.N √ √ 10015 Ny.O √ √ 10016 Ny.P √ √ 10017 Ny.Q √ √ 10018 Ny.R √ √ 10019 Ny.S √ √ 10020 Ny.T √ √ 10021 Ny.U √ √ 10022 Ny.V √ √ 10023 Ny.W √ √ 10024 Ny.X √ √ 10025 Ny.Y √ √ 10026 Ny.Z √ - 5027 Ny.AA √ - 5028 Ny.BB √ - 5029 Ny.CC - - 030 Ny.DD - - 031 Ny.EE - - 032 Ny.FF - - 033 Ny.GG - - 034 Ny.HH - - 0

Keterangan : √ : Hadir; - : Tidak hadir

Page 69: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

53

6. Analisis Pengaruh SHG Terhadap Kadar Glukosa Darah

Terapi Self Help Group dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan

interval ± 1 minggu antar pertemuan yang dilaksanakan dari bulan

November sampai dengan Desember 2011. Dilakukan pemeriksaan kadar

glukosa puasa sebanyak 2 kali yaitu sebelum terapi dan sesudah terapi.

Uji tidak berpasangan dilakukan dengan metode Independent

Sample T-Test untuk data yang terdistribusi normal atau Mann-Whitney

untuk data yang terdistribusi tidak normal.

Tabel 13. Analisis Uji Tidak Berpasangan Kadar Glukosa Darah Puasa dan Skor Depresi Kedua Kelompok

Variabel SHG/n=26(rerata±SD)

Kontrol/n=25(rerata±SD)

95%CI P

Skor depresi Pretest Post test ∆ perubahan

(15,92±4,156)(8,96±7,922)(6,961±8,121)

(16,92±5,943)(16,64±7,593)(0,280±8,448)

--

0,000-0,057

--

0,001GDPPretest(mmHg)Post test(mmHg)∆ perubahan

(185,54±104,32)(143,12±59,105)(42,423±9,161)

(156,80±70,354)(167,12±64,162)(-10,320±6,584)

--

0,000-0,058

--

0,022

Keterangan: CI : Confidential Interval; GDP : Glukosa Darah Puasa; n: Jumlah subjek; SD : Standar deviasi ; SHG : Self Help Group; ∆ perubahan : selisih post test-pretest.

Analisis uji berpasangan menggunakan metode Paired Sample T-

Test untuk data yang terdistribusi normal atau Wilcoxon Signed Ranks Test

untuk data yang terdistribusi tidak normal.

Page 70: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

54

Kelompok Pretest(rerata±SD)

Post Test(rerata±SD)

95%CI P

GDP SHG Kontrol

(185,54±104,32)(156,80±70,354)

(143,12±59,105)(167,12±64,162)

0,000-0,1120,408-0,792

0,0110,493

Skor depresi SHG Kontrol

(15,92±4,156)(16,92±5,943)

(8,96±7,922)(16,64±7,593)

0,000-0,1090,753-1,000

0,0010,946

Tabel 14. Analisis Uji Berpasangan Kadar Glukosa Darah Pretest dan Post test Pada Kedua Kelompok

Keterangan: CI : Confidential Interval; GDP : Glukosa Darah Puasa; n: Jumlah subjek; SD : Standar deviasi ; SHG : Self Help Group.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini berlangsung selama 4 minggu yang dibagi menjadi

tiga tahap yaitu tahap pertama pengambilan darah vena sebagai data

sebelum terapi, tahap kedua yaitu pemberian terapi Self Help Group

sebanyak 4 kali pertemuan untuk kelompok intervensi, tahap ketiga

pengambilan darah vena untuk data sesudah terapi. Hasil pengambilan

darah dikirim ke laboratorium untuk diperiksa kadar glukosa darah puasa

apakah ada kenaikan antara sebelum terapi dan sesudah terapi tiap

kelompok. Kesimpulan penelitian dilihat dari perbandingan rerata

penurunan kadar glukosa darah puasa antara kelompok intervensi dan

kelompok kontrol apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase wanita

penyandang diabetes dengan komorbid depresi sebanyak 57,14% di

wilayah Puskesmas Sedayu I dan 73,91% di wilayah Puskesmas Kasihan

II. Hal ini sejalan dengan pernyataan WHO (2011) bahwa Indonesia

Page 71: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

55

merupakan negara yang masih memiliki angka tertinggi untuk penderita

diabetes melitus terutama tipe 2.

Penyandang diabetes tipe 2 dengan depresi pada kelompok

intervensi dan kontrol didominasi oleh wanita lansia, dengan Body Mass

Index normal, status menikah, muslim, pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga, dengan penghasilan rata-rata perbulan kurang dari Upah Minimum

Regional (UMR) daerah Yogyakarta. Sementara tingkat pendidikan

bervariasi seperti yang tertera pada tabel 9 dan tabel 10. Pada penelitian

terdahulu Fisher, dkk (2001) membuat rangkuman faktor psikososial yang

mempengaruhi prevalensi depresi pada pasien diabetes diantaranya adalah

perempuan, ras minoritas, tidak menikah, umur pertengahan, status sosial

ekonomi rendah dan tidak bekerja.

Untuk sampel penelitian diupayakan memiliki karakteristik yang

homogen untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian. Pada

penelitian ini variabel yang bisa berpengaruh terhadap hasil penelitian

harus benar-benar tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok. Analisis

statistik telah dilakukan terhadap variabel umur, berat badan, lama

hipertensi, skor BDI pretest, glukosa darah puasa pretest, kolesterol

pretest dinyatakan tidak berbeda bermakna secara statistik.

Pada tabel kehadiran subjek dapat dilihat kepatuhan subjek dalam

mengikuti tahap-tahap dalam penelitian. Mulai dari pretest, intervensi,

maupun post test. Dari 34 subjek pada kelompok kontrol, subjek yang

drop out sebanyak 9 orang. Pada kelompok intervensi subjek drop out

Page 72: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

56

sebanyak 5 orang dari 31 subjek. Kehadiran subjek memenuhi target

minimal untuk penelitian ini yaitu 25 subjek, diluar subjek yang drop out.

Setelah data glukosa darah puasa sebelum dan sesudah terapi

didapatkan, dilakukan dua macam analisis untuk menilai pengaruh terapi

Self Help Group terhadap kadar glukosa darah puasa. Analisis yang

pertama adalah uji tidak berpasangan. Dari data pada tabel 13, dapat

dinilai bahwa skor depresi dan kadar glukosa darah puasa sebelum terapi

pada kelompok intervensi dan kontrol memiliki perbedaan yang tidak

bermakna. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua penelitian dimulai

dengan kondisi skor depresi yang tidak berbeda bermakna secara statistik

pada kedua kelompok untuk menghindari bias pada penelitian. Untuk hasil

setelah terapi, skor depresi antara kelompok memiliki perbedaan yang

bermakna secara statistik. Sedangkan untuk kadar glukosa darah puasa

tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok. Namun untuk

nilai rata-rata perubahan sebelum dan sesudah antar kedua kelompok

memiliki perbedaan yang bermakna pada skor depresi maupun kadar

glukosa darah puasa.

Analisis kedua adalah uji berpasangan yang dapat dilihat pada

tabel 14. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang

bermakna antara skor depresi dan glukosa darah puasa sebelum dan

sesudah terapi pada masing-masing kelompok. Kelompok intervensi

memiliki perubahan yang bermakna pada skor depresi dan glukosa darah

puasa antara sebelum dan sesudah terapi. Kebalikannya terjadi pada

Page 73: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

57

kelompok kontrol yaitu tidak ada perubahan yang bermakna pada skor

depresi dan glukosa darah puasa antara sebelum dan sesudah terapi.

Perubahan pada skor depresi didukung oleh pernyataan Mezuk, B. et al

(2008) dimana hubungan depresi dan diabetes pada beberapa studi

menyimpulkan bahwa hubungan keduanya adalah hubungan dua arah.

Bukti menduga paparan dan keluaran dapat berubah selama perjalanan

hidup. Sehingga kejadian depresi itu tidak mutlak selamanya namun bisa

berubah-ubah tergantung banyak faktor.

Dari kedua analisis diatas dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan

kadar glukosa darah pada kelompok yang menurun skor depresinya

(kelompok intervensi) dan tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah

pada kelompok yang tidak menurun depresinya (kelompok kontrol). Ada

dua kemungkinan mekanisme yang mendasari hubungan antara diabetes

tipe 2 dengan terjadinya depresi. Pertama, perubahan biokimia yang

berhubungan dengan diabetes yang mana bisa meningkatkan risiko

terjadinya depresi (Talbot, 2000). Sebagai contoh, hiperglikemia dan

hiperinsulinemia meningkatkan aktivitas dari axis HPA (Hipotalamus-

Pituitari-Adrenal), kemudian merangsang sistim saraf pusat, dan pada

akhirnya mencetuskan depresi (Chan, 2003). Kedua, depresi pada pasien

diabetes mungkin dipandang sebagai hasil dari beban terhadap suatu

penyakit. Hal ini didukung dengan temuan bahwa ketika beban terhadap

diabetes meningkat, kemungkinan gangguan suasana hati meningkat pula

(Peyrot, 1999).

Page 74: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan yang telah

dilakukan, dapat peneliti ambil beberapa kesimpulan:

1. Persentase kejadian depresi pada wanita diabetes melitus tipe 2 di

Puskesmas Sedayu I adalah 57,14% dan 73,91% di Puskesmas

Kasihan II.

2. Kadar glukosa darah puasa pada diabetes tipe 2 dengan depresi

sesudah diberikan terapi SHG (Self Help Group) mengalami

penurunan yang bermakna.

3. Rata-rata perubahan pada kelompok yang diberikan terapi Self Help

Group mengalami penurunan yang bermakna pada kadar glukosa

darah puasa dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan

terapi.

4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara terapi Self Help

Group terhadap pengendalian kadar glukosa darah.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar untuk meningkatkan keakuratan penelitian. Menilai parameter

yang lebih kompleks lagi yang berkaitan dengan glukosa misalnya glukosa

Page 75: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

59

darah sewaktu dan HbA1c serta parameter selain glukosa. Jangka waktu

yang digunakan untuk terapi Self Help Group agar lebih panjang sehingga

hasil penelitian yang didapat akan lebih baik. Cakupan wilayah dalam

menilai persentase maupun pengambilan subjek dilakukan pada daerah

yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada beberapa puskesmas.

Untuk pihak klinisi kesahatan dapat memulai menerapkan program

terapi kelompok seperti Self Help Group di wilayah puskesmas maupun

sekitarnya. Puskesmas lebih memperhatikan segi psikologis pasien

terutama pasien dengan penyakit kronis untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien.

Page 76: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

DAFTAR PUSTAKA

ADA( American Diabetes Association ), 2005. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care. Available from: http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/ [Accesed on 31 Maret]

Ahmadi, Kate.S. What is a self-help group at : http://psychcentral.com/lib/2007/what-is-a-self-help-group

Ali, S., Stone, M.A., Peters, J.L. 2006. The prevalence of comorbid depression in adults with type 2 diabetes : a systematic review and meta-analysis. Diabetic Medicine; 23(11):1165-1173

Amir, N. 2005. Depresi Aspek Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana. Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

American Diabetes Association (ADA), 2010. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care ; 33 (1) : 562-569

Arroyo, Casandra., Hu, Frank.B., Ryan, Louise, M., Kawachi, Ichiro., Colditz, Graham.A., Speizer, Frank.E., Manson, Joann. 2004. Depressive symptoms and risk of type 2 diabetes in women. Diabetes care : 27(1) : 129-133

Asian-Pacific Type 2 Diabetes Policy Group. Type 2 Diabetes Practical targets and Treatments. Fourth edition. 2005;2;8

http://www.idf.org/webdata/docs/T2D_practical_tt.pdf. Diakses 31 Maret 2011

Black, Sandra A., Kyriakos, Laura. Depression Predicts Increased Incidence of Adverse Health Outcomes in Older Mexican Americans With Type 2 Diabetes. Diabetes Care. 2003;26;2822-2828.

Boyle, Stephen H., et al. Depressive Symptoms, Race, and Glucose Concentrations. Diabetes Care; 30: 2484-2488.

Chan O, Inouye K, Riddell MC, Vranic M, Matthews SG. Diabetes and the hypothalamo-pituitary-adrenal (HPA) axis. Minerva Endocrinol. 2003;28:87–102.

Chaveepojnkamjorn, Wisit., Pichainarong, Natchaporn., Schelp, Frank.P., Mahaweewawat, Udomsak. 2009. A randomized controlled trial to improve the quality of life of type 2 diabetic patient using a self-help

Page 77: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

61

group program. South Asian Journal Tropical Medicine Public Health; 40(1) : 169-176

Cramer, J.A. 2004. A systematic review of adherence with medication for diabetes. Diabetes Care; 27(5):1218-1224

Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

De Groot M, Anderson R, Freedland KE, Clouse RE, Lustman PJ. Association of depression and diabetes complication: a meta analysis. Psycosomatic Medicine. 2001; 63; 619-30.

Dorland, W.A. Newman , 2002. Kamus Kedokteran DORLAND. Edisi 29. EGC: Jakarta

Egede, Leonard.E., Ellis, Charles. 2009. Diabetes and depression : global perspective. IDF Diabetes Atlas; 4th edition

Fisher L, Chesla CA, Mulan JT, Skaff, Kanter RA. Contributors to depression in Latino and European-American patients with type 2 diabetes. Diabetes Care. 2001;24:1751-7.

Gilden, J.L., Hendryx, M.S., et al. 1992. Diabetes support groups improve helath care of dlder diabetic patient. Journal of American Geriatrics Society; 40:147-150

Gonzales, J.S., Safren, S.A., Cagliero, E. 2007. Depression, self-care, and medication adherence in type 2 diabetes : relationship across the full range of symptom severity; 30(9):2222-2227

Gonzales, J.S., Safren, S.A., Delahanty, L.M. 2008. Symptoms of depression prospectively predict poorer self-care in patient with type 2 diabetes. Diabetic Medicine; 25(9):1102-1107

Gustaviani, Reno., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Klasifikasi DM . Edisi IV. FK UI: Jakarta

International Diabetes Federation. 2009. Diabetes Atlas; 4th edition

Kaplan, H.I., Saddock, B.J., Grebb, J.A. 1997. Gangguan depresi berat dan gangguan bipolar I Dalam W.Kusuma (alih bahasa), I.M. Wiguna S. (editor), dan L.Saputra (proofreader) Kaplan dan Saddock Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara, Jakarta

Katon Wayne J. Clinical and health services relationships between major depression, depressive symptoms, and general medical illness. Biol Psychiatry. 2003;54:216 –26.

Katon, Wayne J. The Comorbidity of Diabetes Mellitus and Depression. Pubmed. 2008;121.

Page 78: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

62

Keliat, Budi.A., Utami, W., Farida, P., Akemat. 2008. Modul kelompok swabantu (Self Help Group). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

King, H., Abert, R.E., Herman, W.H. 1998. Global burden of diabetes, 1995-2025: prevalence, numerical estimates, and projections. Diabetes Care; 21(9) : 1414-1431

Kroenke, K., 2008. The association of depression and anxiety with obesity and unhealthy behaviors among community-dwelling US adults. Gen Hosp Psychiatry ; 30:127–137,

Li, C., Ford, E.S., Zhao, G. 2009. Prevalence and correlates of undiagnosed depression among U.S. adults with diabetes : the behavioral risk factor surveillance system. Diabetes Res Clinical Practice; 83(2):268-279

Lin, E.H. Katon, W., Von Kerf, M. 2007. Relationship of depression and diabetes self-care, mediction, adherence, and preventive care; 27(9): 2154-2160

Lustman, Patrick.J., Clouse, Ray.E., Griffith, Linda.S., Carney, Robert.M., Freedland, Kenneth.E. 1997. Screening for depression in diabetes using beck depression inventory. Psychosomatic Medicine; 59 : 24-31

Lustman, P.J. Anderson, R.J. dan Freedland, K.E. 2000. Depression and poor glycemic control. Diabetes Care 23, 934 942

Magura, Stephen., Knight, Edward.L., Vogel, Howard., Mahmood, Daneyal., Laudet, Alexandre.B., Rosenblum, Andrew. 2003. American Journal Drug Alcohol Abuse; 29 (2): 301-322

Mezuk, B., Eaton, William.W., Albrecht, Sandra., Golden, Sherita.Hill., 2008. Depression and type 2 diabetes over the life span : A meta-analysis. Diabetes Care; 31(12) : 2383-2390

Mudjaddid, E., & Putranto, Rudi., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Aspek Psikosomatik Pasien Diabetes Melitus . Edisi IV. FK UI: Jakarta

PB. PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB. PERKENI).

Peyrot M, Rubin RR. Levels and risks of depression and anxiety symptomatology among diabetic adults. Diabetes Care. 1997;20:585-590.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., 2006. Patofisiologi. Edisi 6. EGC: Jakarta

Putranto, Rudi., & Mudjaddid, E., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Aspek Psikosomatik Pasien Diabetes Melitus . Edisi IV. FK UI: Jakarta

Page 79: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

63

Riley, Andrea.A., McEntee, Mindy.L., Gerson, Linda., Dennison, Cheryl.R. 2009. Depression as a comorbidity to diabetes : implications for management. The Journal for Nurse Practitioners; 5 (7) : 523-535

Shiloah E, With S, Abramovitch Y et.al. 2003. Effect Of acute Psychotic Stress in non diabetes Subject on B-cell function and insulin sensitivity, Diabetes care 26:1462-1467

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. EGC: Jakarta

Suyono, K., 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam : Sudoyo, A.W., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1852-1856.

Suyono, S. 2007. Patofisiologi diabetes melitus Dalam S. S. Soegondo, P. Soewondo, dan I. Subekti (editor) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter maupun Edukator., hal 7 16. Balai penerbit FKUI, Jakarta.

Simmons, D. 1992. Diabetes self help facilitated by local diabetes research “ the conventry asian diabetes support group. Diabetic Medicine; 9: 866-869

Soegondo, S. 2007. Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus terkini. Dalam S. S. Soegondo, P. Soewondo, dan I. Subekti (editor) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter maupun Edukator., hal 17 28. Balai penerbit FKUI, Jakarta.

Talbot F, Nouwen A. A review of the relationship between depression and diabetes in adults: is there a link? Diabetes Care. 2000;23:1556–62.

Van der Ven, Nicole. 2003. Psychosocial group interventions in diabetes care. Diabetes Spectrum; 16(2) : 88-95

Waspadji, S. (2006). Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis, dan Strategi Pengelolaan (hal 1884-1888). Ilmu Penyakit Dalam FKUI. EGC; Jakarta

World Health Organization 2011. http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html Diakses tanggal: 31 Maret 2011

Wagner, J.A., Abbot, G.L., Heapy, A. 2009. Depressive symtomps and diabetes control in African Americans. J Immigr Minor Health; 11(1):66-70

Weber B, Schweiger U, Deuschle M, Heuser I. 2000. Major depression and impaired glucose tolerance. Exp Clin Endocrinol Diabetes; 108:187–190

Page 80: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

64

Wild, Sarah., Roglic, Gojka., Green, Anders., Sicree, Richard., King, Hillary. 2004. Global prevalence of diabetes : Estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care; 27 (5) : 1047-1053

Zhao, W., Chen, Y., Lin, M., Sigal, R.J. 2006. Asociation between diabetes and depression : sex and age differences. Journal of The Royal Institute of Public Health; 120 : 696-704

Zhang, Xuanping., Susan, Edward, Yilin, Gloria, Henry. Depressive Symptomps and Mortality among Persons with and without Diabetes. American Journal of Epidemiology. 2005;161:652-660

Page 81: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

LAMPIRAN

Lampiran 1

Dengan hormat,

1. Dalam rangka memenuhi tugas akhir pendidikan pasca sarjana di bagian Ilmu

Kedokteran Klinis Minat Epidemiologi Klinis FK UGM, kami bermaksud

mengadakan penelitian mengenai ” Hasil Guna Terapi Self Help Group Pada

Wanita Diabetisi Tipe 2 dengan Komorbid Depresi”.

2. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon bantuan dan perkenannya untuk

berpartisipasi dengan mengisi lembar kuesioner yang telah kami siapkan.

3. Data yang kami peroleh tidak akan dianalisa secara perorangan dan nama anda

tidak akan tercantum dan akan menjadi rahasia peneliti, sehingga mohon

dalam pengisian sesuai dengan perasaan dan keadaan yang sebenarnya.

4. Kami sangat menghargai kejujuran dan kesungguhan anda dalam mengisi

kuesioner ini.

5. Kerahasiaan jawaban dan identitas anda akan kami jamin berdasarkan etika

dan sumpah dokter.

6. Demikian atas perkenan dan partisipasinya, kami mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Juli 2011

Hormat kami,

Peneliti

dr. Denny Anggoro Prakoso

Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik

Minat Epidemiologi Klinik

FK UGM Yogyakarta

Page 82: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

66

Lampiran 2

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ibu/sdr.

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan yang terperinci mengenai penelitian Analisis

Pengaruh Terapi Self Help Group Pada Wanita Diabetes Tipe 2 dengan Komorbid

Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Glukosa Darah, maka saya secara sukarela

dan tanpa paksaan, bersedia ikut dalam penelitian ini.

Yogyakarta, Juli 2011

Mengetahui:

........................................... ......................................

(Tanda tangan Responden) (Nama Pemeriksa)

Page 83: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

67

Lampiran 3

FORM PENGUMPULAN DATA

Pilihlah salah satu jawaban dengan cara melingkari pilihan jawaban pada pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya, dan tuliskan jawaban/ keterangan anda pada tempat yang telah disediakan.

Identitas Responden

Umur (tahun)No. rekam medisAlamat/ No. TeleponStatus Pernikahan 1.Belum menikah

2.Menikah3.Duda/Janda (cerai)4.Duda/Janda (meninggal)

Pekerjaan 1.Pegawai negri2.TNI/POLRI3.Swasta4.Petani5.Pensiunan6.Lainnya, sebutkan_________________

Pendidikan terakhir 1.Tidak sekolah2.Tamat SD3.Tamat SLTP/sederajat4.Tamat SLTA/sederajat5.Tamat Akademi/Sarjana muda6.Tamat SarjanaPenghasilan/bulan 1.Kurang dari Rp.808.000,-2.Lebih dari Rp.808.000,-

Page 84: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

68

Lembar ini diisi oleh petugas berdasarkan status pasien

Anamnesis (diisi oleh petugas berdasarkan status pasien)

Lamanya DM (tahun) ............(tahun)Riwayat diabetes Keluarga 1. Ada

2. Tidak adaObat yang rutin dikonsumsi sekarang ini ;(cantumkan nama dan jumlah macam obat)

1. Glibenklamid2. Metformin3...................4...................5...................6.Lainnya,sebutkan_______________

Menggunakan Insulin 1. Ya2. Tidak

Menggunakan obat kombinasi (insulin+obat diabetes)

1. Ya2. Tidak

Riwayat mondok/ operasi/ sakit berat

Riwayat Hipertensi 1.Ya2. Tidak

Lama Hipertensi

Pemeriksaan Fisik (diisi oleh petugas berdasarkan status pasien)

Berat badan (Kg)Tinggi badan (m)Indeks massa tubuh (Kg/m2)Tekanan Darah (mmHg)

Penunjang laboratorium (diisi oleh petugas berdasarkan status pasien)

Kadar glukosa puasa (mg/dL)Kadar kolesterol total

Page 85: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

69

Lampiran 4

BECK DEPRESSION INVENTORY

Pilihlah salah satu pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya dengan melingkarinya

1. 0.Saya tidak merasa sedih1.Saya merasa sedih2.Sepanjang waktu saya sedih dan tidak bisa menghilangkan perasaan itu3.Saya demikian sedih atau tidak bahagia sehingga saya tidak tahan lagi

rasanya

2. 0.Saya tidak terlalu berkecil hati mengenai masa depan1.Saya merasa kecil hati mengenai masa depan2.Saya merasa bahwa tidak ada suatupun yang dapat saya harapkan3.Saya merasa bahwa masa depan saya tanpa harapan dan bahwa semuanya

tidak akan dapat membaik

3. 0.Saya tidak menganggap diri saya sebagai orang yang gagal 1.Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih daripada kebanyakan orang2.Saat saya menengok masa lalu, maka terlihat oleh saya hanyalah kegagalan3.Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang gagal total

4. 0.Saya memperoleh banyak kepuasan dan hal-hal yang saya lakukan sama seperti sebelumnya 1.Saya tidak lagi menikmati berbagi hal, seperti yang pernah saya rasakan

dulu2.Saya tidak memperoleh kepuasan sejati dan apapun lagi3.Saya tidak puas atau bosan dengan segalanya

5. 0.Saya tidak terlalu merasa bersalah1.Saya merasa bersalah di hampir seluruh waktu2.Saya agak merasa bersalah di sebagian besar waktu3.Saya merasa bersalah di sepanjang waktu

6. 0.Saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum1.Saya merasa mungkin saya sedang dihukum2.Saya pikir saya akan dihukum3.Saya merasa bahwa saya sedang dihukum

Page 86: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

70

7. 0.Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri1.Saya kecewa dengan diri saya sendiri2.Saya muak terhadap diri saya sendiri3.Saya membenci diri saya sendiri

8. 0.Saya tidak merasa lebih buruk daripada orang lain1.Saya cela diri saya sendiri karena kelemahan-kelemahan atau kesalahan

saya2.Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu karena kesalahan-kesalahan

saya3.Saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi

9. 0.Saya tidak punya sedikit pun pikiran untuk membunuh diri1.Saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri namun saya tidak akan melakukannya2.Saya ingin bunuh diri3.Saya akan bunuh diri jika saja ada kesempatan

10. 0.Saya tidak lebih banyak menangis dibandingkan biasanya 1.Sekarang saya lebih banyak menangis daripada sebelumnya 2.Sekarang saya menangis sepanjang waktu 3.Biasanya saya mampu menangis, namun kini saya tidak dapat lagi

menangis walaupun saya menginginkannya

11. 0.Saya tidak lebih terganggu oleh berbagai hal dibandingkan biasanya 1.Kini saya sedikit lebih pemarah daripada biasanya 2.Saya agak jengkel atau terganggu disebagian besar waktu saya 3.Kini saya merasa jengkel sepanjang waktu

12. 0.Saya tidak kehilangan minat saya terhadap orang lain 1.Saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibandingkan biasanya 2.Saya kehilangan hampir seluruh minat kepada orang lain 3.Saya telah kehilangan seluruh minat saya kepada orang lain

13. 0.Saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan yang biasa saya lakukan 1.Saya menunda mengambil keputusan-keputusan lebih sering dan yang

biasa saya lakukan 2.Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusan-

keputusan daripada sebelumnya 3.Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keputusan lagi

14. 0.Saya tidak merasa bahwa keadaan saya tampak lebih buruk dan yang biasanya. 1.Saya khawatir saya tampak tua atau tidak menarik

Page 87: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

71

2.Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan 3.Saya yakin bahwa saya tampak jelek

15. 0.Saya dapat bekerja sama baiknya dengan waktu-waktu sebelumnya1.Saya membutuhkan suatu usaha ekstra untuk mulai melakukan sesuatu2.Saya harus memaksa diri sekuat tenaga untuk melakukan sesuatu3.Saya tidak mampu untuk mengerjakan apapun lagi

16. 0.Saya dapat tidur seperti biasa1.Tidur saya tidak senyenyak biasanya2.Saya bangun 1-2 jam lebih awal dan biasanya dan rasa sukar sekali untuk bisa tidur kembali3.Saya bangun beberapa jam lebih awal daripada biasanya serta tidak dapat

tidur kembali

17. 0.Saya tidak merasa lebih lelah dan biasanya1.Saya merasa lebih lelah dari biasanya2.Saya merasa lelah setelah melakukan apa saja3.Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun

18. 0.Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya1.Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya2.Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk3.Saya tak memiliki nafsu makan lagi

19. 0.Berat badan saya tidak turun banyak atau bahkan tetap akhir-akhir mi1.Berat badan saya turun lebih dan 5 pon (2,25 Kg)2.Berat badan saya turun lebih dan 10 pon (4,5 Kg)3.Berat badan saya turun lebih dan 15 pon (6,75 Kg)

20. 0.Saya tidak lebih cemas mengenai kesehatan saya daripada biasanya1.Saya cemas mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan tidak enak badan, atau perut mual atau perut sembelit2.Saya sangat cemas mengenai masalah-masalah fisik dan sukar untuk

memikirkan banyak hal lainnya3.Saya begitu cemas mengenai masalah-masalah fisik saya sehingga tidak

dapat berpikir tentang hal lainnya

21. 0.Saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya terhadap seks1.Saya kurang berminat di bidang seks dibandingkan biasanya2.Kini saya sangat kurang berminat terhadap seks3.Saya telah kehilangan minat terhadap seks sama sekali

Page 88: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

72

Tabel 15. Uji Normalitas Data Glukosa Sedayu I

Tests of Normality

,309 26 ,000 ,792 26 ,000

,229 26 ,001 ,892 26 ,010

Glukosa pre test

Glukosa post test

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kolmogorov-Smirnova

Shapiro-Wilk

Lilliefors Significance Correctiona.

Tabel 16. Uji Normalitas Data Glukosa Kasihan II

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Glukosapretest .174 25 .050 .872 25 .005

Glukosapost .119 25 .200* .957 25 .359

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 17. Uji Normalitas Data Skor Depresi Sedayu I

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BDIpre .097 26 .200* .951 26 .241

BDIpost .235 26 .001 .736 26 .000

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 18. Uji Normalitas Data Skor Depresi Kasihan II

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BDIpre .163 25 .085 .883 25 .008

BDIpost .105 25 .200* .990 25 .995

a. Lilliefors Significance Correction

Page 89: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

73

Tabel 19. Uji Normalitas Data Rata-Rata Perubahan Skor BDI dan Glukosa Sedayu I

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

deltaBDI .221 23 .005 .880 23 .010

Deltaperubahan .280 23 .000 .822 23 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel 20. Uji Normalitas Data Rata-Rata Perubahan Skor BDI dan Glukosa Kasihan II

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

deltaBDI .133 25 .200* .950 25 .244

Deltaglukosa .154 25 .128 .938 25 .130

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Tabel 21. Uji Berpasangan Skor BDI Sedayu I

Test Statisticsb

BDIpost - BDIpre

Z -3.203a

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel 22. Uji Berpasangan Glukosa Sedayu I

Tabel 23. Uji Berpasangan Skor

BDI Kasihan II

Test Statisticsb

glukosapost - glukosapretest

Z -2.528a

Asymp. Sig. (2-tailed) .011

a. Based on positive ranks.

Page 90: Analisis Pengaruh Terapi Shg Pada Diabetes Tipe 2 Dengan Komorbid Depresi Terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Diabetesi Di Puskesmas

74

Test Statisticsb

BDIpost - BDIpre

Z -.067a

Asymp. Sig. (2-tailed) .946

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel 24. Uji Berpasangan Glukosa Sedayu I

Test Statisticsb

glukosapost - Glukosapretest

Z -.686a

Asymp. Sig. (2-tailed) .493

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Tabel 25. Uji Tidak Berpasangan Rata-Rata Perubahan Skor Depresi dan Glukosa Kelompok Kontrol dan Intervensi

Test Statisticsa

deltabdi deltaglukosa

Mann-Whitney U 144.000 203.500

Wilcoxon W 469.000 528.500

Z -3.415 -2.290

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .022

a. Grouping Variable: kelompok